BAB II
LANDASAN TEORI
 
 
2.1  Business Model Canvas
Dalam  membangun  sebuah  bisnis  kita  seharusnya  memiliki  sebuah  model  bisnis  yang
solid.  Osterwalder  mendefinisikan  “model  bisnis”  sebagai  logika  sebuah  organisasi  untuk
mampu  menghidupi  dirinya  sendiri  secara  finansial.  Sederhananya,  model  bisnis  merupakan 
logika dimana sebuah perusahaan mendapatkan hasil dari penghidupannya. 
Sebagaimana  halnya  seorang  arsitek  menyiapkan  sebuah  blueprint  untuk  menyiapkan 
pembangunan sebuah gedung, maka seorang wirausaha membuat sebuah rancangan model bisnis 
untuk 
mengarahkan  jalan  dan  proses  terbentuknya  suatu  perusahaan.  Demikian  pula  seorang
manajer bisa menggambar model bisnis untuk memvisualisasikan bagaimana sebuah or ganisasi 
bisa bekerja dan berkoordinasi. 
Memahami  cara  kerja  bisnis  bukanlah  tugas  mudah.  Bisnis  yang  besar  atau  kompleks
mempunyai  banyak  komponen  sehingga  tanpa  visualisasi  yang  tepat  akan  sangat  sulit  untuk
menangkap  gambaran  besarnya.  Business  Model  Canvas  menyediakan  sebuah  visual  ringkas 
untuk menggambarkan bagaimana cara kerja dan saling terkaitnya elemen-elemen penting dalam 
sebuah bisnis. 
Terdapat 9 elemen penting dalam sebuah model bisnis menurut Osterwalder dan Pigneur 
(2010) dalam teori nya mengenai sebuah model bisnis yang baik yang disebut dengan 9 building 
blocks of business model canvas.
20 
  
21 
 
Gambar 2.1: 9 building blocks model canvas 
(Sumber: Business Model Generation – Osterwalder, 2010) 
Terdapat 9 komponen penting dalam sebuah business model canvas, yakni: 
1.  Key Partnership 
2.  Key Activities 
3.  Key Resources 
4.  Value Propositions 
5.  Customer Relationships 
6.  Channels 
7.  Customer Segments 
8.  Cost Structure 
9.  Revenue Streams 
  
22 
 
Key Partnerships menggambarkan jaringan para rekanan yang dijalin dalam membangun
sebuah  usaha  bisnis.  Kita  bisa  membagi  key  partnership  menjadi  4  jenis  yaitu,  kerjasama 
strategis  dengan  perusahaan  non-kompetitor,  coopetition  adalah  aliansi  strategis  yang  dijalin 
dengan perusahaan  competitor. Joint  Ventures,  yaitu kerja-sama untuk membuat sebuah  bisnis 
baru dan buyer-supplier adalah hubungan yang dijaga dengan supplier agar kelangsungan supply 
barang-barang terjamin. 
Key Activities  adalah kegiatan  utama  yang dilakukan sebuah bisnis  dalam  memberikan
nilai  kepada  customer  untuk  mendapatkan  revenue.  Beberapa  kategori  key  activities  adalah 
production, problem solving, platform/network.
Key Resources merupakan asset-asset penting yang dibutuhkan sebuah bisnis agar bisnis
tersebut  dapat  berjalan  dengan  baik.  Pihak  yang  termasuk  dalam  kategori  ini  ada  berbagai
macam.  Physical  adalah  asset-asset  yang  berbentuk  fisik  seperti  alat,  bangunan,  mesin  dan 
transportasi logistik. Intellectual adalah sumber daya yang berupa hak intelektual, hak paten dan 
brand yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Human adalah sumber daya manusia yang bekerja
untuk  perusahaan  tersebut.  Financial  adalah  sumber  daya  berupa  modal  atau  uang  yang 
digunakan untuk membiayai kegiatan bisnis sebuah perusahaan. 
Value Proposition nilai atau manfaat bagi para pelanggan (customer) yang tercipta oleh
rangkaian jasa  atau  produk. Kemampuan  untuk memberikan  nilai yang  istimewa adalah alasan 
utama mengapa pelanggan memilih satu perusahaan dibanding yang lain. Berikut adalah elemen-
elemen dari value proposition yaitu, harga, desain, kenyamanan merek atau status, penguarangan 
resiko dan pengurangan biaya. 
Customer Relationship menggambarkan hubungan yang dijalin oleh perusahaan penyedia
jasa atau produk dengan para pelanggannya. Tiga motivasi yang mendorong perusahaan menjalin 
  
