7
Bab 2
Landasan Teori
2.1
Pengertian Shuujoshi
Pertama- tama saya akan menjelaskan definisi atau pengertian shuujoshi menurut
beberapa ahli Bahasa Jepang.
Takayuki ( 1991: 69) mendefinisikan shuujoshi sebagai berikut :
????????????????????????????
Omo ni bun no owarini tsuite, hanashite no imi , kimochi wo arawashimasu.
Terjemahan :
Diletakkan  terutama 
di  akhir 
kalimat, 
untuk 
menunjukkan 
perasaan  dan
maksud si pembicara.
Tanaka ( 1990: 28) mendefinisikan shuujoshi sebagai berikut :
???????????????????????????????
???
bunmi ni soete 
sasoikaketari, nen wo oshitari, aite ni hanashi kakeru toki ni
tsukau.
Terjemahan :
Diletakkan  di  akhir  kalimat,  digunakan  pada  waktu  berbicara  pada  lawan
bicara untuk menyampaikan perasaannya.
Takashi (1992:48) mendefinisikan shuujoshi sebagai berikut :
???????????????????????????????
???
{shuujoshi} wa bunmatsu ni arawareru joshi de, futsuugo no kihonkei, ta kei,
tou ni setsuzoku suru.
  
8
Terjemahan :
{shuujoshi} adalah
partikel
yang
diletakkan
di
akhir
kalimat,   
yang
menghubungkan kelas kata dari predikat bentuk dasar, dan bentuk lampau.
Lebih lanjut, Takashi (1992:48) menambahkan :
???????????????????????????????
??????????????????????????????
???????????????????????????????
???
Shuujoshi  ni  wa,  dantei  wo  arawasu  (  sa  ),  gimonbun  wo  arawasu  (  ka,
kashira), kakunin doui wo arawasu ( ne, na), shirase wo arawasu ( yo , zo , ze ),
kantan wo arawasu ( naa , wa ) , kioku no kakunin wo arawasu ( kke ) , kinshi
wo arawasu ( na ) , tou ga aru.
Terjemahan :
Dalam
shuujoshi   ada   kelas   untuk   menunjukkan   kesimpulan   sa  ),
menunjukkan pertanyan ( ka , kashira ) , menyatakan penegasan
(
ne , na ) ,
menyatakan pemberitahuan ( yo ,
zo , ze ) ,
menunjukkan kekaguman ( naa ,
wa ) , menunjukkan penegasan ingatan ( kke ) , menunjukkan larangan ( na ) .
Shuujoshi merupakan kata Bantu akhir yang ditaruh pada kalimat atau percakapan,
yang
mempunyai
fungsi
untuk
menyatakan
niat seseorang
untuk
menghaluskan
suatu
percakapan, bertanya, atau untuk mengajak seseorang. Penggunaan shuujoshi dibedakan
menjadi dua, yaitu shuujoshi yang digunakan oleh wanita, dan yang digunakan oleh pria.
Shuujoshi yang digunakan oleh wanita contohnya : ame yo” , :ame ne”, “ ame da wa”.
Sedangkan yang biasa dipakai oleh pria contohnya : “ame da yo”, “ame da zo”, “ame
da ze”. Penggunaan shuujoshi
pada pria biasanya hanya
untuk
melambangkan
kemaskulinan seseorang. (www.yahoo.co.jp.2006)
  
9
2.1.1
Shuujoshi Zo
Tanimori (1992:204),
mengatakan bahwa partikel zo
mempunyai tiga fungsi
atau
makna, yaitu :
1.menyatakan  bahwa 
si 
pembicara 
terkesan 
memaksakan  pendapatnya 
kepada  si
pendengar.
Contoh :
???????
Yoku yatta zo!
“ kau sudah berhasil
2. menyatakan perintah atau dukungan.
contoh : 
????????????
Shikkari ganbarun da zo!
“lebih berusaha ya”
3.
menyatakan
bahwa
si
pembicara
memperjelas
perkataannya
atau
untuk
mendapat
perhatian si pendengar.
Contoh : .
????????????
Kesshite akiramenaizo!
“aku tidak akan menyerah!”
Kawashima (1992:257) ,
menyatakan partikel zo adalah partikel yang ditaruh di
akhir kalimat untuk menegaskan opini, pendapat, atau ancaman.
Contoh :
???????????
Hora, shinnichi, nageru zo!
  
10
“hei shinnichi, aku akan lempar bolanya sekarang”
Chino ( 1992:134) mengemukakan bahwa partikel zo lebih sering dipakai oleh pria,
sama seperti partikel ze. Tapi zo terkesan lebih tegas dibandingkan ze.
Chino (1992:134) selain itu juga menyebutkan dua fungsi partikel zo , antara lain :
1.   menunjukkan suatu perintah atau ancaman.
Contoh : 
?????????????????????????
Kondo sonna koto wo shittara, zettai ni yurusanai zo!
“kalau lain kali kamu lakukan hal itu, tak akan kumaafkan”
2.   menambah kekuatan kata untuk
memberanikan diri sendiri, atau mendesak diri
sendiri.
Contoh :
???????????
Kondo koso Seiko suru zo.
“kali ini aku pasti akan berhasil”
Isao, Shino, Kumiko, Toshihiro (2001:277), menyatakan bahwa partikel zo dipakai
untuk menunjukkan keinginan  yang kuat dari pembicara, dan dipakai oleh pria. Dan lagi,
zo hanya digunakan ketika berbicara kepada teman atau kepada bawahan.
Contoh : 
????????
Soro soro iku zo!
“ayo pergi”
  
11
Menurut Sudjianto ( 2001:81), partikel zo sama dengan partikel ze, dipakai pada
bagian
akhir kalimat
dalam bahasa
yang digunakan
pria. Partikel
zo tidak diucapkan
kepada orang yang lebih tua umurnya, atau lebih tinggi kedudukannya daripada
pembicara. Pemakaian partikel
zo di
antara
teman
sebaya
atau
teman
dekat
dapat
menunjukkan keakraban di antara para penuturnya.
1.   partikel
zo dapat dipakai
untuk
menegaskan
atau
menekankan
ungkapan atau
kata-kata yang diucapkan untuk menarik perhatian lawan bicara terhadap hal-hal
yang diucapkan.
Contoh :
???????
Saki ni iku zo.
“ayo kita pergi duluan”
????
Tanomu zo.
“kuserahkan padamu ya”
2.   Partikel  zo dapat  dipakai  pada  waktu  berbicara  sendiri  (menyatakan  sesuatu
kepada diri sendiri) untuk menyatakan keputusan atau ketetapan hati pembicara.
Contoh :
?????????
Kyou wa makenai zo.
“hari ini aku tidak akan kalah”
?????????
Kore wa okashii zo.
  
12
“ini aneh ya”
2.1.2
Shuujoshi Ze
Pengertian shuujoshi ze menurut Kawashima ( 1992 : 257 ) , adalah “shuujoshi ze
ditemukan dalam percakapan kasual diantara kolega atau orang seangkatan,
atau pada
waktu berbicara pada orang dengan status sosial yang lebih rendah daripada pembicara.”
Contoh
?????????????????????????
“ Yoshioka akan menjadi kepala sub seksi. Semuanya ayo beri selamat “
Kemudian 
Chino (1992 : 134) ,
menambahkan bahwa partikel ze
lebih banyak
dipakai
oleh
laki
laki
untuk
memperkuat kalimat,
dan
agak kurang
tegas
dibanding
partikel zo. Masih menurut Chino (1991:134),  partikel ze mempunyai fungsi :
Untuk membuat suatu pernyataan kepada seseorang, atau untuk memamerkan kemauan.
Contoh :???????
“Saya pergi duluan”
??????
“Saya akan berusaha”
Menurut Sudjianto
(2001 : 81 ) , ze sama dengan partikel
zo
yang dipakai pada
akhir kalimat , dalam bahasa yang digunakan pria. Pemakaian partikel ze ( dan zo ) ,
dapat menunjukkan maskulinitas para pemakainya. Partikel ze tidak dipakai pada waktu
berbicara dengan atasan ( orang yang lebih tua umurnya, atau lebih tinggi kedudukannya
  
13
daripada pembicara) . Pemakaian partikel ze di antara
teman sebaya atau
teman dekat
dapat menunjukkan keakraban di antara para penuturnya.
Masih menurut Sudjianto (2001:81), partikel ze mempunyai fungsi :
1.   Partikel ze dapat dipakai pada akhir kalimat
yang mengandung ajakan. ( …ou
ze )
Contoh :
???????
“ayo kita pergi”
2.   Partikel ze sama dengan partikel zo, dapat dipakai untuk menyatakan ketegasan
pembicara sebagai
upaya untuk
menarik perhatian lawan bicara terhadap
hal –
hal yang diucapkan.
Contoh :
?????????????
“Biar aku duluan yang coba melakukannya”
Martin ( 1988 : 922 ) , mengutip dari Ueno menyatakan bahwa kedua partikel kata
bantu ini (
zo dan ze ) , pria. Diantara partikel zo dan ze,
hanya partikel ze
yang bisa
dipakai setelah bentuk ajakan ( ikou ze, dan tidak bisa ikou zo ). Dan keduanya tidak bisa
dipakai setelah bentuk perintah ( tidak bisa ike ze atau ike zo ).
2.2
Konsep atau Pemikiran Masyarakat Jepang
Terdapat empat konsep atau pemikiran masyarakat Jepang yang  mempunyai peran
yang besar dalam sebuah komunikasi, khususnya dalam   penggunaan
Bahasa Jepang,
yaitu
:
Konsep
Danjyo(??)atau
Gender,   Konsep
Jyoge(??)atau
Hierarki,
Konsep Uchi dan Soto, dan
Konsep Situasi.
  
14
2.2.1
Konsep Danjyo
(??)
atau Gender
Jika kita melihat tulisan kanji danjyou (
??
), kata ini terdiri dari dua buah kanji ,
yaitu  pria  (
?
) , dan wanita (
?
). Dalam ilmu sosiolinguistik, terdapat istilah gender
yang mengacu pada perbedaan penggunaan bahasa berdasarkan jenis kelamin yang
menggunakan bahasa tersebut, apakah dia itu seorang pria, atau seorang wanita. Nakao
dalam Sudjianto (2004:208) menyimpulkan bahwa, “wanita Jepang memakai bahasa
yang lebih hormat atau lebih halus daripada pria”.
2.2.2
Konsep Jyoge
(??)
Sama halnya dengan danjyojyoge terdiri dari dua buah kanji , yaitu : atas
(?)
dan bawah
(?)
. Dalam masyarakat Jepang, telah diajarkankan sedari awal untuk
menghormati orang yang lebih tua atau yang mempunyai posisi atau jabatan lebih tinggi
daripada diri mereka. Ini bisa dilihat dari tata bahasa sopan yang digunakan pada waktu
berbicara pada orang yang lebih tua , dan bisa dilihat dari posisi tubuh ketika melakukan
ojiki ( memberi salam sambil membungkuk ) di depan orang yang lebih tua atau  di
depan atasan atau di depan orang dengan status sosial yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika
yang berbicara adalah orang yang lebih tua, orang yang lebih tinggi status sosial, atau
seorang atasan . dan dia berbicara kepada orang yang lebih muda, bawahan , atau orang
  
15
dengan status sosial lebih rendah, maka dia tidak harus  menggunakan tata bahasa yang
sopan.
Benedict dalam Andriani (2005:17) menjelaskan bahwa setiap sapaan dan kontak
yang terjadi dalam masyarakat Jepang harus mengindikasikan status sosial seseorang.
Seseorang akan menggunakan kata yang berbeda untuk menunjukkan hal yang sama
kepada lawan bicara yang berbeda. Contoh yang dapat saya berikan adalah :
1.   Ketika berbicara kepada orang yang lebih tua.
???????????????????????
Permisi, apakah Tuan Tanaka ada?
2.   Ketika berbicara kepada teman atau yang sederajat.
???????????????
Permisi, tono gak ada ya?
2.2.3
Konsep Uchi dan Soto
Inoue (1979:71-72) mengatakan bahwa :
????????????????????????????????
????????????????????????????????
????????????????????????????????
Terjemahan :
ukuran standar dalam membedakan masyarakat  sebagai kelompok dasar
adalah konsep uchi dan soto. Kita biasanya memilah unsur-unsur kehidupan
menjadi uchi dan soto. Ruang lingkup di mana terdapat diri kita adalah uchi,
dan ruang lingkup di luar itu disebut soto.
  
