BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1
Data dan Literatur
Data
dan
informasi untuk
mendukung
proyek
Tugas
Akhir
ini
diperoleh dari
berbagai sumber, antara lain:
1
Literatur
:
Buku, artikel elektronik maupun non elektornik, dan
makalah
2
Survei lapangan
:
Toko buku, angket pada anak-anak, angket pada orang
tua, acara pembacaan dongeng, dan surat kabar
2.1.1
Tradisi Mendongeng
Apa itu mendongeng?
Kisah
yang kita sebarkan pada orang lain memberikan nilai dalam kebudayaan,
kepercayaan, tujuan,
dan
tradisi
kita.
Mengikat
kita
dalam
sebuah
masyarakat
yang
terpadu,
membuat kita
bekerja
sama
untuk
sebuah
tujuan
yang
serupa.
Mendongeng
hidup dalam pusat pengalaman manusia?sebuah bentuk dorongan komunikasi personal
yang sama tuanya dengan bahasa itu sendiri.
Dalam
dunia
yang bermacam-macam
dan
kompleks
ini
terdapat sesuatu
yang
kita semua
miliki yang berperan dibalik suksesnya
kebudayaan kita. Sebuah cara
yang
hampir ajaib dimana kita saling berkomunikasi dan
mengerti satu sama
lain.
Dengan
kata lain, itu adalah mendongeng.
3
  
4
Mendongeng adalah
tindakan
manusia
baik
itu
lisan
atau
visual
yang
menunjukkan
perasaan
dan
pikiran;
sama
fleksibelnya
seperti
air
yang selalu
berubah
bentuk dari tarian sampai ukiran.
Dongeng
dan
mendongeng hidup dalam
pusat
eksistensi
manusia.
Sejak
awal
mula
spesies
manusia,
kita
telah
berbagi cerita
yang berisi
tentang
kejadian-kejadian,
kepercayaan, dan
nilai
yang
dipegang oleh keluarga, komunitas, dan
kebudayaan kita.
Sebagian
dari
dongeng
ini
telah
terkumpul
dalam
mitos
dan
dibukukan
dalam
kitab.
Yang lain menjadi kisah klasik. Sisanya menjadi kisah heroik dan dongeng jenaka.
Dari
dalam,
pola
dongeng dan karakternya
terkait dengan
kekuatan
yang
sulit
dimengerti
yang
membentuk
hidup
kita.
Dari
luar,
ikatan
dongeng
menyatukan
kita
dalam
ikatan budaya.
Dongeng yang
terpenting justru
merupakan cerita
yang kita bagi
bersama
sahabat
dan
keluarga,
namun
kesemuanya membantu
memelihara
ingatan,
menjelaskan
kehadiran
kita,
dan
membayangkan masa
depan
kita.
Dibentuk
melalui
perjalanan
waktu,
ikatan
ini
membentuk seseorang
menjadi
keluarga,
dan
keluarga
menjadi
masyarakat,
menjelaskan
nilai
kebersamaan,
kepercayaan,
tujuan
dan
tradisi
kita.
Mendongeng, seperti
yang
ada
sekarang
ini;
terkadang
menunjuk
pada
pengalaman
interaktif  antara  pendongeng
dan  pendengarnya.
Banyak  media  seperti
novel dan televisi yang juga mengandung cerita-cerita, tidak mendapatkan keistimewaan
yang
sama;
yakni
memiliki
nilai
kesakralan
yang
sama
dengan
“mendongeng”,
yang
memperbolehkan pencerita
untuk
mengubah
cerita
mereka
berdasarkan
reaksi
pendengarnya. Sebagian
besar
dari
kita
mengenal cerita
dalam setiap
sisi
kehidupan.
Seorang
penulis
dan
psikiater
Amerika,
Robert
Coles
mengatakan bahwa
dongeng,
apakah itu tertulis atau tertutur merupakan pertemuan dengan metafora yang berasal dari
  
5
kehidupan sehari-hari. Beberapa
dari
kita
yang
cukup
teliti
akan
melihat
kehidupan
manusia seperti sebuah cerita?dimana saat kita bicara satu sama lain sesungguhnya kita
telah
menceritakan kisah kita,
dan
cerita
yang kita
telah
raih
dan
kita
kenali bersama,
membantu kita untuk menentukan pilihan, menemukan arah, meluruskan moral kita, dan
mengenal kehidupan pribadi kita dengan lebih jernih.
Sejarah dongeng
Para
antropolog,
psikolog, dan
ahli
sejarah
percaya
bahwa
mendongeng telah
dilakukan
semenjak
manusia
ada?bahkan
mendongeng menjelaskan keberadaan
kita
sebagai
manusia. Selama
ribuan
tahun,
seiring dengan
usaha
manusia
untuk bertahan
hidup,
dongeng
berkembang
melalui
kisah-kisah
tentang
kebijakan
dan
pengetahuan
yang
dikumpulkan oleh
manusia.
Di
waktu
terdahulu,
mendongeng dilakukan
untuk
menjelaskan
kejadian-kejadian penting
yang
terkadang
membingungkan seperti
petir,
pasang-surut, kilat, dan api.
Tipe-tipe cerita tertentu
tentang pahlawan dan
dewa-dewi
dikisahkan untuk mengikat seseorang terhadap sebuah sistem kepercayaan. Cerita-cerita
moral
menyampaikan pasal-pasal hukum pertama yang
menjamin harmoni, kerja sama,
dan kesuksesan besar populasi manusia pada awal zaman.
Semenjak zaman prasejarah, dongeng telah mengambil banyak bentuk, dari teks
tertulis  sampai  aplikasinya
pada  arsitektur,
dan  lukisan.  Mungkin  bentuk  tertuanya
adalah
tradisi
lisan
turun
terumun
yang
membawa
kebijaksanaan, pengetahuan
dan
budaya melalui bahasa lisan.
Kisah
tertua
yang
dituturkan adalah
mitos,
legenda
dan
cerita
rakyat.
Setiap
kebudayaan memiliki kumpulan cerita yang diturunkan melalui mulut ke
mulut. Tujuan
dari  cerita-cerita  ini  sangat  bermacam-macam
dan  kompleks,  termasuk  kisah  yang
  
