BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini industri sepatu di dunia memang sedang gencar untuk
meningkatkan berbagai produktivitasnya. Mereka berlomba-lomba untuk terus
meningkatkan kinerja produksi dan perdagangan sepatu dunia yang terus tumbuh dan
berkembang menyusul semakin membaiknya perekonomian dunia yang ditandai
dengan kian meningkatnya daya beli masyarakat, khususnya di Negara-negara
berkembang yang terkena badai krisis. Hal ini semakin memacu semangat Negara-
negara produsen untuk terus meningkatkan volume produksi melalui peningkatan
kapasitas mesin produksinya.
Demikian pula angka perdagangan sepatu dunia terus meningkat, yang dapat
dilihat dari semakin derasnya arus ekspor-impor dari Negara produsen ke Negara
konsumen. Hal ini sekaligus menandakan bahwa prospek industri dan perdagangan
sepatu dunia ke depan akan semakin cerah. Dalam perkembangannya, sepatu bukan
hanya sekedar pelindung kaki, melainkan juga telah menjadi produk fashion. Oleh
karena itu, setiap produsen berlomba-lomba memasarkan sepatu dengan desain
sepatu yang terbaru, namun tanpa meninggalkan unsur kualitas, termasuk harga yang
ditawarkan harus bersaing.
Dalam beberapa tahun terakhir, angka produksi sepatu dunia terus
menunjukkan pertumbuhan yang signifikan yakni sebesar 10% per tahun. Meskipun
di beberapa Negara produsen utama, seperti Indonesia dan Brazil, mengalami
permasalahan dengan penurunan daya beli di pasar domestik. Namun hal itu tidak
berpengaruh terhadap kinerja produksi secara global. Industri sepatu dunia mulai
mengalami persaingan yang ketat seiring dengan hadirnya beberapa Negara produsen
baru, seperti Vietnam dan Thailand, yang dapat mengancam posisi para produsen
utama sepatu dunia, seperti Indonesia, Italia, dan sebagainya.
Hingga saat ini, China masih tetap mendominasi dan merupakan produsen
terbesar sepatu dunia. Negeri tirai bambu itu kini terus meningkatkan produksinya
dengan terus meningkatkan nilai tambah produk, baik dari sisi desain, kualitas
maupun harganya yang tetap terjangkau konsumen menengah kebawah. Strategi
yang diambil oleh China ternyata jitu, dan telah menempatkan negeri itu sebagai
|
salah satu Negara di Asia yang mengalami pertumbuhan industri manufaktur paling
cepat di dunia.
Sedangkan dari jenis produksi, produk sepatu dibagi menjadi 3
kelompok,
antara lain sepatu casual, sepatu boots, dan sepatu olahraga. Selama tahun 2006 saja,
volume produksi sepatu non-olahraga (casual dan boots) masih dominan dengan
presentase sebesar 71%, sedangkan sepatu olahraga mencapai 29%. Hal ini
menandakan bahwa dalam industri sepatu dunia telah terjadi perubahan fokus
produksi, yang semula lebih mengandalkan sepatu olahraga. Kini, produsen mulai
beralih mengembangkan jenis produksi sepatu non-olahraga (diversifikasi produk).
Perkembangan industri dan perdagangan sepatu di Asia penting untuk selalu
menjadi perhatian, mengingat 79,5% dari total volume produksi dunia ada di Asia.
Di kawasan Asia, terdapat 10 negara produsen sepatu yang selama ini cukup
dominan dalam perdagangan sepatu di Asia. Ke-10 negara tersebut antara lain China,
Fillipina, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Taiwan,
Thailand, dan Vietnam. Mereka merupakan anggota International Footwear
Conference
(IFC), sebuah forum pertemuan bisnis antar pengusaha sepatu di Asia
yang digelar satu tahun sekali.
Krisis ekonomi yang terjadi di tahun 1997-1998 menyebabkan hampir
separuh dari jumlah industri sepatu yang ada di Indonesia mengalami kebangkrutan.
Seiring dengan mulai pulihnya kondisi perekonomian dalam negeri, industri sepatu
nasional terus menunjukkan pertumbuhan yang positif. Berdasarkan data tahun 2007,
jumlah perusahaan yang bergerak dalam industri sepatu di Indonesia berjumlah 353
perusahaan dengan kapasitas produksi mencapai 757 juta pasang pertahun. Beberapa
produsen yang bermain di industri sepatu di antaranya adalah seperti PT. Adis
Dimension Footwear (Jakarta), PT. Feng Tay Indonesia Enterprise (Bandung), PT.
Fortune Mate Indonesia (Sidoarjo), PT. Kmk Global Sports (Tangerang), dan PT.
Sepatu Mas Idaman (Semasi) (Bogor).
Saat ini PT. Sepatu Mas Idaman atau yang sering disebut sebagai Semasi
adalah salah satu pemain di industri sepatu yang sudah cukup dikenal. PT. Sepatu
Mas Idaman didirikan pada tanggal 4 Juli 1986 dan melaksanakan berbagai kegiatan
usaha industri sepatunya dengan lokasi pabrik terletak di Jalan Sukaraja, Desa Pasir
Laja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Dalam menjalankan usahanya, PT.
Semasi telah memiliki tenaga ahli asing dari Korea yang telah berpengalaman di
bidang sepatu lebih dari 15 tahun. Sistem penjualan yang dilakukan PT. Semasi
|
![]() adalah berupa job order
dimana konsumen dari produk sepatu tersebut adalah
perusahaan-perusahaan sepatu terkemuka di dunia. Produk-produk sepatu yang
mereka buat antara lain mempunyai merek seperti Rockport, Sperry, Gino Mariani,
Chatam, dan Wolverin.
Segmentasi pasar yang dipilih adalah rata-rata 98% untuk ekspor dan 2%
untuk lokal. Untuk wilayah USA pangsa pasar mereka sebesar 64%, Eropa pangsa
pasarnya yakni 29% dan Asia 7%. Pada awal Januari tahun 2012 PT. Semasi
memiliki karyawan sebanyak 1.819 orang, yang terdiri dari karyawan tetap di kantor
pusat dan karyawan tetap maupun tidak tetap di pabrik. Karyawan yang masuk pada
awal tahun 2012 adalah sebanyak 936 orang, sedangkan yang keluar sebanyak 347
orang. Data rekapitulasi karyawan pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 1.1 di
bawah ini.
1.1 Tabel Rekapitulasi Karyawan Pada Tahun 2012
DATA REKAPITULASI KARYAWAN TAHUN 2012
Bulan
Awal
Masuk
Keluar
Akhir
Januari
1.819
-
117
1.702
Februari
2
1
1.703
Maret
-
8
1.695
April
117
13
1.799
Mei
110
15
1.894
Juni
51
8
1.937
Juli
96
5
2.028
Agustus
-
3
2.025
September
182
12
2.195
Oktober
219
17
2.344
November
128
16
2.456
Desember
31
132
2.355
Total
1.819
936
347
2.355
Sumber : PT. Sepatu Mas Idaman
Melihat angka dari jumlah karyawan yang keluar di PT. Semasi cukup
dibilang tinggi yakni sebesar 347 orang. Perusahaan juga mendata ditahun
sebelumnya yaitu 2011 bahwa karyawan yang masuk sebanyak 343 orang dan
karyawan yang keluar sebanyak 1.558 orang, fenomena ini merupakan suatu masalah
yang dihadapi oleh industri sepatu ini. Pasalnya mereka menganggap bahwa
|
karyawan mereka adalah aset perusahaan, namun apabila karyawan yang keluar
sebanyak ini atau bahkan karyawan yang di dalam perusahaan mempunyai pikiran
(niat) untuk meninggalkan perusahaan, maka pada dasarnya akan merugikan
perusahaan. Dalam manajemen sumber daya manusia, perhatian yang luas telah
diberikan untuk mengeksplorasi motivasi karyawan agar mengurangi turnover yang
begitu tinggi.
Oleh sebab itu perusahaan harus memprioritaskan untuk menemukan,
mempekerjakan, memotivasi, melatih, dan mengembangkan kreatifitas karyawan
yang dikehendaki oleh perusahaan, serta mempertahankan karyawan yang
berkualitas. Turnover
yang terjadi secara tidak langsung telah membuat
berkurangnya tingkat produktivitas dalam suatu perusahaan. Selain itu perusahaan
juga akan mengalami kerugian yang cukup besar karena dalam hal ini tentunya
perusahaan harus merekrut orang-orang baru lagi. Setiap perusahaan pasti telah
melakukan berbagai cara untuk mengurangi keinginan karyawan untuk keluar dari
perusahaannya. Karena dari sebuah perilaku intensi turnover
pada akhirnya akan
berdampak pada keputusan karyawan untuk meninggalkan perusahaannya (employee
movement). Dalam sisi ini sebuah perusahaan biasanya sulit untuk mempertahankan
karyawan yang berkualitas dan berpotensial.
Tingginya tingkat perputaran karyawan di PT. Semasi ini akan menimbulkan
biaya atau kerugian bagi perusahaan. Seperti dapat mengakibatkan terhambatnya
proses produksi sepatu, karena para pekerja yang tidak stabil jumlahnya sehingga
apabila proses produksi tidak stabil maka perusahaan akan mengalami kesulitan juga,
dalam menstabilkan output mereka. Saat ini juga mengumpulkan tenaga kerja yang
berkinerja baik semakin sulit didapatkan, terlebih lagi mempertahankan yang sudah
ada. Hal ini akan berdampak buruk bagi PT. Semasi karena tentunya ini akan
menggoyahkan keseluruhannya. Dari mulai SDM mereka hingga ke bagian
keuangannya. Dimana perusahaan akan kesulitan diberbagai bidang karena ketidak
stabilannya dan dampak terburuknya adalah perusahaan akan mengalami kepailitan
atau bahkan kebangkrutan di industri sepatu ini.
Menurut Robbins (2003), turnover dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis.
Sebuah bukti mengatakan bahwa kepuasan kerja dan intensitas karyawan untuk
keluar dari perusahaan memiliki hubungan yang kuat terhadap perilaku turnover. Hal
ini bisa saja terjadi karena secara psikologis karyawan tersebut tidak cocok dengan
pekerjaan yang mereka bidangi saat ini, tidak adanya rasa kepuasan kerja, atau
|
lingkungan sekitarnyalah yang membuat karyawan tidak nyaman berada di
perusahaan tersebut. Sehingga secara tidak langsung hal tersebut mengganggu
psikologis mereka yang pada akhirnya memutuskan untuk meninggalkan perusahaan.
Selanjutnya, turnover
juga dapat diakibatkan melalui struktur organisasi yang tidak
sesuai, karakteristik pekerjaan, stress kerja, kepuasan kerja, rasa berkomitmen dalam
organisasi, sistem reward yang berlaku dan evaluasi kinerja, lalu yang terakhir
adalah desain organisasi dalam perencanaan pensiun bagi karyawan mereka.
Kepuasan kerja karyawan di PT. Semasi ini menjadi salah satu pemicu
terjadinya turnover intention di perusahaan. Karyawan di dalam perusahaan merasa
kurang puas dengan pekerjaan yang saat ini sedang mereka jalani. Mereka merasa
ada kekurangan-kekurangan yang dirasakan selama mereka bekerja di perusahaan
ini, sehingga memicu individual tersebut untuk keluar dari perusahaan tersebut.
Komitmen organisasi yakni mencakup loyalitas karyawan terhadap
perusahaan, keterlibatan dalam pekerjaan, dan identifikasi terhadap nilai dan tujuan-
tujuan perusahaan. Dalam PT. Semasi dapat dirasakan bahwa komitmen dalam
organisasi masih sangat kurang, sehingga karyawan yang bekerja di perusahaan ini
masih merasa bebas untuk keluar masuk perusahaan. Kurangnya penekanan
komitmen organisasi terhadap individu di perusahaan yang menyebabkan terjadinya
turnover intention di PT. Semasi.
Setiap karyawan yang bekerja di PT. Semasi ini tentunya dituntut untuk
memiliki tingkat kreativitas serta kegigihan yang tinggi dalam menjalankan kegiatan
produksi mereka, sehingga hal inilah yang sering menjadi faktor karyawan di
perusahaan ini mengalami tingkat stres kerja yang cukup tinggi. Stres kerja menurut
Robbins dalam
Desiana (2003) merupakan fenomena psikologis, dimana terjadi
ketidakseimbangan antara tuntutan pekerjaan dan ketidakmampuan individu dalam
mengatasi tuntutan tersebut.
Oleh karena itu dari fenomena serta dampak terburuk yang akan dihadapi
oleh PT. Semasi karena tingginya turnover
diperusahaan tersebut, maka diperlukan
penelitian untuk mengetahui penyebab pasti terjadinya turnover di PT. Semasi dan
mencari solusi yang terbaik bagi perusahaan. Penelitian ini juga diharapkan mampu
membantu meminimalisir terjadinya intensi turnover di bulan atau tahun mendatang
pada perusahaan. Maka dari itu, diperlukan penelitian terhadap masalah yang terjadi
di perusahaan dengan judul Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen
|
Organisasional Terhadap Stres Kerja Serta Dampaknya Terhadap Turnover Intention
di PT. Sepatu Mas Idaman.
1.2 Perumusan Masalah
1.
Apakah ada pengaruh antara kepuasan kerja karyawan terhadap stres kerja ?
2.
Apakah ada pengaruh antara komitmen organisasional terhadap stres kerja ?
3.
Apakah ada
pengaruh antara kepuasan kerja karyawan dan komitmen
organisasional terhadap stres kerja ?
4.
Apakah ada
pengaruh antara kepuasan kerja karyawan terhadap turnover
intention ?
5.
Apakah ada
pengaruh antara komitmen organisasional terhadap turnover
intention ?
6.
Apakah ada pengaruh antara stres kerja terhadap turnover intention ?
7.
Apakah ada
pengaruh antara kepuasan kerja karyawan dan komitmen
organisasional, terhadap turnover intention karyawan melalui stres kerja?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilaksanakan, yakni :
1.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepuasan kerja karyawan
terhadap stres kerja
2.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh komitmen organisasional
terhadap stres kerja
3.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepuasan kerja karyawan dan
komitmen organisasional terhadap stres kerja
4.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepuasan kerja karyawan
terhadap turnover intention
5.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh komitmen organisasional
terhadap turnover intention
6.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh stres kerja terhadap turnover
intention
7.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara kepuasan kerja karyawan
dan komitmen organisasional terhadap turnover
intention
karyawan melalui
stres kerja
|
1.4 Manfaat Penelitian
1.
Membantu perusahaan untuk memecahkan masalah intensi turnover
2.
Membantu perusahaan mengatasi masalah stres kerja
3.
Membantu perusahaan untuk mampu menciptakan rasa kepuasan kerja yang
lebih tinggi pada karyawan
4.
Membantu perusahaan menciptakan rasa berkomitmen dalam organisasi pada
karyawan
5.
Membantu perusahaan untuk menjadikan masalah tersebut sebagai acuan
agar mampu bertahan dalam menghadapi masalah yang dihadapi
|