1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Merger dan akuisisi saat ini bukan suatu fenomena yang baru bagi komunitas
dunia, perusahaan-perusahaan multinasional di Amerika Serikat dan Eropa telah
melakukan
merger
dan
akuisisi
sejak tahun
1960-an.
Terdapat
banyak
alasan
mengapa  suatu  perusahaan  memutuskan  untuk  melakukan  merger  dan  akusisi.
Prinsip dasar dibalik merger dan akuisisi
adalah memberikan value added yang
dikenal dengan istilah sinergi, baik
dalam bentuk peningkatan pendapatan,
pemangkasan biaya, serta pengurangan biaya modal secara keseluruhan. Beberapa
alasan strategis lainnya yaitu untuk saling mengisi kekurangan strategis, memperluas
akses ke pasar global dan memposisikan perusahaan untuk
mengambil keuntungan
dari tren-tren yang berkembang di pasar.
Perubahan lingkungan bisnis internasional
yang
begitu
cepat
telah
meningkatkan  kompetisi  global  dan  dapat  memicu  pada  peningkatan  aktivitas
merger
dan akusisi di seluruh
dunia.
Kegiatan
merger
dan
akusisi
dari
tahun
ke
tahun mengalami peningkatan baik di ruang lingkup negara tertentu maupun di
seluruh dunia. Dari tahun 2000
hingga tahun 2007, telah terjadi pertumbuhan yang
sangat
menakjubkan
dalam
peningkatan
nilai
merger
serta
akusisi.
Pertumbuhan
nilai pada
saat
ini
didukung dengan
kondisi ekonomi
dengan
tingkat
inflasi
yang
cukup rendah, pertumbuhan GDP secara global yang tinggi serta kelangsungan
produktifitas
yang terus meningkat. Kompetisi global dan
intensitisnya
yang terus
1
  
2
meningkat
membuat
perusahaan-perusahaan harus terus beradaptasi terhadap
perubahan-perubahan tersebut diatas.
Pada tahun 1998 terdapat banyak kegiatan merger dan akuisisi kategori besar
yang membuat merger dan akusisi pada tahun sebelumnya tampak kecil. Merger
terbesar
yang
diumumkan
pada
tahun 1998
adalah
penggabungan
antara
Citicorp
dengan Traveller’s Group yang nilainya diperkirakan mencapai USD 77 miliar dan
akuisisi Exxon atas Mobile  dengan perkiraan nilai transaksi sebesar USD 79 miliar
pada era 1990-an. Sebagian besar melakukan merger dan akuisisi akibat dari
keinginan mencapai penghematan
skala
dan
cakupan
(Economics of scale and
scope)dan kekuatan pasar untuk meningkatkan daya saing pasar global. Selain itu,
perusahaan-perusahaan pada beberapa industri berusaha mempersiapkan diri untuk
mengahadapi  masa  depan  saat  perubahan-perubahan  yang  besar  akan  terjadi  di
bidang industri yang sebagian besar merupakan akibat dari perkembangan teknologi.
Di Indonesia, gelombang merger dan akusisi baru muncul mulai sekitar tahun
1970-an. Merger dan akuisisi di Indonesia didominasi oleh perusahaan pengakuisisi
yang telah go public dengan perusahaan target yang belum go public. Di Indonesia,
perusahaan
yang melakukan akusisi
lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan
yang melakukan merger. Frekuensi pelaksanaan merger dan akusisi yang dilakukan
perusahaan  pengakuisisi  di  Indonesia  tergolong  masih  tinggi,  Hal  ini  di  tandai
dengan adanya
fenomena
perusahaan
yang sama
melakukan
kegiatan
merger
dan
akusisi lebih dari sekali dalam setahun.
Merger dan akuisisi telah menjadi topik populer dalam beberapa tahun terakhir
ini. Pada awalnya perbincangan ini terbatas pada kalangan/komunitas pelaku bisnis,
  