23 
 
hubungan dengan pelanggan adalah customer acquisition, customer retention dan boosting sales 
(upselling).
Channels  adalah  saluran  yang  dipakai  oleh  perusahaan  agar  para  pelanggan  dapat
menerima nilai yang diberikan. Fungsi dari channels adalah menciptakan kesadaran adanya suatu 
jasa  atau  produk,  membantu  para  pelanggan  mengevaluasi  produk  atau  jasa  tersebut, 
memungkinkan  pelanggan  untuk  membeli,  menyampaikan  nilai  kepada  pelanggan  dan 
memastikan adanya kepuasan purna-jual melalui dukungan. 
Customer Segments adalah sekelompok individu atau organisasi yang ditargetkan  untuk
menjadi  pelanggan  dari  perusahaan.  Segmentasi  dari  tipe  pelanggan  yang  ditarget  bergantung
kepada jenis produk atau jasa yang ditawarkan. 
Cost  Structure  adalah  biaya  yang  dibutuhkan  untuk  menciptakan  dan  menyampaikan
nilai, mempertahankan hubungan dengan pelanggan dan mendatangkan pendapatan. Biaya dapat 
dihitung secara kasar setelah mendefinisikan key resources, key activities dan key partnerships. 
Revenue  Stream  merupakan  uang  yang  didapatkan  dari  hasil  penjualan  nilai  sebuah
produk atau jasa kepada para pelanggan yang tentunya setelah dikurangi dengan nilai biaya yang 
dibutuhkan untuk membuat nilai tersebut. 
 
2.2  Bauran Pemasaran
Bauran  Pemasaran  atau  “Marketing  mix”  menjadi  dikenal  setelah  H.Neil  Borden 
mempublikasikan  artikelnya  yaitu  “The  Concept  of  Marketing  Mix”  pada  tahun  1964.  Pada
dasarnya  marketing  mix  itu  sendiri  terdiri  dari  4P  yaitu  (Product,  Price,  Place,  Promotion).
Marketing mix ini biasa dipakai oleh manager  marketing  untuk menargetkan  goal  dari  sebuah
produk  ataupun jasanya  agar dapat  memberikan  perceived value  dan  juga  respon yang positif 
  
24 
 
dari tar get marketnya, dan  dalam perkembangannya sekarang lebih dikenal dengan 7P,  dimana 
terdapat 3 lagi tambahannya yaitu (People, Process, Physical evidence) 
1.  Product
Berupa barang atau jasa yang ditawarkan sebuah perusahaan kepada konsumennya. 
   Apa fungsi dan manfaat produk dan jasa anda bagi market. 
   Seperti apakah produk dan jasa anda? 
   Produk suatu perusahaan harus jelas manfaatnya. 
   Manfaat apakah yang didapat dari konsumen jika mereka membeli produk atau jasa 
yang ditawarkan di perusahaan anda. 
2.  Price
   Berapa harga yang akan anda pasang untuk dijual ke market? 
   Keuntungan apa yang  diperoleh dari konsumen jika  menggunakan  produk atau jasa 
anda? 
   Seberapa besar manfaatnya? 
   Berapa  harga  produk  atau  jasa  perusahaan  yang  akan  anda  jual  ke  retail  ataupun
wholesale?
   Bagaimana strategi anda jika anda ingin memberi diskon? 
   Apakah harga produk atau jasa anda sudah sesuai dengan target market anda? 
   Apakah harga yang anda tawarkan sudah benar dengan mengetahui anda mempunyai 
kompetitor? 
3.  Place
Setelah  harga  ditentukan  dengan  benar,  selanjutnya  tempat  untuk  menjual  juga  sangat
penting.  
  
25 
 
    Kemana perusahaan akan menjual produk atau jasa yang sudah ditentukan, retail 
atau wholesale?  
   Apakah perusahaan menjual secara langsung kepada konsumennya? 
   Dengan  berkembangnya  teknologi,  perusahaan  dapat  menjual  produk  atau  jasa 
melalui internet? 
Semua itu kembali kepada perusahaan dan itu semua disesuaikan dengan seperti apakah 
target market produk atau jasa perusahaan tersebut. 
4.  Promotion
Promosi mencakup semua aspek dari advertising, yaitu brosur, packaging, social media, 
salesman, hingga strategi pricing dari barang atau jasa  tersebut. Promosi itu sendiri merupakan
upaya  perusahaan  agar  semua  fungsi-fungsi  pemasaran  suatu  saat  nanti  akan  berakhir  denga
tahapan penjualan. Beriklan melalui  cara  yang unik akan berpengaruh besar kepada konsumen, 
karena  konsumen  akan  mengingat  iklan  produk  anda.  Tetapi  konsumen  juga  harus  mengerti
maksud dari pesan yang perusahaan ingin sampaikan mengenai produk atau jasa dari perusahaan. 
Dikarenakan  bisnis  ini  mengusung  Social  Movement  maka  dalam  promosinya  akan 
menggunakan  pemasaran  sosial,  yaitu  adalah  penerapan  prinsip  dan  teknik  pemasaran  pada 
upaya-upaya  melakukan  perubahan  sosial  yang  positif,  misalnya  kampanye  bahaya  merokok, 
peningkatan  partisipasi  masyarakat  dalam  program  keluarga  berencana  (KB),  penyadaran 
masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai, penggunaan kondom untuk hubungan seks 
yang aman dan sebagainya. Pemasaran sosial berbeda dengan pemasaran komersial seperti yang 
dikenal secara luas, khususnya di lingkungan ilmu manajemen dan bisnis. 
 
