BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Jumlah  penduduk  Indonesia  yang  mencapai  250  juta  jiwa 
merupakan  41,85  persen  dari  presentase  penduduk  Asia  Tenggara, 
namun tingkat konsumsi telur dan daging ayam masyarakat Indonesia 
masih  lebih  rendah  dibadingkan  Malaysia,  Thailand  dan  Filipina. 
Menurut  data Badan  Statistik  Indonesia,  konsumsi  per kapita daging 
ayam orang  Indonesia pada tahun 2013  hanya  7,6 kg  per tahun,  bila 
dibandingkan  Malaysia  dan  Thailand  yang  sudah  mengkonsumsi  10 
sampai 11 kg per kapita tiap tahunnya.  
Dikutip  dari  ketua  Himpunan  Peternak  Unggas  Lokal 
Indonesia  (HIMPULI),  bapak  Ade  Meirizal  Zulkarnain  mengatakan 
bahwa  konsumsi  daging  masyarakat  Indonesia  67%  adalah  daging 
ayam. Namun  hanya sekitar  7% hingga  11% dikontribusi  oleh  ayam 
bukan  ras  yang  lebih dikenal  dengan  istilah  ayam  kampung.  Hal  ini 
dikarenakan  oleh  dua  faktor  utama,  yaitu  tingkat  produksi  ayam 
kampung  yang jauh  lebih  rendah  dibandingkan dengan  ayam 
ras  dan  harga  jual  ayam  kampung  yang  cenderung  lebih  mahal. 
Masyarakatpun  masih  kurang  edukasi  akan  banyaknya  kandungan 
  
vitamin  yang  terdapat  pada    ayam  kampung  yang  secar a  tidak 
langsung berdampak pada tingkat konsumsi masyarakat.    
Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia 
mengalami  peningkatan  baik  dari  bidang  kependudukan  dan  bidang 
ekonomi  yang  berdampak  postif  pada  pendapatan  per  kapita 
masyarakat  Indonesia.  Dikutip  dari  Badan  Pusat  Statistik  (BPS) 
mencatat pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita 2013 mencapai 
Rp 36,5 juta. Sehingga  terdapat laju peningkatan sebesar 8,88 persen 
dibanding  PDB  per  kapita  tahun  2012  yang 
sebesar  Rp  33,5  juta.  
(Sur yowati,  2014).  Hal  ini  diiringi  dengan  perbaikan  tingkat 
pendidikan  pada  masyarakat  sehingga  kesadaran  pada  masyarakat 
akan  pentingnya  gizi  mulai  memberikan  peningkatan  positif. 
Tingginya  tingkat  urbanisasipun  secara  tidak langsung  menyebabkan 
perubahan  gaya  hidup  pada  pola  makan  di  masyarakat  sehingga 
memacu  peningkatan  terhadap  konsumsi produk  makanan khususnya 
hasil  peternakan,  salah  satunya  adalah  pilihan  masyarakat  akan 
mengkonsumsi ayam kampung.  
Ayam  merupakan  sumber  protein  utama  dan  murah  yang 
mudah  dijumpai  dimana  saja,  telur  juga  merupakan  bahan  makanan 
yang  mudah  untuk  diolah  menjadi  makanan  maupun  sebagai  bahan 
pelengkap  pada  masakan  tertentu.  Namun  tidak  semua  daging  dan 
telur  ayam  memberikan  manfaat  yang  sama.  Pada  dasarnya  ayam 
  
