1.1
Media merupakan alat atau sarana untuk menyebarluaskan informasi seperti
surat kabar, radio, dan televisi. Media sangat diperlukan bagi masyarakat umum
untuk mengetahui informasiinformasi yang terus berkembang dari waktu ke waktu.
Tidak berbeda dengan informasi yang selalu berkembang, media juga menunjukkan
perubahan signifikan yang terjadi terhadap fungsi fundamental media itu sendiri.
Media saat ini bukan hanya sebagai wadah untuk menyebarkan informasi, tetapi juga
sebagai pusat pembelajaran dan hiburan bagi pendengar, pembaca, sekalipun
penontonnya. Hasil survei ABG Nielsen menyatakan bahwa 96% masyarakat di
Indonesia menonton televisi. Kenyataan ini menempatkan televisi sebagai media
yang paling diminati oleh masyarakat (Suwardi, 2012)
Pada awalnya Industri televisi nasional pertama kali ditandai dengan
mengudaranya Televisi Republik Indonesia (TVRI) pada tahun 1962. Sebagai
televisi publik milik pemerintah, saat ini TVRI telah memiliki 22 stasiun Daerah dan
1 stasiun Pusat dengan didukung oleh 395 pemancar yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tentang Penyiaran tahun 2002,
Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun
2002 yang mengatur perubahan status TVRI dari Perusahaan Jawatan menjadi
Persero atau PT. Perubahan ini tentu saja memberikan kesempatan TVRI untuk dapat
memperoleh pendapatan iklannya sendiri. Perkembangan industri penyiaran televisi
saat ini berkembang dengan pesat di indonesia,
hal
itu terlihat dari banyaknya
pemain di statiun televisi swasta yang ada saat ini. Berdasarkan data dari Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) saat ini di Indonesia telah beroperasi 11 stasiun televisi
nasional (TVRI, RCTI, TPI, SCTV, ANTV, Indosiar, Metro TV, Trans 7, Trans TV,
TV One dan Global TV).
Hasil para pakar menyimpulkan bahwa sesungguhnya yang mendorong
pertumbuhan industri pertelevisian di indonesia salah satunya adalah faktor ekonomi,
memperebutkan pangsa iklan yang jumlahnya puluhan trilriun rupiah
(Suwardi,
2012). Mereka berlomba
lomba memperebutkan hati penonton dan pangsa iklan
|
dengan menghadirkan program-program yang menarik perhatian dan minat
pemirsanya. Banyak program-program dari berita dan hiburan yang ditawarkan
bahkan dengan isi yang di dramatisasi sekalipun di tayangkan demi merebut hati para
pemirsanya. Tema dan topik siaran siaran televisi seringkali menonjolkan hal-hal
yang cenderung sensasional dan eksploitatif. Konten acara dibuat sedemikian
menarik demi mencari keuntungan tanpa berpikir apakah acara tersebut mengandung
nilai-nilai edukasi serta mampu memberikan sumbangsih besar terhadap jalinan
persatuan dan kesatuan bangsa.
Masyarakat memang mempunyai pilihan dalam
menentukan acara-acara yang akan dinikmati, namun masyarakat harus dilindungi
juga dari acara-acara yang tidak bermanfaat dan hanya mengedepankan nilai jual.
Kecenderungan itu dilakukan karena mereka berusaha merebut penonton sebanyak-
banyaknya. Berbeda dengan televisi swasta yang marak beredar dengan berbagai
program hiburan,
LPP TVRI tetap disajikan dengan berbagai konten pendidikan,
berbudaya dan mengedepankan nilai moral yang berlaku di masyarakat.
LPP TVRI
sebagai sebuah lembaga penyiaran publik berusaha sekuat tenaga menjadi alternatif
pilihan pemirsa dalam rangka menangkal serangan-serangan arus informasi global
yang semakin gencar. Dengan kian beragamnya kategori televisi ditambah dengan
maraknya kehadiran para
pemain baru di industri ini mengakibatkan semakin berat
tantangan yang harus dihadapi televisi nasional. Tidak
mudah bagi LPP TVRI untuk
berjuang sendirian dalam tugas yang begitu mulia ini, membangun karakter bangsa
dan memperkokoh jati diri bangsa tanpa dukungan yang komprehensif dari semua
unsur lembaga dalam negara ini.
Menjadi Lembaga Penyiaran Publik yang disandang oleh TVRI tidak mudah di
tegakan. Menurut UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002 Televisi Republik Indonesia
(selanjutnya disebut dengan LPP TVRI) diamanatkan untuk menyelenggarakan
penyiaran yang bervisi televisi pilihan yang berakar pada budaya bangsa.
Hal ini
merupakan sebuah tema besar yang harus diwujudkan oleh LPP TVRI. Namun untuk
mewujudkan nya tidak mudah. Permasalahannya terletak pada sumber daya manusia
yang dimiliki LPP TVRI.
Membela hak-hak publik untuk mendapatkan informasi
dan hiburan yang sehat dengan menjadi satu-satunya lembaga penyiaran publik
diantara stasiun televisi komersial lain saja sudah cukup berat, apalagi dengan
peralatan seadanya serta SDM yang terbatas. Merebut kepercayaan pemirsa terhadap
informasi yang berimbang tak cukup dengan kemauan,
tetapi juga dengan
|
![]() kemampuan. Artinya seluruh SDM yang ada memiliki kompetensi dan kinerja yang
baik dibidang masing-masing.
Tabel 1.1 Turnover LPP TVRI Jakarta
Empat Tahun Terakhir (divisi Program dan Berita)
Tabel 1.2 Turnover LPP TVRI Jakarta
Empat TahunTerakhir (divisi umum)
S
u
mber : Data Perusahaan
Tabel diatas menjabarkan tingkat turn over yang ada di divisi program dan
divisi umum. Terlihat bahwa divisi program mempunyai tingkat turnover lebih tinggi
dibandingkan dengan divisi umum. Namun dalam penelitian ini divisi yang diambil
adalah divisi umum dikarenakan terdapat beberapa alasan pada divisi program yang
membuat divisi tersebut lebih sulit untuk dijadikan objek penelitian, tingkat mobilitas
yang tinggi pada divisi program menyebabkan sulitnya komunikasi peneliti dengan
Tahun
Jumlah
karyawan
Jumlah
Karyawan
yang Keluar
Turnover
2010
973
73
7.5%
2011
900
67
7.4%
2012
833
86
10.3%
2013
747
69
9.2%
Tahun
Jumlah
Karyawan
Jumlah
Karyawan
yang keluar
Turnover
2010
213
12
5.63 %
2011
207
6
2.81 %
2012
197
10
5.07 %
2013
193
4
2.07 %
|
perusahaan. Divisi umum mencangkup bagian penting dari suatu perusahaan yaitu
bagian pengadaan dan inventarisasi, sarana dan prasarana, sumber daya manusia
(SDM), kesektariatan dan kelembagaan. Dari tabel diatas terlihat bahwa dalam empat
tahun terakhir tingkat turnover di LPP TVRI khususnya divisi umum masih belum
stabil di setiap tahunnya. Hal itu berarti terdapat suatu masalah pada retensi
karyawan di LPP TVRI Jakarta khususnya pada divisi umum tersebut. Sesuai dengan
kondisi yang terjadi di LPP TVRI, Suwardi (2012) menyatakan bahwa kondisi dan
sistem penggajian yang pas-pasan, menyebabkan brain drain alias larinya tenaga-
tenaga terampil ke penyelenggara TV swasta. Sistem penggajian yang pas-pasan
dikarenakan LPP TVRI belum menganut sistem/prinsip remunerasi, alias masih
dengan sistem gaji PNS murni, sementara pekerjaan harus dilakukan dengan
professional atau sesuai dengan kinerjanya. Remunerasi diartikan sebagai pemberian
tunjangan kinerja didasarkan kepada jabatan dan kelas jabatan pegawai. Sistem
remunerasi PNS harus berpegang pada merit system, yang artinya penetapan
besarnya tunjangan kinerja harus berbasis kinerja, bobot pekerjaan dan peringkat
(grade) masing-masing jabatan.
Dari pernyataan tersebut, dapat di simpulkan bahwa
LPP TVRI kurang dapat mempertahankan karyawan-karyawannya yang seharusnya
dapat memperbaiki kualitas kinerja dan sumber daya manusia di LPP TVRI. Yang
artinya bahwa LPP TVRI harus terus memperhatikan retensi karyawan nya agar tetap
tinggi.
Retensi karyawan merupakan keinginan karyawan untuk bertahan pada
perusahaan dalam jangka waktu yang lama. Menurut McKinsey & Company dalam
Mathis & Jackson (2006), berdasarkan survey yang dilakukan oleh perusahaan
konsultan internasional yang sangat besar tersebut menekankan pentingnya
retensi karyawan dengan menyimpulkan bahwa para pemberi kerja menghadapi
perang untuk memperebutkan orang-orang berbakat.
Oleh karena itu, maka penting
bagi perusahaan untuk memelihara tingginya retensi karyawan guna meningkatkan
efektivitas dan kinerja karyawan.
