1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Jepang sering disebut sebagai
Land of three treasures, atau negeri tiga harta.
Yang
pertama
adalah
kagami
(cermin
Shinto khusus
yang
bisa
merefleksikan
jiwa
seseorang),
yang
kedua
adalah
magatama
(simbol kecintaan dan penghormatan orang
jepang
terhadap alam),
dan
yang
ketiga
adalah nihonto (pedang Jepang)
McClatchie
dalam
Parulski
(1985),
pernah
mengatakan
Tidak
ada
negara
lain
di
dunia
yang
memberikan pengakuan dan penghormatan terhadap pedang sebesar Jepang.
Bahkan
nihonto
juga disebut
sebut sebagai
jiwa seorang samurai. Bahkan
menurut
Banali
(2004),
Nihontou, tidak diragukan
lagi
merupakan senjata tajam terbaik
yang pernah
diciptakan, dan yang lebih penting, adalah suatu karya seni.
Selanjutnya King
(1993)
menyatakan bahwa
semua
kelas
bushi atau
samurai
memiliki satu
jenis
senjata
yang
sama,
yakni
nihonto.
Tentu
saja
mutu
pedang
bagi
pasukan
berkuda
lebih
baik
dibandingkan dengan
pasukan
berjalan
(infantri).
Tetapi
pedang
yang dimilikinya dalam
artian tertentu
adalah
sesuatu
yang
membuat
samurai
menjadi seorang samurai.
nihonto adalah senjata dasarnya, simbol kedewasaannya dan
penjaga bagi kehormatannya sebagai seorang samurai. Dia tidak bisa
lepas darinya,
tanpa mempedulikan sebagai apapun posisinya dalam pertempuran.
Nihonto tertua
yang penah ditemukan di Jepang terbuat dari perunggu. Pedang
dari
besi
pertama
tertanggal
dari
awal
era
kristiani
dan
kemungkinan diperkenalkan
melalui migrasi awal dari Cina. Pedang ini panjangnya 75 90 cm, lurus dan tajam pada
kedua
sisinya, pedang ini sangat berat dan susah dipakai. Menurut sejarah, sebutan
|
2
untuk pedang
ini
adalah Ken. Karena mutunya yang tidak
terlalu baik, sampai sekitar
abad 800 900 pedang dianggap inferior jika dibandingkan dengan busur dan panah.
Menurut legenda,
Amakuni adalah
pembuat
pedang
pertama
yang
membuat
pedang samurai pertama pada sekitar tahun 700an di Yamato.
Ia adalah kepala dari grup
pembuat pedang
yang mengabdi untuk kaisar dan
prajuritnya.
Suatu
hari saat prajurit
tersebut pulang dari medan perang ia,
menyadari bahwa lebih dari setengah prajurit itu
membawa
pedang
patah.
Setelah
mengumpulkan pedang
pedang
tersebut
dan
memeriksanya ia
menemukan
bahwa
pedang
tersebut
patah
karena
buruknya
teknik
tempaannya.
Setelah bersumpah untuk membuat pedang yang tahan lama, ia mengurung
dirinya di bengkelnya. Saat
ia keluar dengan dia
membawa senjata yang
sangat
unik,
karena
tidak
seperti
pedang pada
umumnya
yang
tajam pada
kedua
sisinya
(Moroha)
pedangnya hanya
tajam
pada
salah
satu
sisinya
(kitaba)
dengan
sedikit
lekukan.
Meskipun banyak pembuat pedang lain menertawakannya, namun saat perang pecah dan
setelah prajurit
yang
membawanya kembali
dari pertempuran,
tak satupun
pedangnya
yang patah. Amakuni telah
menghasilkan prototype dari katana, dan desain pedangnya
kemudian banyak diikuti oleh pembuat pedang lainnya.
Nihontou mempunyai
bermacam
macam
variasi
bentuk,
seperti
pada
pada
Sugata (bentuk pedang), Kissaki (bagian
mata pedang),
mune (bagian sisi pedang
yang
tidak tajam), dan nakago (posisi tang). Berdasarkan panjangnya nihonto dibagi menjadi
3. Daito atau pedang panjang, yang terdiri dari Tachi dan Katana, panjangnya lebih dari
2
shaku
atau
60
cm.
Shoto,
yang
termasuk
di
dalamnya
adalah
wakizashi, yang
panjangnya berkisar
antara
1
2
shaku
(30
60
cm),
dan
Tanto
atau
pisau
yang
panjangnya kurang dari 1
shaku. Panjang sebuah pedang
diukur dari ujung
kissaki
|
![]() 3
dengan garis lurus
hingga sampai mune-machi. Untuk
lebih jelasnya bisa dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 1. Cara mengukur nagasa
atau panjang pedang
Di bawah ini adalah nama nama bagian yang terdapat pada nihontou:
Gambar 2. bagian bagian nihontou secara umum.
|
![]() 4
Gambar 3. bagian nihontou secara lebih mendetil. (
|
![]() 5
®
l 5;Jtl
i5;Jtl
J;Jtl
Nwnes is various
))(I tS
I tS
I
f
\
(
)
I&
I)
O)Jtl
Classiiicatiot. of SC>'i
(IJ;!f f"\'; :ll!liilt: j: i)
&
lJ 3)JfMl tJ >l
t.>l
t.:r.·::
t.-!:1:··
ITJJO)
(7] )
Uchigttaoa nakago(KalMa mei}
I,;J. ::
,t
t;
)
"j,::_J](J)
()-;]] )
lachi
N( kar.o(T <:hi-n-.ei)
Gambar
4. bagian-bagian
dari nihontou.
jpsword.com/files/basic/basic.html)
|
6
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai bagian pedang yang terdapat di
gambar tersebut:
1. Kissaki;
Mata pedang, atau didefinisikan sebagai area di atas yokote.
2. Yokote; Garis yang menandakan mulainya kissaki
3. Shinogi;
Garis
yang
menonjol pada ke dua sisi pedang
mulai dari yokote dan
terus mengikuti alur pedang.
4. Ha; sisi tajam pada pedang
5. Yakiba; tepi pedang yang di asah.
6. Hamon; garis tempaan pada pedang.
Sebagai pembatas bagian yang diasah pada
ha dengan bagian yang tidak diasah.
7. Hada;
tekstur
pada
permukaan
pedang
yang
terbentuk
dari
proses
penempaannya.
8. Boshi; tipe hamon yang terdapat pada kissaki.
9. Ji; area diantara shinogi-ji dan yakiba
10. Shinogi-ji;
bagian pedang di antara shinogi dan mune
11. Mune; bagian tumpul dari pedang.
12. Horimono;
istilah umum untuk ukiran yang terdapat pada pedang.
13. Munemachi;
bagian
yang sedikit
masuk
pada
mune,
menandakan permulaan
nakago.
14. Hamachi; sama seperti munemachi, hanya saja terletak pada ha.
15. Nakago; bagian yang tidak dipoles ataupun ditempa yang berada di balik gagang
pedang.
16. Yasuri mei;
tanda berbentuk garis garis pada nakago
17. Mei;
tanda tangan atau nama pedang yang (jika ada) terdapat pada nakago.
|
![]() 7
18. Mekugiana;
lubang tempat memasukan mekugi
(semacam pasak kecil dari
bambu atau gading untuk menyatukan bilah dengan gagang pedang) pada
nakago.
Tipe lekukan pedang
19. Koshi-sori;
tipe
lekukan pedang dimana pusat
lekukannya terletak lebih dekat
dengan nakago daripada kissaki.
20. Wa-sori;
tipe
lekukan
pedang
yang
pusat
lekukannya
terletak
di
tengah
tengah.
21. Saki-sori;
tipe lekukan pedang yang pusatnya terletak dekat dengan kissaki.
Gambar 5. beberapa variasi hamon (http://www.jpsword.com/files/basic/basic.html)
|
![]() 8
Gambar 6. Beberapa contoh tipe hada. (
|
![]() 9
Gambar 7. nioi dan nie (http://www.jpsword.com/files/basic/basic.html)
22. Nioi dan nie;
area yang keras dan terang pada bilah pedang, sebagai hasil dari
proses penempaan pedang, dan membentuk hamon yang terlihat kontras karena
|
![]() 10
warnanya
yang
terang,
yang
terlihat
menyatu
dan
sempit
disebut dengan
nie,
sementara bagian yang terlihat seperti awan atau kabut disebut nioi.
23. Nie deki;
hamon yang terbentuk terutama dari Nie.
24. Nioi deki;
hamon yang terbentuk dari nioi.
Gambar 8. Variasi Yasurimei.
Dari atas ke bawah; Kiri, katte sagari,
suji chigai, O-
sujichigai, Yasuri, Keshou yasuri, higaki, taka no hana, sakataka
no hana, sensuki
|
11
Menurut Sato (1983), Tachi yang merupakan kata yang digunakan yang mengacu
pada pedang secara umum pada pertengahan abad kedelapan, kemungkinan diambil dari
kata
Tachikiru,
yang
berarti
memotong atau
membelah menjadi
dua,
tetapi
di
dalam
Todai-ji
kemmosutcho (daftar benda - benda yang disimpan oleh kaisar di Shoso-in atau
semacam tempat penyimpanan bagi hasil kesenian berharga yang didirikan di Nara pada
zaman
pertengahan
abad ke-
8.)
Tachi
ditulis
ke
dalam beberapa
kanji
yang berbeda.
Tetapi
dua
arti
utamanya adalah
pedang
besar
yang
mengacu
pada
pedang
yang
panjangnya lebih dari 60 cm dan
pedang horizontal yang dipakai untuk pedang yang
lebih pendek.
Koshirae
(sarung
pedang)
pada
Tachi
ini
seluruhnya didisain
untuk
dipakai
dengan cara digantungkan secara horizontal dengan ikat pinggang. Koshirae seperti ini
merupakan trend yang populer sejak abad ke - 3 sampai 9 dan hanya dipakai oleh orang
orang yang berstatus tinggi.
Menurut Friday
(2003)
fungsi
tachi
pada awal
zaman
medieval Jepang
adalah
sebagai berikut,The tachi was a warrior's principal
sidearm, employed when he ran out
of arrows
or was otherwise unable
to bring his bow
into play. Artinya adalah tachi
merupakan senjata tambahan kaum
Bushi yang paling
utama,
yang dipakai jika
seseorang kehabisan anak panah atau tidak bisa menggunakan busurnya.
Berdasarkan
Wikipedia, Katana
merupakan
kata
untuk
menunjuk
pada pedang
panjang (daito) di
Jepang, meskipun banyak orang Jepang
yang menggunakan kata ini
untuk menunjuk pada seluruh pedang Jepang.
Lebih
lanjut
lagi dikatakan bahwa Katana,
digunakan terutama
untuk
menebas,
meskipun masih memungkinkan untuk menusuk lawan.
|
12
Menurut artikel
The
samurai
swords
;
the katana (2003) Katana
pertama
kali
dikembangkan pada
awal
abad ke 15,
ketika
zaman
feodal
telah
mencapai klimaksnya
dengan perang yang dikenal dengan The age of states at war
(sengoku Jidai). Katana
merupakan pedang yang paling penting bagi
seorang Samurai. Kemudian juga banyak
disetujui bahwa
Katana
merupakan
pedang paling
sempurna
yang
pernah
diciptakan.
Saat ini pedang ini paling sering diidentikkan dengan zaman Feodal Jepang.
Katana
ini mempunyai arti yang penting selain sebagai senjata.
Seorang
samurai
tidak akan pernah pergi ke
manapun tanpa
membawa katana.
Itu
merupakan
simbol dari statusnya sebagai seorang samurai, kepatuhannya pada kode Bushido, dan
kesetiaanya kepada
tuannya,
dan
merupakan
kehormatan
yang
besar
untuk
menerima
pemberian sebuah katana bagi seorang samurai.