3
namun sekarang masyarakat umum mulai familiar dengan dua terminologi ini.Di
Indonesia misalnya, kita menyaksikan berbagai peristiwa merger dan akuisisi seperti
merger
Bank Mandiri, merger Bank Permata, akuisisi Indofood atas Bogasari,
Akuisisi
Bumi
Resources
atas
KPC
dan
Arutmin,
Philip Morris
akuisisi
HM
Sampoerna dan akuisisi Kalbe Farma atas Dankos Lab.
PT. Bumi
Resources, Tbk (BUMI) sebagai salah satu perusahaan lokal yang
pada
awalnya
memulai
usaha
dibidang perhotelan
dan
pariwisata,
mengukuhkan
langkahnya di industi migas dan pertambangan dengan mengakuisisi penghasil
batubara
ke-4
terbesar di Indonesia
PT.
Arutmin Indonesia
(Arutmin) pada
tahun
2001, dan kemudian
mengakuisisi PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
yang
merupakan
penghasil batubara ke-2   terbesar di Indonesia pada tahun 2003. Akuisisi
Arutmin
dan KPC menghantar BUMI sebagai perusahaan produsen batubara terbesar di
Indonesia,
dan
merupakan
salah
satu
eksportir batubara thermal terbesar di dunia,
yang memasok sekitar 8% batubara thermal di pasar Internasional pada tahun 2004.
Pendanaan akuisisi sebesar US$ 685,5 juta dilakukan dengan LBO yang dibebankan
kepada masing-masing perusahaan sekaligus menjadikan transaksi akuisisi
menggunakan LBO terbesar yang pernah dilakukan perusahaan di Indonesia.
Oleh karena itu, topik LBO saat ini
menjadi
hal
yang
menarik
perhatian
kalangan
praktisi
ataupun
masyarakat
awam yang
belum
banyak
mengetahui
bagaimana
transaksi
akuisisi
melalui
LBO.
Untuk
itu
dalam penelitian
ini,
kami
melakukan analisis mengenai proses atau tahapan transaksi LBO, serta memberikan
kesimpulan apakah transaksi akuisisi yang dilakukan BUMI
dengan menggunakan
LBO tersebut dapat dikatakan berhasil dan
faktor-faktor apa saja
yang mendorong
  
4
keberhasilannya. Selanjutnya kami juga akan merumuskan langkah
strategis BUMI
dalam melanjutkan
kelangsungan
hidup
perusahaan
dimasa
yang
akan
datang
mengingat bisnis batu bara sangat bergantung dengan cadangan batu bara serta
kondisi perekonomian global yang mempengaruhi demand terhadap batu bara
sehingga berpengaruh langsung terhadap harga batu bara itu sendiri.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan  uraian  dari 
latar  belakang  diatas, 
maka  yang  menjadi  pokok
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. 
Menganalisis
lebih
mendalam proses
transaksi Leverage
Buyout
(LBO)
yang
dilakukan BUMI. Menjelaskan proses dan struktur dari transaksi tersebut. Ini
akan
mencakup
proses
pembiayaan
serta
kombinasi
teori
dan
proses
merger
untuk kemudian dikombinasikan lagi dengan teori valuasi serta menganalisis key
success factor BUMI dalam meng-akuisisi KPC dan Arutmin melalui LBO
2. 
BUMI
merupakan perusahaan
yang bergerak dibidang Sumber Daya Mineral
Batubara, dimana industri ini sangat rentan terhadap fluktuasi harga dan
terbatasnya cadangan yang ada (scarcity), maka sejalan dengan strategi jangka
panjang BUMI untuk melakukan diversifikasi usaha ke produk mineral lain,
antara lain nikel, bijih besi, dan
emas, penulis menganalisis kemungkinan
investasi yang akan dilakukan BUMI dimasa yang akan datang untuk mencapai
tujuan jangka panjangnya.
  
5
1.3 Tujuan Penelitian
1. 
Menyajikan konsep LBO dan fungsi dari LBO sebagai
salah satu alternatif
pendanaan. Dalam hal ini adalah membahas keunggulan dan kekurangan dari
mekanisme LBO dan bagaimana konsep ini menemukan hambatan dari sistem
keuangan
yang
berlaku
di
Indonesia
saat ini.
Kemudian
pada
akhirnya,
memberikan pengertian mendasar dari aplikasi nyata konsep LBO ini.
2.   Menyajikan key success factor akuisisi KPC dan Arutmin oleh BUMI.
3.   Menganalisis 
bagaimana 
strategi 
BUMI  selanjutnya 
dalam 
mewujudkan
strategi 
jangka 
panjangnya 
untuk 
mendiversifikasikan 
usaha  di 
produk
mineral lain selain batubara.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan thesis akan mencakup :
1.   Proses  peng-akuisisian  Arutmin  dan  KPC  oleh  BUMI,  serta  keberhasilan
BUMI dalam menjual 30% kepemilikannya atas Arutmin dan KPC kepada
TATA dengan harga premium.
2.  Analisis kemungkinan
akan dilakukannya aktifitas
merger
dan
akuisisi
lain
sejalan dengan tujuan jangka panjang perusahaan.
  
6
1.5 Sistematika Pembahasan
Tesis ini akan menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut :
1.   Bab I- Pendahuluan
Dalam bab ini akan diuraikan masalah penelitian, metode penelitian dan
sistematika pembahasan.
2.   Bab II – Landasan Teori
Dalam bab ini akan diuraikan berbagai kerangka teori yang melandasi
penelitian ini.
3.   Bab III- Metodologi Penelitian
Bab ini menguraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian yang
di sajikan dalam bab ini.
4.   Bab IV- Analisis dan Pembahasan
Inti penelitian berupa analisis beserta pembahasan diuraikan secara mendalam
dalam bab ini
5.   Bab V – Kesimpulan dan Saran
Bab terakhir ini akan memberikan kesimpulan dan saran terhadap analisis
yang dilakukan pada bab IV.