BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara yang besar memiliki banyak kebudayaan yang 
tersebar didalamnya dimana silat adalah warisan nenek moyang bangsa Indonesia
dalam mempertahankan diri. Ilmu silat yang berkembang di Indonesia sangat
beragam baik jenis baik dari aliran,teknik,serta lainnya.
Jakarta merupakan bagian dari Indonesia yang dimana memiliki banyak sejarah
pula,dan masyarakat asli Jakarta juga memiliki aliran sendiri dalam silat. Jejak masa
lalu masyarakat kota Jakarta lekat dengan budaya pencak Silat Betawi. Pencak silat
telah mewarnai kehidupan masyarakat Betawi
yang saat itu dikenal juga dengan
nama MAEN PUKUL. Silat dipakai untuk membela diri dan wadah silahturami serta
dipakai untuk acara-acara kawinan di dalam budaya Betawi.
Budaya Silat Betawi itu sendiri telah berkembang sejak lama dari zaman nenek
moyang orang Betawi dahulu, jurus-jurus yang tercipta dalam hasil interaksi manusia
dengan lingkungan sekitar, perubahan alam, pengamatan serta interaksi sesama
manusia. Perkembangannya biasanya dilakukan oleh sang guru kepada murid yang
ingin belajar kepadanya. Dalam penyampaian ilmu dalam budaya Betawi, terdapat
beberapa adat istiadat penerimaan murid sebagai simbol seorang guru menerima
murid. Dalam metode pengajaran Silat Betawi , silat biasanya diajarkan di
perkarangan rumah, kebon dan biasanya pada tengah malam , ini yang membuat Silat
Betawi saat ini kurang cukup berkembang dibandingkan beladiri negara lain dimana
beladiri lain dikembangkan di tempat-tempat gym atau tempat latihan yang memiliki
peralatan lengkap sehingga orang tertarik ingin mengikutinya. Ada pula metode jurus
  
yang disampaikan sang Guru hanya di sampaikan dari mulut kemulut dan kadang
seorang Guru sangat takut membuka ilmunya kepada orang banyak akibat adanya
prasangka akan takut tersaingin. Ini mengakibatkan perkembangan Silat Betawi juga
cukup terhalang karena ada beberapa guru masih menjaga erat rahasia ilmunya.
Hal lain promosi yang kurang gencar seperti beladiri dari negara lain yang sangat
gencar dilakukan bahkan di pusat-pusat kepadatan seperti mall,pameran dll.
Selain itu Silat Betawi sulit berkembang karena adanya stigma negatif di masyarakat
bahwa silat itu mengandung unsur mistik dan gaib yang membuat beberapa orang
enggan untuk mencobanya.
Stigma ini jelas salah dan harus di jelaskan kepada
masyarakat agar mengerti betul tentang silat.
Maka dari itu penulis ingin membuat buku mengenai explore Silat Betawi
yang dimana memiliki kekhasan sendiri dibanding buku lainnya, di dalam buku ini
akan menampilkan visual melalui fotografi konsepsual dimana adegan didalam foto
merupakan settingan untuk menaikan nilai estetika dari Silat Betawi tersebut, tulisan
juga dibuat sangat ringan agar para pembaca dapat membaca buku ini dengan cepat
dan memahami apa itu Silat Betawi secara singkat , padat dan jelas . Berbeda dari
buku-buku silat lainnya dimana lebih menekankan pada tulisan yang membuat buku
yang lain terasa berat dan sedikitnya visual yang ditampilkan, maka dari itu disini
penulis ingin membuat nuansa baru pada buku Silat Betawi yang beredar agar
masyarakat dapat menikmati, serta mencintai Silat Betawi yang merupakan warisan
budaya Indonesia khususnya warga Betawi dan membuat Silat Betawi dapat
berkembang pesat karena seperti beladiri dari negara lainnya yang sudah
berkembang pesat saat ini dinegara kita.
  
Adapun tujuan lain adalah menghapus stigma mistik, angker akan sialt itu sendiri,
dan membuat orang-orang yang ada ingin pula mencoba ataupun melestarikan
budaya yang sangat luar biasa ini.
1.2
Lingkup Proyek Tugas Akhir
Berdasarkan latar belakang tersebut dengan melihat kepada pendekatan Desain
Komunikasi Visual, maka lingkup tugas akan dibuat dalam bentuk buku explore
mengenai Silat Betawi melalui fotografi konsepsual dimana foto-foto tersebut akan
di
buat semenarik mungkin agar penikmat buku dapat tertarik untuk mengetahui
tentang Silat Betawi yang tentu saja bertujuan mempromosikan Silat Betawi itu
sendiri serta meningkatkan nilai estetikanya pula hingga orang dapat merasa
memiliki dan mencintai Silat Betawi itu sendiri.
Jadi ruang lingkup dalam tugas akhir ini berupa pemahaman dasar dari Silat Betawi
,proses perkembangan (pembelajarannya), makna dan tujuan dari Silat Betawi  serta
budaya yang terkandung didalamnya .
Ruang lingkup dasar merupakan pemahaman dasar dimana akan berisi makna dan
keunikan Silat Betawi itu sendiri dibanding silat lainnya yang ada di Indonesia.
Proses perkembangan akan berisi tentang bagaimana seseorang dapat belajar silat
dari seorang guru ,dan metode –
metode pengajaran seperti apa yang diajarkan oleh
seorang guru kepada murid-muridnya.
Lalu didalam buku ini akan menunjukan seberapa penting sang jawara atau ahli Silat
Betawi di dalam masyarakat Betawi di dalam menjaga keamanan dan ketertiban yang
ada. Dimana kita ketahui banyak cerita rakyat menceritakan kisah-kisah sang Jawara
  
Betawi yang sangat dicintai masyarakat karena berusaha melindungi dan mengayomi
masyarakat dengan kekuatan yang dimilikinya.
Serta terakhir akan berisi Silat Betawi dalam budaya masyarakat dimana kita ketahui
bahwa  pada zaman dahulu kala bahwa adanya istilah ngejajal dalam tradisi
masyarakat Betawi dimana seorang orang tua ingin mengetes calon menantunya
apakah sanggup memiliki ilmu beladiri yang cukup untuk melindungi putrinya kelak.
Dari ruang lingkup
ini dirasa sudah cukup untuk menyampaikan informasi singkat
tentang apa itu Silat Betawi dan membuat masyarakat memahami serta mencintai
budaya ini dan ingin melestarikannya agar tidak punah di kemudian hari.
1.3  Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dalam pembuatan buku ini adalah agar dapat membagi
informasi menarik tentang Silat Betawi itu sendiri. Silat Betawi memiliki keunikan
sendiri dibandingkan dari silat lainnya, dari keunikan ini penulis berusaha membuat
foto konsepsual agar bertujuan meningkatkan promosi dari Silat Betawi kepada
masyarakat agar ingin melestarikan budayanya sendiri serta penulis berharap agar
Silat Betawi dapat populer seperti beladiri negara lain hingga keseluruh dunia.
Manfaat yang didapatkan dari buku ini adalah menambah kesan estetika dari
Silat Betawi itu, tidak hanya dikalangan pencinta beladiri, penulis berharap dengan
buku ini kalangan fotografi ,videografi dan seniman yang melihat foto-foto Silat
Betawi ini dapat turut mencintai nilai artistik dan keindahan baik dari gerakan,
filosofi dari Silat Betawi hingga dapat hendak mendokumentasikan keindahan
tersebut dalam bentuk lukisan, foto , video lainnya yang dapat menciptakan promosi
berkelanjutan hingga Silat Betawi tetap eksis dan dicintai dimasyarakat.