7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Informasi Geografi
2.1.1
Pengertian Sistem
Dengan
banyaknya
ahli
di
bidang
sistem informasi,
maka
pemikiran
masing-masing
ahli
mengenai
sistem itu
sendiri
tentunya
berbeda-beda,
diantaranya:
Menurut
Jogiyanto
HM
(2003,
p34),
sistem dapat
didefinisikan
dengan
pendekatan prosedur dan dengan
pendekatan komponen. Dengan pendekatan
prosedur,
sistem dapat
didefinisikan
sebagai
kumpulan
dari
prosedur-prosedur
yang mempunyai tujuan tertentu. Contoh sistem yang didefinisikan dengan
pendekatan prosedur ini adalah sistem akuntansi. Sistem ini didefinisikan sebagai
kumpulan
dari
prosedur-prosedur
penerimaan kas, pengeluaran kas, penjualan,
pembelian, dan buku besar.
Dengan
pendekatan
komponen,
sistem dapat
didefinisikan
sebagai
kumpulan dari komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya
membentuk
satu
kesatuan
untuk
mencapai tujuan tertentu. Contoh
sistem yang
didefinisikan
dengan
pendekatan
ini
misalnya
adalah
sistem komputer
yang
didefinisikan sebagai kumpulan dari perangkat keras dan perangkat lunak.
Suatu sistem sebenarnya terdiri dari dua bagian, yaitu struktur dan proses.
Struktur
adalah
komponen dari
sistem
tersebut dan proses
adalah
prosedurnya.
  
8
Kedua pendekatan
tersebut
hanya mengambil satu aspek dari sistem
saja
untuk
menjelaskannya dari sudut pandang aspek tersebut.
Menurut Long (1989, p33), sistem adalah sekumpulan dari beberapa
komponen
(fungsi,
manusia,
aktivitas, kejadian)
yang
menjembatani
dan
melengkapi
satu
sama
lain
untuk
mencapai satu atau lebih tujuan yang lebih
terdefinisi sebelumnya.
Menurut
Cole
(Baridwan
1991,
p3),
sistem adalah
suatu
kerangka
dari
prosedur-prosedur yang saling berhubungan, yang disusun sesuai dengan suatu
skema
yang
menyeluruh
untuk
melaksanakan suatu kegiatan
atau
fungsi
utama
dari perusahaan.
Menurut Davis (1984, p47), sistem dapat berupa fisik atau abstrak. Sebuah
sistem abstrak adalah suatu susunan yang teratur dari gagasan atau konsepsi yang
saling bergantung.
Boundary
Sistem
Input
Proses
Output
Kontrol
Feedback
Gambar 2.1  Sistem Menurut Davis (1992, p5)
  
9
Menurut McLeod (1995, p13), sistem adalah sekelompok elemen-elemen
yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Murdick (1995, p5), sistem adalah suatu kumpulan elemen-
elemen yang dijadikan satu untuk tujuan umum.
Kesimpulannya, sistem adalah kumpulan elemen yang terdiri dari bagian-
bagian yang saling berkaitan, yang bekerja
sama
untuk
mencapai
suatu
tujuan
tertentu.
2.1.1.1
Elemen - Elemen Sistem
Menurut McLeod (1995, p13), elemen-elemen sistem terdiri dari :
1.   Tujuan
Merupakan
tujuan
dari
sistem yang
berfungsi
untuk
mengurangi
tugas-tugas yang harus dilakukan oleh manusia secara manual dalam
melakukan pengolahan data.
2.   Batasan
Merupakan
batasan-batasan
yang
ada dalam mencapai
tujuan
yang
ingin
dicapai
oleh
sistem.
Batasan ini dapat berupa peraturan-
peraturan, biaya-biaya, personal maupun peralatan.
3.   Kontrol
Merupakan pengawasan dari pelaksanaan pencapaian
tujuan sistem,
yang dapat berupa kontrol input data, kontrol output data dan kontrol
pengoperasian.
  
10
4.   Input
Merupakan bagian dari sistem yang bertugas
untuk
menerima input
data, di mana input data ini dapat berupa: sumber dari input data,
frekuensi input data, dan jenis input data.
5.   Proses
Merupakan bagian yang
memproses input data menjadi informasi
yang sesuai dengan keinginan, yang berupa: klasifikasi, peringkasan,
dan pencaharian.
6.   Output
Merupakan output atau tujuan akhir dari
sistem.
Output
ini sendiri
dapat berupa: laporan, gambar, dan lain sebagainya.
7.   Umpan Balik
Merupakan sari sistem yang bertugas untuk melihat kembali apakah
sistem telah berjalan sesuai
dengan
rencana.
Hal
ini
dapat berupa
perbaikan terhadap sistem, pemeliharaan sistem, dan lain-lain.
Menurut Jogiyanto HM, karakteristik sistem adalah :
1.   Sistem mempunyai komponen-komponen
Komponen ini bias juga bagian dari sistem (subsistem) di mana tiap
subsistem memiliki
sifat-sifat
dari
sistem agar
dapat
dijalankan.
Komponen
ini
saling
berinteraksi dan
juga
mempengaruhi
proses
sistem secara keseluruhan.
  
11
2.   Batasan (boundary)
Yang
dimaksud
dengan
batasan
pada
sistem adalah
daerah
yang
membatasi
sistem dengan
sistem atau
dengan
lingkungan
luarnya,
atau bias juga disebut dengan ruang lingkup dari sistem.
3.   Lingkungan luar sistem (environment)
Merupakan
lingkungan
di
luar
batas
sistem yang
mempengaruhi
sistem operasi.
Lingkungan luar sistem dapat menjadi energi positif
dari sistem, dengan demikian harus tetap dijaga namun di lain pihak
lingkungan
luar
juga
dapat
merugikan
sistem,
bila
hal
ini
terjadi
maka harus dikendalikan agar tidak berkelanjutan dan dapat
mengganggu kelanjutan hidup sistem.
4.   Penghubung (interface)
Penghubung
antara
satu
subsistem dengan
subsistem lainnya.
Keluaran dari saru subsistem akan
menjadi
masukan bagi subsistem
lainnya melalui penghubung. Dengan melalui penghubung suatu
subsistem akan berinteraksi dengan subsistem lainnya dalam rangka
membentuk satu kesatuan.
5.   Sasaran (objective)
Tidak
akan
disebut
sistem
apabila
tidak
mempunyai
sasaran.
Maka
dari
itu
sasaran
suatu sistem menentukan
jenis
masukan
yang
diperlukan dan jenis kekuatan yang akan
dihasilkan. Keberhasilan
suatu sistem dinilai dari terpenuhinya sasaran yang diinginkan.
  
12
Gambar 2.2  Karakteristik Sistem
2.1.2
Pengertian Informasi
Menurut
Lucas
(1993,
p4),
informasi adalah
sesuatu
yang
nyata
dan
setengah nyata yang dapat mengurangi derajat ketidakpastian tentang suatu
keadaan atau kejadian.
Menurut O’Brian (1997, p24), informasi adalah data yang telah dikonversi
menjadi lebih berarti dan berarti bagi user khusus.
Kesimpulannya, informasi adalah hasil dari pengolahan data yang
dilakukan sehingga data yang sebelumnya tidak berguna menjadi berguna dalam
rangka pengambilan keputusan.
  
13
2.1.2.1
Karakteristik Informasi
Agar suatu informasi memiliki kualitas yang baik, maka informasi
itu harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.   Akurat
Informasi
harus
bebas
dari
kesalahan-kesalahan dan tidak
menyesatkan atau bias. Akurat juga berarti informasi
harus
mencerminkan maksudnya.
2.   Tepat Waktu
Informasi  tidak  boleh  terlambat.  Informasi  yang  sudah  lama  dan
tidak up to date tidak akan berguna lagi, karena informasi ini sangat
berguna dalam proses pengambilan keputusan.
3.   Relevan
Informasi harus memberikan manfaat bagi penggunanya. Setiap user
memiliki kebutuhan akan informasi yang berbeda-beda.
4.   Lengkap
Informasi yang disampaikan harus lengkap dan terperinci, namun
tetap sesuai dengan kebutuhan.
2.1.2.2
Jenis-Jenis Informasi
Ada berbagai jenis informasi, antara lain :
1.   Angka
Operasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian
dan
pembagian, dan
lain-lain dilakukan oleh komputer.
  
14
2.   Teks
Komputer  digunakan 
untuk 
membuat, 
mengedit,  mengirim,  dan
menerima teks (komputer sebagai word processor).
3.
Gambar
Komputer
digunakan
untuk
melakukan
pemrosesan
terhadap
gambar.
4.
Daftar / Tabel
Contohnya pada lembar kerja.
5.
Suara
Contohnya pada alat musik.
6.
Peta
Contohnya pada Sistem Informasi Geografi.
2.1.3
Pengertian Sistem Informasi
Pengertian tentang sistem informasi telah banyak diberikan oleh beberapa
ahli, antara lain:
Menurut Lucas
(1993,
p4),
menjelaskan
bahwa
sistem informasi
adalah
sekumpulan prosedur organisasi yang dilaksanakan akan memberikan informasi
bagi pengambil keputusan atau untuk mengendalikan informasi.
Menurut Wilkinson
(1993,
p4),
sistem informasi
adalah
suatu
kerangka
kerja di mana sumber
daya (manusia dan komputer) dikoordinasikan untuk
mengubah
masukan
(data)
menjadi keluaran (informasi)
guna
mencapai
sasaran
perusahaan.
  
15
Menurut   Davis   (Moekijat,   1993,   p13),   sistem   informasi   menerima
masukan data dan instruksi, pengolahan data tersebut dengan instruksi dan
mengeluarkan  hasil.  Model  sistem  dasar  masukan,  pengolahan  dan  keluaran
cocok untuk sistem pemgolahan sederhana.
Menurut
Steven
Alter
(1996),
sistem informasi
adalah
sistem yang
menggunakan  teknologi  informasi  untuk  menangkap,  mencari,  memanipulasi,
atau menampilkan informasi yang dipergunakan dalam satu atau lebih proses.
2.1.3.1
Tujuan Sistem Informasi
Tujuan sistem informasi adalah menghasilkan informasi. Untuk
menjadi
sistem informasi,
maka
hasil
dari
sistem itu
harus
berupa
informasi
yang
berguna,
yaitu
harus
memenuhi ketiga kriteria relevan,
tepat waktu, dan akurat. Satu saja kriteria ini tidak dipenuhi, maka hasil
dari sistem tersebut adalah sampah.
2.1.3.2   Komponen-Komponen Sistem Informasi
Sistem informasi
mempunyai
enam buah
komponen
yaitu
komponen  input/masukan,  komponen  model,  komponen
output/keluaran, komponen teknologi, komponen basis data, dan
komponen control / pengendalian.
  
16
Data
Diolah
Informasi
INPUT
MODEL
OUTPUT
BASIS
DATA
KONTROL
Gambar 2.3   Komponen dari Sistem Informasi
1.   Komponen Input
Input merupakan data yang masuk ke dalam sistem informasi. Input
yang 
masuk  ke  dalam  sistem  informasi  dapat 
langsung  diolah
menjadi
informasi
atau
jika
belum dibutuhkan
sekarang
dapat
disimpan
terlebih
dahulu
di
storage
dalam bentuk
basis
data
(database).
2.   Komponen Output
Produk
dari
sistem informasi
adalah
output
berupa
informasi
yang
berguna bagi pemakainya. Sistem informasi yang tidak pernah
menghasilkan output, tetapi selalu menerima input dikatakan bahwa
  
17
input yang diterima masuk ke dalam lubang yang dalam (deep hole).
Output dari sistem informasi dibuat dengan menggunakan data yang
ada di basis data dan diproses menggunakan model yang tertentu.
3.   Komponen Basis Data
Basis data adalah kumpulan dari data yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya, tersimpan dalam perangkat keras komputer dan
digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya.
4.   Komponen Model
Informasi
yang
dihasilkan
oleh
sistem informasi
berasal
dari
data
yang diambil dari basis data yang diolah
lewat
suatu
model-model
tertentu.
Model-model
yang
digunakan
di
sistem informasi
dapat
berupa model logika yang menunjukkan suatu proses perbandingan
logika
atau    model   matematik   yang    menunjukkan    proses
perhitungan matematika.
5.   Komponen Teknologi
Teknologi
merupakan
komponen
yang
penting di sistem
informasi.
Tanpa
adanya
teknologi
yang
mendukung,
maka
sistem informasi
tidak akan dapat menghasilkan informasi yang tepat waktunya.
Komponen teknologi mempercepat sistem informasi dalam
pengolahan datanya. Komponen teknologi dapat dikelompokkan ke
dalam  dua  kategori,  yaitu  teknologi  sistem  komputer  (perangkat
keras dan perangkat lunak) dan teknologi sistem telekomunikasi.
  
18
6.   Komponen Kontrol
Komponen kontrol ini digunakan untuk
menjamin bahwa
informasi
yang
dihasilkan
oleh
sistem informasi
merupakan
informasi
yang
akurat.
PENGENDALIAN APLIKASI
Pengendalian
masukan
Pengendalian
Proses
Pengendalian
keluaran
PENGENDALIAN SECARA UMUM
Pengendalian organisasi.
Pengendalian dokumentasi.
Pengendalian perangkat keras.
Pengendalian keamanan fisik.
Pengendalian keamanan data.
Pengendalian komunikasi.
Gambar 2.4  Komponen Pengendalian
2.1.4
Pengertian Geografi
Menurut Widiyatmoko (1995, p3), geografi adalah ilmu yang mempelajari
atau mengkaji bumi dan segala sesuatu yang ada
di atasnya, seperti penduduk,
fauna, flora, iklim, udara, dan segala interaksinya. Yang dimaksud dengan letak
astronomis adalah letak suatu tempat dihubungkan dengan posisi garis lintang dan
garis bujur, yang akan membentuk suatu titik koordinat.
  
19
Garis  lintang  adalah  garis-garis  paralel  pada  bola  bumi  yang  sejajar
dengan ekuator. Jadi Lintang Utara (LU) berarti semua posisi atau tempat yang
terletak di sebelah utara ekuator. Lintang Selatan (LS) berarti semua posisi atau
tempat
yang
terletak
di
sebelah
selatan
ekuator.
Yang
dimaksud
dengan
garis
bujur (meridian) adalah semua garis yang menghubungkan kutub utara dan kutub
selatan, tegak lurus pada garis lintang. Semua meridian adalah setengah lingkaran
besar.
Banyak  sekali  meridian  dapat  ditarik,  namun  agar  tidak  terlalu  rapat,
dibuat
tiap-tiap
10°.
Meridian
pertama
(prime
meridian)
adalah Meridian
Greenwich sebagaimana
disepakati
bersama
oleh
bangsa-bangsa
pada
kongres
Meridian
Internasional. Kota
Jakarta bila
dilihat secara
geografis
terletak pada
106º22’42” Bujur Timur sampai 106°58’18” Bujur Timur dan 5º19’12” Lintang
Selatan sampai 6°23’54” Lintang Selatan.
2.1.5
Pengertian Sistem Informasi Geografi
Pengertian
SIG
menurut
Maguire
(1991) dapat
beragam
tergantung
pada
siapa yang mendefinisikannya, latar belakangnya dan sudut pandangnya selain itu
Pickles (1995) beranggapan bahwa definisi SIG berubah seiring dengan
perkembangan aplikasi komputer dan teknologi di masa depan.
Namun ada beberapa definisi singkat yang menjelaskan dasar dari SIG,
sebagai panduan
Rhind(1989)
mengusulkan bahwa SIG adalah sistem komputer
yang mampu menampung dan menggunakan data untuk menjelaskan suatu tempat
di  permukaan  bumi.  Definisi  yang  lebih  lengkap  disampaikan  oleh  Borrough
  
20
(1986) sebagai suatu perangkat
untuk
mengumpulkan,
menyimpan,
memanggil
sesuai  dengan  kebutuhan,  men-transform,  dan  menampilkan  data  spasial  dari
dunia
nyata
untuk
berbagai kebutuhan
dan tujuan
tertentu.
Namun dari
semua
pandangan
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
SIG
adalah
sebuah sistem untuk
menangkap,
menyimpan,
memeriksa, mengintegrasikan,
memanipulasi,
menganalisa dan menampilkan data yang secara spasial mengacu pada permukaan
bumi.
Pada dasarnya pengertian SIG
terdiri dari komponen
utama
yaitu sistem
komputer (sistem operasi dan perangkat keras), perangkat lunak, data
spasial, manajemen data dan prosedur analisa
serta orang yang
mengoperasikan SIG tersebut, adapun komponen SIG tersebut harus bisa
menyediakan:
1.   Akses yang cepat dan mudah ke data yang berjumlah besar.
2.   Kemampuan untuk:
a.   Memilih detail dari suatu daerah.
b.   Menyambungkan atau menggabungkan suatu set data dengan lainnya.
c.   Analisis karakteristik dari suatu data spasial.
d.   Mencari suatu karakteristik atau kelebihan dari suatu daerah.
e.   Update data secara cepat dan murah.
f.
Pemodelan data dan memprediksi alternatif.
3.   Kemampuan  dalam  hal  keluaran  (output)  antara  lain  peta,  grafik,  alamat,
daftar dan rangkuman
statistic
yang disesuaikan untuk
memenuhi kebutuhan
tertentu.
  
21
2.1.6
Komponen-Komponen Sistem Informasi Geografi
Komponen – komponen Sistem Informasi Geografi, antara lain sebagai berikut:
1.   Sistem Komputer dan Perangkat Lunak
SIG dapat dijalankan pada seluruh
jangkauan 
sistem komputer mulai
dari komputer pribadi (PC) sampai multi-user supercomputer dan diprogram
dengan berbagai bahasa pemograman. Namun berkaitan dengan itu semua,
menurut  Burrrough  (1986)  ada  beberapa  elemen  penting  untuk
mengefektifkan SIG antara lain :
a.   Prosesor yang memiliki kemampuan menjalankan perangkat lunak.
b.   Memori yang mencukupi sebagai tempat penyimpanan data dalam jumlah
yang besar.
c.   Layar monitor berwarna dengan kualitas yang baik dan beresolusi tinggi.
d.   Perangkat
masukan dan keluaran data seperti mouse, keyboard, scanner,
printer, plotter dan sebagainya.
Sedangkan  untuk  perangkat  lunak,  beberapa  elemen  penting  yang
harus di perhatikan antara lain kemampuan
untuk
meneriman
masukan dari
pengguna, penyimpanan, pengaturan, perubahan, analisa dan keluaran data.
2.   Data Spasial
Semua perangkat lunak SIG telah didesain
untuk 
menangani
data
spasial (biasa disebut juga dengan data geografis). Menurut Burrough(1986)
data spasial dikarakteristikan dengan informasi tentang posisi, koneksi dan
diikuti dengan keunggulan dan detail dari data non-spasial.
  
22
Sebagai contoh data spasial mengenai suatu stasiun cuaca antara lain :
a.   Garis lintang dan bujur sebagai referensi geografis.
b.   Detil tentang koneksi jalan, angkutan dan jalur yang memungkinkan akses
ke stasiun cuaca.
c.   Data
non-spasial
(atau atribut) seperti
informasi curah hujan, temperatur,
kecepatan dan arah angin, dan sebagainya.
Dengan karakteristik yang sama, data spasial mengenai suatu tempat
bermain ski dapat berupa :
a.   Beberapa referensi spasial untuk menjelaskan posisi pemain ski.
b.   Detil
mengenai jalur ski
lain
yang
memotong atau berhubungan dengan
tempat ski.
c.   Data
atribut
seperti
jumlah
pemain ski
yang
sering
menggunakan jalur
tertentu besera tingkat kesulitannya.
Referensi spasial dari data spasial sangatlah penting dan harus
dipertimbangkan pada awal suatu projek SIG.   
Data spasial yang
direpresentasikan sebagai layer atau objek harus disederhanakan dulu sebelum
dapat
disimpan dalam komputer. 
Cara
paling
umum
yang dilakukan
yaitu
dengan
merubah
seluruh
fitur
geografis menjadi
3
bentuk entiti dasar
yaitu
titik, garis dan area. Titik dapat digunakan untuk meunjukkan lokasi dari suatu
fitur,
garis dapat digunakan
untuk mewakili
fitur
seperti jalan,
sungai,
jalur
kereta dan sebaginya. Sedangkan area dapat digunakan untuk zona geografis
yang dapat diobservasi dalam dunia nyata. (gambar 2.5).
  
