BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Mutu (kualitas)
Pada awal dekade 1900-an mutu diartikan
sebagai
pemeriksaan
dan
inspeksi, semua barang jadi diperiksan dan setiap cacat diperbaiki.
Pada
dekade
1940-an
mutu
mendapat konotasi statistik. Beberapa
pelopornya adalah Shewart,
Dodge,
Romig,
dan
Nelson
yang
mengembangkan gagasan bahwa setiap proses produksi tergantung pada tingkat
variasi alami tertentu. Manajer pengendalian mutu lah yang bertanggung jawab
untuk menemukan tingkat ini melalui metode statistik dan untuk menjamin
adanya pengendalian proses produksi.
Pada dekade 1940-an mutu diperluas diluar produksi untuk mencakup
semua fungsi lain yang menggunakan konsep total pengendalian mutu. Dengan
total pengendalian mutu
kesuluruhan
organisasi dimobilisasi
untuk membantu
menghasilkan produk yang bermutu.
Pengertian istilah mutu sekarang diperluas lagi untuk mencakup cacat-nol,
penyempurnaan berkesinambungan dan fokus pelanggan.
|
16
Mutu pada umumnya telah didefinisikan sebagai kecocokan penggunaan
oleh pelanggan. Kecocokan penggunaan adalah konsep rerlatif yang berbeda
antara pelanggan satu dengan pelanggan lainnya.
Menurut
juran
dan
kawan-kawan
(1988)
kecocokan
penggunaan
didasarkan
atas 5 ciri mutu yaitu :
a. Teknologi (kekuatan dan kesulitan)
b. Psikologis (cita rasa, kecantikan, status)
c. Orientasi waktu (kehandalan dan kemampuan perawatan)
d. Kontraktual (jaminan)
e. Etika (kesopanan, presonel penjualan, kejujuran)
Mutu
untuk
suatu
produk
manufaktur ditentukan terutama oleh
karakteristik teknologi, kontraktual dan orientasi waktu, sedangkan produk jasa
mungkin melibatkan semua ciri yang disebut diatas.
Daur
mutu produk
yaitu
mulai
dari kebutuhan pelanggan melalui mutu
rancangan,
produksi,
mutu
kesesuaian, dan penggunaan
oleh
pelanggan.
Daur
ini
dikendalikan
dengan
merumuskan atribut
mutu,
menentukan
bagaimana
mengukur,setiap atribut, menetapkan standar
mutu,
merumuskan
program
pemeriksaan, dan menentukan serta memperbaiki mutu yang jelek.
|
![]() 17
Penyempurnaan berlanjut atas sistim melalui pencegahan kerusakan adalah
pendekatan yang lebih disukai.
Perubahan asumsi mutu :
Tabel 2.1 Perubahan Asumsi Mutu
Dari
Ke
Reaktif.
Proaktif.
Pemeriksaaan.
Pencegahan.
Tingkat mutu yang layak.
AQL(Acceptable Quality Level).
Kerusakan nol.
ZD(Zero Defect).
Orientasi mutu.
Orientasi organisasi.
Mencari kesalahan.
Memecahkan masalah.
Mutu versus operasi.
Mutu dan operasi.
Biaya atau mutu.
Biaya dan mutu.
Operasi saja.
Rancangan produk, rancangan proses,
dan operasi.
Dugaan biaya mutu.
Pelaporan resmi biaya mutu.
Terutama disebabkan pekerja
kerah biru.
Terutama disebabkan pekerja kerah
putih.
Kerusakan harus disembunyikan.
Kerusakan harus di soroti.
Departmen mutu mempunyai
masalah mutu.
Pembelian, R&D, pemasaran dan operasi
mempunyai masalah mutu.
Disubordinasikan pada tim
manajemen.
Bagian dari tim manajemen.
Manajer umum tidak dinilai
berdasarkan mutu.
Prestasi mutu merupakan penilaian dari
manajer umum.
Biaya mutu lebih besar.
Biaya mutu lebih kecil.
Memenuhi spesifikasi.
Penyempurnaan berlanjut.
Mutu bersifat teknis.
Mutu bersifat manajerial.
Jadwal dulu.
Mutu dulu.
Sumber : Manajemen Operasi, Schroeder Roger G, hal. 192
|
![]() 18
Beberapa definisi kualitas(mutu) berdasarkan:
Tabel 2.2 Definisi Mutu
Pelanggan
Nyaman digunakan, sesuai keinginan konsumen.
Manufaktur
Sesuai dengan desain, tidak memiliki cacat
Produk
Produk memiliki sesuatu nilai tambah yang tidak dimiliki
oleh produk sejenisnya
Nilai
Produk merupakan kombinasi terbaik dari harga dan fitur-
fiturnya
Utama
Sesuatu yang baik
Sumber : Intro to Quality Improvement 1.htm
2.2
Quality Tools
Adalah alat (tool) yang digunakan untuk mengukur dan meneliti setiap aspek
dari
pembuatan(creation) suatu produk. Quality tool Terbagi menjadi 2 yaitu
Basic Seven Tools dan New Seven Tools, dimana Basic Seven Tools adalah alat
bantu dalam pengolahan data untuk peningkatan kualitas dan New Seven Tools
adalah alat bantu dalam memetakan masalah secara terstruktur, guna membantu
kelancaran komunikasi pada tim kerja, dan untuk pengambilan keputusan.
|
![]() Sumber : Power Point Presentation, The Basic Seven (B7) Of Quality, Keith Cooper.
Gambar 2.1 Hubungan Basic Seven
Tools Dengan New Seven Tools.
2.2.1
Basic Seven Tools
Merupakan
alat-alat
yang
menampilkan
data secara
statistik,
alat-alatnya tediri
dari :
2.2.1.1.
Lembar Pengumpulan Data.
Digunakan untuk mempermudah pengumpulan data, dimana seluruh data
dari
masing-masing
bagian
di
kumpulkan
dalam bentuk
laporan,
kemudian
mengkoreksi data yang berhubungan dengan masalah yang akan diatasi.
|
![]() 20
Produk : Scanner
Tgl./Bln./Thn. :1-30 april 2005
Tahap Produksi : Akhir
Seksi : Produksi
Jenis Cacat : Kaca, Double side tape, Dll.
Nama Pemeriksa : Amir
Banyak produk yang diperiksa : 1000 unit
Jenis Kerusakan
Hasil Pemeriksaan
Frekuensi
Kaca
IIII
4
Doubel side tape
IIIII
5
Lain-lain
II
2
Total
-
11
Tabel 2.3 Contoh Lembar Pengumpulan Data
Langkah-langkah membuat Lembar Pengumpulan Data :
a. Pertimbangkan secara tepat data apa yang akan dikumpulkan.
b.
Definisikan dengan jelas masing-masing karakteristik sehingga setiap
orang memiliki pemahaman untuk mengenai karakteristik tersebut dan
satuan.
c. Pertimbangkan jika anda mengharapkan untuk memisahkan data
tersebut menurut beberapa faktor.
d.
Pertimbangkan kapan, dimana, bagaimana, dan dalam bentuk
apa data
tersebut akan dikumpulkan.
e. Temukan dan buat tipe
yang paling sesuai dari formulir pengumpulan
data.
f.
Setelah
mendesain
dan
membuat
formulir
pengumpulan
data,
lakukan
uji coba.
g.
Tanyakan pendapat mereka, kemudian buat beberapa perubahan yang
diperlukan.
h. Seluruh data harus menjadi sebuah informasi.
|
![]() 21
2.2.1.2. Stratafikasi (Penggolongan).
Stratafikasi
berkaitan
dengan
pemisahan
data
ke
dalam katagori-
katagori. Stratafikasi membagi katagori keseluruhan (area total perhatian) ke
dalam katagori-katagori
yang
lebih kecil
atau
sub kelompok
terkait untuk
mengidentifikasi faktor-faktor penyebab yang mungkin dari suatu masalah.
Jadi stratafikasi adalah sebuah metode
pemisahan,
perbandingan
dan
penganalisaan
data.
Stratafikasi dapat
digunakan
untuk
mengidentifikasi
katagori-katagori mana yang berkontribusi terhadap masalah yang sedang
dianalisis sepanjang waktu perbaikan terus menerus atau menguraikan
persoalan
menjadi
golongan
sejenis
yang lebih besar atau menjadi unsur-
unsur tunggal dalam persoalan, seperti :
Jenis cacat/Kerusakan.