Hak eksklusif yang diberikan pada kaum
Bushi adalah hak untuk menyandang 2
pedang,
yaitu
Katana dan
Wakizashi. Katana digunakan sebagai
senjata
utama
yang
digunakan dalam pertarungan sementara Wakizashi digunakan untuk memenggal kepala
musuh yang sudah dikalahkan atau untuk melakukan Seppuku.
Selain
hal
yang
sudah
saya
jabarkan di
atas,
saya
juga
akan
menjabarkan
pembagian zaman yang ada pada sejarah Jepang, seperti yang bisa dilihat pada bagan di
bawah ini.
|
![]() 13
Pembagian Zaman Pada Sejarah Jepang
Heian
(742-1184)
Kamakura
(1185-1332)
Muromachi
(1333-1572)
Momoyama
(1573-1599)
Edo
(1600-1867)
Meiji
(1868-1912)
Gambar 11. Pembagian zaman pada sejarah Jepang.
1.2 Rumusan Permasalahan
Dalam skripsi ini saya ingin meneliti tentang faktor faktor penyebab perubahan
nihonto
khususnya
peralihan dari
tachi
menjadi
katana,
ditinjau
dari
fungsi
pedang
tersebut.
1.3 Ruang
Lingkup
Pada
skripsi
ini
saya
membatasi permasalahan pada
zaman Muromachi
sampai
dengan awal Edo. Kemudian,
meskipun saya
tetap akan menjabarkan tentang
bentuk
pedang
yang
ada
pada
periode
tersebut,
saya
hanya
akan
meneliti
perubahan ini
berdasarkan fungsinya saja.
.
|
14
1.4 Tujuan dan
Manfaat
Tujuan
penelitian
ini
adalah
agar
dapat
mengetahui
faktor-faktor penyebab
perubahan
nihonto
peralihan dari
tachi
ke
katana khususnya
pada
pada
zaman
Muromachi sampai awal zaman Edo, ditinjau dari fungsi pedang tersebut.
1.5 Metode
penelitian
Dalam penulisan ini selain saya
menggunakan metode kepustakaan dengan cara
meneliti data yang saya dapatkan dari buku buku di perpustakaan dan artikel artikel
yang saya dapatkan dari internet dengan menggunakan merode deskriptif kualitatif..
1.6 Sistematika penulisan
Skripsi ini akan disusun dengan urutan sebagai berikut :
Bab 1
:
Pendahuluan. bab
ini
membahas tentang (1) Latar belakang yang berisi
tentang
nihontou secara
umum
dan
maknanya bagi
orang
Jepang.
(2)
Rumusan
permasalahan,
membahas
mengenai masalah yang
ingin saya teliti.
(3) Ruang
lingkup
permasalahan, membahas
mengenai
pembatasan
masalah
yang
akan
saya
teliti.
(4)
Metode penelitian, yakni jenis metode penelitian yang akan digunakan. (5) Sistematika
penulisan, yang berisi urutan sub bab yang akan saya tulis
Bab 2
:
Landasan teori yang akan saya gunakan yaitu, untuk teori budaya secara
umum saya menggunakan
teori dari Koentjaraningrat, Tazawa, Geerz, dan wahyu.
Untuk pengertian tachi dan katana
saya menggunakan teori dari Nihon kokugo daijiten
dan Sato.
Bab 3 : Analisis data, bab ini membahas tentang (1) Analisis perubahan bentuk
Tachi ke Tachi yang baru pada zaman Kamakura ke zaman Muromachi periode
|
15
Nanbokucho
dalam
hubungan
dengan
situasi
saat
itu.
(2) Analisis perubahan
bentuk
Tachi ke Katana pada
zaman Muromachi
periode
damai dalam
hubungannya dengan
situasi saat itu. (3) Analisis perubahan bentuk Katana ke Katana yang baru pada zaman
Muromachi periode
Sengoku
Jidai. (4)
Analisis
perubahan
bentuk
katana
pada
zaman
Momoyama serta awal Edo.
Bab 4 : Kesimpulan, berisi kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan dalam
skripsi ini.
Bab 5 : Ringkasan, yang merupakan isi ringkas dari bab 1 sampai dengan bab 5.
|