Menurut Ankit laddha, et al (2012) salah satu strategi untuk maningkatkan
retensi karyawan di dalam suatu perusahaan adalah dengan memberdayakan
karyawan, karyawan di berdayakan dan diberi otoriotas dalam menyelesaikan
pekerjaannya.
|
Selanjutnya menurut Zobal,
Moncarz (2009) dalam Atif Anis, et al (2011)
mengemukakan bahwa Dalam titik pandang organisasi, retensi karyawan adalah
salah satu hal yang menjadi perhatian utama, salah satu cara yaitu dengan
kompensasi dan tunjangan merupakan salah satu inisiatif terbaik dimana perusahaan
dapat mengambil langkahnya untuk mempertahankan karyawan. Kompensasi
sebagai alat yang sangat berharga guna mendukung dalam peningkatan retensi
karyawan. Kompensasi juga sebagai motivator agar karyawan lebih berkomitmen
kepada perusahaan dan hasilnnya yaitu akan meningkatkan retensi karyawan.
Selain pemberdayaan dan kompensasi, faktor lingkungan kerja juga
berpengaruh untuk meningkatkan tingkat retensi karyawan. Menurut Moncarz et al.
(2009) dalam Atif Anis, et al (2011) mengemukakan lingkungan kerja dapat menjadi
lebih efektif dari kompensasi dalam hal menjaga retensi karena jika karyawan merasa
lebih puas dan komit
terhadap perusahaan dan apabila ia mempunyai pengalaman
positif dari lingkungan kerja, karyawan tersebut akan lebih lama bertahan di
perusahaan tersebut. Organisasi atau perusahaan yang dapat menjaga lingkungan
kerjanya lebih relax atau lebih santai agar karyawan bisa lebih menikmati pekerjaan
mereka sebagai hal yang tidak membosankan, dan akan lebih mudah untuk menjaga
retensi karyawannya. Karena semakin karyawan relax, efisiensi akan semakin
meningkat. Pendapat tersebut menunjukan bahwa selain pemberdayaan dan
kompensasi, lingkungan kerja juga merupakan salah satu cara untuk membantu
meningkatkan retensi karyawan.
Berdasarkan uraian diatas, terlihat berbagai cara yang diharapkan dapat
membantu menyelesaikan masalah yang terdapat pada divisi umum LPP TVRI yaitu
retensi karyawan yang memberikan pengaruh buruk terhadap stabilitas kinerja LPP
TVRI.
Jika masalah tersebut tidak segera diatasi, di khawatirkan LPP TVRI akan
semakin terpuruk dengan segala masalah yang dimilikinya. Maka untuk upaya
perbaikannya, penulis akan melakukan penelitian yang berjudul
Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja, Pemberdayaan Karyawan dan
Kompensasi terhadap Retensi Karyawan pada divisi umum
LPP TVRI
Jakarta.
|
1.2
1. Apakah ada pengaruh lingkungan kerja terhadap retensi karyawan pada divisi
umum LPP TVRI Jakarta
2. Apakah ada pengaruh pemberdayaan karyawan terhadap retensi karyawan pada
divisi umum LPP TVRI Jakarta
3. Apakah ada pengaruh kompensasi terhadap retensi karyawan pada divisi umum
LPP TVRI Jakarta
4. Apakah ada pengaruh lingkungan kerja, pemberdayaan dan kompensasi terhadap
retensi karyawan pada divisi umum LPP TVRI Jakarta
1.3
1.
Mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap retensi karyawan pada
divisi
umum LPP TVRI Jakarta
2.
Mengetahui pengaruh pemberdayaan karyawan terhadap retensi karyawan pada
divisi umum LPP TVRI Jakarta
3.
Mengetahui pengaruh kompensasi terhadap retensi karyawan pada divisi umum
LPP TVRI Jakarta
4.
Mengetahui pengaruh lingkungan
kerja, pemberdayaan dan kompensasi
tterhadap retensi karyawan pada divisi umum LPP TVRI Jakarta
1.4
Sebagai bahan masukan bagi perusahaan tentang lingkungan kerja seperti
apa yang diinginkan oleh karyawan yang dapat meningkatkan retensi
bagi
para karyawan di dalam industri.
Menginformasikan kepada perusahaan tentang seberapa pentingnya
pengaruh pemberdayaankaryawan terhadap retensi karyawan yang ada di
industri.
Menginformasikan kepada
perusahaan bahwa
seberapa besar sistem
kompensasi yang berpengaruh terhadap retensi karyawan yang ada di
industri.
|
|