BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Sejarah Perusahaan
Awalnya
sekitar
tahun
1970,
Japfa
bergerak
dalam industry
biji
kopra.
Perusahaan
ini
berdiri
pada
tahun
1971 dengan
nama
PT
Java
Pelletizing
Factory, sebuah usaha patungan 50 -
50 antara PT Perusahaan Dagang &
Industri Ometraco dan International Graanhandel Thegra NV.
Pada Oktober 1989, sejalan dengan rencana perluasan bisnis, perusahaan
mendaftarkan
sahamnya
di
bursa
efek
Jakarta dan
Surabaya
(sekarang
menjadi bursa efek Indonesia). Publikasi diikuti keluarnya ijin usaha
menjadikan perusahaan dalam kondisi financial yang sangat kuat untuk masuk
ke dalam industri pakan ternak.
Setelah itu, Japfa membuat langkah strategis dengan
mengakuisisi empat
perusahaan: PT. Comfeed Indonesia (pakan ternak), PT. Ometraco Satwafeed
(pakan ternak), PT.
Indopell
Raya
(pelletizing)
and
PT.
Suri
Tani
Pemuka
(pakan udang). Langkah strategis selanjutnya adalah di tahun 1992, saat Japfa
membeli PT. Multibreeder Adirama
Indonesia (peternakan unggas), PT.
Ciomas Adisatwa (poultry processing operation), peternakan
udang dan
tempat penyimpanan dari Suri Tani Pemuka, dan vaksinasi bagi hewan ternak
oleh PT. Vaksindo Satwa Nusantara.
1
|
2
Langkah-langkah
strategis yang
telah
diambil
telah menjadikan Japfa
sebagai
salah
satu
perusahaan
pakan
unggas
dan
udang
terbesar
dan
terintegrasi di Indonesia.
1.2
Gambaran Perusahaan
PT Supra Sumber Cipta (SSC) merupakan salah satu anak perusahaan dari
Japfa Group. Bisnis utama yang dijalankan Japfa Group meliputi produksi
pakan ternak, peternakan ayam, pemrosesan unggas dan aquaculture farming.
Faktor menonjol yang diterapkan oleh perusahaan adalah operasional yang
telah
terintegrasi
secara
vertikal
dan
penerapan
economics
of
scale
secara
tepat. Dengan menghubungkan operasional mulai dari hulu ke hilir,
perusahaan dapat memberikan output produksi yang berkualitas pada tiap
level produksinya, mulai dari produk makanan hingga produk makanan yang
bersifat
tambahan.
Pengintegrasian telah memberikan kelebihan berupa
perlindungan terhadap volatilitas harga, sensitifitas mengenai produk biologis
yang sehat, dan memberikan peluang untuk dapat meningkatkan pelayanan
yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Economics of scale yang
diterapkan, telah menjadikan Japfa sebagai salah satu produsen makanan
murah di Indonesia.
SSC merupakan produsen daging olahan dengan merek SO GOOD, sosis
siap makan dengan merek SOZZIS, daging segar dengan merek SANTORI
BEEF, dan distributor susu bantal REAL GOOD. Merek-merek produk
konsumen
ini
sudah
sangat
akrab
di
mata
masyarakat.
Tak
heran
jika
SO
|
3
GOOD memperoleh penghargaan sebagai merek terbaik tahun 2005 dan 2006
untuk kategori produk konsumen dari Mars Marketing Research dan majalah
SWA. Sementara Sozzis juga menjadi merek terbaik untuk tahun 2006 dan
tahun 2008.
1.3
Latar Belakang Permasalahan
Pangan
merupakan kebutuhan pokok sekaligus menjadi esensi kehidupan
bagi manusia. Keanekaragaman pangan juga merupakan salah satu prasyarat
pokok dalam konsumsi pangan yang
memiliki nilai gizi dan mutu yang baik.
Usaha menganekaragamkan pangan masyarakat sebenarnya bukan merupakan
hal baru.
Pengaruh
globalisasi
yang
membawa budaya baru di masyarakat, seperti
munculnya
mie
instan,
fast
food dan
sebagainya.
Gaya
hidup
masyarakat
perkotaan
yang
memiliki
mobilitas yang
tinggi
seringkali
mengkonsumsi
makanan
siap
saji
/ fastfood. Kemudahan
seperti
ini
yang
dibutuhkan
oleh
sebagian besar masyarakat perkotaan. Memilih makanan siap saji juga
merupakan
suatu
tantangan
tersendiri bagi
para
konsumen,
pasalnya
segala
sesuatu yang
instan mengandung bahan pengawet
yang memiliki efek buruk
bagi kesehatan. Kebiasaan mengkonsumsi cemilan seharusnya juga menjadi
aktivitas yang sehat bagi masyarakat. Finger food yang biasanya terdiri dari
jenis kacang-kacangan, kerupuk, permen, biskuit, coklat sampai kentang
goreng adalah pilihan yang tersdia untuk dikonsumsi sebagai cemilan.
|
4
Di awal tahun 2005 PT. Japfa Comfeed
Indonesia,tbk
mengeluarkan
produk cemilan sehat dengan merk SOZZIS yang di distribusikan ke
masyarakat oleh anak perusahaan mereka yaitu PT. Supra Sumber Cipta.
