Home Start Back Next End
  
7
interaksi anggota keluarga mereka sehari-hari. Bandura (1986
dalam Ahmed &
Braithwaite, 2004)
dengan teori social learning
juga telah menunjukkan bahwa
dalam menampilkan perilaku mendidik yang agresif dapat berfungsi sebagai
model bagi anak-anaknya untuk melakukan pembulian terhadap anak lainnya.
Dalam penelitian longitudinalnya, Farrington (1993, dalam Ahmed & Braithwaite,
2004)
menemukan bahwa remaja yang menjadi pelaku pembulian tidak hanya
cenderung tumbuh dewasa dengan menjadi orang tua yang melakukan
penganiayaan, tetapi juga
memiliki anak yang memiliki kecenderungan untuk
menjadi pelaku pembulian.
Berfokus pada pola asuh orang tua
dengan merujuk pada teori Dianna
Baumrind
(1966, dalam Santrock, 2003)
menekankan tiga jenis cara menjadi
orangtua, yaitu : otoriter (authoritarian), merupakan gaya pengasuhan yang
bersifat menghukum dan membatasi; otoritatif (authoritative), merupakan gaya
pengasuhan yang bersifat bebas namun tetap mengendalikan anak; dan permisif
(permissive), merupakan gaya pengasuhan yang memanjakan
dan kurang
mengendalikan anak.
Farrington (2000, dalam Ahmed & Braithwaite, 2004)
pernah menyatakan bahwa pola asuh orang tua memiliki kemungkinan
berkorelasi dengan perilaku pembulian pada anak. 
Sebuah studi menyatakan
bahwa anak-anak yang melakukan perilaku pembulian terhadap anak lainnya,
anak yang menjadi pelaku pembulian cenderung berasal dari keluarga yang
menerapkan pola asuh otoriter, yang ditandai dengan adanya kekerasan dan
sesuatu yang bersifat menghukum dalam pola asuhnya
(Myron-Wilson, 1998
dalam Ahmed & Braithwaite, 2004).
Penelitian tersebut serupa dengan pernyataan Lowenstein (1978, dalam
Baldry & Farrington, 2000)
bahwa umumnya orang tua dari pelaku pembulian
cenderung berada dalam sebuah masalah, seperti masalah keuangan atau
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter