BAB 1
LATAR BELAKANG
1.1  Latar Belakang Pemilihan Usaha
Pertumbuhan  ekonomi  Indonesia  yan g  menin gk at  pada  tahun  2013  dengan 
kenaikan pada  Produk  Domestic  Bruto  (PDB)  Indonesia  pada tahun tersebut sebesar 
5,78%  dibandingkan  tahun  2012,  terjadi  pada  semua  sektor  ekonomi.  Dengan 
perolehan  pada  sektor  Keuangan,  Real  Estate,  d an  Jasa  Perusahaan  sebesar  7,56% 
dan  sektor  Jasa-Jasa  sebesar  5,46%.  Pertumbuhan  ekonomi  yang  terjadi,  tidak  lepas 
dari  penin gkatan  jumlah  wirausaha  yang  terus  berkembang  di  Indonesia.  Jumlah 
wirausaha  melonjak  dari  0,24%  menjadi  1,56%  dari  jumlah  penduduk  pada  tahun 
2013.  Saat  ini  tercatat  terdapat  3.707.205  wirausahawan  pada  akhir  2012  lalu.  Dari 
sekian  ban yak  perusahaan  yang  tercatat,  hampir  20  persen  diantaran ya  gulung  tikar 
atau  dinyatakan  bankrupt.  Salah  satu  faktor  kunci  dalam  keberlangsungan  suatu 
usaha  adalah  dengan  mempertahankan  existensi  perusahaan  tersebut  di  mata 
customer.  Oleh  karena  itu peran promosi  memiliki  posisi  yang cukup penting  dalam 
perusahaan.  Salah  satu  cara  yang  dapat  digunakan  perusahaan  dalam  mekanisme 
pemasaran  dan  penjualanya  adalah  den gan  men yelenggarakan  konferensi  dan  event. 
Bagi  sebuah  perusahaan,  konferensi  dan  event  adalah  sebuah  investasi,  jika  sebuah 
konferensi  d an  event  yang  dilaksanakan  oleh  perusahaan  tersebut  ad alah  dalam 
rangka  pendidikan  dan  pelatihan,  termasuk  pemberian  insentif.  Program  ini 
mendorong  peningkatan  skill  individu  maupun  kelompok  dalam  perusahaan  serta 
meningkatkan  apresiasi  terhadap  perusahaan  dari  kar yawanya.  Ada  beberapa 
perusahaan  yan g menyelenggarakan  konferensi dan  event  secara  swa  kelola  atau    in 
house.  Akan  tetapi  masih  banyak  juga  perusahaan  yang  belum  paham  cara  dan 
pentingn ya  menyelenggarakan  kegiatan  MICE  bagi  perusahaanya  dengan  alasan 
sebagai berikut :
1.  Memiliki keterbatasan Sumber Daya Manusia yang terlibat dalam perusahaan 
2.  Keterbatasan dana yang dimiliki perusahaan 
3.  Keterbatasan waktu penyelenggaraan yang sempit 
4.  Keterbatasan kemampuan menyelenggarakan event yang berkualitas 
5.  Keterbatasan jaringan dengan pihak terkait dalam penyelenggaraan event. 
  
Dalam  rangka memecahkan beberapa persoalan  yang  telah  dijabarkan diatas, 
maka  PT.  Diploma  Arthakama  h adir  sebagai  solusi  dan  jawaban  bagi  perusahaan 
perusahaan  yang  ingin  men yelenggarakan  kegiatan  MICE.  PT.  Diploma  Arthakama 
adalah sebuah  perusahaan yang  bergerak pada bidang MICE,  yang menyed iakan  jasa 
penyelenggaraan  Meetin g,  Incentive,  Convention,  dan  Exhibition,  atau  yang  lebih 
dikenal  sebagai  PCO  (Professional  Conference  Organizer).  IAPCO  mendefinisikan 
PCO  sebagai  “sebuah  perusahaan  yang  memiliki  spesialisasi  dalam  penanganan 
kongres.  Perusah aan  ini  bertindak  sebagai  sebuah  konsultan  bagi  panitia  pelaksana, 
dan  melaksanakan  keputusan  berdasarkan  pengalaman  dan  pengetahuan  mereka 
dalam  mengorganisir  sebuah  event.”  Perusahaan  yang  mengkhususkan  diri  dalam 
melayani  penyelenggaraan  konferensi  dan  event secara  paripurna inilah  yang  disebut 
perusahaan  PCO  atau  yang  di  Indonesia  dikenal  sebagai  “usaha  jasa  konvensi, 
perjalanan  insentif  dan  pameran”,  yakni  berdasarkan  Keputusan  Menteri  Parpostel 
No.KM.108/HM  703/MPPT-91  tentang  Usaha  Jasa  Konvensi,  Perjalanan 
Insentif 
dan  Pameran.  Serta  Surat  Keputusan   Direktur  Jenderal  Pariwisata  No.Kep-
06/U/IV/1992  sebagai  tindak  lanjut  dari  UU  No.9  Tahun  1990  tentan g 
kepariwisataan.
Sebuah  PCO  /EO  terlibat  dalam  sebuah  kegiatan  konferensi  d an  Event  bisa 
dimulai  dari  proses  awal,  misalnya  sejak  proses  perencanaan  dan  atau  sebuah 
konferensi  atau  event  (internasional)  sud ah  dimenangkan.  Demikian  pula,  dalam 
konferensi  dan    event    non-internasional  (nasional  atau  daerah).  PCO  bisa  bertindak 
sebagai  inisiator  sebuah  konferensi  dan  event  lalu  ditawarkan  kepada  asosiasi, 
pemerintah  atau  perusahaan,  atau  kelompok-kelompok/lembaga  sosial,  bisa  pula 
sebagai  pelaksana  dari  rencana  yang  sudah  dimiliki  oleh  pihak  panitia,  baik  untuk 
layanan penuh ataupun parsial. 
Meskipun  secara  garis  besar p eranan PCO  dan  EO adalah  sama,  namun  dari 
segi karakteristik manajemen dan cakupan subje
layanan ada perbedaan.  
 
  
Tabel  1.1  Perbedaan  PCO  (Professional  Conference  Organizer)  dengan  EO    
(Event Organizer)
No.  PCO (Professional Conference
EO (Event Organizer)
Organizer)
1  Lebih  dikenal  sebagai  kelompok 
Lebih dikenal sebagai penyelenggara 
kegiatan entertainment dan mini festival 
profesional untuk subjek konferensi dan 
event pameran dan insentif.
2  PCO  berinduk  pada  kementerian 
EO berinduk pada kementrian 
perdagangan.
pariwisata 
3  Scoop pekerjaan PCO (meeting, 
Scoop pekerjaan EO (celebration, social, 
cultural and public relation)
incentive, conference and exhibition) 
dalam skala nasional dan internasional.
4  Jumlah  peserta  PCO  tidak  terbatas  dan 
EO menggarap event yang jumlah 
pesertanya terbatas,kepesertaan 
internasionalnya terbatas dan durasinya 
pun terbatas. Dalam arti  lebih fokus pada
berasal  dari  nasional  dan  internasional 
(delegasi) 
event dalam negeri.
Sumber : (Abdullah, 2009) 
Data  INCCA  (Indonesia  Congress  and  Convention  Association) menunjukan 
bahwa  perbandingan  dari  waktu  ke  waktu  antara  konferensi  dan  event  yang 
diselenggarakan  oleh  panitia in-house dan  professional  organizer masih cukup besar 
yaitu  mencapai  45-50%.  Hal  ini  menunjukan  sebuah  tantangan  bahwa  keterlibatan 
penyelenggara  jasa  konvensi  dan  event  dalam  mengorganisir  berbagai  kegiatan 
konferensi  dan  event  pemerintah,  perusahaan  maupun  asosiasi  masih  sangat  besar, 
mengingat pasar jenis usaha ini memang sangat besar di Indonesia. 
Masih banyak persepsi  yang keliru tentang PCO, diataranya : 
1.  Terdapat tiga kelompok publik yang memiliki persepsi yang berbeda terhadap 
PCO.
2.  Persepsi bahwa PCO itu mahal. 
3.  PCO  memiliki  jaring  atau  lapis-lapis  koordinasi  yang  panjang  dan  rumit, 
karena melibatkan banyak pihak di dalamnya. 
4.  Mengenai waktu 
5.  PCO terlalu mengontrol atau mengendalikan segala sesuatunya. 
  
Berikut adalah penjelasan penjelasan mengenai point-point diatas: 
1.  Tiga  kelompok  publik  yang  memiliki  persepsi  yang  berbeda  adalah,  mereka 
yang  memah ami  dengan  baik  apa  itu  PCO.  Mereka  yang  tahu  PCO  namun 
memiliki  persepsi  yang  keliru  mengenai  PCO.  Dan  yan g  terkahir  adalah 
mereka yang sama sekali  tidak pernah  mengetahui apa  itu  PCO. Diantara tiga 
kelompok  tersebut, jenis kelompok kedua dan ketiga  menjadi  kelompok yang 
dominan  di  Indonesia.  Publik  sering  menduga  bahwa  PCO  itu  adalah  EO. 
Meskipun  ada  beberapa  hal  yan g  menjadi  persamaan  dalam  praktiknya 
keduanya  b erbeda.  EO  berkonotasi  dengan  sebuah  event  yang  berdasarkan 
skalanya  dan  ukurannya  adalah  event  yang  lebih  kecil  dibandingkan  PCO. 
Demikian  pula,  EO  lebih  cenderung  pada  kegiatan  dengan  perayaan-
perayaan.  Menjamurnya  pertumbuhan  EO  di  Indonesia,  namun  tanpa 
kompetensi  yang  kuat  untuk  menyelenggarakan  sebuah  event  MICE 
pemerintahan  atau  asosiasi  internasional,  bisa  merugikan  citra  para 
penyelenggara  MICE  yang  sebenarnya  sangat  mempertaruhkan  nama  baik 
Negara.  Untuk  itu  ke  depan  sangat  diperlukan  kerja  sama  yang  baik  dan 
pembinaan yang sinergis dalam menggarap event MICE internasional. 
2.  Selain  itu  mengenai  anggapan  bahwa  menggunakan  jasa  PCO  itu  mahal, 
ternyata  menjadi  persepsi  yan g 
cukup  ban yak  terdengar  dari  publik.  Banyak 
yang  menduga  bahwa  menggun akan  jasa  PCO  akan  menghabiskan  banyak 
dana,  dan  mengkhawatirkan  tidak  akan  terjadi  efisiensi  anggaran.  Anggapan 
ini  keliru. Bahkan  penggunaan jasa perusahaan  PCO  sebenarn ya justru dapat 
melakukan  penghematan  biaya  dibandingkan  dengan  pen yelen ggaraan  yang 
dilakukan sendiri  (in house) atau amatiran. Jika diambil rata-rata, penggunaan 
jasa perusahaan PCO dapat menghemat biaya sekitar 15-20% dikarenakan : 
a.  PCO  mengetahui dengan baik har ga setiap  satuan  yang harus  dikeluarkan 
untuk  suatu  jasa  atau  baran g  yang  digunakan  dalam  setiap 
penyelenggaraan konferensi dan event.  PCO banyak memiliki pilihan dari 
berbagai supplier dan juga memahami mana jasa atau baran g  yang tepat. 
b.  PCO  memiliki  harga  khusus  yang  tidak  bisa  diperoleh  pihak  lain, 
misaln ya  dalam  harga  kamar  atau  venue,  karena  setiap  perusah aan  PCO 
menggunakan hotel dan venue yang sama dalam waktu yang tidak lama. 
c.  PCO  sudah  sangat  terbiasa  mengerjak an  banyak  pekerjaan  dalam  waktu
yang  ketat  sehin gga  men gur angi  pembiayaan  untuk  SDM  (Sumber  Daya 
  
Manusia)  yang  dikeluarkan  jika  hal  itu  diselenggarakan  dengan  in  house 
atau non-PCO. 
3.  Kemudian,  anggapan  bahwa  PCO memiliki  jaring  atau  lapis-lapis  koordinasi 
yang panjang dan  rumit, karena melibatkan  banyak  pihak  di dalamn ya. Sebab 
ketika  client  atau  users  mempercayakan  pen yelenggaraan  kon ferensi  kepada 
PCO,  maka  kami  akan  menjadi  mitra  dalam  segala  hal  untuk  kesuksesan 
penyelenggaraan  konferensi.  Dan  dengan  menggunakan  jasa  PCO  bisa 
memutus  rantai  birokrasi  yang panjang  dan  lama, dapat  melakukan  pekerjaan 
yang  tepat  dalam  waktu  yang  tepat  dan  dapat  dipercaya  kar ena  sudah 
memiliki  pengalaman  yang  cukup  untuk  setiap  bidang  yang  dikerjakan. 
Penggunaan PCO  akan  menghemat panitia dalam   merekrut  kepanitiaan yan g 
sebenarnya tidak perlu terlalu banyak.
4.  Permasalahan  mengenai  waktu.  Perusahaan  PCO  melakukan  pekerjaan  dari 
A-Z,  dengan  memberikan  perhatian  penuh  pada  detail-detail  kegiatan  untuk 
menyukseskan  kegiatan  konferensi  dan  event.  Dengan  demikian,  perusahaan 
PCO  san gat  handal  dalam  pekerjaan-pekerjaan  administrasi,  mark eting, 
sponsorship,  manajemen  on-site,  termasuk  registrasi,  pengaturan  dan 
pengundangan  pembicara,  persiapan,  logistik,  perizinan,  imigrasi,  venue
selection,  pajak,   koordin asi  dengan  instansi  atau  pejabat  tertentu,  hubungan 
media dan  publik. Kemampuan ini justru dap at menghemat waktu dan secara 
tepat  dapat 
berlangsung  secara  memuaskan  karena  jaringan  kerja  PCO  yang 
baik  dengan  berbagai  pihak  (supplier)  maupun  instansi-instansi  terkait. 
Banyaknya  pekerjaan  yang  harus  dilakukan  serta  waktu  yang  terbatas, 
membuat  kehadiran  perusahaan  PCO  sangat  menentukan.  Jika  semua 
pekerjaan  ini  dilakukan   secara  in-house  atau  amatiran,  selain  sulit  untuk 
pertanggung  jawabanya,  juga  harus melibatkan banyak orang yang kemudian 
akan berdampak pada pengeluaran tamb ahan yan g jumlahnya tidak sedikit.
5.  Penjelasan  yang  terakhir  mengenai  PCO  terlalu  men gontrol  atau 
mengendalikan  segala  sesuatun ya  adalah  keliru,  karena  control  utama    tetap 
ada  pada  panitia  (users).  Panitia  yang  memutuskan  segala  sesuatu, 
dengan 
tentun ya  pertimbangan- pertimbangan  dari  PCO  berdasarkan  pengalaman 
yang  dimiliki.  Fakta  bahwa  perusahaan  PCO  mampu  mengerjakan  banyak 
tugas  d alam  satu  penyelenggar aan  konferensi  atau  event,  itu  merupakan 
karakteristik  para  profesional  konferensi,  namun  hal  tersebut  tidak  membuat 
  
