BAB I RINGKASAN
KASUS
Pada
tanggal 16
Juli
2007 Rapat
Umum
Pemegang
Saham (RUPS)
PT. Elnusa menghasilkan sebuah keputusan strategis yang sangat penting bagi
pengembangan
bisnis
PT.
Elnusa
yaitu
akan
dilakukannya Initial
Public
Offering
(IPO) yang direncanakan dapat terealisasi Desember 2007. Direncanakan dengan IPO
PT
Elnusa akan meraih dana
Rp 500
miliar
yang
mana
merupakan
hasil penjualan
20% saham. Banyak kalangan melihat bahwa rencana ini sangat cepat direalisasikan
hanya
3
(tiga)
bulan
setelah
Direktur
Utama
Eteng
A.
Salam menduduki
jabatan
barunya.
Bahkan
kalangan
internalpun
merasa terkejut dengan rencana tersebut
mengingat
tidak
begitu
seriusnya
rencana
tersebut
dibahas
dalam beberapa
tahun
belakangan ini. Rencana IPO Elnusa pada tahun 1997 yang dibatalkan karena alasan
krisis moneter juga menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Sulitnya ijin dari
pemegang mayoritas saham yaitu PT. PERTAMINA juga menjadi pertanyaan banyak
pihak, apakah akan berhasil Elnusa menyelenggarakan IPO.
Langakah besar yang
harus dibarengi dengan merger/penggabungan unit usaha baik vertikal maupun
horisontal
juga
menjadi
kegundahan
banyak
kalangan.
Nampaknya
langkah
besar
IPO PT. Elnusa dapat menjadi sebuah kasus manarik untuk ditelusuri lebih mendalam
apa
kunci
keberhasilan
rencana
besar
ini
dan
apa
hambatan
yang
ditemui
dalam
perjalanan
melakukan proses IPO tahap demi tahap. Dengan alasan dan tekad yang
1
|
![]() 2
kuat untuk memicu pertumbuhan dan menghadapi persaingan global, maka IPO
Elnusa resmi dilakukan pada awal tahun 2008.
Struktur saham PT. Elnusa sebelum dan sesudah IPO dapat digambarkan pada
Tabel 1.1.
Pemegang Saham
Sebelum IPO
Sesudah IPO
Pertamina
51,38
41,10
PT Tridaya Esta
46,44
37,15
Publik
20,00
PT Danareksa Daiwa NIF Ventures
1,94
1,17
PT Danareksa (Persero)
0,39
Karyawan PT Elnusa
0,15
0,12
Yayasan Hari Tua
0,07
0.05
Koperasi Karyawan Elnusa
0,01
0,01
Total
100,00
100,00
Tabel 1.1. Struktur Saham PT. Elnusa sebelum dan sesudah IPO
Berdasarkan
Rapat
Umum Pemegang
Saham
Luar
Biasa
PT.
Elnusa Jumat
(18/1) di Jakarta, Direktur Utama Perseroan Eteng A. Salam menetapkan harga saham
perdana PT. Elnusa sebesar Rp. 400 per saham, dengan jumlah saham yang dilepas
1,460 milyar lembar atau setara 20%. Dana hasil IPO diharapkan mencapai Rp. 481-
620 milyar dengan nilai
nominal Rp. 100 per saham.
Eteng
menjelaskan saham ini
akan
memperoleh
pernyataan
efektif
pada
22 Januari
2008,
sedangkan
masa
penawaran berlangsung 25-29 Januari 2008, kemudian penjatahan 31 Januari 2008
|
![]() 3
dan
pencatatan
di
Bursa
Efek
Indonesia (BEI) 4
Februari
2008.
Bertindak sebagai
penjamin emisi Mandiri Sekuritas.
"Saya optimis
investor
strategis
tertarik
membeli saham Elnusa.
Dilihat dari
hasil
roadshow yang
saya
lakukan
pekan
lalu ke
lebih dari
20
institusi
dan
lembaga lokal maupun asing di Jakarta, Singapura, dan Hongkong," papar
Eteng. (Tempo Kamis 23 Agustus 2007)
Dana hasil IPO ini diperuntukkan untuk berbagai hal di antaranya untuk investasi
pengembangan usaha dan pelunasan hutang kepada Bank yang saat ini diambil dari
sindikasi BCA.
Dari
hasil
IPO
Elnusa
berencana
melunasi
utang
kepada sindikasi
bank,
seperti Bank Central Asia (BCA), Bank Internasional Indonesia (BII) dan
Bank
Bukopin, disamping dialokasikan capex
sebesar
US$
100
juta
tahun
ini untuk mendanai sejumlah ekspansi usaha."Dana hasil IPO hanya akan
menutupi 45%
dari total
capex
yang ditargetkan USD 100
juta.
Sekitar
80%-90% dana hasil IPO akan digunakan utnuk investasi di bisnis hulu
migas
seperti
membeli
alat
seismik
dan
rig
sumur
dalam.
Sebesar
10%
untuk modal kerja dan penyertaan di anak perusahaan. Untuk pelaksanaan
IPO, Elnusa sudah menunjuk penjamin
emisi (underwriter) PT Mandiri
Sekuritas.
"Pemegang
saham mengamanatkan
kepada
direksi
agar
perseroan bisa IPO tahun 2007 (www.inilah.com tanggal 18 Januari 2008)
Anak perusahaan PT Pertamina ini sudah kerap disebut bakal IPO dalam beberapa
tahun terakhir. Setelah sekian lama, rasa penasaran publik bakal terjawab, karena
perseroan listing dilakukan pada 4 Februari 2008. Perusahaan yang bergerak dalam
industri minyak dan gas ini mulai melakukan penawaran umum perdana (IPO) pada
25-29 Januari 2008.
Sejumlah persiapan telah dilakukan untuk mensukseskan go public Elnusa.
Seperti mobil yang hendak dijual, supaya laku dengan harga tinggi, perlu
didandani sebaik mungkin. performa perseroan
tahun
2007
melebihi
target.
Pendapatan mencapai Rp 2 triliun atau naik 12% dari tahun 2006. Sedangkan
|
4
laba bersih 2007 sekitar
Rp 105 miliar
atau
naik 27% Tahun
ini dari tahun
2006.
Pertumbuhan
itu
terkait
dengan
reposisi
bisnis
pada
Juni
2007
dan
faktor bisnis up stream. "Untuk tahun 2008 ini kami targetkan performa akan
lebih
meningkat, sebab kontrak-kontrak baru dari up stream akan
mulai kita
rasakan tahun 2008 ini, urai Eteng. (CBN Portal 21 Januari 2008)
Harapan Elnusa tampaknya tidak sulit dicapai karena tahun ini perseroan akan
menggarap sekitar 20 proyek baru dengan nilai kontrak Rp. 700 milyar. Di antaranya
proyek
3D Seismik
Survey
di
Blok
L
Tutong,
Brunei
Darussalam,
blok
milik
konsorsium Loon Energy
Ltd, Nation Petroleum Brunei
Ltd, dan QAF Brunei Sdn.
Karena kinerjanya yang terus bersinar, manajemen yakin melepas sekitar 20% saham
atau sekitar 1,46 milyar lembar saham. Saat ini perusahaan membutuhkan dana
sekitar US$ 100 juta untuk mendukung bisnis perusahaan. Dari total dana itu, dari
emisi saham diperkirakan bisa disumbangkan 45% atau sekitar US$ 45 juta.
Sedangkan dana hasil penawaran umum tersebut 40% akan digunakan untuk membeli
barang
modal
yang
mendukung
bisnis
utama
peseroan,
15%
untuk
pengembangan
dan perluasan aktifitas anak usaha dan perusahaan asosiasi, 20% untuk pembayaran
sebagian hutang kepada bank sindikasi, dan sisanya sebesar 25% untuk modal kerja.
Elnusa merupakan salah satu pemain utama di bidang usaha jasa terpadu hulu migas.
Equity Analist PT. Bank Mandiri Sekurities,
Ahmad Solihin,
mengatakan tingginya
harga minyak dunia telah
mendongkrak kinerja perusahaan-perusahaan migas publik
dunia. Menurutnya, hal tersebut menjadi faktor positif bagi Elnusa karena mereka
mengambil momen yang tepat. Namun, Elnusa juga mesti waspada terkait dengan
stagnasi yang justru dialami perusahaan migas Indonesia di BEJ.
"Harga menjadi faktor pendorong tingginya kinerja perusahaan migas.
Tapi
khusus di Indonesia memang cukup terlihat flat. Stagnannya kinerja
perusahaan, terkait dengan kemampuan perusahaan memanfaatkan
faktor
|
5
positif yang ada menjadi peluang riil. Selain itu, kata dia, banyak perusahaan
itu tidak berhasil
memberikan
guidence yang realistis dan terkesan memberi
gambaran 'menipu' bagi kepada investor. Ini perlu diperhatikan Elnusa ketika
IPO. Jangan sampai memberikan janji-janji yang tidak masuk akal karena itu
selalu diingat investor. Banyak janji perusahaan migas yang mau ekplorasi di
sana-sini (Bisnis Indonesia ,3 September 2007)
Pendapatan bersih Elnusa di 2007 tercatat Rp. 1,15 trilyun, atau Rp. 1,065
trilyun
(92,6%)
dikontribusikan
dari
jasa migas.
Laba
operasi
mencapai
Rp
65,4
milyar sedangkan laba bersih Rp. 50,1
milyar. Pada 2008, pertumbuhan pendapatan
ditargetkan naik 10% dari 2007 sebesar Rp. 2 trilyun, sedangkan laba bersih dipatok
naik 30%.
