5
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian
Jaringan
Jaringan adalah kumpulan beberapa komputer yang tergabung dalam suatu
lingkungan 
yang  dapat 
saling  berkomunikasi  satu  dengan  yang  lain 
(Arief,
2004,p2).
Berdasarkan media
yang
digunakan,
maka
terdapat dua
macam
jaringan
yaitu jaringan dengan kabel dan jaringan nirkabel.
Secara umum, jaringan dibagi menjadi 3 jenis :
1.   Local Area Network (LAN), LAN merupakan tipe jaringan dengan kecepatan
yang tinggi yang meliputi area
seperti satu
gedung. Tingkat kesalahan dalam
pengiriman data rendah karena hanya dalam area yang kecil (sekitar beberapa
ribu meter).
2.   Wide Area Network (WAN), 
WAN
merupakan jaringan komunikasi data
yang
melayani pengguna dalam wilayah area geografi yang luas. Dan menggunakan
peralatan transmisi.
3.   Metropolitan
Area Network (MAN),
MAN
merupakan jaringan
yang melayani
area metropolitan, biasanya area yang ada lebih besar dari LAN dan lebih kecil
dari WAN.
  
6
Secara garis besar, jaringan nirkabel dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1.   Jaringan Adhoc
Jaringan
Adhoc
adalah
komunikai
antara
dua
device atau
lebih
yang
dilakukan secara langsung, tanpa adanya device tambahan seperti access point.
Jaringan
Adhoc juga
dikenal
dengan
jaringan
peer-to-peer.
Pada
jaringan
Adhoc, setiap client bisa
mengakses resource
dari client
lain, bukan ke server
pusat.
2.   Jaringan Infrastructure
Jaringan Infrastructure
adalah komunikasi antara dua device atau
lebih
yang dilakukan dengan bantuan device tambahan seperti access point. Dengan
adanya
access
point,
maka
wilayah akses
bisa
menjadi semakin luas.
Pada
jaringan Infrastructure, setiap client bisa mengakses resource dari server pusat.
2.2
Topologi Jaringan
Topologi merupakan sebuah struktur dari sebuah jaringan. Topologi secara
garis besar dibagi menjadi dua :
1.   Topologi
Fisik
-
menggambarkan
kondisi
yang
sebenarnya
jaringan
secara
langsung.
2.   Topologi
Logika
-
menggambarkan kondisi
bagaimana
cara
media
jaringan
dapat diakses oleh komputer.
2.2.1
Topologi
Fisik
Topologi
Fisik
secara
umum terdapat 5
model,
yakni Bus, Ring,
Star, Extended Star dan Mesh.
  
7
1.   Bus
Pada model topologi ini, masing-masing komputer dihubungkan
dengan sebuah kabel jaringan tunggal. Pada komputer awal dan akhir
jaringan digunakan terminator 5?. Kelemahan pada model jaringan ini,
apabila
ada
komputer
yang
gagal
terhubung dengan
jaringan,
maka
seluruh
jaringan
komputer
akan
terganggu. Kelebihan pada
model
jaringan ini, biaya pembangunan jaringan relatif lebih murah.
Gambar 2.1 Topologi Bus
2.   Ring
Pada model topologi ini, masing-masing komputer dihubungkan
dengan sebuah
kabel
jaringan
tunggal.
Tidak
ada
komputer
awal
dan
akhir pada model jaringan ini, sehingga tampak seperti sebuah cincin /
ring.  Topologi  ini 
memiliki  kelemahan  dan  kelebihan  yang  sama
dengan topologi Bus.
Gambar 2.2 Topologi Ring
  
8
3.   Star
Pada model topologi ini, masing-masing komputer dihubungkan
dengan
sebuah
konsentrator
(Hub
atau
Switch). Model
topologi
ini
merupakan model topologi yang paling banyak digunakan sampai saat
ini
dikarenakan pada
model
topologi
ini
apabila
ada
komputer
yang
gagal terhubung dengan
jaringan,
komputer
lain
yang
juga terhubung
dengan jaringan
tidak terganggu. Kelemahan model topologi
ini, biaya
pembangunannya relatif
lebih mahal dari pada topologi
Bus atau Ring
dikarenakan dibutuhkan sebuah konsentrator.
Gambar 2.3 Topologi Star
4.   Extended Star
Model
topologi
ini
merupakan
penggabungan dari
beberapa
topologi Star.
Dibutuhkan sebuah konsentrator
untuk menghubungkan
topologi Star yang satu dengan topologi Star yang lainnya.
Gambar 2.4 Topologi Extended Star
  
9
5.   Mesh
Pada
model
topologi
ini,
masing-masing komputer
terhubung
secara
langsung
antara
komputer yang
satu
dengan
komputer yang
lainnya.
Biasanya
topologi
ini
digunakan
untuk
membangun suatu
jaringan
backbone
yang
redundant.
Keuntungan model
topologi
ini
adalah reliabilitasnya dapat diandalkan. Kelemahan
model topologi ini
adalah
biaya
pembangunannya cukup
mahal
dan
kurang
efisien
jika
terdapat penambahan komputer baru dalam jaringan.
Gambar 2.5 Topologi Mesh
2.2.2
Topologi
Logika
Pada topologi logika terdapat 2 model, yakni Broadcast dan Token-
Passing.
1.   Broadcast
Pada
model
ini, semua
komputer
diharuskan
menerima
paket-
paket
data
yang
dikirimkan oleh
tiap-tiap
komputer.
Aturan
yang
diterapkan pun
relatif sederhana,
“siapa
yang pertama kali datang, dia
yang pertama kali dilayani”.
  
10
2.   Token Passing
Pada
model
ini,
jaringan
komputer
dikendalikan oleh
sebuah
token. Hanya komputer yang memiliki token yang dapat mengirim data
ke jaringan. Kepemilikian token ini sifatnya bergantian.
2.3
OSI 7 Layer
OSI
7
Layer
merupakan
sebuah
model
framework (kerangka kerja)
yang
dibuat
oleh
OSI (Organization
Standard
International)
tujuannya
untuk
mempermudah dalam
mempelajari
konsep
jaringan
serta
memudahkan vendor
bebas (independent)
untuk
mengembangkan
suatu
bagian
tertentu
dari
teknologi
jaringan komputer.
OSI 7 Layer dapat dijelaskan sebagai berikut:
Layer
Keterangan
Application
Membuka  komunikasi  dengan  user  lain  dan  memberikan
layanan  seperti  file
transfer  ataupun  e-mail  ke  user 
lain
dalam suatu jaringan.
Presentation
Berhubungan  dengan  perintah  dari  application  layer  dan
melakukan penterjemahan antara tipe data yang berbeda jika
diperlukan.
Session
Membuka, mengatur dan mematikan sesi antar aplikasi
Transport
Menyediakan mekanisme untuk pembukaan, pengaturan, dan
penutupan jika ada permintaan dari sirkuit virtual
pada data.
Membuka
end-to-end
connection, dan
menjaga
keamanan
data
Network
Menyediakan routing paket yang melalui router dari sumber
ke tujuan.
Data
Link
Menjaga sinkronisasi dan kontrol kesalahan antara 2 pihak.
Physical
Menyediakan  transmisi  berbentuk 
bit 
melewati 
channel
komunikasi 
secara  elektrik, 
mekanisme,  dan 
spesifikasi
prosedur
Tabel 2.1 OSI 7 Layer
  
