yang dapat menghindarkan manusia dari rasa cemas, khawatir dan sebagainya Kretch
dkk (dalam Krochin, 1976)
Timbulnya kebutuhan rasa aman dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan
faktor hubungan individu dengan orang lain (Kretch dkk dalam Krochin, 1976). Oleh
karena itu, membicarakan rasa aman di negara ini khususnya di wilayah kota besar
seperti Jakarta, seakan-akan masih menjadi sesuatu yang mahal. Rata-rata dengan
adanya kasus yang melibatkan penumpang wanita yang menjadi korban pada aksi
kejahatan dalam moda angkutan umum, membuat kaum wanita pun menjadi kian resah,
takut dan khawatir apabila harus naik angkutan umum terutama pada malam hari.
Keresahan atau rasa takut kaum wanita yang paling mencuat yang sempat
menghebohkan pemberitaan di media dalam beberapa waktu terakhir, yaitu dapat terlihat
pada kejadian yang dialami oleh penumpang wanita bernama Annisa yang nekat
melompat dari angkutan umum yang saat itu akan mengantarkan Annisa ke arah rumah
tantenya (m.tribunnews, 2012).
Seorang psikolog, Tara Adhisti de Thouars, B.A, M.Psi (dalam tabloidnova,
2013), mengasumsikan perihal faktor pemicu kenekatan Annisa yang melompat dari
angkutan umum saat masih melaju kencang, yang sesungguhnya dilatarbelakangi oleh
rasa cemas, takut, dan panik. Hal tersebut muncul dapat didasarkan pola pikir seseorang,
misalnya, seseorang berpikir negatif mengenai suatu hal, maka emosi yang muncul
negatif. Apalagi, ditambah maraknya berita tentang kriminalitas dalam angkutan umum
turut berperan sangat besar dalam membentuk pola berpikir seseorang, akhirnya timbul
persepsi tertentu tentang angkutan umum yang bisa menjadi suatu bentuk kepercayaan,
seperti angkutan umum berbahaya atau harus waspada terhadap angkutan umum.
Emosi negatif tersebut, terkait erat dengan adanya aspek mengindahkan rasa aman
dalam diri saat menggunakan angkutan umum, dapat membentuk suatu persepsi tertentu
pada penggunanya khususnya bagi para penumpang wanita itu sendiri perihal
penggunaan moda angkutan umum tersebut.
Sesungguhnya para pengguna angkutan umum akan memilih angkutan umum
berdasarkan persepsi yang dimilikinya terhadap angkutan umum dan menjadikannya
alternatif sebagai pilihan angkutan umum yang tersedia (Joewono & Kubota, 2007).
Persepsi pengguna angkutan umum dibangun berdasarkan pengalaman pada saat
|