1
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Jepang merupakan negara yang terletak sebelah timur laut Asia, dikelilingi oleh
Laut Pasifik Utara dan Laut Jepang. Seperti halnya Indonesia, negara Jepang terdiri dari
kepulauan, tetapi hanya ada empat kepulauan besar yaitu Hokkaido, Honsu, Shikoku, dan
Kyushu. Honshu adalah pulau yang paling besar dan disanalah terletak kota-kota seperti
Tokyo,
Osaka,
Kyoto,
Yokohama,
dan
Nagoya yang
merupakan
kota-kota
besar
dan
penting di Jepang.
Jepang memiliki keragaman budaya dan kesenian yang kesemuanya menampilkan
keindahan dan keunikan tersendiri. Tidak jarang orang Jepang menampilkan keindahan
budaya dan kesenian mereka dalam bidang kehidupan. Sebagai contoh masakan Jepang.
Dalam membuat
masakan,
orang
Jepang
tidak
hanya
mementingkan
rasa
tetapi
juga
penampilan pada masakan itu sendiri agar sedap dipandang.
Penampilan
masakan Jepang begitu
indah dan begitu rumit dalam membuatnya,
sehingga terkadang menimbulkan rasa segan untuk memakannya. Contoh lain budaya
yang
dimiliki
oleh
orang
Jepang
adalah
tata cara
minum
teh.
Adat
yang
terkenal
itu
menunjukan bahwa dengan adanya tata cara tersendiri dalam meminum teh, Jepang dapat
menampilkan
nilai
keindahan
dan
keunikannya
dalam berbudaya.
Selain
itu
budaya
Jepang lain yang menyorot perhatian orang adalah pakaian Jepang.
Seperti kita
ketahui, kebutuhan
masyarakat
berhubungan
erat
dengan
iklim dan
kondisi geografisnya. Termasuk juga dalam membuat bentuk serta jenis pakaian. Begitu
  
2
pula dengan bangsa Jepang yang menyesuaikan fungsi pakaian dengan kondisi alamnya.
Disamping  itu  orang  Jepang  juga  tetap  menjaga  penampilan  mereka  sebaik-baiknya
dalam 
berpakaian, 
yaitu 
dengan  cara 
memperindah  pakaian 
yang 
dipakai 
seperti
pemilihan motif serta warna yang cocok, kemudian pemakaian komponen pendukung
yang cocok, dan lain- lain.
Pakaian   nasional   negara   Jepang   adalah  
?
?
(Kimono) Seperti  yang
dikemukakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1989), “ Pakaian nasional adalah
pakaian yang berasal dari bangsa itu sendiri.” Jadi pakaian nasional adalah pakaian yang
dapat
mewakili
negara tersebut
yang
pada
umumnya
memiliki
ciri
khas
tersendiri.
Demikian
pula
halnya Kimono
yang
dapat
mewakili
negara
Jepang
sebagai
pakaian
nasional.
Kata Kimono
itu sendiri berasal dari kata
?
(ki) dari
??
(kiru) yang berarti
memakai dan
?
(mono)
yang berarti barang. Arti
harfiah dari Kimono adalah
sesuatu
yang
dipakai
atau
pakaian.
Menurut Souga
(1973),
definisi
mengenai
Kimono
adalah
sebagai berikut:
????????????????? ??
??????????????????
Istilah umum untuk sesuatu yang dipakai di badan. Baju. Pakaian. Pakaian
tradisional
Jepang. Pakaian
khas
Jepang.
Dikatakan berlawanan dengan
pakaian
ala Barat.
Selain
itu
mengenai kimono
dalam
The
Kodansha
Bilingual
Encyclopedia
(1988:209)
mengemukakan :
The word Kimono (literally,
“clothing”)
is
usually
used
in the
narrow sense to
refer to traditional Japanese wrap- around garment with rectangular sleeves used
by
both
men
and
women ,
which
is
made
of vertical
panels
of cloth stitched
together and is bound with a sash (Obi).
  
