5
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1.
Satuan-satuan
Dalam
teknik
penerangan
terdapat
satuan-satuan
yang biasa
digunakan, antara
lain:
1.
Satuan untuk intensitas cahaya (I) adalah kandela (cd)
Intensitas cahaya adalah jumlah energi radiasi yang dipancarkan sebagai cahaya
kesuatu jurusan tertentu (harten, tahun 2002:6).
Contoh:
Lampu suar                                               2.000.000 cd
Dop lampu sepeda dalam reflektor          250         
cd
2.   Satuan untuk flux cahaya (?) adalah lumen (lm)
Flux cahaya yang
dipancarkan oleh
suatu
sumber cahaya
ialah seluruh
jumlah
cahaya yang dipancarkan dalam satuan detik (harten, tahun 2002:7).
Contoh:
Lampu sepeda memberi                           10     lm
Lampu pijar 150 W memberi                   2.100 lm
Lampu TL 36 W memberi                      
3.250 lm
3.   Satuan untuk Intensitas penerangan atau iluminasi (E) adalah lux (lx)
  
6
Intensitas
penerangan atau
iluminansi
di
suatu
bidang
ialah
flux
cahaya
yang
jatuh pada 1 m² pada suatu bidang (harten, tahun 2002:8).
Contoh:
Ruang kantor                                            800      lx
Tengah musim panas, siang hari              50.000 lx
Pekerjaan sangat halus                             3.000 lx
2.2.
Diagram dan Grafik
Untuk
menghitung proyek-proyek penerangan digunakan diagram polar
intensitas
cahaya yang didapat dari buku-buku katalog sesuai dengan jenis lampu dan armatur
dan grafik intensitas penerangan
yang didapat dari hasil perhitungan.
2.2.1
Diagram Polar Intensitas Cahaya
Diagram
Polaritas
intensitas cahaya
menggambarkan jumlah energi
radiasi
yang
dipancarkan kesuatu jurusan
tertentu.
Gambar 2.1
panjang jari-jari
dari 0°
ke
suatu
titik dari
grafik
menyatakan intensitas cahayanya ke
arah
itu dalam satuan candela.
Umumnya diagram-diagram ini diberikan untuk lampu yang memberi 1000 lumen .
Intensitas
cahaya
sebuah
lampu
harus
sebanding
dengan
flux
cahayanya, oleh
karena itu untuk setiap lampu memiliki flux cahaya yang berbeda  dan diagram masih
harus dikalikan dengan jumlah ribuan lumen lampu tersebut.
Jika  lampu  pada  gambar  2.1  mempunyai  6500  lumen,  maka  pada  sudut  0°
intensitas cahayanya akan sama dengan :
6,5 x 150 = 975 cd.
  
7
Gambar 2.1
Diagram Polar Intensitas cahaya
dan armatur
2.2.2.   Grafik Intensitas Penerangan
Diagram
polar
intensitas
cahaya
digunakan
untuk
menghitung
intensitas
penerangan di suatu titik menurut rumus (harten, tahun 2002 : 15).:
I
E
p
=
r²
lux
Intensitas cahaya suatu sumber cahaya (gambar 2.2)  L kearah titik P sama dengan
I=900 cd, dan jarak antara L dan P sama dengan r = 3 m, maka intensitas penerangan
di titik P akan sama dengan:
E
p
=
900
3²
=
100 lux
Gambar 2.2
Arah Intensitas Cahaya
  
8
Intensitas penerangan E¹
di bidang a
1
b¹
tegak lurus pada arah I, menurut hukum
kuadrat akan sama dengan :
E¹ =
I
lux
r
2
Intensitas penerangan E di bidang horizontal a-b, ialah proyeksi dari E¹
pada garis
tegak lurus pada bidang a-b di titik P. jadi :
E
=
E¹
cos a
a
=
sudut antara sinar
cahaya dan
garis
tegak
lurus
pada bidang a
b
di
titik
P.
Rumus ini dikenal dengan hukum cosinus.
Dari dua rumus di atas didapat:
E
=
I
Cos a lux
r²
Jika letak titik cahaya di atas bidang horizontal sama dengan h, didapat :
Cos a =
h
r
Kita dapat melihat grafik intensitas cahaya pada gambar 2.3 dimana semakin jauh
antara
sumber
cahaya
dan
bidang
yang
dipancarkan cahaya
maka
intensitas
penerangannya akan semakin kecil.
  
9
Gambar 2.3
Diagram polar intensitas cahaya sebuah lampu dengan grafik intensitas
penerangannya
2.3.
Sistem Penerangan
Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya tergantung pada konstruksi sumber
cahaya itu sendiri dan pada konstruksi armatur yang digunakan (harten, tahun 2002 :
23). Konstruksi armaturnya antara lain ditentukan oleh
a.   cara pemasangannya pada dinding atau langit-langit;
b. 
cara pemasangan fiting atau fiting-fiting di dalam armatur;
c.   perlindungan sumber cahayanya;
d. 
penyesuaian bentuknya dengan lingkungan;
e.   penyebaran cahayanya.
  
10
Sebagian besar dari cahaya yang ditangkap oleh mata, tidak datang langsung dari
sumber cahaya, tetapi setelah dipantulkan oleh lingkungan.
Karena besarnya
luminansi sumber-sumber cahaya modern, cahaya langsung dan
sumber
cahaya
biasanya
akan
menyilaukan
mata. Karena
itu
bahan-bahan
armatur
harus
dipilih demikian
rupa
sehingga
sumber cahayanya
terlindung
dan cahayanya
terbagi secara tepat.
Berdasarkan pembagian
flux
cahayanya oleh
sumber cahaya dan armatur
yang
digunakan, dapat dibedakan sistem-sistem penerangan di bawah ini:
Sistem penerangan
Langsung ke bidang kerja
a.
Penerangan langsung
90-100%
b.
Terutama penerangan langsung
60-90%
c.
Penerangan Campuran atau penerangan difus
40-60%
d.
Terutama penerangan tak langsung
10-40%
e.
Penerangan tak langsung
0-10%
2.3.1.   Absorpsi
Sebagian
dari
cahaya
yang
mengenai
suatu
permukaan akan
diserap
oleh
permukaan 
itu. 
Bagian  yang  diserap  ini  menimbulkan  panas  pada  permukaan
tersebut. Permukaan yang gelap dan buram menyerap banyak cahaya .
Bagian
flux cahaya
yang diserap oleh suatu permukaan di
tentukan oleh faktor
absorpsi a permukaan itu:
Flux cahaya yang diserap
a
=
Flux cahaya yang mengenai permukaan
  
11
2.3.2.   Refleksi
Jika sinar-sinar cahaya sejajar yang mengenai suatu permukaan, dipantulkan tetap
sejajar,
maka
terjadi
refleksi
cermin
atau
refleksi
teratur
(gambar 2.4).
Refleksi
demikian terjadi pada cermin dan pada permukaan logam yang dipoles.
Jika
sinar-sinarnya dipantulkan tersebar ke semua jurusan,
maka
tenjadi refleksi
baur
atau
refleksi
difus
(gambar 2.5), seperti
yang
terjadi  
pada
suatu
permukaan
kasar, misalnya pada langit-langit yang dikapur.
Antara
dua
bentuk
ini
masih
dijumpai beberapa bentuk
refleksi
lain,
misalnya
refleksi campuran (gambar 2.6). yang dapat dikenali dari permukaan yang berkilat
Kalau bentuk berkas cahaya yang dipantulkan agak lebih teratur, dikatakan bahwa
terjadi refleksi terpencar (gambar 2 .7)
Jumlah
cahaya
yang
dipantulkan
tidak
ditentukan
oleh
mengkilatnya suatu
permukaan, tetapi oleh sifat-sifat dan permukaan bahannya. Permukaan difus kadang-
kadang
dapat
memantulkan
lebih
banyak
cahaya
daripada
suatu
permukaan
yang
mengkilat.
Gambar2.4 Refleksi teratur
Gambar2.5 Refleksi baur
  