23
Gambar 2.5  Real World (Happy Valley)
Dari
gambar 2.5 Real
World (Happy Valley) dapat dijelaskan antara
lain:
a. 
Titik dapat digunakan
untuk
menunjukkan
lokasi dari
suatu
fitur.
Titik
digunakan  untuk  mewakili  fitur  yang  terlalu  kecil  untuk  diwakilkan
sebagai   suatu   area.   Fitur   yang   diwakilkan   oleh   titik   tidak   selalu
  
24
sepenuhnya dideskripsikan oleh referensi geografis dua dimensi, namun
bisa
saja
ada
komponen
ketinggian yang
nantinya
bisa
mengacu
pada
referensi tiga dimensi.
b.   Garis
dapat
digunakan
untuk
mewakili
fitur
seperti
jalan,
sungai,
jalur
kereta dan sebaginya. Garis digunakan untuk wakili fitur
yang berbentuk
linear di alam ataupun
fitur
linear
yang
sebenarnya
tidak
ada
di
dunia
nyata seperti batas administrative suatu wilayah atau negara.
c.   Area dapat digunakan untuk zona geografis yang dapat diobservasi dalam
dunia nyata. Area direpresentasikan sebagai suatu set garis yang tertutup
dan sering digambarkan sebagai suatu polygon baik yang eksis di dunia
nyata atau hanya imaginer.
Ada
dua
jenis
polygon
yang
bisa diidentifikasi
yaitu
polygon
pulau
(island polygon)
terjadi pada berbagai
situasi tidak
hanya dalam kasus pulau
misalnya daerah industri bisa terlihat sebagai pulau bila dikaitkan dengan
perbatasannya dengan daerah pemukiman penduduk. Bentuk polygon lainnya
adalah
polygon
perpotongan
(adjacent
polygon),
dalam hal
ini
perbatasan
dibagi menjadi area yang berdekatan.
Area  yang  berbentuk  tiga  dimensi  disebut  permukaan.  Permukaan
dapat 
digunakan 
untuk 
merepresentasikan 
variabel 
topografi 
atau 
non-
topogafi  seperti  tingkat  polusi  atau  kepadatan  penduduk.  Bahkan
Martin(1996), Laurini dan Thompson(1992) mempertimbangkan permukaan
sebagai entiti keempat yang terpisah.
  
25
3.   Manajemen Data dan Prosedur Analisis
Fungsi
yang harus dimiliki dilakukan oleh SIG antara lain menerima
data, penyimpanan, manajemen transformasi, analisa dan keluaran data.
Memasukkan data (input) adalah proses konversi data dari bentuk
aslinya menjadi bentuk yang dapat digunakan oleh SIG (Aronoff,1989). Ini
merupakan proses encoding data agar dapat dibaca komputer dan menulis data
ke dalam database SIG. Proses
ini harus termasuk prosedur verifikasi
untuk
menguji apakah data sudah benar dan prosedur transformasi yang
memungkinkan data dari sumber yang berbeda dapat digunakan. SIG harus
dapat
menangani dua tipe data
yaitu data
grafis dan data atribut
non-spasial
dimana data grafis menjelaskan karakteristik spasial dari model dunia nyata
sedangkan data atribut non-spasial menjelaskan fitur yang direpresentasikan.
Fungsi
manajemen
data
diperlukan
dalam setiap
SIG
dimana
ini
menyediakan penyimpanan, pengorganisasian, pengambilan data melalui
system manajemen
database
(DBMS).
Database
dalam
hal
ini
dapat
mengorganisasikan berbagai tipe data yang dapat digunakan untuk menangani
kedua data baik elemen grafis atau non-grafis dari data spasial.
Merupakan kemampuan SIG untuk mentransformasi data spasial,
sebagai contoh dari suatu tipe Entiti (titik, garis atau area) ke bentuk lainnya
dan
kemampuannya
menampilkan
analisa spasial,
inilah
yang
membedakan
SIG
dari
sistem informasi
lainnya.
Transformasi
mungkin
melibatkan
mengubah proyeksi dari lapisan peta
atau koreksi kesalahan
semantic
akibat
proses digitalisasi.
  
26
Menurut Aronoff (1989) prosedur analisa SIG  terdiri dari 3 tipe :
a.   Bagi sistem digunakan penyimpanan dan pengambilan data, maka sebagai
contoh kemampuan presentasi diperbolehkan.
b.   Query pengambilan data yang dibatasi yang memungkin pengguna melihat
pola data mereka.
c.   Pemodelan prosedur, fungsi untuk prediksi data apa yang mungkin berada
di tempat dan waktu yang berbeda.
2.1.7
Pemetaan
2.1.7.1
Pengertian peta
Secara umum, peta adalah sarana guna memperoleh gambaran data
ilmiah yang terdapat di atas permukaan bumi dengan cara
menggambarkan berbagai tanda-tanda dan keterangan-keterangan
sehingga mudah dibaca dan dimengerti.
Menurut
Burrough
(1986,
p13),
peta adalah kumpulan
dari
titik,
garis, dan area yang didefinisikan
sesuai
dengan
lokasinya
serta
referensinya melalui sistem koordinat dan atribut-atributnya.
Menurut
Takasaki
(Suyono
1992,
p235),
peta
adalah hasil
pengukuran dan penyelidikan yang dilaksanakan baik langsung maupun
tidak langsung mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan permukaan
bumi dan didasarkan pada landasan ilmiah.
  
27
Menurut
Takasaki
(Suyono
1992,
p235),
peta
topografi adalah
gambaran
mengenai permukaan
bumi yang
dinyatakan
dengan
simbol-
simbol, tanda-tanda serta keterangan dalam skala tertentu.
Menurut definisi BAKOSURTANAL peta adalah suatu penyajian di
atas bidang datar dari
unsur-unsur
(feature) pada
muka
bumi
maupun
bawah
muka bumi dengan skala tertentu dan berdasarkan proyeksi peta
tertentu.
BAKOSURTANAL  memberikan definisi peta rupa bumi sebagai
peta
yang
menyajikan
informasi
spasial
dari
unsur-unsur
pada
muka
bumi dan di bawah muka bumi yang meliputi:
1.   Hidrografi (tinggi rendahnya landscape dalam bentuk kontur).
2.   Vegetasi (budidaya dan nonbudidaya).
3.   Batas-batas administrasi.
4.   Unsur buatan manusia (jalan, bendungan, bangunan).
2.1.7.2
Jenis-Jenis Peta
Peta dapat dikelompokkan
menjadi
berbagai
macam jenis,
antara
lain:
1.   Peta Dasar
Bila dilihat dari segi pengadaannya peta dasar adalah peta yang
dibuat langsung dari survei lapangan (R.Janicot, World Cartography,
vo ix UN Publication 1969).
  
28
Menurut  dari  fungsinya  peta 
dasar  adalah  peta  yang
menyajikan informasi dasar di atas peta di mana data tambahan yang
sifatnya khusus dikompilasikan atau dicetak, sehingga menghasilkan
peta baru. Peta baru ini disebut juga peta tematik.
2.   Peta Tematik
Peta tematik adalah peta yang mempunyai tujuan khusus, pada
peta
ini
hanya
mempunyai
isi mengenai suatu pokok
bahasan
atau
pokok pikiran saja (Burrough, 1986, p1). Contoh peta tematik adalah
peta
geologi, peta hutan di mana peta tersebut
hanya
menampilkan
informasi secara khusus tentang geologi atau hutan.
3.   Peta Umum
Peta umum adalah penggambaran tentang kenampakan di
permukaan bumi atau di ruang angkasa secara terpilih, baik yang
nyata
maupun
abstrak
pada
bidang datar
dan
dengan
suatu
skala
tertentu.
4.   Peta Topografi
Peta topografi adalah penggambaran permukaan bumi dengan
skala yang mungkin tergambar.
2.1.8
Format Penyajian Data Peta
Penyajian  data  peta  geografi  dalam  suatu  Sistem  Informasi  Geografi
(SIG), bentuk:
  
29
1.   Titik (point)
Dalam peta
maupun SIG, titik dapat digunakan sebagai petunjuk lokasi atau
posisi kenampakan geografi.
2.   Garis (line)
Merupakan   gabungan   dari   titik-titik,   garis   umumnya   digunakan   untuk
menunjukkan batas wilayah.
3.   Bidang (area)
Merupakan  bidang  tertutup  oleh 
garis,  biasanya  disajikan  dalam  bentuk
polygon digunakan untuk menggambarkan wilayah.
Y
.
X
Gambar 2.6a Titik
Gambar 2.6b. Garis
Gambar 2.6c.
Bidang
Gambar 2.6  Penyajian Data SIG
2.1.8.1
Penyajian Data Geografi
Penyajian data geografi memiliki dua format yaitu:
1.   Format Raster
Objek yang ditampilkan berbentuk sel-sel dalam bentuk matrik
kolom dan baris yang berukuran sama atau sering disebut juga pixel
(picture element),  setiap  objek 
memiliki  alamat  dan  nilai  yang
  
30
berbeda. 
Tipe 
data 
ini 
menganggap 
bahwa 
objek 
yang 
ingin
digambar dapat digambarkan pada koordinat cartesius.
2.   Format Vektor
Objek  yang  ditampilkan  berbentuk  sel  yang  sama  dengan
format raster, tetapi pada entitas garis dan area ada perbedaannya di
mana
pada
garis
sel-sel
yang
disimpan
dalam format
vektor
hanya
titik-titik  yang  penting  saja  seperti  pada  simpul-simpul  saja  dan
setiap ujung dari obyek garis tersebut, untuk area terbentuk dari
pertemuan  titik-titik  berupa  garis  yang  membentuk  suatu  daerah
yang tertutup, sedangkan pada titik sama dengan sel raster.
Format ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk itu perlu
diperhatikan kebutuhan yang dihasilkan. Apabila suatu informasi
menginginkan adanya integrasi antardata dan memiliki banyak data
dan memiliki banyak anotasi dalam penggunaannya maka sebaiknya
digunakan  vektor,  tetapi  kelemahannya  dibutuhkan  struktur  data
yang komplek dan teknologi yang cukup mahal. Raster memiliki
masalah
dengan
garis yang
memiliki
ketelitian
informasi
yang
diinginkan.
2.1.9
Analisis Data pada Sistem Informasi Geografi
Ada berbagai
macam
jangkauan fungsi
untuk analisis data
yang tersedia
dalam kebanyakan paket Sistem Informasi Geografi, termasuk di dalamnya adalah
teknik  pengukuran  (measurement technique),  query  atribut  (attribute query),
  
31
analisis kedekatan (proximity analysis), operasi overlay (overlay operations) dan
analisis model permukaan (surfaces) serta jaringan (networking).
Langkah awal penting untuk memahami analisis data spasial dalam Sistem
Informasi Geografi adalah memiliki pengetahuan mengenai terminologi yang
digunakan.
Mencari
istilah
standar
menjadi
suatu
hal
yang sulit
sejak
berbagai
paket perangkat
lunak
Sistem Informasi
Geografi seringkali
menggunakan
kata
yang berbeda – beda untuk menjelaskan suatu fungsi yang sama, dan individu
dengan latar belakang suatu bidang tertentu cenderung lebih senang menggunakan
istilah – istilah tersendiri. Adapun terminologi yang kami gunakan adalah sebagai
berikut:
Istilah
Definisi
Entiti
Titik, garis, area individual dalam suatu database SIG.
Data tentang entiti. Dalam SIG vektor data disimpan dalam
database, sedangkan dalam SIG raster nilai suatu sel dalam grid
Atribut
raster merupakan kode numerik yang digunakan untuk mewakili
ada tidaknya suatu atribut. Lebih jauh, atribut pada suatu entiti
dapat disimpan dalam database yang disambungkan dengan
gambar raster.
Fitur
Suatu object dalam dunia nyata yang akan diterjemahkan dalam
database Sistem Informasi Geografi.
Suatu set data untuk suatu kepentingan dalam suatu SIG. layer
Layer data
data dalam SIG biasanya mengandung data dari satu tipe entiti
saja.
Layer data dalam SIG raster. Yang harus diingat adalah setiap sel
Gambar
dalam gambar raster akan membawa suatu nilai tunggal yang
berfungsi sebagai kunci atribut yang ada didalamnya.
Sel
Suatu titik (pixel) tunggal dalam gambar raster.
  