11
2.4
TCP / IP
Transmission Control
Protocol/Internet
Protocol
(TCP/IP)
merupakan
kombinasi dari dua protokol terpisah. IP
adalah layer 3
protocol -
suatu
layanan
connectionless yang
menyediakan
layanan pengantar data
terbaik dalam jaringan.
TCP adalah layer 4 protocol - suatu layanan connection-oriented yang meyediakan
pengontrolan aliran
data
yang
sering
disebut
sebagai
reliability.
Penggabungan
kedua protokol ini memungkinkan penyediaan layanan yang semakin luas.
2.4.1
TCP Protocol
Transmission  Control 
Protocol   (TCP) 
adalah 
sebuah 
layer   4
protocol 
yang
bersifat
connection-oriented 
yang
menyediakan
transmisi
data
full-duplex
yang
dapat
diandalkan.
TCP
adalah
bagian
dari
TCP/IP
protocol stack.
2.4.2
Internet Protocol (IP)
Internet  Protocol 
(IP)  adalah  protocol  jaringan  (Network Layer
pada OSI) yang digunakan di Internet. Ketika sebuah informasi mengalir ke
bawah pada OSI Layer
Model, data dienkapsulasi pada
setiap
layer. Pada
layer
network, data
dienkapsulasi
dalam
paket-paket
(atau
disebut
juga
datagram), IP menentukan bentuk dari packet header
(yang mana termasuk
pengalamatan atau
addressing
dan
informasi
kontrol
lainnya)
tetapi
tidak
peduli
mengenai
data
yang
sebenarnya, dia
menerima
apapun
yang
di
berikan oleh layer di atasnya.
  
12
2.5
Perangkat Jaringan
Perangkat
yang
terhubung
langsung ke jaringan dapat
diklasifikasikan ke
dalam
dua
bagian.
Yang
pertama
adalah
perangkat end–user
(host).
Contoh
perangkat end–user antara
lain: komputer, printer,
scanner dan perangkat lainnya
yang
menghasilkan service secara langsung kepada user. Klasifikasi kedua adalah
perangkat
jaringan. Perangkat jaringan
termasuk semua peralatan
yang terhubung
ke
perangkat end-user sehingga
membuat perangkat–perangkat end–user
tersebut
bisa berkomunikasi (Cisco Certified Network Associate, 2000, semester 1).
Berikut ini adalah penjabaran tentang peralatan jaringan:
1.   Network Interface Card (NIC)
NIC
merupakan suatu
papan
sirkuit
yang
dirancang
untuk dipakai
di
dalam slot ekspansi suatu PC.
NIC biasa disebut
juga
network adapter.  Baik
PC ataupun Laptop, harus menggunakan perangkat ini untuk bisa terhubung ke
jaringan. Setiap NIC memiliki
nama atau kode
yang
unik,
yang biasa disebut
Media Access Control (MAC). Alamat inilah yang digunakan untuk mengontrol
komunikasi data pada host di dalam jaringan.
2.   Repeater
Repeater
merupakan perangkat
jaringan
yang
digunakan
untuk
membangkitkan ulang
sinyal.
Repeater
membangkitkan ulang
sinyal
analog
maupun   sinyal   digital   yang   mengalami   distorsi   sehingga   menghindari
kesalahan   transmisi.   Perangkat   biasa   digunakan   untuk   menghubungkan
jaringan yang jaraknya cukup jauh, sehingga sinyal yang ditransmisikan lebih
  
13
reliable.
Perangkat ini tidak melaksanakan routing seperti halnya bridge atau
router.
3.   Hub
Prinsip kerja hub adalah mengkonsentrasikan sambungan. Dengan kata
lain,
mengambil sejumlah
host kemudian membuat
host–host
tersebut terlihat
seperti satu unit dalam jaringan. Proses
ini dilakukan secara pasif, tanpa efek-
efek
lain
pada
transmisi
data.
Sedangkan hub
aktif
tidak
hanya
mengkonsentrasikan host, tetapi juga membangkitkan ulang sinyal.
4.   Bridge
Bridge
mengkonversi format
data
transmisi
jaringan.
Bridge
juga
memiliki
kemampuan untuk
melakukan
pengaturan
transmisi
data.
Seperti
namanya,  bridge 
menyediakan  hubungan  antar  LAN. Bahkan  bridge  juga
melakukan pengecekan data untuk
menentukan apakah data
itu
harus
melalui
bridge atau tidak. Dengan fungsi ini, jaringan akan lebih efisien.
5.   Switch
Switch lebih
“pintar”
dalam
mengatur
transfer
data.
Tidak
hanya
menentukan arah
data dalam
LAN, tetapi switch bisa
mentransfer data
hanya
kepada koneksi yang memerlukan data.
6.   Router
Router
memiliki
semua kemampuan
perangkat
jaringan.
Router dapat
membangkitkan
ulang
sinyal,
mengkonsentrasikan banyak
koneksi,
mengkonversi format
transmisi
data,
dan
mengatur
transfer
data.
Router
digunakan dalam jaringan WAN.
  
14
2.6
Pengertian
Nirkabel
Nirkabel
adalah
suatu
komunikasi antar
dua
titik
atau
lebih
dimana
gelombang
elektromagnetik
(bukan
melewati
kabel)
membawa
signal
sebagian
atau seluruh bagian dari jalur komunikasi (Arief, 2004, p4).
Beberapa contoh peralatan nirkabel adalah :
Telepon selular dan radio panggil (pager).
Global Positioning System (GPS).
Remote Control
Satellite Television
2.7
Pengertian Jaringan
Nirkabel
Jaringan
nirkabel
merupakan
sebuah
LAN dimana
transmisi
data
(pengiriman maupun penerimaan data) dilakukan melalui teknologi frekuensi radio
lewat
udara,
menyediakan sebagian
besar
keunggulan
dan
keuntungan
dari
teknologi lama LAN namun tidak dibatasi media kabel (Arief, 2004, p5).
Muncul   dan   berkembangnya   sistem   jaringan   nirkabel   dipicu   oleh
kebutuhan
akan
biaya
pengeluaran yang
lebih
rendah
menyangkut infrastruktur
jaringan dan
untuk
mendukung
aplikasi
jaringan bergerak dalam efisiensi proses,
akurasi dan biaya pengeluaran yang rendah dalam hitungan bisnis.
Solusi jaringan nirkabel dapat jauh lebih ekonomis daripada instalasi kabel
atau menyewa peralatan komunikasi berupa kabel seperti layanan T1 atau dial
up.
Beberapa perusahaan bahkan menghabiskan uang dalam jumlah yang sangat besar
untuk penyambungan fisik antar dua fasilitas atau gedung yang saling berdekatan.
  