Sossis adalah suatu makanan yang terbuat dari daging cincang, lemak
hewan, ternak dan rempah, serta bahan-bahan lain. Sossis umumnya
dibungkus
dalam
suatu
pembungkus
yang
secara
tradisional
menggunakan
usus hewan, tetapi sekarang sering kali menggunakan bahan sintesis, serta
diawetkan dengan suatu cara, misalnya dengan pengasapan. Pembuatan sossis
merupakan suatu teknik produksi dan
pengawetan makanan yang telah
dilakukan sejak sangat lama. Di banyak negara, sossis merupakan
topping
popular untuk pizza. Di Indonesia, sossis biasa digunakan untuk makan
tambahan, dicampurkan dalam nasi goreng, sop, atau omelet. Komsumsi sosis
konvensional ini harus dimasak terlebih dahulu. Perkembangan industri
makanan,
saat
ini telah tersedia sosis
siap
makan
tanpa perlu dimasak atau
dipanaskan terlebih dahulu. Dengan demikian sosis tersebut dapat dimakan
sebagai snack. Inovasi inilah yang dikembangkan oleh Japfa sebagai
perusahaan
yang
memproduksi
makanan olahan
dengan
merk
SOZZIS
yang
menjadi pioneer bagi produk makanan sosis siap makan.
SOZZIS yang diproduksi pertama kali pada tahun 2005 menunjukan
angka yang cukup baik pada peluncuran perdananya. Sebelum terjun ke pasar,
produk
manager SOZZIS telah
melakukan
market research di Bandung
dan
Jakarta
mengenai pemahaman
masyarakat tentang produk
ini. Beberapa
strategi
pemasaran
juga
telah
dilakukan
oleh
tim
marketing,
sehingga
|
5
didapatkan angka yang cukup memuaskan pada awal peluncurannya. Di tahun
kedua, 2006, angka penjualan kembali meningkat 200% (data terlampir). Pada
tahun
ke
tiga,
2007,
angka
penjualan
menurun.
Tidak
terlalu
besar,
tetapi
untuk suatu produk baru hal ini cukup menjadi masalah.
1.4
Rumusan Permasalahan
Beberapa masalah yang akan dititik beratkan pada masalah ini antara lain:
a.
Apakah definisi perusahaan terhadap produk ini telah benar-benar
diterima oleh konsuman sebagai suatu cemilan (makanan yang dapat
langsung dikonsumsi
untuk dinikmati rasanya, kapan saja dan dimana
saja, dan bukan merupakan makanan utama maupun makanan
pembuka ataupun penutup) atau masih difungsikan seperti sosis
konvensional, yakni sebagai makanan pelengkap makanan pokok.
b. Apakah produk ini termasuk dalam produk fashion yang memiliki usia
relatif singkat.
c.
Apakah strategi pemasaran yang dilakukan selama ini sudah tepat,
termasuk pesan yang disampaikan pada para konsumen melalui
iklan
telah mencerminkan bahwa produk ini merupakan cemilan.
d. Apakah saat
ini
masyarakat
sudah
menerima
image
bahwa
SOZZIS
bisa difungsikan sebagai cemilan.
|
6
1.5
Tujuan & Manfaat
Dengan
mengangkat
topik
ini,
tujuan yang
ingin
dicapai
terhadap
para
pembaca adalah :
1. Menganalisa consumer behaviour pada PT Japfa Comfeed Indonesia,
Tbk guna meningkatkan penjualan produk SOZZIS.
2. Memberikan contoh aplikasi secara langsung mengenai teori-teori riset
pemasaran dan penerapannya di dalam praktik.
Sedangkan manfaat yang ingin dicapai terhadap:
1.
PT.
Japfa
Comfeed Indonesia,
Tbk., penelitian ini bermanfaat dalam
memberikan beberapa pandangan untuk memecahkan masalah yang
ada.
2. Rekan-rekan
mahasiswa Universitas Bina Nusantara, penulisan tesis
ini dapat menjadi bahan perbandingan yang memadai dalam rangka
penulisan dan penelitian ilmiah lainnya.
1.6
Ruang Lingkup
Analisa yang akan diangkat di dalam tulisan ini adalah mengenai perilaku
keseharian, perilaku terhadap jenis makanan sosis, dan perilaku terhadap
SOZZIS dari target customer produk SOZZIS.
|
7
1.7
Metodologi Penelitian
Metode
kajian
yang
akan
digunakan
dalam penyusunan
tugas
akhir
ini
adalah :
Teknik diskusi
Teknik diskusi dilakukan dengan pihak perusahaan sebagai Produk
Manager dari SOZZIS untuk mengetahui karakteristik dari penjualan produk,
target
market
yang
dituju,
dan
promosi yang dilakukan untuk penyebaran
informasi tentang produk. Selain itu juga dilakukan diskusi dengan dosen
pembimbing untuk menggali teori yang akan digunakan sebagai landasan
untuk menganalisis masalah dan kesimpulan yang akan diambil.
Market Research
Market research dilakukan dengan
mengumpulkan
bahan
(melalui
questioner) dari masyarakat (konsumen produk SOZZIS) pada khususnya,
untuk mengetahui persepsi yang beredar yang dapat mempengaruhi penjualan
produk-produk dengan inovasi terbaru.
|