| 30 BAB 2  LANDASAN TEORI  2.1  Quality (mutu)  2.1.1  Definisi Quality (mutu)  Mutu  adalah  sesuatu  yang  diputuskan oleh  pelanggan.  Mutu  didasarkan  pada  pengalaman aktual pelanggan terhadap produk atau jasa, diukur berdasarakan persyaratan  pelanggan tersebut dan selalu mewakili sasaran yang bergerak dalam pasar  yang penuh  persaingan (Feigenbaum, 1992)  Menurut Feigenbaum  (1992,p7)  mutu  produk  atau  jasa  diartikan sebagai  keseluruhan   gabungan   karakteristik   produk   dan   jasa   dari   pemasaran,   rekayasa,  pembuatan  dan  pemeliharaan yang  membuat  produk  atau  jasa  digunakan  memenuhi  harapan  harapan pelanggan.  2.2  Total Quality Control (TQC)  Total  Quality  Control  adalah  berbagai  kegiatan  didalam  penyelidikan dan  pengembangan  (R&D),  produksi,  penjualan  dan  pelayanan  purna  jual  dengan  cara  rasional untuk mencapai kepuasan tingkat yang paling ekonomis (Wignjosoebroto, 2003).  Sedangkan  menurut  Feigenbaum  (1992,  p5) pengendalian  mutu  terpadu  adalah  suatu  sistem  yang  efektif  untuk  memadukan  pengembangan  mutu,  pemeliharaan  mutu  dan upaya perbaikan mutu berbagai kelompok dalam sebuah organisasi agar pemasaran,  kerkayasaan, produksi dan  jasa dapat berada pada  tingkatan yang paling ekonomis agar  pelanggan mendapatkan kepuasan penuh.  | 
|  31 Definisi Total Quality Control (Pengendalian Mutu Terpadu) berdasarkan Negara  asalnya adalah sebagai berikut :  Tabel 2.1. Definisi TQC  Negara Asal  Definisi  Jepang  Sistem          yang         efektif          untuk  mengintegrasikan kegiatan penggembangan kualitas,  perawatan kualitas  dan  peningkatan kualitas  dari kelompok   kelompok dalam suatu organisasi sehingga  tercapai  kepuasan pelanggan  sepenuhnya serta  tersedianya barang dan jasa pada tingkat yang paling ekonomis.  Amerika Serikat  Sistem   manajemen   dengan    mengikut  sertakan  seluruh  karyawan dari  semua tingkatan  didalam  organisasi dengan penerapan  konsep  pengendalian kualitas dan metoda  statistika untuk mendapatkan kepuasan  pelanggan dan  karyawan  yang mengerjakannya.  2.2.1  Sistem Pengendalian (Control) dalam TQC  Pengendalian  (control)  dalam  manajemen  TQC  dilaksanakan  dengan  memutar  roda  Plan-Do-Check-Action  (PDCA)  atau  biasa  juga  disebut sebagai deming  wheel,  karena yang memperkenalkan pertama kali adalah Edward Deming.  | 
|  32 A  P  (Action)  (Plan)  C  D (Check)  (Do)  Gambar 2.1 Roda PDCA  Tabel 2.2 Pengertian PDCA  Pengertian  PLAN  Buatlah rencana sebelum mulai kerja  DO  Laksanakan  pekerjaan  sesuai  dengan  rencana  yang  telah  ditetapkan  sebelumnya  CHECK  Teliti   apakah   pekerjaan   sudah   sesuai  dengan  rencana yang  dibuat,  ukur performa  output  dan  bandingkan  dengan standar kualitas yang telah ditetapkan  ACTION  Bilamana  perlu  lakukan  tindakan  perbaikan,   karena   hal   ini   merupakan  dasar dari rencana selanjutnya  2.2.2  Syarat Pokok Suksesnya Penerapan Konsep TQC  Agar  penerapan Total  Quality  Control memperoleh  hasil  yang maksimal maka  ada syarat pokok yang harus diperhatikan :  | 
| 33 1.   Seluruh sumber daya manusia yang turut serta dalam proses produksi  mengerti dan  memahami arti  TQC dan  mau  melakukannya dalam proses produksi atau  pekerjaan  lain yang berkaitan.  2.   TQC   sebagai   totalitas   pengendalian   terhadap   mutu   produk,   secara   bertahap  merupakan rangakaian suatu proses produksi yang menjadi tanggung jawab masing   masing  kelompok  kecil  dalam  suatu  rangkaian  yang  terpadu  dari  Gugus  Kendali  Mutu atau Quality Control Circle yang bekerja dalam satuan tim atau kelompok.  3.   Seluruh  mata  rantai dan sistem tersebut  dapat bekerja dan  efisien  baik  disebabkan  karena  latar  belakang  pendidikan dan  latihan  yang  baik  maupun  sasaran  produksi  yang baik menyangkut segi teknologi, penglaman, kerja karyawan serta adanya sikap  mental yang positif dari karyawan.  4.   Sikap  mental  yang  positif  tersebut adalah  dengan bekerja produktif  dalam suatu  semangat kelompok  /  tim  yang  kuat  akan  menjamin  mutu  produksi  yang  tinggi,  sumber  balas  jasa  yang  lebih baik  bagi  tenaga  kerja  dan  mendatangkan keuntungan  bagi perusahaan karena adanya jaminan pasar yang luas.  2.3  Quality Control Circle (QCC) atau Gugus Kendali Mutu (GKM )  Landasan teori mengenai Quality  Control Circle  juga merupakan landasan teori  Quality  Control  Project  karena  Quality  Control  Project  merupakan  Quality  Control  Circle yang bersifat sebagai suatu project dan anggotanya juga bersifat lintas departemen.  Pada  perusahaan  Astra,  agar  tidak  menjadi  rancu  kegiatan  GKM  dibedakan menjadi  Quality Control Circle dan Quality Control Project.  | 
| 34 2.3.1    Pengertian Quality Control Circle (QCC)  Menurut  Sritomo  Wignjosoebroto  (2003, p297) Quality Control Circle adalah  kelompok  kecil  karyawan  pelaksanan,  kadang    kadang  dipimpin  oleh  mandor  yang  secara sukarela akan mencari jalan dan cara untuk memperbaiki kualitas dan mengurangi  biaya  biaya produksi di  tempat  tempat  manapun kelompok ini berada dalam sistem  produksi.  Menurut Olga C. Crocker (2004, p13) definisi Quality Control Circle adalah:     Sekelompok kecil pekerja     Kelompok tersebut mempunyai sorang pimpinan     Dibentuk menurut bidang pekerjaan     Memecahkan persoalan yang terdapat dalam bidang pekerjaan tersebut.  Sedangkan menurut  Feigenbaum  (1992,  p192)  Quality  Control  Circle  adalah  kelompok  karyawan yang  biasanya  terdiri  dari  satu  bidang  aktivitas  pabrik  dan  perusahaan,  biasanya  jumlahnya  kecil  dan  bertemu  secara  berkala  untuk  maksud    maksud seperti :      Untuk   menandai,   memeriksa   dan   menganalisis   serta   menyelesaikan   masalah  seringkali  tentang  mutu  tetapi  juga  tentang  produktivitas, keamanan,  hubungan  kerja,  biaya, pengurusan pabrik dan lain  lainnya.      Untuk meningkatkan komunikasi antar karyawan dan manajemen.  Menurut Kauro  Ishikawa  (1983,  p7)  Quality  Control  Circle  adalah  suatu  kelompok  kerja  kecil  yang  secara sukarela bekerja  mengadakan  kegiatan  pengendalian  mutu di dalam tempat kerja mereka sendiri.  | 