15
2.8
Prinsip  Frekuensi Radio
2.8.1
Frekuensi
Frekuensi
adalah
banyaknya
getaran
per
detik
dalam
arus
listrik
yang terus berubah. Satuan frekuensi adalah Hertz disingkat Hz.
Jika arus
bergerak
lengkap satu
getaran per
detik, maka frekuensinya 1
Hz.
Satuan
frekuensi lain :
Kilohertz (kHz)
Megahertz (MHz)
Gigahertz (GHz)
Terahertz (THz)
2.8.2
Panjang
Gelombang
Panjang
gelombang
adalah
jarak
diantara
kedua
titik
yang
sama
pada satu
getaran. 
Dalam
sistem
nirkabel,
biasanya diukur dalam
satuan
meter, centimeter atau millimeter.
Gambar 2.6 Panjang Gelombang
Ukuran
dari
panjang
gelombang
tergantung dari
frekuensi
sinyal.
Semakin  tinggi  frekuensi  sinyal,  maka  panjang  gelombang  yang  akan
  
16
dihasilkan  semakin 
pendek. 
Hubungan 
antara 
frekuensi 
dan 
panjang
gelombang dapat dituliskan secara matematis, sebagai berikut :
?
=
c
f
dimana :
?
=
panjang gelombang dalam satuan meter
c
=
kecepatan cahaya (3 x 10
8
m/s)
f = frekuensi dalam satuan Hz
Panjang
gelombang
sangat
penting
untuk
diingat,
terutama
pada
saat  pemasangan  antena.  Untuk  menghasilkan
pola  radiasi  yang  ideal,
antena
harus
dipasang kurang dari
10
panjang
gelombang ke
permukaan
pantul terdekat.
2.8.3
Transmit (Tx) Power
Semua radio memiliki level Tx power tertentu yang dihasilkan pada
interface
RF.
Tx power
diukur
sebagai
jumlah
energi
yang
disalurkan
melalui
satu
lebar
frekuensi
(bandwidth). Satuan
yang digunakan adalah
dBm dan Watt. dBm adalah level power relative yang mewakili 1 milliwatt.
Sedangkan W adalah level
linear power
yang
mewakili
Watts. Hubungan
antara dBm dan W bisa dituliskan dengan persamaan matematis :
dBm = 10 x log[Power in Watts / 0.001W]
W
=
0.001 x 10
[Power in dBm / 10 dBm]
  
17
2.8.4
Receive (Rx) Sensitivity
Semua
radio
memiliki
point of
no
return,  yaitu keadaan
dimana
radio menerima sinyal kurang dari RX sensitivity yang ditentukan sehingga
radio tidak bisa melihat data yang dikirim. Rx sensitivity
dinyatakan dengan
satuan dBm dan atau Watt.
Pada
kebanyakan
radio,
Rx
sensitivity didefiniskan
pada
level
tertentu dari Bit
Error  Rate
(BER). Nilai
BER yang umumnya digunakan
adalah
10-5 (99,999%). Pada peralatan Wi-Fi,
Rx sensitivity harus berada
pada range -79 sampai -80 dBm dengan noise -90 sampai -96 dBm.
2.8.5
Radiated Power
Dalam
sistem
nirkabel,
antena
digunakan untuk
mengkonversi
gelombang listrik
menjadi
gelombang elektromagnet. 
Besar energi antena
dapat memperbesar sinyal terima dan kirim, yang disebut sebagai Antenna
Gain yang diukur dalam :
dBi :
relatif terhadap isotropic radiator
dBd:
relatif terhadap dipole radiator
dimana 0 dBd = 2,15 dBi
Pengaturan yang dilakukan oleh
FCC
harus
memenuhi
ketentuan
dari besarnya daya
yang keluar dari antena. 
Daya
ini diukur berdasarkan
dua cara :
Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) =
daya di input antena [dBm] + relatif antena gain [dBi]
  
18
Effective Radiated Power (ERP) =
daya di input antena [dBm] + relatif antena gain [dBd]
2.8.6
Energy Loss
Pada
sistem nirkabel, ada
banyak
faktor
yang
menyebabkan
kehilangan kekuatan
sinyal,
seperti
kabel,
konektor, penangkal petir
dan
lainnya
yang
akan
menyebabkan turunnya
unjuk
kerja
dari
radio
jika
dipasang sembarangan
Pada radio
yang
memiliki
daya rendah seperti 802.11b,
setiap
dB
adalah sangat berarti, dan
harus diingat
“3 dB Rule”, yaitu setiap kenaikan
atau
kehilangan
3
dB,
kita
akan
mendapatkan dua
kali
lipat
daya
atau
kehilangan setengahnya .
Sumber yang menyebabkan kehilangan daya dalam sistem nirkabel,
antara lain : free space, kabel, konektor, jumper, hal-hal yang tidak terlihat.
2.8.7
Signal Propagation
Sinyal
yang
meninggalkan antena,
maka
akan
merambat
dan
menghilang di
udara.  Pemilihan antena akan menentukan bagaimana jenis
rambatan yang akan terjadi.
Pada 2,4 GHz sangat penting jika kita
memasang kedua perangkat
pada jalur yang bebas dari halangan. Jika rambatan sinyal terganggu, maka
penurunan
kualitas
sinyal
akan
terjadi
dan
mengganggu komunikasinya.
Pohon,
gedung,
tanki
air,
dan
tower
adalah
perangkat yang
sering
mengganggu rambatan sinyal
  
19
Kehilangan daya terbesar dalam sistem nirkabel adalah Free Space
Propagation
Loss. Free Space Loss dihitung dengan rumus :
FSL(dB) = 36.6 + 20 Log10 F(MHz) + 20 Log10 D(mil)
dimana : F = frekuensi yang digunakan
D = jarak
2.8.8
Line of Sight
Menerapkan Line of Sight (LOS) antara antena radio pengirim dan
penerima merupakan hal paling penting
Ada dua jenis LOS yang kita harus perhatikan :
1.   Optical  LOS -
kemampuan
untuk
saling
melihat
antara
satu
tempat
dengan tempat lainnya
2.   Radio LOS - kemampuan radio penerima untuk “melihat” sinyal yang
dipancarkan
2.8.9
Freznel
Zone
Untuk
menentukan LOS, maka teori Freznel Zone harus diterapkan.
Freznel Zone adalah bentuk bola rugby yang berada diantara dua titik yang
membentuk jalur sinyal frekuensi radio.
  
20
Gambar 2.7 Freznel Zone
2.8.10  Signal Operating Margin (SOM)
SOM
adalah perbandingan antara sinyal radio yang diterima dengan
sinyal radio
yang
dibutuhkan agar
memperoleh data
yang
bagus.
Untuk
memperoleh koneksi yang baik, maka nilai minimum SOM berkisar antara
10-15 dB (Onno, 2002, p11).
Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya SOM adalah :
2.8.11  Pita
Frekuensi
Pita
frekuensi
2,4Ghz
yang
dialokasikan
untuk
komunikasi data
jaringan
nirkabel
adalah
antara
2,4-2,485
GHz.
Pita
frekuensi tersebut
dibagi dalam sebelas kanal, seperti tampak pada tabel di bawah ini.
Kanal
Frekuensi (GHz)
1
2,412
2
2,417
  
21
3
2,422
4
2,427
5
2,432
6
2,437
7
2,442
8
2,447
9
2,452
10
2,457
11
2,462
Tabel 2.2 Pita Frekuensi pada 2,4 GHz
Jika  diperhatikan,
maka  terlihat  bahwa  jarak  frekuensi  tengah
antar  kanal  hanyalah  5  MHz.  Padahal  lebar  bandwidth  sebuah  radio
Direct   Sequence 
Spread   Spectrum 
(DSSS)  yang 
digunakan  dalam
jaringan nirkabel adalah 22 MHz. Oleh karena itu, sebetulnya sinyal yang
dipancarkan antar
kanal
akan
saling
menggangu
satu
sama
lain-atau
instilah sinyal antar kanal akan saling overlap.
Pada frekuensi 2,4GHz hanya ada maksimum tiga kanal saja yang
sinyalnya
tidak
saling
overlap
atau
saling
menumpuk
yaitu
2,412
GHz
(kanal 1), 2,437 GHz (kanal 6) dan 2,462 GHz (kanal 11).
2.9
Teknologi
Nirkabel
2.9.1
Transmisi
Narrowband
Transmisi narrowband
adalah teknologi komunikasi di
mana hanya
menggunakan spketrum
frekuensi
yang
dibutuhkan saja
untuk
menghantarkan sinyal.
Pada
sistem
komunikasi
dengan
menggunakan
teknologi transmisi
narrowband,  maka sistem tersebut akan menjaga agar
menggunakan bandwidth sesempit mungkin untuk mentransmisikan sinyal.
  
22
Teknologi spread
spectrum
adalah
kebalikan
dari
transmisi
narrowband, dimana pada teknologi spread spectrum digunakan bandwidth
yang
jauh
lebih
lebar
dari
yang
dibutuhkannya agar
dapat
mencapai
jangkauan
yang
luas. Karena
menggunakan bandwidth
yang
lebih sempit,
maka transmisi narrowband
mampu
memancarkan power level yang
lebih
tinggi
daripada
teknologi spread
spectrum,
sehingga
keakuratan data
menjadi lebih baik. Karena itu,
maka transmisi narrowband
sering disebut
dengan  high  peak  power  transmission  dan  teknologi  spread 
spectrum
dikenal dengan low peak power transmission.
Kekurangan dari
transmisi
narrowband
adalah
mudah
mengalami
jamming dan
interferensi. Hal
ini
dikarenakan
sempitnya bandwidth
yang
digunakan. Untuk
mengacaukan sistem narrowband
dengan
menggunakan
jamming sangat mudah.
Jamming
adalah
gangguan
pada
jaringan
yang
diakibatkan oleh
adanya power yang sangat besar yang mengangkut sinyal-sinyal yang tidak
diperlukan melalui bandwidth
yang sama dengan
sinyal
yang dibutuhkan,
akibatnya sinyal yang power-nya lebih rendah akan terhalangi. Analogi dari
jamming ini
adalah
seperti
bunyi
suara
kereta
api
yang
menutupi
suara
sekitar.
2.9.2
Spread Spectrum
Spread
spectrum
menggunakan power
yang
lebih
rendah daripada
transmisi  narrowband, 
akibatnya  spread  spectrum  mampu  menjangkau
area
yang
lebih lebar. Spread
spectrum sukar diganggu dengan jamming,
  
23
Karena 
sinyal 
yang 
dikirimkan  sangat 
kecil 
power-nya  sehingga
menyerupai  noise.  Jika  dari  sisi  receiver,  frekuensi  tidak  disesuaikan
dengan sisi
transmiter,
maka sinyal spread
spectrum
hanya terlihat seperti
background
noise. Karena banyak radio penerima menerima sinyal
spread
spectrum
sebagai noise,
maka
radio
penerima
tersebut
tidak
akan
mendemodulasikan
sinyal
spread  spectrum.
Hal
ini
mengakibatkan
transmisi data dengan menggunakan spread spectrum menjadi lebih aman.
Teknologi
spread
spectrum
menukarkan efektifitas
bandwidth
dengan
kehandalan,
keamanan
dan
intergritas
komunikasi.
Dengan
kata
lain,
teknologi spread
spectrum
menggunakan bandwidth
yang jauh
lebih
besar dibandingkan dengan komunikasi narrowband.  Selain itu,
teknologi
spread
spectrum
menghasilkan sinyal
yang
lebih
sukar
dideteksi
dibandingkan dengan teknologi narrowband.
Ada dua jenis teknologi spread
spectrum,
yaitu frequency hopping
dan direct sequence.
1.   Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS)
Pada
awal
kemunculan jaringan
nirkabel,
peralatan
jaringan
nirkabel menggunakan teknologi frequency hopping. Pada teknologi ini
pendekatan dilakukan
dengan
membagi
frekuensi
menjadi
beberapa
bagian
yang
lebih
kecil
untuk
membentuk suatu pola
frekuensi.
Data
yang dikirim
akan
melompat
secara
literal dari
frekuensi yang satu ke
frekuensi yang
lain
pada
suatu
pola
tertentu
untuk
menghindari
interferensi
atau
gangguan dari
luar.
Pesan dikirim
melalui
lompatan-
lompatan frekuensi dalam jangka waktu sekitar 400 ms.
  
24
Untuk setiap pengiriman, tranceiver
sampai
receiver
menerima
paket dengan baik. Setelah paket diterima receiver dengan baik,
maka
receiver
akan
mengirimkan tanda
ke
tranceiver
dalam
bentuk
ACK
untuk menyatakan bahwa data
terkirim dengan baik. Setelah beberapa
waktu 
yang 
telah 
ditentukan, 
tranceiver   berpindah 
frekuensi 
ke
lompatan frekuensi berikut dan kembali meneruskan pengiriman data.
Bila terjadi
interferensi
maka receiver
tidak akan mengirimkan
ACK
dan mengirimkan pesan yang menandakan data tidak diterima dan
akan
meneruskan melompat ke
frekuensi yang berikutnya.
Tranceiver
dan receiver
harus
memiliki pola
lompatan frekuensi yang sama untuk
berkomunikasi
2.   Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS)
Pada
direct
sequence
spread
spectrum,
pendekatan dilakukan
dengan
menggunakan satu
frekuensi
saja
untuk
meminimalisasi
interferensi narrowband.
Dalam
direct
sequence,
sejumlah
data
ditambahkan  pada 
data 
asli 
dengan 
tujuan 
agar 
data 
dapat
direkonstruksi kembali,
jika
terjadi
kerusakan
sebagian
data
atau
hilangnya sebagian data akibat interferensi.
2.9.3
Perbandingan FHSS dan
DSSS
FHSS
dan
DSSS masing-masing
memiliki
kelebihan
dan
kekurangan. Untuk
itu
perlu
ada
beberapa
faktor
yang
harus
diperhatikan
sebelum
memilih
teknologi
spread
spectrum
yang
akan
digunakan
dalam
jaringan nirkabel.
  
25
1.   Interferensi
Kelebihan
dari
FHSS adalah
penyediaan
resistansi
yang
baik
terhadap
interferensi.
Sistem
WLAN 
yang
menggunakan
DSSS
lebih
rentan
terhadap
gangguan
interferensi karena
sistem
DSSS
menggunakan
22
MHz
wide
contigous
band,
lain
dengan FHSS
yang
menggunakan 79 MHz. hal ini bisa menjadi pertimbangan serius apabila
pada lingkungan terdapat faktor interferensi.
2.   Co-location
Faktor
co-location
merupakan
kelebihan
dari
teknologi
FHSS.
Hal
ini dikarenakan pada
FHSS
yang
menggunakan 79
channel dapat
memiliki
co-location  untuk  maksimum
16  access  point.  Sedangkan
pada DSSS
yang menggunakan 11 channel
hanya mampu memiliki co-
location untuk maksimum 3 access point.
Tetapi bila dilihat dari throughput dan biaya,
maka
DSSS
lebih
unggul. Karena DSSS
dapat memiliki co-location
untuk 3 access point,
maka throughtput maksimumnya menjadi :
Jumlah access point maksimum × data rate   = 3 × 11 Mbps
=
33 Mbps.
Pada kinerja 50 %, dimana akan didapatkan throughput sistem
DSSS sebesar :
TroughputMaksimum
=
33Mbps
=
16.5Mbps
2
2
  