 
  
26 
 
5.  Process
Merupakan elemen ke 5 dalam 7P of marketing mix, proses pelayanan perusahaan yang 
diberikan perusahaan kepada konsumen memberikan pengaruh pada psychological target market. 
Dengan  proses  pelayanan  yang  memuaskan,  maka  konsumen  akan  mendapatkan  hasil  yang 
sesuai  dengan  ekspektasi  mereka.  Konsumen  akan  datang  kembali  untuk  membeli  produk 
ataupun jasa dan kepercayaan pun akan didapat. 
6.  Physical Evidence
Elemen  yang  ke  6  dalam  7P  marketing  mix  yaitu  merupakan  bukti  fisik  yang 
mempengaruhi  kepuasan  konsumen  untuk  membeli  dan  menggunakan  barang  atau  jasa  yang
ditawarkan.  Bukti  fisik  pada  perusahaan  yang  menarik  minat  konsumen  agar  datang  ke 
perusahaan.  
7.  People
  Elemen  terakhir  dalam  7P  marketing  mix  yaitu  people.  Elemen  terakhir  ini  sangatlah 
berperan  penting,  mengapa  demikian?  Karena  people  ini  adalah  bagian  dari  perusahaan  yan
berinteraksi langsung dengan konsumen. Saat berinteraksi, mereka akan saling bertukar persepsi 
dan  opininya  secara  langsung.  Selain  itu,  disini  juga  terlihat  apakah  konsumen  sudah  puas
dengan  produk  atau  jasa  dari  perusahaan,  apakah  konsumen  mempunyai  saran  atau  keluhan.
Dengan  adanya  people  yang  dapat  berinteraksi  langsung  dengan  konsumen  akan  membantu 
perusahaan  untuk  mengembangkan  atau  memperbaiki  produk  dan  jasanya.  People  juga 
menentukan loyalitas dari konsumen. 
 
 
 
  
27 
 
2.3  Target pemasaran 
  Besar atau kecilnya perusahaan tidak menjamin perusahaan itu akan sukses kedepannya.
Target pemasaran sangatlah penting untuk memfokuskan konsumen seperti apakah yang menjadi 
target  market  kita,  seperti  apakah  behaviornya?  Dimanakah  mereka  tinggal?  Berapakah 
penghasilan  mereka  perbulan, berapakah  pengeluaran mereka perbulan? 
Dengan  adanya target 
pemasaran ini, perusahaan akan dapat melayani pelanggannya dengan baik.   
Untuk  dapat  melayani  pelanggannya  dengan  baik, perusahaan  harus  menentukan  target 
pemasarannya. Menurut Kotler dan Amstrong (2004, p249) ada tiga langkah produk yang harus 
diambil perusahaan untuk menentukan target pemasaran, yaitu: 
 
1.  Market segmentation
Tahap  pertama  di  STP  adalah  mengidentifikasi  dan  membagi  kelompok–kelompok 
pembeli  yang  mungkin  memerlukan  produk  atau  bauran  pemasaran  yang  berbeda.  Menurut 
Kotler  dan  Amstrong  (2004,  p256  –  260),  variabel  utama  segmentasi  untuk  pasar  konsume
yaitu: 
   Geographic  segmentation:  Segmentasi  yang  digunakan  untuk  membagi  pasar  berdasarkan 
letak  geografis  dimana  para  konsumen  berada,  contoh:  (Negara  apa,  Kota  apa,  Regional
mana, lingkungan) 
   Demographic segmentation:  Segmentasi yang digunakan untuk membagi  pasar berdasarkan 
demografis  dari  para  konsumen,  contoh  (usia,  jenis  kelamin,  pendapatan,  pekerjaan, 
pendidikan, agama, ras dan kebangsaan) 
   Behavior  segmentation:  Segmentasi  yang  digunakan  untuk  membagi  pasar  berdasarkan 
behavior  dari  para  konsumen,  seperti  apa  gaya  hidup  mereka,  seperti  apa  pola  mereka
  
28 
 
berbelanja,  bagaimana  pola  mereka  menggunakan  uang  dan  juga  bagaimana  manajemen 
waktu mereka. 
2.  Market targeting
Tahap  ke  dua  dari  STP  dimana  perusahaan  membagi  grup,  memfokuskan  pada  sisi 
advertising pada sebuah bisnis dan memilih pasar mana yang akan dimasuki dan ditargetkan.
3.  Market positioning
Tahap  ke  tiga  dari  STP, dimana  perusahaan  ber upaya  untuk  membangun  brand  image
dan  keunikan yang  terdapat pada produk  ataupun jasanya kepada  persepsi  konsumen dan juga 
mempunyai kekuatan tersendiri yang berbeda dari kompetitornya. 
 