PCO  memutuskan  sendiri.  Yan g  ditawarkan  PCO  adala
jasa 
penyelenggaraan untuk kesuksesan  panitia, dan  hal  itu  berar
bahwa  pemilik 
kegiatan adalah pihak panitia, sehingga panitia lah yan
melakukan kontrol. 
1.2   Perkembangan Industri
Perkembangan  industri  MICE  menjadi  fenomen a  menarik  hingga  awal  abad 
ke-21. Sejak fondasi industri ini diletakan di Eropa Barat dan Amerika akhir abad ke-
19  dan  awal  abad  ke-20,  kebutuhan  akan  pertemuan  (meeting)  meningkat  seiring 
dengan  lahirnya  berbagai  asosiasi  dan  perusahaan-perusahaan.  Kini  semua  bergerak 
semakin lebih  memiliki “keahlian khusus”, lebih terkoneksi, dan lebih up  date. Tidak 
dapat  dipungkiri  bahwa  semua  perkembangan  ini  terjadi  akibat  dinamisnya 
perkembangan transportasi khususn ya transportasi udara. 
MICE telah dikenal sebagai salah satu sektor bisnis dalam industri pariwisata.
Dalam  perkembanganya  dewasa  ini,  sektor  MICE  sedang  menjadi  prioritas  bagi 
banyak    negara  di  dunia.  Karakteristik  segmen  MICE  yang  sangat  spesifik,  dengan 
peluang  revenue  yang  tinggi,  dampak  yang  minimal,  jangkauan  promosi  yang  luas, 
dan  kemampuan  multiplier  effect  nya  yang  sangat  besar  adalah  fakta-fakta  yan g 
sangat  menjanjikan.  Tidak  hanya  di  negara-negara  Amerika  dan  Eropa  yan g 
merupakan  acuan  industri  MICE  dunia,  perkembangan  MICE  kini  telah  merambah 
negara-negara  di  wilayah  Afrika  dan  Asia-Pasifik  termasuk  Indonesia.  Negara-
negara  seperti  Jepang,  India,  China,  Singapura,  dan  Thailand  bahkan  Vietnam,  Sri 
Lanka  dan  Afrika  Selatan  kini  telah  menjadikan  MICE  sebagai  lokomotif  industri 
pariwisatanya. 
Menurut  data  yang  dikeluarkan  oleh  International  Congress  and  Convention 
Association  (  ICCA)  untuk  kawasan  Asia  misalnya,  telah  terjadi  pertumbuhan  yang 
sangat  signifikan  di  sektor  MICE.  Pad a  tahun  1954,  share  penyelenggaraan  MICE 
Asia  terhadap  dunia  hanya  4 %,  tetapi  pada  tahun  1968  meninggkat  menjadi  8%, 
tahun  1974 naik menjadi 9%,  tahun   1982 meningkat lagi  menjadi 11%.  Selanjutnya 
pada  tahun  1992  naik  lagi  menjadi  12%,  tahun  1999  meningkat  menjadi  13%  dan 
pada  tahun  2004  share  penyelenggaraan  MICE  di  Asia  sudah  berada  pada  posisi 
18%.  Dengan  kata lain  dalam  satu  dekade terakhir  MICE  di  Asia telah tumbuh  lebih 
dari 60%.
Berdasarkan  International  Meeting  Statistics  fo  the  Year  2010  yang  dilan sir 
UIA  pada  Agustus  2011,  terdapat  10.318  pertemuan  yang  mereka  catat  pada  tahun 
  
 dengan interval yang regular. Bisa tiap tahun, dua tahunan, lima tahunan dan lainnya,  dan destinasi atau tempat penyelenggaraan  yang bergantian.
tersebut,  8.864  diantaran ya  digelar  oleh  organisasi  internasional  dan  1.454  lainnya 
termasuk pertemuan internasional lainnya. 
Tabel 1.2 Market Share per Benua (Versi UIA, 2010)
Eropa 
53,8% 
Asia 
19,9% 
Amerika (Utara dan Selatan)  19,2% 
Afrika 
3,9% 
Australasia/Pasifik 
3,2% 
Sumber : UIA (Union Internastional Association)  
Kompleksnya permasalahan  pembangunan  dan  globalisasi juga turut  memicu 
tingginya  perkemban gan  demand  (permintaan)  terhadap  industri  MICE.  Kebutuhan 
untuk  melakukan  berbagai  negosiasi,  konsolidasi,  dan  berbagai  agenda  pertemuan 
semakin  meningkat.  Peningkatan  kebutuh an  tersebut  pada  akhirnya  akan 
menciptakan  dampak  ekonomi  yang  signifikan  terhadap  daerah  setempat  dengan 
adanya kunjungan delegasi MICE. 
Lahirn ya  berbagai  festival,  pesta  masyarakat,  eksibisi  olah  raga,  perayaan-
perayaan  ulang  tahun,  dan  lainn ya,  bahkan  telah  mendapat  dukun gan  p emerintah 
maupun  swasta  di  berbagai  daerah,  sebagai  bagian  dari  strategi  pembangunan 
ekonomi, nation and character building dan pemasaran destinasi. 
Pertumbuhan  event  global,  khususnya  sp ecial  event,  saling  b erpengaruh 
terhadap sejarah manusia dan bagi semua budaya. Tradisi event modern  yang tumbuh 
dan berkembang  di berbagai negara dimulai dari event  traditional berabad-abad  lalu. 
Namun,  belum diketahui  kapan tepatnya  sebuah    event  yang diselen ggarakan secara 
profesional  dilaksanakan.  Sepanjang  abad  ke-20,  perubahan  dalam  masyarakat 
dicerminkan oleh perubahan dalam gaya event-event publik (Jhonny Allen, 2002). 
Sejak  penyelenggaraan  konferensi  internasional  pertama  di  Vienna  tahun 
1814,  bisa  dikatakan  konferensi  dan  event  telah   tumbu
menjadi  kekuatan  besar 
pariwisata  maupun  ekonomi  dunia.  Perkemban gan  terakhi
menunjukan,  hampir 
setiap  “keahlian  khusus”  memiliki  asosiasi  tersendiri  yan
menyelenggarakan  satu 
atau  lebih  pertemuan.  Kebanyakan  asosiasi  menggelar  pertemua
yang  berulang 
  
  
Gambar 1.1 Asia Pasific and Middle East Ranking ICCA 2011
Sumber :  ICCA (International Congress and Convention Association) 
(ww.iccaworld.com)  
ICCA  (International  Congress  and  Convention  Association)  memberikan 
gambaran pada  Asia Pasific and Middle East Ran king ICCA 2012 per Cou ntry untuk 
dapat  dijadikan  perbandingan  p ertumbuhan  industri  MICE  di  Asia  Pasifik  dan 
Middle East. 
Tabel 1.3  Asia Pasific and Middle East Ranking ICCA 2012 per Country
Rank
Country
#Meetings 2012
1  Japan 
341 
2  China 
311 
3  Australia 
253 
4  Republic of Korea 
229 
5  India 
150 
6  Singapore 
150 
7  Thailand 
150 
8  Chinese Taipei 
117 
9  Malaysia 
109 
10  Hong Kong 
96 
11  Indonesia 
73 
12  UAE 
48 
Sumber :  ICCA (International Congress and Convention Association) 
(ww.iccaworld.com)  
Berdasarkan  gambar  1.1  dan  Tabel  1.3  d apat  digambarkan   bahwa  posisi 
MICE  di  Indonesia  mengalami  pertumbuhan  yang  cukup  signifikan,  hal  tersebut 
dapat  dilihat  pada  tahun  2011  di  gambar  1.1  bahwa  Bali  menempati  urutan  23,
  
sedangkan  pada  tahun  2012  Indonesia  menempati  peringkat  11  dengan  jumlah 
penyelenggaraan  meeting  sebanyak  73  internasional  meeting.  Berdasarkan  data-data  
perkembangan  yang  cuk up  signifikan  tersebutlah  yang  membuat  kami  melihat  hal 
tersebut  sebagai  pelu ang  dari  industri  yang  menjanjikan.  Dan  dengan  data  diatas, 
dapat  mendeskripsikan  bahwa  industri  MICE  mengalami  pertumbuhan  yang  cukup 
baik, sehingga dapa dijadikan suatu usaha yang potensial. 
Terdapat  beberapa  faktor  pendorong  lain  yang  men yebabkan  cepatnya 
pertumbuhan  industry  MICE  global  berdasarkan  kebutuhan  terkini,  Julie  Spiller 
(2004) memberikan penjelasan sebagai berikut : 
1.  Ekspansi  pemerintahan  dan  semi-pemerintahan,  bersama-sama  dalam 
kebutuhan  pertemuan  yang  semakin  meningkat  antara  sektor  publik  dan 
swasta 
2.  Pertumbuhan  perusahaan  multinasional  dan  lembaga-lembaga  Pannational, 
yang membutuhkan  lebih banyak pertemuan  yang sifatnya interdepartemental 
dan interregional; 
3.  Perkembangan  kebutuhan  asosiasi,  perusahaan-perusahaan,  kelompok-
kelompok profesional 
4.  Perubahan  dalam  teknik  penjualan  (sales),  yang  menggunakan  event 
peluncuran  produk  (product  launches)  dan  promosi  penjualan  (sales 
promotion) 
5.  Meningkatnya kebutuhan  akan pentin gn ya informasi dan metode  yang selalu 
diperbaharui  dalam  kaitannya  dengan  pelatihan  manajemen  (management 
training),  keberlanjutan  pengembangan  profesionalitas,  dan  kehadiran  dalam 
pertemuan ad-hoc maupun yang terjadwal (ad-hoc schedule meetings) 
6.  Kebutuhan  akan  spesialisasi  subjek  sebuah  konferensi  memungkinkan 
seorang ahli untuk menyampaikan informasi kepada sejumlah besar orang. 
Peserta  MICE  pada  umumn ya  adalah  anggota  asosiasi  dan  individu  yang 
memiliki  intergritas  dan  kapabilitas  dalam  pengambilan  kebijakan,  berasal  dari 
kalangan  menengah  ke  atas,  dengan  perekonomian  yang  cukup  mapan  sehingga 
pembelanjaan  yan g  dikeluarkan  lebih  besar,  mencapai  3  sampai  4  kali  lipat  lebih 
besar  dari  wisatawan  biasa.  Rata-rata  pengeluaran  peserta  wisata  konvensi  di 
Indonesia mencapai kurang lebih 900US$ per hari (Badan Pusat Statistik, 2013). 
  
10 
Sementara  itu,  UIA  (Union  International  Association)  yang  juga  memiliki 
database  organisasi  di  dunia,  mencatat  setidaknya  lebih  dari  44.000  lembaga; 
organisasi  intergovermental  dan  lembaga  lainnya  (5.900),  asosiasi  internasional 
NGOs  (38.000),  organisasi  keanggotaan  universal  (529),  organisasi  intercontinental 
(1.050),  organisasi  r egional  dan  jaringannya  (4.100),  asosiasi  informal,  asosiasi 
transnasional  dan   jaringanya  (850),  pendanaan,  yayasan  dan  bank  atau  badan  semi 
otonomi internasional (2.700), organisasi nasional berorientasi intern asional (4.500).
Pertumbuhan  konferensi  dan  event  di  Indonesia  mengalami  kemajuan  yang 
pesat  pada  periode  1993-1994,  dengan    tingkat  pertumbuhan  14,4%  dan  sejak  1997 
hingga kini mengalami  pasang surut dengan pertumbuhan sekitar 5%-10% per tahun. 
Dilihat  dari  jumlah  keseluruhan  wisatawan  yang  berkunjung  ke  Tanah   Air,  jenis 
wisata  kongres  dan  ko nvensi  masih  menduduki  peringkat  ketiga  setelah  wisata 
dengan tujuan berlibur dan bisnis. 
Data  INC CA  menunjukan  bahwa  saat  ini  ada  sekitar  330  perusahaan  yang 
terkait  dengan  jasa  penyelenggaraan  konferensi  (PCO),  belum  lagi  ratusan  lainnya 
sebagai  Event  Organizer(  EO)  dan  Professional  Exhibition  Organization  (PEO). 
Jumlah  ini  menangani  tidak  lebih  dari  15%-20%  pasar  kongres  dan  konvensi 
Indonesia, sedangkan 80%-85% lainnya ditangani oleh panitia secara amatiran. 
Tabel 1.4 Pelaksanaan Kegiatan MICE di Indonesia Periode 2012-2013
No  Jenis
Ta hun 2012
Tahun 201 3
Pekerjaan
Lokal  Nasional  Internasional  Lo kal  Nasional  Internasio nal
1.  Meeting  14  12  6  18    14    8  
2  Incentive  10  6  6  10 =  8    9  
3  Conference    6  5    12   10  
4  Exhibitio n    4  3    12    3= 
  Total  24  28  20  28  46  30
Sumber : Penulis (2014) berdasarkan data yang diolah 
Keterangan : 
: Mengalami Kenaikan 
= : Tidak Men galami Kenaikan 
Perkembangan  yang  menarik  di  Indonesia  ad alah  makin  banyak  perusahaan 
yang bergerak di  bidang  konferensi  dan event,  termasuk supplier-nya. Perusahaan  ini 
bukan hanya ada  di  Ibu Kota,  melainkan  juga  di  berbagai daerah  yang  telah  menjadi 
  
11 
10  daerah  tujuan  wisata  konvensi  Indonesia,  serta  juga  tempat-tempat  yang  telah 
memiliki pusat-pusat konvensi. 
Pusat-pusat konvensi  itu  adalah The  Jakarta  Convention  Center  yang mampu 
menampung  5.000  orang,  The  Jakarta  Fairground  di  Kemayoran,  dan  The  Bali 
International Convention Center yan g  berkapasitas  3.000 orang. Di samping  itu,  ada 
10  daerah  yang  sudah  ditetapkan  sebagai  tujuan  konvensi  untuk  subjek  ilmu  medis, 
sains, industri, teknologi pendidikan, agrikultur dan konservasi alam.
Tabel 1.5 Data Pusat-Pusat Konvensi di Indonesia
No  Nama Venues (Pusat Konvensi)  Daerah  Kapasitas
1  Jakarta Convention center (JCC) 
DKI Jakarta  5000 orang 
2  Jakarta International Convention Center (JIEXPO) Kemayoran  DKI Jakarta  7000 orang 
3  Bandung Convention Center (BCC)  Bandung,Jawa Barat  2500 orang 
4  Sentul International Convention Center (SICC)  Sentul, Bogor  12.000 orang 
5  Trans Convention Center (TCC) 
Bandung,Jawa Barat  2000 orang 
6  Dyandra Convention Center (DCC)  Surabaya,Jawa Timur  3000 orang 
7  Bali International Convention Center (BICC)  Bali  5000 orang 
8  Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC)  Bali  5000 orang 
9  Jogja Expo Center (JEC) 
DI Yogyakarta  1500 orang 
10  Sumatera Convention Center 
Padang  1000 orang 
11  OPI Convention Center 
Palembang  1500 orang 
12  UPI Convention Center 
Padang  2000 orang 
13  Manado Convention Center (MCC)  Manado  5000 orang 
14  Celebes Convention Center (CCC) 
Makassar  5000 orang 
Sumber : Penulis (2014) berdasarkan data yang diolah 
Penetapan  daerah  tujuan   konvensi  ini  merupakan  langkah  tepat,  men gingat 
berbagai  potensi  kekayaan  alam,  sosial  budaya  maupun  sumber  daya  manusia 
Indonesia  yang san gat  besar,  yang  merupakan magnet penarik  bagi pen yelenggaraan 
kegiatan  kongres  dan  konvensi  di  Indonesia.  Berikut  adalah  garis  besar  kekuatan-
kekuatan wisata kongres dan konvensi Indonesia dewasa ini : 
1.  Indonesia  memiliki  perusahaan-perusahaan  penyelenggara  konferensi  dan 
event  yan g  didukung  oleh  para  profesional  tangguh  yang  berkelas 
internasional
2.  Indonesia  memiliki  venues  berupa  pusat-pusat  maupun  hotel-hotel  berkelas 
dari  berbagai  jenis  sebagai  tempat  pen yelenggaraan  kongres  dan  konvensi, 
termasuk di berbagai daerah. 
3.  Indonesia  memiliki  10  Daerah  Tujuan  Wisata  Konvensi  yang  memiliki 
karakteristikn ya  tersendiri  dan  memiliki  kekuatan  pelayanan  yang  unik 
dibandingkan dengan negara-negara lain; 
  
12 
4.  Indonesia  memiliki  keanggotaan  dalam  berbagai  organisasi r egional  maupun 
internasional,  baik di tingkat pemerintahan,  organisasi/asosiasi, dan  memiliki 
berbagai  perusah aan    multinasional  yan g  menjadi  pasar  wisata  kongres  dan 
konvensi. 
5.  Lahirn ya  pusat-pusat  pendidikan  formal  khusus  MICE,  seperti  kerja  sama 
yang  dilakuk an  DPP  INCCA  dengan  Politeknik  Negeri  Jakarta  yang 
membuka  program  D4  MICE,  dan  adanya  dukungan  pendidikan  nonfor mal 
melalui  kursus-kursus  atau  pelatihan-pelatihan,  seperti  yang  dilakukan 
dengan giat oleh INCCA Institute. 
6.  Adan ya  dukungan  masyarakat  dan  pers  yang  demikian  besar  dalam 
memajukan wisata jenis ini. 
Tabel 1.6 Penyelenggaraan Kegiatan MICE di Indonesia Periode 2013
Jumlah Kegiatan
No  Provinsi
MICE  Venue
1.  DKI Jakarta  
35  1.  JCC 
2.  JIEXPO Kemayoran 
2  Bali 
28  1.  Bali International  
Convention Center 
2.  Bali Nusa Dua 
Convention Center 
3  Batam 
12  1.  Sumatera Convention 
Center 
4  Jawa Barat (Garut,Tasik,Bandung)  10  1.  Bandung Convention  
Center 
2.  Sentul International 
Convention Center 
5  Jawa Timur 
10  1.  Dyandra Convention 
(Surabaya,Jember,Bromo,Banyuwangi)  
Center 
6  Jawa Tengah 
14  1.  Jogja Expo Center 
(DIYogyakarta,Solo,Dieng,Tegal,Semarang) 
7  Sulawesi Utara 
14  1.  Manado Convention 
center 
8  Banka-Belitong 
3  1.  Novotel Bangka  
9  Kep. Riau 
7  1.  Labersa Grand Hotel and 
Convention 
10  Irian Jaya (Papua,Raja Ampat)  6  1.  Aston Jayapura 
11  Kalimantan Tengah 
4  1.  Palangkaraya Convention 
Center 
12  Kalimantan Timur 
8  1.  Grand Fortune Hotel 
  
13 
Jumlah Kegiatan
No  Provinsi
MICE  Venue
Berau 
2.  Balikpapan Sport and 
Convention Center 
13  Sulawesi Selatan 
6  1.  Celebes Convention 
Center 
14  Sulawesi Tengah 
3  1.  Aston Luwuk Hotel dan 
Convention Center 
15  Sumatera Utara 
3  1.  Medan  International 
Convention Center 
16  Sumatera Barat 
3  1.  UPI Convention Center 
17  DI. Aceh 
3  1.  Permata Hati Hotel and 
Convention Center 
18  Ternate 
5  1.  Mobon Convention 
Center 
19  Maluku 
2  1.  Aston Natsepa Resort and 
Conference Center 
  Total Kegiatan MICE di Indonesia  176 
 
Sumber : Wonderful Indonesia (http://www.indonesia.travel) berdasarkan data  yang 
di olah. 
Melihat 
besarn ya  peluang/potensi  bisnis  yang  ada  dalam  industri  MICE    dan 
seiring  dengan  terus  meningkatn ya kebutuhan  akan pen yelenggaraan  kegiatan MICE 
(Meeting,  Incentive,  Conference  and  Exhibition),  maka  terbentuklah  perusahaan 
kami 
dengan  harapan  dapat  dan  mampu  memanfaatkan  peluang  industri  serta  turut 
memberikan kontribusi terhadap sektor kepariwisataan Indonesia. 
1.3  Visi dan Misi Usaha
1.3.1  Visi PT. Diploma Arthakama 
Menjadi  perusahaan  pen yelenggara  jasa  meeting,  incentives, 
conference  and  exhibition  yang  terkemuka  d alam  skala  nasion al  dan 
internasional.
1.3.2  Misi PT. Diploma Arthakama
1.  Mengembangkan  manajemen  di  dalam  perusahaan  dengan 
meningkatkan  skill  masing-masing  individu  dengan  mengikuti 
sertifikasi dalam bidang MICE secara bertahap. 
  
14 
2.  Mampu  membangun  jaringan  mitra  pelanggan  di  dalam  instansi 
pemerintahan,  perusahaan  swasta,  dan  asosiasi  dalam  skala  nasional 
atau internasional. 
3.  Menagani  setiap  project  secara  profesional  dan  mengutamakan 
kualitas serta mengedepankan kepuasan pengguna jasa (users).  
4.  Mampu  meningkatkan  nilah  tambah  perusahaan  dengan  kinerja 
manajemen  terhadap  teknologi  dan  informasi,  sert
dap at  membantu 
pemerintah  dalam  memperkenalkan  Indon esia  di  skal
internasional 
melalui media MICE. 
1.4  Value Pada Stakeholder
1.  Kepemimpian yang visioner. 
2.  Unggul menurut stakeholder. 
3.  Pembelajaran perorangan dan organisasional. 
4.  Menghargai tenaga kerja dan mitra. 
5.  Fokus kepada masa depan. 
6.  Mengelola Inovasi. 
Seperti  yang  telah  di  jelaskan  sebelumnya,  bah wa  PT.Diploma  Arthakama 
adalah suatu usah a  yang  bergerak di bidang  industri  jasa  pelayanan MICE  (meeting, 
incentives, conference and exhibiton) dalam skala nasional atau internasional, dengan 
dinamika  kerja  dan  orientasi  mitra  kerja  atau  rekanan  pada  instansi  pemerintah, 
perusahaan  swasta,  asosiasi,  lembaga  donor  internasional  dan  nasional.  Nama 
Diploma  Arthakama  sendiri  diambil  dari  istilah  diploma  yang  memiliki  arti  kata 
(honor,  pow er)  dan  arthakama  yang  memiliki  arti  (kantung  harta).  Dengan  filosofi 
arti  nama  yang  dipilih  tersebut  diharapkan  PT.  Diploma  Arthak ama  dap at  menjadi 
sebuah perusahaan yang memiliki power untuk  menjadi market  leader dalam industri 
MICE serta dapat menjadi perusahaan yang sukses secara finansial.
Berikut adalah logo dari PT.Diploma Arthakama : 
  