Penyebab Kecacatan.
Lokasi Kecacatan.
Material dari pembuatan unit kerja, operator, waktu, dsb.
Langkah-langkah dalam strarafikasi :
a. Pilih variabel yang akan distratafikasi.
b. Tetapkan katagori yang akan digunakan.
c. Hitung banyaknya pengamatan dalam setiap katagori.
d. Tampilkan hasil dengan metode grafik atau tabel yang secara cepat
mampu menampilkan datas stratafikasi itu.
|
![]() 22
No
Jenis Cacat
Frekuensi
Tabel 2.4 Contoh Tabel Stratafikasi
2.2.1.3. Diagram Pareto.
Dimulai oleh Vilfredo Pareto seorang ahli ekonomi dari Italia di abad
19, yang mempelajari penghasilan orang-orang dan mendapatkan bahwa
sedikit orang berpenghasilan besar dan banyak orang berpenghasilan sedikit,
diagram pareto didasarkan atas pemikiran itu. Pareto atau prioritas itu
sendiri
merupakan
diagram yang
terdiri dari
grafik
balok dan
grafik
garis
yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis masalah terhadap
keseluruhan.
Alat
untuk
membantu
mengidentifikasikan
masalah
yang
utama dan memilih masalah mana yang kita tanggulangi terlebih dahulu.
Masalah yang paling banyak terjadi ditunjukan oleh grafik batang
pertama
yang
tertinggi
serta
ditempatkan
pada
sisi
paling
kiri,
dan
seterusnya sampai masalah yang paling sedikit terjadi ditunjukan oleh grafik
batang yang terendah serta ditempatkan pada sisi paling kanan. Grafik ini
dapat digunakan untuk :
|
![]() 23
s
mempersempit daerah
masalah, karena selalu ada sumber masalah yang
dominan,
yang
menggambarkan
jenis
persoalan
sebelum dan
sesudah
perbaikan.
Menentukan frekuensi
relatif dan
urutan pentingnya
masalah
masalah
atau penyebab penyebab dari masalah yang ada.
Memfokuskan perhatian pada
isu
isu kritis dan penting melalui
pembuatan
ranking
terhadap
masalah
-
masalah
atau
penyebab
penyebab dari masalah itu dalam bentuk yang signifikan.
13000
12000
11000
10000
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
Diagram
Cacat
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0
GLASS
H/L
B.H.P
TIM NG,BELT
ING,BELT
Other
0%
Amount
Cacat
kom ponen
C
um. %
Diagram 2.1 Contoh Diagram Pareto
Langkah-langkah membuat Diagram Pareto :
a. Identifikasi katagori atau penyebab dari masalah yang akan di
bandingkan. Setelah
itu
merencanakan dan
melaksanakan pengumpulan
data.
|
24
b.
Membuat suatu ringkasan daftar atau table yang mencatat frekuensi
kejadian dari masalah yang telah diteliti dengan menggunakan formulir
pengumpulan data atau lembar periksa.
c. Buat
daftar
masalah
secara
berurutan
berdasarkan
frekuensi
kejadian
dari yang tertinggi sampai terendah serta hitunglah frekuensi kumulatif,
persentase dari total kejadian, dan persentse
dari
total
kejadian
secara
kumulatif.
d. Menggambar dua buah garis vertikal dan sebuah garis horizontal
e. Buat histogram pada diagram pareto.
f.
Gambar kurva kumulatif serta cantumkan nilai-nilai kumulatif (total
kumulatif atau
persentase
kumulatif)sebelah
kanan
atas
dari
interval
setiap item masalah.
g. Putuskan
untuk
pengambilan
tindakan
perbaikan
atas penyebab
utama
dari masalah yang sedang terjadi.
2.2.1.4. Diagram Batang
Diagram batang
merupakan
suatu
diagram yang
berbentuk
persegi
panjang
yang
dilengkapi
dengan
skala
sehingga ukuran datanya terlihat
dengan jelas. Digunakan untuk memudahkan mengetahui distribusi
frekuensi
atau
data
yang
ada
untuk
melihatkan
persoalan.
Diagram ini
menunjukan harga rata-rata dan derajat penyebaran sehingga kita lebih
mudah dalam melihat data.
|
![]() 25
Cacat Paper Stuck Periode Maret 2006 - Mei
2006
8
6
4
Cacat(x)
2
0
Tanggal
Diagram 2.2 Contoh Diagram Batang
2.2.1.5. Diagram Tebar
Menggambarkan korelasi dari suatu penyebab yang berkesinambungan
terhadap penyebab lain . digunakan untuk melihat ada/tidaknya korelasi dari
suatu penyebab terhadap penyebab lain.
Scatter Diagram
Korelasi
1500
1000
500
0
0
5
10
15
20
25
Jumlah Produk Cacat
Diagram 2.3 Contoh Diagram Tebar
|
26
Langkah-langkah membuat Diagram Tebar:
a. Kumpulkan pasangan data (x,y) yang akan dipelajari hubungannya serta
susunlah data itu dalam tabel.
b. Tentukan nilai-nilai maksimum untuk ke dua variabel x dan y. Buatlah
skala
pada
sumbu
horizontal
dan
vertikal
dengan
ukuran
yang
sesuai
agar diagram akan menjadi menjadi lebih mudah dibaca. Apabila kedua
variabel yang akan dipelajari itu adalah karakteristik kualitas dan faktor
yang mempengaruhinya, gunakan sumbu horizontal x untuk faktor yang
mempengaruhi
karakteristik
kualitas dan sumbu vertikal y untuk
karakteristik kualitas.
c. Tebarkan plot.
Berikan informasi secukupnya seperti :
interval
waktu,
banyaknya
pasangan
data(n), judul dan unit pengukuran dari setiap variabel pad agaris horizontal dan
vertikal, judul.
2.2.1.6. Diagram Sebab Akibat (Fishbone)
Diagram Sebab
Akibat
juga
dikenal
sebagai
Fishbone diagram atau
juga Ishikawa diagram. Diagram ini dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa
dari Universitas Tokyo pada tahun 1943.
Diagram sebab akibat adalah diagram
yang menunjukan
faktor-faktor
yang menjadi sebab suatu akibat, mengidentifikasi kesalahan sehari-hari
dari pengendalian
mutu, atau untuk
menemukan
faktor yang berpengaruh,
|
![]() sumber-sumber
permasalahan
dan
faktor penyebab dari suatu masalah.
Setiap tulang ikan mewakili sumber kesalahan. Cara untuk memulai suatu
diagram sebab akibat adalah dengan menggunakan 5 katagori :
*
Material (bahan-bahan untuk produksi)
*
Mesin / Peralatan
*
Tenaga kerja
*
Metode kerja
*
Lingkungan
Diagram sebab akibat dapat digunakan untuk :
Membantu mengidentifikasikan akar penyebab dari suatu masalah.
Membantu membangkitkan ide ide untuk solusi suatu masalah.
Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.
Diagram 2.4 Contoh Diagram Sebab-Akibat
|
![]() 28
Ke 5 katagori tersebut merupakan sebab dan memberikan daftar
yang baik untuk analisa awal. Langkah-langkah membuat Fishbone
diagram:
a. Buatlah bersama team.
b. Buatlah
sebuah
daftar
sebab-sebab
potensial
dengan
melakukan
penggalian ide (brainstroming).
c. Buat diagram sebab-akibat
Tempatkan pernyataan
masalah dalam kotak sebelah kanan
(kepala
ikan)
Gambar 3 6 tulang-tulang utama atau katagori-katagori
penyebab.
Tempatkan
ide-ide
hasil
barainstroming
pada
tulang-tulang
utama
paling sesuai.
Untuk masing-masingsebab tanyakan mengapa hal tersebut bisa
terjadi? dan catat jawabannya dalam sub tulang
d. Cari sebab-sebab yang muncul berulang. Data
mungkin diperlukan
untuk mengidentifikasikannya.
e. Diskusikan masing-masing sebab yang terdaftar, seperti yang diinginkan
oleh team.
f.
Capailah
kesepakatan
team,
misalkan sebab-sebab
mana
yang
berhak
mendapat perhatian lebih.
|
![]() 29
g. Perbaharui terus diagram sebab akibat tersebut setiap kali terdapat
masukan-masukan baru.
2.2.1.7. Control Chart (Peta Kendali).
Pertama
kali
diperkenalkan
oleh
Dr.
Walter
Andrew
Shewhart
dari
Bell Telephone Laboratories, Amerika Serikat, tahun 1924, dengan maksud
untuk menghilangkan variasi tidak normal memalui pemisahan variasi yang
disebabkan oleh penyebab khusus dan penyebab umum. Peta control
umumnya dipergunakan untuk :
a. Menentukan apakah suatu proses berada dalam pengendalian statistikal
b. Memantau proses terus menerus sepanjang waktu agar proses tetap
stabil secara statistik, dan hanya mengandung variasi penyebab umum.
c. Menentukan kemampuan proses.
Proporsi rusak
Peta Kendali
0,08
0,07
0,06
0,05
0,04
0,03
p
rata2
UCL
LCL
p
0,02
0,01
0
0
2
4
6
8
10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Tanggal
Grafik 2.1 Contoh Grafik Peta Kendali
|
![]() 30
Peta Kendali P
Langkah-langkah :
a. Tentukan ukuran contoh
b. Kumpulkan 20-25 set contoh
c. Hitung nilai proporsi cacat, yaitu P
bar
=
Total
Total
Cacat
Inspeksi
(1 - P
)
d. Hitung nilai simpangan baku,
yaitu S
=
P
bar
, jika P
p
bar
n
bar
dinyatakan dalam persentase, maka S
p
dihitung sebagai berikut : S
p
=
(100 - P
)
=
P
bar
p
bar
n
e. Hitung batas-batas control 3-sigma dari :
CL = P
bar
UCL = P
bar
+ 3S
c
LCL = P
bar
-
3S
c
f.
Plot
atau
tebarkan
data
proporsi
(atau
Persentase)
cacat
dan
lakukan
pengamatan apakah data itu beradad dalam pengendalian statistikal.
g.
Apabila data pengamatan menunjukan bahwa proses berada dalam
pengendalian statistikal, tentukan kapabilitas proses menghasilkan
produk yang sesuai (tidak cacat) sebesar (1-P
bar
)
atau (100% - P
bar
)
hal
ini serupa dengan proses menghasilkan produk cacat sebesar P
bar
.
|
31
h.
Apabila data pengamatan menunjukan bahwa proses berada dalam
pengendalian statistikal, gunakan peta kendali P untuk memantau proses
terus
menerus, tetapi apabila data pengamatan
menunjukan bahwa
proses tidak berada dalampengendalian statistikal, proses itu harus
diperbaiki
terlebih
dahulusebelum mengunakan
peta
kendali
P
untuk
pengendalian proses terus menerus.
2.2.2
New Seven Tools
New Seven tools atau suka disebut juga sebagai Manajemen Planning,
merupakan alat bantu statistik menengah untuk mengolah data verbal atau
kualitatif yang penerapannya dititik beratkan pada proses perencanaan untuk :
?
Pendekatan pemecahan masalah dengan data kualitatif melalui wawan
cara, diskusi, brainstroming, dll.
?
Pendekatan pemecahan masalah melalui pengalaman dan logika.
?
Menampung kebutuhan metode pemecahan masalah dalam rangka
menunjang TQC
2.2.2.1. Diagram Affinity
Diagram ini
merupakan
tool
yang
sangat
berguna
untuk
digunakan
ketika brainstorming (sumbang saran) adalah tujuan utamanya. Karena
memberikan peserta untuk lebih kreatif dan logis. Dengan mengembangkan
ide dari para peserta berarti
telah
memasuki sisi kreatif peserta dan
|
![]() 32
mengorganisir ide-ide itu yang membuat peserta melatih logikanya. Atau
singkatnya
Diagram Affinity
ini
digunakan
untuk
mengorganisir
tim
perencanan
dan
untuk
komunikasi
yang
menyeluruh
dalam kebijakan
manajemen.
Ada
3
instansi
penting
ketika Affinity
Diagram
digunakan.
Pertama, ketika permasalahan itu kompleks atau susah dimengerti. Kedua,
ketika
permasalahan
itu
sangat
luas dan dapat muncul menjadi
overwhelming (tidak diharapkan). Terakhir, ketika dukungan dan
keterlibatan dari tim lain dibutuhkan.
Diagram 2.6 Contoh Diagram Affinity
6 langkah dasar membuat Diagram Affinity
a. Identifikasi permasalahan.
b. Setiap orang menulis hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan pada
sebuah note card atau sticky notes.
c. Susun/atur setiap note card atau sticky notes kedalam logical piles.
d. Namai setiap pile dengan header.
e. Gambar Diagram Affinity.
f.
Diskusikan pile yang telah dibuat.
|
![]() 33
2.2.2.2. Diagram Interrelationship (Diagram Keterkaitan)
Tujuan utama dari Interrelationship Diagram adalah menggambarkan
hubungan antara hal-hal yang berbeda, sebab dan akibat. Seringkali diagram
ini
digunakan
sebagi
penghubung
dengan Affinity
Diagram.
Akan
sangat
berpengaruh gagasan ide yang mempengaruhi satu hal dengan satu hal yang
lain.
Diagram 2.7 Contoh Diagram Interrelationship
7 langkah membuat Diagram Interrelationship:
a. Identifikasi permasalahan.
b. Tulis setiap elemen yang terkait dengan tiap masalah yang ada didalam
kotak.
c. Gambar
panah
dari
elemen
yang
mempengaruh
ke
elemen
lain
yang
dipengaruhi.
d. Gambarkan pengaruh yang paling kuat, jika dua elemen mempengaruhi
satu sama lain.
e. Hitung panahnya.
|
![]() 34
f.
Element
dengan
jumlah
outgoing
terbanyak
akan
menjadi driver
atau
akar penyebab.
g. Elemen dengan panah
incoming terbanyak akan
menjadi key outcomes
atau hasil.
2.2.2.3. Diagram Tree (Diagram Pohon)
Diagram
ini
digunakan
untuk
menganalisa
dan
menggambarkan
sistematik atau permasalahan dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Diagram 2.8 Contoh Diagram Tree
5 langkah utama dalam membuat Tree Diagram :
a. Tentukan tujuan utama.
b. Ringkas atau singkat.
c. Brainstorm masalah utama
yang terlibat pada pemecahan
masalah dan
masukan mereka kedalam pohon.
d. Brainstorm sub tugas yang dapat juga dimasukan ke dalam pohon.
e. Lakukan ke 4 langkah diatas sampai semua kemungkinan habis.
|
![]() 35
2.2.2.4. Prioritization Grid
Digunakan untuk mengurutkan masalah berdasarkan tingkat
kepentingan. Dengan matrix ini diharapkan permaslahan utama dapat
diselesaikan terlebih dahulu,
sehingga
memudahkan
masalah
penyelesaian
masalah berikutnya.
Diagram 2.9 Contoh Diagram Prioritization Grid
8 langkah membuat Prioritization Grid
a. Identifikasi tujuan.
b. Urutkan kriteria dari yang kurang penting ke yang paling penting.
c.
Tunjuk
setiap
bobot
kriteria
untuk tiap
pilihan,
dan
yakin jumlah
dari
semua beban sama dengan 1.
d. Jumlahkan rating individu untuk setiap kriteria untuk menghasilkan
urutan
keseluruhan.
Bagi
berdasarkan
nilai
dari
pilihan
untuk
mendapatkan urutan rata-rata.
e. Urutkan pesanan tiap pilihan dengan hati-hati pada kriteria, rata-ratakan
rengking dan gunakan sebagai urutan lengkap.
|
![]() 36
f.
Kalikan bobot
kriteria
dengan urutan
kriteria
yang
terkait
untuk setiap
kriteria
yang
ada
di
matrix.
Hasilnya pada
setiap
sel
matrix
disebut
importance score.
g. Jumlahkan importance score untuk setiap laternatif.
h. Urutkan alternative tersebut untuk mengetahui tingkat kepentingan.
2.2.2.5. Matrix Diagram (Diagram Matrix)
Matrix ini digunakan untuk meneliti
hubungan
antara
unsur-unsur
didalam diagram matrix, dengan
catatan apabila
hubungan
tersebut
dapat
dijadikan suatu bilangan yang tetap untuk meringkas seluruh variabel yang
berpengaruh diadalam diagram matrix menjadi beberapa variabel
Diagram 2.10 Contoh Diagram Matrix
5
langkah dalam membuat Diagram Matrix
a. Putuskan faktor-faktor yang paling penting untuk membuat keputusan.
b. Pilih gaya atau model dari matrix yang akan sangat membantu.
c. Pilih simbol - simbol yang akan digunakan untuk mewakili keterkaitan.
|
![]() 37
d. Isi matrix dengan menggunakan faktor yang ditentukan dan simbol-
simbol.
e. Analisa kelengkapan pengisian matrix.
2.2.2.6. Process Decision Program Chart (PDPC)
Adalah diagram yang
rencana
implementasi targetnya
(tujuan)
tidak
terbatas pada perkembangan perkiraan semula. Tetapi rencana cara
pemecahannya sering tidak terduga. PDPC memberikan bimbingan ke arah
suatu hasil yang sedapat mungkin sesuai dengan yang diharapkan
sebelumnya sejalan dengan perkembangan situasi problem.
Diagram 2.11 Contoh Diagram Process Decision Program Chart
4 langkah utama dalam membuat Process Decision Program Chart :
a. Daftarkan atau urutkan langkah-langkah pada proses yang akan
dianalisa.
b. Daftarkan atau
urutkan apa
yang dapat menjadi salah pada setiap
langkah.
|
![]() 38
c. Daftarkan atau
urutkan
ukuran yang
menghalangi/berlawanan pada
permasalahan.
d. Evaluasi ukuran penghalang dengan
menempatkan
O
untuk dapat
dikerjakan dan
X
untuk tidak dapat dikerjakan.
2.2.2.7. Activity Network Diagrams (Diagram Kegiatan Jaringan)
Diagram
ini juga suka disebut
Arrow
diagram, diagram
ini
membuat
suatu rencana yang dapat disusun terperinci dan cermat serta dapat
mempermudah peninjauan ulang terhadap proyek yang sedang
dilaksanakan.
Diagram 2.12 Contoh Diagram Activity Network
Beberapa langkah membuat Activity Network Diagrams
a. Daftarkan /urutkan semua tugas-tugas.
b. Tentukan waktu yang dibutuhkan untuk setiap tugas.
c. Untuk setiap, tentukan tugas
yang harus dikerjakan sebelum tugas
umum dikerjakan.
d. Gambarkan diagram jaringan.
|
39
e. Masukan waktu early start dan early finish untuk setiap tugas.
f.
Masukan waktu late start dan late finish times untuk setiap tugas.
g. Masukan waktu slack.
h. Tentukan critical path.
2.2.2.1 Tahapan New Seven Tools
I
Tahap Identifikasi Masalah
Yaitu tahap menguji, menemukan, dan memperjelas keterkaitan masalah.
Tools nya Affinity Diagram dan Interrelation Diagram
II
Tahap Menyusun Rencana Pemecahan Masalah
Tahap untuk mengembangkan cara-cara pemecahan masalah. Tools nya
adalah Tree Diagram, Matrix Diagram dan Prioritization grid.
III Tahap Menyusun Rencana Implementasi
Menyusun pemecahan masalah secara spesifik untuk memastikan
efektivitas dan efisiensi. Toolsnya PDPC dan Arrow Diagram.
2.2.3
Kaizen
kaizen pertama kali dibuat di Jepang setelah perang dunia II. Kaizen
berarti perbaikan berkesinambungan, dimana Kai berarti sekolah dan Zen
berarti kebijaksanaan.
Kaizen
merupakan suatu
sistim
yang
melibatkan
seluruh pegawai dari dari manajemen tingkat atas sampai pekerja
kebersihannya.
Setiap
orang
memiliki
hak
untuk
memberikan
saran
untuk
|
40
perbaikan berkesinambungan pada lingkup pekerjaannya. Proses ini dilakukan
tidak
hanya setahun sekali,
atau kegiatan bulanan, tetapi kegiatan yang terus
menerus. Kaizen didasarkan pada membuat perubahan kecil pada kegiatan
sehari-hari yang selalu memperbaiki produktivitas, keamanann efektivitas,
dan
mengurangi
limbah.
Pada
proses
Kaizen saran tidak terbatas pada area
spesifik
saja
seperti
produksi
atau
pemasaran, Kaizen didasarkan pada
membuat perubahan dimana saja dimana perbaikan dapat dilakukan. Philosopi
dari
kaizen adalah
lakuakan
dengan benar,
buat
dengan
benar,
perbaiki
walaupun jika sesuatu itu tidak rusak, sebab jika kita tidak melakukannya, kita
tidak
dapat
bersaing dengan
perusahaan
lain
yang
melakukannya.
Philosopi
ini sangat berbeda sekali dengan budaya barat dimana jika tidak rusak jangan
diperbaiki.
Tujuan utama dari kaizen adalahpeningkatan
terus
menerus
dari
kualitas, biaya, dan delivery atau QCD (Quality Cost Delivery). Kualitas
disini bukan hanya kualitas dari produk yang dihasilkan tapi juga kualitas dari
proses yang menghasilkan produk atau jasa. Cost disini
adalah biaya secara
keseluruhan, mulai dari desain, produk, produksi, penjualan, dan pelayanan.
Dan Delivery berarti memenuhi permintaan sesuai dengan waktu yang
diinginkan, maka jika ketiga hal tersebut
bersatu
maka
terjadilah
kepuasan
pelanggan.
Kaizen meliputi : Orientasi pada pelanggan, Pengendalian mutu secara
menyeluruh,
robotik, Gugus kendali
mutu (GKM), Sistim saran otomatisasi,
|
![]() pemeliharan produktfitas
secara
menyeluruh
dan
terpadu,
Kanban,
Penyempurnaan
dan
perbaikan,
Tepat
waktu, Tanpa cacat, Kegiatan
kelompok
kecil-kecil, Pengembangan mutu terpadu.
Gambar 2.2 Jenjang Kaizen
|
42
2.2.4
POKA YOKE
Atau disebut juga teknik error proving, teknik
ini
merupakan bagian
dari
perbaikan
berkesinambungan.
Tujuan
dari
Poka
Yoke
ini
adalah
agar
error tidak menjadi defect.
Umumnya
Poka
Yoke
sering
digunakan
untuk
meminimasi kesalahan yang dibuat dari manusia dengan bantuan alat.
Berdasarkan Poka Yoke variasi proses yangmenyebabkan cacat adalah :
a. Prosedur standar atau yang buruk
b. Mesin
c. Penggunaan alat bantu yang salah
d. Kesalahan manusia
7 Langkah-langkah yang diperlukan untuk mengimplementasikan Poka Yoke:
1. Quality proses
Mendesain Robust quality proses untuk mendapatkan zero defect.
2. Gunakan pendekatan tim yang terjun langsung dilapangan
Perluas pengetahuan
tim,
melalui
pengalaman
melakukan perbaikan
berkesinambungan dilapangan.
3. Eliminasi Error
Gunakan
metodologi problem Robust yangmengarah pada zero
defect.
4. Eliminasi akar penyebab dari Error
|
43
Gunakan 5 W dan 2 H.
5.
Lakukan dengan benar untuk pertama kalinya
Gunakan sumber daya yang tepat.
6.
Eliminasi masukan yang tidak bernilai
Lakukan sekarang juga jangan membuat alasan
7.
Implementasikan perbaikan berkesinambungan
Implementasi
tindakan
perbaikan
berkesinambungan
sesegera
mungkin dan fokuskan agar tujuan tercapai, hasilnya tidak harus
segera 100%.
3 metode dasar POKA YOKE :
1. Contact : Menditeksi apakah perangkat sensor anatara part atau objek
dengan proses.
2. Counting : Jika jumlah dalam operasi dibutuhkan dalam proses.
3. Motion-Sequence
:
Menggunakan
sensor
untuk
menjabarkan
jika
ada
gerakan atau langkah-langkah dalam proses yang terjadi.
2 tipe alat Error Prooving POKA YOKE :
1. Control
:
mengeliminasi
dari
kemungkinan
yang
akan
terjadi.
(mematikan mesin)
2. Warning
:
Sinyal,
untuk
kesalahan
yang
terjadi.
(alarm,
Lampu
berkedip, dan lain-lain)
|
44
3 aturan POKA YOKE :
1. Jangan
menunggu
untuk
POKA
YOKE
yang
sempurna,
lakukan
sekarang !!!
2. Jika ide POKA YOKE sudah berhasil 50 %, ubah menjadi sukses !!
3. Do it now..., improvement later !!
|