2.4  Analisa TOWS
Menurut  Kotler  (2003, p102) analisis  TOWS merupakan  evaluasi terhadap keseluruhan 
kekuatan,  kelemahan, peluang dan ancaman. Analisis ini dibagi  dalam 2 bagian,  yaitu analisis 
lingkungan  eksternal  (peluang  dan  ancaman)  dan  analisis  lingkungan  internal  (kekuatan  dan 
kelemahan). Penting bagi suatu perusahaan untuk menganalisis TOWS nya. Dengan mengetahui 
aspek-aspek dalam analisa TOWS, perusahaan dapat mengantisipasi ancaman yang bisa terjadi, 
kelemahan  yang  dimiliki,  meningkatkan  kekuatan  untuk  mengembangkan  keungguluan 
perusahaan menjadi sebuah diferensiasi dan melihat peluang yang ada. Umumnya TOWS sering 
digunakan  untuk  kerangka  kerja/paduan  sistematis  dalam  diskusi  untuk  membahas  kondisi 
alternatif dasar yang menjadi pertimbangan perusahaan. 
  
  
29 
 
Berikut pengertian dari TOWS itu sendiri: 
1.  Threat (Ancaman) 
Faktor-faktor  eksternal  yang membahayakan dan menjadi ancaman  bagi  perusahaan itu 
sendiri. 
2.  Opportunities (Peluang)
Faktor  faktor  eksternal  yang  dapat  meningkatkan  perusahaan  dan  memberikan 
keuntungan pada masa yang  akan  datang, dimana  akan  menjadi  peluang atau kesempatan bagi 
perusahaan tersebut mencapai sukses. 
3.  Weakness (Kelemahan)
Keterbatasan  atau  kekurangan  dalam  sumber  daya,  lemahnya  keterampilan  dan 
kurangnya  kemampuan  yang  secara  serius  dapat  menghalangi  kinerja  efektif  perusahaan. 
Keterbatasan dalam fasilitas, keterbatasan sumber daya keuangan, juga keterbatasan kemampuan 
manajemen dan keterampilan pemasaran merupakan sumber dari kelemahan. 
4.  Strength ( Kekuatan)
Kekuatan atau  keunggulan yang relatif terhadap  pesaing,  mungkin  dari kinerja  ataupun 
kualitas.  Hal yang dimiliki oleh perusahaan  tetapi  tidak dipunyai oleh kompetitor dan menjadi 
keunggulan merupakan Strength dari perusahaan tersebut. 
2.5  Analisis Lima Kekuatan Industri
Sebuah  perusahaan  dalam  menjalankan  sebuah  bisnis  harus  dapat  fleksibel  dalam 
menghadapi persaingan yang  semakin ketat  serta  perubahan tren di  dalam pasar. Strategi  yang 
jitu sangat dibutuhkan agar sebuah perusahaan dapat terus menjaga sustainability nya. Pekerjaan 
seorang  strategist adalah memahami  dan  memberikan keputusan  dalam  menangani  persaingan 
  
30 
 
yang  ada.  Namun,  terkadang  para  manajer  perusahaan  mendefinisikan  para  pesaing  dengan 
konteks  yang  sangat  sempit.  Persaingan  untuk  mendapatkan  profit  tidak  hanya  datang  dari 
kekuatan  perusahaan  lain  dalam  sebuah  industri,  tetapi  terdapat  empat  kekuatan  dalam 
persaingan bisnis lainnya. 
Menurut  pengertian  Michael  Porter  dalam  buku  “HBR’s  10  Must  Read  on  Stategy” 
(2010) terdapat lima kekuatan yang membentuk strategi dalam berbisnis (The Five Competitive 
Forces That Shape Strategy). Teori ini diungkapkan oleh Prof. Michael Porter pada tahun 1979
dalam  sebuah  artikel  pada  Harvard  Business  Review  dan  masih  digunakan  hingga  sekar ang
sebagai standar dalam analisa sebuah industri dalam mendapatkan strategi yang terbaik. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Gambar 2.2: Analisa 5 kekuatan dalam persaingan sebuah industry 
 
  
31 
 
Berikut penjelasan terhadap kekuatan-kekuatan yang ada dalam sebuah per saingan bisnis: 
   Threat of new entrants: 
Michael  Porter  menjelaskan  bahwa  sebuah  perusahaan  baru  yang  masuk  kedalam 
industri  disebut  dengan  market  challenger,  dan  ini  merupakan  ancaman  bagi  semua 
perusahaan  yang  ada  didalam  pasar  tersebut.  Semakin  banyak  nya  “pemain  baru”  yang 
masuk dalam sebuah industri dengan keinginan untuk merebut market share yang selama ini 
dikuasai oleh market leader maka semakin ketat pula persaingan yang dihadapi perusahaan-
perusahaan yang berkecimpung dalam industri tersebut. 
Besarnya  ancaman  dari  market  challenger  tergantung  dengan  barrier  to  entry 
(hambatan  untuk  masuk)  yang  dihadapi  oleh  perusahaan  baru  tersebut.  Secara  umum  ada
enam sumber barrier to entry yang dihadapi oleh para pendatang baru, yaitu: 
1.  Economies  of  scale  adalah  ukuran  skala  industri  yang  dihadapi  oleh  para  pesaing
baru, baik dari produksi, riset, marketing dan service. 
2.  Product differentiation  merupakan  bagaimana  sebuah  perusahaan baru  yang masuk 
kedalam  persaingan  meluncurkan  produk  dan  jasa  yang  berbeda  atau  belum  ada 
dalam industri persaingan tersebut. 
3.  Capital requirements modal awal yang dibutuhkan untuk membuat, menjalankan dan 
memelihara  perusahaan  tersebut  agar  dapat  menjadi  relevan  dalam  pasar  yang 
dimasukinya. 
4.  Cost disadvantages independent of size tidak adanya pengalaman dalam persaingan di 
industri  tersebut  membuat  sebuah  kelemahan  bagi  para  market  challenger, 
dibutuhkan  learning  curve  untuk  memahami  peta persaingan dalam  sebuah industri 
yang sudah dimiliki oleh perusahaan yang sudah ada terlebih dahulu didalam pasar. 
  
32 
 
5.  Access  to  distribution  channels  sebagai  market  challenger  maka  perusahaan  yang 
baru memasuki persaingan dalam pasar harus membangun jaringan distribusinya agar 
menjamin kelancaran kinerja bisnis dari perusahaan tersebut. 
6.  Government  policy  pemerintah  dapat  turut  andil  dalam  membuat sebuah  barrier  to 
entry,  sebagai  contoh  banyak  izin-izin  mendirikan  usaha  yang  dibatasi  oleh
pemerintah,  hal  ini  perlu  diperhatikan  oleh  market challenger  bila ingin  memasuki 
sebuah  persaingan  dalam  sebuah  industri  yang  banyak  dibatasi  oleh  peraturan 
pemerintah. 
   Bargaining power of suppliers 
Berbagai perusahaan sangat bergantung kepada supplier sebagai pemasok kebutuhan 
raw  material  dalam produksi  sebuah  produk  dan jasa.  Menurut  Porter  para  pemasok  jug
mempunyai kekuatan untuk negosiasi kepada perusahaan dalam sebuah industri, terlebih bila 
industri yang dimaksud adalah industri manufaktur. 
Dalam teorinya mengenai kekuatan para  supplier, Porter menjelaskan para pemasok 
memiliki kekuatan terhadap perusahaan apabila: 
   Para  supplier  tidak  hanya  memasok  bahan  untuk  satu  industri  yang  spesifik,  bila 
supplier tersebut memasok kebutuhan perusahaan untuk berbagai industri.
   Raw  material  yang  dipasok  oleh  para  supplier  bersifat  unik  dan  sangat  spesifik 
sehingga  perusahaan  akan  menemukan  kesulitan  untuk  menemukan  pemasok 
pengganti.  Terlebih  lagi  perusahaan  harus  memikirkan  biaya  pengalihan  kontrak 
untuk supplier baru berikutnya. 
   Tidak ada substitusi bagi raw material yang dipasok oleh para supplier. 
  
33 
 
   Bargaining power of buyers 
Para  pelanggan  juga  memiliki  kekuatan  terhadap  suatu  industri,  pelanggan  dapat 
mempengaruhi  dampak  yang  terjadi  pada  sebuah  industri.  Customer  yang  memiliki  daya 
tawar besar adalah pelanggan yang didorong oleh price sensitivity dan value oriented. 
   Customer mempunyai  kekuatan  apabila  jumlahnya  tidak  terlalu  banyak, atau  setiap 
customer membeli produk dengan kuantitas yang banyak 
   Produk yang ditawarkan dalam sebuah industri tersebut telah distandarisasi, sehingga 
para customer tidak peduli akan sebuah brand dari produk yang mereka beli. 
   Para  pelanggan  tidak  memerlukan  biaya  pengalihan  yang  signifikan  bila  berganti 
vendor akan produk yang mereka beli.
   Threat of substitutes 
Menurut  Porter  (1998),  Ancaman  dari  produk  pengganti  akan  kuat  bila  konsumen 
dihadapkan  pada  sedikitnya  switching  cost  dan  jika  produk  substitusi  tersebut  mempunyai
har ga yang lebih murah atau kualitasnya sama bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu 
industri. 
Ancaman terhadap sebuah produk substitusi terjadi apabila: 
   Mempunyai kecenderungan untuk memiliki harga/prestasi yang lebih baik ketimbang 
produk yang ada dalam industri. 
   Menawarkan trade-off antara harga dan performa yang menarik bagi para pelanggan. 
   Switching  cost  (biaya  pengalihan)  dari  sebuah  produk  ke  produk  substitusinya 
tersebut rendah. 
  Dalam hal  yang terakhir, produk  pengganti  sering  kali dengan cepat ikut berperan  jika 
terjadi  perkembangan  tertentu  yang  meningkatkan  persaingan  dalam  industr inya  sendiri  dan 
  
34 
 
menyebabkan penurunan harga/peningkatan prestasi. Analisis terhadap kecenderungan seperti itu 
dapat  menjadi  penting  dalam  memutuskan  apakah  akan  mencoba  untuk  menghadang  produk
pengganti secara strategis/merencanakan strategi dengan menganggap produk pengganti sebagai 
kekuatan pesaing yang tak terhindarkan. 
   Rivalry among existing competitors 
  Persaingan yang terjadi antar perusahaan yang bergerak dalam pasar industri yang sama. 
Dalam menganalisa sebuah industri sebagai market challenger, maka  harus melihat persaingan 
yang  terjadi  di  dalam  industri  tersebut  agar  tidak  menggunakan  strategi  yang  salah  dalam 
bermain di pasar. Persaingan dalam sebuah industr i dapat dibilang tinggi apabila: 
   Terdapat  banyak  kompetitor  dalam  industri  yang  sama  dan  kurang  lebih  memiliki
kekuatan sumber  daya  yang setara  sehingga  menimbulkan persaingan  sengit  antara 
para  pemain  di  dalam  nya.  Terlebih  bila  tidak  ada  industry  leader  sehingga  para
pesaing berebut untuk menjadi market leader dalam industry tersebut. 
   Pertumbuhan  industri  lambat,  sehingga  menimbulkan  ketegangan  dan  pertarungan 
untuk merebut market share. 
   Hambatan  untuk  keluar  dari  persaingan  dalam  industri  berat,  hal  ini  bisa  terjadi 
karena  para perusahaan  telah  menginvestasikan  biaya yang  banyak terhadap  asset-
asset  yang  telah  dibeli.  Biasanya  perusahaan  yang  tidak  mendapatkan  profit  atau 
bahkan mengalami kerugian tidak akan keluar karena beban biaya untuk keluar dari 
industri lebih besar dari biaya terus menjalankan operasi perusahaan tersebut. 
   Komitmen  yang  tinggi  dari  perusahaan  terhadap  industri  yang  mereka  masuki, 
aspirasi  untuk  mencapai  market  leader  juga  menjadi  motivasi  untuk  terus  berada 
didalam industry tersebut 
  
35 
 
2.6  Teori Triple Bottom Line (3P)
  Menurut  Adam  Joseph  (2010)  menyangkut  soal  usaha  yang  berkesinambungan 
(sustainability) dan CSR (Corporate Social Responsibility), maka seorang yang bekerja dibidang 
marketing  dapat menambahkan  sebuah  nilai  lebih  didalamnya.    CSR  adalah  bentuk  tanggung
jawab  sebuah  organisasi  terhadap  efek  yang  ditimbulkan  kepada  masyarakat  dan  lingkungan
akibat kegiatan usahanya. 
  Sebagai sebuah isu bisnis, CSR bukanlah hal yang baru, melainkan sudah ada semenjak 
perdagangan  dimulai.  Pemikiran  yang  populer  akan  sebuah  prilaku  bisnis  yang  baik  adalah 
dengan memakai istilah triple bottom line yang terdiri dari 3P, yakni People, Planet dan Profit. 
Sebuah teori yang dikemukakan oleh John Elkington pada tahun 1997. 
  Dilihat  dari  sisi  marketing,  hal  ini  merupakan  sustainable  marketing  (marketing  yang
berkelanjutan).  Seseorang  yang  bekerja  dibagian  marketing  adalah  orang  yang  paling  dekat 
dengan konsumen, dan cara sebuah organisasi agar sustain ialah dengan mendengarkan apa yang 
di inginkan oleh konsumennya. 
  Oleh  karena  itu  demi  mendapatkan  sustainable  marketing  atau  promosi  yang 
berkelanjutan, sebuah organisasi harus menjalankan kebijakan CSR atau tanggung jawab sosial, 
hal ini akan menaikkan reputasi perusahaan tersebut dan akan mengizinkan perusahaan tersebut 
untuk terus melakukan bisnis. 
Tanggung jawab sosial  nya adalah dari semua kegiatan bisnis organisasi tersebut  harus 
memikirkan dampak  negatif yang  diberikan oleh kegiatan bisnis nya terhadap 3P  yang disebut 
diatas tadi. Lebih baik lagi bila bisnis organisasi tersebut sudah memberikan dampak yang positif 
kepada  3P,  bila  hal  ini  dapat  dilakukan  maka  barulah  perusahaan  tersebut  sudah  merupaka
perusahaan CSR yang dapat sustain. 
  