Elnusa memiliki prospek cukup baik.Apalagi terdorong rencana pemerintah
untuk
meningkatkan lifting
minyak
mentah
menjadi
1,3 juta
barel di 2009,
sehingga aktivitas di bidang pertambangan migas akan meningkat. Selain itu,
rencana Elnusa untuk fokus pada perusahaan penyedia jasa migas secara
terintegrasi akan meningkatkan potensi pertumbuhan kinerja keuangan
perusahaan, mengingat 91,9% kontribusi pendapatan perusahaan diperoleh
dari sektor ini. "Momen IPO untuk saham dapat dimanfaatkan, mengingat
potensi pertumbuhan kinerja emiten di masa mendatang dan cerahnya prospek
industri pertambangan, khususnya migas," papar Felix. Namun, lanjut Felix,
masih ada potensi risiko yang perlu dicermati yakni persaingan usaha, operasi,
dan pemutusan kontrak. (Inilah.com tanggal 18 Januari 2008)
Saat
ini
Elnusa
memegang
kontrak Rp.
700
milyar
dari
sekitar
20
proyek.
Proyek-proyek yang digarap tahun ini meliputi penyediaan jasa migas PT. Pertamina
EP, ConocoPhillips, Total Indonesie, Petro China, Medco E&P Indonesia. Sedangkan
kontrak
lain
dengan
Loon
Energy
Brunei, Japan
Exploration,
Minergy
Berhad
Malaysia, dan Bumi
Siak Pusako. Proyek-proyek
tersebut
dapat
menaikkan
pendapatan sebesar Rp. 2,24 trilyun lebih dan masih akan bertambah, seiring prospek
pasar
luar
negeri
lainnya
yang sedang
dibidik
perseroan
di
kawasan
Asia
Pasifik.
|
6
Menjelang
penawaran saham perdana
kepada
publik
(IPO),
PT.
Elnusa
melakukan
merger tiga anak usahanya yang menjadi pilar hulu migas.
"Merger
ini
akan
mereposisi
bisnis Elnusa menjadi fokus pada `oil dan
upstream services`," (Antara News, 4 Oktober 2007)
Ketiga anak usaha yang dimerger yakni PT. Elnusa Geosains, PT. Elnusa
Drilling Services, PT. EWS Oilfield Service dan PT. Sinar Riau Drilling dimerger
dengan perusahaan induk (holding). Selain merger, katanya, strategi yang digunakan
perseroan adalah dengan menggabungkan PT. Elnusa Telematika dan PT. Elnusa
Rentrakom ke dalam PT. Sigma Cipta Utama.
"Adanya penggabungan
ini
sekaligus
mengubah
status
holding. Jika
selama
ini
merupakan
`startegic
holding`
menjadi
`operational holding` Ini juga
sebagai strategi
memasuki bursa , sebab investor maupun kreditor
umumnya
lebih
menyukai
`operational
holding` ketimbang
`strategic
holding`,"
tambahnya. (Antara News, 4 Okotober 2007)
Elnusa merupakan anak usaha Pertamina yang bergerak di bidang "integrated
oil and gas upstream services" yaitu penyedia jasa dari A sampai Z dalam kegiatan
hulu
migas,
mulai
dari
pengukuran
data seismik
di
lapangan,
pemboran
hingga
eksploitasi
migas.Elnusa
juga
bergerak di
bidang
pengelolaan
ladang
migas
di
beberapa wilayah kerja serta portofolio di bidang usaha telekomunikasi dan penyedia
jasa direktori telepon. Setelah terjadinya Penggabungan Vertikal dan Penggabungan
Horizontal, Perseroan memiliki 6 (enam) Anak Perusahaan dengan kepemilikan lebih
dari 50%
dan 5 (lima) Perusahaan Asosiasi dimana Perseroan memiliki penyertaan
saham secara langsung antara 20% sampai dengan 50%. Langkah ini dilakukan dalam
rangka membuat PT. Elnusa lebih diminati investor karena memiliki jasa yang cukup
|
7
komplit.
Banyak
hal
yang
mungkin
mendasari
perusahaan
untuk
melakukan
IPO
yang diikuti dengan merger di antaranya :
1. Struktur
permodalan
menjadi
lebih
besar
sehingga
dapat
menambah
akses
yang lebih luas kepada sumber-sumber pendanaan untuk mendukung
pertumbuhan perusahaan.
2. Menjamin
adanya transparansi sehingga seluruh etika bisnis dapat dilakukan
dengan baik.
3. Sinergi
lebih dimungkinkan
dalam
upaya
untuk
menghasilkan
aktivitas
operasi yang lebih efisien dan meningkatkan daya saing.
4. Struktur perpajakan menjadi lebih efisien
5.
Memperjelas fokus bisnis Perseroan sebagai perusahaan yang bergerak di
bidang jasa hulu Migas.
|