32
Fungsi atau operasi
Prosedur analisis data yang dilakukan oleh SIG.
Algoritma
Implementasi komputer sebagai suatu urutan aksi yang dirancang
untuk memecahkan suatu masalah.
Tabel 2.1  Terminologi SIG
2.1.9.1
Pengukuran dalam SIG – Panjang, Keliling dan Area
Menghitung panjang, keliling dan area adalah aplikasi yang umum
ada
dalam SIG.
Dalam
hal
ini,
mungkin
suatu
pengukuran
diperoleh
tergantung pada tipe SIG
yang digunakan
(raster atau vector) dan juga
metode pengukuran yang dipergunakan. Perlu diingat bahwa semua hasil
pengukuran dalam SIG
hanya bersifat pendekatan, ini dikarenakan data
vector teridiri dari potongan-potongan garis lurus dan semua data raster
merupakan pendekatan menggunakan representasi grid cell.
Sebagai
contoh
dalam SIG
raster,
untuk
menjawab berapa
jarak
antara A dan B dimana A dan B merupakan pertemuan dua garis lurus.
Akan ada lebih dari satu
jawaban. Jawaban bervariasi tergantung pada
metode pengukuran yang digunakan. Normalnya jarak terpendek atau
jarak
Euclidean dihitung
dengan
menggambar garis lurus antara titik
akhir suatu garis dan kemudian dibuat suatu segitiga sama sisi sehingga
geometri phitaghoras dapat digunakan.  AB² = AC²
+ CB².
Sebagai
alternatif,
jarak Manhattan dapar
digunakan.
Jarak
ini
merupakan
jarak
di
sepanjang
sisi
sel
raster
dari
suatu titik
ke
titik
lainnya. Metode ke tiga untuk menghitung jarak dalam raster SIG adalah
  
33
menggunakan
metode
pendekatan
(proximity) (Berry,1993). Dalam
metode 
ini 
zone 
dengan 
perbandingan 
jarak 
yang 
sama 
jauhnya
dibangun di sekitar titik awal atau A (gambar 2.7c). Gambar hasil
memperlihatkan
garis
lurus
terpendek
dari
setiap
titik
dalam peta
termasuk titik tujuan (B) menuju titik awal (A). beberapa penulis (Berry,
1987;  Tomlin,  1990)  menggunakan  istilah  menyebar  (spread)  untuk
fungsi ini.
(a) A B =
A
C
² 
+
C
B
2
(b) A2B2
= 8 units
(c) A B3
= 5.7 units
1    1
1    1
1    1
B
3  
B
=   5.7 units
(d) Perimeter = 26 units
Area
= 28 units2
Gambar 2.7  Pengukuran Raster GIS: (a) Jarak Phytagorean; (b) Jarak Manhattan;
(c) Jarak Terdekat; (d) Perimeter dan area
  
34
Untuk mendapatkan pengukuran keliling dalam raster SIG, jumlah
dari sisi sel
yang membangun batasan dari suatu fitur dikalikan dengan
resolusi yan gtelah ditetapkan sebelumnya pada raster grid. Perhitungan
area dan keliling dalam data raster dapat dipengaruhi oleh asal dan juga
orientasi
dari raster
grid dan
untuk
menghindari
pengaruh
tersebut
orientasi grid utara-selatan dan menggunakan data asal yang konsisten.
Dalam SIG
vektor,
jarak
dihitung
menggunakan
teorema
phitaghoras untuk mendapatkan jarak Euclidean (gambar 2.8). Geometri
juga digunakan untuk menkalkulasi keliling dan area. Keliling diperoleh
dari penjumlahan panjang garis lurus dan area diperoleh dengan
menjumlahkan 
area 
berbentuk 
geomerti 
sederhana 
yang 
dilakukan
dengan
membagi-bagi suatu
fitur tertentu
(gambar
2.8).
Dalam
SIG
vektor, data
panjang,
keliling dan area dapat disimpan sebagai atribut
dalam suatu database sehingga data-data ini hanya perlu dihitung sekali
saja dan kemudian secara permanent tersimpan.
  
35
(a) Jarak AB =
=
AC
+
BC
2
4
+
4
2
=  5.7 units
(b) Area DEF =
(
2
×
2
)
(
2
×
3
)
(7 × 2
(
2
×
2
)
=
+
+
-
2
2
2
2
=  2 + 3 +7 – 2
=  10 units
2
Gambar 2.8 Pengukuran Vektor GIS: (a) Jarak; (b) Area
  
36
2.1.9.2
Queries
Melakukan query
dalam
database
SIG
untuk
menampilkan
data
adalah
bagian
dasar dan penting dari kebanyakan proyek SIG. Query
menawarkan metode untuk mendapatkan data, dapat dilakukan pada data
yang
menjadi
bagian
database
SIG ataupun
pada
data prosedur
baru
hasil dari analisis data. Query berguna pada setiap tahapan analisa SIG
untuk memeriksa kualitas dari pengukuran SIG raster.
Secara umum, ada dua tipe query yang dapat dilakukan SIG yaitu
spasial dan aspasial.
Query aspasial merupakan
pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan atribut dari suatu fitur. Berapa banyak hotel
mewah yang ada disana? Merupakan suatu query aspasial karena baik
pertanyaan 
ataupun 
jawabannya  tidak  melibatkan  analisis  dari
komponen spasial data. Query ini dapat dilakukan oleh perangkat lunak
database sendiri. Dimana hotel mewah di daerah itu? Karena informasi
yang
dibutuhkan
berkaitan
dengan
“dimana”,
maka query
tersebut
merupakan
query spasial.
Lokasi
dari
hotel
akan dilaporkan dan dapat
direpresentasikan dalam bentuk peta.
Metode menspesifikasikan query pada SIG dapat menjadi suatu hal
yang sangat interaktif. Pengguna dapat memberi pertanyaan pada peta
lewat layar komputer atau menjelajah
database
lewat
serangkaian
pertanyaan dan pembangun query (query builders). Query dapat menjadi
kompleks dengan kombinasi pertanyaan mengenai area, keliling ataupun
  
37
jarak
terutama dalam
SIG vector
dimana data
disimpan sebagi
atribut
dalam database, contohnya “dimanakah hotel dengan tarif termahal?”
Query tunggal dapat dikombinasikan untuk mengidentifikasi Entiti
dalam database
yang
bisa
memenuhi
kebutuhan
dua
atau
lebih
criteria
spasial atapun aspasial, contoh “dimana hotel mewah yang mempunyai
lebih dari 20 kamar?” operator Boolean seperti and, or, not, xor juga bisa
digunakan.
2.1.9.3
Reklasifikasi
Merupakan
variasi
dalam
ide
query
pada
SIG,
dapat
digunakan
pada
query untuk SIG raster. Sebagai contoh:
“dimanakan semua
area
hutan?”
Jawabannya dapat diperoleh dengan menggunakan
query
atau
dengan mengklasifikasikan gambar. Reklasifikasi akan ditampilkan di
gambar  yang  baru  dengan  seluruh  area  hutan  diberikan  kode  1  dan
semua area yang bukan hutan diberikan kode dengan nilai 0.
2.1.9.4
Buffering dan Neighbourhood Functions
Ada berbagai fungsi dalam SIG yang memungkinkan entiti spasial
mempengaruhi   sekitarnya,   ataupun   sebaliknya   dimana   lingkungan
sekitar mempengaruhi karakteristik entiti. 
Contoh yang paling umum
adalah buffering
yaitu
pembuatan
suatu
daerah
kepentingan
(zone
of
interest) di sekitar suatu Entiti. Fungsi neighbourhood lainnya termasuk
  
38
penyaringan data (data filtering) yang melibatkan rekalkulasi sel dalam
gambar raster didasarkan pada karakteristik sekitarnya.
Pertanyaan
“hotel
mana
yang berada
dalam
jangkauan
200
meter
dari jalan utama?” Pilihan pertama
yaitu
menggunakan
daerah buffer
yang mengidentifikasi seluruh daerah sampai 200 meter dari jalan utama
lalu  mencari  tahu  hotel  apa  saja  yang  berada  dalam  daerah  buffer
tersebut tentunya dengan bantuan query. Alternatif lain yaitu mengukur
jarak dari setiap hotel ke jalan utama, lalu mengidentifikasi mana yang
jaraknya kurang
dari
200
meter.
Dari kasus
ini
terlihat dalam
analisis
data SIG bisa digunakan lebih dari satu metode, namun yang terpenting
adalah pemilihan mana yang paling efisien dan tepat.
Jika sebuah titik dijadikan buffer (buffering)
maka akan
terbentuk
area lingkaran, buffering pada
garis atau area
akan
menghasilkan suatu
area
yang baru (gambar 2.9). Buffering merupakan suatu konsep yang
sederhana
namun
dengan
operasi perhitungan
yang
rumit
dan
juga
beragam.
Sebagai
contoh:
Andersson
(1987)
menggunakan buffering
pada 
data 
tempat 
perhentian  bis 
dan 
data 
populasi 
untuk
mengidentifikasi
tempat
perhentian
bis
yang
terbaik.
Daerah buffer
dikalkulasi dari setiap perhentian bis yang potensial, menggunakan nilai
yang mencerminkan berapa jarak orang siap berjalan ke tempat
perhentian bis. Populasi kepadatan dalam daerah
ini
juga dihitung dan
pada akhirnya satu kelompok perhentian bis ditentukan yang
meningkatkan tingkat tangkapan dan jangkauan bis terhadap penduduk.
  
39
Gambar 2.9  Buffer Zones Around: (a) Titik; (b) Garis; (c) Area
Metode
daerah
buffer
sering
dipergunakan
dalam SIG
vektor.
Sedangkan untuk SIG raster digunakan metode lainnya yaitu dengan
memperhitungkan pendekatan dan akan menghasilkan
suatu
layer
data
raster baru dimana atribut dari setiap sel merupakan suatu pengukuran
jarak.
Operasi
lainnya
dalam SIG
raster
dimana
nilai
dari
sel
tunggal
dirubah sebagai dasar pendekatan disebut fungsi tetangga
(neighbourhood function). Penyaringan (filtering) merupakan contoh
yang digunakan untuk memproses perbandingan terpisah (remotely
sensed imagery). Filterisasi akan mengubah nilai suatu sel didasarkan
pada atribut di sel sekitarnya. Ukuran dan bentuk dari penyaringan
ditentukan
oleh
operator.
Umumnya bentuk
filter
berupa
kotak
dan
lingkaran dan bentuk
tiga dimensi penyaringan menentukan banyaknya
sel sekitar yang digunakan dalam proses penyaringan.
  
40
Filter akan disebarkan ke seluruh bagian data raster dan digunakan
untuk kalkulasi
ulang
nilai dari sel target yang ada di pusatnya.   Nilai
baru  yang  diberikan  pada  sel  target  diperhitungkan  dengan
menggunakan berbagai algoritma, misalnya nilai terbesar sel dan nilai
yang paling sering muncul (Gambar 2.10).
Example: Forest Data In Happy Valley GIS
-
Applying 3x3 square filter to
recalculate value for cell c4:
minimum filter  c4 = 1
maximum filter c4 = 3
mean filter
c4 = 1.89
modal filter
c4 = 2
(most frequently occuring class)
diversity filter
c4 = 3
(number of different classes)
Gambar 2.10  Operasi Filter Raster GIS
  
41
2.1.9.5
Mengintegrasikan Data – Map Overlay
Kemampuan mengintegrasikan data dari dua sumber menggunakan
overlay peta (map overlay) mungkin merupakan fungsi kunci dari analisi
SIG. SIG memungkinkan dua buah layer peta tematik berbeda dari area
yang sama saling di overlay satu di atas lainnya untuk membentuk suatu
layer
baru. Map overlay pada
awalnya
merupakan
hasil kerja McHarg
(1969) dengan banyaknya aplikasi termasuk kemampuan
membandingkan secara visual antar layer
data.
Untuk
lebih
jelasnya,
berikut  ini  kami  berikan  contoh  integrasi  data  dengan  map overlay.
Untuk
menjawab
pertanyaan
“hotel mana saja yang berada dalam
jangkauan 200 meter dari jalan utama?” Langkah pertama adalah
melakukan operasi buffering untuk mengetahui daerah dalam jangkauan
200
meter
dari
jalan
utama,
lalu
fungsi overlay
digunakan
untuk
mengkombinasikan daerah buffer dengan layer data hotel sehingga dapat
diidentifikasikan hotel-hotel mana saja yang berada dalam daerah buffer.
Dengan semakin berkembangnya aplikasi dan analisis SIG, maka
ada perbedaan memperlakukan map overlay antara dunia raster atau
vector.
Dalam
sistem
yang
berbasis
vector,
map
overlay
lebih
banyak
memakan waktu, lebih kompleks, dan sedikit mahal. Sebaliknya dalam
sistem berbasis
raster bisa
dilakukan
secara cepat,
langsung dan
lebih
efisien.
  
42
1.   Overlay Vektor (Vector Overlay)
Peta vektor sangat berpedoman pada dua disiplin ilmu yaitu
geometri
dan
topologi.
Layer data
yang
nantinya
akan
di-overlay
haruslah
benar
dan tepat
secara
topologi
sehingga
semua
garis
haruslah bertemu pada satu titik dan batasan dari suatu poligon harus
tertutup.  Untuk  membuat  topologi 
untuk 
layer  data 
yang  baru
sebagai  hasil  proses  overlay,  perpotongan  garis  dan  poligon  dari
layer data
input
haruslah
melalui serangkaian perhitungan geometri
yang tidak mudah. Gambar 2.11 menampilkan tiga tipe utama dari
overlay vektor:
titik
dalam polygon (point-in-poligon),
garis
dalam
polygon
(line-in-poligon)
dan
poligon
dalam poligon
(polygon-in-
polygon).
  
43
Gambar 2.11
Overlay Vektor: (a) Titik dalam Poligon; (b) Garis dalam Poligon;
(c) Poligon pada Poligon
  
44
Overlay
titik
dalam poligon
digunakan
untuk
mencari
tahu
poligon
dimana
suatu
titik
berada. Contohnya kantor polisi hutan
dalam Taman Nasional Ujung Kulon diwakilkan dalam bentuk titik
dan Taman Nasional diwakilkan sebagai poligon. Mengguunakan
overlay titik dalam poligon dalam layer data vector,
memungkinkan
untuk mengetahui di daerah poligon manakah setiap kantor polisi
hutan berada.
Overlay garis dalam poligon lebih sulit dibanding overlay titik
dalam poligon.
Sebagai
contoh
kita
ingin
tahu
dimana
jalan
akan
menembus daerah hutan untuk merencanakan pembangunan jalur
wisata hutan. Untuk melakukan ini, kita harus meng-overlaykan data
tentang jalan pad
layer
yang
memuat
poligon
hutan.
Peta
hasil
keluaran akan mengandung jalan bercabang menjadi bagian yang
lebih kecil yang mewakili jalan di dalam area hutan dan jalan diluar
area hutan.
Overlay
polygon
dalam polygon
dapat
digunakan
untuk
memeriksa 
suatu  area. 
Misalnya 
memeriksa 
area 
hutan 
di
pegunungan Jayawijaya. Dua layer data input diperlukan yaitu layer
data daerah hutan yang berisi banyak polygon daerah hutan dan layer
batasan
daerah pegunungan. Tiga jenis keluaran yang mungkin
diperoleh antara lain:
a.   Layer  data  keluaran  dapat 
mengandung  semua  poligon  dari
kedua input peta. Ini terjadi bila menggunakan operator Boolean
  
45
atau
atau
dalam kaitannya
dengan
matematika
disebut
operasi
union. Contohnya
“dimanakah area
hutan atau area yang masih
termasuk daerah pegunungan?”
b.   Layer  data  keluaran  berisi  semua  area  pegunungan  dan  area
hutan di dalamnya.
Batasan dari daerah pegunungan digunakan
sebagai ujung-ujung dari peta keluaran dan daerah hutan akan
akan
dipotong
bila
melewati
batas
tersebut.
Dalam matematika
disebut
operasi   
idEntiti.  
Contoh:   
“dimanakan   
batasan
pegunungan dan dimanakan daerah hutan di dalamnya”.
c.   Hasil  keluaran  layer  data  dapat  berupa  area  yang  memenuhi
kedua persyaratan, pada contoh di atas yaitu daerah hutan dalam
kawasan pegunungan. Sebuah peta keluaran akan dihasilkan
menunjukkan seluruh polygon hutan tanpa kecuali yang
kesemuannya
berada
dalam batasan
kawasan
pegunungan
dan
mememotong poligon hutan yang berada di luar batasan
pegunungan. Secara matematis disebut intersect. Contohnya
“dimana daerah hutan dalam kawasan pegunungan Jayawijaya?”
2.   Raster overlay
Dalam
struktur
data
raster,
semua
data
diwakilkan
oleh
sel.
Titik diwakilkan oleh sel tunggal, garis oleh beberapa sel beurutan,
dan area oleh sekelompok sel. Overlay peta raster memperkenalkan
ide akan adanya peta algebra atau mapematics (Berry,1993). Dengan
  
46
menggunakan
peta
algebra,
layer input
data
dapat
ditambahkan,
dikurangi,
dikalikan
atau
dibagi untuk
menghasilkan
keluaran
data.
Operasi
matematika
dilakukan
pada nilai
sel
tunggal
dari
dua
atau
lebih
layer   input 
untuk   menghasilkan  
nilai   keluaran.  
Lalu,
pertimbangan
paling
penting
dalam overlay
raster
adalah
pemograman titik, garis dan area yang terdapat dalam fitur layer data
input secara tepat.
Sebagai
contoh,
empat
layer
data
pada
Happy
Valley
resort
telah dikonversi menjadi raster antara lain: lokasi stasiun
meteorologikal, jaringan jalan, layer penggunaan daerah, dan batasan
resort.
Stasiun
meteorologikal
direpresentasikan
dalam layer
data
raster dimana nilai 1 diberikan pada sel yang memiliki stasiun. Jalan
diberi kode 2 dalam layer data jalan di sel telah dihubungkan untuk
membentuk
rangkaian.
Setiap
sel
dalam layer
penggunaan
lahan
mempunyai nilai yang mewakili fungsinya masing-masing,
pemukiman diberi nilai 1, air 2, pertanian 4 dan hutan 5. Area resort
telah diberi nilai 10 dan disemua data
layer
nilai 0
diberikan
pada
darah yang tidak memiliki obyek penelitian.
Untuk
mencari
stasiun meteorologikal mana saja yang ada
dalam Happy Valley sama dengan operasi vektor titik dalam poligon,
untuk melakukan proses berikut suatu cara akan menggunakan kedua
data layer dan peta keluaran akan
mengandung
sel
dengan
nilai
berikut :
  
47
a.   0 untuk sel diluar batasan resort dan tidak memiliki stasiun.
b.   1 untuk sel memiliki stasiun namun berada di luar batasan resort.
c.   10 untuk sel dalam batasan resort namun tidak memiliki stasiun.
d.   11   untuk   sel   dalam   batasan   resort   dan   memiliki   stasiun
meteorological.
Untuk operasi yang ekuivalen dengan metode garis dalam
poligon dalam layer vektor, bagian jalan yang melewati hutan bisa
didapatkan dengan menggunakan layer jalan dan reklasifikasi layer
penggunaan lahan yang di dalamnya terdapat are hutan. Dua buah
peta akan ditambahkan dan peta keluaran akan mengandung sel
dengan nilai:
a.   0 untuk sel yang tidak memiliki jalan ataupun hutan.
b.   2 untuk sel dengan jalan namun diluar daerah hutan.
c.   5 untuk sel dengan hutan namun tanpa jalan.
d.   7 untuk sel dimana terdapat jalan dan hutan.
Analisis poligon ke polygon dapat dilihat pada gambar 2.12.
Sekali
lagi,
kode
dari
layer
inputan
adalah
kunci
untuk
mengerti
hasil keluaran dari overlay raster. Sebagai contoh, menambahkan
layer  daerah  hutan  dan  batasan  resort  akan  menghasilkan  layer
dengan kode berikut:
  
48
a.   0 untuk sel yang berada di luar batasan resort dan tidak memiliki
hutan.
b.   5  untuk  sel  yang  berada  di  luar  batasan  resort  dan  memiliki
hutan.
c.   10 
untuk  sel 
yang 
berada 
dalam 
batasan 
resort 
dan 
tidak
memiliki hutan.
d.   15  untuk  sel  yang  berada  dalam
batasan
resort  dan
memiliki
hutan.
  
49
1
0
0
0
0
1
0
0
0
10
10
10
10
10
0
0
0
0
11
10
10
10
10
1
0
0
0
2
0
0
0
2
0
0
0
2
0
5
5
0
0
0
5
5
5
2
5
5
0
2
0
5
5
7
0
5
5
0
0
0
5
5
5
10
10
10
10
10
0
0
0
0
10
15
15
10
10
0
5
5
5
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
2
2
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
Met
Stations
Happy Valley
Resort
Result
+
=
Met
Station
=
¹
Other Areas
=
0
(a)
Road
Resort
=
10
Other
Area
=
0
Forestry
Neither
Resort nor
Met Station =
Met
Station not In Resort     =
Resort no
Met Station             
=
Met
Station In Resort               
=
Result
+
=
Roads
=
²
Other Areas
=
0
(b)
Forestry
Forest
=
5
Other Area
=
0
Happy Valley
Resort
Neither
Road nor
Forest
=
0
Road not
In
Forest
=
2
Forest no
Road
=
5
Road
In
Forest Are
=
7
Result
+
=
Forest
=
5
Other
Areas
=
0
(c)
Forestry
Resort
=
10
Other
Area
=
0
Happy Valley
Resort
Neither
Resort nor Forest
Forest not In Resort
Resort no
Forest
Forest In Resort Area
Result
=0
=5
=
10
=15
+
=
Neither
Resort nor
Forest
=
0
Forest or
Resort
=
¹
Forest and
Resort
=
2
X
=
Forest
=
1
Other  Areas
=
0
(d)
Resort
=
1
Other Area
=
0
Forest and
Resort
=
1
Other  Areas
=
0
Gambar
2.12 
Overlay
Raster: (a)
Titik
dalam
Poligon
(denganjumlah); (b)
Garis
dalam
Poligon
(denganjumlah); (c) Poligon
pada
Poligon
(denganjumlah);
(d) Poligon
pada
Poligon
(AlternatifBoolean)
  
50
Peta
hasil
keluaran
akan ekuivalen
dengan
metode
polygon
dalam polygon dalam GIS
vector. Reklasifikasi akan
menghasilkan
variasi dari peta keluaran tersebut dan beberapa operasi overlay bisa
dilakukan.
Ada
dua
masalah yang secara khusus
mempengaruhi
overlay
raster yang perlu dipertimbangkan oleh pengguna
yaitu resolusi dan
skala  pengukuran.  Resolusi  ditentukan  oleh  besarnya  ukuran  sel
yang
digunakan.
Misalnya
data satelit
SPOT
mengumpulkan
data
dalam resolusi
10
meter.
Masalah
kedua
yaitu
skala
pengukuran.
Operasi overlay sembarang dapat dilakukan pada layer peta. Sebagai
contoh, memang dimungkinkan untuk menambahkan, mengurangkan
atau mengalikan dua peta satu menampilkan kode penggunaan lahan
menggunakan skala nominal dan lainnya menampilkan kode curah
hujan tahunan menggunakan skala rasio. Hasilnya bagaimanapun
akan tidak masuk akal karena tidak ada hubungan secara logis antara
angka-angka tersebut.
2.1.9.6
Interpolasi Spasial
Interpolasi 
spasial 
merupakan  prosedur 
pengukuran 
nilai 
dari
tempat  yang  belum  disample  dalam  suatu  daerah  observasi  (Waters,
1989). Dalam situasi ideal, suatu set data spasial akan menyediakan nilai
terpercaya
dari
setiap
lokasi
spasial.
Satelit
atau photography
akan
menyediakan data. Namun semakin sering data di stratifikasi (terdiri dari
  
51
daerah observasi namun tidak mencakup semua
lokasi spasial) secara
setengah-tengah atau bahkan secara acak. Fungsi dari
interpolasi dalam
SIG adalah untuk mengisi kekosongan antara data point yang telah
diobservasi.
Aplikasi
umum
untuk
interpolasi
adalah
untuk
membangun suatu
kontur ketinggian. Kontur dalam peta topografi digambar dari beberapa
nilai dari observasi ketinggian dengan survey dan fotografi udara.
Ketinggian antara permukaan tanah antara
titik-titik tersebut ditentukan
menggunakan
metode
interpolasi
dan
direpresentasikan
dalam peta
menggunakan kontur.
Teknik
interpolasi
yang dibahas dalam beberapa buku dan tulisan
(Burrough, 1986; Davis, 1986; Lam, 1983; Waters, 1989) secara singkat
menjelaskan tiga metode yang paling sering digunakan yaitu Thiessen
polygon, TIN, dan pergerakan rata-rata spasial.
Thiessen poligon adalah metode interpolasi yang secara tepat
mengasumsikan
bahwa
nilai
dari
lokasi
yang
belum disample
adalah
sama dengan nilai dari titik sample
terdekat.
Thiessen
polygon
dibuat
dengan
membagi
garis
yang
bergabung
dengan titik sekitar terdekat,
menggambar daerah tegak lurus melalui garis ini dan lalu menggunakan
daerah tersebut
untuk mendapatkan
ujung-ujung polygon (Laurini dan
Thompson,
1992).
Penggunaan
paling umum
dari
Thiessen
polygon
adalah untuk menentukan batas
teritori suatu daerah dari suatu set titik.
Meskipun  
Thiessen   poligon  
dapat  
digambar  
disekitar   observasi
  
52
kemiringan, namun ini bukan merupakan metode yang paling tepat
karena data kemiringan berubah secara berangsur-angsur bukan suatu
properti yang terjal atau curam.
Triangulated Irregular
Network
(TIN)
adalah
cara
elegan
membangun permukaan dari suatu set data point
yang tidak beraturan.
Metode ini biasa digunakan untuk menghasilkan
model daerah digital.
Model TIN merupakan metode interpolasi tepat didasarkan pada data
point local. Dalam metode
ini data point
yang berdekatan dihubungkan
dengan
garis untuk
membentuk suatu jaringan segitiga tidak beraturan.
Karena nilai dari tiap data point dapat diketahui dan jarak antara titik-
titik ini dapat dihitung, maka persamaan
linear dan
trigonometri dapat
digunakan untuk menghasilkan nilai interpolasi untuk titik lainnya yang
masih ada dalam batasan TIN.
Pergerakan rata-rata spasial merupakan metode interpolasi yang
paling
umum yang
digunakan
dalam SIG.
Metode
ini
melibatkan
perhitungan nilai untuk lokasi didasarkan pada range nilai yang berada
titik-titik
sekitar
yang
masih
termasuk
dalam range
yang
ditentukan
pengguna. Pergerakan rata –
rata spasial sangat cocok untuk contoh –
contoh dimana
nilai dari data point
yang telah diketahui
tidaklah
tepat
dan bisa menjadi subyek pengukuran kesalahan, namun itu semua tidak
lain akan menggambarkan variasi dari pola global.
  
53
2.1.9.7
Analisis Permukaan
Slope, aspect dan visibility merupakan aplikasi yang paling sering
digunakan dalam model permukaan yang digunakan dalam SIG.
1.   Menghitung Slope (Lereng) dan Aspect (Pemandangan)
Lereng (slope) merupakan kecuraman atau gradian dari suatu
daerah,
biasanya
diukur
dalam satuan
derajat
sudut
atau
sebagai
persentasi.
Pemandangan
(aspect)
adalah
arah
dimana suatu daerah
menghadap, biasanya diekspresikan dengan satuan derajat dari utara.
Slope  daaspect  dihitung  dengan  menggunakan  dua  cara
berdasarkan pada tipe DTM yang sedang digunakan. Dalam raster
DTM slope dan aspect dihitung menggunakan jendela ukuran 3 x 3
yang
kemudian
melewati
database untuk
menentukan
titik
tengah
jendela, dengan kata lain, bisa digunakan persamaan
z = a + bx + cy
dimana z merupakan tinggi pada poin (pusat dari jendela), (x,y)
merupakan koordinat titik dari pusat jendela dan a,b,c merupakan
nilai konstanta.
Slope
dan
aspect dari
pusat
suatu
sel dapat
dihitung
menggunakan
formula
S = b
2
+ c
2
A = tan
-1
(c/b)
  
54
2.1.9.8
Analisis Visibility
Salah
satu
pengunaan
umum
dari DTM
adalah
analisis
jarak
penglihatan
(visibility), identifikasi
area
dari suatu
daerah
yang
dapat
dilihat
dari
suatu
titik
tertentu
dari
suatu permukaan
daerah.
DeMers
(1997)   menjelaskan   bagaimana   analisis   ini   bekerja.   Lokasi   dari
pengamat dihubungkan dengan setiap lokasi target yang memungkinkan
dari
suatu
daerah.
Garis
atau ray
diikuti
dari
masing-masing
target
kembali ke pengamat, mencari daerah yang lebih tinggi. Titik yang lebih
tinggi
akan
mengaburkan
apa
saja yang
ada
dibelakang
mereka.
Lalu
dengan ray tracing
yang berulang-ulang peta penglihatan dapat dibuat
(Gambar 2.13).
Gambar 2.13  Ray tracing for visibility analysis
  
55
2.1.9.9
Analisis Jaringan
Jaringan merupakan suatu set garis yang saling terhubung yang
menghasilkan suatu fitur dimana di dalamnya suatu sumber daya dapat
melaluinya. Sebagai contoh yaitu sungai, namun jalan, jaringan pipa dan
kabel dapat membentuk jaringan juga. Ada beberapa
masalah pada tipe
jaringan klasik antara lain identifikasi jarak terpendek, masalah TSP,
alokasi model dan penelusuran rute.
1.   Jarak Terpendek
Metode jarak terpendek bekerja
dengan
mengevaluasi
sambungan dan belokan yang diperlukan untuk menjelajahi jaringan
antara pemberhentian. Beberapa jalur potensial
dipertimbangkan
sebelum rute dengan jumlah halangan terkecil dibangun dari jaringan
yang bersangkutan. Proses ini diikuti oleh setiap pemberhentian
sampai semua jalur penelusuran telah didefinisikan. Metode ini juga
bisa digunakan untuk
identifikasi jalur tercepat dari suatu
lokasi ke
lokasi lainnya.
2.   Travelling Salesperson Problem
Masalah yang diwakilkan dari namanya adalah bahwa seorang
sales harus
mengunjungi sekelompok klien tertentu dalam satu hari
dan
melakukannya dengan
menggunakan
rute terbaik atau tercepat.
Dalam analisis
jaringan
SIG
mengurutkan
pemberhentian
dapat
dilakukan dengan menghitung jalur
terpendek
antara
tiap
pemberhentian  didasarkan  pada  daftar 
halangan  dalam  jaringan.
  
56
Metode   trial   dan   error   dapat   digunakan   untuk   mengurutkan
kunjungan sehingga total halangan dari pemberhentian pertama
sampai terakhir dapat diminimalisasikan.
3.   Location - Allocation Modeling
Analisis jaringan dapat juga
digunakan
untuk
alokasi
sumber
daya dengan pemodelan permintaan dan penawaran dalam jaringan.
Untuk
mencocokan
penawaran dan
permintaan
membutuhkan
pergerakan   dari   barang,   orang,   informasi   atau   jasa   diseluruh
jaringan. Dengan kata lain, penawaran harus dipindahkan ke
permintaan.
Model
alokasi dalam jaringan
merupakan
dasar
untuk
analisa yang
lebih dalam seperti pemodelan
lokasi dan alokasi.
Ini
dapat digunakan untuk mengidentifikasi lokasi optimum untuk suatu
pusat jasa relative pada permintaan yang ada.
4.   Penelusuran Rute
Penelusuran   rute   sangat   berguna   dalam   jaringan   dimana
alurnya tidak terarah, seperti aliran sungai, sistem pembuangan, dan
jaringan TV kabel. Keterhubungan, cara jaringan bertemu pada suatu
node adalah konsep utama pada penelusuran rute. Arah juga penting
pada penelusuran rute dikarenakan hal ini menunjukan arah
pergerakan material dalam suatu jaringan.
  