36 
 
  
 
Gambar 2.3: Diagram Triple Bottom Line 
2.7  Teori Investasi
Menurut Jack Clark Francis (1991), investasi adalah penanaman modal yang diharapkan 
dapat  menghasilkan  tambahan  dana  pada  masa  yang  akan  datang.  Menurut  Frank  Reilly 
(2003) mengatakan,  investasi  adalah  komitmen  satu  dollar  dalam  satu  periode  tertentu,  akan 
mampu memenuhi kebutuhan investor di masa yang akan datang dengan: 
1.  Waktu dana tersebut akan digunakan 
2.  Tingkat inflasi yang terjadi 
3.  Ketidakpastian kondisi ekonomi di masa yang akan datang. 
  Berdasarkan  definisi-definisi  Investasi  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  investasi 
merupakan  suatu  bentuk  pengorbanan  kekayaan  di  masa  sekarang  untuk  mendapatkan 
keuntungan di masa depan dengan tingkat resiko tertentu. 
 
  
37 
 
2.7.1 Jenis-jenis Investasi:
a.  Investasi dalam bentuk asset riil (real assets) = Yaitu investasi dalam aktiva berwujud 
fisik seperti emas, batu mulia dan sebagainya. 
b.  Investasi  dalam  bentuk  surat  berharga/sekuritas  (marketable  securities  financial 
assets)  =  Yaitu  investasi  dalam  bentuk  surat-surat  berharga  yang  pada  dasarnya
merupakan klaim atas aktiva riil yang diawasi oleh suatu lembaga/perorangan tertentu. 
Pemilikan  aktiva  finansial  dalam  rangka  investasi  pada  sebuah  institusi/perusahaan  dapat 
dilakukan dengan dua cara: 
1.  Investasi langsung (direct investing) 
Diartikan sebagai  suatu kepemilikan surat-surat  berharga secara langsung dalam suatu 
institusi/perusahaan  tertentu  yang  secara  resmi  telah  terpublikasi  dengan  tujuan 
mendapatkan tingkat keuntungan berupa deviden dan capital gain. 
2.  Investasi tidak langsung (indirect investing) 
Terjadi  apabila  suatu  surat  berharga  yang  dimiliki  diperdagangkan  kembali  oleh 
perusahaan  investasi yang  berfungsi  sebagai  perantara.  Kepemilikan aset  secara tidak 
langsung dilakukan melalui lembaga-lembaga keuangan yang terdaftar, yang bertindak 
sebagai perantara. Dalam perannya sebagai investor tidak langsung, pedagang perantara 
mendapatkan  deviden seperti  halnya dalam investasi langsung  serta  capital  gain  atau 
hasil perdagangan portofolio yang dilakukannya. 
 
 
  
38 
 
2.7.2 Nilai Waktu Dari Uang
1. Present Value (nilai sekarang) 
  Present  value adalah  berapa  nilai  uang  saat ini  untuk  nilai  tertentu  di  masa yang  akan 
datang. Present value  bisa dicari dengan menggunakan  rumus future value  atau dengan rumus 
berikut ini: 
 
PV = FV (1 + r)-n
Keterangan:
FV =  Future Value (Nilai Pada akhir tahun ke n) 
PV =  Present Value à Nilai Sekarang (Nilai pada tahun ke 0) 
r = Suku Bunga 
n = Waktu (tahun) 
 
Rumus di atas mengasumsikan bahwa bunga digandakan hanya sekali dalam setahun, jika bunga 
digandakan setiap hari, maka rumusnya menjadi: 
FV = PV (1 + r/360)-360n
 
2. Nilai Masa Yang Akan Datang (Future Value) 
  Future value (nilai masa yang akan datang) adalah nilai uang di masa yang akan datang 
dengan tingkat bunga tertentu. Future value dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 
FV = PV (1 + r)n
 
 
  
39 
 
Keterangan:
FV = Future Value (Nilai Pada akhir tahun ke n) 
PV =  Present Value à Nilai Sekarang (Nilai pada tahun ke 0) 
r = Suku Bunga 
n = Waktu (tahun) 
 
Rumus di atas mengasumsikan bahwa bunga digandakan hanya sekali dalam setahun, jika bunga 
digandakan setiap hari, maka rumusnya menjadi: 
FV = PV (1 + r/360)360n
 