3
Kata Kimono (secara
kamus,
artinya pakaian) biasanya dipakai pada pengertian
terbatas
yang
menunjuk
pada
pakaian tradisionalorang
Jepang
dengan
lengan
berbentuk empat persegi panjang, digunakan oleh laki-
laki dan perempuan yang
mana dibuat dari kain yang dijahit bersama secara lurus vertikal dan memakainya
diikat dengan ikat pinggang (Obi).
Kimono merupakan hasil karya seni yang dapat menampilkan keindahan dan
keunikan bagi yang memakainya. Noma
(1974:11),
mengenai
keindahan Kimono
mengemukakan:
It
is surely proper that people see in the Kimono a beauty of great artistic
value.
There is good reason for the admoration the kimono enjoys abroad nowdays.
Merupakan hal
yang sangat tepat masyarakat melihat kimono sebagai keindahan
yang memiliki nilai artistik yang tinggi. Adalah alasan yang kuat bagi kebanggaan
Kimono bahwa saat ini kimono juga dinikmati diluar negri.
Oleh karena itu tidaklah heran
jika Kimono
menjadi
salah
satu pakaian nasional
terindah di dunia.
Seperti
dikatakan oleh Noma (1974:9) ,
“ Dari segi pembuatan dan
artistiknya
Kimono
merupakan
salah
satu
pakaian
nasional
terindah
di
dunia.”
Hal
ini
juga yang menjadikan masyarakat luar negri menggemari pakaian nasional Jepang ini.
Keanggunan
dan
ketenangan
seolah-olah
melekat
pada Kimono
sehingga
menggambarkan keindahan yang elegan bagi pemakainya. Selain itu warna-warna dan
motif yang alami menunjukan hubungan yang harmonis dengan alam pada saat memakai
Kimono.
Seperti yang dijelaskan oleh Norio  (1982:8), sebagai berikut:
No one would think of putting on a kimono with cherry blossom designs
in the
winter or fall. Cherry blossom are a spring design and should be worn when they
are
in
fall
bloom.
For
winter one
might
choose
snow
scenes
or
plum blossom.
Representative summer and fall design are ocean waves and red maple leaves.
Tak seorang pun berpikir untuk mengenakan kimono bermotif bunga sakura pada
musim dingin
atau
musim
gugur.
Bunga sakura
adalah
motif
musim semi
dan
  
4
dipakai  ketika  mereka  sedang  gembira.  Untuk  musim  dingin  mereka  dapat
memilih
pemandangan
salju
atau
buah
plum.
Motif
yang
cocok
untuk
musim
panas dan musim gugur adalah ombak lautan dan daun momiji.
Model Kimono mulai terbentuk kira-kira pada abad ke-10. Pada masa ini Dinasti
Tang dari Cina
memberikan pengaruh yang besar
terhadap Kimono Jepang hingga kira-
kira
abad ke-13.
Setelah
menjalin hubungan
dagang
dengan Cina,
dasar-dasar
Kimono
mulai diperkenalkan. Kimono
itu
sendiri
mendapat pengaruh dari kebudayaan Cina dan
Korea.
Kimono
terbuat dari kain
yang
dijahit
secara
vertikal
memanjang
hingga
mata
kaki dengan lengan berbentuk empat persegi panjang dan pada saat memakainya diikat
dengan Obi
yaitu
ikat pinggang lebar
yang dibentuk menjadi
hiasan
menarik pada saat
memakainya.
Pada
awalnya
bentuk Kimono disebut
Kosode
atau
pakaian
semacam
Kimono berlengan kecil. Kimono itu sendiri secara garis besar terdiri dari empat bagian,
yaitu: bagian Sode (lengan), Migoro (badan), Okumi (kain pembebat). dan Eri
(kerah).
Potongan Kimono dibuat berbentuk lurus dengan mengabaikan bentuk badan si pemakai.
Kimono dapat dipakai laki-laki maupun perempuan. Kimono untuk perempuan ada
beberapa jenis. Jenis- jenis Kimono tersebut adalah:
1.   Kimono   Uchikake   yaitu   Kimono   yang   terbuat   dari   kain   sutra   yang
panjangnya hingga kelantai dan memiliki lengan panjang seperti sayap.
Sebelumnya Kimono ini dipakai oleh kaum wanita bangsawan pada upacara-
upacara tertentu, namun pada saat ini dipakai wanita pada saat menikah.
(lampiran gambar 5)
  
5
2.   Kimono Homongi yang  dalam  bahasa  Jepang    
?
?
?
secara  harfiah
memiliki
arti
baju
berkunjung
adalah Kimono
formal
untuk
wanita
yang
sudah menikah. (lampiran gambar 5)
3.   Kimono Omeshi yaitu Kimono yang dikenakan untuk jalan-jalan. (lampiran
gambar 6)
4.   Kimono Yukata yaitu jenis Kimono santai yang terbuat dari bahan kain katun
tipis tanpa pelapis
yang dipakai
untuk kesempatan santai di
musim panas.
(lampiran gambar 6)
5.
Kimono Tomosode adalah jenis Kimono yang paling
formal dan pada
umumnya
berwarna
hitam
atau
disebut
juga Kurotomosode.
Kimono
ini
dipakai oleh wanita yang sudah
menikah untuk menghadiri upacara
pernikahan
atau
acara-
acara
resmi
lainnya.
Pada Kimono jenis
Tomosode
terdapat lambang keluarga (Kamon (lampiran
gambar
4))
si
pemakai.
Lambang
keluarga
bisa
terdapat
satu tempat,
dua
tempat
atau tiga tempat
yaitu bagian punggung, bagian lengan, atau bagian dada. Ciri khas dari
Tomosode adalah motif yang indah pada
Suso yaitu bagian bawah sekitar
kaki. (lampiran gambar 7)
6.
Kimono
Furisode
adalah
Kimono
yang
dipakai
oleh
wanita
yang
belum
menikah untuk menghadiri upacara pernikahan, upacara wisuda, kunjungan
ke
kuil Shinto pada
hari-
hari
awal
tahun
baru
(Hatsumode). Kimono
ini
memilki ciri khas pada bagian
lengan
yang sangat lebar dan menjuntai ke
bawah. Bahan untuk membuat Kimono jenis ini memilki warna- warna yang
cerah dengan motif yang mencolok di seluruh bagian. (lampiran gambar 7)
  
6
Kimono untuk laki- laki berbeda dengan Kimono untuk perempuan. Kimono untuk
laki- laki dalam hal warna dan motif lebih sederhana, bentuk Kimono laki-laki lurus tanpa
memiliki panjang yang lebih. Bentuk Obi laki-laki kecil dan berwarna lembut serta tidak
ada Kimono laki- laki khusus seperti Kimono perempuan.
Pemakaian   Kimono  terdiri   dari   dua   lapis   yaitu   Hadajuban  dan   Juban,
pemakainnya
diawali
dengan
lapisan Hadajuban
(lapisan dalam) kemudian
dilanjutkan
dengan
lapisan Juban (lapisan luar). Pemakaian Kimono
yang benar
yaitu Kimono
sisi
kiri diletakan pada bagian luar, dan Kimono sisi kanan diletakan pada bagian dalam.
Komponen pelengkap yang dipakai pada saat mengenakan Kimono adalah
?
(Obi) yaitu
ikat pinggang lebar dan panjang  
(
lampiran gambar1 ) , Obi Makura adalah bantal atau
pita
Obi,
Obi
Age
adalah kerangka
pita,
Obi
Jime adalah tali
Obi,
Eri adalah
lapisan
kerah tengah ( lampiran gambar2 ) kemudian Han Eri adalah kerah bagian tengah, Tabi
adalah kaos kaki yang ujungnya berbelah, geta adalah sendal pada saat memakai Kimono
(lampiran gambar3 ), Hadajuban adalah baju dalaman.
Keberadaan Kimono mengalami perkembangan sesuai dengan zamannya. Setelah
Jepang menghapus politik Sakoku yaitu
keadaan
politik
dimana
negara
melarang
perdagangan dan lalu lintas dengan
luar
negri, pengaruh Barat
mulai masuk ke Jepang
dan dapat dirasakan di berbagai bidang. Akibat dari dihapusnya politik Sakoku budaya
Barat
mulai
masuk
ke
Jepang
dan
juga
memberikan
pengaruhnya
terhadap Kimono.
Setelah
pembukaan
negeri,
Jepang
mengalami reformasi
politik
yang
disebut
dengan
Restorasi   Meiji.   Pada   tahun   1871   pemerintah   menyatakan   Shiminhyoudou  yaitu
persamaan empat strata sosial sehingga masyarakatpun dapat memilih nama keluarga,
pekerjaan dan tempat tinggal dengan bebas. Pada era Taisho pengaruh kebudayaan Barat
banyak dirasakan di dalam kehidupan masyarakat Jepang.
  
7
Seperti yang dikemukakan oleh Surajaya (2001:116) mengenai masuknya
pengaruh Barat, sebagai berikut:
?????????????????????????????????
?????????????????????????????????
????
Di  Ginza,  Tokyo,  dibangun  bangunan-bangunan  bergaya  barat  yang
menggunakan batu bata
merah dan di
jalan-jalan raya dinyalakan lampu-lampu
gas 
yang 
menerangi 
jalan.  Memotong 
rambut  kuncir 
menjadi 
pendek 
dan
memakai pakaian Barat, telah menjadi gaya baru.
Gaya hidup baru yang mencakup di bidang ilmu pengetahuan, pendidikan,
sandang, pangan, papan dari Barat semakin diterima oleh masyarakat Jepang. Di sisi lain
situasi
politik
yang
terjadi
pada era
Taisho banyak
terjadi perang baik
di
dalam negri
maupun di luar negri, serta adanya perkembangan demokrasi. Jepang pada era sebelum
Taisho
memiliki
hubungan
yang buruk dengan Rusia, karena pada era sebelum
Taisho
Jepang
dan
Rusia
sama-
sama
ingin
mengadakan
ekspansi
ke
Korea.
Demikian
juga
halnya dengan Inggris yang bertentangan dengan Rusia, sehingga dengan latar belakang
yang sama antara Jepang dan Inggris maka kedua negara tersebut bersekutu dalam perang
melawan Rusia.
Pada  tahun  ke-3  Taisho  meletus  Perang  Dunia  I,  persekutuan  antara  Jepang
dengan
Inggris pada
masa itu
masih berlangsung
untuk saling membantu dalam perang
melawan Jerman pada Perang Dunia I. Pada saat Jepang perang dengan Jerman tanggal
23 Agustus 1914 dengan cepat Jepang dapat menduduki teritori Jerman di Cina. Teritori
tersebut adalah propinsi Shandong dan Mariana, Caroline, dan pulau Marshall di Pasifik.
Dan kemudian pada tanggal 7 November Jiazhou menyerah pada Jepang.
  
kepulauan Pasifik di sebelah selatan
yang di sewa Jerman. Sementara
itu situasi
8
Selain keadaan politik yang menggambarkan perang, pada Era Taisho (
????
)
terjadi perkembangan demokrasi yang cukup bagus, dengan adanya pergerakan yang
menuntut agar
setiap orang
dapat
memilih
dalam pemilu
karena
pemilu
yang
dikenal
sebagai pesta demokrasi karena pada tahun 1890 hanya sebagian orang saja
yang dapat
berpartisipasi.
Kemudian
pada tahun 1925 dibuat
Undang- Undang
pemilu
yang
berisi
ketentuan semua
laki-
laki
yang berumur diatas 25
tahun diberikan
hak untuk
memilih.
Kemajuan demokrasi ini dikenal sebagai “Taisho Demokrasi”.
Namun
meskipun
terlibat
perang
dan
terjadi
berbagai
macam kejadian
politik,
Jepang
tetap  
menjalin
hubungan
dagang
dengan
bangsa
Barat.
Hal
ini
menunjukan
bahwa masih tetap ada pengaruh Barat baik kebudayaan, ilmu pengetahuan, maupun gaya
hidup pada saat itu.
Surajaya (2001:134) mengenai hubungan dagang dengan Negara Eropa,
mengemukakan, “
????????????????????????????
?????
yang
dalam Bahasa
Indonesia
artinya
Pada
saat
berlangsung Perang
Dunia, Jepang menggantikan negara-negara Eropa untuk mengekspor barang-barang
komoditi industrinya ke Asia.”
Sejarah Taisho tidak hanya pada terjadinya perang, atau pergolakan politik saja
pada era Taisho Jepang juga mengalami bencana gempa dahsyat yang berpusat di Kanto
pada tahun ke-12 Taisho. Akibat dari gempa tersebut di setiap wilayah Tokyo, Yokohama
dan
lain-
lain banyak
rumah
yang
terbakar,
korban
meninggal
melebihi
100.000
jiwa
serta
wilayah
industri Jepang terbesar
yaitu
Tokyo dan
Yokohama mengalami kerugian
yang cukup besar. Seperti yang dikemukakan oleh Rosidi (1981:20):
Dalam Perang Dunia I (1914-1918) Jepang terlibat didalamnya karena terikat oleh
perjanjian   kerjasama   dengan   Inggris   untuk   merebut   teluk   Kiaochow   dan
  
Model rambut ala Barat, kemudian elemen dari Barat seperti perhiasan, model sepatu dan
9
dalam negri
mengalami ketegangan,
yaitu ketegangan antara pemerintah dengan
Diet yang kian memuncak. Selain itu juga pada tahun 1923 terjadi gempa bumi
yang menghancurkan seluruh kota Yokohama dan setengah kota Tokyo.
Pemerintahan
Taisho oleh Kaisar Yoshihito tidak berlangsung
lama karena
sakit
yang dideritanya, seperti dikutip dalam The free Encyclopedia,”Yosihito”(2006), “Kaisar
Taisho mengalami stroke yang fatal sehingga meninggal pada tanggal 25 Desember 1926
di
Villa Kekaisaran
di
Hayama”, pemerintahan
ini
hanya
bertahan
sampai
pada
tahun
1926.
Berdasarkan latar belakang sejarah, pada era Taisho Jepang berhubungan dengan
negara Barat sehingga berbagai macam pengetahuan maupun budaya yang diserap Jepang
dari Barat juga mempengaruhi pakaian nasional Jepang yaitu Kimono.
Pengaruh
yang
dirasakan
terhadap Kimono
membuat bentuk
Kimono
itu sendiri
mengalami berbagai perubahan serta perkembangan
mulai
dari
motif,
cara pemakaian,
serta
bahan
yang
digemari
pada
masa
itu
juga
mendapat
pengaruh. Mengenai bentuk
Kimono pada era Taisho ini Immortal Geisha,”Taisho Kimono”,(2006) mengemukakan:
Kimono in the taisho mode. The traditional small motifs were dramatically
enlarged or distorted to create
a
dramatic
visual statement
for
the sophisticated
urban woman and it is clearly presented as a modern pattern.    Stripes and other
vertical patterns are very popular. “Meisen” the exact meaning of the word is
unknown, was a favored fabric. Obi is worn up higher on the body, the sleeves of
the Tomosode start to shorten, and less layers are worn.
Kimono
dalam model
era Taisho.
Motif
tradisional
yang
kecil
berubah drastis
menjadi besar atau mengalami perubahan bentuk untuk menciptakan ungkapan
visual yang dramatis untuk wanita urban dan ini ditampilkan secara jelas sebagai
pola yang modern. Strip dan model vertikal lainnya sangat populer “Meisen” yang
tidak
memiliki
arti kata
yang
tepat
untuk
kata
ini
merupakan
jenis bahan
kain
yang digemari. Obi dipakai lebih tinggi di badan, lengan Tomosode mulai menjadi
lebih pendek, dan lapisan yang digunakan menjadi lebih sedikit.
Selain itu tren gaya Barat yang mendukung dalam berpakaian juga mulai masuk.
  