Indonesia  dibagi menjadi  dua,  yaitu  ayam  pendatang (ras)  dan  ayam 
kampung (buras). Dua jenis ayam ini memiliki cara pemeliharaan yang 
berbeda  sehingga  telur  ayam  yang  dihasilkan  memiliki  kandungan 
yang  berbeda.  Umumnya  ayam  ras  dipelihara  didalam  kandang 
sedangkan  ayam  kampung  dibiarkan  berkeliaran  bebas  di  alam 
terbuka. Oleh karena itu, jenis pakan ayam kampung cenderung lebih 
ke  bahan  makanan  alami  seperti  biji-bijian,  serangga,  cacing  dan 
tanaman  liar.  Selain  itu  kondisi  alam  yang  terbuka  membuat  ayam 
kampung menapatkan cukup udara bersih dan sinar matahari.  
Kandungan daging  ayam menurut  buku yang  diterbitkan oleh 
kementrian kesehatan  RI,  mencatat bahwa pada  setiap  100  g  daging 
ayam  terkandung air 74%, protein 22%  , kalsium (Ca) 13 mg, fosfor 
(P) 190 mg, zat besi (Fe) 1.5 mg dan Vitamin A, C , dan E serta lemak 
sedangkan  telur  ayam  memiliki  kandungan  karbohidrat  sebesar  0,7 
gram ; lemak 11,5 gram ; kalsium; fosfor dan zat besi masing-masing 
sebesar 54, 180, 3 miligram. Vitamin yang terdapat pada telur  adalah 
vitamin A sebesar 900 miligram dan Vitamin B1 sebesar 0,1 miligram.  
(Yuliadi,  2014).  Adapun  telur  ayam  yang  dihasilkan  oleh  ayam 
kampung  memiliki  kandungan  gizi  yang  lebih  baik  karena  di 
dalamnya  mengandung  vitamin  E  dua  kali  lipat  lebih  banyak  dan 
lemak  omega-3  yang  2,5  kali  lebih  unggul.  Vitamin  A  telur  ayam 
kampungpun  2/3 lebih  banyak,  beta  karoten  tujuh  kali  lebih  banyak 
  
dan  vitamin  D  sampai  enam  kali  lebih  banyak.  Kandungan  vitamin 
yang  lebih  baik  tersebut  penting  dalam  proses  meningkatkan 
kekebalan  tubuh,  fungsi  penglihatan  dan  otak,  termasuk  kesehatan 
jantung manusia. Selain itu, jika dibandingkan dengan telur ayam ras, 
telur ayam kampung memiliki kolesterol 1/3  dan lemak jenuh ¼ lebih 
sedikit.      Sedangkan  daging  ayam  kampung  memiliki  keunggulan 
dalam  tingkat  kolesterol  dan  lemak  yang  rendah  serta  zero  residu 
antibiotika kimiawi (BPMPP Kementan).  
Dalam  persiapan  menghadapi  ASEAN  Economic  Community 
2015,  daging  ayam  kampung  merupakan  komoditas  yang 
memungkinkan  untuk  dapat  bersaing  di  pasar  bebas  internasional, 
alasannya adalah  Indonesia sebagai negara yang memiliki jenis ayam 
lokal yang  paling banyak di Asia Tenggara dan  ketiga setelah China 
dan  Mesopotamia  di 
dunia.  Keunggulan  ini  dapat  menjadikan 
Indonesia  sebagai salah  satu  pemasok  utama  ayam kampung  seluruh 
Asia Tenggara bahkan dunia. Salah satu syarat untuk dapat bersaing di 
pasar internasional tentunya sebuah produk harus memiliki bukti akan 
kualitasnya,  salah  satunya  berupa  sertifikat  agar  produk  kita  dapat 
diterima di pasar lokal maupun internasional. Sertifikasi produk ternak 
dimulai  dari pembibitan  (Lembaga  Sertifikasi  Produk  (LSPro) Benih 
dan Bibit Ternak serta di hilir (Halal, NKV dan HACCP). 
  
Dengan  banyaknya  makanan  junk  food  yang  berbahan  dasar 
ayam  tentunya  permintaan  pasar  untuk  produk  ayam  sendiri  sangat 
tinggi  terutama  ayam  broiler  yang  merupakan  bahan  utama  dalam 
pembuatan  junk  food  tersebut,  dengan  begitu  semakin  banyaknya 
permintaan ayam broiler maka pemerintah sampai mengimpor produk 
ayam tersebut sehingga produk ayam kampung yang merupakan ayam 
lokal dari Indonesia mulai dilupakan oleh masyarakat.  
Oleh  karena  itu  kondisi  tersebut  yang  penulis  lihat  sebagai 
peluang  bisnis  yang  baik  mengingat  kandungan  dari  produk  ayam 
kampung  sendiri  yang memiliki kandungan dan kualitas  daging  yang 
lebih baik dan lebih sehat dari ayam broiler atau ayam r as. Ditambah 
lagi  dengan  tren  masyarakat  dunia  yang  ingin  kembali  ke  keadaan 
back to nature. 
Table 1.1. Konsumsi Rata-rata per Kapita Setahun Beberapa Bahan Makanan
di Indonesia 2009 – 2013 (000 ton)
No  Bahan
Tahun
Rata-rata
Makanan
Pertumbuhan
2009  2010  2011  2012  2013
(%)
1  Daging  Ayam 
3.076   3.546  3.650  3.494  3.650  4.60 
Ras 
2  Daging  Ayam 
0.521   0.626  0.626  0.521  0.469  -1.67 
Kampung 
  
3  Telur  Ayam 
5.840   6.726  6.622  6.518  6.153  1.61 
Ras 
4  Telur  Ayam 
3.650   3.702  3.754  2.764  2.607  -7.30 
Kampung 
       Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2009 – 2013 
Pada  tabel  diatas  dapat  disimpulkan  perbedaan  yang  cukup 
signifikan antara konsumsi  baik daging maupun telur ayam kampung 
dibandingkan  dengan  ayam  ras. Meskipun  perbedaan  konsumsi  telur 
ayam  kampung  dan  ayam  ras  masih  berada  di  bawah  perbedaan 
konsumsi  dagingnya,  namun  tetap  membuktikan  kurangnya 
ketetarikan masyarakat akan mengkonsumsi  ayam kampung.  Padahal 
seperti  kita  tahu,  ayam  kampung  merupakan  jenis  ayam  lokal  yang 
menghasilkan  telur  dengan  kelebihan  seperti  yang  sudah  dijelaskan 
diatas,  selain  itu  bibitnya  (DOC)  juga  tidak  perlu  diimpor.  DOC 
menurut  PT.  Charoen  Pokphand  Indonesia  tbk  adalah  anak  ayam 
berumur satu hari yang dijual kepada peternak untuk kebijakan ayam 
pedaging maupun petelur.  
Terdapat  perbedaan  antara  ayam  kampung  dengan  ayam  ras 
baik  dari  segi  bentuk  maupun  kandungannya.  Berikut  terlampir 
perbedaannya :  
  
Table 1.2. Perbedaan Ayam Kampung dengan Ayam
Ayam Kampung  Ayam Ras
Teksur daging padat  Dagingnya lebih tebal 
Warna  Daging  Merah  Tua   Warna  Daging  Merah 
(Tinggi Zat Besi) 
(Rendah Zat Besi) 
Mengandung 246 Kalori  Mengandung 295 Kalori 
Kandungan lemak 9 gr   Kandungan lemak 14.7 gr 
Bebas Antibiotik  Terdapat Antibiotik 
          
Sumber : (http://id.openrice.com/, 2012)
Fakta  -  fakta diatas  dapat dijadikan dasar bahwa bisnis  ayam 
kampung  jika  dijalankan  dengan  baik  akan  mememberikan  prospek 
yang menjanjikan. Prospek menjanjikan tersebut juga bisa dilihat dari 
segmen  pasar  di  Indonesia  yang  masih  sangat  luas  dan  ketidak 
seimbangan  antara  supply  dan  demand.  Hal  ini  diyakini  penulis 
dikarenakan  kurangnya  produksi  ayam  kampung  di  Indonesia  yang 
dijalankan dengan intensif dan professional baik dalam segi produksi, 
distribusi dan pemasaran. 
 
1.2.  Identifikasi Masalah
Berdasarkan  latar  belakang  diatas,  maka  penulis 
mengidentifikasi  masalah yang akan dihadapi : 
  
1.  Bagaimana  cara  perusahaan  untuk  meningkatkan  popularitas 
ayam kampung dibandingkan dengan ayam ras? 
2.  Bagaimana  cara  prerusahaan  menghasilkan  daging  dan  telur 
ayam kampung yang bersertifikasi dan berkualitas? 
 
1.3.  Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan  identifikasi  masalah  yang  telah  diuraikan  sebelumnya 
maka tujuan dari penelitian ini adalah : 
1.  Meningkatkan  popularitas  ayam  kampung  dibandingkan 
dengan  ayam  r as  dengan  cara  pemasaran  yang  tepat  dan 
menarik. 
2.  Menghasilkan  daging  dan  telur  ayam  kampung  yang 
berkualitas  dan  terjangkau  dengan  menerapkan  Standar 
Operasional  Prosedur  kepada  para  peternak  ayam  kampung 
yang sudah  bekerjasama dengan kami,  pendistribusian sendiri 
dan penekanan biaya operasional perusahaan.  
  
Adapun manfaat dari Business Model Creation ini adalah : 
1.  Bagi Penulis 
Manfaat  bagi  penulis  adalah  menambah  wawasan  penulis 
tentang pembangunan bisnis dan juga menambah kemampuan dari 
penulis untuk mempersiapkan kemampuan sebagai entrepreneur. 
2.  Bagi Investor 
Manfaat  bagi  investor  adalah  menjadi  bahan  pertimbangan 
bisnis  di  bidang  peternakan  ayam  kampung  dengan  inovasi  di 
dalamnya dan sebagai peningkatan pendapatan untuk investor 
3.  Bagi Lingkungan Sekitar 
Memberikan manfaat pada lingkungan sekitar berupa lapangan 
pekerjaan  baru  untuk  orang-orang  di  sekitar  tempat  peternakan 
tersebut  dibangun  serta  meningkatkan  popular itas  dari  daerah 
dimana peternakan ini dibangun. 
4.  Bagi Masyarakat 
Manfaat  bagi  masyarakat  adalah  memudahkan  masyarakat 
dalam  memperoleh produk olahan  makanan  yang berkualitas  dan 
sehat  disertai  dengan  edukasi  tentang  kandungan  ayam  kampung 
dan  kelebihan-kelebihan  dari  ayam  kampung  dibanding  dengan 
  
10 
ayam  ras  dalam  rangka  memenuhi  kebutuhan  protein  hewani 
masyarakat Indonesia.  
5.  Bagi Akademis 
Manfaat  bagi  akademis  adalah  memberikan  ide  bisnis  yang 
inovatif  sehingga  dapat  memberikan  gambaran  tentang 
perkembangan  bisnis  di industri  yang sama di bidang peternakan 
dan  dapat  menjadi  bahan  referensi  tentang  pembuatan  Business 
Model Creation.
 
1.4.  Metode Peneltian
Metodologi penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan 
skrispi ini mengacu  pada  pendekatan  metodologi Ward and Peppard, 
yakni adalah sebagai berikut : 
1.4.1.  Metode Pengumpulan Data 
1.5.1.1. Metode Studi Pustaka
Pada  metode  ini  memungkinkan  penulis 
mencari  informasi  yang  dibutuhkan  terkait  dengan 
topik yang dibahas dan teori yang dipakai dengan cara 
membaca  buku-buku  sebagai  sumber  referensi  serta 
  
11 
melakukan  searching  di  internet  dan  sumber  lainnya 
sebagai sumber untuk pembuatan thesis.  
1.5.1.2. Metode Wawancara
Studi  penelitian  dengan  cara  melakukan 
pengamatan secara  langsung  pada  instansi terkait  baik 
dalam  bentuk  kuesioner  maupun  tanya  jawab/survey  
dengan  pihak  perusahaan  terkait  dengan  topik  yang 
dibahas.  Proses  pembuatan  Bisnis  Model  ini  nantinya 
akan  diawali  dengan  kunjungan  penulis  ke  Fakultas 
Peternakan  IPB  dan  peternakan  ayam  kampung  di 
daerah Bogor  dan  Sukabumi.  Kunjungan  ini  bertujuan 
untuk  memahami  proses  peternakan  ayam  kampung 
agar dapat memproduksi telur yang berkualitas. Penulis 
juga  akan  mengkaji  lebih  dalam  mengenai  hubungan 
antara sistem kandang, sumber pangan dan  bibit ayam 
kampung dalam proses peternakan.