57
2.1.9.10  Analisis Spasial Kuantitatif
Analisis
spasial
kuantitatif memungkinkan
ide
tentang
proses
spasial 
dan  polanya 
untuk  ditest 
dan 
digunakan 
untuk 
membantu
mencari arti dalam data spasial. Ada tiga metode utama yaitu:
1.   Exploratory and Descriptive Statistics
Dapat
digunakan
untuk
mendeskripsikan distribusi dari fenomena
spasial. Dapat juga menyediakan data atribut, jarak antara satu titik
pengamatan   ke   titik   lainnya,   fitur   garis   atau   area,   jarak   ke
pengamatan terdekat, dan lokasi dari suatu titik.
2.   Predictive Statistics
Melihat pada hubungan antara fenomena spasial.
3.   Prescriptive Statistics
Membantu untuk memprediksi apa yang mungkin terjadi dalam
suatu keadaan tertentu.
Setiap analisis dapat digunakan pada tingkatan lokal ataupun global.
2.1.9.11  Kemampuan yang Dimiliki Sistem Informasi Geografi
Dengan
menggunakan
Sistem Informasi
Geografi
dalam
memperoleh
informasi
mengenai
data geografi
dalam skala
tertentu
mengenai suatu daerah
akan
menjadi lebih akurat. Hal ini dikarenakan
  
58
SIG  memungkinkan  untuk  peng-update-an  sesering  mungkin,  seiring
dengan perubahan permukaan bumi dari waktu ke waktu.
Menurut Paryono (1994, p2), kelebihan Sistem Informasi Geografi
adalah sebagai berikut:
1.   Data
yang
disimpan
SIG sesuai
dengan keadaan
dan skala
aslinya
serta disimpan dalam bentuk digital.
2.   Perubahan
yang
terjadi
pada
data
geografi dapat
dilakukan
sebab
SIG bersifat dinamis.
3.   Kemampuan yang bersifat analisis dan manipulasi data,
model peta
dapat diperolah dengan mudah sebab hanya mengubah rumus
analisisnya.
Perbedaan
Sistem Informasi
Geografi
dengan
Sistem Informasi
Manajemen
terletak
pada
kemampuan analisis data. SIM hanya dapat
menganalisis data
yang bersifat
tekstual seperti laporan dan tabel-tabel,
sedangkan SIG, selain data tekstual juga dapat menganalisis data spasial.
SIG
sendiri
dapat
digunakan
untuk melakukan
fungsi-fungsi
di
dalam
sistem informasi managemen.
2.1.9.12  Perbedaan Peta Tradisional dengan Peta Sistem Informasi Geografi
Metode 
tradisional  dalam 
menampilkan  ruang 
goegrafis 
yang
penuh dengan data spasial adalah dengan
menggunakan beberapa peta
dengan   tema   yang   berbeda-beda.   Sebagai   contoh   peta   kartografi
tradisional  yang  hanya  tersedia  untuk  suatu  area  tersendiri  mungkin
  
59
tersedia
peta
geologi,
satu
peta tanah
dan
peta
topografi
yang
menunjukkan budaya dan lingkungan dari lingkungan sekitar. Model
komputer sering menggunakan pendekatan yang sama. Sebagai contoh
SIG
untuk para pembeli rumah
membahas layer-layer yang diantaranya
termasuk asuransi, transportasi, sekolah serta informasi perbandingan
penggunaan tanah di pedesaan dan perkotaan. Ini merupakan metode
pertama pemodelan ruang yang dikembangkan. Metode ini dikenal
dengan  pendekatan  layer  (lapisan)  dan  masih  digunakan  oleh
kebanyakan SIG sekarang ini.
Perbedaan  peta  tradisional  dengan  peta  SIG  antara  lain  adalah
sebagai berikut:
1.   Pada
peta tradisional,
informasi
yang
disajikan
terbatas
tergantung
dari kertas yang digunakan. Pada peta SIG, keterbatasan tergantung
dari problem teknologi media penyimpanan.
2.   Pembaharuan pada peta tradisional membutuhkan waktu yang cukup
lama. Sedangkan pada peta SIG, dapat langsung di-update
sesuai
dengan informasi yang didapatkan.
3. 
Pada peta tradisional, akan sulit
diakses
apabila
informasi
dalam
jumlah yang besar disimpan dalam peta dan tabel. Pada peta SIG,
kesulitan dalam pengaksesan dapat ditangani dengan cepat.
4.   Pada  peta  tradisional, 
lemah  dalam  integrasi  geografi  dari  peta
berbagai proyeksi dan skala. Pada peta SIG,
integrasi dapat dengan
  
60
mudah  dilakukan  dan  efisien  dengan 
menggunakan 
multi 
layer
proyeksi dan skala tidak menjadi hambatan.
2.1.10  Data
2.1.10.1 Pengertian Data
Data
adalah
fakta
yang sangat
berguna
sebagai
input bagi
suatu
sistem informasi.
2.1.10.2 Jenis-jenis Data
Data
menurut sumber awalnya dibagi menjadi tiga bagian, antara
lain:
1.   Data Lapangan
Data ini diperoleh dari pengukuran di lapangan secara lengkap,
seperti curah hujan suatu daerah, salinitas air, dan sebagainya.
2.   Data Peta
Merupakan informasi yang ada pada kertas / film dan dikonversikan
ke dalam bentuk digital, misalnya: peta geologi, dan sebagainya.
3.   Data Citra Penginderaan Jauh
Berupa citra penginderaan jauh, seperti foto udara atau radar yang
harus dikonversikan terlebih dahulu
ke
dalam
bentuk
digital.
Sedangkan data penginderaan jauh yang diperoleh dari satelit yang
sudah berupa data digital dapat langsung digunakan tanpa harus
melalui proses pengkonversian lebih lanjut.
  
61
Data menurut bentuknya dapat dibedakan menjadi:
1.   Data Geografis
Biasanya berupa peta yang berasal dari peta analog, foto udara, atau
penginderaan jauh, karena itu sering disebut sebagai peta dasar.
2.   Data Atribut
Merupakan data yang berkaitan dengan peta dasar yang dapat
menghasilkan
informasi
yang
dibutuhkan.
Data
atribut
ini
biasanya
disimpan dalam bentuk database berupa tabel-tabel.
3.   Data Digital
Merupakan data yang diperoleh dari citra
satelit
dan
radar
yang
kemudian dikonversikan ke dalam bentuk digital agar mudah diolah
oleh sistem komputer.
Data
yang berisi
informasi
geografis
dibagi
menjadi
tiga
konsep
topologi, yaitu:
1.   Titik (Point)
2.   Garis (Line)
3.   Wilayah (Area)
2.1.11  Database
2.1.11.1  Pengertian Database
Database adalah sekumpulan table, view, indeks, trigger, prosedur,
dan objek-objek lain (Jose Ramalho, p4).
  
62
Database  adalah
kumpulan 
data 
yang  berelasi  secara 
logical
beserta
penjelasan/deskripsi
dari data
tersebut,
dirancang
untuk
memenuhi
kebutuhan
informasi
pada
suatu
organisasi
(Connoly, p14-
15).
Database  merupakan  tempat  penyimpanan  tunggal  dan
berkapasitas   besar   yang   dapat   digunakan   secara   bersamaan   oleh
berbagai pengguna atau departemen dalam suatu perusahaan.
2.1.11.2  Pengertian Tabel
Tabel adalah suatu relasi data yang digambarkan dalam kolom dan
baris (Connoly, p72).
2.1.11.3  Pengertian Field
Field
dalam
konteks
database
biasanya sering disebut dengan
atribut.
Field
merupakan
nama
kolom dari
sebuah
tabel
atau
relasi
(Connoly, p72, p74).
2.1.11.4  Pengertian Record
Record adalah suatu baris data atau informasi dalam sebuah tabel.
Record sering juga disebut dengan tuple. (Connoly, p73).
2.1.11.5  Pengertian Primary Key
Primary Key merupakan sebuah atribut atau himpunan atribut yang
dipilih untuk mengidentifikasi tuple-tuple atau record dalam tabel yang
  
63
bersifat unik. Unik disini berarti tidak boleh ada duplikat atau key yang
sama
untuk
dua
atau
lebih
tuple
atau
record
dalam sebuah
tabel.
(Connoly, p79)
2.1.11.6  Pengertian Foreign Key
Foreign Key juga merupakan sebuah atribut atau himpunan atribut
dalam suatu tabel yang menunjuk pada key yang terdapat pada tabel lain.
Foreign key berfungsi untuk menunjukkan hubungan antara satu tabel
dengan tabel lainnya. (Connoly, p79)
2.1.11.7  Entiti Relationship
Entiti
Relationship merupakan
hubungan
antar
data
berdasarkan
persepsi
dunia
nyata
yang
terdiri dari
sekumpulan
objek
dasar
yang
disebut entiti dan hubungan antar objek tersebut. Model Entiti
Relationship
merepresentasikan bagaimana isi dari database yang harus
dibentuk. Salah satu hal yang penting adalah kardinalitas yang
merepresentasikan jumlah suatu entiti ke entiti lain yang diasosiasikan
dalam hubungannya.
Jenis mapping cardinalities (Korth, 1991), antara lain:
1.   One to One
Sebuah
entiti di
A
hanya bisa diasosiasikan dengan
maksimal
satu
entiti di B atau sebaliknya.
  
64
2.   One to Many
Sebuah entiti di A diasosiasikan dengan nol atau lebih entiti di B,
namun entiti di B hanya bisa diasosiasikan dengan maksimal satu
entiti di A.
3.   Many to One
Sebuah
entiti
di
A
hanya bisa
diasosiasikan dengan
maksimal
satu
entiti di B, sedangkan entiti di B bisa diasosiasikan dengan nol atau
lebih entiti di A.
4.   Many to Many
Sebuah entiti di A bisa diasosiasikan dengan nol atau lebih di B dan
sebuah entiti di B juga bisa diasosiasikan dengan nol atau lebih di
entiti A.
2.1.11.8  Entiti Relationship Diagram
ERD adalah diagram yang
digunakan
untuk
menggambarkan
struktur logikal dari database secara keseluruhan. Berikut ini adalah
notasi UML untuk perancangan ERD.
Notasi UML
Keterangan
Entiti
Entiti dengan
atribut primary
key
  
65
Entiti dengan
beberapa atribut.
Primary key
diberi tanda PK;
Alternate Key
diberi tanda AK;
Komponen-
komponen atibut
komposit ditulis
dibawahnya dan
diletakkan lebih
ke kanan;
Atribut yang
mengandung
beberapa nilai
diberi tanda
{min..max}
dengan selisih
antar nilai atribut
Relasi yang
ditandai dengan
nama relasi dan
panah penunjuk
Binary antara
beberapa nilai
Binary
Relationship
Tabel 2.2 Notasi UML Untuk Perancangan ERD
2.1.12  Data Flow Diagram
Diagram   arus   data   /   DFD   adalah   gambaran   suatu   sistem   yang
menggunakan sejumlah simbol untuk menggambarkan bagaimana data mengalir
melalui suatu proses yang saling berkaitan. (McLeod, 2001, p316)
  
66
Dengan
memakai
DFD, analis sistem dapat memahami aliran data dalam
sebuah sistem. Ada 3 keuntungan memakai aliran data dalam suatu sistem, yaitu:
1.
Terhindar
dari
usaha
untuk
mengimplementasikan
sistem
yang
terlalu dini.
Analis  sistem  perlu  memikirkan  secara  cermat  aliran-aliran  data  sebelum
mengambil keputusan untuk merealisasikannya secara teknis.
2.
Dapat mengerti
lebih dalam
hubungan sistem
dengan sub sistemnya. Analis
sistem dapat membedakan sistem dari lingkungan beserta batasan-batasannya.
3.
Dapat
menginformasikan
sistem
yang berlaku
kepada
pengguna. DFD dapat
digunakan
sebagai
alat
untuk
berinteraksi
dengan
pengguna
dalam bentuk
representasi simbol-simbol yang digunakan.
Simbol-simbol yang digunakan dalam DFD (McLeod, 2001, p316) adalah
sebagai berikut:
5.   Entiti Eksternal
a.   Digambarkan dengan
b.   Entiti  yang  berada  diluar  sistem  yang 
memberi  data  ke  sistem  atau
menerima keluaran dari sistem.
c.   Tidak termasuk dalam bagian sistem.
6.   Proses
a.   Digambarkan dengan
  
67
b. Menggambarkan     apa    
yang     dilakukan     sistem.     Berfungsi
mentransformasikan satu atau beberapa data input menjadi satu atau
beberapa data output sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
c.   Penamaan proses menggunakan kata kerja dan kata benda.
7.   Aliran Data
a.   Digambarkan dengan
b.  Menggambarkan aliran data dari suatu Entiti
ke
Entiti
lain..
anal
panah
menggambarkan arah aliran data.
8.   Penyimpanan Data (Data Store)
a.   Digambarkan dengan
b.   Merupakan data untuk menyimpan data. Proses dapat mengambil data dari
atau memberikan data ke data store.
Tingkatan dalam DFD ada 3 yaitu:
1.   Diagram Konteks
a.   Merupakan level tertinggi yang menggambarkan input dan output sistem.
b.   Terdiri dari satu proses dan tidak mempunyai data store.
2.   Diagram Nol
a.   Memiliki data store.
b.   Diagram tidak rinci diberikan tanda bintang pada akhir nomor.
  
68
3.   Diagram Rinci
a.   Merupakan rincian dari diagram nol atau diagram level diatasnya.
b.   Proses yang ada sebaiknya tidak lebih dari tujuh dan maksimal 9.
2.1.13  State Transition Diagram (STD)
STD 
dgunakan 
untuk 
menggambarkan  diagram 
dari  kebiasaan 
sistem
dengan beberapa jenis pesan dengan proses yang kompleks dan sinkronisasi
kebutuhan. (Yourdan, 1989, p260-261)
STD memiliki komponen-komponen yang utama yaitu state dan arrow yang
mewakili sebuah perubahan state. Setiap kotak persegi panjang mewakili sebuah
state
dimana
sistem tersebut
berada.
Sebuah
state
didefinisikan
sebagai
suatu
atribut-atribut atau keadaan suatu sistem pada suatu saat tertentu.
2.2
Teori-Teori Khusus
2.2.1
Angkutan dan Trayek
Angkutan  adalah  pemindahan  orang  atau  barang  dari  satu  tempat  ke
tempat lain dengan menggunakan kendaraan.
Trayek adalah
lintasan
kendaraan
umum untuk pelayanan
jasa
angkutan
orang dengan mobil bus yang mempunyai asal dan tujuan tetap, lintasan tetap, dan
jadwal tetap maupun tidak berjadwal. Atau dapat trayek dapat diartikan asal dan
tujuan perjalanan angkutan umum yang melalui rute tertentu.
  
69
2.2.1.1 Macam-Macam Angkutan
Angkutan dapat dibedakan menjadi berbagai jenis, antara lain:
1.   Angkutan Antarkota
Angkutan antarkota adalah angkutan dari satu kota ke kota lain
dengan mempergunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek
tetap dan teratur.
2.   Angkutan Lintas Batas Negara
Angkutan lintas batas negara adalah angkutan dari satu kota ke kota
lain yang mewakili lintas batas negara dengan menggunakan mobil
bus yang terikat dalam trayek tetap dan teratur.
3.   Angkutan Kota
Angkuta kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam
satu wilayah kabupaten dengan
menggunakan
mobil bus
umum dan
atau
mobil penumpang
umum yang terikat
dalam
trayek
tetap dan
teratur.
4.   Angkutan Pedesaan
Angkutan pedesaan adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain
dalam satu
wilayah
pedesaan
dengan
mempergunakan
mobil
bus
umum dan atau
mobil penumpang
umum yang terikat dalam trayek
tetap dan teratur.
5.   Angkutan Taksi
Angkutan  taksi  adalah  angkutan  yang  merupakan  pelayanan  dari
pintu ke pintu dalam wilayah operasi terbatas.
  
70
6.   Angkutan Sewa
Angkutan sewa adalah angkutan yang menggunakan kendaraan sewa
yang melayani angkutan dari pintu ke pintu dengan atau tanpa
pengemudi dalam wilayah operasi yang tidak terbatas.
7.   Angkutan Pariwisata
Angkutan pariwisata adalah angkutan
dengan
menggunakan
mobil
bus umum yang dilengkapi dengan tanda-tanda khusus untuk
mengangkut wisatawan ke dan dari daerah tujuan wisata.
2.2.1.2 Pengertian Jaringan Trayek
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1993, jaringan
trayek
adalah
kumpulan
dari
trayek-trayek yang
menjadi
satu
kesatuan
jaringan pelayanan angkutan orang.
2.2.1.3 Pengertian Trayek Angkutan Umum
Trayek
angkutan
umum adalah
jalur
yang
wajib
dilewati
oleh
angkutan
umum tersebut, biasanya diawali dan diakhiri oleh pangkalan
angkutan umum atau terminal.
2.2.2
Pengertian Jaringan Jalan
Jaringan  jalan  di  Jakarta  bersifat  sentralistik  atau  terpusat.  Jalan-jalan
besar atau
utama di Jakarta selalu diarahkan untuk melewati pusat kota, dimana
  
71
pusat kota
itu sendiri adalah tugu
monas
yang terdapat di jalan Medan Merdeka
Selatan.
Jaringan jalan utama di Jakarta membelah kota dari utara ke selatan, barat
ke
timur.
Ini
disebabkan
karena
posisi Jakarta yang diapit oleh
beberapa
kota
satelit seperti
Tanggerang, Bekasi, dan
Bogor. Di
setiap
ujung belahan
jaringan
jalan kota Jakarta selalu dilengkapi dengan jalan bebas hambatan untuk
memberikan akses yang mudah ke kota-kota satelit tersebut, jalan bebas hambatan
itu antara lain Tol Jakarta-Merak di bagian barat Jakarta, Tol Jakarta-Cikampek di
Timur Jakarta dan juga Tol Jagorawi dibagian Selatan kota Jakarta.
Selain jaringan jalan yang membelah kota, ada juga jaringan jalan
pendukung
yang
tidak
melalui pusat kota
yaitu jaringan jalan lingkar
luar
yang
mengelilingi  kota  Jakarta  untuk  mendukung  penglaju  yang
tidak  memerlukan
akses ke pusat kota dan bagi penglaju membutuhkan akses yang cepat
melewati
kota Jakarta.
(Burgess, Hoyt, dan Mann)
Gambar 2.14  Jaringan Jalan
  
72
2.2.3
Pengertian Kendaraan Umum
Kendaraan  umum  adalah  setiap  kendaraan  bermotor  yang  disediakan
untuk
dipergunakan
umum dan
dipungut bayaran.
Kendaraan
umum
ini
dibagi
menjadi dua bagian:
1.   Mobil Bus
Adalah setiap kendaraan bermotor
yang dilengkapi
lebih dari delapan tempat
duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi baik dengan maupun tanpa
perlengkapan pengangkutan bagasi.
2.   Angkutan Kota (angkot)
Adalah
mobil penumpang umum dengan kapasitas berdasarkan
ijin sebanyak
sembilan tempat duduk tidak termasuk tempat pengemudi.
2.2.4
Pengertian Volume Lalu Lintas
Volume 
lalu 
lintas 
adalah 
jumlah 
perhitungan 
lalu  lintas 
yang
dilaksanakan selama 14 jam di mana hasil perhitungan dengan volume lalu lintas
tertinggi (jam puncak) pada masing-masing titik.
2.3
Terminal dan Bus
2.3.1
Pengertian Terminal
Terminal adalah  prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan
menurunkan orang dan atau barang serta mengatur kedatangan dan
pemberangkatan
kendaraan
umum
yang
merupakan salah satu wujud simpul
jaringan transportasi.
  
73
2.3.2
Jenis-Jenis Bus
Bus memiliki berbagai macam jenis, antara lain:
1.   Bus Terpadu
Bus terpadu adalah mobil bus yang dapat digandeng dengan alat khusus yang
ditempelkan pada
sistem kemudi (roda), sehingga
dapat
berjalan
pada
jalur
khusus dan terpadu pada trayek yang diperuntukkan untuk itu.
2.   Bus Besar (Bus Standar)
Bus besar adalah bus yang dilengkapi dengan 35 sampai 102 tempat duduk
tidak termasuk tempat duduk pengemudinya
baik dengan maupun
tanpa
perlengkapan pengangkutan barang.
3.   Bus Sedang
Bus sedang adalah
mobil bus
yang dilengkapi dengan 24 tempat duduk tidak
termasuk tempat duduk pengemudinya baik dengan maupun tanpa
perlengkapan pengangkutan barang.
4.   Bus Kecil
Bus kecil adalah mobil bus yang dilengkapi dengan 9 sampai 20 tempat duduk
tidak termasuk tempat duduk pengemudinya,
baik dengan maupun tanpa
perlengkapan pengangkutan barang.
  
74
2.4
Pengertian Overlay
Overlay adalah penggabungan layer-layer yang berbeda data dan proses
atau disebut juga sistem tumpang tindih. Dalam
konsep SIG, perancangan
layer
merupakan langkah yang perlu dilakukan agar informasi yang didapatkan benar-
benar lengkap dan bermanfaat (ESRI: www.esri.com ).