10
payung
juga
banyak
digunakan.
Seperti
yang
dikutip
dari
Immortal
Geisha,
Taisho
Kimono”,(2006) mengatakan:
Traditional hairstyles become more “fluffed out” and look less greased back. And
western elements are introduce to fashion such as western jewlerey, umbrellas and
even boots.
Model rambut tradisional menjadi suatu “kesalahan” dan kembali terlihat kurang
berisi. Dan kemudian elemen
Barat mulai diperkenalkan ke dalam fesyen seperti
perhiasan ala Barat, payung, dan bahkan sepatu boots.
Orang
Barat
yang
datang
ke
Jepang
memakai
pakaian
ala
Barat
(Yofuku) yang
kelak
disadari
atau
tidak
hal
tersebut
memberikan pengaruh
bagi keberadaan
Kimono
pada masa itu.
1.2 Rumusan Permasalahan
Permasalahan
yang
akan
penulis
teliti
lebih
lanjut
dalam skripsi
ini
adalah
mengenai sejauh mana pengaruh dari Barat yang datang ke Jepang yang memberikan
dampak terhadap perubahan Kimono, serta alasan yang menjadi latar belakang perubahan
yang terjadi pada Kimono yang mendapat pengaruh dari Barat.
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan
Karena luasnya pembahasan tentang Kimono maka penulis dalam skripsi ini akan
membatasi
pembahasan
mengenai
sejauh
mana pengaruh
Barat
yang
ada
di
Jepang,
terhadap perubahan Kimono serta alasan yang menjadi latar belakang perubahan Kimono
tersebut pada era Taisho (1912-1926).
  
11
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan
di
atas maka
tujuan
penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui sejauh mana pakaian
Barat dapat mempengaruhi Kimono dan diterima oleh
masyarakat Jepang. Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah
memberikan pengetahuan
kepada pembaca mengenai Kimono yang mendapat pengaruh dari pakaian Barat (Yofuku)
pada era Taisho.
1.5 Metode Penelitian
Dalam penulisan
skripsi
ini
penulis
akan
menggunakan
metode
deskriptif,
kualitatif, analitif, serta metode studi kepustakaan yang sumber-sumbernya diperoleh dari
perpustakaan
Universitas
Bina
Nusantara, perpustakaan
Universitas
Indonesia,
perpustakaan
Universitas
Dharma
Persada,
perpustakaan Nasional, serta
perpustakaan
Japan
Foundation. Selain
itu juga sumber-sumber
data
akan
diperoleh
dari
website di
internet.
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan skripsi
ini penulis membagi
menjadi beberapa bab,
antara lain adalah sebagai berikut:
Bab 1   Pendahuluan
Merupakan bab yang berisikan 6 sub bab
yang masing-
masing menjelaskan latar
belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat
penelitian, metode penelitian dan sitematika penulisan.
  
12
Bab 2   Landasan Teori
Pada bab ini penulis membahas mengenai teori- teori yang digunakan untuk menganalisis
data.
Bab 3   Analisis Data
Merupakan pokok dari penulisan yang membahas analisis data
yang penulis
hubungkan
dengan teori- teori untuk menjawab permasalahan penelitian mengenai pengaruh budaya
Barat terhadap Kimono era Taisho.
Bab 4   Simpulan dan Saran
Merupakan bab
yang berisikan
simpulan
dari
isi
penulisan
skripsi
ini dan saran
yang
dapat penulis berikan untuk menambah wawasan kebudayaan yang berhubungan dengan
Kimono.
Bab 5   Ringkasan
Merupakan bab yang berisi
ringkasan
dari
keseluruhan
penulisan
skripsi
yang
akan
membahas kembali secara singkat mengenai isi dari skripsi. Pembahasannya yaitu
mengenai latar belakang, rumusan permasalahan, serta tujuan penelitian dan hasil
penelitian sebagai jawaban dari permasalahan penelitian.