12
Gambar2.6 Refleksi campuran
Gambar2.7 Refleksi terpencar
Bagian 
flux 
cahaya 
yang 
dipantulkan  ditentukan  oleh 
faktor  refleksi  r 
suatu
permukaan:
Flux cahaya yang dipantulkan
r =
Flux cahaya yang mengenai permukaan
Faktor refleksi 0,6 atau 60% berarti, bahwa 60% dan flux cahaya yang mengenai per
permukaan dipantulkan.
2.3.3.   Transmisi
Bahan-bahan tembus cahaya, seperti berbagai jenis kaca, akan
memantulkan atau
menyerap
hanya
sebagian
saja dari
cahaya
yang
mengenainya.
Sebagian
besar
dan
cahaya itu dapat menembus bahan-bahan tersebut.
Gambar 2 .8 memperlihatkan transmisi teratur. Sinar-sinar cahaya yang masuk sejajar
keluar tetap sejajar.
Gambar  2.9  memperlihatkan  transmisi  difus  sempurna.  Sinar-sinar  yang  masuk
sejajar, keluar tersebar, seperti misalnya pada kaca opal.
  
13
Gambar 2.10 memperlihatkan transmisi campuran yang merupakan gabungan antara
transmisi teratur dan transmisi difus.
Gambar 2.8  Transmisi teratur
Gambar 2.9   Transmisi difus sempurna
Gambar 2.10   Transmisi campuran
Flux cahaya yang dapat menembus
t
=
Flux cahaya yang mengenai permukaan
2.4.   Armatur
Armatur-armatur lampu dapat dibagi menurut beberapa cara, yaitu (harten, tahun
2002 : 29):
1. 
berdasarkan  sifat  penerangannya,  atas 
armatur 
untuk  penerangan 
langsung,
sebagian besar langsung, difus, sebagian besar tak langsung dan tak langsung,
  
14
2. 
berdasarkan konstruksinya, atas armatur biasa, kedap tetesan air, kedap air, kedap
letupan debu dan kedap letupan gas;
3. 
berdasarkan penggunaannya, atas armatur untuk
penerangan
dalam,
penerangan
luar,
penerangan industri,
penerangan dekorasi,
dan
armatur
yang
ditanam
di
dinding atau langit-langit dan yang tidak ditanam;
4. 
berdasarkan bentuknya, atas armatur balon, pinggan,  armatur pancaran lebar dan
pancaran terbatas;
kemudian
armatur
kandil, palung dan armatur-armatur jenis
lain
untuk
lampu.
lampu bentuk tabung;
5. 
berdasarkan
cara
pemasangannya,
atas
armatur
langit-langit dinding.
gantung,
berdiri, armatur gantung memakai pipa dan armatur gantung memakai kabel.
Bentuk
sumber
cahaya
dan
armatur
harus
demikian
rupa
sehingga
tidak
me-
nyilaukan mata. Bayang-bayang harus ada, sebab bayang-bayang ini diperlukan untuk
dapat
melihat
benda-benda
sewajarnya.
Akan
tetapi
bayang-bayang
itu
tidak boleh
terlalu tajam.
2.4.1.   Penerangan langsung
Efisiensi
penerangan
langsung
sangat
baik.
Cahaya
yang
dipancarkan sumber
cahaya seluruhnya diarahkan
ke bidang
yang
harus diberi
penerangan; langit-langit
hampir tidak ikut berperan. Akan tetapi sistem penerangan ini menimbulkan bayang--
bayang
yang
tajam.
Keberatan
ini
dapat
dikurangi
dengan
menggunakan sumber--
sumber
cahaya
bentuk
tabung
(lampu
TL).
Pada
gambar
2.11
menunjukan armatur
untuk penerangan langsung.
  