|  35 2.3.2  Pengertian Quality Control Project (QCP)  Quality Control  Project (Jurnal Agrovaria, 2005) adalah Quality  Control Circle  yang  melakukan suatu  pemecahan masalah  sebagai  suatu  project  dimana  anggotanya  berkumpul secara sukarela dan berasal dari bidang kerja yang  berbeda  yang berkumpul  dengan tujuan  memecahkan masalah  yang  terjadi pada  lintas departemen yang saling  berhubungan  2.3.3  Anggota QCC  Idealnya  anggota  QCC  sebaiknya  terdiri  dari  pekerja  yang  sama  agar  masalah  yang mereka pilih telah dikenal. Anggota QCC berkisar antara tiga hingga sepuluh orang  yang  penting  setiap  anggota  mempunyai  kesempatan  untuk  berpartisipasi untuk  menyumbangkan saran dalam setiap pertemuan.  2.3.4  Anggota QCP  Anggota QCP terdiri dari pekerja yang berasal dari lintas bidang pekerjaan yang  berkisar dari 3 sampai 10 orang yang bertujuan memecahkan suatu  masalah dalam suatu  project, biasanya lintas bidang pekerjaannya juga masih berhubungan.  2.3.5  Tujuan GKM  Tujuan GKM antara lain:  Mengurangi kesalahan-kesalahan dan meningkatkan kualitas.  Menggalang kerjasama tim yang lebih efektif.  | 
|  36 Meningkatkan motivasi karyawan.  Meningkatkan keterlibatan dalam pekerjaan.  Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.  Menanamkan kesadaran akan pencegahan masalah.  Meningkatkan komunikasi dalam kelompok organisasi.  Menciptakan hubungan atasan  bawahan lebih harmonis.  Meningkatkan anggota dan mengembangkan kepemimpinan.  Menciptakan kesadaran akan keselamatan kerja.  Meningkatkan cost reduction (efisiensi biaya).  2.3.6  Organisasi GKM  Program  gugus  kendali  mutu  merupakan  sistem  yang  terintegrasi  terdiri  atas  beberapa bagian:    Anggota gugus kendali mutu itu sendiri.    Ketua gugus kendali mutu  Ketua gugus umumnya juga merangkap sebagai supervisor dalam organisasi,  karena mereka telah mampu menjabat sebagai pemimpin dalam tugas sehari-  hari.    Fasilitator  Fasilitator bertanggung jawab untuk melakukan koordinasi dan  mengarahkan  aktivitas gugus kendali mutu dalam organisasi.  Biasanya gugus kendali mutu diadakan sekali dalam satu minggu selama satu  jam,  namun  ada  kalanya  diadakan  sekali  selama  satu  sampai  dua  jam.  | 
| 37 Biasanya pada  gugus  pertama dalam oragnisasi, supervisior merupakan juga  ketua dari gugus tersebut dan bila semua anggota sudah dapat berdiri sendiri,  maka jabatan ketua dapat diserahkan kepada salah satu anggota.  2.3.7  Kegiatan GKM  Dalam setiap pertemuan gugus dapat terjadi kegiatan sebagai berikut:    Mendapatkan   pelatihan   yang   diperlukan   oleh   anggota   gugus   agar   dapat  memecahkan dan menganalisa persoalan.    Menentukan tema atau permasalahan yang akan dipecahkan.    Analisa persoalan.    Partisipasi dalam presentasi manajemen.  Setiap anggota gugus harus menghadapi segala persoalan dengan sikap yang positif  yaitu  bahwa  setiap  permasalahan dapat  diselesaikan.  Setiap  gugus  sebaiknya  menentukan tujuan  dan  target  serta  rencana  kerjanya,  agar  dapat  diikuti  perkembangannya. Dalam  pelatihan  gugus  kendali  mutu  ini  dipelajari  juga  pemakaian  grafik  atau  peta  kendali  sehingga  setiap  perkembangan dapat  diikuti  dengan seksama.  2.3.8  Management Presentation (Presentasi Manajemen)  Pada  presentasi  manajemen,  ketua  dan  anggota  menjelaskan kepada  atasannya  tentang proyek atau tema gugus kendali mutu, langkah-langkah pemecahan masalah yang  digunakan, dan  usulan  tindakan perbaikan. Mereka  mempergunakan  grafik  yang telah  | 
| 38 dipersiapkan, pada presentasi ini merupakan partisipasi, komunikasi, dan pengakuan bagi  semuanya. Presentasi manajemen disampaikan bila:    Proyek atau tema telah diselesaikan.    Telah dibuat suatu rekomendasi.    Menentukan status pada proyek jangka panjang.  Umumnya  presentasi  manajemen  disampaikan setiap  tiga  bulan,  ketua  melatih  anggotanya pada setiap pertemuan gugus  selama beberapa minggu pertama, selanjutnya  pelatihan tambahan diberikan sesuai kebutuhan atau sebagai penyegaran.  2.3.9  Sasaran GKM  Sasaran dalam gugus kendali mutu adalah:    Menyumbang perbaikan dan pengembangan perusahaan.    Menghormati orang  sebagai sesama  manusia, serta  membangun suatu tempat kerja  yang aman, nyaman, dan menyenangkan, yang cukup berarti untuk bekerja di dalamnya.    Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada karyawan untuk  menunjukkan dan  menerapkan kemampuannya.  2.3.10   Kebijakan Manajemen Dalam Gugus Kendali Mutu  Kebijakan manajemen dalam gugus kendali mutu adalah:    Kebijaksanaan harus terbuka bagi setiap orang dalam perusahaan.    Kebijaksanaan tersebut harus menentukan tujuan-tujuan untuk meningkatkan kualitas,  komunikasi,  menggalang kerjasama  kelompok,  mengurangi  pemborosan,  menentukan  | 
| 39 total  quality  control/  QCC  dalam  struktur  organisasi,  dan  menentukan  aturan  pokok  gugus kendali mutu.  2.3.11  Aturan Pokok GKM  Aturan pokok dalam GKM adalah:  a.   Seluruh  karyawan  dianjurkan  untuk  mengikuti  gugus  kendali  mutu di  lingkungan  kerjanya.  b.   Manajemen harus mendukung gugus kendali mutu dengan:  o  Mendorong  anggota  gugus  untuk  menghadiri pertemuan-pertemuan gugus  kendali  mutu.  o  Menyediakan tempat untuk gugus kendali mutu.  o  Memberikan bahan-bahan untuk publisitas kegiatan gugus kendali mutu.  o  Memberikan bantuan pendidikan.  o  Melaksanakan pemecahan-pemecahan yang dihasilkan gugus kendali mutu yang telah  disetujuinya.  c.   Tema gugus kendali mutu jangan menyangkut:  o  Kebijakan dalam hal gaji.  o  Kebijakan tentang pribadi.  2.3.12    Teknik dan Cara Dalam GKM  2.3.12.1 Tujuan  Teknik dan cara dalam GKM mempunyai beberapa tujuan diantaranya:    Mengetahui kegunaan alat dan sarana untuk pemecahan masalah.  | 
| 40   Dapat  memilih  atau  menentukan  alat  yang  tepat  guna  menunjang kegiatan  dalam  pemecahan masalah.    Dapat menjadi jiwa/ motor dalam pelaksanaan pengendalian mutu terpadu.    Dapat dipakai pada semua lapisan karyawan.    Untuk pengumpulan data  Pengumpulan data mempunyai kegunaan, yaitu:  o  Membantu memahami situasi sebenarnya.  o  Menganalisa persoalan.  o  Mengendalikan proses atau pekerjaan.  o  Mengambil keputusan.  o  Membuat rencana atau perbaikan.  Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengumpulkan data adalah:  o  Sasaran pengumpulan data harus jelas.  o  Stratifikasi data sesuai dengan kebutuhan dan untuk memudahkan pelanggan.  o  Ketahui  riwayat  pengumpulan  data  (siapa,  kapan, di  mana,  dengan cara  apa  data  dikumpulkan).  o  Tentukan tata cara pengumpulan data dan perlengkapan/ lembar pengumpulan data.  o  Usahakan data dari berbagai sumber yang mungkin.  2.3.12.2 Sumbang Saran  Sumbang saran adalah cara  yang sangat efektif  untuk  mengumpulkan  ide-ide  yang sebanyak-banyaknya dari sekelompok orang atau peserta yang terlibat. Melalui cara  | 
| 41 ini,   diharapkan   akan   diperoleh   masukan   sebanyak-banyaknya   dan   menghasilkan  pemikiran atau ide yang terbaik untuk dipilih dan ditindak lanjuti.  Proses  ber-sumbang  saran  akan  memberikan hasil  yang  luar  biasa,  bila  dalam  pelaksanaannya menerapkan  pola  berpikir  kreatif,  yaitu  upaya  untuk  mencoba  menghubung-hubungkan berbagai  hal  yang  pada  mulanya  kelihatan  tidak  berkaitan  dengan topik yang sedang dibahas. Dengan demikian, diharapkan muncul banyak ide-ide  yang kreatif.  Dalam berbagai kegiatan pengelolaan mutu (GKM), penggunaan sumbang  saran  mendapat  porsi  yang  besar,  terutama  dalam  upaya  untuk  menelusuri  penyebab  suatu  persoalan,  sehingga  dapat  menggali  sedalam-dalamnya untuk  menemukan  akar  permasalahan. Meskipun  demikian,  banyak  orang  menggunkan  alat  bantu  ini  tanpa  terlebih dahulu memahami prasyarat yang harus dipenuhi, agar pola berpikir kreatif dapat  diterapkan, karena tanpa penerapan yang benar dari pola berpikir kreatif, maka sumbang  saran  tidak  akan  berjalan efektif.  Prasyarat  mutlak  yang harus dipenuhi  dalam berpikir  kreatif  adalah  menyadari  kemungkinan  adanya  ganjalan-ganjalan mental  yang  dapat  menghambat  kreativitas.  Kemudian  dengan  kesadaran  yang penuh  tentang  hal tersebut  berupaya  untuk  menghilangkan  ganjalan-ganjalan  itu.  Ganjalan-ganjalan yang  menghambat pola berpikir kreatif adalah:  a.   Ganjalan  yang  ditimbulakan  sendiri:  keengganan  untuk  berpartisipasi  dalam  kelompok karena kurang kepercayaan diri.  b.   Terpola pada suatu jawaban: hanya memfokuskan pikiran pada satu jawaban bagi  setiap persoalan.  | 
| 42 c.   Terpola pada kesesuaian biasanya ini terjadi dalam kelompok yang dipimpin oleh  orang yang  sangat dominan, sehingga anggota enggan di  dalam  mengemukakan  pendapat/ ide dan lebih suka berteriak setuju saja.  d.   Tidak  mau  menantang kenyataan:  tidak  mau mencoba berpikir untuk  lebih baik  lagi.  e.   Menilai terlalu cepat. f. Takut terlihat bodoh.  Tahapan proses sumbang saran:  a.   Menjelaskan persoalan:  i.  Memilih   dan   menentukan  pemimpin   dari   kelompok   yang  akan   melaksanakan  sumbang saran.  ii.  Pemimpin kelompok menjelaskan persoalan atau topik yang akan dibahas.  iii.  Tentukan waktu yang akan digunakan untuk pelaksanaan sumbang saran.  iv.Tentukan orang yang akan berperan sebagai pencatat semua itu, agar bisa dipastikan  tidak ada ide yang terlewatkan.  b.   Mengembangkan ide:  o  Pimpinan     menunjuk    salah     seorang     anggota     kelompok     untuk    memulai  menyumbangkan ide  atau  pendapat  kemudian  diikuti  yang  lain,  termasuk  pemimpin  sendiri juga harus terlibat aktif.  o  Dinamika penyampaian ide atau pendapat dilakukan secara bergiliran.  o  Setiap orang hanya boleh mengungkapkan satu  ide untuk satu kali putaran dan boleh  mengungkapkan ide lagi apabila sudah tiba kembali pada gilirannya.  | 
| 43 o  Tidak  dibenarkan  untuk  menyela,  menanggapi  atau  mendiskusikan  ide-ide  yang  dikemukakan.  o  Setiap orang dalam kelompok diwajibkan untuk mendengarkan dengan baik, semua  ide yang dikemukakan masing-masing pihak agar bisa memanfaatkan ide orang lain.  o  Bila saat giliran tiba, dirasakan belum ada ide yang muncul segera katakan pas atau  lewati untuk memberi kesempatan pada orang berikutnya.  o  Semua ide atau pendapat yang masuk harus dicatat semua dan lengkap.  c.   Mengevaluasi hasil:  o  Bila  waktu  yang ditetapkan  telah  habis  atau  bila  semua  anggota  kelompok  sudah  kehabisan ide dan menyatakan pas, maka cara sumbang saran sudah bisa diakhiri.  o  Pimpinan  menutup  acara  kemudian  membacakan  semua  ide  atau  pendapat  yang  terkumpul.  o  Semua   anggota   kelompok   bersama-sama   mendiskusikan   ide-ide   tersebut   dan  mengusahakan kesepakatan untuk memilih ide-ide yang dapat  ditindak lanjuti.  o  Membuat keputusan dengan menentukan ide-ide yang dapat dilaksanakan.  2.3.12.3 Tujuh Alat Bantu Pengendalian Kualitas (Seven Tools)  Untuk  menganalisis  masalah  yang  ada  dalam  kegiatan GKM  dapat  digunakan  alat bantu 7 tools.  Manfaat  tujuh  alat  pengendalian  kualitas  adalah  untuk  mengetahui  akar  dari  suatu  permasalahan dan meningkatkan kemampuan perbaikan proses, sehingga diperoleh:  a.   Peningkatan kemampuan berkompetisi.  | 
|  44 b.   Penurunan cost of quality dan peningkatan fleksibilitas harga.  c.   Meningkatkan produktivitas sumber daya.  Kegunaan dari ketujuh dalam seven tools adalah sebagai berikut:  Mengetahui permasalahannya.  Mempersempit ruang lingkup permasalahannya.  Mencari faktor yang menjadi penyebabnya.  Mencegah kesalahan akibatkurang hati-hati.  Melihat akibat perbaikan.  Mengetahui hasil yang menyimpang atau terpisah dari hasil lainnya.  Di bawah ini akan diuraikan tentang ketujuh alat dalam seven tools.  Ketujuh alat tersebut adalah :  1.   Check Sheet  Check sheet atau lembar pengumpulan data merupakan alat bantu untuk memudahkan  pengumpulan data.  Bentuk  dan  isinya disesuaikan dengan  kebutuhan  maupun  kondisi  kerja yang ada.  Hal  hal yang perlu diperhatikan dalam membuat lembar pengumpulan data :  a.   Maksud pembuatan harus jelas.  -  Apa yang akan diketahui?  -  Apakah data yang didapat sudah cukup lengklap sebagai dasar bertindak?  b.   Stratifikasi dengan baik.  -  Mudah dipahami dan diisi.  -  Memberikan data yang lengkap tentang apa yang mau/ingin diketahui.  | 
| 45 c.   Dapat  diisi  dengan  cepat  dan  mudah,  kalau  perlu  gunakan  gambar  untuk  lebih  memperjelas  2.   Stratifikasi  Stratifikasi  adalah  mengurai  atau  mengklasifikasikan  persoalan  menjadi  kelompok  atau golongan sejenis yang lebih kecil atau menjadi unsur  unsur tunggal dari persoalan.  Misalnya mengurai menurut :  a.   Jenis kesalahan atau kerusakan.  b.   Penyebab dari kesalahan atau kerusakan.  c.   Lokasi kerusakan atau kesalahan  d.   Material, hari pembuatan, unit kerja, orang yang mengerjakan, waktu, lot dan lain   lain.  Guna  stratifikasi  adalah  agar  dapat  melihat dengan  terperinci karakteristik kualitas  dan juga akibat dari pelaksanaan asumsi pada karakteristik kualitas tersebut.  3.   Grafik & Bagan Pengendalian  Grafik  Grafik merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk gambar. Dengan memakai grafik :  -  Data lebih cepat, mudah dibaca, jelas dan enak untuk dilihat.  -  Hubungan dengan data yang lalu dapat dipaparkan sekaligus sebagai perbandingan.  -  Perbandingan dengan data lain yang berhubungan dapat dilihat dengan jelas  | 
|  46 Jenis grafik pada dasarnya terdapat 3 macam, yaitu :  a.   Grafik garis (line graph)  b.   Grafik kolom/balok (bar graph)  c.   Grafik lingkaran (pie/circle graph)  Bagan pengendalian  Bagan  pengendalian atau  control  chart  merupakan  grafik  garis  dengan  mencantumkan batas  maksimum  dan  minimum  yang  merupakan  batas  daerah  pengendalian. Bagian ini  menunjukkan perubahan data dari waktu ke waktu tetapi  tidak  menunjukkan penyebab penyimpangan, meskipun adanya penyimpangan itu akan terlihat  pada bagan pengendalian tersebut.  Tabel 2.3. Jenis bagan pengendalian  Bagan pengendalian  Jenis data  Bagan  x  -  R  Data diukur Contoh ; panjang, lebar, isi, volume, berat  Bagan pn & p  Data dihitung  Contoh ; jumlah kerusakan, jenis kerusakan  Bagan u  Data dihitung  Contoh ; jumlah cacat lubang pada lembaran logam  dari  ukuran yang  berbeda (bila  besaran  tempat  terjadinya kerusakan seperti : panjang, berat volume dan lain  lain tidak tetap/bisa berubah).  Bagan c Data dihitung  Contoh ; jumlah cacat lubang pada lembaran logam  dengan  ukuran  tertentu (bila besaran tempat  terjadinya kerusakan spserti ; panjang, lebar volume dan lain  lain selalu tetap/tidak berubah)  | 
| 47 4.   Diagram Pareto  Diagram pareto dimaksudakan untuk menemukan / mengetahui penyebab utama yang  merupakan  kunci  dalam  penyelesaian  persoalan  dan  perbandingannya terhadap  keseluruhan.  Dengan  mengetahui penyebab  utama, maka bila kita  menanggulanginya terlebih dahulu  biarpun  hanya  berhasil  50%  saja,  akan  membawa pengaruh yang  lebih  besar  terhadap  keseluruhan persoalan dibanding bila kita  menanggulangi penyebab kecil,  apa  lagi  bila  tidak secara tuntas.  Dengan  memakai  diagram  pareto  ini,  dapat  mengkonsentrasikan arah  penyelesaian  persoalan,  karena  itu  diagram  pareto  merupakan langkah  pertama  untuk  pelaksanaan  perbaikan atau penyelesaian persoalan.  Guna diagram pareto :  a.   Menunjukkan persoalan utama  b.   Menyatakan perbandingan masing  masing persoalan terhadap keseluruhan.  c.   Menunjukkan  tingkat  perbaikan   setelah   tindakan  perbaikan   pada   daerah   yang  terbatas.  d.  Menunjukkan perbandingan masing    masing  persoalan  sebelum  dan  sesudah  perbaikan.  5.   Diagram Sebab Akibat (cause and effect diagram)  Diagram juga  disebut  diagram  tulang  ikan  (fish  bone  diagram)  dan  berguna  untuk  menemukan  faktor    faktor  yang  berpengaruh pada karakteristik kualitas.  Prinsip yang  dipakai untuk  membuat diagram sebab akibat  ini adalah subang saran / brainstorming.  | 
| 48 Brainstorming merupakan teknik untuk memperoleh pendapat yang kreatif secara diskusi  bebas. Dalam diskusi bebas tersebut jangan melarang orang berbicara, jangan mengeritik  pendapat  orang  lain  dan  ambilah  manfaat dari  pendapat orang  lain,  semakin  banyak  pendapat maka semakin baik  Untuk  menentukan  faktor    faktor  yang  berpengaruh, ada  5  faktor  utama  yang  perlu  diperhatikan yaitu 4M 1E(Man, Machine, Material, Method dan Evirontment).  6.   Diagram Pencar  Diagram  pencar  dipakai  untuk  melihat  korelasi  (hubungan)  dari  suatu  penyebab  /  faktor yang kontinu terhadap karakteristik kualitas atau faktor kelompok.  Dengan diagram ini kita dapat menentukan korelasi antara suatu sebab dengan akibatnya,  antara  satu  sebab  dengan  sebab  lainnya, antara  satu  akibat  dengan  akibat  lainnya.  Perhitungan korelasi dapat dilakukan dengan  mudah dengan  menggunakan regresi atau  dengan  metode  nilai  tengah.  untuk  menggambarkannya, pada  sumbu  vertikal  adalah  akibatnya, dan pada sumbu horizontal penyebabnya, maka kita mendapatkan sebuah peta  yang disebut dengan diagram pencar.  Ada beberapa jenis korelasi yang dapat terlihat dari diagram tebar ini, yaitu:     Korelasi positif kuat, jika nilai faktor penyebab bertambah besar, nilai  faktor akibat  juga bertambah besar (nilai koefisien korelasi mendekati positif 1)      Korelasi positif  lemah,  jika terdapat kecenderungan korelasi positif tetapi  memiliki  sebaran data yang besar (nilai koefisien  korelasi kecil tetapi masih positif)  | 
| 49   Korelasi negatif kuat, jika nilai faktor penyebab bertambah besar, nilai faktor akibat  mengecil (nilai koefisien korelasi mendekati negatif 1)    Korelasi negatif lemah, jika terdapat kecenderungan korelasi negatif tetapi memiliki  sebaran data yang besar (nilai koefisien korelasi kecil negatif)      Tanpa korelasi, jika sebaran data sangat besar (nilai koefisien korelasi mendekati 0)  7.   Histogram  Kegunaan dari histogram adalah untuk mengetahui distribusi / penyebaran data yang ada.  Sehingga  dengan  demikian  di dapatkan  informasi  yang  lebih banyak  dari  data tersebut  dan akan mempermudah meneliti dan mendapatkan kesimpulan informasi data.  2.4        Langkah Proses GKM Grup Astra  Kegiatan GKM yang dilakukan oleh perusahaan grup  Astra  memiliki langkah   langkah, yaitu:  2.4.1    Langkah I : Menentukan Tema dan Judul  2.4.1.1 Penentuan Tema  Proses penentuan tema perbaikan, selalu diawali dengan terlebih dulu menelusuri  latar belakang permasalahan yang timbul dalam pekerjaan, melalui pengamatan terhadap  :  1.   Pelaksanaan standar operasi yang telah ditetapkan sebelumnya.  2.   Pencapaian sasaran departemen atau bagian  3.   Keluhan pelanggan  4.   Kelanjutan dari kegiatan perbaikan sebelumnya  | 
| 50 Sudah barang tentu, permasalahan tersebut haruslah yang berada dalam jangkauan  kendali GKM yang bersangkutan.  Adapun tahapan penentuan tema sebagai berikut :  a.   Pertama-tama kumpulkanlah data  yang sudah  tersedia,  atau melalui  pengamatan  di  lapangan kemudian buatlah pemilahan agar data mudah untuk diolah atau dianalisa lebih  lanjut.  b.   Lakukanlah analisa terhadap data yang telah dikumpulkan, dengan menggunakan alat  bantu  yang  tepat  dan  cara  pembandingan yang  berimbang,  sehingga  dapat  diperoleh  prioritas masalah yang harus segera diselesaikan.  c.   Berikan   penjelasan   yang   menggambarkan   alasan   pemilahan   prioritas   masalah  tersebut.  Sebagai  pedoman,  dibawah  ini adalah  hal-hal  yang  mempengaruhi  penentuan  prioritas masalah, antara lain :     Tingkat kesulitan untuk penanggulangan     Berhubungan dengan target atau rencana perusahaan     Waktu penyelesaian     Hasil yang diharapkan     Tingkat pemahaman dan pengetahuan     Tingkat kepentingan     Kebijakan baru manajemen perusahaan  d.   Bila prioritas masalah sudah diperoleh, maka tema perbaikan sudah dapat ditentukan.  Tema perbaikan ini biasanya berupa pernyataan yang  menunjuk pada  tujuan akhir yang  ingin dicapai. Oleh sebab itu, tema biasanya diawali dengan kata kerja.  | 
|  51 2.4.1.2 Penentuan Judul  Pada  umumnya, sebuah  tema perbaikan  mempunyai cakupan  yang  cukup  luas,  sehingga  agak  sulit  untuk  diambil  tindakan lebih  lanjut  terhadap masalah  yang  diprioritaskan  tersebut,  contohnya  :  tema  berbunyi  Menurunkan jumlah  tanaman yang  mati,  bagaimana akan  mengambil  tindakan  apabila kita  tidak tahu  berapa  jumlah  dan  jenis  yang mati. Oleh sebab itu diperlukan pemilahan lebih lanjut dari prioritas masalah  tersebut,  agar  diperoleh persoalan  yang  spesifik  yang harus  diperbaiki,  dan  tidak  perlu  direpotkan oleh berbagai  hal  yang sebetulnya tidak perlu diperbaiki. Melalui pemilahan  terhadap  prioritas  masalah  inilah  akan  ditemukan persoalan spesifik  yang  benar-benar  harus  ditangani  segera,  dengan suatu sasaran  atau  target perbaikan  yang  ingin dicapai.  Sasaran atau  target  inilah  yang  disebut  dengan  judul.  Yakni  kalimat  tertulis  yang  mengungkapkan upaya  untuk  mengurangi,  menekan,  meniadakan  penyimpangan  yang  terjadi.   Oleh   sebab   itu,   judul   haruslah   mengadung  dua   unsur   pokok   yang   akan  menentukan arah perbaikan, yakni:  Hasil yang direncanakan untuk dicapai  Batas waktu yang diperlukan untuk keseluruhan proses perbaikan.  2.4.2  Langkah II : Menganalisa Penyebab  Kegiatan  pada   langkah  ini  adalah  mencari  faktor-faktor  yang  diduga  dapat  menjadi  penyebab  timbulnya persoalan, sesuai  dengan  judul  yang  telah  ditetapkan di  langkah  pertama  sebelumya,  penelusuran  penyebab  biasanya  menggunakan alat  bantu  fishbone  diagram,  tujuan digunakan fishbone  adalah dapat  memperoleh gambaran yang  menyeluruh  dari  suatu   susunan   hubungan  sebab  akibat.  Meskipun   demikian,  bila  | 
| 52 hubungan antara sebab dan akibat cukup kompleks dan  satu  sama  lain berkaitan sangat  erat, maka dimungkinkan untuk menggunakan salah satu alat bantu dari seven tools, yaitu  relation  diagram. Penggunaan  alat-alat  bantu  tersebut  akan  memberikan  manfaat  yang  maksimal  bila   didukung  oleh   sarana   yang   memadai  yakni   adanya  dinamika  brainstorming  (sumbang   saran).  Dalam   hal   ini,  keterlibatan  aktif   semua   anggota  kelompok  (GKM)  dalam proses  ber-sumbang saran akan  menghasilkan banyak  ide-ide  penyebab,  sehingga  mampu  mempertajam analisa  dan  mengungkap  penyebab  yang  sebenarnya.  Teknik  brainstorming  memang  sangat  efektif  untuk  mengumpulkan dan  mengembangkan  ide  sebanyak-banyaknya, sehingga  sangat  bermanfaat  untuk  memaksimalkan alat bantu fishbone diagram maupun relation diagram. Meski demikian  hal  ini  belumlah  cukup,  karena  dalam  praktek  ber-sumbang saran,  seringkali  tidak  terhindari  adanya  anggota  kelompok  yang  dominan  di  dalam  menyampaikan ide,  sementara anggota  yang  lain  mungkin  sangat  pasif,  bahkan  mungkin  ada  juga  yang  menentang  ide orang  lain, dan sebagainya. Di samping itu, bila kita  melihat lagi tujuan  semula melakukan proses sumbang saran adalah untuk mencari penyebab-penyebab yang  menyebabkan permasalahan ada.. Itulah sebabnya agar kegiatan kelompok di langkah dua  ini  berhasil  dengan  baik,  maka  GKM  harus  dapat  memaksimalkan keterlibatan  dan  kreatifitas  semua  anggota  kelompok  dalam  menjalankan brainstorming,  serta  memudahkan untuk memperoleh kesimpulan bersama.  2.4.3    Langkah III: Menentukan Penyebab Dominan  Setelah  beberapa  sebab  yang  mengakibatkan  permasalahan  itu  diketemukan,  maka  anggota  kelompok  GKM   menentukan  penyebab  yang  pada  akhirnya  akan  | 
|  53 menghasilkan   suatu   kesimpulan  berupa   hipotesa   yang   disepakati   bersama,   yakni  dipilihnya  beberapa  penyebab  yang  dianggap dominan  dengan  menggunakan diagram  pareto maupun diagram sebab akibat.  2.4.4    Langkah IV : Membuat Rencana Perbaikan  Dari  penyebab-penyebab  dominan  yang  telah  diketahui,  maka  kegiatan  GKM  selanjutnya adalah menentukan alternatif-alternatif rencana tindakan perbaikan..  Dalam membuat rencana perbaikan digunakan 5W2H, yaitu :  Tabel 2.4. Pembuatan rencana dan pelaksanaan perbaikan dengan 5W2H  Faktor  What  Why  How  Where  When  Who   How Mu©h  Penyebab  Perbaikan  Mengapa  Bagaimana  Tempat   Kapan  PIC  Biaya  M1  
.  
.  
.  
.  
.  
.  
.  
.  M2  
.  
.  
.  M3  
.  
.  
.  
.  
.  
.  Dalam membuat rencana perbaikan juga ditetapkan target dari kegiatan GKM.  Dasar penetapannya adalah :  1. Objective perusahaan yang tertuang dalam activity plan/manajemen  2. Analisa langkah 3 & 4 atau kemungkinan teknis (SMART)  3. Gunakan tools yang sesuai (Pareto dan balok) untuk lebih jelasnya.  | 
|  54 2.4.5 Langkah V   : Melaksanakan Perbaikan  Setelah merencanakan perbaikan yang akan dilakukan,  maka  langkah selanjutnya  adalah melaksanakan rencana tersebut untuk memperbaiki masalah yang dihadapi.  Yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan perbaikan adalah :  1.         Menerapkan langkah-langkah perbaikan sesuai dengan rencana.  2.         Uraikan secara jelas dari perbaikan yang dilakukan.  3.  Sertakan dengan gambar untuk lebih memperjelas dari perbaikan  yang dilakukan.  Untuk  memperjelas usaha  perbaikan  yang  dilakukan,  maka  dibuat  suatu  tabel  yang  didalamnya terdapat penyebab  mengapa  terjadi  masalah  yang dilanjutkan dengan  usaha  perbaikan  yang dilakukan  serta hasilnya. Selain  itu  juga dicantumkan waktu dan  orang  yang bertanggung jawab dalam melaksanakan perbaikan tersebut.  Tabel 2.5. Cara penulisan langkah pelaksanaan perbaikan  What  Hasil  When  Who  Penyebab  Perbaikan  1)  ..........  2)  ..........  Uraikan  langkah   langkah  perbaikannya  2.4.6 Langkah VI : Evaluasi Hasil Perbaikan  Pada langkah ini, kita berusaha mengetahui sejauh mana  pelaksanaan perbaikan ini  memberikan hasil? Atau tercapaikah tujuan akhirnya?  | 
| 55 Satu hal  yang membedakannya dengan kegiatan pengamatan hasil uji coba pada langkah  sebelumnya, ialah dalam hal tenggang waktu. Hal ini dibutuhkan waktu yang relatif lebih  panjang  di  langkah  lima  ini,  hal  itu  secara  logika  dapat  diterima,  karena  memang  berfungsi  sebagai penelitian (suatu  usaha pemastian  yang signifikan).  Untuk  itu,  salah  satu  syarat  utama  adalah  perlu  melihat  kembali  kondisi  sebelum ada  perbaikan  dan  membandingkannya dengan  kondisi  saat  ini  (setelah  perbaikan).  Syarat  kedua  adalah  penggunaan beberapa  macam  alat  bantu  untuk  memberikan  gambaran  yang  dapat  memperjelas  perbedaan  kondisi  tersebut,  antara   lain  dengan  menggunakan  diagram  pareto,  diagram  balok atau  bahkan  peta kendali.  Di samping  itu, setelah  meneliti  hasil  yang  diperoleh biasanya  juga  ditemukan adanya  dampak  positif  yang  mungkin  tidak  diketahui  sebelumnya, sehingga  manfaat  yang  diperoleh  dari  perbaikan  ini  memang  menjadi terasa maksimal. Contoh dampak positif misalnya menurunnya biaya perawatan,  karena  dilakukannya penurunan  frekuensi  buah  rusak.  Contoh  yang  lain  adalah  ditemukannya kenyataan bahwa dengan dilakukannya putaran PDCA ini, anggota GKM  menjadi  lebih  terampil  dalam  menggunakan alat  bantu  kendali  mutu  dan  lebih  berani  tampil untuk menyuarakan pendapat.  2.4.7 Langkah VII : Membuat Standar Baru  Suatu  hasil  kerja  (perbaikan) yang  sebagus  dan  sehebat  apa  pun  akan  cepat  dilupakan  orang  dan  lenyap  tanpa  bekas,  bila  tidak  dicatat  dan  dibakukan.  Itulah  sebabnya, pada akhir suatu perbaikan haruslah diikuti dengan proses pembakuan terhadap  hasil yang dicapai. Yang biasa kita sebut dengan membuat standar baru, yang terdiri dari  dua hal yaitu:  | 
| 56   Standar  prosedur,  yaitu  penjabaran prosedur  pelaksanaan kerja  yang  harus diikuti  untuk mencegah timbulnya persoalan yang sama.    Standar  hasil,  yaitu  unjuk  kerja  yang  dapat  dicapai,  bila  prosedur  pelaksanaan  tersebut di atas (standar prosedur) dijalankan dengan benar.  Pada  langkah  inilah  berlaku  istilah  pendokumentasian, yaitu  pengesahan  dan  pencatatan  tertulis  standar  baru  tersebut,sebagai  acuan bagi  pekerjaan  yang  sama  atau  sejenis, dengan  demikian standar  tersebut bukan  lagi  milik kelompok atau  GKM yang  bersangkutan, tetapi bisa diberlakukan dalam lingkup yang lebih luas baik di perusahaan  atau  instansi  lain,  di  sinilah  keterlibatan manajemen  diperlukan, karena  pengesahan  terhadap standar baru akan memiliki kekuatan yang  mengikat bila dilakukan oleh jajaran  manajemen yang bersangkutan, sehingga standar yang telah tertulis dengan jelas dan sah  akan menjadikan:    Setiap orang yang berkepentingan, termotivasi untuk mematuhi standar.    Setiap orang yang terlibat harus mengerti tujuan serta menyetujui standar.    Standar menjadi mudah dipahami dan dipantau.    Standar terbuka untuk ditingkatkan.    Ada tolok ukur terhadap penyimpangan yang terjadi.  Apabila mengacu pada tahapan PDCA, maka pembuatan standar baru merupakan  bagian  akhir  dari  suatu  rangkaian  proyek  peningkatan  mutu,  di  lain  pihak standar  juga  berfungsi sebagai langkah awal untuk memasuki dunia baru, karena sejak pengakuan dan  pembakuan standar maka pertanda bahwa satu episode cerita sedih telah dilewati dengan  hasil yang memuaskan.  | 
| 57 2.4.8  Langkah VIII :  Mengumpulkan  Data  Baru  dan Menentukan  Rencana  Berikutnya  Salah  satu  karakteristik  kegiatan  GKM  yang  membedakannya dari  kegiatan  kelompok-kelompok peningakatan  mutu  yang  lain  adalah  sifat  perbaikannya  yang  berkelanjutan  atau  berkesinambungan. Jadi,  bila  suatu  perbaikan  telah  berhasil  dilaksanakan  dan  membuahkan standar  baru,  maka  pada  akhir  perbaikan  selalu  diikuti  dengan  peninjauan  kembali  terhadap  persoalan-persoalan  yang  mungkin  masih  tersisa  atau persoalan-persoalan baru yang timbul dan harus segera diatasi.  Setelah  suatu  perbaikan  dilaksanakan, sudah  barang  tentu  kondisi  proses  kerja  mengalami perubahan. Di  samping  itu, perubahan bisa saja  terjadi disebabkan oleh  hal-  hal  yang lain, seperti  misalnya kebijakan baru perusahaan, tuntutan pelanggan, dan  lain  sebagainya. Perubahan-perubahan tersebut adalah hal  yang  logis, karena perjalan waktu  memang memungkinkan dengan segala sesuatu di atas bumi ini tidak selalu tetap adanya.  Oleh  sebab  itu,  sangatlah  perlu  untuk  terlebih  dulu  memusatkan  perhatian  pada  fakta  yang  ada,  sebelum   merencanakan  perbaikan  lebih   lanjut.  Dengan  demikian,  awal  kegiatan  langkah tujuh  ini adalah  mengumpulkan data  yang menggambarkan fakta yang  ada saat ini, barulah berlanjut dengan menetapkan rencana berikutnya.  Penetapan  langkah  tujuh  ini  sering  disebut  janji  GKM  pada  manajemen untuk  melaksanakan continous  improvement.  Oleh  sebab  itu,  janji  yang  baik  hendaknya  memperlihatkan adanya:    Tujuan baru yang ingin dicapai, dalam hal ini berbentuk tema berikutnya.    Alokasi sumber daya, yang meliputi: jadwal rencana kegiatan dan SDM yang terlibat.  | 
| 58 Dengan  demikian,  SDM  yang  terlibat  dalam  rencana  tersebut  akan  terpanggil  untuk memenuhi komitmen bersama tersebut, dalam  waktu yang  tidak terlalu  lama.  Di  samping  semua  hal  tersebut  di  atas,  ada  satu  hal  yang  tidak  boleh  dilupakan adalah  kesetiaan untuk secara kontinyu memantau hasil perbaikan yang telah dilaksanakan, dan  menjaga  agar  tidak  terjadi  penyimpangan  atas  standar  prosedur  yang  telah  ditetapkan  pada langkah enam sebelumnya.  2.5       Perbedaan langkah Quality Control Circle dan Quality Control Project  Dari  langkah  -   langkah  di  atas,  langkah     langkah  untuk  penerapan  Quality  Control  Circle  adalah  dari  langkah  1  sampai  dengan  langkah  ke  8  sedangkan untuk  Quality Control Project langkah  langkahnya yaitu dari langkah ke 1 sampai langkah ke  7.  Hal  ini  dikarenakan Quality  Control  Project sifatnya  sebagai sebuah project  dengan  skala  masalah  pembahasan lebih  luas  dari  Quality  Control  Circle  sehingga  perlu  difokuskan  lagi  pengawasan  terhadap  implementasinya dan  bukan  menekankan  pada  mengumpulkan data baru untuk masalah yang lain.  2.6       Karakteristik keefektifan kelompok GKM  Menurut  Ralph  Barra  (1992, p53), banyak  cara  untuk  membuat  gugus kendali  mutu  menyadari  adanya  gejala     gejala  yang  menimbulkan  masalah  pada  kelompok  GKM tersebut. Salah satu cara adalah dengan melibatkan anggota gugus dalam penilaian  keefektifan gugus mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat daftar karakteristik  kelompok  yang  dapat  digunakan oleh  gugus dalam  menilai sendiri keefektifan mereka.  Penilaian ini juga akan  membantu kelompok dalam  mengidentifikasi masalah sehingga  | 
| 59 akan  sanggup  diatasi  sebelum menjadi  masalah  yang  lebih  besar.  Barra  (1992,  p54)  membuat  daftar  karakteristik  kelompok  yang  berhubungan dengan  efektif  dan  tidak  efektifnya kelompok  yang  dilengkapi dengan  form  penilaian  diri  yang  hasilnya  akan  bermanfaat  dalam  mempertahankan  efektifitas  gugus.  Faktor  karaketristik  kelompok  yang dibuat Barra dalam penilaian efektifitas kelompok yaitu :  1.   Iklim  2.   Diskusi  3.   Sasaran  4.   Mendengarkan  5.   Ketidaksesuaian pendapat  6.   Konsensus  7.   Kritik  8.   Keterus terangan  9.   Rencana tindakan  10. Kepemimpinan  11. Umpan balik  Berikut  ini  adalah  pembagian  karakteristik kelompok  yang  efektif  dan  tidak  efektif  menurut Ralph Barra (1992, p55) :  2.6.1    Karakteristik kelompok gugus yang tidak efektif  1.   Iklim  | 
| 60 Iklim  sekitar  mencerminkan rasa  tidak  peduli  dan  kebosanan  (anggota  saling  berbisik  satu  sama  lain atau  mengadakan percakapan yang  tidak  penting)  atau  ketegangan (permusuhan atau perbedaan yang terpendam)  2.   Diskusi  Beberapa  orang  cenderung  mendominasi diskusi.  Seringkali  kontribusi  mereka  jauh dari yang diharapkan.  3.   Sasaran  Dari apa yang telah dikatakan, sukar untuk dapat memahami apa tugas atau tujuan  gugus.  Hal  ini  sudah  disampaikan  oleh  pemimpin  tetapi  kelompok  tampaknya  tidak memahami atau menerima suatu tujuan bersama.  4.   Mendengarkan  Orang    orang  tidak  saling  mendengarkan, berbagai  gagasan  diabaikan  atau  dilampaui dan diskusi berjalan tanpa arah.  5.   Ketidak sesuaian pendapat  Perbedaan pendapat  umumnya  tidak diselesaikan dengan efektif  oleh  kelompok.  Terjadi pertentangan terbuka dengan adanya dominasi  suatu kelompok  terhadap  kelompok yang lain.  6.   Konsensus  Seringkali tindakan  terlalu  awal  (prematur) diambil  sebelum benar    benar  dipelajari. Dengan  demikian  akan  timbul  gerutuan  setelah  setelah  pertemuan  diantara orang  orang yang tidak menyetujui  7.   Kritik  | 
| 61 Kritik   dapat   dilakukan   tetapi   seringkali   memalukan  dan   menimbulkan  ketegangan. Kritik  dapat  berupa  serangan pribadi  terhadap  orang  lain  dan  para  anggota merasa tidak enak dengan suasana ini serta tidak dapat menanggungnya.  8.   Keterus terangan  Perasanaan pribadi disembunyikan dan tidak diungkapan. Sikap umum kelompok  adalah bahwa perasaan tidak patut untuk didiskusikan dan akan mengganggu bila  dibicarakan dalam pertemuan.  9.   Rencana tindakan  Keputusan  untuk  mengambil  suatu  tindakan  tidak jelas, tidak seorangpun tahu  siapa  yang  akan  berbuat  apa.  Walaupun  penugasan  dan  pembagian  tanggung  jawab  telah  dilakukan, sering  kali  tidak  jelas  apakah  tugas  tersebut  akan  dilaksanakan atau tidak.  10. Kepemimpinan  Kepemimpinan jelas  dimiliki  oleh pemimpin  kelompok. Namun  kepemimpinan  lebih mendominasi kelompok dan tidak mewakili kepentingan kelompok.  11. Umpan balik  Kelompok cenderung  mengabaikan  diskusi  yang obyektif  mengenai bagaimana  fungsi umpan balik dalam kelompok mereka.  2.6.2  Karakteristik kelompok yang efektif  | 
| 62 1.   Iklim  Atmosfir yang dirasakan cenderung bersifat informal,  menyenangkan dan santai.  Tidak terasa adanya ketegangan. Iklim yang terasa adalah suasana bekerja dimana  manusia terlibat dan  merasa tertarik. Tidak adanya tanda  tanda  timbulnya rasa  bosan.  2.   Diskusi  Banyak terjadi diskusi dimana setiap orang berpartisipasi tetapi diskusi tetap ada  hubungannya dengan tugas kelompok.  Apabila diskusi  menyimpang dari  tujuan,  seseorang akan mengarahkannya kembali.  3.   Sasaran  Tugas atau sasaran kelompok dimengerti dengan baik dan diterima oleh anggota  kelompok.  4.   Mendengarkan  Para  anggota  saling  mendengarkan pendapat  anggota  yang  lain.  Diskusi  tidak  melompat dari  satu  hal ke  hal yang  lain  yang  tidak ada hubungannya dan setiap  ide didengarkan.  5.   Ketidaksesuaian pendapat  Ketidaksesuaian  pendapat  terjadi   namun  kelompok  tidak   terganggu  dengan  adanya hal ini dan menjaga agar suasana tetap lancar dan tidak ribut.  6.   Konsensus  Sebagian besar keputusan diambil  melalui suatu konsensus,  dimana jelas bahwa  setiap orang memiliki pendapat yang kurang lebih sama dan mau bekerja sama.  7.   Kritik  | 
| 63 Kritik sering diberikan, terus terang dan relatif membangun. Kritik bernada positif  dalam  arti  menghilangkan rintangan  yang  dihadapi kelompok  dan  rintangan    rintangan yang menyebabkan tugas kelompok tidak terselesaikan.  8.   Keterusterangan  Anggota  merasa  bebas  mengungkapkan perasaan  dan  gagasan,  baik  mengenai  masalah  yang  dihadapi  maupun  mengenai  kegiatan  kelompok.  Tidak  ada  rasa  malu untuk mengemukakan gagasan dan perasaan.  9.   Rencana tindakan  Pada  waktu  diambil  tindakan,  dilakukan  pembagian tugas  dengan  jelas  dan  diterima oleh semua orang.  10. Kepemimpinan  Pemimpin  kelompok  tidak  mendominasi  kelompok,  demikian  juga  kelompok  tidak banyak menghalangi sang pemimpin.  11. Umpan balik  Kelompok  melakukan  proses  pembelajaran terhadap  kemajuan  kelompok  atau  masalah  yang  dibahas.  Apapun  masalah  kelompok akan  didiskusikan  secara  terbuka sampai tercapai suatu pemecahan masalah.  BAB 3  METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH  3.1 Tahapan Penelitian  |