26
Sedangkan pada sistem FHSS, throughput maksimumnya adalah
Jumlah access point maksimum × data rate= 16 × 2 Mbps
=
32 Mbps
Pada kinerja 50 %, dimana akan didapatkan throughput
sistem
FHSS sebesar :
TroughputMaksimum
=
32Mbps
=
16Mbps
2
2
Pada konfigurasi seperti ini, sistem dengan menggunakan FHSS
memerlukan
13
access  point
lebih
banyak
dari
DSSS. Hal
ini
membutuhkan biaya
lebih,
ditambah
lagi
biaya
pemasangan
alat,
pemeliharaan alat, kabel dan antena.
Dari 
faktor  co-location 
ini  terlihat,  bila 
ingin 
membangun
sistem dengan throughput dan biaya rendah, maka harus
menggunakan
teknologi DSSS. Namun, apabila
ingin
membangun
lingkungan penuh
co-location, maka FHSS merupakan pilihan yang tepat.
3.   Biaya
Faktor
biaya
merupakan faktor
yang
menjadi
pertimbangan
banyak orang.
Teknologi DSSS memerlukan biaya
yang
lebih
rendah.
Harga PCMCIA/WNIC dengan teknologi DSSS
yang beredar di pasaran
saat ini memang lebih murah dibandingkan dengan yang menggunakan
teknologi  FHSS.  Di  pasaran,  peralatan  yang  mendukung  teknologi
FHSS
lebih
jarang
ditemukan
dibandingkan
dengan
yang
mendukung
teknologi   
DSSS.    Tingginya    persaingan    pasar   
dan   
semakin
  
27
berkembangnya
teknologi
ini
membuat
harga
peralatan
yang
mendukung teknologi DSSS menjadi turun.
4.   Kompabilitas dan Ketersediaan Alat
Wireless
Ethernet 
Compability
Alliance
(WECA) membuat
standar
interoperabilitas untuk
peralatan
nirkabel
dengan
teknologi
DSSS yang
dikenal
dengan
Wireless
Fidelity
atau
Wi-FiTM
,
dan
menyediakan   pengujian   untuk   peralatan   nirkabel.   Jika   peralatan
nirkabel
mampu
memenuhi standar
ini
maka
peralatan
tersebut
merupakan
peralatan
yang
“Wi-Fi Complicant”.
Peralatan
ini
mampu
bekerja
dan  compatible
dengan
peralatan
yang 
“Wi-Fi
Complicant”
juga.
Pengujian kompatibilitas yang serupa tidak ada
untuk peralatan
FHSS. Standar untuk peralatan FHSS yang telah ada, yaitu dari 802.11
dan OpenAir. Tetapi belum ada organisasi
yang
melakukan hal serupa
dalam
pengujian
kompatibilitas
untuk
FHSS seperti
halnya
WECA
untuk DSSS.
Karena ada
standar
pengujian
peralatan pada
DSSS,
membuat
DSSS lebih popular daripada FHSS. Hal
ini
meningkatkan permintaan
pada
pasar
yang
mengakibatkan peralatan
DSSS mudah ditemukan
di
pasaran.
5.   Data Rate dan Throughput
Untuk
perbandingan, data
rate
yang
dimiliki
oleh
teknologi
DSSS adalah 11 Mbps sedangkan data rate
yang dimiliki oleh teknologi
FHSS
adalah  2  Mbps.  Walaupun  ada  beberapa  sistem  FHSS
yang
  
28
bekerja pada
3
Mbps
atau
lebih,
namun sistem tersebut bukan
802.11
complicant dan mungkin tidak compatible dengan sistem FHSS lainnya.
FHSS dan DSSS
memiliki throughput separuh dari data
rate,
yaitu 5.5
Mbps untuk teknologi DSSS dan 1 Mbps untuk teknologi FHSS.
Transmisi data dengan teknologi
nirkabel
memiliki delay. Pada
sistem FHSS, delay yang dimiliki
lebih
lama daripada teknologi
DSSS
yang
menyebabkan throughput-nya
turun.
Selain
itu
ketika
teknologi
FHSS sedang
dalam proses
pergantian frekuensi, maka
tidak ada data
yang ditransmisikan.
6.   Keamanan
FHSS hanya
dibuat
oleh
beberapa
pabrikan
saja
dan
juga
menggunakan standar set
untuk
hop
sequences
yang
mengikuti aturan
standar
dari
IEEE
dan
WLIF.
Hal
ini
memudahkan
pemecahan
kode
hop
sequences.
Apalagi nomor channel-nya di-broadcast  dengan
jelas
pada tiap-tiap beacon.
MAC
Address yang ditransmisi juga dapat dilihat
pada
masing-masing
beacon.
Ini
berarti
keamanan
data
FHSS tidak
seampuh idealnya.
2.10  Infrastruktur
Jaringan Nirkabel
2.10.1  Access point
Access point berfungsi seperti
hub, untuk client nirkabel. Beberapa
access point mempunyai fungsi yang lebih kompleks seperti DHCP server,
firewall,
NAT,
proxy server
yang sudah
terdapat di dalam alat
ini. Antena
yang ada dalam alat
ini dapat diganti dengan antena
luar
yang terhubung
  
29
melalui kabel coaxial.
Beberapa perlindungan disediakan oleh access point
ini,  diantaranya  adalah 
membatasi  akses  untuk  alamat  MAC
atau  IP
tertentu.
Access point dapat berkomunikasi dengan client jaringan nirkabel,
dengan jaringan kabel dan dengan access point lainnya. Access point dapat
dikonfigurasi ke dalam 3 mode berbeda, yaitu :
1.   Mode Root
Mode root digunakan ketika access point terhubung ke jaringan
kabel
melalui
interface
Ethernet  yang
dimilikinya.
Mode
root
merupakan default
mode yang
dimiliki
oleh
kebanyakan access point.
Ketika
dalam
mode root,
access
point
dapat
berkomunikasi
dengan
access  point 
lainnya  yang  juga  terhubung  ke  dalam  satu  segmen
jaringan  kabel.  Komunikasi 
ini  dibutuhkan 
untuk 
fungsi  roaming
seperti reasosiasi,  ketika client bergerak dari 1 access point ke
access
point
lainnya. Client
sebuah access
point
juga
dapat
berkomunikasi
dengan client
access point
lainnya
melalui jaringan kabel antar
kedua
access point.
2.   Mode Repeater
Dalam
mode repeater,
access
point
menghubungkan client
jaringan
nirkabel
ke
access
point
lainnya
yang terhubung ke
jaringan
kabel.
Ketika
access point dalam
mode repeater, 
maka
port
Ethernet
akan
dalam
keadaan
disable.
Penggunaan access
point
dengan
mode
repeater
tidak
disarankan karena
cell
antar
access
point
root
dengan
access point repeater harus saling overlap minimal 50%, sehingga jarak
  
30
yang
dapat
dicapai
access
point
ke
client
menjadi
berkurang drastis.
Selain
itu, karena access
point
repeater  berkomunikasi dengan access
point root dan client jaringan nirkabel menggunakan media yang sama,
maka throughput yang diberikan akan menurun dan akan terjadi latency
yang besar.
3.   Mode Bridge
Dalam 
mode  bridge,   access   point 
berfungsi  sama 
seperti
wireless
bridge.  Wireless
Bridge
tidak
digunakan
untuk
menghubungkan client
jaringan
nirkabel
ke
jaringan
kabel,
tetapi
menghubungkan dua buah jaringan kabel secara nirkabel.
2.10.2  Wireless Bridge
Wireless  Bridge  digunakan  ketika  ingin  menghubungankan  dua
buah jaringan kabel melalui media nirkabel.
2.10.3  Peralatan
Base Station Jaringan
Nirkabel
Dalam
beberapa
kasus
pemasangan jaringan
nirkabel,
kebutuhan
akan peralatan bervariasi. Secara
umum, peralatan
yang dibutuhkan untuk
membangun base station :
1.   Router
Router 
adalah 
perangkat 
jaringan 
yang 
berfungsi  untuk
melakukan proses routing antar jaringan yang berbeda network id. Router
dapat berupa sebuah PC biasa atau sebuah device khusus.
  
