![]() 5
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang Dewasa Ini.
Pengertian agama bagi
orang Jepang berbeda dengan orang Indonesia.
Pengertian agama bagi orang Indonesia lebih mengarah kepada agama samawi, agama
yang
mempunyai
nabi
dan
kitab
suci.
Sedangkan bagi orang Jepang Shinto lebih
merupakan kepercayaan yang memuja nenek moyang tanpa adanya nabi dan kitab suci.
(Rosidi, 1981:80)
Ross (1983:3) mengemukakan arti agama bagi orang Jepang adalah sebuah cara
untuk
menjalani
hidup, bukan
sebuah kepercayaan
atau
teori
untuk
dijelaskan
secara
filsafat.
Kebanyakan
orang
Jepang
mengaku
beragama
Budha dan
Shinto,
tetapi
orang-orang muda
mempunyai
kecenderungan
untuk mengaku
bahwa
mereka
sebenarnya tidak memeluk suatu agama pun. Bagi mereka agama hanya merupakan
ikatan-ikatan yang hanya menjadi beban belaka, karena banyak hal dalam agama yang
mereka peluk, baik Budha maupun Shinto tidak memuaskan
logika mereka
yang kritis.
(Rosidi, 1981:80)
Berikut ini adalah hasil survey mengenai kepercayaan orang Jepang yang
Jepang yang merupakan anggota website tersebut.
|
![]() 6
Gambar 2.1
Survey Kepercayan Orang Jepang
Dari
hasil
survey
di
atas,
kita
dapat
melihat
bahwa
orang
Jepang
mengaku
bahwa mereka tidak beragama. Bahkan dari gambar ketiga, orang Jepang tidak
menganggap agama adalah sesuatu
yang penting dalam kehidupan sehari-hari mereka.
|
7
Pada gambar keempat dapat dilihat bahwa banyak orang Jepang yang merayakan
upacara pernikahan mereka dengan tradisi agama Kristen.
Di Jepang sekarang ini, agama yang menjadi pilihan orang Jepang adalah
Budha. Tetapi banyak juga orang-orang Jepang yang pergi ke Jinja pada tahun baru atau
bahkan banyak juga orang Jepang yang datang ke gereja untuk merayakan upacara
perkawinan. Hal ini merupakan suatu kebiasaan atau tradisi yang pengaruhnya berasal
dari agama Budha yang telah berfusi dengan Shinto. Kedua kepercayaan yang telah
berfusi ini telah banyak berperan penting dalam kehidupan spiritual orang Jepang selama
berabad-abad. Prinsip agama Budha mengenai pemujaan leluhur membuat agama Budha
mudah diterima
oleh orang Jepang dan berfusi dengan Shinto. Meskipun demikian,
agama bagi orang Jepang
lebih
seperti suatu kebiasaan daripada kepercayaan.
(Takei,
2001:36-37)
Rosidi (1981) juga mengungkapkan bahwa agama Budha dan Shinto
sama-sama tidak mempunyai konsep ketuhanan. Oleh karena itu Budha dan Shinto dapat
berfusi dengan baik. Peleburan Budha dan Shinto akhirnya dapat berperan penting
dalam hidup sehari-hari orang Jepang. Bila ada kelahiran maka orang akan pergi ke kuil
Shinto, tetapi bila ada yang meninggal maka orang akan pergi ke kuil Budha.
2.2 Konsep Ajaran Shinto dan Kepercayaan Terhadap Dunia Lain
2.2.1 Konsep Shinto
Menurut Tanaka (1990:294-295) ada pengertian Shinto seperti berikut ini:
?????????????????????????????????
????????????????????????????????
????????????????????????????????
|
8
??????????????????
Secara umumnya Shinto adalah sebuah kata yang dipakai untuk mewakili
kepercayaan tradisional orang Jepang yang berbasis kepercayaan terhadap dewa
dan
roh.
Dan
bukan
hanya
itu
saja,
secara luas
ajaran
Shinto
juga
menjadi
pedoman bagi orang Jepang dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya.
Littleton (2002) juga mengungkapkan bahwa Shinto adalah kepercayaan asli
orang Jepang. Inti ajaran kepercayaan
ini adalah
untuk
memuja kami, yang bisa juga
diterjemahkan sebagai dewa, roh alam, atau
hanya keberadaan spiritual. Shinto
merupakan kombinasi dari dua buah huruf Cina (
??
,
shen
tao)
yang berarti dewa
dan jalan. Secara harafiah, Shinto mempunyai arti, Jalan Dewa. Shinto tidak memiliki
dogma yang mengikat, tidak memiliki tempat yang paling suci untuk para pemuja, tidak
ada orang atau dewa yang dianggap paling suci, dan bahkan tidak mempunyai ketetapan
doa.
Shinto adalah
sekumpulan
ritual
dan
metode
yang
terbentuk
untuk
menengahi
hubungan antara orang yang hidup dan dewa.