2.7.3 Kriteria Investasi
a)  Periode Pengembalian (Payback Period) 
Periode “Payback”  menunjukkan berapa lama (dalam beberapa tahun) suatu investasi akan 
bisa kembali. Periode “Payback” menunjukkan perbandingan antara “initial investment” dengan 
aliran kas tahunan, dengan rumus umum sebagai berikut: 
                                       
                                 Nilai Investasi 
Payback Period = _______________ 
                                         Proceed 
Apabila periode payback kurang dari suatu periode  yang telah ditentukan proyek tersebut 
diterima,  apabila  tidak  proyek  tersebut  ditolak.  Jangka  waktu  yang  dibutuhkan  untuk 
  
40 
 
mengembalikan nilai  investasi  melalui  penerimaan –  penerimaan  yang  dihasilkan oleh  proyek 
investasi tersebut juga untuk mengukur kecepatan kembalinya dana investasi. 
b)  Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) 
  Benefit  Cost  Ratio  (B/C  ratio)  adalah  rasio  antara  manfaat bersih  yang  bernilai  positif 
dengan  manfaat  bersih  yang  bernilai  negatif.  Suatu  proyek  atau  kegiatan  investasi  dapat 
dikatakan  layak  apabila  diperoleh  B/C  >  1  dan  dikatakan  tidak  layak  apabila  diperoleh  B/
<1. Sedangkan  pengertian lain  dari  Analisis  Benefit Cost  Ratio  (BCR) terhadap  suatu  keadaan 
yang  akan  kita sebut sebagai  proyek, merupakan suatu analisis  yang diperlukan untuk  melihat 
sejauh mana  perbandingan antara nilai  manfaat  terhadap  nilai biaya  dilihat  pada kondisi  nilai 
sekarang/present value (PV). Perhitungan analisis BCR didasarkan pada tingkat suku bunga. Jika 
nilai BCR pada suku bunga berlaku lebih besar dari 1,  proyek dikatakan layak secara ekonomi 
dan dapat dikatakan untuk dibangun. Ukuran dari penilaian suatu kelayakan proyek adalah: 
1.  Jika BCR > 1, proyek dapat dikatakan layak untuk dikerjakan. 
2.  Sebaliknya, jika nilai BCR < 1, proyek tersebut tidak layak utuk dikerjakan.  
Secara umum, rumus perhitungan BCR adalah: 
BCR = (PV dari manfaat) / (PV dari biaya) 
 
c)  Net Present Value (NPV) 
  NPV  adalah  selisih  antara  present  value  dari  investasi  dengan  nilai  sekarang  dari
penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang 
perlu ditentukan tingkat  bunga yang  relevan. NPV menunjukkan manfaat  bersih yang  diterima 
dari suatu usaha selama umur usaha tersebut pada tingkat discount rate tertentu. 
  
41 
 
NPV = C0 + (C1 / (1 + r)) 
Dimana  C0  =  Jumlah  uang  yang  diinvestasikan  (karena  ini  adalah  pengeluaran,  maka 
menggunakan bilangan negatif). 
Jika: 
NPV > 0 (nol)   usaha/proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan 
NPV < 0 (nol)   usaha/proyek ) /p y tidak layak (feasible) untuk dilaksanakan 
NPV = 0 (nol)   usaha/proyek berada dalam keadaan BEP dimana 
TR = TC dalam bentuk present value. 
Untuk  menghitung  NPV  diperlukan  data tentang  perkiraan  biaya  investasi,  biaya  operasi,  dan
pemeliharaan serta perkiraan benefit dari proyek yang direncanakan. 
d)  Internal Rate of Return (IRR)
  IRR berasal dari bahasa Inggris Internal Rate of Return disingkat IRR yang merupakan
indikator  tingkat  efisiensi  dari suatu  investasi.  Suatu  proyek/investasi  dapat  dilakukan  apabila 
laju  pengembaliannya  (rate  of  return)  lebih  besar  dari  pada  laju  pengembalian  apabila 
melakukan investasi di tempat lain (bunga deposito bank, reksadana dan lain-lain). 
  IRR  digunakan  dalam  menentukan  apakah  investasi  dilaksanakan  atau  tidak,  untuk  itu 
biasanya  digunakan  acuan  bahwa  investasi  yang  dilakukan  harus  lebih  tinggi  dari  Minimum
acceptable  rate  of  return atau  Minimum  atractive  rate  of  return.  Minimum  acceptable  rate 
return  adalah  laju  pengembalian  minimum  dari  suatu  investasi  yang  berani  dilakukan  oleh 
seorang investor. 
  
42 
 
  IRR  merupakan  suku  bunga  yang  akan  menyamakan  jumlah  nilai  sekarang  dari 
penerimaan  yang  diharapkan  diterima  ( present  value  of  future  proceed)  dengan  jumlah  nilai
sekarang dari pengeluaran untuk investasi. 
Besarnya nilai sekarang dihitung dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut: