7
BAB II. TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1.
Tinjauan Umum
II.1.1
Pengertian Perpustakaan
Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah perpustakaan(berasal dari kata Sansekerta
pustaka ) artinya kitab, buku. Dalam bahasa Inggris, pembaca tentu mengenal istilah
library (berasal dari kata
Latin liber
atau
libri
)
artinya buku.
Dari kata
Latin
tersebut
terbentuklah istilah librarus yang artinya tentang buku. Dalam bahasa Belanda bibliotheek ,
Jerman bibliothek , Perancis bibliothrquo, Spanyol bibliotheca, dan Portugal bibliotheca.
Semua istilah itu (berasal dari bahasa Yunani biblia ) artinya tentang buku, kitab.
Dari istilah-istilah diatas diperoleh batasan perpustakaan merupakan kumpulan
buku, manuskripsi dan bahan pustaka
lainnya yang digunakan untuk keperluan studi atau
bacaan,
kenyamanan atau kesenangan ( Webster's Third Edition International Dictionary
,1961).
Batasan pengertian perpustakaan tersebut juga merupakan pandangan dari
masyarakat tentang perpustakaan. Padahal
dengan
kemajuan
teknologi
informasi
yang
sangat pesat saat ini maka akan berpengaruh besar terhadap perkembangan perpustakaan,
tentunya
ini
juga
akan
mengubah
pengertian
perpustakaan.
Sehingga International
Federation of
Library
Association
and
Institutions mambatasi
perpustakaan
adalah
kumpulan materi tercetak dan media noncetak dan atau sumber informasi dalam komputer
yang disusun secara sistematis untuk digunakan pemakai.
Batasan tersebut sesuai dengan fakta saat ini. Perpustakaan tidak hanya berisi buku-
buku namun juga terdapat majalah, jurnal luar negeri dan dalam negeri, koran, peta, floppy
disc program dan CD-ROM. Selain koleksi-koleksi tersebut juga
terdapat koleksi
skripsi
|
8
dan
memiliki
fasilitas ruang
workstations. Dimana
pengguna
perpustakaan
dapat
memanfaatkan komputer-komputer yang disediakan untuk akses internet dan pengerjaan
tugas-tugas
kuliah
yang
memerlukan
komputer. Diruang ini pengguna dapat juga
memanfaatkan komputer multimedia untuk keperluan belajar.
Dengan adanya koleksi dan fasilitas fasilitas
yang disediakan oleh perpustakan,
diharapkan pengguna perpustakaan
terutama
mahasiswa
merasa
tertarik
dan
mau
II.1.2
Fungsi dan Tujuan Perpustakaan
Pada dasarnya perpustakaan merupakan wadah pengumpulkan buku-buku dan
bahan pustaka lainnya yang diorganisir untuk memberikan pelayanan informasi, ilmu
pengetahuan,
dan
rekreasi
dengan
tujuan
untuk
mempertinggi
ilmu
pengetahuan pribadi
dan ilmu pengetahuan sosial.
Fungsi perpustakaan pada dasarnya adalah tempat untuk mencari informasi yang
tersedia
untuk
menunjang
sarana
pendidikan dan
pengetahuan
bagi
siswa,
mahasiswa
maupun
masyarakat,
tempat
menyewa buku-buku untuk dibaca di tempat atau dibawa
pulang dalam jangka waktu tertentu. Tetapi seiring dengan perkembangan teknologi
informasi, perpustakaan dapat berfungsi lebih dari sekedar tempat mencari dan meminjam
buku
buku, melainkan sebagai tempat acara pameran buku
buku, seminar, tempat
berdiskusi dengan pengarang buku atau sastrawan, tempat penyelenggaraan berbagai forum
penerangan dan pembahasan tentang masalah-masalah aktual.
|
![]() 9
Sedangkan Tujuan dari perpustakaan ini adalah
memberikan kemudahan bagi para
siswa, mahasiswa dan masyarakat dalam mendapat informasi yang di inginkannya,
meningkatkan kontinuitas belajar siswa dan mahasiswa
agar
mutu
pendidikan dapat
ditingkatkan, serta dapat menyediakan tempat yang mempunyai suasana tenang dan
nyaman dalam proses belajar.
II.1.3
Sekilas Sejarah Perpustakaan
Perpustakaan merupakan salah satu pranata sosial yang telah ada sejak zaman
purba.
Dalam perjalanannya
yang
panjang
perpustakaan
mengalami
berbagai
perubahan
sosial budaya, misalnya perkembangan
Renaisans, Pencerahan, Penjajahan, perkembangan
teknologi
informasi dan kini
Internet.
Dalam
perkembanganya selama hampir 3000 tahun
itu berkembang berbagai prinsip kepustakawanan yang mewarnai keberadaan
perpustakaan.
Foto 1 : Ibrahim Nafie, Courtesy Bibliotheca Alexandrina east view
|
![]() 10
Foto 2 : Ibrahim Nafie, Courtesy Bibliotheca Alexandrina north view
Perpustakaan Alexandria yang didirikan
oleh
Ptolemeus
terbakar
semasa
pemerintahan Julius Caesar pada tahun 48 S.M. Pada awal perkembangan agama Kristen,
orang-orang Roma yang menyembah kaisar sebagai dewa membakar buku tentang agama
Kris-ten. Sebaliknya kemudian terjadi, penganut agama Kristen membakar buku
penyembah berhala. Di Inggris ketika raja Henry VIII berkuasa, biara diperintahkan ditutup
sedangkan bukunya disita. Pada tahun 1930 an kita menyaksikan pembakaran buku
karangan
orang Yahudi
oleh
Hitler.
Pada tahun 1948 tatkala tentera Belanda menyerbu
Yogyakarta, para dokter
yang
menjadi dosen fakultas kedokteran menyelamatkan koleksi
buku perpustakaan dengan mengungsikannya ke Klaten. Di Indonesia pada tahun 1960an
terjadi pem-bakaran oleh PKI terhadap majalah dan buku yang dianggap ciptaan
neokolonialisme
dan
imperialisme
maupun karya pengarang yang tergabung dalam
kelompok Manifesto Kebudayaan.
|
11
Jadi sepanjang sejarah selalu ada usaha untuk menghancurkan buku yang disimpan
di
perpustakaan.
Sebaliknya
pula, masyarakat pun
berusaha mengamankan
perpustakaan.
Secara fisik, pengamanan perpustakaan kuno dilakukan dengan menempatkan perpustakaan
(baca buku) di bagian yang aman, pada
sebuah kuil atau
istana. Kuil atau
istana
merupakan bangunan yang kokoh sehingga buku akan lebih aman disimpan di tempat
tersebut daripada tempat lain. Dalam berbagai gejolak sosial maupun revolusi, keberadaan
perpus-takaan selalu tidak dilupakan masyarakat. Semasa puncak revolusi Perancis, semua
perpustakaan
milik
lembaga
keagamaan
disita, kemudian
koleksinya
ditempatkan
di
berbagai pusat
penyimpanan
yang
tersebar di seluruh
Perancis.
Semuanya
itu
mempunyai hikmah karena beberapa tahun kemudian setelah revolusi berakhir, buku sitaan
dijadikan
cikal
bakal
perpustakaan
nasional Prancis.
Semasa
revolusi
Rusia
serta
pasca
revolusi
(sekitar
tahun
1918-
1923)
sejumlah besar
buku,
bahkan
seluruh
buku
milik
perpustakaan pribadi Czar, dipindah ke perpustakaan yang ditunjuk penguasa baru. Koleksi
ini
nantinya
berkembang
menjadi
Perpustakaan Negara
Lenin
yang
tidak lain daripada
perpustakaan nasional Uni Soviet. Di Indonesia, semasa pendudukan Jepang (1942-1945),
tindakan per-tama balatentera Jepang ialah mengamankan koleksi Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschap di Batavia (kini Jakarta) yang berada di
lingkungan markas besar Kempeitai (polisi rahasia Jepang). Koleksi ini kelak menjadi inti
Perpustakaan Nasional Republik In-donesia.
Sebelum itu ketika Majapahit runtuh,
bangsawan maupun biarawan menyelamatkan berbagai naskah kuno ke tempat lain. Maka
pembaca akan sering menjumpai bahwa berbagai manuskrip seperti Negarakertagama
justru ditemukan di Bali atau Lombok.
|
12
Dari
uraian di
atas
nyatalah bahwa
kekuasaan di
luar
perpus-takaan
dapat
merupakan kekuatan yang dapat menghancurkan perpus-takaan. Sebaliknya pula,
masyarakat (merupakan kekuatan di luar perpustakaan namun perpustakaan merupakan
bagian darinya) pulalah yang menciptakan sekaligus memelihara perpustakaan.
Sepanjang sejarah manusia, perpustakaan merupakan satu- satunya pranata ciptaan
manusia tempat manusia dapat menemukan kembali informasi yang permanen serta luas
ruang lingkupnya. Masyarakat selalu mengatakan
bahwa
perpustakaan
mempunyai
efek
sosial,ekonomi, politik dan edukatif. Karena imbas tersebut, maka timbul kontra efek
berupa perusakan dan pembakaran perpustakaan. Hal yang disebut terakhir initerjadi juga
dalam
sejarah
manusia.
Bila
perpustakaan
hanya
berfungsi
sebagai
tempat
menyimpan
buku saja, bukannya juga
menyebarkan
ilmu pengetahuan, maka imbas dan efeknya tidak
akan sedramatis seperti yang
kita saksikan dalam
pengembangan ilmu
pengetahuan. Bila
ilmu pengetahuan hanya disim-pan saja, tidak disebarluaskan, maka ilmu pengetahuan akan
man-dek. Ilmu itu mungkin akan tumbuh lagi kemudian namun hal ter-sebut memerlukan
waktu yang lama, pengorbanan waktu, tenaga, uang. Ibaratnya kita tidak perlu menemukan
roda lagi. Karena itu ilmu yang disimpan dalam wujud buku harus disebarluaskan. Contoh
khas terjadi pada kemampuan operasi bedah otak pada orang Mesir kuno. Kemampuan ini
hanya dikuasai oleh segelintir ahli yang terkungkung dalam tembok kuil, tidak disebarkan,
malahan dirahasiakan. Alhasil kemampuan itu bukannya berkembang justru membeku
untuk pada akhirnya dirintis lagi oleh orang Eropa pada abad ke 18.
Perpustakaan
merupakan
tempat belajar di samping sekolah. Sejarahwan Gibbon
pernah mengatakan bahwa pendidikan yang diberikan oleh seseorang pada dirinya melalui
otodidak
jauh
lebih
penting
daripada
pendidikan
yang
diperolehnya
dari
seorang
guru.
|
13
Kecenderungan
penggunaan
perpustakaan
umum sebagai
tempat
belajar
menimbulkan
istilah
"modern
library
movement"
artinya pengembangan
perpustakaan
sebagai
badan
pendidikan umum, tidak terhambat oleh tradisi dan kendala waktu sebelumnya
serta
memberikan inspirasi untuk kegiatan di luar semua visi sebelumnya. Di AS untuk hal
tersebut diberikan contoh "social library" yang didirikan Benjamin Franklin. Pemerintah RI
mendirikan
Taman Pustaka
Rakjat
2)
pada
tahun
1952, tujuan
perpustakaan
ialah
membantu pendidikan masyarakat.
II.1.4.
Jenis - jenis Perpustakaan
Dalam Ensiklopedi
Indonesia, disebutkan bahwa perpustakaan dapat dikategorikan
menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Perpustakaan Khusus
Perpustakaan ini merupakan perpustakaan yang menekankan koleksinya pada suatu
bidang khusus, atau bidang-bidang yang berhubungan. Misalnya koleksi khusus bidang
geologi, sejarah purbakala, lingkungan hidup, dan lain-lain. Dapat juga digolongkan khusus
karena bentuk koleksi yang disimpannya seperti peta, guntingan surat kabar, pita rekaman,
lontar, dan sebagainya. Lazimnya
perpustakaan khusus merupakan bagian pada suatu
lembaga penelitian, badan-badan seperti bank, asuransi, asosiasi profesi, perusahaan,
museum, dan lain-lain. Masyarakat yang dilayaninya juga tergolong khusus, yaitu terutama
kepada
tenaga-tenaga
yang
bekerja
di
lingkungan
badan
tempat
perpustakaan
bernaung,
atau kepada
mereka
yang bekerja dalam bidang
yang merupakan pokok tugasnya.
Dalam
sejarah
perkembangannya
mungkin
menjurus menjadi
pusat
dokumentasi
atau
pusat
informasi. Bila ini terjadi, maka lingkup / jasanya menjadi luas yaitu bertugas
|
14
menyebarluaskan
informasi
secara
tepat
dan cepat. Menyebarluaskan
sari
karangan,
bibliografi, kesiagaan jasa informasi, jasa konsultasi, dan sebagainya.
Contoh perpustakaan khusus yang telah
berkembang
memperoleh
tugas-tugas
nasional
ialah
Pusat Dokumentasi
Ilmiah
Nasional-LIPI, Lembaga
Perpustakaan Biologi
dan Pertanian (Bibliotheca Bogoriensis
Departemen
Pertanian), Bagian Dokumentasi
Ilmiah
dan
Pengolahan
Data (Badan
Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan
-
Departemen Kesehatan). Ketiga pusat di atas memperoleh tugas sebagai pusat informasi
literature,
masing-masing
dalam
bidang
ilmu dan
teknologi,
biologi dan
pertanian,
kesehatan
dan
kedokteran.
Dari
jenis
perpustakaan khusus, terdapat
beberapa
perpustakaan/pusat
yang
berkembang
terus,
antara lain Perpustakaan Direktorat Geologi
(kemudian
disebut Bidang
Dokumentasi
dan
Publikasi,
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan
Geologi),
Bandung.
Pusat
ini
kuat
dalam koleksi
(buku,
majalah,
peta)
bidang geologi dan ilmu-ilmu yang berhubungan.
Di
Jakarta
kita
kenal Perpustakaan
Museum
Pusat,
didirikan
1778.
Kuat
dalam
bidang ilmu-ilmu,
sosial, sejarah, dan bahasa. Sebelum
perang, perpustakaan ini
menjadi
depot dari terbitan-terbitan baru Indonesia. Tercatat 224.000 majalah baru. Tergolong baru
ialah perpustakaan Pusat
Dokumentasi
Ilmiah
Nasional-LIPI,
didirikan pada
tahun 1965.
Perpustakaan ini menyimpan 40.720 buku, 5.719 majalah terjilid, dan 836 judul majalah
baru. Kuat dalam koleksi bidang
ilmu dan teknologi, dan mulai
memupuk koleksi dalam
bentuk mikrofilm dan mikrofis.
2. Perpustakaan Museum
Ini
merupakan
nama
yang
lazim
untuk
menyebut
perpustakaan
Lembaga
Kebudayaan Indonesia di Jakarta yang didirikan tahun 1778. Koleksi bukunya diperkirakan
|
![]() 15
300.000 jilid,
sesuai
dengan
tujuan dan
program
lembaga
tersebut. Di
antaranya
semua
koleksi
surat kabar yang pernah dan telah terbit di Indonesia, dari awal penerbitannya;
majalah
ilmiah dan popular, dan setiap buku
yang diterbitkan di Indonesia.
Juga koleksi
naskah terdiri dari + 5.000 buku asli Indonesia dari berbagai daerah, yang tertulis di atas
macam-macam
bahan seperti
lontar, kulit kayu, bambu, kertas; tertulis dalam huruf Jawa,
Bali, Makassar, Bugis, Batak, Rejang, Arab, dan lain-lain.