15
2. 
berdasarkan konstruksinya, atas armatur biasa, kedap tetesan air, kedap air, kedap
langsung mengenai mata.
Penerangan 
langsung  terutama  digunakan  di 
ruangan-ruangan, 
yang 
tinggi,
misalnya di bengkel dan pabrik, dan untuk penerangan luar.
Gambar 2.11  Armatur palung
2.4.2
Terutama penerangan langsung
Efisiensi
penerangan yang
sebagian
besar
langsung
ini
juga
cukup
baik.
Dibandingkan
dengan
penerangan
langsung,
pembentukan
bayang-bayang dan
kilaunya agak kurang. Sejumlah kecil cahaya dipancarkan ke
atas, karena
itu kesan
mengenai
ukuran ruangannya menjadi
lebih
baik.
Pada
Gambar
2.12
menunjukan
armatur
untuk
terutama penerangan langsung
dimana diagram polaritas menunjukan
cahaya yang dipancarkan tersebar hingga ke atas.
  
16
Gambar 2.12. Armatur terutama penerangan langsung
2.5.
Cara menghitung penerangan dalam
Untuk
suatu perusahaan produksi,
penerangan
yang
baik
antara
lain
memberi
keuntungan-keuntungan berikut ini(harten, tahun 2002 : 37).:
a.  peningkatan produksi;
b.
peningkatan kecermatan;
c.  kesehatan yang lebih baik;
d. 
suasana kerja yang lebih nyaman;
e.. keselamatan kerja yang lebih baik
Pilihan mengenai sistem penerangan yang sebaiknya digunakan dipengaruhi oleh
banyak faktor, antara lain:
a. 
intensitas penerangannya di bidang kerja;
b. 
intensitas penerangan umumnya dalam ruangan;
c.  biaya instalasinya;
d. 
biaya pemakaian energinya;
  
17
e.. biaya pemeliharaan instalasinya antara lain biaya untuk penggantian lampu lampu.
Penerangan  suatu  ruangan  kerja  pertama-tama  harus  tidak  melelahkan  mata.
Karena itu perbedaan intensitas penerangan yang terlalu besar antara bidang kerja dan
sekelilingnya, harus dihindari, karena akan memerlukan daya penyesuaian mata yang
terlalu besar sehingga melelahkan.
Perbandingan
antara
intensitas penerangan
minimum dan
maksimum di bidang.
kerja
harus
sekurang-kurangnya 0,7.
Perbandingan
dengan
sekelilingnya
harus
sekurang-kurangnya 0,3 (harten, tahun 2002 : 37).
2.5.1.   Intensitas Penerangan
Intensitas
penerangan
harus
ditentukan
di
tempat
di
mana
pekerjaannya akan
dilakukan. Bidang
kerja
umumnya
diambil
80
cm
di
atas
lantai.
Bidang kerja
ini
mungkin sebuah meja atau bangku kerja, atau juga suatu bidang horisontal khayalan,
80 cm di atas Iantai (harten, tahun 2002 : 37).
Intensitas
penerangan
yang
diperlukan
ikut
ditentukan
oleh
sifat
pekerjaan
yang
harus dilakukan. Tabel 2.1
menunjukan intensitas penerangan
untuk ruang dan jenis
pekerjaan.
Suatu
bagian
mekanik
halus
misalnya,
akan
memerlukan intensitas
penerangan yang jauh lebih besar daripada yang diperlukan suatu dapur.
Juga
panjangnya
waktu
kerja
mempengaruhi intensitas
penerangan
yang
di-
perlukan.  Pekerjaan 
yang 
lama 
dengan 
penerangan  buatan, 
juga 
memerlukan
intensitas penerangan yang lebih besar.
Intensitas  penerangan  E dinyatakan  dalam  satuan  lux,  sama  dengan  jumlah
Im/m2
.
Jadi  flux  cahaya
yang  diperlukan
untuk
suatu
bidang
kerja  seluas
m²
  
18
ialah(harten, tahun 2002 : 38).:
?
=
E
x A
lm
Flux
cahaya
yang
dipancarkan lampu-lampu
tidak
semuanya
mencapai
bidang
kerja. Sebagian
dan
flux cahaya
itu
akan
dipancarkan ke
dinding
dan
langit-langit.
Karena
itu
untuk
menentukan flux
cahaya
yang
diperlukan
harus
diperhitungkan
efisiensi atau rendemennya:
Pada gambar 2.13
a.   Pembagian flux cahaya dalam ruangan.
Dalam hal ini flux cahayanya sebagian besar menuju langsung ke bidang kerja.
b.   Dalam ruangan tinggi ini hanya sebagian kecil dan flux cahayanya menuju
langsung ke bidang kerja.
a
b
Gambar 2.13
Pembagian flux cahaya
  
19
Tabel 2.1
Tabel Intensitas penerangan yang diterbitkan philips (harten, tahun 2002 : 41)
Sifat penerangan
Penerangan
sangat baik
Penerangan
baik
1.
Kantor
Ruang gambar
2000   lux
1000   lux
Ruang kantor (pekerjaan biasa)
1000   lux
500
lux
Ruang yang jarang dipergunakan (arsip, r.tunggu)
250
lux
150
lux
2.
Ruang sekolah
Ruang kelas
500
lux
250
lux
Ruang Gambar
1000   lux
500
lux
3.
Industri
Pekerjaan sangat halus (pembuatan jam tangan)
5000   lux
2500  lux
Pekerjaan halus (bubut halus)
2000   lux
1000  lux
Pekerjaan biasa (pemasangan biasa)
1000   lux
500
lux
4
Toko
Ruang jual dan pamer:
Toko-toko besar
1000   lux
500
lux
Toko-toko lain
500
lux
250
lux
Etalase
Toko-toko besar
2000   lux
1000  lux
Toko-toko lain
1000   lux
500
lux
5.
Mesjid, gereja, dsb
250
lux
125
lux
  
20
6.
Rumah Tinggal
Dapur
500
lux
250
lux
Kamar Tidur
500
lux
250
lux
Gudang, garasi
250
lux
125
lux
Penerangan Umum
250
lux
125
lux
2.5.2.   Efisiensi Penerangan
Dari
?g
?
=
?
0
?o =
flux cahaya
yang
dipancarkan oleh
semua
sumber cahaya
yang ada dalam
ruangan;
?g=
flux cahaya berguna yang mencapai bidang kerja, langsung atau tak langsung
setelah dipantulkan oleh dinding dan langit-langit.
dan
?g = E x A   lm
didapat rumus flux cahaya
di mana:
E
x A   lm
?
0
=
?
A
=
luas bidang kerja dalam m²
.
E
=
intensitas penerangan yang diperlukan di bidang kerja.
Efisiensi
atau rendemen penerangannya
ditentukan dan
tabel 2.2
.
Setiap
tabel
hanya  berlaku  untuk  suatu  armatur  tertentu  dengan  jenis  lampu  tertentu  dalam
ruangan tertentu pula (harten, tahun 2002 : 39).
  
21
Untuk menentukan efisiensi penerangannya harus diperhitungkan:
a. efisiensi atau rendemen armaturnya (v);
b. faktor refleksi dindingnya (r
w
), faktor refleksi langit-langitnya (r
p
)
dan faktor
refleksi bidang pengukurannya (r
m
);
c. indeks ruangannya,
Tabel 2.2 Efisiensi penerangan dalam keadaan baru
2.5.3.   Faktor-faktor refleksi
Faktor-faktor
refleksi
r
w
dan
r
p
masing-masing menyatakan
bagian
yang
dipantulkan dari
flux
cahaya
yang
diterima
oleh
dinding
dan
langit-langit, dan
kemudian mencapai bidang kerja.
Faktor
refleksi
semu
bidang
pengukuran
atau
bidang
kerja
r
ditentukan oleh
  