31
2.   Antena
Antena
adalah
suatu
alat
untuk
mentransmisikan dan
menerima
sinyal dari suatu tempat ke tempat lain.
3.   Access point
Access point
adalah
suatu
alat
untuk
menghubungkan
jaringan
kabel dengan jaringan nirkabel.
4.   Pigtail
Pigtail adalah sebuah kabel untuk menghubungkan antena dengan
access point. Kualitas kabel sangat menentukan kualitas sinyal yang akan
ditransmisikan dan panjang kabel disarankan sependek mungkin.
5.   Application Server
Application Server
adalah
aplikasi-aplikasi
pendukung
yang
menyediakan layanan
bagi
client.
Contoh
dari
application
server
:
Database 
server,
Web Server,
DHCP
Server,
Proxy
Server
dan
sebagainya.
2.10.4  Peralatan Client Jaringan
Nirkabel
Pada sisi client, peralatan yang dibutuhkan agar dapat terhubung ke
jaringan nirkabel, antara lain :
1.   PCMCIA / USB / PCI Wireless Card atau Built-in Wifi Chipset
2.   Antena
3.   Pigtail
(opsional)
  
32
2.11  Antena
Antena
adalah
alat
yang
digunakan
untuk
mentransmisikan dan/atau
menerima gelombang radio. Medan elektromagnetik yang dipancarkan oleh antena
disebuat
beam
atau
lobe.
Antena
bekerja
dengan
mengubah gelombang
terarah
(guided
wave)
menjadi
gelombang
freespace
(freespace
wave) dan
sebaliknya,
dengan
tujuan
agar
gelombang terarah
dapat
merambat
pada
freespace
dan
gelombang
freespace 
dapat
ditangkap
oleh  antena.
Karena
fungsinya
tersebut,
maka antena menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam transmisi nirkabel.
Directivity adalah kemampuan antena untuk
memfokuskan energi ke arah
tertentu  dibandingkan  pada  arah  yang  lain.  Pola  radiasi  antena  digambarkan
sebagai kuat relatif dari medan
elektromagentik yang dipancarkan oleh antena ke
segala arah pada jarak yang konstan. Bila dilihat dari pola radiasinya, maka antena
dibagi menjadi dua macam, yaitu antena omni-directional dan antena directional.
2.11.1  Antena
Omni-directional
Antena
omni-directional
meradiasikan energi
360
derajat
secara
merata 
berdasarkan 
porosnya.   Antena 
omni-directional   dikenal 
juga
sebagai antena dipole. Antena dipole meradiasikan energi dalam pola
yang
tampak seperti kue donat.
  
33
Gambar 2.8 Pola Radiasi Antena Omni-Directional
Antena omni-directional
dengan gain
yang
besar
memberikan
converage
horizontal yang lebih jauh, sedangkan converage secara vertikal
berkurang.
2.11.2  Antena
Directional
Antena
directional
digunakan
untuk
komunikasi point-to-point
dengan
wireless
bridge.
Semakin besar
gain
yang
dimiliki
oleh
antena
directional, semakin sempit pula beamwidth-nya.
Gambar 2.9 Pola Radiasi Antena Directional
  
34
2.11.3  Konsep Antena
1.   Polarisasi
Gelombang 
radio 
merupakan  gelombang 
elekromagnetik.
Medan
listrik
sejajar
dengan
antena, sedangkan medan
magnet tegak
lurus
terhadap antena.
Polarisasi antena
dilihat dari
polarisasi
medan
listrik
terhadap
bumi,
sehingga
jika
peletakkan antena
vertikal,
maka
polarisasinya adalah vertikal.
2.   Gain Antena
Gain
antena
diukur
dalam
satuan
dBi
(dB
isotropic), besar
desibel
yang
diukur
berdasarkan referensi
dari
radiator
isotropis.
Radiator
isotropis
merupakan
sebuah
bola
yang
meradiasikan energi
merata ke seluruh arah pancarannya. Antena memiliki gain
pasif, yang
berarti
antena
tidak
meningkatkan energi
yang
diberikan,
tetapi
memfokuskan radiasinya sehingga pancaran dapat lebih jauh.
3.   Beamwidth
Beamwidth  merupakan 
lebar 
fokus 
pemancaran 
gelombang
radio oleh antena.
Gambar 2.10 Beamwidth
  
35
4.   Free
Space Path
Loss
Gelombang 
radio 
yang 
merambat  akan 
kehilangan 
energi
seiring
dengan perambatannya
melalui
medium.
Free  space
path
loss
merupakan
loss
yang
dialami
oleh
gelombang
radio
ketika
merambat
melalui medium udara.
5.   Power Over Ethernet
(PoE)
Power
Over Ethernet   merupakan
metode mengirimkan
listrik
DC ke access point atau wireless bridge melalui kabel ethernet UTP cat
5.
Gambar 2.11 Power Over Ethernet
2.12  Organisasi  dan
Standarisasi
2.12.1  IEEE
Institute 
of  Elecrical   Engineerings 
(IEEE) 
mengembangkan  4
standar utama untuk WLAN, yaitu :
  
36
1.   IEEE 802.11
Standar ini menspesifikasikan penggunaan teknologi DSSS dan
FHSS pada frekuensi 2,4 GHz yang beroperasi pada data rate 1 dan 2
Mbps.
2.   IEEE 802.11b
Standar ini menspesifikasikan penggunaan teknologi DSSS pada
frekuensi
2,4
GHz
yang
beroperasi
pada data
rate
1,
2,
5,5
dan
11
Mbps.
2.   IEEE 802.11a
Standar  ini  menspesifikasikan  penggunaan  teknologi  OFDM
pada frekuensi 5 GHz yang beroperasi pada data rate 6, 9, 12, 18, 24,
36, 48 dan 54 Mbps.
3.   IEEE 802.11g
Standar  ini  menspesifikasikan  penggunaan  teknologi  OFDM
pada frekuensi 2,4 GHz yang beroperasi pada data rate 6, 9, 12, 18, 24,
36, 48 dan 54 Mbps.
2.12.2  WECA
Wireless
Ethernet 
Compability
Alliance
(WECA)
melakukan  uji
interoperabilitas
untuk
peralatan
WLAN  802.11b
dan
802.11a.
Peralatan
yang
lulus
uji
interoperabilitas
WECA berhak
menggunakan
logo
Wi-Fi
yang menyatakan peralatan tersebut dapat beroperasi dengan peralatan lain
yang juga lulus uji interoperabilitas WECA.
  
37
2.13  Site Survey
Access point memiliki jangkauan yang terbatas. Pada area yang sangat luas;
seperti
gudang atau
kampus perguruan
tinggi;
dibutuhkan pemasangan
beberapa
access point untuk menjangkau seluruh wilayah tersebut. Pemasangan access point
ditentukan melalui suatu proses yang disebut site survey. Tujuan dari site survey
adalah  menjangkau  seluruh 
wilayah  akses 
sehingga  client  dapat 
melakukan
koneksi secara mobile, tanpa harus terputus.
Berikut adalah perangkat yang digunakan dalam site survey :
1.   Spectrum Analyzer
Spectrum analyzer
adalah
alat
yang
digunakan
untuk
mengukur
daya
transmit,
sinyal
input,
keadaan
sinyal
RF
di
tempat
yang
bersangkutan dan
interferensi yang terjadi.
Gambar 2.12  Spectrum Analyzer
2.   Strobe
Light,
Flashlight,  Kaca,
Binocular  atau
Telescope
yang  bermanfaat
untuk mengevaluasi Line of Sight dari tempat-tempat yang akan dipasang
3.   Meteran, minimal 10 meter
4.   Peta Topografik 1:50.000 atau peta komputer
5.   Hand-held GPS dengan fungsi kompas dan Altimeter.
6.   Topi dan ban keselamatan
  
38
7.   Tangga
2.14  Permasalahan Jaringan Nirkabel
dan
Solusinya
2.14.1  Multipath
Beamwidth sinyal radio
yang dipancarkan oleh sebuah antena akan
semakin
meluas
seiring
dengan
semakin
jauh
jaraknya. Oleh
karena
itu,
sinyal radio yang dipancarkan pada suatu saat akan menemukan hambatan
pada jalur propagasinya dan mengalami pemantulan.
Ketika
sebuah
gelombang
radio
dipantulkan oleh
sebuah
objek;
misalnya
lempengan logam, air, atap
logam; dan bergerak menuju antena
penerima,
maka
akan
terjadi
sebuah
fenomena yang
disebut
multipath.
Antena
penerima
akan
menerima sinyal
radio
hasil
komposisi
dari
sinyal
yang
diterima
langsung
dari
antena
pemancar dan
sinyal
radio
hasil
pantulan. Sinyal hasil pantulan akan tiba di antena penerima lebih lambat
daripada sinyal langsung. Waktu tunda ini disebut sebagai delay spread.
Gambar 2.13 Multipath
  
39
Multipath dapat menyebabkan beberapa hal :
1.   Downfade
Downfade terjadi
ketika
sinyal
pantulan
berbeda
fase
dengan
sinyal
langsung sehingga komposisi
kedua
sinyal
menyebabkan
amplitudo sinyal asli menurun.
2.   Corruption
Corruption
terjadi
ketika
sinyal
pantulan mengakibatkan
komposisi akhir
sinyal
yang
diterima
antena
penerima
tidak
dapat
diidentifikasikan dan
harus
mentrasmisi
ulang
sinyal
tersebut.
Corruption menyebabkan menurunnya throughput.
3.   Nulling
Nulling terjadi
ketika
sinyal
pantulan
yang
diterima
antena
memiliki amplitudo yang sama dengan sinyal
langsung dan perbedaan
fase
180
0
dengan
sinyal
langsung,
sehingga
menyebabkan komposisi
kedua sinyal adalah nol.
4.   Upfade
Upfade 
merupakan  fenomena 
yang 
berlawanan  dengan
fenomena downfade. Pada fenomena upfade, sinyal pantul memperkuat
sinyal akhir yang diterima oleh antena penerima.
Penggunaan
antena
diversity akan
mengurangi
efek
multipath.
Antena
diversity menggunakan
beberapa
antena
untuk
membawa
sinyal
input  ke 
sebuah  penerima.  Penerima  akan 
mengambil  sinyal  dengan
kualitas terbaik dari semua sinyal input yang diberikan.
  
40
2.14.2  Hidden Node
Jaringan 
nirkabel 
menggunakan 
protocol 
CSMA/CA dalam
menggunakan medium
frekuensi
secara
bersama.
Protocol
CSMA/CA
mengharuskan setiap
node
mendengarkan saluran
frekuensi
sebelum
melakukan transmisi untuk menghindari terjadinya collision.
Permasalah
hidden
node
muncul
ketika
sebuah
node
yang sedang
terhubung  ke  access 
point 
tidak  dapat 
melihat  node 
lain  yang  juga
terhubung ke access point, sehingga kemungkinan terjadi collision semakin
besar.
Efek
dari
fenomena
hidden
node
adalah
menurunnya throughput
sampai dengan 40%.
Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah hidden node, yaitu :
1.   Menggunakan RTS/CTS
Request-to-Send/Clear-to-Send
(RTS/CTS)
tidak
menghilangkan
masalah
hidden
node. Solusi
ini
hanya
mengurangi
efek
negatif
yang
diakibatkan  oleh  hidden  node.  Dengan  protocol  RTS/CTS, sebelum
pengirim
diperbolehkan mengirim
data,
pengirim
diharuskan
untuk
mengirim
paket  kecil  (RTS) ke  penerima  dan  penerima  diharuskan
untuk mengirim CTS.
2.   Meningkatkan power node
Dengan
meningkatkan power
node,
masalah
hidden
node dapat
dipecahkan karena dengan meningkatnya power yang digunakan, maka
kemungkinan hidden
node
untuk
terdeteksi
oleh
node
lain
semakin
besar.
  
41
3.   Menghilangkan halangan
Selain
meningkatkan power
node,
terdapat alternatif lain
untuk
mengatasi hidden node yaitu dengan menghilangkan halangan. Dengan
menghilangkan halangan, maka power node tidak perlu ditingkatkan.
4.   Memindahkan node
Solusi  lain  untuk  hidden  node  adalah  dengan  memindahkan
node yang tidak terdeteksi oleh node lain ke tempat lain, sehingga node
tersebut dapat saling mendengarkan.
2.14.3  Near/far
Masalah near/far
terjadi ketika ada node
yang terletak sangat dekat
dengan
access
point
memiliki power
transmisi yang
besar sedangkan
ada
node lain yang lebih jauh dari access point tetapi memiliki power transmisi
yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan node yang dekat dengan access
point. Hal ini menyebabkan node yang letaknya lebih jauh dari access point
yang memiliki power transmisi yang lebih kecil tidak terdengar oleh access
point.
Protokol CSMA/CA
telah
mengatasi masalah
near/far
tanpa
perlu
campur
tangan
administrator
jaringan. Ketika
sebuah
node
dapat
mendengarkan node
lain
sedang
melakukan
transmisi
data,
maka
node
tersebut akan menghentikan transmisinya, sesuai dengan aturan CSMA/CA.
  
42
Jika 
masalah 
near/far  
masih 
muncul, 
maka 
dapat 
dilakukan
beberapa alternatif berikut :
1.   Meningkatkan power transmisi node yang lebih jauh.
2.   Menurunkan power transmisi node yang dekat dengan access point.
3.   Memindahkan node yang lebih jauh menjadi lebih dekat dengan access
point.
2.14.4  Interferensi
Ada
beberapa
jenis
interferensi radio
yang
dapat
muncul
selama
pemasangan jaringan
nirkabel,
diantaranya
interferensi
narrowband,
interferensi all-band,
interferensi akibat pemakaian channel
yang sama atau
channel yang bersebelahan dan interferensi akibat cuaca.
1.   Interferensi Narrowband
Interferensi  narrowband 
dapat 
mengganggu  transmisi  sinyal
radio
yang
dipancarkan oleh
peralatan
spread
spectrum.
Interferensi
narrowband  tergantung dari
power transmisi,
lebar
pita
frekuensi dan
tingkat konsistensinya. Sinyal narrowband
mengganggu sebagian kecil
dari pita frekuensi
yang digunakan
oleh sinyal
spread  spectrum. Jika
sinyal
narrowband
berinterferensi dengan sinyal spread spectrum pada
channel
3,
maka
dengan
memindahkan penggunaan
channel
spread
spectrum
dapat
menghilangkan interferensi
yang
terjadi.
Untuk
mengidentifikasikan ada
interferensi
narrowband,
maka
diperlukan
spectrum analyzer.
  