16
Konsep uchi dan soto ini tidak hanya dapat dilihat dalam sikap atau tindak tanduk
masyarakat Jepang sehari-hari, akan tetapi juga dalam penggunaan bahasa Jepang. Jika
berbicara dengan orang yang kurang mempunyai hubungan dekat (soto no hito), maka
orang Jepang akan meninggikan atau menghormati orang tersebut dengan cara
menggunakan bahasa formal dan sopan
uchi dan soto adalah istilah dalam bahasa Jepang yang menunjukkan perbedaan
kelompok dalam (orang yang mempunyai hubungan dekat/uchi) dan kelompok luar
(orang yang mempunyai hubungan tidak dekat/soto).
2.2.4
Konsep Situasi
Menurut Schourup dan Cauldwell dalam Andriani (2005:19), yang dimaksud
dengan konteks situasi adalah lingkungan dimana sebuah teks memiliki arti, dan
Schourup dan Cauldwell (2005:19) menyatakan bahwa teks adalah kata-kata yang
digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu, sedangkan konteks adalah
lingkungan dimana teks digunakan.
Sanada dalam Andriani (2005:20)  juga menambahkan mengenai unsur-unsur yang
terdapat dalam sebuah peristiwa sebagai berikut:
??????????·???·??·?????????????·
??·?????????????????????????????
????????????????????????????????
  
17
????????????????????????????????
????????
Terjemahan :
Unsur-unsur yang ada di dalam satu peristiwa : yang pertama adalah syarat
adanya tempat, tempat spesifik, kondisi, keadaan, dan sebagainya. Syarat yang
kedua adalah adanya tenggang waktu saat peristiwa terjadi, waktu spesifik,
jaman, dan sebagainya. Syarat yang ketiga adalah adanya perwujudan aktivitas
bahasa dengan kontak dan media tertentu. Ketiga syarat inilah yang akan
menjadi penentu psikologis dan mempengaruhi penutur maupun petutur.
Dalam unsur keadaan dan tempat spesifik, ada juga elemen penutur dan petutur.
Contoh yang dapat saya berikan untuk memperjelas konsep situasi atau kondisi di
atas adalah:
1.) Situasi ketika seseorang sedang merasa marah.
2.) Situasi ketika seseorang sedang berbicara dengan dirinya sendiri.
2.3
Konsep Manga
Berdasarkan www.wikipedia.com (2006), dituliskan bahwa :
??????????????????????????????
???????????????????????????????
??????????????????????????????
Terjemahan :
Yang dimaksud dengan manga biasanya merupakan istilah asing
untukmenggambarkan  suatu  penyampaian  pesan  atau  informasi  yang
diciptakan 
dengan 
gambar 
dan 
huruf  sebagai 
pusatnya,  dengan 
ekspresi
lambang tertentu.yang menjadi keunggulannya, seperti dibagi menjadi kotak –
kotak , cerita yang lucu, huruf yang ditulis sebagai tiruan bunyi , garis – garis
yang gerak atau tindakan , garis – garis pemusatan, dan lain – lain.
  
18
Manga Jepang atau di Indonesia disebut komik Jepang. Selain itu. komik adalah
bentuk seni yang menggunakan gambar –
gambar tidak bergerak yang disusun
sedemikian rupa 
sehingga
membentuk
jalinan cerita. 
Biasanya komik dicetak di atas
kertas
dan
dilengkapi
dengan
teks.
Komik
dapat
diterbitkan
dalam
berbagai
bentuk,
mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri.