BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Teknologi PLC
PLC pertama kali digunakan sekitar pada
tahun 1960 an 
untuk
menggantikan
peralatan konvensional yang begitu banyak, PLC disusun dan dipakai pertama kali oleh
sebuah perusahaan mesin-mesin terkenal sampai sekarang yang bernama General Motor
pada tahun 1968. [4]
Sebagian
besar
sistem kontrol
pada
proses
industri
masih
menggunakan
rangkaian relay, rangkaian relay ini dapat membentuk fungsi-fungsi logika tertentu yang
sesuai yang sesuai dengan yang diinginkan .
2.2 Latar Belakang Pemakaian PLC
Pada proses sekuensial sederhana yang hanya memerlukan sedikit komponen
relay
(kurang
dari
10 buah),
sistem
kontrol relay
tersebut
tidak
banyak
menimbulkan
masalah, tetapi untuk proses yang lebih rumit dan memerlukan banyak sekali komponen
relay
akan
menyebabkan
munculnya
berbagai
masalah,
kerusakan
sebuah
relay
saja
dapat menyebabkan proses berjalan tidak sesuai dengan yang dikehendaki atau proses
akan berhenti.
Kemajuan teknologi yang berkembang pesat dewasa ini, mengakibatkan industri
sebagai produsen atau penghasil barang menggunakan cara-cara otomatisasi untuk
meningkatkan jumlah
hasil produksi
yang banyak secara efektif dan efesien, salah satu
peralatan kontrol otomatis yang saat
ini paling banyak di gunakan di industri-industri
adalah PLC (Programmable Logic Controller).
7
  
8
Dimana 
PLC 
mudah 
diprogram  berulang-ulang 
dan 
dapat 
langsung
diaplikasikan,
mudah dalam perawatan dan perbaikannya, lebih bisa diandalkan dalam
lingkungan pabrik, jauh lebih kecil dan efesien daripada rangkaian relay biasa, harga
lebih murah dari pada rangkaian konvensional dan harganya bersaing. PLC dapat
digunakan dalam suatu sistem yang kompleks dan cukup mudah dimengerti
PLC lebih banyak digunakan dan lebih cepat berkembang di dalam industri.
Kelebihannya
yaitu
kemudahan
dalam pemrograman
ulang
dan
tanpa
melakukan
perubahan rangkaian fisiknya, PLC juga mudah digunakan atau user-friendly sehingga
mudah
digunakan
meskipun
bagi
seorang
yang tidak
memiliki
keterampilan
dalam
mengoperasikan komputer.
PLC dapat melakukan manipulasi jaringan rangkaian Logika yaitu dengan
mendesain,
memprogram,
mengontrol
dan
mengoperasikan
dalam suatu
sistem yang
komplek. PLC cukup mudah dimengerti, sehingga banyak sekali dipakai dalam industri
seperti
pabrik-pabrik
manifaktur
yang
membutuhkan
penanganan
atas
sistem mesin-
mesin pabrik yang kompleks.
2.2.1 Kelebihan dan Kekurangan PLC;
Beberapa 
kelebihan 
yang  dimiliki  oleh  PLC  dibanding 
dengan 
kontrol  relay
konvensional,yaitu:
1.   Fleksibilitas.
Sebelum ditemukan
PLC,
setiap
mesin
produksi
yang
dikontrol
dengan
alat
elektronik yang berbeda, dibutuhkan pengontrolnya masing-masing sendiri; untuk 15
mesin 
mungkin
memerlukan
15 pengontrol berbeda. Tapi sekarang kemungkinan
untuk
hanya
menggunakan
satu
model dari
PLC saja
dapat
menjalankan
seluruh
  
9
mesin. Lagi pula, hanya memerlukan pengontrol yang sedikit, karena satu PLC dapat
menjalankan banyak mesin dengan mudah. Setiap mesin
yang dikontrol PLC
harus
memiliki program tersendiri yang jelas.
2.   Dapat melakukan perubahan implementasi dan perbaikan kesalahan.
jika terdapat error program yang harus dikoreksi di dalam statement list PLC control,
dapat diubah dengan cepat.
3.   Biaya yang murah.
Sekarang
dengan
membeli
sebuah satu
PLC
yang
memiliki
banyak
relay,
timer,
counter,
sequencer
dan
fungsi
lainnya
bisa menganti
seluruh
alat
control
atau
pengendali, dan sekarang PLC dalam bentuk yang kecil dan murah.
4.   Pemrograman ulang yang mudah dan cepat.
5.   Pengendalian secara visual.
Sebuah operasi circuit PLC dapat dilihat selama operasinya pada layar CRT.
6.   PLC bagus sekali dalam pengendalian masukan dan keluaran.
7.   Program PLC beroperasi dengan kecepatan yang tinggi.
8.   kualitasnya bagus, Handal dan mudah dirawat.
9.   Dokumentasi yang mudah, dan menyeluruh atas program-program yang telah dibuat,
hasil pemrogaman PLC dapat dicetak dengan
mudah
hanya dalam
beberapa menit
saja.
10. Keamanan yang terjamin
11. Program
baru
dapat
digabungkan
dengan program
lama
dengan
mudah
dan
tidak
merusak.
12. Teknologinya tergolong masih baru.
  
10
13. Tahan terhadap gangguan.
14. Operasi yang dilakukan berdasarkan logika jaringan secara elektrik sehingga dapat
mengurangi resiko perilaku fisik.
15. Operasi yang telah terprogram tidak berubah dan stabil.
16. Operasi yang dapat dilakukan tidak memiliki perubahan banyak karena keterbatasan
program dan fungsi.
17. Semakin kompleks sistemnya maka ukuran kontrolernya akan makin besar.
18. Penggunaannya pada kondisi tertentu cukup terbatas.
19. Masih terikat dengan kemampuan prosessor pada komputer PC.
20. Hanya dapat mengenali  lingkungan yang bisa dimengerti oleh sistem PLC.
21. Egronomis
Sebuah sirkuit program PLC dapat diteliti atau dievaluasi di kantor ataupun lab.
Program dapat
dicetak
di
dalamnya,
ditest,
diobservasi,
dan
dimodifikasi
jika
diperlukan, sehingga dapat menghemat waktu kerja. Pada kenyataannya, sistem PLC
mendapatkan hasil terbaik di pabrik, dan dapat dipakai kapan saja.
22. Inovasi yang luar biasa.
Beberapa   kekurangan   yang   dimiliki   oleh   PLC 
dibanding   dengan   kontrol   relay
konvensional,yaitu:
1.   Memiliki jumlah yang besar atas hubungan-hubungan jaringan.
2.   PLC bisa rusak pada keadaan lingkungan panas yang tinggi, vibrasi yang tinggi
membuat penggunaannya kurang cocok, karena dapat merusak PLC.
3.   Membuat
banyak
orang
kehilangan
pekerjaannya,
karena
PLC
membutuhkan
sedikit orang untuk mengerjakannya.
  
11
2.2.2
Pengertian PLC
PLC merupakan suatu alat pengontrol sistem secara logika berbasiskan komputer
PC yang menjalankan intruksi-intruksi logika yang dapat melakukan kontrol terhadap
rangkaian-rangkaian   logika   dari   input,   proses,   yang   kemudian   outputnya   dapat
melakukan
suatu
tujuan
tertentu pada
aplikasi
yang
bersifat
fisikal
yang
dapat
diatur
oleh suatu program dengan efesien, cepat dan handal.
PLC  (programmable  logic  controller)  yaitu  kendali  logika  terprogram
merupakan suatu sistem atau piranti elektronik yang di rancang untuk dapat beroperasi
secara digital dengan menggunakan memori sebagai media penyimpanan instruksi-
instruksi  internal  untuk  menjalankan  fungsi-fungsi  logika,  seperti  fungsi  pencacah,
fungsi urutan proses(sekuensial), fungsi pewaktu, fungsi arimatika dan fungsi lainnya
dengan cara memprogramnya untuk mengontrol berbagai macam mesin, mengendalikan
sistem lampu dan memproses modul masukan atau keluaran baik digital maupun analog.
Program-program yang
dibuat
kemudian
dimasukkan dalam PLC
melalui
programmer
atau monitor, pembuatan program dapat
menggunakan
komputer sehingga dapat
mempercepat hasil pekerjaan.
PLC dapat beroperasi 
pada sistem yang
memiliki output atau
input
yang bisa
menghasilkan
on
atau off
(Digital).
Inputnya
biasanya berasal
dari
sensor
atau
saklar
atau tombol yang menghasilkan input digital, sedangkan outputnya yang berupa motor,
buzzer dan kipas angin, juga biasanya berdasarkan hasil on ataupun off saja.
  
12
2.2.3
Teori Dasar PLC
PLC merupakan sebuah komputer kecil yang di desain sebagai otomatisasi
kontrol, Berbeda dengan komputer pada umumnya yang biasa digunakan, dalam sistem
komputer  biasa  dikenal  dengan  komputer  pemroses  data,  dimana  komputer  hanya
sebagai
pemroses
data
yang
biasa
pakai
untuk
menulis, memrogram,
main
games,
menggambar  desain 
grafis  dalam  komputer  dan 
lain 
lain,  dimana  banyak  orang
menyebut komputer biasa sebagai mesin pemroses data, dimana alat masukannya berupa
keyboard  dan  mouse,  dan  alat  keluarannya  Video  Display  Terminal  (monitor)  dan
printer, berbeda halnya dengan PLC dimana banyak orang  
menyebutnya dengan
komputer
pemroses
kontrol,
tapi
tentunya
dalam PLC
juga
memroses
data,
itu
juga
merupakan fungsi awal untuk pengontrolan pabrik dan proses industri seperti mesin-
mesin, robot dan lain lain. [11]
Dimana dalam skripsi
ini input pengontrolnya berupa switches dan sensors dan
output pengontrolnya berupa motor, lampu, buzzer, dan lain lain.
Untuk aplikasi dipabrik alat PLC skripsi ini bisa digunalan sebagai berikut;
1. Sistem kontrol untuk sebuah mesin bor otomatis.
2. Sistem kontrol untuk sebuah sistem pengemasan kotak.
3. Sistem kontrol untuk pembuka pintu garasi otomatis.
4. Sistem kontrol untuk pembuka pintu pagar otomatis.
5. Sistem kontrol untuk sistem keamanan, mis: pendeteksi asap.
6. Sistem kontrol untuk pengatur lampu rumah.
7. sistem kontrol untuk pengendali parkir otomatis.
8. dll.
  
13
2.3 Perbedaan PLC dengan komputer
Dimana  bisa  dilihat  perbedaan  antara  PLC  (Process  control  computer  system)
dengan
sistem komputer proses data (Data processing
computer system) pada diagram
blok di gambar.2.1. sebagai berikut;
Gambar 2.1. Data Processing dan Process Control Computer
  
14
2.4
Sistem PLC
Dalam  suatu  sistem  PLC  ini  yang  seperti  pada  gambar.2.2.  terdapat  4  (empat)
komponen bagian utama, keempat komponen itu yaitu;
1.   Central Control Unit (CCU) atau Central Prosesing Unit (CPU), merupakan otak
dari PLC.
2.   Memori.
3.   Programmer atau Monitor.
4.   Input atau output modul
Dimana blok diagram rancangan  sistem PLC sebagai berikut;
Programmer atau monitor
Modul
masukan
CCU
Modul
keluaran
Gambar 2.2. Diagram keseluruhan sistem PLC
  
15
Dari gambar 2.2 diatas cara kerja singkatnya sebagai berikut:
dimana pada masukan dan keluaran di kontrol dan di proses melalui CPU atau CCU,
sinyal masukan ke CCU yang sebelumnya uda di program melalui programmer monitor,
kemudian CCU memberikan suatu sinyal informasi pada keluaran, hasil kerja tersebut
bisa di simpan dalam komputer.
Dimana CCU, programer atau monitor, dan modul I/O, penjelasannya secara
detail sebagai berikut;
CCU (Central Control unit atau  pusat unit pengontrolan)
Sesuai dengan namanya unit CCU merupakan alat yang di gunakan sebagai pusat
pemrosesan semua intruksi-intruksi atau perintah-perintah yang di berikan ke PLC.
Piranti keras dan otaknya PLC berupa CCU (Central Control unit), CCU terdiri
dari 4 bagian yaitu;
a. IC AT89S52 merupakan otak dari CCU yang menjadi pusat pengontrolan yang di
fungsikan untuk operasi pengontrolan dan operasi logika.
b. Memori, pada IC AT 89S52 terdapat memori yang merupakan daerah CCU yang di
gunakan untuk melakukan proses penyimpanan dan pengiriman data pada PLC.
Yang dimana memori ROM dan RAM uda menjadi satu dalam IC CCU pada
IC AT 89S52
c. Optocoupler, menerima sinyal masukan dari modul input.
d. Relay, berfungsi sebagai on/off pada modul output.
  
16
Blok diagram CCU PLC dapat dilihat pada gambar 2.3 di bawah ini;
CCU
optocoupler
Mcs 52
Relay
Catu daya
Gambar 2.3 Blok Diagram CCU
Catu daya berfungsi untuk memberikan sumber tegangan pada CCU dengan cara
mengubah sumber masukan tegangan bolak-balik menjadi tegangan searah, kebanyakan
PLC beroperasi pada tegangan searah +5 volt, oleh sebab itu catu daya PLC harus
membuat rangkaian untuk mengubah 220 VAC menjadi +5 V DC.
banyak perusahaan PLC membekali PLC dengan baterai cadangan yang membuat sistem
operasi dalam CCU selalu ada sekalipun dalam catu daya yang gagal.
Pada
unit
ini penyusun
utama dari
rangkaian-rangkaian elektronik
yang rumit
dan kompleks, saat suatu perintah diberikan ke unit ini, maka perintah itu akan diterima,
diterjemahkan,
kemudian
dipecahkan
dalam kode-kodenya,
kemudian
kode-kode
di
teruskan 
ke 
unit-unit 
lain 
sebagai 
perintah 
untuk 
melaksanakan 
tugas 
yang 
di
terimannya.
  
17
2.4.1
Carakerja sistem PLC
dimana sistem
kerja PLC
dengan
CCU
eli gambarkan
dalam
gambar
diagram
2.5 sebagai
berikut;
ccu
ROM WITH FIXED
OPERATING
SYSTEM
PROGRAM
I
CONTROL    
H
ALU
HREGISTER I
UNIT
CONTROL SECTION
I
ANALISIS
I
I
I
LOGIC SCAN
PERIPHERAL 
PROGRAM
INTERFACE
KEYBOARD
INPUT
(PROGRAM
OUTPUT
WITH
VOT
 
SCAN
USER
SCAN 
OTHER
TAPE
BLOCK 
WRITES
FOR 
BLOCK 
   
CPU OR
PRINT
   
PROCESS
COMPUTERS
DISK
  C
ONTROL)
INPUT 
OUTPUT
MODULES
MODULES
Gambar
2.4.
Sistem
kerja
diagram
blok PLC.
  
18
Keterangan cara kerjanya sebagai berikut ;
Bisa dilihat bagian atas pada gambar 2.4 pada diagram sistem CCU;
dimana
memori ROM dengan sistem operasi
yang tetap (tidak bisa di
ubah-ubah) dan
pasti
berhadapan
atau berhubungan
langsung
dengan bagian kontrol (control section),
program sistem operasi disini menyusun dan mengatur setiap operasi dari PLC.
Apapun permintaan dan perintah dari 
logic
scan
program
(user) kepada
PLC
untuk
melakukan sesuatu, program sistem operasi
tetap yang
mengurus semua pekerjaan atau
tugas-tugas dalam PLC.
Pada bagian kontrol (control section),
yang
merupakan jantung dari CCU, terdiri dari;
control
unit
dengan
clock,
sebuah arithmetic logic unit (ALU),
dan
beberapa
bagian
dalam (internal) penyimpanan register sementara.
Bagian kontrol
yang menentukan bagian operasi yang
mana yang di
fungsikan, untuk
tugas apa dan untuk berapa lama.
Kemudian pada bagian
input scan block
mengscan
input dan kedudukan atau keadaan
status
input
secara
individual
dari
input
module
kedalam memori
ROM,
setelah
menganalisa input, logic scan (user ladder logic program) meng updates tugas atau status
atau
keadaan
baru
pada
ouput
module
melalui output scan blok secara tepat., maka
keadaan output setelah di scan dan di update, keadaan dan statusnya bisa berubah atau
juga bisa tetap
tergantung analisis dari
logic scan
(tergantung program yang diberikan
oleh user dalam ladder diagram).
Status tugas yang diberikan pada output module tergantung sinyal output dari CPU.
Keyboard mengambil aksi berdasarkan operasi yang diberikan
Bagian interfacing merupakan pilihan,dimana bisa berkomunikasi dengan PLC lain.
  
19
2.4.2 Penyusunan sistem PLC
Dimana susunan sistem PLC bisa dilihat pada gambar 2.5. blok diagram berikut;
Gambar 2.5. Susunan Sistem  PLC
2.4.2.1  Mikrokontroler
Semua Mikrokontroler di rancang untuk mengerjakan soal-soal kontrol dan
melakukan operasi logika.
Ilmuan-ilmuan elektronik
Atmel
mengerjakan
hal
itu
semua
kedalam
satu chip
yang bisa digunakan untuk mengendalikan alat–alat elektronik yang bisa dinamakan IC
mikrokontroler,  Unit  pusat  pemrosesan  ada  pada  IC  AT89S52  sebagai  IC
mikrokontroler, yang dipakai pada skripsi PLC, dimana mikrokontroler ini mempunyai
  
20
karakter yang unik dan bisa di program dalam memori internal tetap untuk mengerjakan
satu set instruksi, yang disusun dalam satu program.
Keberadaan suatu chip microprocessor atau
microcontroller
dipengaruhi
unjuk
kerjanya  pada  kapasitas  pemrosesan  bit-nya  dan  juga  oleh  kecepatan  atau  clock
frekuensi kerjanya.
Dalam jenis microprocessor atau microcontroller mempunyai beberapa besaran bit yaitu;
4,8,16,32-Bit,
semakin
besar
bitnya
semakin
bagus
dalam performance
maupun
pemrosesannya.
Suatu mikroprosesor dengan kapasitas pemrosesan 8 bit, maka dapat diandaikan
bahwa
mikroprosesor
tersebut
mempunyai
8 jalur
pintu
masukan
sebagai
penerima
menerima bit-bit intruksi, dengan demikian mikroprosesor dengan kapasitas pemrosesan
16
bit
dan
32 bit
tentunya
mikroprosesor
ini
akan
mempunyai 16
dan
32
jalur
pintu
cepat, demikian juga mikro prosesor dengan 32 bit akan dapat memproses 16 bit dengan
dengan 2 kali
lebih cepat, begitu seterusnya, tetapi dalam praktek biasanya
tidak dapat
tepat 2 kali atau 4 kali, sebab masih ada faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi, di
antaranya adalah frekuensi kerja mikro prosesor tersebut.
Biasanya PLC besar memakai mikro prosesor 32 bit dengan clock speed 33 Mhz sampai
50 Mhz dan beberapa PLC
yang kecil sudah bagus dengan memakai
microprocessor 8
bit dengan clock speed 4 Mhz, tetapi sekarang kebanyakan PLC yang kecil sudah
memakai microprocessor 16 bit dengan clock speed 10 Mhz,
Dan dalam pembuatan skripsi PLC ini memakai mikro kontroler IC
AT 89S52 dgn
besaran 8 bit.
MCS IC AT 89S52 mengatur dan mengawasi semua operasi dalam PLC, dengan
melaksanakan
instruksi-instruksi program yang di simpan dalam memori, kemudian di
  
21
jalankan
untuk
membuat output
device
dalam keadaan
OFF atau
dalam keadaan ON.
Dalam IC
AT
89S52
sebuah
jalur
komunikasi
dalam,
atau
sistem bus,
membawa
informasi
ke
atau
dari
prosesor,
memori dan
unit
masukan
atau
keluaran,
dibawah
pengaturan dari CCU.
Mikrokontroler merupakan otak dari PLC
dimana
tugasnya
menganalisa,
memproses  dan mengirim data.
2.4.2.2  Memori
Ukuran CCU sangat penting, sesuai dengan internal memori yang diperlukan
untuk 
menjalankan 
program, 
pengendalian  untuk  pengoperasian  kecil  hanya
memerlukan
unit
PLC
yang
mempunyai
memori yang terbatas, sedangkan untuk
pengoperasian yang besar tentu saja di butuhkan
PLC
yang
mempunyai
kemampuan
penyimpanan memori yang lebih besar dan juga memiliki fungsi yang lebih besar.
Sistem operasi
dasar
seperti
;
logic,
Edit,
monitor,
communicate
di
simpan
secara
permanen dalam ROM (Read only Memory/memori hanya baca), disebut memori hanya
baca karena chip ini
di rancang sehingga byte-byte yang tersimpan
tidak bisa di
uba-
ubah dengan cara apapun Cuma bisa di baca tidak bisa di tulis atau di hapus, kegunaan
utama ROM dalam sistem CCU adalah untuk menyediakan suatu program yang di sebut
monitor dan operasi logic, program yang sudah di taruh dalam sebuah ROM akan tetap
bertahan ketika tidak ada lagi catu daya yang diberikan.
Di dalam sebuah ROM terdapat sistem operasi yang tetap dan pasti, program monitor
atau
pembangkit
karakter
merupakan
bagian penting dan banyak di pakai dalam
perancangan 
PLC, 
perlu 
di 
buat 
pola 
programnya,  tetapi 
untuk 
pemakaian  dan
pembuatan program 
perlu di simpan dalam memori
yang dapat   di
ubah-ubah dan di
hapus
yang di sebut random access
memory (RAM), yang di gunakan sebagai memori
  
22
baca
atau
tulis
dimana
untuk
penyimpan
sementara
status
dari
fungsi
dalam yaitu;
pewaktu, pencacah, relay penanda (marker relay) serta diagram ladder, numerics dan I/O
masukannya
hilang maka program juga akan hilang, oleh karena itu sebuah RAM
membutuhkan 
baterai cadangan atau battery back
up supaya programnya tidak
hilang
sewaktu masih di butuhkan.
Di skripsi ini program monitor dan fungsi semua disimpan dalam memori ROM.
selain
ROM
dan
RAM ada beberapa
memori
yang sering
di
gunakan
pada
beberapa
CPU PLC, antara lain: PROM, EPROM, EEPROM, dan NOVRAM.
Ket sebagai berikut;
A. Programmable read-only memory (PROM) pada dasarnya sama dengan ROM, hanya
pada PROM dapat di program oleh programmer, tapi hanya untuk satu kali.
B. Erasable programmable read-only memory (EPROM) adalah PROM yang dapat di
hapus dengan
menyinari dengan sinar ultraviolet (UV) pada jendela IC untuk beberapa
menit,
memori
ini sering juga di
sebut
UVROM, sewaktu disinari dengan ultra
violet,
bit-bit dalam IC
memori 
di reset
menjadi 0, dalam EPROM ada beberapa kekurangan
yaitu; pertama Cuma
bisa di hapus beberapa kali, kedua sewaktu EPROM 
dihapus
dengan
sinar
UV,
semua
lokasi dalam
IC
memori
terhapus
walaupun
yang
ingin
di
hapus atau diubah beberapa lokasi saja.
C. Electrically erasable programmable read-only memory (EEPROM) agak sama dengan
EPROM tetapi mempunyai kelebihan jika di bandingkan dengan EPROM, karena
EEPROM dengan sangat cepat dan mudah dapat direset dan di hapus, dalam EEPROM
menghapus isi memorinya dengan menggunakan sinyal elektrik
D. 
Non 
Volatile  Random 
Access 
Memory 
(NOVRAM) 
ini 
merupakan 
memori
kombinasi
antara
EEPROM dan RAM,
ketika
catu
dayanya
berkurang
maka
memori
  
23
pada
RAM dapat
di simpan
pada
EEPROM
sebelum
hilang
dan
dapat
di
baca pada
RAM lagi setelah catu dayanya tersedia kembali normal. Non Volatile Random Access
Memory (NOVRAM) merupakan jenis memori yang sering di gunakan pada CPU PLC.
Dalam sebuah memori Volatile ataupun NonVolatile di golongkan menurut besaran bit.
Besaran
1
bit
bisa
0
(low
voltage)
ataupun
1
(high
voltage)
yang
merupakan
isi
dari
setiap bit atau cell, cell di atur dan di susun dalam suatu tempat yang terdiri kotak-kotak
bit,
biasanya
mempunyai
lebar 8
bit dan 16
bit, dimana
yang
besarnya
8
bit
disebut
dengan byte dan yang besarnya 16 bit disebut dengan word.
PLC pada umumnya mempunyai kapasitas memori ROM dari 2 sampai 8 Kilo Byte,
semakin banyak proses intruksi dan pengontrolan
input-output
semakin
banyak
memerlukan kapasitas memori dalam sebuah PLC.
Dalam  proses 
menjalankan  pengontrolan  dari  sebuah 
input 
menggerakkan  sebuah
output, besarnya kapasitas memori yang dibutuhkan 
tergantung pada jumlah input dan
jumlah output dan banyaknya proses dalam diagram pengontrolan
Dalam penempatan
isi
memori
menurut
tugasnya
dibagi dalam 2
kategori,
yaitu:
user
memory (memori yang digunakan user dalam membuat program, mis : ladder diagram)
dan storage memory (memori penyimpanan, mis: I/O status, timer status, numerical data,
timer status, counter status, dan lain lain).
Besarnya kapasitas user memori dalam menempati sebuah memori biasanya 75 % keatas
dari total
kapasitas
memori
yang
biasanya digunakan
user
untuk
memprogram ladder
diagram.
Tetapi dalam skripsi ini digabung menjadi satu memori pada ROM.
2.4.2.3  Program  atau monitor
Program atau Monitor: Media-media tempat dimana program dimasukan.
  
24
Program atau
monitor
merupakan
suatu
alat
yang
di
gunakan
untuk
berkomunikasi
dengan PLC, dengan menggunakan programatau monitor ini dapat di buat program yang
kemudian dimasukkan ke dalam PLC dan juga dapat memonitor proses yang di lakukan
oleh PLC, programmer atau monitor mempunyai beberapa fungsi yaitu:
1.   Off, difungsikan untuk mematikan PLC sehingga program yang di buat tidak
dapat di jalankan.
2.   Run, di fungsikan untuk pengendalian suatu proses pada saat program dalam
kondisi di aktifkan .
3.   Monitor untuk mengetahui keadaan suatu proses yang terjadi pada PLC.
4.   Program yang menyatakan suatu keadaan dimana programmer atau monitor
dapat di gunakan untuk membuat program.
(dalam skripsi dibuat program yang langsung menggerakan instrument)
2.4.2.4  I/O  MODUL (INTERFACES)
I/O Modules: Tempat dimana seluruh sistem menerima dan mengirim informasi
(antarmuka atau interface).
2.4.2.4.1 Modul Input
Terminal
masukan
menerima
sinyal dari kabel yang di hubungkan
dengan
masukan sensor dan transduser, sedangkan keluaran menyediakan tegangan keluaran
untuk actuator atau indicator alat.
Beberapa tipe modul masukan dan keluaran antara lain 4,8,12 atau 16 module, dan lain
lain. Dan yang dipakai pada skripsi memiliki 8 masukan dan 8 keluaran.
  
25
Dalam modul masukan (input module) mempunyai 4 tugas secara elektronika;
Pertama: merasakan kehadiran dari setiap sinyal input dalam terminal input, sinyal input
memberitahu switch dan
sensor
apa
dan
yang
mana
yang
digunakan, atau
sinyal
lain
dalam keadaan off atau on di dalam proses pengontrolan.
Kedua : mengubah sinyal input yang dalam keadaan high atau on pada Optocoupler atau
optoisolator kedalam bentuk ground yang dapat digunakan pada IC AT 89S52, jika tidak
ada sinyal input yang di ubahkan maka di indikasikan sebagai off.
Ketiga : modul input membuat isolator elektronik yang mengisolasi module input setelah
converter dan
sebelum output
logic secara elektronik,
yang berguna untuk
melindungi
IC AT 89S52 dari lonjakan tegangan input.
Keempat : sirkuit elektronika module input membuat sinyal output yang bisa dirasa dan
dimengerti  CCU dari PLC.
Dimana gambar layout dari module input bisa dilihat sebagai berikut;
Gambar 2.6. PLC Input Module layout
Gambar 2.6. menggambarkan sirkuit untuk satu terminal, semua terminal
menggambarkan sirkuit module yang serupa (identical).
  
26
pertama menerima sinyal input dari switch, sensor, dan lain lain.
Untuk
tegangan
input
AC,
dalam converter
diubah
menjadi
tegangan
DC
yang
bisa
(converter) yang di hubungkan dengan semua
input, keluaran dari converter tidak
langsung terhubung dengan CCU karena jika terhubung langsung akan terjadi sentakan
tegangan
input
dan
bisa
membuat
CCU
tidak
berfungsi,
misalkan
dalam converter
menerima tegangan AC 20 volt yang diberikan input kepada CCU, oleh karena CCU
hanya bekerja pada tegangan DC 5 volt, maka CCU bisa mengalami kerusakan fatal, di
situlah
optoisolator
atau
optocoupler sebagai isolator elektronik
melindungi CCU dari
kerusakan tersebut.
Sinyal on off dari keluaran converter dibawa berupa sinar dengan sebuah LED
(Light
Emitting Diode) dalam satu arah di dalam optoisolator, sentakan tegangan tidak
akan melewati optoisolator dalam arah yang sama.
Sewaktu ada sinyal input, optoisolator mengirim sinyal ke CCU melalui blok output
logic, ketika
sinyal
yang diterima block
output
logic
dalam keadaan
on
maka
diubah
menjadi
kode
sinyal berupa 0
yang
diterima
oleh
CCU
kalau dalam off
maka
diubah
menjadi
kode
sinyal
berupa
1
yang
diterima oleh
CCU,
yang
dijadikan
modul
yang
terdiri
sederetan
angka
secara
paralel, dimana
modul
kode
angka-angka
dalam setiap
terminal bisa disusun secara bersamaan, dalam setiap kode sinyal menggambarkan status
on off
yang kemudian di scan oleh blok scan
input dan ditempatkan kedalam memori
ROM seperti yang diberitahu sebelumnya.
2.4.2.4.2 Modul output
Dimana gambar layout dari module output bisa dilihat pada gambar 2.7. sebagai
berikut;
  
27
Gambar 2.7. PLC Output Module layout
Sinyal CCU yang diterima dari output logic
pada
input
modul,
setiap
kode
sinyalnya discan pada input scan blok dan kemudian ditaruh pada memori dan jika kode-
kode sinyal CCU cocok dengan tanda kode angka dari modul input yang sesuai dengan
program laddernya maka modul output dalam keadaan on atau aktif.
Pengenalan kode angka-angka sinyal pada
modul output sudah di tentukan, jika kode
sinyal CCU tidak cocok yang diterima dengan tanda kode sinyal blok output scan yang
berupa relay maka terminal modul output tidak bekerja atau dalam keadaan off.
Kemudian
jika
sinyal
CCU
cocok
dengan
tanda
kode
dari
scan
modul
input,
maka
diteruskan dan di terima oleh
modul output dan diteruskan pada blok IC
motor yang
menggerakan relay pada modul output, kemudian sinyal yang dari relay output tersebut
yang menentukan sebuah output atau transducer dalam keadaaan ON atau OFF.
2.4.2.5 Besaran Tegangan I/O
Hal yang penting dalam modul masukan atau keluaran adalah tegangan modul dan nilai
arus,
modul
masukan bernilai
3
sampai
12
volt dc
dan
tidak di perbolehkan bekerja
selain pada tegangan tersebut, tegangan ini akan membuat kerusakan PLC.
  
28
PLC bekerja pada tegangan antara 6 sampai 12 volt, modul masukan atau
keluaran
membentuk
interface
antara
mikro
elektronik dari
PLC
dengan
alat-alat
masukan dan alat-alat keluaran.
2.4.2.6 Jenis-jenis I/O
Dimana jenis dan keterangan modul input dan modul output sebagai berikut;
1.   Modul Input (Sensor)
Berfungsi
untuk
mengubah
besaran
fisis
menjadi besaran elektris yang kemudian
diproses pada AT89S52 yang merupakan sinyal masukan yang akan di proses oleh
ALU.
Modul Input atau Sensor ini dapat berupa :
A.  Saklar (switch)
saklar merupakan saklar biasa yang telah diketahui di mana sensor ini dapat
mendeteksi adanya penekanan. Sensor Saklar merupakan sensor yang sederhana
Terdapat dua keadaan awal yaitu Normaly Open (NO) di mana saklar pada keadaan
awal adalah hubung buka (non aktif) jika ditekan baru terhubung singkat (aktif) dan
Normaly Close (NC) di mana saklar pada keadaan awal adalah hubung tutup atau
hubung singkat (aktif) bila ditekan maka hubungannya terputus (non aktif).
  
29
a. Normaly Open
b. Normaly Close
Gambar 2.8. Saklar
B.  Limit Switch
Limit Switch dapat mendeteksi ada atau tidaknya sesuatu (benda), serta dapat mengecek
sesuatu(benda) yang ditangkap sesuai dengan batas-batas yang sudah ditetapkan
limit Switch mendeteksi keberadaan suatu benda berdasarkan sifatnya, misalnya berupa
logam, benda gelap atau terang, dan sebagainya.
C. Sensor
Ada dua macam sensor yang dapat dipergunakan
:
I.
Sensor Proximity
Sensor yang dapat mendeteksi perubahan lingkungan pada sensor tanpa
melakukan sentuhan fisik.
Jarak
benda
yang
dapat dideteksi
terbatas
pada jarak tertentu. Terdapat
beberapa
jenis sensor ini yaitu :
1.   Sensor kapasitif
Sensor  ini  biasa  digunakan  untuk  mendeteksi  semua  jenis  benda  dengan
jarak
deteksi sensor yang terbatas.
2.   Sensor induktif
Hanya dapat mendeteksi keberadaan benda jenis logam.
  
30
3.   Sensor optik
Mendeteksi benda berdasarkan tingkat intensitas sinar yang dipantulkan oleh benda.
Sinar yang digunakan biasanya infra red atau sinar biasa (yang dapat ditangkap oleh
mata
manusia).
Sensor
ini
berupa foto dioda yang akan hubung singkat jika
mendapatkan sinar yang cukup kuat dan akan hubung buka jika tidak mendapatkan
sinar  yang  cukup.  Pada  perkembangan  selanjutnya  terdapat  sensor  optik  yang
mampu mendeteksi warna-warna lain.
4.   Sensor magnet
Mendeteksi keberadaan medan magnet. Jika terdapat medan magnet maka rangkaian
akan hubung singkat di kaki output dengan ground dan sebaliknya.
5.  LDR (Light Dependent Resistor)
Sensor ini bekerja berdasarkan cahaya, dimana resistor yang bergantung pada cahaya
artinya 
nilai 
tahanannya 
akan  berubah-ubah 
apabila 
terkena 
cahaya 
dan
perubahannya tergantung dari intesitas cahaya yang di terimanya. Semakin banyak
cahaya maka hambatannya semakin sedikit, sebaliknya jika tidak ada cahaya maka
tahanannya akan membesar.
II.      
Sensor Non Proximity (Sensor Roller)
Sensor jenis ini dapat mendeteksi perubahan lingkungan pada sensor jika ada
sentuhan fisik.
Contoh sensor jenis ini adalah Sensor Roller atau bumper.
Input yang dipakai hanya memakai sensor magnet, LDR dan saklar.
  
31
6.   Modul Output
Berfungsi untuk mengubah besaran elektris yaitu data elektris hasil proses
CCU menjadi besaran fisis. Modul output ini dapat berupa :
a.   Lampu, mengubah besaran elektris menjadi optis/cahaya.
b.   Buzzer atau speaker , mengubah besaran elektris menjadi
gelombang suara.
Tidak  seperti 
speaker  yang 
menggunakan 
tegangan  AC,  Buzzer 
hanya
menerima tegangan DC.buzzer dikendalikan logika 1(high) atau 0(low), jika
1
atau diberi
tegangan
maka bunyi
dan 0 atau tidak diberi
tegangan
maka
tidak bunyi.
c. Motor dc, mengubah besaran elektris menjadi energi gerak.
d. kipas angin
2.5 Logic Function Chart
Function Chart ini menggambarkan fungsi-fungsi logika yang dipakai dalam PLC
o
Identity ( A = X )
o
NOT ( A = X’ )
  
32
o
AND ( A = X ? Y )
o
OR ( A = X ? Y )
o
NAND ( A = NOT ( X ? Y ) )
o
NOR ( A = NOT( X ? Y ) )
2.6 IC AT8952 Dan PIN Konfigurasi
  
33
Gambar 2.9. Diagram Konfigurasi PIN AT89S52
[12]
  
34
TIMING
:
Block
Diagram
..---------------------------------
PO.O
P0.7
P2.0 P27
.
Vo:
'
----;
'
p
GND    :
TMP2
PROGRAl\11
ADDRESS
 
REGISTER 
BUFFER
PC
INCREMENTER
INTERRUPT, SERIAL
PORT,
AND
TIMER  BLOCKS
PSEN
.-.L-r----
------,
PROGRAl\11
COUNTER
ALEIPROG
.-.:---l
81"I
v,..
-f-
l>j
AND
IN
R
ST
E
G
R
I
U
S
C
T
T
ER
I
O
N
,
'
...
1--_J[_r-_.I.----f----"'Cy------,.-.L-t>i
CONTROL
DUAL OPTR
RST -r-tt- 'lr-;::::: _j
PROGRAM
LOGIC
Gambar 2.10. Diagram blok
AT89S52
  
35
2.6.1  Fitur-fitur dari IC AT89S52
+
8
k
bytes Flash Memory dalam ISP (In system Programmable) dimana bisa sampai
1000 write/ erase cycles.
+ Jarak operasi dari 4 V sampai 5.5 V .
+ Operasi penuh static: 0 Hz ke 33 Mhz.
+ 3 level program memory lock.
+ 256 * 8 bit Internal RAM.
+ 32 Programmable I/O lines.
+ 3 buah 16 bit Timer/counters.
+ 8 sumber interrupt.
+ Full Duplex UART Serial Channel port.
+ Low Power Idle dan Power Down Modes.
+ Interrupt Recovery dari power down mode.
+ watch dog Timer.
+ Dual Data Pointer.
+ Power Off  Flag.
+ On chip oscillator.
+ arsitektur enam vector dua level interrupt
+ clock circuitry.
  
36
IC AT89S52
membutuhkan tegangan rendah,merupakan
mikrokontroler CMOS
8
bit berdaya guna tinggi dengan 8 kbytes ISP (In system programmable) Flash memori
yang memiliki 40 kaki pin, sedangkan dalam mikrokontroler AT89C52 belum memiliki
ISP.
dimana
ISP
bisa
memungkinkan
IC
di
program langsung
dari
komputer
tanpa
diprogram dulu melalui ATMEL writer, IC AT89S52 menggunakan memori yang tidak
mudah
hilang,
dan  
sesuai
industri
Mcs
51  
dengan
standard
instruksi
set
dan
pin
keluaran
Memori
Memori
merupakan
bagian
yang
sangat penting bagi mikrokontroler yang
berfungsi
untuk
tempat
pemrograman,
diperlukan
2
macam memori
yang
sifatnya
berbeda. [8]
Memori jenis
ROM (Read Only Memory)
yang
isinya
tidak berubah
meskipun
IC
kehilangan
catu
daya,
dipakai
untuk menyimpan
program,
begitu
di
reset
mikrokontroler
akan
langsung
bekerja dengan
program ROM
tersebut. Sesuai dengan
keperluannya,  dalam  susunan  Mcs  51  memori  penyimpan  program  ini  dinamakan
sebagai Memori Program. Memori program hanya dapat di baca dan tidak dapat di tulis
Memori
jenis RAM (Random Access
memory)
yang
isinya akan sirna begitu IC
kehilangan
catu daya,
yang dimana
dipakai
untuk
menulis,menghapus
dan
menyimpan
data pada saat program bekerja. Di samping
untuk data, RAM dipakai pula untuk stack.
Dimana RAM yang dipakai untuk menyimpan data ini disebut pula sebagai Memori Data.
Pembacaan memori data eksternal dilakukan melalui pengaktifan sinya RD  dan WR.
Ada berbagai
jenis
ROM.
Untuk
mikrokontroler
dengan
program yang
sudah
baku dan diproduksi secara massal, dimana program
tersebut diisikan ke dalam
ROM
pada
saat
IC
mikrokontroler
di
cetak
di
pabrik
IC. Untuk
keperluan
yang
jumlahnya
  
37
tidak banyak biasanya tidak dipakai
ROM yang tidak bisa di hapus, tapi dipakai ROM
yang
bisa
di
hapus
dan
di
isi
ulang
atau Programmable-Eraseabke
ROM
(disingkat
menjadi PEROM atau PROM).
Dulu banyak yang dipakai UV-EPROM (Ultra Violet Eraseable programmable
ROM) yang kemudian di nilai mahal harganya dan di tinggalkan setelah ada Flash
PEROM yang harganya jauh lebih murah.
Jenis
memori
yang dipakai
untuk
memori
program IC
AT89S52
adalah Flash
PEROM, program
untuk mengendalikan
mikrokontroler diisikan ke
memori 
itu
lewat
bantuan ISP (In System Programming).
Dalam IC AT89S52 dalam
memori program bisa di program berulang – ulang
dalam system IC AT89S52. dengan mengkombinasikan 8 bit CPU serba guna dengan In
system programmable Flash ROM dalam satu chip. IC AT89S52 adalah mikrokontroler
yang  powerfull,  dimana  mempunyai  flexibilitas  yang  tinggi  dan  biaya  yang  sangat
murah. IC AT89S52 di pasang dalam Alat PLC sebagai otak pengontrol input,proses dan
outputnya.  IC  AT89S52  memiliki  besaran-besaran  memori  yaitu:  8  k  bytes  Flash
EPROM dan 256 bytes RAM. IC AT89S52 di rancang dengan static logic untuk operasi
frekwensi 0 dan mensupport power saving mode.
Idle mode
menghentikan CPU sementara
membiarkan RAM, timer/counter, serial port,
dan system interrupt terus bekerja.
Power down mode menyimpan RAM dengan baik tapi menghentikan osilator, men
disable
semua
fungsi
lainnya
dalam chip
sampai
interrupt
berikutnya
atau
reset
hardwarenya.
  
38
IC AT 89S52 
menyediakan sarana input/output yang cukup banyak dan bervariasi, yang
mempunyai 32 jalur input/output parallel dari port 0 (P0.0…P0.7) sampai sampai port 3
(P3.0…P3.7).
IC AT 89S52 dilengkapi UART (Universal
Asynchronous Receiver/Transmitter) yang
biasa dipakai untuk komunikasi data secara seri.
Jalur untuk komunikasi data seri ada di port 3.0 (RXD) dan di port 3.1 (TXD).
2.6.2
FUNGSI  DAN  PENJELASAN  -  PENJELASAN  SETIAP  KAKI  PIN  DAN
DESKRIPSI  IC AT 89S52
VCC di kaki pin 40
sumber Tegangan 4V – 5.5V
GND di kaki pin 20
Ground dari sumber tegangan.
Port 0 di kaki pin 32 sampai kaki pin 39
Port 0 terdiri dari 8 bit saluran dua arah port I/O. Kalau sebagai output,setiap
pinnya bisa memasukkan 8 TTL input.sewaktu tertulis di pin port 0.pin-pin nya bisa di
gunakan sebagai impedansi tinggi input.
Port 0 juga bisa dibentuk
menjadi multiplexed low-order address atau data bus
selama
akses ke
eksternal
program dan
memori
data.dalam
mode
ini P0
mempunyai
internal
pull-ups.
Port 0 juga menerima kode bytes selama
flash program dan
mengeluarkan kode bytes
selama verifikasi program. Eksternal pull-ups di butuhkan selama verifikasi program.
  
39
Port 1 di kaki pin 1 sampai kaki pin 8
Port 1 terdiri 8 bit dua arah port I/O dengan internal pull-ups.
Output
buffer
port
1
bisa
memasukkan
sumber
4
TTL
input.
sewaktu
pertama
kali
tertulis ke pin-pin port 1, kodenya ditarik tinggi dengan internal pull-ups dan bisa di
gunakan
sebagai
input,
sebagai
input
pin-pin
port
1
secara eksternal
di
tarik
rendah
menjadi sumber arus (I
IL
)
dari internal pull-ups.
Dalam penjumlahan, P1.0 dan P1.1 bisa di gambarkan sebagai timer/counter 2 eksternal
input penghitung dan timer/counter 2 input pemicu.
Dimana bisa dilihat fungsi-fungsi dari pin-pin port 1 dalam tabel 2.1. sebagai berikut;
Tabel 2.1 PIN Port 1
Port
1
juga
bisa
menerima
low
order
address
bytes
selama
menyinari
program dan
verifikasi program.
Port 2 di kaki pin 21 sampai kaki pin 28
Port 1 terdiri 8 bit dua arah port I/O dengan internal pull-ups.
Output
buffer
port
2
bisa
memasukkan
sumber
4
TTL
input.
sewaktu
pertama
kali
tertulis ke pin-pin port 2, kodenya ditarik tinggi dengan internal pull-ups dan bisa di
gunakan
sebagai
input,
sebagai
input
pin-pin
port
2
secara eksternal
di
tarik
rendah
menjadi sumber arus (I
IL
)
dari internal pull-ups.
  
40
Port  2  memancarkan  high  order  address  byte  selama  di  tarik  dari  memori
eksternal program dan selama akses ke eksternal memori data dimana menggunakan 16
bit  addresses (MOVX @ DPTR). Dalam aplikasi ini, port 2 menggunakan internal pull-
ups yang kuat sewaktu penyinaran. Selama dalam mengakses ke  eksternal memori data
mrnggunakan 8 bit pengalamatan (MOVX @ RI), port 2 bisa bermuatan SFR
(Spesial
Fungtion Register). Port 2 juga menerima bit high order address dan beberapa sinyal
kontrol selama verifikasi dan mengisi program dengan penyinaran (flash).
Port 3 di kaki pin 10 sampai kaki pin 17
Port 3 terdiri 8 bit dua arah port I/O dengan internal pull-ups.
Output
buffer
port
3
bisa
memasukkan
sumber
4
TTL
input.
sewaktu
pertama
kali
tertulis ke pin-pin port 3, kodenya ditarik tinggi dengan internal pull-ups dan bisa di
gunakan
sebagai
input,
sebagai
input
pin-pin
port
1
secara eksternal
di
tarik
rendah
menjadi sumber arus (I
IL
)
dari internal pull-ups.
port 3 juga menjalankan fungsi-fungsi dari bermacam-macam fitur-fitur pada khususnya
dari
AT 89S52,
Dimana bisa
dilihat
fungsi-fungsi
dari pin-pin
port
1
dalam tabel
2
sebagai berikut;
Tabel 2.2 PIN Port 3
.port 3 juga menerima beberapa sinyal kontrol untuk Flash program dan verifikasi
  
41
Reset pada kaki pin 9
Reset input. Ketika sinyal 1 pada pin Reset untuk dua machine cycles sementara osilator
sedang bekerja mereset IC. Pin ini mengeluarkan sinyal 1 untuk 96 periode osilator
setelah waktu
watchdog 
habis.
Bit
DISRTO
dalam SFR
AUX (address 8E
H) bisa
digunakan
untuk
membuat
fitur
ini
tidak
bekerja. Dalam keadaan
normalnya
dari bit
DISRTO, pada kaki reset diberi sinyal 1 (high) membuat fitur bekerja.
ALE / PROG pada kaki pin 30
Pin ini berisi ALE (Address Latch Enable) berupa output denyut pulsa untuk
latching (gerbang) sinyal byte rendah
(0)
dari
alamat
selama
mengakses
ke
eksternal
memori. pin ini juga 
program denyut input pulsa (PROG) selama penyinaran program
(flash programming) dalam IC.
Dalam operasi normal, ALE
memancarkan kecepatan (rate) konstan dari 1/6
frekwensi
osilator dan mungkin digunakan untuk eksternal timing (waktu di luar) atau untuk tujuan
clocking.  Bagaimanapun  pulsa  ALE  terlewatkan  selama  setiap  akses  ke  eksternal
memori data. Jika diinginkan, operasi
ALE bisa di hentikan (disable) dengan set bit 0
pada SFR (Special Fungtion Register) di lokasi 8E H. Dengan set bit, ALE menjadi aktif
hanya
selama
instruksi
MOVX
atau
MOVC.
Sebaliknya,
pin
dengan
lemah
tertarik
sinyal tinggi (1). Set bit ALE menjadi disable tidak mempunyai efek bila mikrokontroler
dalam keadaan external execution mode.
PSEN di kaki pin 29
PSEN (program store Enable) yang membaca strobe pada eksternal memori program.
Sewaktu IC AT 89S52 menglaksanakan kode (executing code) dari
eksternal
memori
program,
PSEN
diaktifkan
dua
kali
setiap
perputaran
siklus
mesin
(machine
cycle),
  
42
kecuali
dua
aktivitas
PSEN
tersebut
terlewatkan
selama
setiap
akses ke
eksternal
memori data.
EA / VPP di kaki pin 31
EA
singkatan dari
External
Access
Enable.
EA harus 
terikat ke
ground (GND) untuk
membuat IC bekerja (enable) untuk memperoleh kode dari ekternal memori program
yang berlokasi dimulai dari segmen 0000H sampai FFFFH.
bagimanapun jika lock bit 1 ter program, EA secara internal akan terpalang pada reset.
EA seharusnya terikat kepada VCC untuk pelaksanaan program internal.
Kaki Pin 31
ini
menerima tegangan 11 Volt (Vpp) membuat program bekerja (enable)
selama penyinaran (flash) program di IC.
XTAL 1 di kaki pin 19
Input  ke  inverting  (pembalik)  osilator  amplifier  dan  input  ke  sirkuit  internal  clock
operasi.
XTAL 2 di kaki pin 18
Output dari inverting osilator amplifier.
Special Function Register (SFR)
Fungsi –
fungsi tertentu dalam alamat-alamat di memori IC yang digambarkan dalam
sebuah
map
dalam ukuran
besaran
hexa.
Tidak
semua
dari alamat-alamat
terisi,
dan
alamat
yang
tidak
terisi
mungkin
tidak
bisa
di
implementasi
dalam
sebuah
memori.
Akses
Pembacaan
ke
alamat-alamat
ini
akan
secara
umum
kembali
mengacak
data,
akses penulisan mempunyai penentuan efek. Register khusus (SFR) adalah satu daerah
RAM dalam IC keluarga MCS 51 yang dipakai untuk mengatur perilaku MCS 51 dalam
hal-hal khusus, misalnya sebagai tempat untuk berhubungan dengan paralel port P1, P2
atau
P3, dan sarana
input/output
lainnya, tapi
tidak umum
dipakai
untuk
menyimpan
  
43
data
seperti
layaknya
memori
data,
meskipun demikian, dalam hal
penulisan
program
SFR sama dengan memori data, untuk SFR memori data hanya dipakai cara
pengalamatan memori secara langsung (direct memory addressing)
Register serba guna (General purpose Register)
Register serba guna
menempati
memori data 
sebanyak 32 byte
yang di kelompokkan
menjadi 4 kelompok Register (Register Bank). Setiap kelompok register memiliki 8 byte
memori dan masing-masing kelompok memiliki register yang di kenali sebagai register
0
sampai
register 7
(R0,R1,R2,R3,R4,R5,R6,R7).
Dalam
penulisan
program
memori-
memori ini bisa langsung di sebut sebagai R0…R7, tidak lagi dengan nomor memori,
Contoh: mov A ,R1 dan tidak perlu lagi dengan: mov A,$01.
dengan ini instruksi menjadi lebih sederhana dan muda serta bekerja lebih cepat.
Khusus
untuk register 0 dan register 1 ( R0 dan R1 ) masih
mempunyai kemampuan
lain. Kedua register ini bisa di pakai sebagai register penampung . alamat yang dipakai
dalam  pengalamatan  memori  secara  tidak  langsung    (indirect  memory  addressing).
Empat kelompok register serba guna ini tidak bisa di pakai secara bersamaan, setelah di
reset  yang  aktif  dipakai  adalah  kelompok  register  0  (  register  bank  0),  kal  yang
diaktifkan adalah kelompok register 1, maka yang dianggap sebagai
R0 bukan data
no
0h melainkan memori data no 8h,demikian kalau kelompok register 3 maka memori data
no 18h menjadi R0.
Timer 2 Register
Bit control dan status terisi dalam register T2CON (terlihat pada tabel 2.3)dan T2MOD
(terlihat
pada
tabel 2.4)
untuk
Timer
2. pasangan register
RCAP2H
dengan
RCAP2L
adalah register yang di tangkap (capture) atau diisi (reload) kembali ke Timer 2 di 16 bit
dalam capture mode atau 16 bit auto reload mode.
  
44
Tabel 2.3. T2CON-Timer / Counter 2 Control Register
Interrupt Registers
Secara individu bit interrupt enable ada dalam register IE (Interrup enable).
  
45
Tabel 2.4   AUXR: Auxiliary Register
Tabel 2.5   AUX R1 : Auxiliary Register 1
  
46
Dual Data Pointer Register
Untuk
memudahkan
akses
dua-duanya,
internal dan external dari memori data, dua
tumpukkan dari 16
bit
Data
Pointer
Register
menyediakan
DP0
pada SFR
di
lokasi
alamat 82 H - 83 H dan DP1 pada lokasi 84 H – 85 H. Bit DPS = 0 dalam SFR AUX R1
memilih DP0 dan Bit DPS = 1
memilih
DP1.
User seharusnya selalu
meng
inisial bit
DPS ke nilai yang tepat sebelum akses ke masing-masing data Pointer Register.
Power Off Flag
Power Off Flag (POF) berlokasi di bit 4 (PCON.4) dalam PCON SFR, POF di set ke
nilai 1 selama listrik di nyalakan.  POF bisa di set dan istirahat dalam software control
dan  tidak dapat dipengaruhi dengan reset.
Memori secara umumnya
Alat  MCS  51  mempunyai  ruang  alamat  yang  terpisah  untuk  memori  program  dan
memori data. Pengalamatan bisa Sampai 64 kbytes setiap dari eksternal memori program
dan memori data.
Memori Program
Jika  pin EA terhubung ke ground, semua program yang terambil di arahkan ke eksternal
memori. Pada AT 89S52, jika EA terhubung ke Vcc, program di tarik ke alamat 0000H
sampai 1FFFH di arahkan ke internal memory dan di tarik ke alamat 2000H sampai
FFFFH ke eksternal memori.
  
47
Memori Data
IC AT 89S52 meng implementasikan 256 bytes besaran alamat pada chip RAM. 128
bytes teratas menempati ruang paralel alamat-alamat pada Special Function Register. Ini
berarti yang 128 bytes ini mempunyai ruang alamat yang sama dengan SFR tetapi secara
fisik terpisah dengan ruang SFR.
Sewaktu instruksi akses ke lokasi internal diatas alamat 7F H, mode alamat di gunakan
dalam instruksi
yang
di
tetapkan
dimana CPU bisa
mengakses 128 bytes
teratas dari
RAM atau dari ruang SFR. Dimana instruksi menggunakan langsung akses alamat-
alamat dari SFR.
Untuk contoh, bisa dilihat instruksi pengalamatan langsung dari SFR
di alamat 0A0H ( P2 ) sebagai berikut;
Mov  0A0H, #data.
Dimana instruksi itu menggunakan indirect addressing mengakses 128 bytes teratas dari
RAM.
Sebagai
contoh
bisa dilihat
indirect addressing
instruction
berikut,
dimana
R0
berisi 0A0 H, akses data byte di alamat 0A0 H, dari pada P2 dimana alamatnya adalah
0A0 H.
Mov @R0, #data.
Stack operasi ada di indirect addressing, jadi 128 byte teratas dari data RAM berfungsi
sebagai ruang Stack.
  
48
Watchdog Timer
(One time Enable dengan Reset out)
Watch
dog timer dimaksudkan
sebagai
metode pemulihan
dalam situasi dimana
CPU
mungkin   menjadi pokok dari kerusakan software. dimana mencegah terjadinya
hang,
jika tidak
memenuhi waktu
yang di
tentukan dalam perintah-perintah program yang di
jalankan maka akan compile program di reset dan mulai dari awal. WDT terdiri dari 13
bit counter dan watchdog Timer reset (WDTRST) SFR. WDT set awal untuk membuat
disable dari exiting reset. Untuk membuat enable WDT, user harus menulis 01E H dan
0E1 H dalam urutan pada WDTRST register (SFR berlokasi di 0A6H). sewaktu WDT
berfungsi, WDT akan menambah setiap machine cycle sementara osilator sedang
berjalan. Periode masa habis WDT tergantung pada eksternal clock frequency. Disana
tidak ada jalan untuk disable WDT kecuali melalui reset (salah satu dari reset hardware
atau WDT over flow reset). 
Sewaktu WDT berlebihan arus (over flow), WDT akan
membuat output Reset aktif (High Pulse) pada pin RST (reset).
Cara menggunakan WDT
Untuk
membuat
enable
WDT,
user
harus
menulis
di
lokasi
01EH dan 0E1H
dalam
urutan
pada
WDTRST
register
(SFR
berlokasi di 0A6H). sewaktu WDT enable,
kebutuhan user untuk menugaskan WDT dengan menulis pada lokasi 01EH dan 0E1H
pada
WDTRST
untuk
menghindari
WDT
over flow. Counter 13 bit belebihan arus
sewaktu  mencapai  8191  (1FFFH),  dan  ini  akan  meng  reset  ICnya.  Sewaktu  WDT
enable, WDT akan menambah setiap machine cycle sementara osilator sedang berjalan.
Ini berarti user harus reset WDT setidaknya setiap 8191 (1FFFH) machine cycles.untuk
meng reset WDT maka user harus menulis 01E H dan 0E1 H pada WDTRST. Dimana
WDTRST
merupakan write only register. WDT counter
tidak bisa di baca ataupun di
  
49
tulis.
Sewaktu WDT
overflows,
WDT akan
menghasilkan pulsa output reset pada pin
RST.
Durasi Pulsa
RST
adalah
96 *
Time
OSC, dimana
TOSC =
1
/
FOSC.
Untuk
membuat penggunaan terbaik dari WDT, WDT seharusnya di
layani dalam bagian dari
kode, itu akan secara periodik akan di laksanakan bersamaan dengan waktu akan di
butuhkan, untuk mencegah dari WDT reset.
WDT selama power down dan idle ( berhenti /tidak melakukan apa-apa )
Dalam power
down
mode,
osilator
berhenti,
dimana
berarti
WDT
juga
berhenti.
Sementara dalam power down
mode,
user tidak perlu
menugaskan WDT. Di sana ada
dua
metode
jalan
keluar
dari
power
down
mode
yaitu;
dengan
reset
hardware
atau
melalui
level
aktif  
eksternal
interrupt
dimana
memungkinkan
lebih
dulu
memasuki
mode power down. Sewaktu power down eksis dengan reset hardware, penugasan WDT
seharusnya terjadi seperti normalnya dimana kapanpun IC AT89S52 di reset. Keluarnya
power down dengan interrupt secara signifikan berbeda. Interrupt bertahan rendah cukup
panjang untuk membuat osilator tetap stabil. sewaktu interrupt diajukan tinggi, interrupt
di  layani.  Untuk  mencegah  WDT  dari  mereset  IC  sementara  pin  interrupt  tertahan
rendah (low).
WDT
tidak akan mulai sampai
interrupt bernilai
tinggi (high
/
1).dianjurkan WDT di
reset selama pelayanan (service) interrupt untuk penggunaan interrupt untuk keluar dari
power down mode.
untuk memastikan WDT tidak overflow dengan beberapa keadaan dari keluaran power
down, terbaiknya me reset WDT hanya sebelum memasuki power down mode.
Sebelum ke
dalam idle
mode,
bit
WD
idle
dalam SFR
AUXR
di
gunakan
untuk
menentukan apakah WDT terus menghitung jika WD enable. WDT tetap menghitung
  
50
selama IDLE (WD idle = 0) sebagai keadaan awal.untuk mencegah WDT dari peng
resetan
IC
AT89S52
sementara
dalam idle
mode,
user
seharusnya
selalu
set
waktu
dimana
secara periodik
keluar dari
IDLE,
service
WDT dan
masuk kembali
ke
idle
mode.
Dengan WD
idle bit enable, WDT akan berhenti menghitung dalam idle mode
dan kembali menghitung yang sedang berlangsung dan keluar dari IDLE.
Timer 2
Timer 2 adalah 16 bit
Timer / counter dimana bisa beroperasi sebagai salah satu dari
timer atau counter. Type dari operasi di pilih oleh bit C/ T2 dalam sbuah SFR T2CON
yang bisa dilihat pada tabel 2.3. timer 2 operasi bisa ber mode capture . Timer 2 terdiri 8
bit register. TH2 dan TL2. dalam fungsi timer. Register TL2 bertambah setiap machine
cycle.
Sejak
machine
cycle terdiri
dari
12
periode
osilator,
hitungannya
1/12
dari
frekwensi osilator.
dalam fungsi counter, register bertambah dalam respon transisi 1 ke 0 bersamaan dengan
pin eksternal input, T2. sejak dua machine cycle (24 periode osilator) di butuhkan untuk
mengenal transisi 1 ke 0, penilaian atau ukuran perhitungan maksimum adalah 1 /24 dari
frekwensi osilator. Untuk
memastikan level
yang sudah di berikan sebagai percobaan
min 1
kali
sebelum berubah.,
level
seharusnya tertahan setidaknya
selama
1
machine
cycle penuh.
  
51
Timer mode capture
Gambar 2.11.Timer capture mode
Dalam timer mode capture, 2 pilihan terpilih oleh bit EXEN2 dalam T2CON .
bit ini kemudian bisa di gunakan untuk membangkitkan sebuah interrupt. Jika EXEN2 =
1,
Timer
2
menunjukkan
operasi
yang
sama,
tapi transisi 1
ke
0
pada eksternal
input
T2EX juga menyebabkan nilai yang sekarang dalam TH2 dan TL2 di tangkap ke dalam
RCAP2H
dan
RCAP2L
berturut-turut.
Dalam penambahan
transisi
pada
T2EX
menyebabkan bit
EXF2 dalam T2CON di set.bit
EXF2 seperti TF2, bisa
menghasilkan
interrupt.
Interrupts
IC AT89S52 mempunyai 6 vector interrupt; dua eksternal interrupts ( INT0 dan  INT1 ),
3 timer intterups ( Timer 0,1 dan 2) dan serial port interrupt.
  