43
2.   Interferensi All-Band
Interferensi
all-band
adalah
sinyal
yang berinterferensi dengan
sinyal
spread
spectrum secara
merata
di
seluruh
pita
frekuensi.
Teknologi
seperti
bluetooth
atau
sebuah
microwave oven
biasanya
menyebabkan interferensi all-band pada sinyal radio 802.11.
Solusi 
terbaik 
untuk 
masalah 
interferensi 
all-band   adalah
dengan
menggunakan teknologi
yang
penggunaan
spektrum
frekuensinya berbeda
dengan
spektrum
sumber
interferensi.
Jika
penggunaan
teknologi 802.11b
mengalami
interferensi
all-band,
maka
solusinya
adalah
dengan
menggunakan teknologi
802.11a.
Pencarian
sumber
interferensi
all-band
akan
lebih
sulit
dibandingkan dengan
interferensi narrowband.
3.   Interferensi Cuaca
Cuaca
yang sangat buruk dapat mempengaruhi kinerja
jaringan
nirkabel. Cuaca
normal
seperti
hujan,
salju,
kabut,
tidak
memiliki
pengaruh besar terhadap kinerja jaringan nirkabel.
Angin
tidak
mempengaruhi
sinyal
radio,
tetapi
mempengaruhi
posisi
antena
yang dipasang
di
luar
gedung.
Perubahan antena dapat
menyebabkan sinyal
yang
dipancarkan tidak
diterima
oleh
antena
penerima.
Petir
dapat
mengganggu
dalam dua
cara. Pertama,
petir dapat
menyambar antena
atau
objek
di
sekitarnya
dan
menyebabkan
kerusakan.
Kedua,
petir
dapat
mengganggu
jalur
yang dilewati oleh
  
44
signal  radio.  Masalah  pertama  dapat  dicegah  dengan  menggunakan
lightning arrestor.
4.   Interferensi Co-Channel dan Adjacent Channel
Penggunaan  channel 
yang 
sama 
(co-channel) 
maupun
berdekatan
(adjacent channel)
dapat
menyebabkan interferensi,
karena
pita
frekuensi
yang
diguakan
saling
bertumpukan satu
sama
lain
(overlap).
Setiap
channel
menggunakan lebar
pita
frekuensi
22
Mhz
sedangkan frekuensi utama setiap channel hanya terpisah 5 Mhz.
Interferensi
ini akan
menyebabkan
throughput
berkurang
jauh.
Hanya ada dua cara
yang dapat dilakukan untuk
memecahkan masalah
ini,  yaitu  dengan  menggunakan  channel 
yang  tidak  overlap,  atau
dengan memindahkan access
point sampai sinyal radio keduanya tidak
saling berinterferensi.
5.   Jangkauan
Ketika 
mempertimbangkan  peletakan 
peralatan 
jaringan
nirkabel,
jangkauan
komunikasi
harus
diperhitungkan. Ada
tiga
hal
penting
yang akan
mempengaruhi jangkauan komunikasi,
yaitu
power
transmisi, jenis dan lokasi antena dan lingkungan.
a.   Power Transmisi
Power
transmisi
yang lebih besar akan
memiliki jangkauan
komunikasi 
yang 
lebih 
jauh.  Sebaliknya, 
dengan 
menurunkan
power   transmisi,   maka   jangkauan   komunikasi   akan   semakin
pendek.
  
45
b.   Jenis dan Lokasi Antena
Penggunaan
antena
yang
memiliki
beamwidth lebih
kecil
(antena
directional)
akan
memperluas jangkauan
sinyal
radio,
sedangkan 
penggunaan  antena 
omni-directional 
akan
memperpendek jangkauan sinyal radio.
c.   Lingkungan
Lingkungan yang penuh dengan noise akan
memperpendek
jangkauan sinyal radio. Selain itu,
lingkungan yang penuh dengan
noise
akan
mempersulit jaringan
nirkabel
untuk
membangun link
yang stabil.
2.15  Keamanan
Jaringan
Nirkabel
Keamanan
merupakan
salah
satu
faktor
yang
harus
diperhatikan dalam
perancangan 
dan   implementasi 
suatu   jaringan.   Ada   beberapa   solusi   yang
ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan keamanan pada jaringan nirkabel, yaitu :
1.   EAP-MD5 Challenge
Extensible   Authentication   Protocol   Message   Digest 5   Challenge
Handshake
Authentication
Protocol
(EAP-MD5 CHAP)
adalah
metode
otentikasi
yang
pertama
kali
dikembangkan.
Tipe otentiaksi
ini
sangat
mirip
dengan otentikasi CHAP pada jaringan kabel.
2.   LEAP
Lightweight
Extensible
Authentication
Protocol 
(LEAP)
adalah
jenis
otentiaksi utama yang digunakan pada access point Cisco. LEAP menggunakan
  
46
metode
WEP
untuk
melakukan
proses
enkripsi.
Selain
itu,
LEAP juga
bisa
digabungkan dengan metode otentikasi yang lain.
3.   VPN
Virtual Private
Network (VPN) adalah
suatu
proses
di
mana
jaringan
umum 
(public 
network  / 
Internet) 
diamankan 
untuk 
memfungsikan
sebagaimana private network.
Otentiaksi
dan
enkripsi
merupakan
dua  teknik
yang
terdapat
dalam
VPN.
Teknologi
penting
lainnya
yang
biasa
digunakan
untuk
menyesuaikan
otentikasi dan
enkripsi adalah
tunneling,
yang
merupakan suatu
enkapsulasi
satu paket protokol di dalam paket protokol lain
4.   WEP
Wired Equivalent Privacy
(WEP) merupakan protokol keamanan, yang
dispesifikasikan dalam
standar IEEE Wireless Fidelity
(Wi-Fi), 802.11b
yang
dirancang untuk menyediakan jaringan nirkabel dengan tingkat keamanan dan
keleluasaan pribadi dibandingkan dengan yang biasa digunakan dalam jaringan
kabel.
WEP
menggunakan key yang
statis
untuk
melakukan proses
otentikasi
antara client dengan access point.
Permasalahan
pada
WEP adalah
metode
otentikasi
ini
sudah
bisa
dipecahakan
dengan
menggunakan aplikasi
tertentu.
Selain
itu,
penambahan
key pada
WEP
membuat
data
semakin
besar
yang
mengakibatkan lambatnya
pengiriman data.
5.   WPA
Wi-Fi  Protected 
Access
(WPA) adalah  pengenbangan  lanjutan  dari
WEP. Berbeda dengan WEP, WPA menggunakan key yang dihasilkan secara
  
47
dinamis  sehingga 
semakin 
mempersulit 
client 
yang 
tidak 
berhak 
untuk
menggunakan fasilitas access point.