22
refleksi lantai dan refleksi bagian dinding antara bidang kerja dan lantai. Umumnya
untuk r
m
ini diambil 0,1.
Langit-langit  dan  dinding  berwarna  terang  memantulkan  50-70°,  dan 
yang
berwarna gelap 10-20%.
Pengaruh dinding dan
langit-langit pada sistem penerangan
langsung jauh
lebih
kecil
daripada pengaruhnya pada
sistem-sistem penerangan
lainnya.
Sebab
cahaya
yang jatuh di langit-langit dan dinding hanya sebagian kecil saja dari flux cahaya.
Dalam tabel-tabel 2.2  efisiensi penerangannya diberikan untuk tiga nilai r
p  
yang
berbeda. Pada setiap nilai r
p
terdapat tiga nilai r
w
.
Untuk faktor refleksi dinding r
ini dipilih suatu
nilai rata-rata, sebab pengaruh
gorden dan sebagainya sangat besar
Silau karena cahaya yang dipantulkan dapat dihindari dengan cara-cara berikut
ini:
a.
menggunakan bahan yang tidak mengkilat untuk bidang kerja;
b.
menggunakan sumber-sumber cahaya yang permukaannya luas dan luminansinya
rendah;
c.
penempatan sumber cahaya yang tepat.
2.5.4.   Indeks ruang atau indeks bentuk
Indeks
ruangan atau
indeks
bentuk
k
menyatakan
perbandingan antara
ukuran-
ukuran utama suatu ruangan berbentuk bujur sangkar:
p . l
k =
h (p+l)
  
23
di mana:
=
panjang ruangan dalam m,
I
lebar ruangan dalam m;
h =
tinggi sumber cahaya di atas bidang kerja, dinyatakan dalam m.
Bidang kerja
ialah suatu bidang
horisontal khayalan, umumnya 0,80
m
di atas
lantai.
Kalau nilai k
yang diperoleh tidak terdapat dalam tabel, efisiensi penerangannya
dapat ditentukan dengan interpolasi. Kalau misalnya k =  4,5 maka untuk ? diambil
nilai tengah antara nilai-nilai untuk k = 4 dan
k= 5.
Untuk k yang melebihi 5, diambil nilai ?
untuk k = 5, sebab untuk k di atas 5,
efisiensi penerangannya hampir tidak berubah lagi.
2.5.5.   Faktor Penyusutan / Depresiasi
Faktor penyusutan atau faktor depresiasi d ialah:
E
dalam keadaan dipakai
d  =
E
dalam keadaan baru
Intensitas penerangan E
dalam keadaan dipakai
ialah intensitas penerangan rata-
rata
suatu
instalasi
dengan
lampu-lampu dan
armatur-armatur,
yang
daya
gunanya
telah
berkurang karena
kotor,
sudah
lama
dipakai
atau
karena
sebab-sebab
lain.Efisiensi penerangan yang diberikan dalam tabel 2.2 .
Kalau faktor depresiasinya 0,8, suatu instalasi yang dalam keadaan baru memberi
  
24
150 lux, akan memberi hanya 120 lux saja dalam keadaan sudah dipakai.
Jadi
untuk
memperoleh
efisiensi
penerangannya dalam
keadaan
dipakai,
nilai
rendemen yang didapat dari tabel masih harus dikalikan dengan faktor depresiasinya.
Faktor depresiasi ini dibagi atas tiga golongan utama, yaitu untuk:
a.
pengotoran
ringan
b.
pengotoran
biasa
c.  pengotoran berat
Masing-masing
golongan
utama
ini
dibagi
lagi
atas
tiga
kelompok,
tergantung
pada
masa
pemeliharaan
lampu-tampu
dan
armatur-armaturnya,
yaitu
setelah
1,
2
atau 3 tahun.
Pengotoran ringan terjadi di toko-toko, kantor-kantor dan gedung-gedung sekolah
yang berada di daerah-daerah yang hampir tidak berdebu.
Pengotoran
berat
akan
terjadi
di
ruangan-ruangan dengan
banyak
debu
atau
pengotoran
lain,
misalnya
di perusahaan-perusahaan cor,
pertambangan,
pemintalan
dan sebagainya.
Pengotoran biasa terjadi di perusahaan-perusahaan lainnya.
Kalau tingkat pengotorannya tidak diketahui, digunakan faktor depresiasi 0,8.
Di
samping
pengaruh
pengotoran, dalam
faktor
depresiasi
telah
juga
diper-
hitungkan pengaruh usia
lampu-lampunya. Pengaruh ini
tergantung pada jumlah jam
nyalanya. Untuk tampu-tampu TL diperhitungkan 15000 jam nyala per tahun (harten,
tahun
2002
:
41).
Angka-angka ini
sesuai
dengan
angka
rata-rata
di
perusahaan-
perusahaan.
  
25
2.6.     Lampu tabung fluoresen
Saat
ini
dimasyarakat paling
banyak
menggunakan
lampu
fluoresen
untuk
penerangan,
lampu
fluoresen
ini
tidak
menyebabkan panas.
Energi
listrik
diubah
menjadi energi cahaya sebesar 80% dan energi panas 20%. Lampu tabung fluoresen
dipasarkan oleh
philips
dengan
kode
TL.
Memiliki
ukuran
diameter
38
mm,
dan
panjang 
tergantung  pada 
daya 
tabung. 
Didalam 
tabung  diberi 
lapisan 
serbuk
fluoresen.
2.7.  
Kualitas Pencahayaan
Brightness distribution
Menunjukkan jangkauan
luminansi (suatu
ukuran
untuk terang suatu benda) 
dalam
daerah
penglihatan. Suatu
ratio
kontras
yang
tinggi
diinginkan
untuk
penerimaan
detail,
tetapi
penerimaan yang
berlebihan dari
luminansi
dapat
menyebabkan
timbulnya masalah. Mata menerima cahaya utama yang sangat terang sehingga mata
menjadi
sulit untuk
memeriksa dengan cermat obyek-obyek yang lebih
gelap dalam
suatu daerah terang (eko,tahun 2004:230).
Glare (Silau)
Cahaya yang berlebihan mencapai mata akan menyebabkan silau, dalam hal ini ada
dua kategori:
a.    
Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Disamfort Glare).
  
26
Cahaya ini dapat meningkatkan kelelahan dan menyebabkan sakit kepala.
b.
Silau yang menggangu (Disabbility Glare)
Cahaya 
ini  menggangu  penglihatan  dengan  adanya  penghamburan  cahaya
dalam lensa mata (eko,tahun 2004:230).
Shadows (Bayang-bayang)
Bayang bayang yan tajam adalah akibat dari sumber cahaya buatan (artificial)
yang
kecil atau dari cahaya langsung matahari. Keduanya dapat mengakibatkan ratio terang
yang
berlebihan dalam jangkauan penglihatan, detil-detil penting yang
tidak
begitu
jelas (eko,tahun 2004:231).
2.8    Dasar Instalasi listrik.
Prinsip-prinsip  dasar 
instalsi  listrik  yang 
harus 
menjadi  pertimbangan  agar
instalasi
yang
dipasang
dapat
dilakukan
secara
optimum adalah
keandalan,
ketercapaian, ketersediaan, keindahan, faktor keamanan, ekonomis
2.8.1.   Keandalan
Andal
secara
mekanik dan
listrik
(instalasi bekerja
pada
nilai
nominal
tanpa
menimbulkan  kerusakan) 
keandalan 
juga 
menyangkut 
ketepatan. 
Ketepatan
pengaman
untuk
menanggapi
jika
terjadi
gangguan.
Untuk
pemasangan instalasi
penerangan yang pada suhunya diatas suhu normal adalah lebih andal jika digunakan
kabel berisolasi karet silikon dibandingkan dengan isolasi PVC.
2.8.2.   Ketercapaian
  