52
Bisa dilihat gambar 2.12 sebagai berikut;
Gambar 2.12. Interrupt.
Setiap dari sumber interrupt ini bisa secara individu menjadi enable atau disable dengan
setting
atau
clearing bit
dalam SFR
(Special
Function Register IE). IE
juga
berisi bit
disable, EA dimana men disable semua interrupt dalam waktu sekali.
Interrupt
timer
2
di
hasilkan oleh
logical
OR
dari
bit
TF2
dan
EXF2
dalam register
T2CON. Tidak ada dari
flags yang clear oleh IC sewaktu servis rutin di vector. Servis
rutin
mungkin dapat menentukan apakah TF2 atau EXF2
yang
menghasilkan interrupt
dan bit tersebut akan di hapuskan dalam software.
Flag Timer 0 dan Timer 1 di set pada S5P2 dari putaran dimana timer overflow.
Nilainya kemudian di tarik oleh sirkuit dalam putaran selanjutnya. Bagaimanapun
flag
  
53
timer 2,
TF2
di
set pada
S2P2 dan ditarik dalam putaran
yang
sama
dimana
dalam
keadaan timer overflows.
pada table berikut menunjukkan posisi bit IE.6 tidak dilaksanakan. Dalam IC AT 89S52,
bit posisi
IE.5 juga
tidak terlaksanakan. bit2 tersebut
mungkin akan di
fungsikan pada
produk AT89 berikutnya.
Tabel. 2.6. Interrupt Enable (IE) register
  
54
Karakteristik Osilator
XTAL1 dan XTAL2 merupakan
input dan output masing-masing dari
inverting
amplifier bisa digunakan sebagai IC osilator. Dimana gambarnya sebagai berikut;
Gambar 2.13 hubungan-hubungan Osilator
tidak ada kristal kwarsa atau keramik resonator yang di gunakan. Untuk mengendalikan
kristal
dari
sumber
eksternal
clock,
XTAL2
seharusnya
di
biarkan tidak
terhubung
sementara XTAL1 di kendalikan.
  
55
Seperti terlihat pada gambar 2.14 berikut ;
Gambar 2.14 konfigurasi eksternal clock drive
disana
tidak
ada
persyaratan
pada
duty
cycle
dari
sinyal
eksternal
clock,
input
pada
sirkuit internal melalui clock terbagi dua flip-flop. Tapi spesifikasi waktu minimum dan
maksimum tegangan tinggi dan rendah harus diamati.
Idle Mode
Dalam idle
mode,
CPU
menonaktifkan
sendiri
sementara
sekeliling chip
tetap
aktif. Idle mode di aktifkan melalui software. Isi dari RAM chip dan semua register idle
mode SFR tetap tidak berubah selama
idle
mode. Idle mode dapat diakhiri dengan
beberapa enable interrupt atau dengan me reset hardware.
Sewaktu idle mode di hapuskan oleh reset hardware, IC kembali ke eksekusi program,
tempat dimana program ditidurkankan, naik ke dua machine cycle sebelum internal reset
algorithm mengambil kendali. Pada perangkat keras IC
mencegah
idle
mode
masuk ke
internal RAM tapi akses ke pin port di perbolehkan.
  
56
Power Down mode
Dalam power
down
mode,
osilator
berhenti,
dan
instruksi
meminta
power
down
menjadikan intruksi tersebut instruksi terakhir yang di laksanakan. Pada chip RAM dan
SFR
menahan
nilainya sampai
mode
power
down
terhapus.
keluar dari
power down
mode bisa melalui dengan reset hardware atau enable external interrupt.
Reset
tidak
berfungsi
sampai
VCC
kembali
dalam keadaan
normal
dan
harus
aktif
panjang untuk membuat osilator me restart dan men stabilisasi.
Tabel. 2.7 Mode Power Down
Programming penyinaran dengan mode parallel
IC AT89S52 di kirimkan dengan penyinaran sendiri dalam memori array
yang siap di
program.
Program antar
IC dengan
IC
lainnya
memerlukan
tegangan
12
volt,
sinyal
program enable dan cocok dengan penyinaran konvensional atau EPROM pemrogram.
IC kode memori array AT 89S52 di program byte per byte.
Algoritma memprogram dengan model paralel
Sebelum memprogram IC AT 89S52, alamat, data, dan sinyal kontrol seharusnya di set
menurut tabel 2.8 penyinaran mode
pemrograman dan gambar 2.7. dan 2.8. langkah-
langkah untuk memprogram ICAT89S52 sebagai berikut;
1. masukan lokasi memori pada deretan baris alamat.
2. masukan  data byte yang tepat pada deretan baris data.
3. Aktifkan kombinasi yang benar dari sinyal kontrol.
  
57
4. naikkan EA/Vpp sampai 12 V
5. Pulsa ALE / PROG sekali
untuk
memprogram byte dalam penyinaran array . dalam
byte menulis mempunyai waktu sendiri dan biasanya sekitar 50 µs.
2.6.3 Konfigurasi PIN ISP IC AT89S52
dalam skripsi ini alat PLC bisa berkomunikasi dengan dua cara, yaitu ;
1. melalui ISP AT89S52
2. melalui RS 232
hanya di demokan memakai komunikasi ISP, dimana keunggulannya IC AT89S52 bisa
di program langsung dari komputer tanpa di download ke ATMEL writer
Programming penyinaran dengan mode serial
Dalam kode array memori bisa di program menggunakan Serial ISP (In System
Programming) pada
gambar. 2.14 sebagai
antarmuka
sementara RST di
tarik ke
Vcc.
Serial antarmuka terdiri dari pin-pin; SCK, MOSI (Master output Slave input) dan MISO
(Master  input  Slave  output).  Setelah  reset  di  beri  logika  high  (1),  instruksi  enable
program butuh di laksanakan dulu sebelum operasi lain di laksanakan . sebelum urutan
program
ulang
terjadi,
operasi penghapusan dalam
chip
di
butuhkan.
Dalam
operasi
penghapusan chip kembali pada isi setiap lokasi memori dalam kode array dalam FFH.
Sistem eksternal clock bisa di sediakan pada pin XTAL 1
atau kristal butuh
untuk di
hubungkan
melintasi pin-pin XTAL 1 dan XTAL 2. maksimum
frekwensi serial clock
(SCK) seharusnya di bawah 1/16 dari frekwesi kristal. Dalam osilator alat PLC skripsi
Dengan clock osilator 11 Mhz, maksimum frekwensi SCK adalah 0,68 MHz.
  
58
Gambar 2.15 penyinaran memori dengan mode serial ISP
Gambar 2.16 data mode serial ISP dalam bentuk gelombang
Serial programming instruksi set bisa di lihat data sheet AT89S52.
  
59
Symbol
Parameter
Condition
Min
Max
Units
VIL
Input low
Vbltage
(Excepttll)
-0.5
0.2 Vc:c-0.1
v
Vttl
Input low
Vbltage
-0.5
0.2 Vc:c-0.3
v
v,"
Input
Hi hVoltage
gi hVoltage
(Except XTAl1,RSD
0.2 Vcc0.9
Vcc+O.s
v
Vun
Input
Hi hVoltage
gi hVoltage
(XTAl1, RSD
0.7 Vee
Vcc+O.s
v
Va.
OutputlowVoltage()
1
(Ports 1,2,3)
1
0
,
=
1.6 mA
0.45
v
Va.,
Output
owVoltage(1)
(Port 0,ALE,
l'Stl'l)
1
0
,
=
3.2 mA
0.45
v
VOH
Output Hgi hVbltage
(Ports 1,2,3,AlE,I'Sm)
loH = -60 A.Vee = 5V ±10%
2.4
v
loH = ·25 A
0.75 Vee
v
loH =1· 0 A
0.9Vcc
v
v()H,
Output Hgi hVbltage
(Port 0 in ExtsrnalBus Mode)
1
0"' =
-800. Vee
=
sv
:1: 1
0%
2.4
v
lo" =
-300 
tJA
0.75 Vee
v
loH = -80 A
0.9Vcc
v
Ill
l
ogical0 Input Current (Ports 1,2,3)
Vtu =
0.45V
-50
A
In
Logical1 to 0 Transition Current
(Ports 1,2,3)
VtN = 2V, Vee
=
SV :1: 10%
-650
A
lu
Input 
eakage Current (Port 0,tA)
0.45 o: V
111
<
Voc
±10
A
RRST
Reset Pulldown Resistor
10
30
Kn
Co
Pin Capacitance
Test Freq. = 1MHZ, TA
=
2S C
10
pF
Icc
Power Supply Current
Active Mode,12 MHz
25
mA
Idle Mode,12 MHz
6.5
mA
Povi'er-d01
11
iT1
Mode<¹>
Vee = 5.5V
50
A
Untuk
karakteristik
tegangan
DCnya
bisa
di lihat
pada
tabel
2.8 berikut:
Tabel2.8 karakteristik  tegangan
DC
DC Characteristics
The
values shown
in this table are valid
for
TA
=
-40
C
to 85' C and lf-c
=
4
01/
to 5 51/
unless otherwise noted
"
  
60
2.7  RS 232 Dan PIN Konfigurasi
Gambar 2.17 konfigurasi PIN RS 232
Gambar 2.18 diagram fungsional
  
61
Gambar 2.19 gambar fisik RS 232 DB 9
Tabel 2.9 DB9 Cable Connections
Commonly Used for EIA/TIAE-232E and
V.24 Asynchronous Interfaces
Gambar.2.17
diagram
diatas
merupakan
bagian-bagian
besar
dari
elemen-elemen
dari RS232. Rangkaian diagramnyanya terbagi menjadi 3 bagian  yaitu;
pengganda
tegangan dan pembalik
nilai kutub tegangan
,
Dual
transmitter,
Dan Dual
receiver. RS 232 diberikan tegangan masukan tunggal 5 V.
dalam IC max 232input dan outputnya uda terlindungi dari ESD (electrostatic discharge
shock).
  
62
Tabel 2.10. PIN DESCRIPTIONS RS 232
No PIN
Nama PIN
Keterangan Fungsi PIN
1
C1 +
Eksternal kapasitor (+) untuk internal pengganda tegangan
2
V +
Tegangan dalam yang digandakan menjadi 10 V
3
C1 -
Eksternal kapasitor (-) untuk internal pengganda tegangan
4
C2 +
Eksternal kapasitor (+) untuk internal pembalik nilai kutub
tegangan
5
C2 -
Eksternal kapasitor (-) untuk internal pembalik nilai kutub
tegangan
6
V -
Tegangan dalam 10 V yang diinvert menjadi - 10 V
7
T2 out
Transmitter RS 232 output ke 2, dengan tegangan  ± 10V.
8
R2 in
Receiver RS 232 input ke 2 dengan impendasi 5k pull down
resistor ke ground.
9
R2 out
Receiver 2 TTL / CMOS output
10
T2 in
Ransmitter 2
TTL /
CMOS input dengan impendasi 400k
pullup resistor ke VCC.
11
T1 in
Ransmitter 2
TTL /
CMOS input dengan impendasi 400k
pullup resistor ke VCC.
12
R1 out
Receiver 1 TTL / CMOS output
13
R1 in
RS 232 Receiver  input ke 1 dengan impendasi 5k pull down
resistor ke ground.
14
T1 out
RS 232 Transmitter 1 output ± 10V (typical)
15
GND
Supply Ground
16
Vcc
Positif Power supply + 5V ± 10 %
fitur – fitur dari IC RS 232 sebagai berikut;
+ membutuhkan power supply VCC sebesar 5 volt
+ mempunyai rangkaian menggandakan tegangan dan pembalik nilai tegangan
+ mempunyai 2 transmitter dan 2 receiver
  
63
+ Receiver RS 232 meningkatkan noise Rejection.
Gambar. 2.20 Receiver output enable and disable timing.
Input Voltages;
T1in,T2in bisa mendapat tegangan dari – 0,3 V hingga 0,3 V
R1in,R2in bisa mendapat tegangan hingga 30V
Output Voltages;
T1out,T2out bisa mengeluakan tegangan dari – 0,3 V sampai 3 V
R1out,R2out bisa mengeluarkan tegangan dari – 0,3 V sampai 3 V
[1]
  
64
Gambar. 2.21 Dual Charge Pump
Dalam sirkuit yang equivalent bisa digambarkan dalam gambar 2.20 diatas.
rangkaian
ini
terdiri dari dua bagian
charge pumps dimana
dalam clock
internal ada
bagian 
yang 
menghasilkan 
tegangan 
ganda 
sebesar 
10 
V,dan 
ada 
bagian 
yang
menghasilkan   nilai   balik   dari   tegangan   -10V,   rangkaian   ini   memakai   osilator
berfrekwensi 16 Khz. Dalam bagian pertama bisa
lihat pada
gambar 3.5 kapasitor C1
terisi dengan tegangan VCC dan ditambahkan atau di jumlahkan keVCC yang
lain, di
bagian
V+
terhubung
lagi dari
VCC
secara
internal
melalui
RL
1
k
ohm
pull
down
resistor,
yang
menghasilkan sinyal
yang
akan
melalui
C2
di
V+ sama dengan
2
kali
VCC, di waktu yang sama C3 terisi 2VCC dan ketika di lalui ground dan – VCC melalui
C4 maka kutub nilai tegangannya jadi membalik menjadi – 2 VCC.
Tegangan VCCnya yang diterima sampai dengan 5.5V.
  
65
impedansi
output
dari
bagian
pengganda
tegangan
sekitar
200
ohm
dan
impendasi
output dari bagian pembalik kutub nilai tegangan sekitar 450 ohm.
Naiknya nilai C1 dan C2 akan merendahkan
nilai impedansi dari pengganda tegangan
dan pembalik kutub nilai tegangan dan menambah nilai dari kapasitor2, C3 dan C4
mengecilkan ripple dari tegangan + V dan – V.
Transmitter
Transmitter input dari rangkaian system minimum TTL / CMOS,yang ditransfer
ke RS 232 melalui Transmitter output.
input berlogika 1 ketika berada dalam tegangan -5 V sampai - 0,61 V dan berlogika 0
berada dalam tegangan -0,6 V sampai dengan 5 V.
Threshold sekitar 26% dari VCC = 5 V menjadi sebesar 1.3 V.
Setiap transmitter input mempunyai  resistor internal 400k ohm pull up,jadi setiap input
yang tidak digunakan tetap tidak terhubung dan output kembali menjadi low state.
Tegangan  keluaran  RS  232  sekitar  5  V  dengan  kondisi  terburuk,kedua  transmitter
mempunyai minimum load impedansi sebesar 3 k ohm.
Transmitter mempunyai batasan internal output slew rate kurang dari 30 V/ µs.
Hubungan singkat dari output di lindungi dan terhubung pasti dengan ground.
Dimana schematicnya bisa di lihat pada gambar 3.1.5.e.
Gambar 2.22 transmitter and slew rate definition
  
66
Receivers
Receiver input menerima tegangan sampai dengan 3 0 V selagi bekerja, receiver
membutuhkan impedansi input dari 3 k ohm sampai 7 k ohm sekalipun tegangan power
supply mati ( Vcc = 0 V).
Receiver mempunyai threshold input yang typical 1.3 V dimana batasan ± 3V, di kenal
sebagai bagian transisi dari spesifikasi RS 232.
Receiver berlogika 0 berada dalam tegangan 0,81 V sampai sebesar VCC, dan berlogika
1
berada
dalam tegangan
-30
V
sampai
dengan
0,8
V.
bisa
dilihat
pada
gambar
2.23
dibawah ini;
Gambar. 2.23 Receiver dan Propagation delay definition
Receiver
input Threshold
RS 232
mempunyai batasan pasti untuk Tegangan Threshold
dari
0,8
V
sampai
2,4
V
yang
memastikan
saat berhubungan dengan ground output
mendapat logika 1.
5
k
ohm tahanan
input
yang
terhubung
ke
ground
juga
untuk
memastikan
output
berlogika 1.
  