Tsuda dalam Kuroda (1993:10) membagi pengertian kata Shinto menjadi enam
bagian:
1. Kepercayaan yang
terbentuk dari adat-istiadat asli orang Jepang, termasuk
juga didalamnya kepercayaan terhadap takhyul.
2. Wewenang, kekuatan, kegiatan atau perbuatan dewa,
status dewa, menjadi
dewa atau dewa itu sendiri.
3. Konsep dan ajaran mengenai dewa.
4. Ajaran yang disebarkan oleh kuil-kuil tertentu
5. Jalan Dewa sebagai norma politik dan moral
6. Sekte Shinto seperti yang ditemukan di agama baru.
|
9
Shinto
telah
lama
menjadi elemen
penting di dalam kepercayaan
masyarakat
Jepang. Shinto
juga
merupakan
kepercayaan
primitif
yang
mengajarkan
tentang
pemujaan terhadap alam dan pantangan terhadap kegare (kekotoran). Tetapi Shinto tidak
memiliki
sistem doktrin,
Shinto
hanya
terbentuk
dari
bermacam-macam kepercayaan
rakyat. Tetapi pada saat bersamaan, Shinto juga memiliki beberapa unsur keagamaan
seperti,
ritual
keagamaan
dan
kuil.
Bahkan Shinto
juga
berperan
penting
di
dalam
mitologi kuno Jepang dan telah memberikan pedoman dasar bagi orang Jepang untuk
memuja leluhur dan kaisar. (Kuroda, 1993:7)
2.2.2 Konsep Dunia Lain
Dalam
?????????
(1996:172-173) disebutkan pengertian dunia
lain atau yang dalam bahasa Jepang disebut ??? adalah sebagai berikut:
????????????????????????????????
????????????????????????????????
????????????????????????????????
????????????????????????????????
???????????? ???????????????????
????????????? ??????????????????
?????????????? ?????????????????
??????????????? ????????????????
???????????????? ??????????
Dapat disebut juga shigo no sekai, yang berarti dunia setelah mati, dan yomi no
kuni yang berarti dunia kegelapan. Orang Jepang secara tradisional pada
dasarnya percaya pada kehidupan setelah
mati,
arwah
orang
yang
sudah
mati
secara berangsur-angsur akan kehilangan kepribadiannya sampai pada akhirnya
|
10
setelah tiga puluh tiga tahun kematiannya akan bersatu dengan arwah leluhur.
Lalu arwah tersebut selanjutnya akan menjaga orang yang hidup, mengunjungi
sanak-saudaranya pada saat liburan tahun
baru,
dan
pada
saat
musim
panas
ketika Festival Obon berlangsung, arwah tersebut akan datang untuk
menjaga
tanaman padi.
Dengan pengecualian, apabila arwah tersebut meninggal dengan
cara tragis dan sadis, dipercaya ia akan menjadi dewa jahat yang ingin
membalas dendam (onryo atau goryo) yang perlu ditentramkan.
Budha telah merubah pemikiran tradisional ini, dengan memperkenalkan
gagasan
seperti
reinkarnasi dan
dunia yang
berbeda dimana
orang
yang
mati
tersebut akan lahir kembali. Pada saat periode Kamakura sedang berlangsung,
kepercayaan terhadap bermacam-macam neraka dan juga kepercayaan terhadap
surga
menjadi
populer.
Dipercaya
bahwa
pada
hari
ke-49
setelah
kematian,
orang yang mati akan melewati gunung dan menyeberangi sungai (Sanzu no
Kawa) sebelum di adili oleh raja Enma atau 10 raja dan diangkat ke dunia lain
untuk kehidupan selanjutnya.
2.2.3 Konsep Hubungan Shinto Dengan Dunia Lain
Rosidi
(1981:82)
mengatakan
bahwa, Shinto pada dasarnya adalah
kepercayaan
animistik.
Ia
mempertuhan
segala
sesuatu
yang
dianggap
luar
biasa.
Pengertian
animisme
seperti
yang
ditulis
dalam
?????????
(1996:268-269) adalah kepercayaan terhadap adanya kehidupan spiritual di dalam
sebuah
benda,
fenomena
alam,
dan
alam semesta
itu
sendiri
mampu
mempengaruhi
manusia. Dari kedua teori di atas, sudah terlihat dengan jelas bahwa Shinto memang
mempunyai hubungan yang erat dengan dunia lain.
Dalam Shinto ada upacara untuk membersihkan diri dari roh-roh yang jahat.
Upacara tersebut terdiri dari harai (pengusiran roh jahat), misogi (pembersihan diri) dan
imi
(pantangan). Harai
biasanya dilakukan oleh pendeta, misogi
dilakukan dengan air
atau garam, sedangkan
imi
biasa dilakukan oleh para pendeta sebagai usaha untuk
menghindarkan kekotoran diantaranya dengan cara berpantang. (Rosidi, 1981:83)
|
![]() 11
Berikut ini adalah pengertian harai, misogi, dan imi menurut buku
?????
????
(1996:149, 151 & 223):
1. harai atau disebut juga harae adalah istilah umum yang dipakai oleh upacara
pembersihan Shinto. Fungsi dasar harai
adalah upacara pembersihan untuk
mempersiapkan peserta upacara sebelum bertemu dengan Dewa. Dalam
harai juga terdapat ritual penebusan dan hukuman bagi pelanggaran terhadap
sesuatu yang suci atau keramat.
2. misogi adalah ritual pembersihan Shinto. Arti dari kata misogi sendiri adalah
ritual pembersihan tubuh dengan
menggunakan
air
untuk
menghilangkan
segala kekotoran baik secara fisik maupun spiritual.
3. imi adalah ritual untuk menjauhi segala benda, orang, tempat, waktu,
kegiatan, atau kata yang dianggap keramat. Konsep imi
bisa dikatakan
berhubungan
erat
dengan
suatu gagasan ketidaksucian (kegare)
Salah
satu
contohnya adalah pantangan tradisional yang meliputi kelahiran, menstruasi,
dan kematian. Ada juga imikotoba yang merupakan sebuah pantangan dalam
kata dan ekspresi. Selain imikotoba ada juga pantangan terhadap angka
(imikazu).
2.3 Konsep Hantu Dalam Masyarakat Jepang
Pada
umumnya
hantu
di
Jepang
disebut
Obake.
Menurut
Screech dalam (
mengungkapkan bahwa
dalam bahasa Jepang istilah hantu biasanya disebut Obake. Obake merupakan sebuah
kata yang berasal dari kata bakeru yang dalam bahasa Indonesianya berarti berubah.
|
![]() 12
Oleh sebab itu Obake mempunyai arti sesuatu yang dapat berubah-ubah bentuk. Obake
mempunyai beraneka ragam wujud dan jenis. Yang termasuk dalam Obake adalah yokai,
yuurei
dan oni.
Yokai
adalah
hantu
yang
muncul
secara
tiba-tiba.
Sedangkan
yuurei
adalah, arwah atau roh halus. Dan oni sendiri mempunyai arti iblis atau raksasa.
Sargent
dalam (
juga
mengungkapkan bahwa karena ada perbedaan bahasa, istilah Obake dalam bahasa
Jepang juga bisa diartikan monster. Oleh sebab itu jenis-jenis Obake sangat banyak.
Mengenai yuurei seperti yang ditulis dalam
?????????
(1996:252-253) adalah:
????????????????????????????????
????????????????????????????????
????????????????????????????????
????????????????????????????????
????????????????????????????????
????????????????????????????????
????????????????????
Hantu (yuurei) adalah roh orang yang sudah meninggal yang muncul dengan
wujud seperti bayangan. Hantu kembali ke dunia ini dengan tujuan khusus dan
juga untuk memperlihatkan dirinya kepada orang-orang tertentu. Kebanyakan
dari orang-orang itu adalah kerabat dan orang yang mempunyai hubungan intim
dengan hantu tersebut. Roh-roh orang
yang
meninggal dengan kekerasan atau
meninggal
secara
tidak wajar,
dipercaya
tidak
akan
bisa
melewati
gerbang
terakhir di dunia kematian. Oleh karena itu hantu tersebut akan memperlihatkan
dirinya kepada kerabat atau orang yang dikenalnya dan menunjukan
keseganannya kepada dunia. Pada pertengahan zaman Edo, hantu di dalam
cerita
hantu seperti Tokaido
Yotsuya
Kaidan
dan
Botan Doro
digambarkan
mempunyai rambut yang terurai, tangan yang panjang dan tidak mempunyai
kaki.
|
13
Sementara itu Aiko (2002:59) juga mengungkapkan bahwa yuurei kebanyakan
hadir dalam sosok wanita yang meninggal akibat patah hati, cemburu, rasa bersalah dan
bunuh diri. Yuurei
ini sendiri biasanya
hadir dalam sosok wanita mengenakan kimono
putih (kitabira) yang merupakan pakaian yang biasa
dikenakan pada saat seseorang
dimakamkan. Yuurei tidak memiliki kaki dan biasanya mengenakan ikat segitiga di
keningnya (hitaikushi). Yuurei juga biasanya muncul di 1/4
malam sekitar
jam 2-3 dini
hari.
Menurut Tanaka (1990:332-333) disebutkan juga bahwa hantu adalah roh orang
yang telah
meninggal yang
meninggal dengan tidak bahagia dan menyimpan dendam.
Kata hantu di Jepang pertama-tama
disebut urameshiya yang berarti kutukan ada
bersamamu. Hantu di Jepang biasanya akan muncul pada saat malam yang suram ketika
hujan.
Hantu
juga
dapat
muncul
dimana
saja,
dan
biasanya
berwujud
sama
dengan
wujud tubuh mereka sebelum meninggal. Hantu tersebut hanya memperlihatkan dirinya
kepada
orang-orang
yang
dianggapnya
perlu.
Dan
biasanya hantu
di
Jepang
juga
dibedakan berdasarkan ketidak beradaan kakinya.
|