27
Suatu instalasi yang dipasang harus bisa dioperasikan dengan normal, pemasangan
saklar diletakkan 1,2m dari lantai. Posisi panel tidak terhalagi oleh benda-benda yang
mengganggu di hadapannya.
2.8.3.   Ketersediaan
Suatu 
Instalasi 
harus 
siap 
untuk 
menghadapi 
perluasan-perluasan  atau
penambahan-
penambahan
yang
sewaktu-waktu
diperlukan,
maka
didalam
instalasi
(di
dalam panel
bagi)
harus
disediakan ataupun
tersedia
peralatan
pengaman yang
belumterhubung dengan beban.
2.8.4.   Keindahan
Kerapian
pemasangan instalasi
listrik
harus
disesuaikan dengan
peraturan
yang
berlaku. Contoh : Pemasangan beberapa pipa pada permukaan
tembok tampak
lebih
indah
jika
dilakukan
oleh
orang-orang yang
terlatih,
pemasangan
pipa
dengan
mengunakan clamp.
2.8.5  Faktor Keamanan
Faktor keamanan adalah aman secara elektrik atau
listrik
untuk manusia, ternak,
dan
barang-barang lainnya.
Contoh:
Stop
kontak
yang dipasang
yang
akan dipakai
anak-anak
jika  terpaksa
dipasang
30n  cm  diatas  lantai  harus  menggunakan
stop
kontak
yang
aman
secara
mekanis
(tertutup)
atau
metode
pengoperasian ditekan
kedua-duanya dan diputar.
2.8.6  Ekonomis
Biaya
untuk
pemasangan
instalasi
harus
sehemat
mungkin
karena
biaya
besar
tidak 
menjamin 
mutu  suatu 
instalasi  . 
Contoh: 
Jika  arus 
yang  akan  melalui
  
28
penghantar  diperkirakan
15  A,  kabel  yang  akan  dipasang  adalah  nya  2.5  mm²,
instalasi tersebut bisa saja dipasang penghantar NYA 6 mm2
.
tetapi secara ekonomis
tidak menguntungkan.
2.9   Daya Listrik
Setiap
Instalasi
harus
dihitung
kebutuhan
beban
yang
akan
dipasang,
ini
berguna
untuk
melihat
besarnya
biaya
yang
harus
dikeluarkan untuk
membayar
pemakaian
beban listrik yang dipakai, perhitungan dapat dihitung dengan rumus:
P = V.I. cos f. t
(KWH)
2.10
Indek Proteksi
Indeks proteksi adalah suatu standar kwalitas suatu barang terhadap perlindungan
dari debu,
air
,
dan benturan.
Angka  
pertama
menunjukan tingkat
perlindungan
terhadap benda padat:
0 : tidak ada proteksi
1 : perlindungan terhadap benda yang lebih besar dari 50 mm
2 : perlindungan terhadap benda yang lebih besar dari 12 mm
3 : perlindungan terhadap benda yang lebih besar dari 2.5 mm
4 : perlindungan terhadap benda yang lebih besar dari 1 mm
5 : perlindungan terhadap debu
6 : debu sekecil apapun tidak dapat masuk
  
29
Angka kedua menunjukan perlindungan terhadap air /likuid
0 : tidak ada proteksi
1 : terlindung dari air yang jatuh vertikal
2 : terlindung dari air yang jatuh membentuk sudut 15° dengan garis vertikal
3 : terlindung dari air yang jatuh membentuk benda seberat 500g
4 : terlindung dari air yang datang dari segala arah
5 : terlindung dari air yang disemprotkan membentuk benda 5 kg
6 : terlindung dari semprotan air yang menyerupai gelombang air laut
7 : terlindung dari efek tenggelam (kedap air0
8 : terlindung dari efek tenggelam dengan kedalaman yang disertai tekanan air
Angka ketiga proteksi terhadap benturan
0 : tidak ada
1 : tahan terhdap benturan sebesar 0,225 joule
3 : tahan terhdap benturan sebesar 0,5 joule
5 : tahan terhdap benturan sebesar 2 joule garis vertikal
7 : tahan terhdap benturan sebesar 6 joule
9 : tahan terhdap benturan sebesar 20 joule