1
Bab 1
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Sastra berasal dari bahasa sansekerta, yaitu shastra, dengan kata dasar sas
yang
berarti instruksi atau ajaran, dan kata tra yang berarti alat atau sarana. Kata shastra
dalam bahasa sansekerta memiliki arti teks yang mengandung instruksi atau
pedoman. Kresna (2001, hal.24) menyatakan bahwa sastra adalah jembatan yang
menghubungkan seseorang dengan orang yang lain yang bisa dilihat, namun tidak
tampak keseluruhnya karena ia berupa imajinasi yang bisa ditangkap oleh hati yang
peka yang berasal dari pengalaman spiritual pengarangnya.
Di dunia ini terdapat berbagai macam jenis karya sastra. Siswanto (2008, hal.70)
mengatakan bahwa karya seperti seni patung, seni tari, seni lukis, seni rupa dan
pidato bisa termasuk sebagai karya sastra yang bersifat umum. Menurut beliau,
semua karya sastra seharusnya dapat dibedakan dengan bentuk hasil-hasil seni atau
kebudayaan, maka kesenian dan kebudayaan juga termasuk ke dalam karya sastra.
Selain itu, karya sastra juga bisa bersifat khusus yang dapat dibedakan menjadi puisi,
prosa, dan drama.
Manga
atau komik juga termasuk sebagai salah satu karya sastra populer
di
Jepang yang menggabungkan gambar dan teks sehingga membentuk sebuah cerita.
Salah satu contoh manga
adalah Misaki
Number One!!
(selanjutnya disebut Misaki
No.1) karya Fujisaki Masato yang sudah diadaptasikan menjadi sebuah drama
dengan judul yang sama.
|
2
Drama adalah salah satu bentuk karya sastra yang sangat digemari di Jepang,
bahkan sampai merambat ke negara-negara lainnya,
termasuk juga Indonesia. Pada
awalnya film di Jepang hanya diputarkan di tempat pemutaran film saja. Pemutaran
film pertama di Jepang dilakukan pada bulan November tahun 1896 di klub Shinko
di Kobe dengan memakai kinetoscope
ciptaan Thomas Alva Edison. Pada bulan
Februari 1897, pemutaran film di Osaka dilakukan dengan memakai
cinematographed dan pada bulan berikutnya, Maret 1897, pemutaran film di Tokyo
dilakukan dengan memakai vitascope. Pemutaran film di Tokyo lah yang membuat
film menjadi sangat popular di Jepang. (Briggs, 2006, hal.295)
Setelah televisi mulai diperkenalkan pada tahun 1953, terdapat suatu perasaan
kagum di jalan-jalan Tokyo ketika ribuan orang berkumpul untuk menyaksikan
pertandingan sumo melalui siaran televisi. Lalu lima tahun kemudian, dengan
disiarkannya perkawinan kerajaan Jepang, minat menonton televisi rakyat Jepang
semakin meningkat. NHK melakukan penelitian terhadap rakyat Jepang dan
mendapati bahwa pada tahun 1960 orang dewasa Jepang menghabiskan waktu rata-
rata tiga jam sebelas
menit untuk menonton televisi dan anak-anak menghabiskan
waktu lebih banyak lagi. (Briggs, 2006, hal.295)
Negara Jepang, seperti yang sudah kita ketahui, merupakan negara dengan rakyat
yang sangat tertib, disiplin dan bersih. Mereka sangat patuh terhadap hukum dan
undang-undang yang ada di negara mereka serta sangat menghargai waktu. Menurut
Ramli (2009, para.3-6), semuanya itu erat kaitannya dengan pendidikan orang-orang
Jepang, terutama pendidikan moralnya. Pendidikan moral di Jepang sudah
dilaksanakan sejak masih di bangku sekolah dasar sampai bangku sekolah menengah
atas, dengan banyaknya waktu belajar 35 jam di setiap tahunnya pada sekolah dasar
|
3
dan sekolah lanjutan tingkat pertama. Di sekolah lanjutan tingkat atas, pendidikan
moral dijadikan sebagai pendidikan kewarganegaraan.
Ada banyak jenis moral di Jepang yang diajarkan sejak sekolah dasar sampai
dengan sekolah lanjutan tingkat atas, dan ada lebih banyak lagi yang bisa dipelajari
langsung di dalam masyarakatnya. Beberapa moral yang dipelajari di bangku sekolah
yang disebutkan oleh Khan (1997, hal.201-202) adalah sikap terhadap peraturan
(setsudo aru seikatsu taido), kerajinan dan kerja keras (kinben doryoku), keberanian
(yuuki), kejujuran dan ketulusan (shojiki seijitsu), keterusterangan (meiryo), tata
krama (reigi saso), kepedulian dan kebaikan (omoiyari, shinsetsu), kepercayaan dan
persahabatan (shinrai yuujyo), penghargaan (kansha), sapaan (aisatsu), penggunaan
bahasa (kotobazukai), dan sikap ramah (kimochi no yoi dousa). Nilai-nilai moral
tersebut sudah masuk ke dalam masyarakat Jepang itu sendiri dan menjadi bagian
dari budaya mereka, sehingga mereka bisa sangat patuh dan disiplin seperti yang kita
ketahui sekarang ini. Karena nilai-nilai moral tersebut sudah menjadi bagian dari
budaya mereka, maka di dalam karya sastra, terutama drama, pasti terdapat juga nilai
moral dari masyarakat Jepang tersebut.
Misaki No.1
adalah salah satu drama Jepang yang cocok sebagai sarana hiburan
sekaligus sarana edukasi moral. Berdasarkan Tokyohive (2010, para.2), drama yang
tayang pada 12 Januari 2011 ini mengisahkan tentang seorang hostess
nomor satu di
sebuah klub malam ternama di Roppongi yang tiba-tiba menjadi guru di Sekolah
Midou, sebuah sekolah unggulan yang murid-muridnya selalu berprestasi dalam
pelajaran maupun olahraga. Namun, kelas 2Z yang diajarnya merupakan kumpulan
murid-murid yang jatuh dalam kedua bidang tersebut. Dia diharapkan bisa
membangkitkan kembali semangat murid-murid tersebut. Drama ini dibuat dengan
campuran komedi sehingga para penontonnya tidak merasa bosan saat menonton.
|
4
Rating keseluruhan drama ini masih termasuk tinggi jika dibandingkan dengan
drama lain yang tayang pada musim yang sama, yaitu 10.5% dan berada pada posisi
keempat dalam ranking Tokyohive (2011) setelah Aibou Season 9
(20.4%),
Utsukushii Rinjin (12.9%), dan Honboshi (11.3%).
Penulis tertarik memilih drama ini untuk diteliti karena dikemas secara menarik
sehingga membuahkan rating yang cukup tinggi, yang berarti cukup banyak orang di
Jepang yang menonton drama ini. Selain itu, penulis juga ingin membuktikan
pernyataan Farrand (2009, para.4) yang mengatakan bahwa setiap film pasti
memiliki pesan moralnya. Karena itu, penulis mengambil drama Misaki No.1
dan
meneliti pesan moral omoiyari
yang paling menonjol, yang terdapat dalam
drama
tersebut.
1.2
Rumusan Permasalahan
Penulis akan meneliti tentang omoiyari
yang terkandung dalam drama Misaki
No.1.
1.3
Ruang Lingkup Permasalahan
Penulis akan membatasi penelitian pada omoiyari
yang ditunjukkan oleh ketiga
tokoh utama murid dalam kelas 2Z di beberapa episode. Tokoh yang pertama adalah
Kujou Kazuma dalam episode 1, 4, 6, 7, dan 9. Tokoh yang kedua adalah Minato
Ryosuke dalam episode 4, 6, dan 7. Tokoh yang terakhir adalah Sakurai Yui dalam
episode 2, 6, dan 9.
|
5
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pesan moral omoiyari
yang
terdapat di dalam drama Misaki No.1
terutama pada tiga tokoh muridnya, yaitu
Kujou Kazuma, Minato Ryosuke, dan Sakurai Yui.
Manfaat dari penelitian ini adalah agar
para penikmat drama Jepang, terutama
drama Misaki No.1 bisa mengetahui dan lebih memahami pesan moral omoiyari yang
ditunjukkan oleh para tokoh utama muridnya. Selain itu, penulis juga berharap
dengan adanya penelitian ini, bisa membantu meningkatkan moral bangsa Indonesia.
1.5
Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis untuk meneliti drama Misaki No.1
ini adalah
metode kepustakaan, yaitu dengan mencari dan mengumpulkan data dari media
internet. Setelah data-data terkumpul, penulis melakukan analisis terhadap drama dan
mencocokkannya dengan data yang ada. Lalu, penulis menggunakan metode
deskriptif, yaitu dengan cara membahas masalah dengan menata dan memberikan
penjelasan terhadap masalah yang ada pada data.
1.6
Sistematika Penulisan
Bab 1 Pendahuluan, meliputi latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan,
ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat dari penelitian, metode penelitian
yang dilakukan penulis serta sistematika penulisan skripsi.
|
6
Bab 2 Landasan Teori, meliputi teori-teori yang
dipakai oleh penulis dalam
penulisan skripsi ini, yaitu teori omoiyari.
Bab 3 Analisis Data, meliputi analisis yang dilakukan oleh penulis terhadap drama
Misaki No.1
pada tokoh Kujou Kazuma, Minato Ryosuke dan Sakurai Yui. Bagian
ini merupakan inti dari skripsi.
Bab 4 Simpulan dan Saran, meliputi kesimpulan yang penulis tarik dari hasil
analisis yang telah penulis lakukan terhadap drama Misaki No.1
pada bab
sebelumnya dan juga saran-saran dari penulis yang mungkin akan berguna untuk
para pembaca.
Bab 5 Ringkasan, meliputi ringkasan dari keseluruhan isi skripsi.
|