15 
  
Gambar 1.2 Logo PT.Diploma Arthakama
Sumber : Penulis (2014) 
PT.  Diploma  Arthakama  berusaha  untuk  dapat  memberikan  jasa 
penyelenggaraan  kegiatan  yang  sesuai  den gan  keinginan  konsumen  atau  pengguna 
jasa  (users)  tentunya  d engan  standar  kualitas  bertaraf  international.  Tidak  hanya 
customer  yang  berasal  dari  instansi  pemerintahan  saja,  namun  diharapkan  juga  dari 
perusahaan swasta dalam negeri maupun luar negeri.
1.5  Tujuan Jangka Panjang
Objektif  jan gka  panjang  dari  PT.  Diploma  Arthakama  untuk  lima  tahun 
mendatang adalah : 
1.  Mampu  men yelenggarakan  kegiatan  Inisiatif  event  yang  di  selen ggarakan 
oleh PT. Diploma Arthakama sendiri maupun rekanan. 
2.  Mampu mengembangkan perusahaan di wilayah-wilayah potensial MICE 
3.  Mampu menyelenggarakan kegiatan konferensi atau event di Lu ar Negeri 
4.  Mampu  mempertahank an  kualitas  dan  reputasi  perusahaan,  sehingga 
pengguna  jasa  (users)  tetap  per caya  terhadap  jasa  yang  k ami  tawarkan  dan 
membuat PT. Diploma Arthakama menjadi lebih dikenal dan lebih maju 
5.  Mampu  meningkatkan   jumlah  customer  atau  pengguna  jasa  (users)  dari 
potensial customer yang ada. 
1.6  Sejarah Berdirinya Usaha
Tahun 2013,  tepatnya  bulan  Juni merupakan  tonggak berdirin ya PT.  Diploma 
Arthakama secara resmi dengan pengukuhan Dep artemen Kehakiman.  
1.  Pengukuhan Kehakiman (Terlampir) 
2.  Surat Ijin Usaha Perusahaan (Terlampir) 
3.  Tanda Daftar Perusahaan (Terlampir) 
4.  NPWP Perusahaan (Terlampir) 
  
16 
PT.  Diploma  Arthakama  menged epankan  profesionalitas  dan  kualitas  dalam 
mengelola  dan  menangani  setiap  pro yek  pekerjaan.  Setiap  langkah  yang  diambil 
sesuai  dengan  Standar  Operasional  Perusahaan  (SOP)  dan  penempatan 
divisi/departemen  dengan  sumber  daya  manusia  muda  dan  profesional.  Dengan 
adanya  pembagian  kerja  diharapkan  mampu  memberikan  pelayanan  yang 
memuaskan dan  prima bagi  mitra  kerja.  Setiap departemen/divisi  pada  PT.  Diploma 
Arthakama  dikelola  oleh  tenaga  muda  handal,  berpengalaman  dan  profesional 
dibidangn ya  sehingga  dalam  pelaksanaan  pekerjaan,  analisa  dan  work  plan  yang 
tersusun,  merupakan  kunci  utama  dalam  menghasilkan  input  optimal  bagi 
perusahaan.  Selain  itu  budaya  kerja  yang  sangat  kekeluargaan  namun  tetap 
menjunjung tinggi  disiplin 
juga  merupakan  ciri  khas  perusahaan  kami.  Beberapa  hal 
tersebut  sangatlah  penting  bagi  kami,  karena  dengan  sistem  manajemen  operasional 
yang  baik  akan  memberikan  hasil  pekerjaan  yang  berkualitas  dan  efektif  yan g 
berguna  bagi  penyelenggara  dan  pelaksana  proyek,  baik  dalam  perencanaan  dan 
pelaksanaan.  
Lokasi  PT.  Diploma  Arthakama  terletak  di  Gedu ng  Graha  Pratama  Lt.  7  Jl. 
MT  Haryono,  Jakarta  Selatan.  Lokasi  ini  sendiri  kami  pilih  dikarenakan  merupakan 
lokasi  yan g  strategis,terletak  dekat  dengan  beberapa  kantor  instansi  pemerintah  dan 
pusat  bisnis  di  Jakarta.  Kemudian  akses  yang  mudah  di  jangkau  serta  lokasi  yang 
n yaman  menjadi  alasan  kami  memilih  lokasi  tersebut  untuk  menjadi  lokasi  kantor 
dari PT.Diploma Arthakama.