67
Pemilihan kapasitor
Kapasitor 1 µF yang dianjurkan jenis keramik,aluminium dan tantalum dan kapasitor 0,1
µF yang dianjurkan jenis keramik di electric.
Gunakan kapasitor yang bernilai tinggi (up to 10 µF)
untuk
mengurangi
impendansi
output pada tegangan V+
dan –V, dimana sangat
bagus
untuk
penyimpanan
tegangan
yang diambil dari V+ dan – V.
peningkatan
nilai kapasitor
dari
charge
pump
membantu
menjaga
daya
guna sewaktu
power di ambil dari V+ dan – V.
Data rates
Data rate transceiver bisa
lebih dari 120 kbps. Kecepatan data juga di pengaruhi dari
beban kapasitas dari keluaran Transceiver.
Perlindungan terhadap ESD (Electrostatic Discharge Shock)
Perlindungan terhadap semua pin dari
lonjakan elektrostatik discharge
yang di hadapi
selama pemasangan dan perawatan.
Bagian  keluaran  dan  receiver  input  mempunyai  perlindungan  ekstra  dari  lonjakan
electrostatic sebesar ± 15 kv tanpa menyebabkan kerusakan.
ESD bias terjadi pada saat
:
beroperasi
normal,saat
shut down atau saat
listrik power
dimatikan.
  
68
2.8 IC ULN 2803 Dan PIN Konfigurasi
Logic diagram IC ULN 2803 And PIN Configuration
Gambar. 2.24. PIN and Schematic Circuit ULN 2803
Pada
gambar
2.24
IC
ULN
2803
ini
memakai 8 pasang transistor darlington
dimana
transistor dengan difungsikan sebagai saklar, dimana jika ada arus basis maka
saklar tertutup dan jika tidak ada arus basis maka saklar terbuka.
arus
keluaran
bisa
mencapai
sampai
500
mA
dan
tegangan
keluaran
bisa
mencapai
sampai dengan 50 V. PIN output bisa di parallel .
IC
ULN
2803 berisi
8
transistor
dengan common
emitor
yang
terintegrasi dengan
8
diode dengan common katoda berderet untuk induksi beban.
Untuk setiap transistor
mempunyai arus beban puncak dari 600
mA dan bisa bertahan
lebih. Dalam IC ULN 2803 memiliki tahanan dalam sebesar 2,7 k ohm untuk TTL 5 V
  
69
dan
CMOS,dan
dikemas
dalam
18
kaki
PIN
yang
dibuat dengan
timah
tembaga
dan
dibuat mudah untuk ditaruh papan PCB.
2.9 Optoisolator 4N25 Dan PIN Konfigurasi
Gambar 2.25 PIN IC 4N25
Gambar 2.26. Skematik dan Rangkaian Uji Opto coupler IC 4N25
[13]
Fitur-fitur dari optocoupler 4N25
+  Dioda 
yang  dipakai 
menggunakan  bahan 
gallium  kemudian 
di 
infrakan  yang
bergandengan dengan phototransistor yang berjenis NPN.
+ memiliki arus transfer langsung yang tinggi
+ mempunyai perlindungan dari tegangan tinggi
  
70
+ mempunyai frekwensi pergantian yang tinggi
+ mempunyai 6 kaki pin dengan berat fisik 0,52 gram
+ Maximum ratings pada suhu 25ºC
+ peak input to output voltage = 2,5 kv
+ VCE = 70 V
+ VEC = 7V
+ VEB = 7V
+ tegangan reverse dioda input = 3V
+ arus maju dioda input = 80 mA
+ peak arus maju dioda input (tw : 300 µs, duty cycle 2%) = 3A
2.10 Teori, Arti dan Pengertian Optocoupler
opto copupler sangat berguna untuk pengiriman sinyal data kontrol maupun digital
Dan siyal analog bisa dikirim melalui lebar pulsa modulasi.
Optoisolator (optical isolator) atau optocoupler (photocoupler) adalah alat yang
merupakan kombinasi dari alat sumber emisi cahaya (pancaran electron berupa cahaya)
dan detektor fotosensitif yang terbungkus menjadi satu. Dalam optocoupler berisi foton
yang berpasangan atau bergandengan, kopeling
atau perangkai tercapai
melalui
sinar
yang di bangkitkan pada satu sisi dari celah penyekat transparan dan di deteksi di
sisi
lain dari celah tanpa berhubungan dengan
listrik dari kedua sisi tersebut. (mungkin
ada
sedikit dari kapasitas perangkai). [14]
Dimana gambar fisiknya bisa di lihat pada gambar 2.27 berikut;
  
71
Gambar 2.27 Konstruksi Fisik Optocoupler
Dimana keterangan nomornya sebagai berikut;
1.   Pandangan fisik luar.
2.   Pandangan fisik dalam.
3.   Ketebalan penyekat dan jarak ketebalan internal.
4.   Jarak udara dan ruang udara antara input dan output .
Sumber cahaya yang menghubungkan dari LED ke transistor.
Gambar 2.28 Diagram Skema Optoisolator
  
72
Bisa dilihat pada gambar 2.28 diatas, Sewaktu sinyal input masuk ke input optoisolator
maka
LED
menyala dan
mengeluarkan sinar, dan sinar yang dibangkitkan oleh infra
merah LED (Light Emitting Diode), melewati batas isolasi optocoupler ke foto detektor
yang dimana listrik tidak bisa lewat dan detektor sinar tersebut menggunakan foto
transistor kemudian sinyal output keluar dari foto transistor, sinar LED masuk ke basis
foto Transistor
melalui
udara, banyaknya arus yang di
terima oleh basis foto transistor
tergantung intensitas sinar LED nya. Emiter dari transistor di hubungkan dengan sumber
tegangan Vcc. Dan
foto
transistor bekerja sebagai
saklar dan outputnya diambil
pada
kaki emitter dimana jika ada sinyal masukan pada basis maka output terhubung dengan
ground, jika tidak ada sinyal masukan pada basis maka output mengeluarkan tegangan..
Puncak sensitif dari
material silikon terletak pada panjang
gelombang emisi dari LED,
memberikan sinyal maksimum kopeling. Semuanya ada dan bekerja pada sebuah
optocoupler atau optoisolator. Semua IC optocoupler bekerja dalam frekwensi tertentu.
Umumnya   sebuah   IC   optocoupler   dengan   single   output   phototransistor   dapat
mempunyai
bandwidth
sinyal
frekwensi
dari 200 –
300 khz. IC optocoupler pada
umumnya  yang  dipakai  mempunyai  4  kaki  pin,  optocoupler  bisa  bertahan  sampai
ratusan volt.
  
73
Parameter Opto-Isolator
Tegangan kolektor - emiter
Yang dipakai tegangan VCE cut off dalam keadaan basis tidak di aliri tegangan dan arus
kolektor saturasi disaat basis foto transistor di sinari dari LED.
Jarak Creepage
Secara
fisik seberapa
jauh
percikan tegangan dapat
berjalan
mengelilingi bagian
luar
bungkusan optocoupler. Jika sampai ter kontaminasi berikan resistor output yang lebih
kecil.
Arus maju
Arus yang di berikan oleh LED, secara khas opto coupler membutuhkan arus min 5mA
untuk menggerakkan foto transistor.
Tegangan Maju
Tegangan yang masuk melewati LED sampai mrnyala, untuk mulai menggerakkan LED
diberikan tegangan 0.7V, dan secara khas LED diberi tegangan diatas 1V.
Arus gelap kolektor
Arus yang dapat mengalir melewati output foto transistor sewaktu dalam keadaan mati.
Arus  elektroda  yang  mengalir  kalau  tidak  ada  arus  penyinaran  jatuh  kepada  foto
transistor, kuat arus itu bergantung kepada suhu
Tegangan saturasi kolektor - emiter
Tegangan antara kolektor dengan emiter
waktu output transistor dalam keadaan penuh
(saturasi / jenuh).
  
74
Tahanan Isolasi
Tahanan dari
bagian
input
terhadap
bagian
output.
Dan
seharusnya
nilai
tahanannya
sangat tinggi.
Waktu respon
Waktu  bangkit  dan  waktu 
jatuh 
adalah  waktu  tegangan  keluaran  dari  0  sampai
maksimum. Waktu bangkit sangat tergantung pada beban resistor, sejak di tarik keluar
Minimal tahanannya 100 ohm.
Frekwensi Cutoff
Frekwensi
ini
merupakan
frekwensi
tertinggi dari
gelombang segi empat
yang bisa di
berikan  melalui  opto  isolator.  Benar  –  benar  frekwensi  dimana  tegangan  keluaran
(output) hanya diayunkan setengah amplitudo dari level tegangan DC (- 3 db = setengah)
oleh karena itu ada hubungan antra waktu bangkit dengan waktu jatuh.
Current Transfer Ratio (CTR)
Rasio ini dari seberapa besar arus kolektor dalam keluaran (output) transistor yang bisa
memberikan nilai pasti dari arus maju dalam bagian input LED. Ini sangat di pengaruhi
dari seberapa dekat LED dengan foto transistor dalam optocoupler, seberapa efesien dari
dua alat tersebut, dan faktor lainnya. Dalam kenyataan tidak konstan tapi bervariasi
sesuai dengan arus maju LED.
Gambar diagram Blok konfigurasi optocoupler bisa di lihat pada gambar 2.26 berikut;
  
75
Gambar 2.27 Konfigurasi Diagram Blok Optocoupler
jadi input dari optocoupler adalah Dioda LED yang berguna sebagai penerima data, dan
outputnya bisa berupa 
transistor,
foto dioda,
foto
transistor dan
foto
IC yang berguna
sebagai pengirim data,
karakteristik input
akan sama,
dimana
karekteristik
bisa
dilihat
pada
gambar
2.27
dibawah ini;
  
76
Gambar 2.29 Karekteristik Dioda LED
Threshold arus bias maju mendekati 1 Volt, dan arus bertambah secara eksponen. Arus
IF
(Arus dioda forward) mulai naik antara 1 mA sampai 100 mA dikirim pada tegangan
V
F
di antara 1.1 sampai 1.3 Volt. . Arus I®
(Arus dioda reverse) mulai naik antara 1 mA
sampai 100 mA dikirim pada tegangan V® di antara 13 sampai 14.2 Volt.
Contoh  Gambar  rangkaian  elektronika  sederhana  dengan  menggunakan  optocoupler
4N25 sebagai berikut;
  
77
Gambar 2.30. Rangkaian Sederhana dengan Menggunakan Opto 4N25
Dari
gambar 2.30
diatas
jenis
optoisolator diatas
menggunakan
foto
transistor
sebagai
keluaran. Merupakan optoisolator termurah dan tentunya mempunyai kekurangan.
waktu bangkit sinyal gelombang output optocoupler lebih lambat dari waktu jatuh sinyal
gelombang
output
karena
sinyal
tegangan
sebelum ke
output
melewati
4K7
pull
up
transistor, jika waktu sinyal bangkit output ingin di percepat maka nilai tahanan resistor
ini bisa dikurangi.
Waktu  LED  terlewati  arus  10mA,  maka  LED  akan  nyala  dan  menyinari  ke  foto
transistor dan kemudian menghasilkan sinyal output. Yang menghasilkan 0 V atau sama
dengan ground. Ada sisa-sisa elektron dari LED yang tidak bisa di kirimkan ke foto
transistor. Optocoupler bisa juga mengirim sinyal  PWM (pulse width modulation).
Untuk
menghasilkan
output
yang
diinginkan,
oleh
karena sinar LED
hanya
mengenai
basis foto transistor maka bagian emitter foto transistor di berikan tegangan 12 V.
  
78
2.11.1 Relay
Relay adalah sebuah saklar yang beroperasi secara elektrikal dengan elektromagnet yang
mengatur hubungan buka atau tutup dari rangkaian elektronika luar.
Arus
yang
mengalir
melalui lilitan dari relay
membuat medan
magnet dimana
menarik
terdapat dua posisi saklar
yang berbeda. Jika
nyala
maka
lilitan dialiri
listrik sehingga
besi yang dililiti menjadi magnet.
Waktu arus mengalir melalui lilitan, menghasilkan medan magnet yang menarik armatur
(material
fero
magnet yang di
gunakan untuk mengkoneksikan kutub – kutub
magnet)
secara
mekanik
yang
terhubung dengan
besi
penggerak.dan
besi
itu
bergerak.
Waktu
arus tidak nyala lagi pada
lilitan,
gerakan armatur di kembalikan oleh
gaya, kira – kira
setengah se keras dengan gaya magnet dalam posisi keadaan tenang. Biasanya ini adalah
per
atau pegas. Kebanyakan
relay
beroperasi
dengan
cepat. Menggunakan catu
daya
yang rendah, mengurangi kebisingan dan mengurangi terjadi percikan listrik.
Jika lilitan di aliri tegangan DC, biasaya dioda di pasang pada
lilitan dengan
melintasi
sebuah relay,
untuk
membuang
energi
dari
kegagalan
medan
magnet
dalam
keadaan
tidak aktif, yang bisa membangkitkan percikan tegangan yang mungkin bisa merusak
komponen pada sirkuit. Jika lilitan di rancang untuk bisa di bangkitkan dengan tegangan
AC, cincin tembaga kecil dapat berkerut pada
ujung kumparan solenoid (kalau dialiri
arus menjadi elektromagnet). Cincin pembuat bayangan ini membuat arus kecil dalam
fase
yang berbeda –
beda,
dimana
menambah
tarikan
minimum pada armatur
dalam
perptaran tegangan AC. [15]
Sangat banyak macam jenis relay, yang di pakai pada skripsi PLC ini relay yang
ber jenis solid state relay
Solid-state relay
  
79
Gambar.2.31. Solid State Relay
Solid State Relay (SSR)
ini
merupakan komponen
elektronik yang beberbentuk
zat padat yang memberikan fungsi yang serupa pada sebuah relay elektromekanik yang
tidak mempunyai armatur atau benda – benda yang bergerak. Menambah masa tahan uji.
Solid State Contactor Relay
Solid state
contactor
ini
merupakan
solid
state
relay
yang
mempunyai
fungsi
lebih berat, termasuk penenggelaman panas, di gunakan sebagai penggantian panas
elektrik, motor elektrik yang kecil dan pembebanan cahaya. Dimana perputaran on / off
sering di butuhkan.
Tidak
ada benda –benda
yang bergerak kelihatan keluar dan tidak
ada hubung keras
langsung dengan getaran.
Dalam PLC bisa di kontrol dengan sinyal
AC maupun DC.
Relay
mengijinkan
satu sirkuit
untuk
diganti
ke
sirkuit
ke dua
di
mana
secara
lengkap  terpisah  dari  yang  pertama.  Mis;  yang  satu  sirkuit  menggunakan  tegangan
rendah dan yang satu lagi menggunakan tegangan AC yang tinggi. Tidak ada hubungan
listrik diantara kedua sirkuit tersebut, hubungannya hanya mekanik dan magnet.
Relay bisa bekerja dengan tegangan operasi 5V, 7V, 9V, 12V dan 24V. Dalam
skripsi menggunakan relay yang memakai tegangan 5 V. Dan relay mempunyai tahanan
  
80
lilitan 
yang  berbeda. 
Lilitan  dari 
sebuah 
relay  dilewati 
arus 
yang 
relatif 
besar,
kebanyakan
IC
mikrokontroler
tidak dapat
menyediakan arus yang besar dan transistor
biasanya digunakan
untuk
menguatkan arus IC yang kecil ke
nilai yang
lebih
yang di
butuhkan untuk lilitan relay. Mis; IC 555 mempunyai arus yang besar sekitar 200mA.
Maka alat ini dapat menyediakan arus ke lilitan relay secara langsung, tanpa penguatan.
Pole & Throw
Gambar 2.32. Jenis – jenis Pole dan Throw dalam sebuah Relay
Relay
juga
merupakan
saklar
yang bisa
berganti-
ganti
posisi.
Dimana
posisi
tersebut diatur dalam Pole dan Throw.
Pole adalah kutub magnet pada salah satu elektroda sebuah sel elektrolit dan juga
sebagai Terminal keluaran pada saklar dimana pole bisa mempunyai lebih dari 1 kutub.
Throw adalah merupakan sebuah piranti Penyambung dan pelepas.
Pole dan throw bisa di bagi menjadi beberapa golongan, dimana jenis – jenis Pole dan
Throw sebagai berikut;
SPST - Single Pole Single Throw.
  
81
Relay jenis SPST ini ada dua terminal yang bisa untuk On atau Off. Total 4
terminal termasuk lilitan.
SPDT - Single Pole Double Throw.
Relay jenis SPDT ini ada tiga terminal. Ini juga merupakan saklar yang bisa
berganti posisi. Total 5 terminal termasuk lilitan.
DPST - Double Pole Single Throw.
Relay jenis DPST ini mempunyai 4 terminal yang merupakan dua pasang single
Pole single throw yang digerakkan oleh 1 lilitan. Total 6 terminal termasuk
lilitan.
DPDT - Double Pole Double Throw.
Relay jenis DPDT ini mempunyai 6 terminal yang merupakan dua pasang single
pole double throw yang digerakkan oleh 1 lilitan. Total 8 terminal termasuk
lilitan.
QPDT - Quadruple Pole Double Throw.
Relay jenis QPDT ini mempunyai 12 terminal yang perupakan empat pasang
single pole double throw yang digerakkan oleh  lilitan. Total 14 terminal
termasuk lilitan.
Relay yang biasa di gunakan adalah jenis SPDT atau DPDT, dan yang dipakai pada
skripsi
ini
adalah DPDT. 
Dalam pengaplikasiaannya
jenis
SPDT
atau
DPDT bisa
di
gabung
dari
beberapa
relay
jenis tersebut.
Mis
satu alat bisa
terdiri dari
1000
relay
DPDT
  
82
Kebanyakan relay di rancang pada PCB dan di hindari solder langsung ke relay, untuk
menghindari kerusakan dari relay yang mungkin bisa membuat bungkusan relay
meleleh.
Dioda pelindung dalam sebuah Relay
Lilitan 
relay 
menghasilkan 
percikan 
tegangan 
yang 
tajam 
sewaktu 
relay
dimatikan dan ini bisa menghancurkan transistor dan IC dalam sirkuit, dalam skripsi ini
bisa merusak IC AT89S52, untuk menghindari kerusakan tersebut maka terhubung
dengan dioda pelindung yang melintasi pada lilitan relay dan di hubungkan ke transistor.
Dalam skripsi ini pelindungnya memakai IC ULN 2803. dimana pemasangan dioda pada
sebuah relay bisa digambarkan sebagai berikut;
Gambar 2.34. Sebuah dioda pelindung pada sebuah relay.
Transistor  dan  IC  harus  terlindungi  dari  percikan  tegangan  tajam  yang  dihasilkan
sewaktu relay di matikan. Gambar 2.34 diatas menunjukkan bagaimana sinyal dioda
(dioda 1N4148) terhubung melintasi sebuah lilitan relay untuk melindungi relay. Dimaa
dioda di pasang terbalik maka dioda secara keadaan normal tidak menghantarkan listrik.
Penghantaran  hanya  terjadi  sewaktu  lilitan  relay  dalam  keadaan  tidak  aktif,  dalam
momen ini arus mengalir melalui lilitan dan secara tidak merusak di alihkan melalui
dioda. Tanpa dioda
maka tidak ada arus dapat
mengalir dan
lilitan akan
menghasilkan
  
83
percikan   tegangan   yang   dapat   merusak   relay.   Dioda   dimaksudkan   untuk   tetap
mengalirkan arus.
Gambar.2.33. sirkuit simbol  dalam hubungan – hubungan Relay
Bisa dilihat pada gambar 2.33 diatas, dimana relay mempunyai nama – nama dalam
berhubungan antar saklarnya, sebagai berikut;
1. COM  = Common, merupakan bagian tengah Terminal dari saklar yang bergerak.
2. NO = Normally Open (Normalnya Buka), COM terhubung pada sirkuit sewaktu
lilitan relay dalam keadaan aktif, dan tidak terhubung pada sirkuit sewaktu
lilitan relay
dalam
keadaan
tidak
aktif,
bisa
dilihat
pada
gambar
2.32,
ini
dinamakan
hubungan
bentuk A atau pembuat hubungan. Normally closed sangat bagus untuk aplikasi yang
membutuhkan sirkuit tetap dalam terhubung sampai relay dalam keadaan tidak aktif dan
pada saat mengganti sumber arus yang tinggi dari alat.
Terhubung antara COM dengan NO sewaktu lilitan relay dalam keadaan aktif.
3. NC = Normally closed (Normalnya Tutup), COM terhubung pada sirkuit sewaktu
lilitan relay dalam keadaan mati, dan tidak terhubung pada sirkuit sewaktu lilitan relay
dalam keadaan aktif, bisa dilihat pada gambar 2.32, ini dinamakan hubungan bentuk B
atau
pemutus
hubungan.
Normally
closed
sangat
bagus
untuk
aplikasi
yang
membutuhkan sirkuit tetap dalam terhubung sampai relay dalam keadaan aktif.
Terhubung antara COM dengan NC sewaktu lilitan relay dalam keaadaan tidak aktif.
  
84
4.
CO
=
change-over, hubungan
yang
mengontrol dua sirkuit
yang
berbeda, dimana
yang
satu
sirkuit
dalam
keadaan
hubungan
normally
open
dan
yang
sirkuit
lainnya
dalam keadaan
Normally
close
terhubung
dengan
Common
Terminal. 
ini
dinamakan
hubungan bentuk C atau pengganti hubungan.
Pengganti hubungan ini bisa juga digunakan sebagai single pole changeover" (SPCO)
atau double pole changeover" (DPCO).
Perbandingan antara transistor dengan relay
Di  dalam  skripsi  ini  dalam  mengendalikan  modul  output  tidak  memakai  transistor
sebagai penggeraknya, melainkan menggunakan relay.
Transistor juga bisa di gunakan sebagai saklar secara elektrik, sebagai saklar arus DC
yang kecil ( < 1A
), pada tegangan
rendah biasanya
transistor pilihan yang lebih baik
daripada
relay.
Bagaimanapun transistor
tidak
bisa
sebagai
saklar
AC
atau
dalam
bertegangan tinggi dan  transistor biasanya bukan pilihan yang baik sebagai saklar arus
yang
besar (
>
5
).
Dalam keadaan
ini
relay
akan
dibutuhkan,
tapi
transistor
masih
dibutuhkan sebagai saklar arus dalam lilitan relay.
Dimana kelebihan dan kekurangan dari relay sebagai berikut;
Kelebihan dari relay terhadap transistor;
Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh relay dibanding dengan transistor , yaitu:
1.   Relay  dapat  sebagai  saklar  dalam
tegangan  DC  dan  AC,  sedangkan  transistor
hanya bisa sebagai saklar dalam tegangan DC.
2.   Relay dapat sebagai saklar dalam tegangan tinggi, sedangkan transistor tidak bisa.
3.   Relay
merupakan
pilhan
yang terbaik
sebagai
saklar
dalam arus
yang besar (
>
5A).
  
85
4.   Relay bisa
sebagai
saklar
gabungan
yang
mengganti
hubungan-hubungan
saklar
dalam satu relay yang besar, dalam waktu kejadian yang bersamaan.
Beberapa kekurangan yang dimiliki oleh relay dibanding dengan transistor , yaitu:
1.   Relay merupakan komponen besar dibandingkan transistor sebagai saklar dalam
arus yang kecil pada sebuah sirkuit.
2.   Relay 
tidak  dapat 
mengganti  saklar  secara  cepat  (kecuali 
relay 
lidi), 
tapi
transistor bisa bergerak sebagai saklar berkali – kali dalam 1 detik.
3.   Relay memakai daya lebih untuk mengalirkan arus melalui lilitan relay.
4.   Relay membutuhkan dioda pelindung untuk
menhindari percikan tegangan dari
lilitan relay, sedangkan transistor tidak usah pakai dioda.
5.   Relay
membutuhkan arus
yang
lebih,
sehingga
masih
membutuhkan
transistor
untuk mengganti arus pada lilitan relay.
Relay kebanyakan digunakan pada plan yang berprilaku lamban. Plan berprilaku lamban
memiliki
arti
bahwa
reaksi
perubahan
keluaran
plan
lambat
ketika terjadi perubahan
pada masukannya.
2.11.2 Teori Histeresis Dalam Sebuah Relay
Perubahan keadaan keluaran relay sangat dipengaruhi
oleh
keadaan
sinyal
masukan.
Secara
ideal saklar dalam
relay
tertutup jika
masukan dikenai sebuah tegangan positif
dan akan terbuka kalau tidak ada tegangan masukan. Pada kenyataannya saklar tidak
dapat   langsung   menutup   disaat   tegangan   masukannya   berharga   positif.   Namun
  
86
dibutuhkan
beberapa
level tegangan
positif
masukan,
baru saklar
tersebut akan
betul-
betul
tertutup. Demikian
pula
dengan
kondisi terbukanya,
diperlukan sedikit
tegangan
negatif sebelum saklar betul-betul terbuka. Kedua level tegangan inilah yang dinamakan
sebagai lebar histeresis saklar dalam sebuah relay.
Histeresis  merupakan  titik  tegangan  dimana  saklar  dalam  relay  bisa  tertutup  atau
terbuka.
Idealnya relay akan on begitu tegangan masukannya positip dan akan off jika tegangan
masukannya  negatif.  Namun  kenyataannya  tidaklah  demikian.  relay  itu  tidak  dapat
langsung  'on'  begitu  tegangan 
masukannya  positip  dan  tidak 
langsung  'off'  kalau
masukannya negatif. Selang jarak 'on' dan 'off' inilah yang dinamakan lebar histeresis.
Jika tegangangan negatif melebihi
lebar
histeresis saklar dalam relay berubah kondisi
menjadi
'off'.
Namun
jika
tegangan
positif
melebihi
batas
histeresisnya,
saklar
dalam
relay tersebut akan dengan sendirinya berubah menjadi kondisi 'on'.
Terbuka dan tertutupnya saklar tidak diubah dengan mengubah lebar histeresis.
2.12.1 Sejarah ladder work
Ladder work dibuat pada tahun 1997 oleh tim MicroShadow kemudian dikembangkan
dan di tingkatkan dalam software (perangkat lunak) program otomatisasi LadderWork.
LadderWork merupakan program tangga pertama atau FBD compiler untuk sistem yang
tersimpan
dan
memperkenankan
untuk
digunakan
pada
sistem
PLC
dengan
menggunakan   pernagkat   keras   mikrokontroler   8051.   Program   LadderWork   bisa
digunakan pada pabrik – pabrik PLC dalam berbagai perusahaan.
2.12.2 Teori Singkat dan Penjelasan Program Ladder Work.
Program  Ladder  work  menyederhanakan  cara  kerja  progam  bahasa  tangga  dengan
gambar permukaan yang  dikenal dan di sukai pemakai dimana dengan mouse komputer
  
87
dapat ditarik dan ditaruhkan
gambar-gambar
objek
komponennya
dalam lembar kerja,
dan menghubungkan semua komponennya dengan kabel dan semuanya terhubung
berdasarkan
konstruksi
program pada
modul
program.
Semuanya
bisa
di
gambarkan
dalam program PLC, yang bisa di test semuanya.
LadderWork merupakan cara termudah untuk memprogram kontrol otomatisasi.
Bahasa  standard  dalam  Ladder  work  sangat  kaku,  komponen-komponen  ditetapkan
dalam satu
sel
diantara
dua
rel,
dimana sel
ini
di
sebut
rung,
Bahasa
Standard
LadderWork   memiliki   banyak   batasan   dalam   hubungan-hubungannya.   Sekarang
program LadderWork
terdapat editor skematik yang sangat kuat. Komponen-komponen
dapat di tempatkan di
mana
saja dan tidak ada batasan pada arus balik hubungannya.
Skematik
LadderWork
menampilkan sirkuit
elektronik
dalam lembar
kerja.
Sekarang
LadderWork mempunyai tambahan komponen yang berupa port logika dan flip-flop,
Program ladderWork
sangat
membutuhkan
user
yang
benar-benar
berpengalaman
dan
menguasai dalam logika aljabar boolean.
Dengan ladderWork tidak perlukan untuk menguasai bahasa assembly, interupt dan
arsitektur hardware 8051. yang penting bisa menguasai aljabar boolean dan menguasai
dalam  perancangan  setiap  rung  dalam  LadderWork,  menguasai  dalam  penempatan
saklar , relay, timer, counter, lampu dan lain-lain.saklar bisa sebagai input, lampu bisa
sebagai output, dan relay 
bisa sebagai
pembuat
hubungan.
Banyak
masalah
dalam
kontrol otomatisasi yang menggunakan LadderWork sebagai solusinya.
Dengan Program LadderWork dapat menggunakan IC mikrokontroler dalam pembuatan
PLC. Dalam LadderWork ini bisa menggunakan semua
jenis mikrokontroler 8051, dan
dapat memposisikan setiap sumber I/O portnya.
Jadi bisa di set input atau output dari
sumber pin setiap port di IC mikrokontroler, dari Port 0.0..0.7 sampai Port 3.0..3.7.
  
88
LadderWork
mempunyai
kecepatan
kerja
yang
kecil,sistem yang
dibutuhkan
adalah
minimum.
Contoh:
dalam kebutuhan
sistem hardware
8051
dengan
Timer
hanya
membutuhkan 20 bytes dari internal RAM, termasuk stack (tumpukan) area.
2.12.3 Pengertian dan hubungan-hubungan dalam Program LadderWork
LadderWork adalah pengembangan program aplikasi, pengembangan sistem dari bahasa
C
dan
BASIC. Bahasa program
lain pada
umumnya berdasarkan
format tulisan
untuk
membuat
suatu
fungsi
dalam
mengontrol PLC, sedangkan
LadderWork
menggunakan
gambar saklar, relay dan sirkuit elektronik sebagai bahasa programnya.
LadderWork dapat digunakan dengan pengalaman program yang sedikit. LadderWork
menggunakan  intilah-istilah,  gambar-gambar 
yang  dikenal  oleh  teknisi 
mesin  dan
elektro. LadderWork lebih bergantung pada simbol-simbol gambar daripada tulisan
sebagai bahasa programnya.
LadderWork mempunyai perpustakaan yang luas mengenai bahasa Ladder yang bisa
mengontrol
berbagai
macam sistem otomatisasi.
LadderWork
mempunyai
alat
pengembangan  program.  Dan  bisa  melihat  data  dan  debug  pengembangan  program
secara mudah.
LadderWork bisa dibilang merupakan Ladder Logika, ladder logika adalah set instruksi
yang
menyediakan
beberapa
servis
dari
real
time,
I/O,
user
interface,
dan
beberapa
servis lainnya yang serupa. Servis-servis ini berhubungan dengan aplikasi PLC.
Relay  Ladder  logika  menampilkan  kombinasi  dari  hubungan-hubungan  dan  lilitan
fungsi-fungsi  dari  AND  atau  OR.  PLC  mengubah  Ladder 
logika  dari  rancangan
perangkat keras (hardware design) ditulis dalam bahasa tingkat tinggi, yang dikhusukan
  
89
untuk proses kontrol logik. LadderWork mendukung banyak tipe struktur programming,
termasuk looping, fungsi matematika, aljabar boolean, kontrol PID (proportional integral
derivative), dan banyak fitur lainnya. LadderWork ini serupa dengan logika relay, yang
mengontrol otomatisasi dan meninjau di pabrik. setiap pabrik mempunyai macam-
macam variasi ladder
logika
masing-masing. Fitur PLC ada
yang berbeda dengan fitur
LadderWork.
Kode assembly
mikroprosesor
akan dibangkitkan
dengan
memilih compile di tombol
menu BUILD. Program LadderWork mempunyai editor skematik yang sangat kuat
dengan fitur-fitur lainnya dan bantuan (help). Koding LadderWork sangat efisien. Kode
assembly
mikroprosesor
secara
langsung
dibangkitkan dengan compiler jadi tidak ada
intruksi   tambahan   yang   mempengaruhi   hasil   output.   Dengan   LadderWork   bisa
didapatkan ukuran yang terbaik dan
kecepatan koding yang optimal. Program
LadderWork 
menghasilkan
kode dalam bentuk hexadesimal
sebagai
hasil
outputnya.
Daftar
program dan
koding assemblnya bisa
digunakan
sebagai penyusun proses,
jadi
dapat di cek
instuksi
demi
instruksi
dala kode program.
Banyak
alat
PLC di pabrik-
pabrik yang menggunakan program LadderWork yang dapat langsung di upload dengan
menekan tombol UPLOAD. Program LadderWork mempunyai standard diagram Ladder
dan alat relay logika. LadderWork mempunyai ekstra komponen seperti port logika dan
fungsi-fungsi pemrogram.
LadderWork dapat menggunakan memori Internal dan memori eksternal.
Dalam  Skripsi  PLC 
ini 
menggunakan  Internal  ROM 
dalam 
menyimpan  program
LadderWork.
Program LadderWork biasa di sebut dengan Virtual Sirkuit, karena gambar dan operasi
mereka
merupakan tiruan dari
sirkuit yang sebenarnya.
Bagaimanapun fungsinya sama
  
90
dengan bahasa pemrograman konvensional. Setiap elemen dari perpustakaan komponen
digambarkan sebagai modul dari program.
Sewaktu user memilih dan menempatkan
komponen
baru pada
layout
proyek sebenarnya dan dihubungkan dengan kabel pada
sirkuit, yang secara langsung terhubung modul program berdasarkan konstruksi program
LadderWork Integrated Development Enviroment (IDE)
Gambar 2.35. IDE LadderWork
Pada
gambar   2.35   di   atas   menggambarkan   lingkungan   program   LadderWork.
LadderWork  terintegrasi  dalam 
gambar-gambar  dan 
fitur-fiturnya.  Yang  dapat  di
gambar
skematik,
kompile
program
dan
upload
kode
untuk
menjalankan PLC
dalam
satu window. [16]
  
91
Penjelasan secara detail Menu-menu LadderWork
Program LadderWork
biasanya
disebut
dengan
Virtual
sirkuit.
LadderWork
menggambarkan komponen-komponen yang terhubung dengan kabel yang mewakilkan
dari alat PLC, dan yang selalu berinteraksi dengan PLc.
Pada Program LadderWork bisa kita operasikan berdasarkan menu-menu yang
ada pada gambar berikut;
Gambar.2.36. IDE LadderWork dengan keadaan awal
  
92
Gambar 2.37.  Gambar Ladder Work dalam keadaan sedang beroperasi
Dari gambar 2.37 diatas menampilkan tampilan dari program LadderWork. LadderWork
merupakan suatu lingkungan dari status, fitur-fitur, tempat komponen (Component Bar)
dan
kumpulan komponen
yang
terhubung
salah
satu dengan
yang
lain
dengan
kabel,
yang semuanya terintegrasi menjadi satu, yang bisa di gambarkan skematik, yang bisa di
kompile dan di upload di satu window.
Berikut ini penjelasan Menu-menunya dan setiap tombol beserta fungsinya;
Menu
Menu-menu yang ada dalam LadderWork
Standard toolbar
Standard toolbar
merupakan tempat dimana terdapat
menu
yang mempunyai perintah-
perintah seperti new, save, load, dan close project.
Tool bar
  
93
Tool bar
merupakan window
/
tempat dimana untuk alat
seperti kabel, text, pembesar
atau pemgecil dan tempat pengambilan gambar bitmap.
Compile bar
Compile bar berisi perintah-perintah
untuk
membangkitkan kode dan perintah
lainnya
yang berhubungan dengan PLC seperti; compile, upload, run, stop.
Componen bar
Tempat
dimana komponen-komponen
berada,
yang berguna
untuk
perancangan
PLC
dalam LadderWork.
Status bar
Tempat dimana berisi informasi mengenai status LadderWork.
Message window
Tempat  dimana  berisi 
informasi 
mengenai  status  program  yang  sedang  berjalan.
Informasi atau pesannya bisa dalam 3 kelas; informasi, peringatan, kesalahan (error).
1.   Tempat Peralatan IDE (IDE toolbar)
IDE berisi peralatan berupa tombol-tombol yang mempunyai fungsi masing-masing dan
status indikasi untuk di kompile (compile), untuk di jalankan (Run) dan debug
LadderWork, IDE juga berisi ukuran font (huruf cetakan) dan pilihan warna untuk meng
edit LadderWork
Dimana bisa dilihat pada gambar 3.37 berikut;
Gambar 3.38 IDE ToolBar LadderWork
2.   File
  
94
Gambar 3.39 Menu File
Dari gambar 3.39 diatas menunjukkan bahwa Menu file berisi perintah-perintah seperti
New, Open, save dan close project. Dan menu file yang bagian bawah berisi informasi
daftar file yang sedang digunakan.
New Project
Pilihan 
ini 
untuk 
memulai 
proyek 
baru, 
dan 
proyek 
sebelumnya 
pada 
program
LadderWork akan terhapus
Open project
pertama-tama buka menu File dan pilih tombol Open, cari file yang ingin kita buka yang
ber extension PJN
Save Project
Pilihan ini akan menyimpan proyek
yang sedang berlangsung.diperlukan
nama sebuah
file dan file yang disimpan dengan extension PJN.
Save As
  
95
Pilihan ini bisa untuk menyimpan proyek yang sedang berlangsung dan nama file baru
lainnya. File yang disimpan dengan extension PJN.
Close Project
Pilihan ini untuk menutup proyek yang sedang berlangsung.
Print
Pilihan perintah ini untuk mencetak gambar skematik pada printer.
Print Preview
Pilihan perintah ini memberikan gambar persis sama dengan hasil yang akan di cetak.
Page Seutp
Banyak pilihan untuk memilih jenis kertas pada tombol perintah page Setup.
Print Setup
Pilihan
ini
menentukan jenis
printer
yang
ingin
dipakai,
ukuran
kertas yang
ingin
di
cetak dan orientasi dari cetakan.
Exit
Keluar dari program LadderWork.
3.   Edit
Gambar 3.40 Menu Edit
  
96
Gambar
3.40
diatas
ditampilkan
gambar
Menu edit,
dimana
mempunyai
kemampuan
seperti; copy, cut, paste, dan delete.
Undo
Perintah ini mengembalikan keadaan sebelumnya dari aksi yang sekarang.
Cut
Perintah
ini
memampukan
untuk
memindahkan
komponen
atau objek
di
skematik
ke
tempat skematik yang lain.
Copy
Perintah ini mengijinkan
untuk mengkopi komponen atau objek di skematik ke tempat
skematik yang lain.
Paste
Perintah ini menaruh komponen atau objek di skematik yang sebelumnya uda di cut atau
di copy.
Delete
Dengan perintah ini dapat menghapus komponen atau objek dari skematik.
Notes
Pilihan
ini
untuk
membuka
editor
kecil,
yang
berguna
untuk
memberikan
informasi
penting mengenai proyek yang sedang di bangun.
4.   BUILD
  
97
Gambar 3.41 Menu BUILD
Menu ini berfungsi jika proyek sudah diberi nama filenya.
Compile
menu
Build
dan
pilih compile
kemudian akan
keluar
pernyataan dari
status
kompile,
seperti pada gambar 3.42 berikut;
Gambar 3.42 Status Compile dengan tanpa kesalahan
Gambar 3.42 diatas menunjukkan hasil kompile, yang menunjukkan hasil kompile tidak
ada kesalahan (error), dan window satu lagi menunjukkan laporan kompile.
Dan
kalau
terjadi
kesalahan
dalam
meng
kompile
maka
akan
keluar
tampilan
pada
gambar 3.43 berikut;
  
98
Gambar 3.43 Status compile dengan kesalahan
Dengan perintah compile maka dilakukan proses kompile, dan di bangkitkan kode-kode
kedalam bentuk hexa desimal.
Upload
UpLoad ini memampukan program bisa dimasukkan langsung pada alat PLC melalui RS
232,
dalam skripsi
ini
memakai
ISP
Atmel
untuk
memasukkan
programnya.
Dengan
menggunakan memori EPROM sebagai pengisian kodenya. Pilihan Upload bisa dicari
pada
menu
BUILD,
kemudian
di
kompile, bisa
juga
dua-duanya
langsung
pada
menu
BUILD pilih Compile & UpLoad. Untuk ini langsung di jalankan dengan memilih menu
BUILD dan pilih tombol Run.
Dimana gambar pilihan menunya bisa di lihat pada gambar 3.41 berikut;
  
99
Gambar 2.44 Menu Upload
Banyak
model PLC
yang
memakai program
LadderWork
yang
kode-kodenya
bisa di
masukkan ke alat PLC.
Dalam  skripsi  menu  ini  tidak  dipakai,  karena  program  lagsung  di  masukkan  pada
memori EPROM pada IC AT89S52 dalam alat PLC.
Run
Pilihan ini yntuk menjalankan program pada alat PLC.
Dalam  skripsi  menu  ini  tidak  dipakai,  karena  program  lagsung  di  masukkan  pada
memori EPROM pada IC AT89S52 dalam alat PLC.
Stop
Pilihan ini untuk memberhentikan  program yang sedang dijalankan. Tapi menu ini juga
tidak dipakai dalam skripsi.
5.   View
  
100
Gambar 2.45 Menu View
Toolbar
Piliha
menu
ini
membuka
pilihan-pilihan
pada
sub
menu,
seperti
pada
gambar
2.46
berikut;
Gambar 2.46 pilihan-pilihan dari sub menu Toolbar
Standard
Pilihan ini bisa
mengeluarkan
menu
standard pada window IDE
LadderWork, seperti;
new, load, save, print, logikal link, grid dan lain-lain.
Tools
Pilihan sub menu ini
mengeluarkan menu tool pada window IDE LadderWork, seperti;
peralatan untuk penempatan komponen seperti kabel, text, pembesar atau pengecil
komponen, bitmap dan lain-lain.
  
101
Compile
Pilihan sub menu ini untuk menampilkan menu compile pada window IDE LadderWork,
seperti; Compile, upload, run, stop dan lain-lain.
Components
Pilihan ini untuk menampilkan menu komponen pada window IDE LadderWork. Menu
ini
berisi
komponen-komponen
yang
akan
di tempatkan
dalam
skematik.
Dimana
komponen ditempatkan berdasarkan grupnya dan fungsinya.
Grid
Pilihan ini yang menentukan bintik-bintik pada lembarkerja.
Reference Grid
Pilihan
menu
ini
untuk
menampilkan
penunjuk ukuran
dalam
lembar kerja
pada
IDE
LadderWork.
Watch
Pilihan
menu
yang
memampukan
user
untuk
melihat
keadaan
setiap
kaki
port
pada
sirkuit elektronik yang dibuat dalam program LadderWork.
Options
Pilihan menu ini dalam menu View akan memberikan informasi-informasi seperti; nama
label setiap komponen pada skematik, logikal link, hubungan-hubungan simpul, lebar
horisontal dan vertikal antara bintik-bintik pada lembar kerja.
6.   Zoom
  
102
Gambar 2.47. Menu Zoom
Zoom fit screen
Perintah ini untuk membuat gambar skematik beserta komponennya yang sedang dibuat
sebesar ukuran layar / window.
Zoom in
Perntah ini untuk mengecilkan ukuran gambar skematik beserta komponennya.
Zoom out
Perintah ini untuk memperbesar ukuran gambar skematik beserta komponennya.
Zoom 1:1
Perintah
ini
untuk
mengembalikan
ukuran
gambar
skematik
beserta
komponennya
ke
ukuran sebelumnya, seukuran normal dimana perbandingannya 1:1.
7.   Options
Gambar 2.48. Menu Options
Compiler Options
Menu
ini
untuk menentukan pilihan-pilihan dalam compiler, dimana isi dari
menu
ini
menentukan; jenis memori, kecepatan sistem clock. Dimana bisa dilihat pada
gambar 2.49 berikut;
  
103
Gambar 2.49. Sub Menu Compiler
8051 Memory
Pilihan ini untuk menentukan memori 8051 yang dipakai, ada dua pilihan; memori
internal dan memori eksternal.
Temporary Node Memory
Kompiler
memakai sel
RAM untuk menyimpan informasi node sementara. Dengan sub
menu ini bisa memilih tempat memori untuk menyimpan informasi node sementara, ada
dua pilihan; memori internal RAM dan memori eksternal RAM.
Syncronism node memory
Sewaktu kompiler mendeteksi arah dari node, node sementara di buat, dimana prosesnya
bersamaan,
pilihan
ini
menentukan
prosesnya di
memori
internal
atau
di
memori
eksternal.
  
104
Timing Precision
Pilihan ini menentukan resolusi dari waktu yang ingin di tentukan. Ketelitian yang tinggi
berarti
lebih teliti
batasan
waktunya
tapi
lebih cepat
frekuensi
interrupt
hardwarenya.
Ketelitian yang lebih rendah berarti lebih rendah ketelitian batasan waktunya tetapi lebih
lambat pergantian interrupt hardwarenya.
Auto sync before n-way node
Pilihan
ini
menentukan flag aktif atau tidak, jika aktif maka arah
node tersinkronisasi
secara otomatis. Pilihan ini bermaksud mengoptimalkan node.
Auto debounce after phisical input
Pilihan ini berfungsi untuk menetapkan komponen yang bergetar secara otomatis setelah
sinyal input.
Assume deffault Value for hanged inputs
Pilihan ini
membuat compiler
menentukan nilai untuk
input yang tidak terhubung. Jika
pilihan
ini
tidak
diaktifkan
maka
tidak ada
input
yang
tidak
terhubung
menghasilkan
pesan salah.
Port
Pilihan ini yang menentukan hubungan RS
232 ke com berapa, dan menentukan
kecepatan
transmit
dan
receivenya,
dan
menentukan
port
komunikasi
untuk
melihat
  
105
keadaan   setiap   kaki   port   pada   sirkuit   elektronik   yang   dibuat   dalam   program
LadderWork.
System Edit
Menu ini merupakan editor sistem modul I/O, dimana sistem edit ini yang menentukan
status setiap kaki pin pada port-port IC 8051 dan pada skripsi ini dipakai IC AT 89S52.
dimana sistem edit ini bisa
mengaktifkan atau
menonaktifkan
setiap kaki pada IC AT
89S52, dan juga bisa
menentukan keluaran
input atau output dalam keadaan aktif
low
atau aktif high.
Pada  skripsi  ini  untuk  menentukan  fungsi  setiap  kaki  pada  IC  AT  89S52,  maka
digunakan
sistem edit
ini.
Dan
sistem edit
ini
berhubungan
langsung
dengan
setiap
komponen pada skematik. Jadi jika port 1 di gunakan untuk tempat input maka
diskematik komponen inputnya semua memakai port 1 dan jika port 0 di gunakan untuk
tempat  output  maka    diskematik  komponen  outputnya  semua  memakai  port  0.  dan
setelah sudah di tentukan semua fungsi setiap kaki komponen pada skematik, kemudian
di kompile untuk mendapatkan kode file dalam bentuk hexa desimal.
8.   Component Bar
  
106
Gambar 2.50 Tempat penyimpanan komponen-komponen
Tempat penyimpanan komponen bisa berubah tergantung dengan versi dari program
LadderWork.
Tempat
penyimpanan komponen berisi komponen-komponen yang ingin
digunakan pada skematik, seperti clock, delay, saklar, lampu, input, output, Timer,
counter dan banyak komponen elektrik lainnya.
Semua komponen di tempatkan sesuai grup dan fungsinya. Seperti grup analog device,
logical symbol dan lain-lain.