3. Perpustakaan Negara
Pepustakaan Negara merupakan perpustakaan umum yang didirikan di tiap ibukota
Daerah Tingkat I di Indonesia. Diselenggarakan oleh Biro Perpustakaan Departemen
Pendidikan.
Umumnya
berisi buku-buku
tingkat pengetahuan
sekolah
menengah
ke
atas.
Saat ini yang terbesar terletak di Yogyakarta, dengan 70.000 buku, dan didirikan pada masa
revolusi kemerdekaan.
4. Perpustakaan Perguruan Tinggi
Sebagai warisan waktu yang lalu, jasa informasi di kalangan masyarakat perguruan
tinggi dilakukan oleh masing-masing fakultas atau jurusan. Program-program
pengembangan Perpustakaan Perguruan
Tinggi dikelola
oleh Direktorat
Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan. Hal-hal seperti pembinaan koleksi, pembinaan
sumber tenaga, standarisasi, pembiayaan, dan sebagainya memperoleh perhatian penuh dari
Satuan Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi.
Contoh
adalah
Perpustakaan
Pusat
Satya
Wacana di
Salatiga,
yang
sejak
pendiriannya pada tahun 1956 memusatkan administrasi dan pengelolaan perpustakaannya
untuk melayani seluruh kampus. Kemudian Perpustakaan Airlangga di Surabaya, membagi
perpustakaan menjadi dua, yaitu Perpustakaan Eksakta dan Perpustakaan Non Eksakta.
|
16
5. Perpustakaan Rakyat
Ini
merupakan
sistem
perpustakaan
umum di
Indonesia.
Diselenggarakan
oleh
Direktorat pendidikan masyarakat, bagian
Urusan Perpustakaan
Rakyat dalam lingkungan
Departemen Pendidikan. Tugas bagian ini
adalah menyediakan bacaan
umum dari tingkat
lulusan pemberantasan buta huruf sampai kepada tingkat pengetahuan sekolah menengah.
Tujuannya adalah
menghidupkan dan
memelihara hasrat masyarakat untuk belajar sendiri
dengan jalan membaca, serta meluaskan pengetahuan,
kecerdasan,
dan
kesadaran
masyarakat.
6. Perpustakaan Sekolah
Di
Indonesia,
belum semua
sekolah
dilengkapi
dengan
perpustakaan.
Saat
ini
jumlahnya tercatat sekitar 84.000 Sekolah Dasar dan sekitar 13.000 sekolah lanjutan
(sensus 1997). Pengembangan perpustakaan Sekolah mendapat bimbingan dan pengarahan
dari Pusat Pengembangan Perpustakaan, Departemen Pendidikan.
7. Perpustakaan Umum
Pada umumnya perpustakaan
umum di tingkat propinsi dikelola oleh Departemen
Pendidikan bersama dengan pemerintah Daerah. Usaha-usaha antara dua badan tersebut
masih
terus
dilaksanakan
untuk
mengembangkan
sistem perpustakaan
umum,
ditunjang
dengan beberapa buah mobil sebagai sarana perpustakaan keliling. Di samping itu tercatat
juga tumbuhnya taman bacaan
yang didirikan oleh
usaha-usaha pribadi atau rukun
kampung. Usaha-usaha tadi
sekalipun dalam
bentuk
sangat
sederhana, sangat menolong
akan kekurangan jasa perpustakaan umum.
|
![]() 17
II.1.4.
Pembagian Kategori Pustaka
Salah satu metode klasifikasi yang
lazim digunakan oleh perpustakaan adalah Dewey
Decimal Classification (DDC). Berikut adalah sebagian dari DDC :
No. Klasifikasi
Keterangan Kategori
000
Computers, Internet & Systems (Komputer dan Umum)
100
Philosophy (Filsafat)
200
Religion (Agama)
300
Social sciences, Sociology & Anthropology (Ilmu Sosial)
400
Language (Bahasa)
500
Science (Ilmu Murni)
600
Technology (Teknologi Terapan)
700
Arts (Kesenian)
800
Literature, Rhetoric & Criticism (Kesusastraan)
900
History (Sejarah dan Geografi)
II.1.5.
Pembagian Berdasarkan Cara Pelayanannya
Dalam perpustakaan ada 2 sistem yang diterapkan dalam pelayanannya, yakni :
1. Closed Access Service, yaitu sistem pelayanan dimana pengunjung tidak dapat
secara langsung menuju rak koleksi untuk mencari atau mendapatkan koleksi yang
diinginkannya.
Sistem ini
mempunyai kelebihan
seperti
keamanan
buku
lebih
terjamin, penyusunan buku lebih teratur, dan ruang penyimpanan buku lebih efisien.
Sedangkan kekurangannya adalah buku tidak dapat diambil langsung oleh pembaca,
|
18
memerlukan petugas
yang selalu siap melayani pengunjung, serta secara psikologi
minat baca menjadi berkurang.
2.
Open
Access
Service,
yaitu
sistem pelayanan
dimana
pengunjung
dapat
secara
langsung menuju rak koleksi untuk mencari atau mendapatkan koleksi yang
diinginkannya. Open Access Service ini mempunyai kelebihan seperti buku dapat
langsung diambil dan dibaca, secara psikologis minat membaca lebih besar, serta
tidak memerlukan petugas
untuk mengambil buku, sedangkan kekurangannya
adalah
keamanan
buku
kurang
terjamin, pengembalian
buku
kurang
teratur, dapat
menganggu
distribusi
buku
ke
pembaca,
dan luas
area
penyimpanan
buku
lebih
besar.
Dalam perpustakaan
yang
dirancang,
sistem yang
dipakai
adalah
Open
Access
Service, karena dengan sistem ini akan dapat
membuat mahasiswa
lebih
mandiri dan
juga
merupakan
tujuan
utama dalam rancangan
ini yaitu ingin meningkatkan
minat baca pada
mahasiswanya.
II.2.
Tinjauan Khusus
II.2.1
Latar Belakang Tapak
Dasar pertimbangan mengenai lokasi tapak adalah :
-
Letak tapak yang strategis dan aman, sehingga memudahkan pencapaian, baik
dengan kendaraan
pribadi
maupun
sarana transportasi
umum, berdekatan
dengan
kampus Universitas Bina Nusantara.
|
![]() 19
-
Menurut
bagian
wilayah
kota,
tapak
tersebut
merupakan daerah perkantoran
yang
sesuai dengan kebutuhan akan proyek dimana juga mempunyai sarana pendukung
disekitar proyek.
-
Mempunyai nilai potensi
yang besar seperti berada pada point of view
yang baik,
dekat dengan jalan raya.
Gbr 1: Peta Jakarta Barat
|
![]() 20
Gbr 2 : Peta Lokasi
|
![]() 21
Foto 3 : Bagian Timur
Foto 4 : Bagian Utara
Foto 5 : Bagian Barat
Foto 6 : Bagian Selatan
Foto 7 : Lingkungan Sekitar Tapak
Foto 8 : Lokasi Tapak
|
22
II.2.2.
Data data Tapak.
A.
Luas tapak : ± 15000 m²
B. Batas batas :
-
Utara
: Jalan Raya Kebon Jeruk.
-
Selatan : Kampus Anggrek Universitas Bina Nusantara.
-
Timur : Kampus Syahdan Universitas Bina Nusantara.
-
Barat
: Perumahan penduduk.
C. Rencana Batas Wilayah Kota DKI Jakarta :
-
Peruntukan lahan pada tapak : Perkantoran
-
KDB : 60 %
-
KLB : 2,5
-
Ketinggian lantai : 4 lantai
-
Garis Sepadan Bangunan : 15m
II.2.3.
Kondisi Tapak dan Lingkungan.
Kondisi
tapak
merupakan
daerah
yang berdekatan dengan kampus
Universitas Bina Nusantara
dimana terletak di pertigaan jalan raya Kebon Jeruk.
Lingkungan disekitar tapak merupakan daerah hunian yang pada umumnya
digunakan sebagai tempat indekost, rumah makan, toko buku, toko komputer, mini
market dan sebagainya, serta bangunan Universitas Bina Nusantara.
|
23
II.3.
Tinjauan Topik
Topik
arsitektur yang dipakai didalam
perencanan
Perpustakaan Universitas
Bina
Nusantara adalah Arsitektur Post Modern, dimana perencanaan tersebut juga mampu
memecahkan masalah masalah di dalam iklim tropis yang ada di Indonesia.
II.3.1. Pengertian Post Modern
Post Modern terdiri dari kata :
1. Post, yaitu menunjukan apa yang telah kita tinggalkan dan lalui tetapi belum
menerangkan dimana akan tiba.
2. Modern, yang berarti terbaru, sikap dan cara berpikir serta bertindak sesuai dengan
tuntuntan jaman.
Dengan demikian pengertian Post Modern adalah istilah
untuk menyebutkan suatu
masa atau zaman dipakai berbagai disiplin untuk menguraikan bentuk budaya dari
suatu titik pandang berlawanan atau pengganti istilah modernisme.
II.3.2. Sejarah Perkembangan Arsitektur Post Modern
1. Latar belakang arsitektur Post Modern
Ketika arsitektur modern dengan gaya internationalnya terasa bagaikan
menekan kemandirian pribadi, ada sebagian arsitek yang lalu berusaha
memberikan makna lebih pada rancangannya, dengan mengembangkan lebih
lanjut gaya modernist tersebut.
|
24
Sebaliknya ada juga sebagian arsitek yang berusaha memperbaiki gaya
rancangan
modernist
dengan
memberikan nilai
tradisi
manusiawi
kepada
rancangannya.
Kelompok
yang
terakhir in lalu lebih dikenal sebagai
kelompok postmodernist.
Paolo
Portoghesi,
The
Architecture of a Postindustrial
society, 1982,
tidak
hanya menempatkan penekanan pada masalah informasi, tetapi didasarkan
ide
dari kelanjutan
sejarah
dan
peran dari
tipologi
kota dalam
mempertahankan
kebenaran
ini.
Jadi Stern
dan
Portoghesi,
melalui
tulisan
mereka,
architecture dan eksibisi, telah membawa
gerakan gerakan sejarah
yang baik tetapi nilainya banyak berkurang karena publik yang tidak
mendukung. Melalui pekerjaan mereka yang sering memunculkan integritas
yang kreatif, genre yang mengikutinya sering dikomersilkan.
Heinrich
Klotz,
di
sejarah
dari
arsitektur
Postmodern
memberikan
fokus
yang
sedikit
berbeda.
Beliau
menggunakan aspek komunikasi yang
digunakan
seluruh
penulis
dan
membelokkannya
ke
isi
naratif.
Bentuk
tidak hanya mengikuti fungsi, dalam definisi di arsitektur Post modern,
tetapi
fiksi.
Perhatian
untuk pengertian arsitektur menjadi perhatian utama
untuk Klotz dan disini termasuk banyak arsitek lainnya seperti Rem
Koolhaas, John Hejduk, dan Richard Meier.
Arsitek diintimidasi oleh bahasa
moral dari arsitektur modern yang
mendewakan totalitas, ketunggalan dan puritanisme.
|
25
Jadi arsitektur post modern merupakan suatu gerakan lanjutan sekaligus
transendensi / penghubung dari modernisme, dimana mencoba mengkonstruksi
kode ganda dalam arsitektur dengan
merangkai
masa
lalu dan
masa depan
melalui
pendekatan regionalisme.
2. Tujuan Arsitektur Post Modern
Mengembalikan
Kelangsungan
rangkaian
arsitektur
masa
kini
dengan
kekhasan masa lampau yang ada pada suatu wilayah budaya tertentu dengan
mencoba mengimbangi perusakan budaya setempat oleh kombinasi
kekuatan
sistem
produksi
baik
rasionalisasi, birokrasi, kapitalisme,
pengembangan pada besar maupun oleh gaya internasional ( arsitektur
modern).
Agar arsitektur dapat berkomunikasi dengan publik/ masyarakat.
3. Konsep Arsitektur Post Modern
Menerapkan kode ganda dalam arsitektur dengan merangkai masa lalu
dengan masa depan ( teknik modern).
Merepresentasikan
arsitektur
yang
ideal
sebagai
sebuah
harmoni
lengkap
dari bentuk jadi budaya, setempat dan iklim.
Adanya dialog antara elitisme / golongan elit dan populisme/ golongan
masyarakat (bersifat merakyat).
Menerapkan arsitektur yang berwawasan lingkungan.
Penerapan
seni,
ornamentasi dan simbolisme sebagai
unsur
esensial
dalam
membangun identitas dan makna budaya arsitektur.
|
26
Adanya
gejala pembaharuan dalam bidang arsitektur mulai dikenali dan
dikemukakan untuk pertama kali oleh Charles Jenck dalam sebuah seminar di
Eindhoven, Belanda dan terlihat dalam bukunya The Language of
Post-Modern
Architecture.
Dalam bukunya
tersebut
dijelaskan
mengenai prinsip
dasar
desain
arsitektur post modern, antara lain:
Pluralistik : Banyaknya ragam sehingga menimbulkan variasi gerakan.
Komunikatif
:
sebagai
alat
komunikasi,
bangunan
dapat
mengkomunikasikan waktu terdahulu, sekarang dan akan datang.
Tempat
dan
sejarah
:
berakar
pada
tempat
dan
sejarah.
Prinsip
ini
mendorong usaha untuk selalu menggali data lingkungan dan arsitektur
masa lampau, serta mengangkat kembali ekspresi arsitektur yang sempat
hilang pada arsitektur modern yaitu : ornament dan konteks urban.
II.3.3 Tinjauan Arsitektur Post Modern
Istilah post modern hanya dapat dipakai bagi arsitek yang sadar akan makna
arsitektur
sebagai suatu bahasa (sarana komunikasi). Gejala timbulnya gerakan
ini terlihat
sejak komunikasi dalam karya karya arsitektur modern mulai kabur dan makna makna
sosialnya makin hilang. Pengertian arsitektur sebagai suatu bahasa yaitu bahwa arsitektur
merupakan
vehicle
of
Meaning yaitu
alat
untuk
menyampaikan
pesan
tertentu
dan
arsitektur merupakan suatu alat untuk komunikasi. Arsitektur post modern mengingat
keadaan masa lalu, mengadakan pendekatan positif terhadap bangunan metaphor,
|
27
vernakular,
ruang baru
dan
arti
ganda.
Sarana
komunikasi
dalam arsitektur
post
modern
dapat dilakukan untuk 2 arah, yaitu :
Orang orang yang mengerti pada makna makna arsitektur.
Masyarakat awam yang lebih mementingkan kenyamanan cara hidup dan bangunan
bangunan tradisional.
Cara komunikasi dalam arsitektur dapat dilakukan dengan :
Ungkapan bentuk (metaphor)
Kata (unsur unsur bangunan : jendela, pintu)
Sintaksis (penyatuan unsur bangunan/komposisi)
Semantik
(mengembangkan
makna
yang ada,
hubungan dari
unsur
unsur
bangunan dan bentuk bentuk yang terjadi)
II.3.4 Tahap Perkembangan Arsitektur Post Modern
Berdasarkan pengamatan Charles A.
Jencks, terdapat 6 tahap perkembangan yang
menjadi sumber pembentukan gaya post modern (dalam studi penerapannya), yaitu :
1. Historicism
Merupakan aliran yang menitik beratkan pada aspek sejarah. Perkembangan aliran
ini
menimbulkan
arsitektur
radikal
ekletik
yang
memiliki cirri
menciptakan
masa
lalu
dalam menyelesaikan
ruang,
penggunaan
motif
motif
dan
simbol
simbol
histrois, serta penggunaan elemen/material lama. Penampilan bangunannya
memberi kesan kilasan sejarah yang samar
samara. Contohnya bangunan Casa
Baldi, Roma 1959 1961, karya Paolo Portoghesi. Menampilkan persilangan dual
|
![]() 28
coding yang merupakan karakteristik post modern. Lapisan luar bangunan, kurva
yang menyapu dari Baroque, ruang yang overlap, penampilan dari Brutalist dengan
ekspresi beton bertulang, penggabungan yang kasar dan bentuk gitar modernism.
Foto 9 : Casa Baldi Roma 1959-1961
2. Straight Revivalism
Merupakan aliran yang menerapkan bentuk bentuk dari gaya gaya yang pernah
ada dengan memperhatikan penerapan bentuk bentuk tersebut agar dapat hidup,
berarti dan tidak salah tempat. Contohnya
Okawa House, 1974, karya Mozuna
Monta.
Menampilkan
gaya
persilangan
antara prototype
dari
renaissance,
seperti
antara Michaelangelos Palazzo Farnese dengan Brunelleschis Pazzi Chapel. Hasil
dari sekian hibridisasi akan menghasilkan integritas yang menarik.
|
![]() 29
Foto 10 : Mozuna Monta, Okawa House 1974
3. Neo-Vernacular
Merupakan aliran dengan sebuah pemikiran
untuk
membawa
kembali
bentuk
bentuk
dan
material
tradisional
dimana segala
sesuatunya
masih dalam
proporsi.
Aliran ini bukan suatu usulan untuk menghubungkan dengan garis modern maupun
tradisional, melainkan potongan
potongan dari keduanya.
Penekanannya pada
aspek pembauran dengan masyarakat, bukan melakukan peniruan mentah mentah
melainkan
melakukan
usaha
penyesuaian
dengan
cirri
lingkungan
bangunan
tersebut. Contohnya Friars Quay Housing, Norwegia 1972, karya Feilden dan
Mawson. Menggambarkan rancangan adaptasi rumah pedagang di Eropa Utara
terhadap tapak bersejarah dekat Catherdal Close. Ragam warna, ruang semi private
dan atap yang meruncing memberikan perasaan kontinuitas sejarah.
|
![]() 30
Foto 11 : Feilden and Mawson, Friars Quay Housing
4. Adhocism + Urbanist = Contextual
Merupaka aliran yang merancang harus sesuai dan tanggap terhadap
media/lingkungan disekitar yang mengelilinginya. Perancangannya mengacu pada
konteks yang berada di sekelilingnya, skala lingkungan tetap dihormati. Contohnya
Dusseldorf Museum, 1975 karya James Stirling. Menampilkan contextual infill,
dimana ketinggian dan skala di perhatikan, namun tetap mengekspresikan elemen
elemen simbolik. Entrance berbentuk kubus terhadap garis tapak berhubungan
dengan monumen lain.
Lapisan kaca yang
merupakan
satu satunya peninggalan
modernist digunakan dengan cara semantik sebagai
sirkulasi public dan area
berkumpul.
|
![]() 31
Foto 12 : James Stirling, Dusseldorf Museum 1975
5. Metaphor and Metaphysics
Merupakan aliran yang
menggunakan kiasan atau ungkapan bentuk, dimana wujud
bangunannya
diharapkan
dapat
menimbulkan
tanggapan
dari
pengamat
atau
pemakai bangunan tersebut. Tanggapan tersebut akan berbeda pada setiap orang.
Contohnya TWA Building, New York 1962 karya Eero Saarinen. Menampilkan
kerangka
kerangka beton yang dapat diungkapkan sebagai pesawat terbang,
meskipun ada anggapan lain yaitu seperti seekor burung.
Foto 13 : TWA building, New York 1962
|
![]() 32
6. Post Modern Space
Merupakan aliran yang menitik beratkan dan mengembangkan teknik teknik baru
dalam mengolah ruang dengan
tujuan
untuk
menciptakan pengalaman. Ruang post
modern
berdasarkan
ruang
ruang
yang
lazim,
zoning
yang
tidak
dibatasi
dan
berarti ganda serta tidak rasional. Hubungannya merupakan transformasi bagian
keseluruhan, batasnya kadang tidak jelas, perluasan ruang tidak terhingga dan tanpa
tepi yang jelas. Contohnya Piazza DItalia, New Orleans 1976, karya Charles Moore
dan William Hersey.
Foto 14: Piazza DItalia, New Orleans 1976
II.3.5 Ideologi Arsitektur Post Modern
Secara garis besar ideologi dari arsitektur post modern yang mendasari perencanaan
dan perancangan adalah sebagai berikut :
Double Coding of Style
Atau arti ganda, yaitu perpaduan gaya bangunan
yang
menghasilkan
dua
makna,
yaitu makna unsur modern dan makna lain (biasanya unsur lama).
|
![]() 33
Foto 15 : James Stirling and Michael Wilford, Classical Masonry and modern glass
Popular and Pluralist
Popular merupakan penerapan bentuk bentuk yang popular pada masyarakat,
tempat dan pada suatu era tertentu.
Foto 16 : Passarelli Brothers, Multi-use structure, Rome 1965
|
![]() 34
Pluralist yaitu pemberian makna yang lebih dari satu pada satu bangunan.
Foto 17 : Ronchamp Chapel, France 1955
Semiotic Form
Bangunan yang mampu berkomunikasi pada pengamat dan pemakai bangunan.
Foto 18 : Hot Dog Stand, Los Angeles, 1938
|
![]() 35
Traditional and Choice
Penggabungan berbagai gerakan (gaya/aliran) dan tradisi sesuai dengan pilihan.
Foto 19 : J C Loudon
Artist / Client
Bangunan
diharapkan
memiliki
nilai
seni
dan
lebih
memperhatikan
kepentingan
pemakai.
Foto 20 : Michael Graves, Benacerraf House addition, Princeton, 1969
|
36
II.4.
Studi Banding
II.4.1.
Perpustakaan Institute Teknologi Bandung
Perpustakaan ITB berdiri bersamaan dengan lahirnya Technische Hoogeschool
(TH) di Bandung pada tahun 1920, Perpustakaan ITB yang saat itu dikenal sebagai
Perpustakaan TH dikenal sampai ke luar negeri karena memiliki koleksi yang sangat
bermutu dengan cakupan yang luas, meliputi hampir semua bidang
ilmu,
mulai dari
ilmu
rekayasa, ilmu pengetahuan alam, sosiologi, filosofi, sastra, musik dll.
Perkembangan politik
yang terjadi saat
itu membuat
TH
Bandung sempat ditutup
dan ditinggalkan Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, TH Bandung dibuka kembali
dengan nama
Bandung Kogyo Daigaku. Saat Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya,
Bandung
Kogyo
Daigaku
memiliki
nama
baru
yaitu
Sekolah Tinggi
Teknik Bandung, dipimpin Prof.Ir.Rooseno. Tahun 1946 TH Bandung dibuka kembali oleh
pemerintah pendudukan Belanda, sebagai Fakultas Teknik dari Universitas Indonesia yang
berpusat di Jakarta bukan sebagai suatu perguruan tinggi yang berdiri sendiri.
Perkembangan ini pada tahun 1947 diikuti dengan pembukaan fakultas baru yaitu Fakultas
Pasti dan
Alam, dengan
fasilitas perpustakaan perkumpulan ilmu alam KNV (Koninklijke
Natuurkunde Vereniging) yang memiliki koleksi berjumlah 30.000 eksemplar Perpustakaan
tersebut dahulu menempati gedung Balai Pertemuan Ilmiah (BPI) ITB yang terletak di jalan
yang kini dikenal sebagai Jalan Surapati 1 Bandung.
Kedua fakultas itu lebur menjadi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1959,
sehingga 2 perpustakaan yang berada di masing-masing fakultas pun menjadi satu , dengan
jumlah koleksi sekitar 120.000 eksemplar Ketika semua warga Belanda harus
meninggalkan Indonesia pada tahun 50-an, perpustakaan ITB menurun kualitasnya karena
|
37
kekurangan tenaga ahli perpustakaan, yang sebelumnya dipegang oleh orang-orang Belanda
yang
bekerja
di
perpustakaan
tersebut.
Akibatnya
terjadilah
kekacauan
dalam sistem
penyusunan dan penempatan buku, sistem peminjaman, kehilangan buku, dll.
Setelah Beberapa tahun, kondisi perpustakaan ITB mulai membaik menggugah
minat pustakawan Inggris dari The British Council menawarkan bantuannya melalui
pemerintah kerajaan Inggris. Bantuan yang ditawarkan meliputi:
1. Tenaga ahli perpustakaan dari Inggris
2. Tenaga muda pustakawan yang tergabung dalam VSO (Voluntary Service
Organization)
3. Pengiriman staf perpustakaan ITB ke Inggris untuk belajar ilmu perpustakaan
4. Sumbangan buku-buku
5. Pembangunan gedung baru perpustakaan
Peremajaan yang dilakukan pada perpustakaan
ITB dilakukan dalam berbagai
hal,
mulai dari
sistem klasifikasi
koleksipada
saat
inilah perpustakaan ITB
mulai
memakai
sistem DDC (Dewey Decimal Classification), penambahan
staf perpustakaan, pengiriman
staf perpustakaan untuk tugas belajar ke Inggris, setiap 3 bulan buku-buku baru yang dipilih
sendiri oleh dosen dosen ITB dikirimkan oleh The British Council, adanya layanan untuk
memesan
copy
artikel
dari
berbagai
pusat
informasi/perpustakaan
di
luar
negeri
melalui
The British Lending Library di Inggris, dll.
Berakhirnya
program
bantuan dari
Inggris
tidak
membuat
hubungan
dengan
The
British Council terputus. Bahkan sampai saat ini bantuan buku-buku dari pemerintah
|
38
Inggris
selalu
diterima
perpustakaan
ITB.
Para alumni
ITB
tidak
ketinggalan
turut
pula
membantu perpustakaan, terutama dalam pengadaan buku-buku dan majalah.
Pada tahun 1974 semua bagian di Perpustakaan ITB telah ditangani dan dikepalai
oleh staf berkebangsaan Indonesia, tenaga asing
hanya
membantu
saja. Kemudian
pada
tahun 1975 dimulailah perencanaan sebuah gedung perpustakaan permanen yang dirancang
sesuai dengan fungsi perpustakaan perguruan tinggi.
Pertengahan tahun 1987 sebuah gedung perpustakaan yang cukup megah berdiri di
kampus ITB dengan luas 9.000 meter persegi . Gedung
ini
merupakan tahap pertama dari
rencana bangunan yang jumlah totalnya mencapai luas 16.000 meter persegi. Tahap kedua
pembangunan gedung perpustakaan baru akan dilaksanakan setelah gedung tahap pertama
terisi
penuh,
dan
hal
ini
diperkirakan
baru akan
tercapai
setelah
gedung
tahap
pertama
dioperasikan selama 25 tahun.
Fasilitas yang tersedia di perpustakaan ITB adalah sebagai berikut :
1. Mushola, kantin dan waserba. Bila Anda
memerlukan tempat
untuk
melaksanakan
ibadah
sholat,
pada
lantai
basement dapat
Anda
manfaatkan
mushola
dilengkapi
toilet dan tempat wudlu. Selain mushola, masih bertempat di lantai yang sama,
sebuah
kantin
mungil
yang
buka
mulai
pukul
08.30
s/d 15.30
setiap
hari
selama
masa perkuliahan menyediakan beragam makanan dan minuman bergizi-murah dan
variatif, di samping sebuah warung serba ada (waserba) yang menyediakan berbagai
keperluan mulai dari aneka makanan dan minuman ringan, alat tulis sampai
aksesoris.
2. Toko
buku,
bank,
ITB
Info
Corner,
photocopy
dan
ruang
seminar
Pada lantai 1 gedung perpustakaan dapat Anda jumpai sebuah toko buku (Sagung
|
39
Seto)
yang
menyediakan
berbagai text
book
maupun
buku-buku
populer.
Untuk
melayani transaksi keuangan, Bank Bukopin hadir setiap hari kerja jam 09.00 s/d
15.00. Bila Anda
memerlukan jasa layanan photocopy-- di sebelah timur lantai 1
gedung perpustakaan, terdapat layanan photocopy yang memungkinkan Anda mem-
photocopy beberapa bagian dari pustaka yang Anda perlukan. Secara khusus bila
Anda membutuhkan penggandaan/photo copy majalah di lantai 3 (pada bagian
Majalah) juga, seorang petugas dan mesin photo copy akan melayani Anda dengan
tarif yang sama
dengan photocopy di lantai
1. Perpustakaan
ITB
juga
memiliki
fasilitas 2 ruang pertemuan (meeting room) yang dapat Anda manfaatkan,
masing-
masing
terletak
di
lantai
1
(kapasitas
maksimum 110
orang/theatre
style, dengan
fasilitas ruangan berAC, standard meeting
equipment:
whiteboard-wireless
microphone-OHP-in focus dan screen) serta meeting room yang terletak di lantai 2
pada Bagian Koleksi Umum (kapasitas maksimum 50 orang/theatre style) Informasi
lengkap
mengenai
pemakaian
meeting room,
dapat
menghubungi
djoni
at
unix.lib.itb.ac.id, Dewi Yati - Ayi di Bagian Administrasi Perpustaka an ITB.
3. Layanan - layanan lain. Selain memberikan berbagai layanan yang berkaitan dengan
pemanfaatan
koleksinya,
Perpustakaan
ITB
juga
menyediakan
beberapa
layanan
lain dalam bidang pengembangan informasi (perpustakaan) maupun bidang- bidang
lain yang berhubungan dengannya yaitu:
a. Menyelenggarakan
beragam
training/kursus
singkat
dalam
bidang
perpustakaan
dan
informasi
(librarianship)
baik
untuk
tingkat pemula
maupun
lanjutan.
Kini
materi
training/kursus singkat tersebut juga
dikembangkan melalui aplikasi perkembangan teknologi informasi.
|
40
b.
Konsultasi
pengelolaan perpustakaan Bila
Anda
secara
pribadi
ataupun
institusi/organisasi tempat Anda
bekerja berencana untuk mendirikan atau
mengembangkan
sebuah
perpustakaan,
staf kami
dapat
membantu
memberikan konsultasi manajerial maupun teknis bagaimana mengelola dan
mengembangkan sebuah perpustakaantermasuk jasa pembuatan katalog
pustaka
c. Event organizer untuk berbagai acara pertemuan seperti seminar, workshop,
launching/bedah buku, pameran buku, tutorial/demo dll. Berbagai institusi
pernah bekerja sama dengan kami untuk menyelenggarakan event-event
yang
bertujuan
untuk
mengembangkan
berbagai
ide
dalam masyarakat
diantaranya:
The
British
Council,
University
of
South
Australia,
Rijksuniversiteit Groningen, Astra Graphia,
The
National
University
of
Singapore,
Software Competence Center-Hagenberg/SCCH Austria,
Telkomsel,
Ikatan Pustakawan
Indonesia,
PC
Plus,
Singapore
Polytechnic,
Ikatan
Pustakawan
Indoneisa
(IPI),
Antara
Pustaka
Utama,
Kompas
Cyber
Media, Wearnes Indonesia, Hewlett Packard, Microsoft Indonesia dll
4.
Library tour, yaitu mengunjungi Perpustakaan
ITBacara
ini
biasanya
sangat
diminati oleh siswa-siswa
sekolah menengah (SMP-SMU) di
musim
liburan.
Dengan
mengikuti
Library
Tour
siswa
diajak
untuk
mengenal
lebih
dekat
bagaimana suatu perpustakaan dapat dimanfaatkan, bagaimana cara menggunakan
perpustakaan dll.
|
![]() 41
Foto 21 : Perpustakaan Institute Teknologi Bandung
Foto 22 : Ruang Baca Lantai 4
Foto 23 : Ruang Baca Lantai 3
Foto 24 : Ruang Baca Lantai 2
Foto 25 : Ruang Baca Lantai Dasar
Foto 26 : Ruang Koleksi Buku
|
![]() 42
Foto 27 : R. Koleksi Skripsi dan R. koleksi
Foto 28 : R. Majalah
Teknik Elektro
Foto 29 : Rak Koleksi Majalah
Foto 30 : R. Receptionist Majalah
Foto 31 : R. Receptionist Koleksi Umum
Foto 32 : R. Visual Audio
|
![]() 43
Foto 33 : R. IOM (Ikatan Orangtua Mahasiswa)
Foto 34 : R. Komputer
Foto 35 : Koleksi Katalog
Foto 36 : R. Pemanduan
Foto 37 : R. Duduk Bersama dan R. Foto kopi
Foto 38 : R. Pengembalian / Peminjaman
|
![]() 44
Foto 39 : R. Kontrol
Foto 40 : R. Penitipan Tas, R. Seminar
dan R. Tunggu
Foto 41 : Toko Buku
Foto 42 : R. Kepala Perpustakaan dan
R. Administrasi
Foto 43 : Maket View 1
Foto 44 : Maket View 2
|
45
II.4.2.
Perpustakaan Universitas Bina Nusantara
Pengembangan Perpustakaan Universitas
Bina Nusantara telah dirintis sejak tahun
1982
guna
mendukung
kegiatan
Tri
Darma
Perguruan Tinggi, yaitu kegiatan belajar
mengajar, penelitian,
dan
pengabdian
kepada
masyarakat..
Perpustakaan
telah
mengalami
beberapa kali pergantian nama seiring dengan pergantian nama perguruan tinggi itu sendiri.
Nama pertama yang dipakai adalah Perpustakaan Akademik Teknik Komputer (ATK) dan
menjadi Perpustakaan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Bina
Nusantara pada tahun 1986. Nama yang hingga kini masih melekat sejak tahun 1996 adalah
Perpustakaan Universitas Bina Nusantara.
Tahun 1982 adalah awal pemberian jasa kepada civitas akademika Universitas Bina
Nusantara. Lokasi perpustakaan berada di Kampus Syahdan, Jl. KH. Syahdan No. 9,
Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat. Perpustakaan menempati gedung L lantai dasar
seluas + 150
m2. Jasa
layanan
yang diberikan
menggunakan
sistem manual dan tertutup
(closed access services), artinya pengguna tidak dapat
langsung
menuju rak koleksi untuk
mencari atau mendapatkan koleksi yang diinginkannya Seiring dengan perkembangan
Universitas Bina Nusantara, layanan yang diberikanpun semakin berkembang. Tahun 1986
Perpustakaan berpindah tempat ke gedung
M lantai dasar. Tahun 1994 Perpustakaan
menempati
gedung
K
dan
J,
dengan
sistem perpustakaan
yang
sudah
terkomputerisasi
(otomasi)
dan
menggunakan
program Visual
Foxpro. Sementara,
layanan
sirkulasi
masih
menggunakan sistem layanan tertutup. Bulan November 1998 perpustakaan kembali pindah
menempati gedung baru di Kampus Anggrek, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Jakarta Barat,
lokasi
perpustakaan
terletak
di
lantai III,
IV,
dan V, dengan
luas
+
1268 cm2.
Tahun
1999
layanan
perpustakaan
telah
terkomputerisasi
dengan
sistem
informasi
yang
|
46
kemudian diberi
nama Sistem Informasi Perpustakaan (SIPus). SIPus
ini
meliputi
layanan
bagian
pengadaan,
pengolahan,
serta
sirkulasi.
Sistem
layananpun
sudah
terbuka
(open
acces sevices),
sehingga
mahasiswa, dosen, dan karyawan dapat
mencari buku
sendiri di
rak. Jasa peminjaman koleksi diberikan kepada mereka yang menjadi anggota
perpustakaan.
Diharapkan
dengan
berubahnya
sistem layanan,
UPT
Perpustakaan
akan
semakin dekat dengan penggunanya.
Pada September 2001, Perpustakaan The Joseph Wibowo Centre (JWC) yang
berlokasi di Jalan Hang Lekir
I
No. 6 resmi dibuka. Perpustakaan JWC khusus
melayani
dosen, mahasiswa S2, dan Kelas Internasional dengan sistem layanan terbuka (open access
services). Mahasiswa dan dosen S1 hanya dapat
mengunjungi
atau
membaca di
tempat
koleksi perpustakaan JWC. Perkembangan UPT Perpustakaan Universitas Bina Nusantara
terus berlanjut hingga tahun 2002 dengan terus dikembangkannya SIPus dengan beberapa
penambahan-penambahan layanan. SIPus yang baru saat ini sudah dapat melayani melayani
penggunanya yang ingin menelusur, memesan
(booking), dan memperpanjang pinjaman
buku via web.
Misi dari perpustakaan Universitas Bina Nusantara adalah :
1. Menunjang terwujudnya iklim akademik yang bersifat ilmiah dan profesional
dengan
menyediakan
koleksi
dan
akses
informasi
yang
luas
berbasis teknologi
informasi.
2. Memenuhi kebutuhan informasi di era globalisasi melalui kerja sama dengan
berbagai lembaga dan pusat informasi.
3. Mendukung proses belajar mengajar, penelitian, dan program pengembangan pada
berbagai bidang.
|
![]() 47
Bahan-bahan pustaka, terutama
buku, diklasifikasikan menurut bidang
pembahasannya. Menurut hasil survey literatur di perpustakaan Universitas Bina
Nusantara kampus Anggrek, klasifikasi pustaka adalah sebagai berikut :
Ilmu Komputer dan Matematika (Computer Science and Mathematics)
Ilmu akuntansi dan informasi (Accounting and Information Science)
Seni, Arsitektur dan Kemanusiaan (Arts, Architecture and Humanities)
Ekonomi dan Manajemen (Economics and Management)
Ilmu Sipil dan Teknologi (Engineering and Technology)
Ilmu Manajemen Industri (Industrial Planner)
Umum (General Interest)
Koran dan Majalah (Newspapers and Magazines)
Koleksi referensi adalah sebagai berikut :
Biografi (Biographies)
Kamus dan Ensiklopedi (Dictionaries and Encyclopedia)
Indeks dan Abstraksi (Indexes and Abstracts)
Hak Paten (Patents)
Standarisasi (Standards)
Data Statistik (Statistical Data)
Layanan UPT Perpustakaan Kampus
Anggrek
memakai sistem tertutup dan sistem
semi tertutup. Berikut ini layanan yang diberikan oleh perpustakaann ini diantaranya adalah
1. Layanan Sirkulasi, meliputi :
1. Peminjaman
dan
pengembalian
koleksi.
Mahasiswa
dan
karyawan
(yang
menjadi anggota Perpustakaan) dapat meminjam 1 buku selama 1 minggu.
|
48
Dosen dapat meminjam 1 buku
untuk
mingguan dan 2 buku untuk 1 semester.
Keterlambatan pengembalian buku akan dikenakan denda sesuai dengan aturan
yang berlaku.
2.
Perpanjangan. Pengguna yang telah habis masa pinjamnya, dapat kembali
memperpanjang
pinjamannya
selama 1
minggu,
(kecuali
buku
dosen
yang
dipinjam 1 semester). Perpanjangan
harus dilakukan sendiri oleh pengguna
via
website
perpustakaan (dengan catatan koleksi tersebut sedang tidak ada yang
membooking).
3. Pemesanan
buku
(Booking
Book).
Seluruh
anggota
perpustakaan
dapat
membooking buku yang diinginkan dan hanya dapat dilakukan via website
perpustakaan.
4.
CD-ROM. Layanan yang menyediakan berbagai informasi dengan media CD-
ROM
serta
memuat
ratusan
ribu
cantuman data
bibliografis
dan
abstraknya.
Layanan ini tersedia di lantai 5 dan merupakan "layanan tertutup" (anda harus
menghubungi petugas untuk mendapatkan pelayanan).
5. Layanan Skripsi Koleksi skripsi hanya dapat dibaca ditempat dan tidak dapat di
fotokopi. Layanan semi tertutup ini hanya berlaku bagi mahasiswa semester V
dan diatasnya.
6. Penitipan
Barang (Loker). Seluruh pengunjung perpustakaan
harus
menitipkan
barang bawaannya seperti: tas, map, file, jaket, topi, makanan, dan minuman ke
tempat penitipan barang (loker) di lantai 3.
|
49
2. Layanan Referensi, meliputi :
1. Peminjaman
dan
Pengembalian
Koleksi.
Seluruh
anggota
Perpustakaan
Universitas
Bina
Nusantara
dapat
meminjam seluruh
koleksi
referensi.
Masa
peminjaman maksimal selama 3 jam. Layanan ini terdapat di lantai 4.
2. Penelusuran
Informasi.
Perpustakaan
akan
membantu
pengguna
untuk
memperoleh informasi, baik berupa
data bibliografis maupun artikel full text
dengan topik tertentu yang diperoleh dari berbagai sumber informasi yang ada.
Petugas Referensi akan memandu pengguna dalam proses penelusuran tersebut.
3.
Bimbingan Pemakai. Bimbingan yang diberikan adalah membantu pengguna
mengenai tata cara pemakaian OPAC/penelusuran bahan pustaka secara on-line,
temu kembali koleksi, atau penelusuran informasi melalui koleksi referensi.
3. Layanan Fotokopi. Layanan ini berada di lantai 3 dengan jam operasi pukul 11.00-
19.00 WIB. Tata cara fotokopi sesuai dengan peraturan hak cipta yang berlaku.
Total koleksi yang dimiliki oleh UPT Perpustakaan Bina Nusantara saat ini
berjumlah 35.452 eksemplar dengan 13.472 judul buku. Penomoran koleksi berdasarkan
kepada sistem standar internasional yaitu Dewey Decimal Classification (DDC). Susunan
buku
diurut
berdasarkan
nomor
panggil
(Call Numbers)
Mahasiswa
dapat
mencari
buku
yang ada didalam koleksi Perpustakaan
Universitas
Bina Nusantara dengan
menggunakan
fasilitas
Online
Public Access
Catalogue
(OPAC).
Penambahan
koleksi
berdasarkan
anggaran yang telah ditentukan untuk 1 tahun pengajaran, ini bisa mencapai ratusan buku
baru. Judul buku baru untuk penambahan koleksi ditentukan dari permintaan jurusan. Jenis
koleksi yang dimiliki perpustakaan adalah :
|
50
1. Buku
a.
Teks : koleksi yang dapat dibawa pulang oleh mahasiswa, karyawan dan
dosen. Koleksi ini dapat ditemukan di lantai 3 untuk koleksi dengan nomor
000-500. Sedangkan untuk koleksi dengan nomor 600-900 tersedia di lantai
4.
b. Tandon
:
koleksi asli
dari seluruh
koleksi
perpustakaan.Koleksi
ini
hanya
dapat dibaca ditempat atau difotokopi. Koleksi ini tersedia di lantai 5.
c.
Referensi : koleksi ini dapat ditemukan di lantai 4 dengan menghubungi
petugas referensi terlebih dahulu. Koleksi referensi hingga saat ini meliputi
koleksi ensiklopedia, kamus, jurnal, handbooks, himpunan peraturan, dan
kumpulan artikel. Untuk peminjaman koleksi referensi, peminjaman dibatasi
dengan jangka waktu maksimal 3 jam peminjaman.
d. Restricted
:
Merupakan
koleksi
yang
diperuntukkan
khusus
bagi
dosen/pengajar di Universitas Bina Nusantara. Koleksi ini berupa manual
solution. Dosen dapat
meminjam koleksi
ini
hanya selama tiga
hari. Letak
koleksi restricted bersatu dengan koleksi referensi, yaitu di lantai 4.
e.
Majalah : Seluruh koleksi majalah baru yang dilanggan oleh UPT
Perpustakaan Bina Nusantara, disimpan di bagian referensi. Peminjam yang
ingin membaca koleksi harus menyerahkan kartu identitas/Binus Card.
f.
Jurnal : Koleksi jurnal yang dimiliki oleh UPT Perpustakaan Bina Nusantara
meliputi
jurnal
terbitan
Universitas
Bina Nusantara dan
terbitan
instansi/lembaga lain.
|
51
g. Kliping : Subyek kliping yang tersedia adalah Pendidikan, Sastra, Ekonomi,
Arsitektur, Teknologi Informasi, Manajemen, Industri, Tokoh, Kisah
Sukses, dan Kesehatan. Peminjam yang
membutuhkan artikel asli kliping
dapat menghubungi petugas referensi.
2.
Skripsi. Hasil skripsi dari mahasiswa Bina Nusantara yang
telah lulus dan akan
bertambah setiap tahunnya sekitar 200-300/tahun tergantung dari jumlah mahasiswa
yang lulus. Koleksi ini hanya dapat dibaca ditempat dan tidak diperbolehkan untuk
difotokopi.
Peminjam yang
ingin
membaca
koleksi
harus
menyerahkan
kartu
identitas/Binus Card. Koleksi ini terletak di lantai 5.
3. CD ROM. Layanan yang menyediakan berbagai informasi dengan media CD-ROM
serta
memuat ratusan ribu cantuman data bibliografis dan abstraknya. Layanan ini
tersedia
di
lantai
5
dan
merupakan
"layanan tertutup" (anda harus menghubungi
petugas untuk mendapatkan pelayanan).
4.
Koleksi Elektronik. Bina Nusantara Digital Library sebagai salah satu institusi
pendidikan
yang
telah
menerapkan
teknologi
informasi
dalam suatu
sistem web
based ingin memberikan sarana kepada para civitas academicanya agar dapat
dengan mudah mengakses informasi yang ada di Perpustakaan Universitas Bina
Nusantara, serta untuk memperlancar dan mempermudah proses belajar mengajar di
Universitas Bina Nusantara. Koleksi
Elektronik ini berupa skripsi (bibliografi dan
|
![]() 52
Perletakan koleksi buku buku perpustakaan Universitas Bina Nusantara adalah :
1. Lantai 3 : Koleksi bernomor kelas 000 - 500, transparansi kuliah
2. Lantai 4
:
Koleksi bernomor kelas 600 - 900, koleksi referensi, restricted, kliping,
dan budel majalah.
3. Lantai 5 : Koleksi tandon, Skripsi, dan CD ROM.
Foto 45 : R. Skripsi
Foto 46 : R. CD ROM
Foto 47 : R. baca lt.5
Foto 48 : R. Koleksi lt.5
|
![]() 53
Foto 49 : R. Baca lt.4
Foto 50 : R. Koleksi lt.4
Foto 51 : R. Referensi
Foto 52 : Rak Koleksi Majalah
Foto 53 : R. Koleksi lt.3
Foto 54 : R. Peminjaman / Pengembalian
|
![]() 54
Foto 55 : R. Penitipan Barang
Foto 56 : R. Baca lt.3
Foto 57 : R. Fotokopi
Foto 58 : R. Pengelola
Foto 59 : R. Pengadaan
Foto 60 : R. Kepala Perpustakan
|