6
menitikberatkan pada penciptaan dunia dan alam semesta, penciptaan manusia, kematian
dan
penghakiman
mereka, pelajaran
moral,
dan
kisah-kisah
yang
dibuat
untuk
tujuan
menghibur belaka.
Timeline dongeng
100 – 200 S.M
Kisah mitos, Cupid and Psyche, ditulis oleh Apuleius dan termasuk dalam cerita
Metamorphoses  (juga
dikenal
sebagai
The  Golden  Ass).  Beberapa
akademisi
beranggapan kisah ini sebagai dongeng pertama yang ditulis, dan sangat serupa dengan
dongeng Si Cantik dan Si Buruk Rupa.
200 – 300 S.M
Koleksi
cerita
Hindu
berjudul
Panchatantra,
ditulis.
Beberapa dari
cerita
ini
dianggap sebagai pelopor sejumlah dongeng Eropa.
850-860
Cina
Versi tertulis pertama Cinderella di dunia dibuat di Cina
Sekitar tahun 1300
Gesta
Romanorum,
karya
berbahasa
Latin,
diproduksi.
Merupakan koleksi
berbagai cerita dan anekdot yang diperkirakan mempengaruhi William Shakespeare dan
Edmund Spenser, pengarang The Faerie Queen
Sekitar tahun 1500
Kisah Seribu Satu Malam pertama kali didokumentasikan
  
7
1550 & 1553
Italia
Gianfrancesco Straparola
menerbitkan
dua
buku
Le
Piacevoli
Notti
atau
The
Pleasant
Nights,
juga
memiliki judul
lain
The
Facetious
Nights
dan
The
Delightful
Nights. Buku pertamanya muncul di Perancis di awal tahun 1560 dan buku keduanya di
tahun 1573.
1690-1710
Perancis
Salon-salon Perancis dipenuhi dengan cerita dongeng yang biasanya ditulis para
penulis wanita. Yang paling ternama diantaranya adalah Marie-Catherine D'Aulnoy.
1696-1698
Perancis
Marie-Catherine D'Aulnoy,
penulis
cerita
dongeng
ternama
di
salon
Perancis
menerbitkan dua buku dongeng. Diterjemahkan ke bahasa Inggris di tahun 1699.
1697
Perancis
Histoires  ou  Contes  du  temps  passe  ciptaaCharles Perrault, dikenal  juga
dengan judul Mother Goose Tales, diterbitkan di Perancis. Cerita ini
langsung terkenal.
Beberapa dari
koleksi
cerita
ini
termasuk
Cinderella,
Putri
Tidur,
Si
Tudung
Merah,
Jenggot Biru, dan Kucing Bersepatu Bot.
1740
Perancis
Madame Gabrielle
de
Villeneuve
menerbitkan
cerita
Si
Cantik
dan Si
Buruk
Rupa versi pertama yang berjumlah 362 halaman.
  
8
Versi
yang pertama
ini
tidak
ditujukan
untuk
anak-anak karena plotnya
yang
panjang, dan beberapa subjek dalam ceritanya ditujukan pada pembaca dewasa.
1756
Perancis
Madame Le Prince de Beaumont menerbitkan versi Si Cantik dan Si Buruk Rupa
yang sudah diringkas. Versi
inilah yang nantinya sangat dikenal dan digunakan di
masa
depan. Cerita
ini
ditulis
untuk
pembaca muda, dengan pesan yang
lebih
mendidik dan
plot
yang
lebih
sederhana.
Buku
ini
merupakan
contoh
pertama
dari
dongeng
yang
ditulis khusus untuk anak-anak.
1812 & 1815
Jerman
Jacob
dan
Wilhelm
Grimm
menerbitkan dua
buku
berjudul
Kinder
und
Hausmarchen
(Childhood
and
Household
Tales).
Cerita
yang
terkenal
dari
koleksi
ini
adalah Pangeran Katak, Hansel dan Gretel, Rumpelstiltskin dan Putri Salju.
1835
Denmark
Dongeng
Hans
Christian
Andersen
diterbitkan. Banyak
dari
ceritanya
adalah
karangan sendiri, tapi beberapa berasal dari cerita rakyat tradisional.
1867-76
Inggris
Walter
Crane
menerbitkan ilustrasi
berwarnanya yang
dibuat
berdasarkan
dongeng termasuk Si Cantik dan Si Buruk Rupa, Putri Tidur, Kucing Bersepatu Bot, dan
Cinderella.
  
9
1890
Rusia
Peter Ilyich Tchaikovsky meluncurkan opera Putri Tidur di St. Petersburg, Rusia
pada
tanggal 15
Januari
1890.
Beberapa dari
lagu
Tchaikovsky nantinya
muncul
pada
film animasi Walt Disney yang mengadaptasi cerita yang sama.
1890
Inggris
Joseph
Jacobs
menerbitkan English
Fairy
Tales,
diikuti
More
English
Fairy
Tales,
Celtic
Fairy
Tales,
Indian Fairy
Tales,
dan
European
Folk
and
Fairy
Tales.
Semua bukunya diberi ilustrasi oleh John Batten.
1937
Amerika Serikat
Film animasi Walt Disney pertama, Putri Tidur diluncurkan. Film ini kemudian
sukses  secara  komersial  dan  diikuti  oleh  film-film  Disney  hasil  adaptasi  dongeng
lainnya.
Tujuh kurcaci
yang sebelumnya tidak bernama diberikan nama dalam
film ini
oleh Walt Disney.
(Dikutip dari
Heiner,
Anne,
Heidi,
2003,
A
Fairytale
Timeline,
Tradisi Lisan
Saat
ini,
ketika
kita
mendengar kata
mendongeng
pada
umumnya
masyarakat
akan merujuk pada tradisi lisan. Hampir semua kebudayaan memiliki tradisi lisan yang
kaya,
meskipun
terkadang
sejarah
lisan
kebudayan
kita  telah
berubah
menjadi
teks
tertulis atau telah punah bersama nenek moyang kita.
  
10
Masyarakat
di  setiap  tempat  dan  zaman  telah  melakukan
kegiatan  bertutur.
Dalam tradisi
lisan,
mendongeng
melibatkan penutur dan
pendengarnya. Sang
penutur
menciptakan sebuah pengalaman, dan secara bersamaan juga para pendengar menerima
pesan
dan
menciptakan
bentuk
khayalan
masing-masing
dari
kata-kata
yang didengar
dan bahasa tubuh
yang dilihat. Dalam situasi
ini, pendengar turut ambil
bagian dalam
penciptaan
seni
ini.
Terkadang
penutur berdialog dengan
pendengar, untuk
mengatur
kalimat mereka atas respon terhadap pendengarnya atau situasi di sekitarnya.
Bertutur  merupakan  bentuk  seni  yang  selalu  bergerak  mengikuti  keadaan,
kondisi ini terkadang bisa disejajarkan dengan musik, seorang penutur tidak menghapal
sejumlah
tulisan,
tapi
mempelajari
sejumlah
kejadian
yang
serupa
dengan
sekenario
untuk membentuk sebuah plot naratif yang menghibur dari awal sampai akhir, kemudian
menggambarkan karakter-karakter dan situasi dimana kisahnya mengambil tempat. Oleh
karena itu tidak pernah ada dua cerita lisan yang benar-benar sama.
Tujuan
dari
tradisi
lisan
adalah
untuk
menghibur, mendidik,
memelihara
kebudayaan,
dan
untuk
menanamkan pengetahuan serta
nilai-nilai
moral;
membantu
orang-orang
dari
generasi
sesudahnya
untuk
mengerti
darimana
asal
mereka
dan
apa
yang bisa mereka capai nantinya.
Mengapa Kita Mendongeng?
Kita
suka
mendongeng dan
tertarik
dengan
cerita-cerita
di
dalamnya
karena
dongeng
memberikan kita
tempat dalam
masyarakat: memberikan kita
predikat dalam
pertentangan, ambiguitas, dan
keraguan, cerita dapat
menerima kondisi yang ditentang
oleh
masyarakat?serupa seperti
masyarakat
yang
menerima
sekaligus
menentang
keberadaan kita sebagai pribadi. (Michael Roemer, Telling Stories)
  
11
Yang lain percaya bahwa cerita membantu kita untuk mengenal diri kita diantara
orang-orang lain
dalam
setiap
kebudayaan
dimanapun
di
dunia.
Membentuk
dan
mengekspresikan kisah
nyata
tentang
kehidupan
kita
dan
orang-orang
yang kita kenal
dapat mendekatkan kita satu sama lain;
membangun kreativitas kita, meningkatkan rasa
humor, keberanian dan percaya diri, dan memelihara kenangan kita.
Banyak  kebudayaan
di  seluruh  dunia  memelihara
kenangan
mereka  melalui
cerita.
Orang-orang
Indian
menggunakan dongeng
untuk
mengajarkan
kepercayaan,
perdagangan,
dan
yang
lainnya. Orang-orang Afrika
yang
selama berabad-abad
tidak
mengenal
budaya
tulisan
bergantung pada
dongeng
untuk
mengajar
dan
memerintah
anggota  kelompok  mereka.  Sebagai  hasilnya,  dongeng  telah  diturunkan  dari  satu
generasi ke generasi lainnya.
2.1.2
Bentuk-bentuk Cerita Dalam Folklor
Secara umum terbagi 8 genre, yakni:
1.   Fabel
Fabel adalah cerita
singkat, dalam
bentuk
prosa
atau syair,
yang
menonjolkan
binatang,
tumbuhan, objek
tak bergerak,
atau kekuatan
alam
yang
diberi
sifat
seperti manusia, dan menguraikan sebuah pelajaran moral, yang pada akhir cerita
disebutkan secara jelas dalam bentuk peribahasa singkat.
2.   Dongeng
Dongeng adalah cerita yang menonjolkan karakter seperti bidadari, peri, pertapa
bijak, raksasa, binatang yang bisa bicara, dan terkadang sihir. Dalam kebudayaan
dimana
naga dan dukun
sihir
dianggap nyata,
dongeng
bisa
menyatu
menjadi
legenda
naratif,
dimana
ceritanya dipercaya
memiliki
konteks aktual
sejarah.
  
12
Namun, tidak seperti legenda atau epik, dongeng tidak memiliki hubungan yang
jelas
dengan
kepercayaan
ataupun
dengan
tempat-tempat, orang-orang,
dan
kejadian tertentu; dongeng mengambil tempat di suatu wilayah waktu yang tidak
jelas (‘pada zaman dahulu’) ketimbang waktu yang aktual.
3.   Cerita hantu
Berupa
kisah
fiksi
atau
drama
yang
melibatkan hantu,
atau
mengambil
kepercayaan tentang keberadaan hantu atau mengambil karakteristik hantu.
4.   Kisah Jenaka
Merupakan
cerita
pendek
yang
ditujukan
semata-mata untuk
menghibur
pendengarnya saja dengan aspek humor dan canda yang terkandung di dalamnya.
5.   Legenda
Sebuah narasi tentang perilaku manusia yang dipercaya sungguh-sungguh terjadi
di
suatu
waktu
dalam
sejarah,
baik
oleh
penutur
dan
pendengarnya.
Legenda
tidak
mempersoalkan apakah
kisahnya
masuk
akal atau
tidak
dengan
sejumlah
parameter
yang
selalu berubah-berubah. Cerita
dalam
legenda bisa
melibatkan
sejumlah keajaiban yang
dipercaya benar-benar
terjadi bersama dengan
tradisi
dimana legenda tersebut berasal dan dapat diubah seiring perjalanan waktu, untuk
mengikuti zaman.
6.   Mitos
Mitos
adalah
cerita
mengenai
dewa atau
pahlawan,
disusun dalam
sistem
yang
saling terkait, diwariskan secara turun temurun, dan berkaitan dengan kehidupan
spritual
sebuah
komunitas, didukung
oleh
para
penguasa
ataupun
pemimpin
spiritual.
Ketika
keagungan hubungan
spiritual
ini
putus,
maka
cerita
itu
kehilangan kualitas mitologinya dan menjadi cerita rakyat atau dongeng saja.
  
13
7.   Perumpamaan
Perumpamaan adalah
cerita
pendek
dalam
bentuk
prosa
ataupun
puisi
yang
memberikan gambaran
mengenai pelajaran
moral ataupun
keagamaan. Berbeda
dengan fabel, perumpamaan meniadakan keterlibatan binatang, tumbuhan, benda
tak bergerak, dan kekuatan alam sebagai karakternya yang memiliki kemampuan
berbicara dan bertindak seperti layaknya manusia.
8.   Legenda Kontemporer / Kisah Masyarakat
Kisah
masyarakat atau
mitos
masyarakat
adalah
sejenis
cerita rakyat
modern
yang dianggap pernah terjadi oleh orang-orang yang
menyebarkannya. Sebutan
ini   terkadang   bisa   disamakan   dengan   istilah   ‘cerita   yang   kebenarannya
diragukan’.
Meskipun  tidak
semua  kisah
masyarakat
itu  bualan,
tapi
banyak
sekali yang palsu, kehilangan arah, dibesar-besarkan atau hanya mencari sensasi.
Tidak
seperti
namanya,
tempat
dalam
kisah
masyarakat tidak
harus
berada
di
lingkungan masyarakat. Istilah ini muncul untuk membedakan kisah masyarakat
dengan cerita rakyat yang berasal dari zaman sebelum revolusi industri.
(dikutip
dari
Wikipedia
Foundation
Inc.,
5
Maret
2007,
Storytelling,
en.wikipedia.org)
2.1.3
Tradisi Mendongeng Di Indonesia
Indonesia
memiliki
tradisi
lisan
yang
sangat
kaya,
dipengaruhi oleh
berbagai
kebudayaan yang
melintasi
sejarah
negeri kita
seperti
India,
Cina,
Arab,
dan
Eropa.
Karena
memiliki
banyak suku
bangsa
dan budaya,
Indonesia
memiliki jumlah
folklor
yang  sangat  banyak  karena  tiap-tiap  kebudayaan  itu  menyumbang  folklor  mereka
masing-masing.
  
14
Namun
secara
umum, cerita
rakyat
Indonesia dapat
dibagi
menjadi 3
kategori
umum:
1.   Fabel
Tipe
cerita
yang
mengajarkan moral
dan
menggunakan binatang
untuk
menjelaskan sifat-sifat manusia. Contohnya cerita si kancil.
2.   Mitos / legenda
Penuturan 
kreatif 
untuk 
menjelaskan 
kondisi 
alam 
sekitar. 
Contohnya
Legenda  Malin  Kundang 
yang 
menceritakan  asal  mula  batu  berbentuk
manusia yang berlutut di pantai daerah Padang.
3.   Dongeng
Cerita yang memiliki pola dongeng, seperti Keong Mas.
Subyek  yang  biasanya  diangkat  sebagai  tema  diskusi  oleh  para  pendongeng
Indonesia umumnya adalah:
-
Memelihara cerita-cerita tradisional
-
Pandangan orangtua dan anak tentang kegiatan mendongeng
-
Bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa mendongeng tidaklah
sekadar tradisi kuno
-
Mendongeng dan pemeliharaan nilai-nilai lingkungan hidup
2.1.4
Pengaruh Mendongeng Pada Anak-anak
Kegiatan
mendongeng melibatkan
tiga
unsur
utama:
cerita,
pendongeng, dan
pendengar. Ketepatan pemilihan cerita yang kemudian dituturkan oleh pendongeng yang
baik  akan  menarik  perhatian  anak-anak  dan  tiga  unsur  diatas  akan  bekerja  secara
  
15
harmonis.  Agar  anak  bisa  menghayati  cerita,  sebaiknya  anak-anak  dibiarkan  ikut
berinteraksi dengan pendongeng.
Begitu  banyak 
keajaiban 
mendongeng 
termasuk  saat-saat 
dimana 
suasana
dipenuhi
rasa
ingin
tahu
dan
kegembiraan akan
cerita
yang
dituturkan,
kebenaran
universal dan
moral
untuk diingat dan digunakan seumur hidup, kemudian
munculnya
hubungan khusus antara pendongeng dan pendengarnya.
Kekuatan Mendongeng
Mendongeng merupakan
media
yang
sangat kuat. Cerita
yang dituturkan secara
tepat
dapat
mengilhami sebuah perbuatan,
meningkatkan rasa
menghargai kebudayaan,
memperluas pengetahuan anak, atau menyenangkan mereka.
Mendengarkan 
cerita
membantu
anak
memahami
dunia
di
sekitar
mereka
dan
bagaimana orang-orang berhubungan satu dengan yang lainnya.
Ketika anak-anak
mendengarkan cerita, mereka
menggunakan imajinasi mereka.
Mereka
membayangkan ‘putri
jelita’
atau
‘anak
yang
lahir
dari
buah
timun’
dari
penuturan
sang
pendongeng. Kreativitas
ini
bergantung
pada
cara
bercerita
sang
pendongeng
dan
pemahaman
aktif
si
pendengar
tentang apa
yang
sudah
didengarkan.
Semakin menarik cerita dan pendongengnya, semakin banyak pengalaman yang didapat
anak-anak.
Mendongeng juga
membantu anak-anak
membangun apresiasi
mereka terhadap
bentuk-bentuk cerita. Karena anak-anak lebih
melibatkan diri mereka dalam berfantasi,
mereka
cenderung
lebih
mengingat
karakter-karakternya, urutan
cerita,
dan
moral
didalamnya.
Pendongeng dapat
memotivasi
anak-anak
untuk
mendalami berbagai
tipe
literatur dan menjadi pendongeng, pembaca, dan penulis cerita.
  
16
Peranan Ilustrasi Dalam Buku Dongeng
Buku-buku
dongeng biasanya selalu berilustrasi atau
bergambar besar
dan
lucu
dengan
warna-warni menawan, sedangkan teks bukunya atau isi ceritanya tidak terlalu
banyak supaya mudah diserap anak-anak.
Ilustrasi
yang
diperuntukkan anak-anak
sendiri
baru
berkembang
setelah
era
Victorian. Sebelum
era
ini,
kebanyakan
negara-negara barat
memiliki kecenderungan
untuk menganggap anak-anak sebagai ‘orang dewasa mini’. Di era
Victorian anggapan
ini
mulai
berganti
sehingga
masyarakat perlahan
membangun sikap
lembut
terhadap
anak-anak mereka, hal
ini
muncul dengan diluncurkannya buku
mainan dan buku cerita
bergambar untuk anak-anak prasekolah.
Salah
satu
ilustrator
buku
anak-anak pertama
yang
secara
luas dikenal
adalah
Walter Crane (1845 – 1915) karya-karyanya sangat berpengaruh sampai
sekarang. Jika
dulu
gambar
untuk
anak-anak selalu
dipenuhi dengan
petuah
moral
dan
kebajikan
sehingga
terkesan
menguliahi,
maka
Walter Crane
memperuntukkan
karyanya khusus
hanya untuk menghibur anak-anak.
Kemudian
Randolph
Caldecott
(1846  –  1886),  bila
Walter
Crane
menghibur
anak-anak
maka
Caldecott
memikat
mereka
dengan
ilustrasinya yang
ekspresif
dan
imajinatif.
Caldecott
menciptakan ilustrasi
dimana peralatan
makan
hidup dan berlari,
kucing  bermain  musik,  anak-anak  merupakan  pusat  masyarakat  dan  orang  dewasa
adalah pelayan mereka. Gaya menggambar Caldecott inilah yang nantinya menjadi dasar
dari seluruh ilustrasi buku anak-anak dan film animasi di masa mendatang.
Ilustrator
yang
juga
sangat
dikenal
saat
itu
adalah
Kate
Greenaway
(1846
1901). 
Karya 
Greenaway 
menangkap  ekspresi 
dan 
imajinasi 
dari 
era 
Victorian.
Meskipun
karya-karyanya
tidak
selucu
Caldecott,
Greenaway
selalu
berusaha
  
17
menyesuaikan 
ilustrasinya  dengan 
layout  buku. 
Baju-baju  yang  dibuatnya  dalam
ilustrasi
bahkan
mempengaruhi
desain
baju
anak-anak di
masa
itu.
Bagi
Greenaway,
masa
kanak-kanak adalah
dunia
fantasi
yang
ideal
dan
penuh
dengan
kebahagiaan.
Greenaway
begitu
dikenal
luas
sehingga
bahkan
sampai
kini
karya-karyanya masih
dicetak ulang.
Terakhir adalah Helen Beatrix Potter (1866 –1943), seorang illustrator sekaligus
penulis
cerita
anak-anak
yang
sampai
kini karya-karyanya tetap diminati dan karakter-
karakter
dalam
ilustrasinya sering
tampil
pada
sejumlah
merchandise.
Beatrix
Potter
menciptakan 
ilustrasi 
dimana 
karakternya 
adalah 
hewan-hewan 
anthropomorphis
dimana karakter dalam ceritanya melibatkan manusia dan hewan-hewan yang bisa bicara
dan
mengenakan
baju
seperti
layaknya
manusia.
Bearix
Potter
menulis
dan
sekaligus
ilustrator
bagi ke-23
buku
ceritanya.
Cerita
pertamanya berjudul
The
Tales
of
Peter
Rabbit, diterbitkan pada tahun 1902, beberapa karyanya yang terkenal adalah The Tale
of Squirrel
Nutkin (1903),
The
Tailor of Gloucester (1903),
The
Tale of Mr. Jeremy
Fisher (1906), The Tale of Tom Kitten (1907), The Tale of Mrs. Tittlemouse (1910), dan
The Fairy Caravan (1929).
Berbicara soal
ilustrasi, tidak kecil perannya dalam bacaan anak. Ilustrasi pada
bacaan anak
tidak
hanya semata-mata berfungsi
untuk
melengkapi
teks,
namun
justru
menjadi satu kesatuan dengan cerita. Menurut
Murti
Bunanta, salah seorang pengamat
dan
praktisi
bacaan
anak,
setidaknya
terdapat
tiga
peran
ilustrasi
bagi
anak. Pertama,
ilustrasi
harus
mampu
memberi
ruang
pada anak
untuk berimajinasi.
Kedua,
ilustrasi
harus 
mampu 
menimbulkan  rangsangan  bagi  anak  untuk 
mengenal  estetika.  Dan
terakhir, ilustrasi harus mampu memberi kenikmatan bagi anak yang membaca.
  
18
2.1.5
Memilih Cerita Untuk  Mendongeng
Menilai cerita yang baik antara lain dilihat dari bahasanya. Jangan mengandung
kekerasan, kekejaman, dan pelecehan. Temanya bisa apa saja, mau cerita
rakyat,
fiksi
ilmiah, legenda, atau misteri
Cerita
yang
tepat
untuk
anak-anak
biasanya
memiliki
karakteristik sebagai
berikut:
-
Jalan cerita yang mudah dipahami
-
Kosakatanya tidak rumit
-
Ceritanya kumulatif dan bisa ditebak
-
Terdapat aksi petualangan
-
Terkadang jenaka
-
Memiliki peristiwa yang menarik dan menghibur didalamnya
-
Memiliki akhir yang menarik dengan kesimpulan yang jelas, dan
-
Mengandung pesan atau moral cerita yang jelas
(diambil dari Raines, C., Shirley dan Isbell, Rebecca, 1999, p 8)
Klasifikasi Umur
<
5 tahun
Umumnya
anak balita
belum bisa
mengerti isi
cerita
sehingga porsi
kegiatan
bermain atau bernyanyi lebih besar dibandingkan porsi berceritanya.
Untuk
kelompok
usia
ini
dongeng
yang
diceritakan bertujuan
untuk
memperkenalkan
mereka
pada
lingkungan
alam
sekitar,
dongeng-dongeng ini
dapat
dikarang sendiri.
  
19
6 – 9 tahun
Pada
tahapan
ini
anak
sudah
mulai
kritis
dan
sangat
menyukai dongeng
yang
menyenangkan. Mereka sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk
dari cerita yang mereka dengar.
Untuk  kelompok  usia  ini,  dongeng  yang  cocok  bisa  berupa  legenda,  cerita
rakyat, dan fabel.
9 – 12 tahun
Pada tahapan ini pendongeng memerlukan pendekatan yang agak berbeda, anak-
anak
dalam
rentang usia
ini
sudah bersifat kritis
dan
daya
nalar
mereka sangat
peka
meskipun mereka
bersedia
mendengarkan. Untuk
itu,
cara
mendongeng
harus dimulai
dengan dialog.
Untuk
kelompok ini,
cerita
yang
cocok
dibawakan adalah cerita
fiksi,
seperti
petualangan, detektif, serial misteri, atau cerita-cerita lainnya yang penuh tantangan.
(diambil dari
Pustaka Lebah, 2005, Memilih Dongeng, www.lebah.formasi.com)
2.1.6
Festival
Festival  atau  feast
(pesta)  adalah 
sebuah 
acara, 
biasanya  diadakan  oleh
komunitas lokal yang mengangkat aspek unik komunitas tersebut.
Bagi  orang-orang  saleh,  sebuah 
feast  atau
festival 
merupakan 
kumpulan
perayaan untuk memuja Tuhan atau dewa. Makna feast dan festival secara sejarah dapat
ditukar. Bagaimanapun,
makna
“feast”
sendiri telah
masuk
dalam
percakapan
umum
sebagai sinonim dari makan besar atau rumit. Ketika digunakan dalam
makna festival,
maka maknanya berubah menjadi festival keagamaan ketimbang festival film atau seni.
  
20
Kata
fest
diturunkan dari bahasa Inggris
pertengahan, yang berasal dari
bahasa
Perancis pertengahan festivus, dari
bahasa Latin festivus. Festival tercatat sebagai kata
benda
di
tahun
1585.
Sebelumnya kata
itu
digunakan
sebagai
kata
sifat
dari
abad
keempat belas, yang berarti perayaan hari besar gereja. Etimologi dari fesat sangat mirip
dengan festival.
Kata
feste
(hanya
berbeda satu
huruf
dari
fest)
berasal
dari
bahasa
Inggris
pertengahan yang diturunkan dari bahasa Perancis pertengahan, dari bahasa Latin festa.
Feast  digunakan sebagai kata benda sekitar tahun 1200 dan kemudian  digunakan
sebagai kata kerja sekitar tahun 1300.
Festival, dalam banyak bentuk memaknai kebutuhan sosial dan pekerjaan secara
spesifik, sama
halnya untuk
memaknai
hiburan. Perayaan masa kini
menawarkan rasa
kebersamaan akan
kelompok
keagamaan,
sosial
atau
geografis. Festival
modern
yang
memusatkan  perhatian  pada  topik  budaya  atau  etnik  memberi  informasi  terhadap
anggota mereka mengenai tradisi. Di
masa
lalu, festival merupakan saat dimana orang-
orang
tua
berbagi
cerita dan
pengetahuan kepada
generasi
muda. Pesta
di
masa
lalu
memberikan makna kebersamaan diantara keluarga dan bagi
masyarakat untuk bertemu
dengan
jodohnya. Peringatan
ulang tahun seringkali dipilih untuk
mengadakan festival
tahunan sebagai peringatan akan hal-hal penting di masa lalu.
2.1.7
Festival Mendongeng
Festival  mendongeng  adalah  acara  tahunan  yang  menampilkan  pendongeng
lokal, daerah, atau nasional. Setiap pendongeng akan dijadwalkan untuk tampil dalam
waktu
tertentu.
Para
pendongeng yang
ditampilkan
biasanya
profesional,
tapi
pendongeng semi-profesional atau amatir juga bisa ditampilkan.
  
21
Festival ini bisa diadakan selama satu hari sampai beberapa hari. Tergantung dari
banyaknya acara,
jadwal
festival
diatur
dalam
selang
waktu
tertentu
bagi
para
pendongeng untuk tampil. Para pendongeng diatur
untuk bergantian atau
orang-orang
dapat
berpindah
dari
tempat
satu
ke
tempat
lainnya.
Tenda
atau
sebuah
ampliteater
dapat
digunakan
untuk acara
mendongeng
luar
ruang.
Auditorium,
teater,
bangungan
bersejarah,
ruang
kelas,
atau
gymnasium dapai
dijadikan
acara
mendongeng
dalam
ruangan.
Terkadang
festival
mendongeng memasukkan
acara
“bertukar
cerita”,
sebuah
kesempatan   bagi   para   amatir   untuk   berbagi   cerita   mereka   atau   memamerkan
kemampuan dari pemenang lomba mendongeng.
Berikut
ini
beberapa festival
mendongeng yang ada di
dunia,
sifatnya beragam
mulai dari level nasional sampai level lokal.
Festival Mendongeng di Amerika Serikat
1.  The National Storytelling Festival di Jonesborough, Tennessee.
Perhelatan ini sudah ada sejak tahun 1973. Diadakan tiap tahun setiap akhir
minggu pertama di bulan Oktober.
2.   Tellabration, An Evening of Storytelling for Adults
Merupakan festival mendongeng yang diadakan di Amerika Serikat, Jepang,
Kanada,
dan
beberapa
negara
lainnya.
Diadakan
pada
hari
Sabtu
sebelum
Hari Thanksgiving bulan November.
3. 
The Bristol Hills Storytelling Club festival, di Bristol, Indiana.
Setiap
akhir
minggu
pertama
setelah
Hari
Buruh
di
Congdon Park,
telah
diadakan sejak tahun 1990.
  
22
4.  Winter Storytelling Festival, di Atlanta, Georgia
Setiap akhir minggu di akhir bulan Januari.
5.  Tennessee Winter Storytelling, di Pidgen Forge.
Diadakan setiap akhir minggu Valentine di bulan Februari.
6.  Stephen
Foster
State
Park
Storytelling
Festival
di
White Springs, Florida.
Diadakan setiap akhir minggu di bulan April.
7.  Celtic Festival Oglethorp College di Atlanta, Georgia.
Diadakan setiap akhir minggu di minggu ketiga bulan Mei.
8.  Folk Life
Center  of 
the 
Smokes 
-
Harp 
and  Dulcimer  Festival 
with
Storytelling.
Diadakan setiap akhir minggu Hari Ayah, pertengahan bulan Juni.
9.  Cherokee
Rose
Storytelling
Festival
diadakan
di West Georgia College
di
Carrolton, Georgia.
Diadakan tiap akhir minggu di minggu terakhir bulan September.
10.Cracker Storytelling Festival di
Homeland, Florida.
Diadakan di akhir minggu di akhir bulan Oktober
11.Gifts Without Wrappings - Storytelling The Carter Center di Atlanta, Georgia
Diadakan tiap bulan Desember.
Festival Mendongeng di Inggris
1.  Beyond the Border International Festival of Storytelling.
Diadakan selama tiga hari di awal Juli, dalam
suasana
yang sederhana dan
menyenangkan; sebuah kastil Wales
tua.
Para
pendongengnya berasal dari
  
23
seluruh
dunia
dengan
pendekatan tradisi
lisan
kuno.
Termasuk salah
satu
festival istimewa di Inggris.
2.  Festival At The Edge, di Much Wenlock, Shropshire.
Diadakan setiap akhir minggu ketiga bulan Juli selama tiga hari. Festival ini
juga
termasuk
festival
utama
di Inggris,
bertempat
di
bukit
pertanian
kecil
dengan iringan musik rakyat.
3.  Tales  at  Martinmas,   festival   mendongeng   di   Ross-shire,   Skotlandia.
Diadakan
selama
satu
hari
di
bulan
November
dengan
cerita-cerita yang
dikhususkan pada tradisi orang Scotlandia perantauan.
Festival Mendongeng di Kanada
1.  Yukon International Storytelling Festival
Diadakan
tiap
akhir
minggu
pertama
di
bulan
Juni.
Merupakan festival
mendongeng terbesar di Kanada dan satu-satunya yang bertaraf internasional.
2.  Storytelling Through the Age
Setiap
tiga
bulan
pertama
tiap
tahun.
Bulan
Januari
bertemakan dongeng
Odyssey,
Februari
dan
Maret
bertemakan dongeng
yang
memiliki
latar
belakang sejarah sepeti Beowulf, Raja Kera, Mitologi Norse.
3.  Fort Edmonton Storytelling Festival, Edmonton, Alberta.
Diadakan setiap awal bulan September.
4.  North Bay Storytelling Festival, diadakan oleh organisasi pendongeng  Near-
North, di North Bay, Ontario.
Setiap akhir bulan Juli.
5.  London Storytelling Festival, di London, Ontario
Setiap pertengahan bulan October
  
24
6.  Toronto Jewish Storytelling Festival, di North York, Ontario
Festival Mendongeng di Australia
Australian
National
Festival
of
Story
di
wilayah
barat
daya
Australia, kota
Sydney
atau Canberra,
tiap
akhir September atau pertengahan Oktober. Diadakan oleh
Australian Storytelling Guild (NSW) Inc.
Festival Mendongeng di Singapura
Asian Congress of Storytellers, diadakan selama dua
hari
di
pertengahan bulan
November. Dengan pengantar bahasa Inggris
dengan para pembicara kunci, dua puluh
lokakarya dari
para
pendongeng
Asia
dan
internasional. Disusul
dengan pertunjukan
mendongeng.
Festival Mendongeng di Indonesia
Minggu Mendongeng Nusantara diadakan oleh
Rumah Dongeng Indonesia, tiap
pertengahan Oktober
selama
delapan
hari
di
Jakarta.
Termasuk
diantaranya
Festival
Mendongeng Indonesia dengan acara mendongeng menggunakan topeng, Teater
Anak.
Dongeng yang diambil berasal dari Indonesia, dan pesertanya berasal dari Australia dan
Jepang;
Taman
Kreativitas, camping
sambil
mendongeng,
kompetisi
menggambar,
permainan tradisional; lokakarya mendongeng dan seminar.
Festival
mendongeng lainnya adalah
festival
dwi-tahunan yang
diadakan
oleh
Kelompok Pecinta Bacaan Anak (KPBA) sejak tahun 1993. Salah satunya yang cukup
dikenal adalah Festival Mendongeng V
di
Bentara
Budaya Jakarta (BBJ), 17-20
Juli
2003.
Festival
yang
didukung oleh
Direktorat Pendidikan
Masyarakat dan Direktorat
Pendidikan
Anak Usia
Dini,
Departemen Pendidikan Nasional,
ini
akan
menggelar 35
pementasan cerita rakyat nusantara. Selain itu, juga akan dibacakan delapan cerita rakyat
  
25
mancanegara.
Mereka
yang
akan
membacakan
cerita di antaranya
Duta
Besar
Inggris
untuk
Indonesia Richard
Gozney
CMG,
Dr
Dusan
Dacho
(konselor dari
Kedubes
Slovakia), dan Dr Margaret MacDonald (pendongeng asal Amerika Serikat).
Festival Mendongeng V digelar dalam dua sesi, yaitu sesi pagi (10.00-12.30) dan
sesi
siang
(14.00-16.30).
Pada
masing-masing sesi
akan
ditampilkan
lima
cerita.
Kemudian Festival Mendongeng VI tanggal 23 Juli - 26 Juli 2005, bertempat di Bentara
Budaya, mengetengahkan pementasan 40 dramatisasi cerita rakyat dari Bengkulu, Jawa,
Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat,
Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Riau,
Bali, Sabah, India, Singapura, Jepang, Amerika, Vietnam, dan lainnya. Setiap hari dibagi
menjadi dua sesi, Pagi pk. 09.30 - 12.30, Siang pk. 14.00 - 16.30.
2.2 Survei Data
Pembagian angket terhadap 378
responden anak-anak
dalam
rentang
usia 8 – 12
tahun, seluruh responden berdomisili di Jakarta.
Tujuan yang ingin dicapai dari pembagian angket ini adalah:
-  
Melihat apakah anak-anak pernah didongengi
-  
Apakah anak-anak menyukai aktivitas pembacaan dongeng itu
-  
Mencari tahu respon anak-anak tentang cerita rakyat Indonesia
Terdapat
enam
buah
pertanyaan yang
dijawab
dengan
cara
memilih
oleh
anak-anak,
sebagai berikut:
  
26
1.   Kalian pernah diceritain dongeng, nggak?
Grafik 2. 1
100
89.42
80
60
Ya
Tidak pernah
40
Tidak tahu
8.46
0
2.11
2.   Kalau pernah, siapa yang ceritain?
Grafik 2. 2
100
80
60
40
20
0
76.03
19.82
7.39
16.56
0.88
Mama/papa
Nenek/kakek
Suster/pembantu
Lain-lain
Tidak jawab
3.   Kamu senang diceritain dongeng?
Grafik 2. 3
100
80
72.48
60
40
20
0
15.38
10.35
0.88
0.88
Senang
Lumayan
Biasa saja
Tidak
Tidak tahu
  
27
4.   Kalian tahu nggak cerita rakyat Indonesia?
Grafik 2. 4
89.41
80
60
Tahu
40
Tidak tahu
20
10.58
0
5.   Kalau tahu, darimana kalian tahu ceritanya?
Grafik 2. 5
100
80
60
40
35.79
20
0
57.69
33.13
21.89
2.95
Pelajaran
Baca bukunya
Diceritakan
Nonton TV
Lain-lain
6.   Apakah kalian suka dengan cerita rakyat Indonesia?
Grafik 2. 6
100
80
58.87
60
40
0
29.88
9.76
1.77
Senang
Lumayan
Biasa saja
Tidak
  
28
Setelah melakukan penelitian dalam bentuk pembagian angket, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1.   Sebagian  besar  anak-anak  mengaku  pernah  didongengi  oleh  orangtuanya,  dan
mereka mengaku bahwa pengalaman itu menyenangkan bagi mereka.
2.
Sebagian
besar
anak-anak
mengaku
tahu
apa
itu
cerita
rakyat
Indonesia, dan
kebanyakan
dari
mereka
mereka
mengetahuinya dari
buku
cerita,
sesudah
itu
pelajaran di sekolah dan mendengar ceritanya dari orang lain.
3.   Anak-anak mengakui suka dengan cerita rakyat Indonesia.
Pembagian angket terhadap 50 responden orangtua dengan anak usia pra-sekolah
sampai kelas enam SD yang berdomisili di Jakarta.
Tujuan yang ingin dicapai dari pembagian angket ini adalah:
-
Melihat apakah ada budaya mendongeng di kalangan orang tua
-
Apakah orangtua mengenalkan cerita rakyat Indonesia pada anak-anak mereka
-
Mencari tahu kesadaran masyarakat mengenai festival mendongeng yang sudah ada
-
Mencari tahu apresiasi orangtua terhadap pengadaan festival mendongeng
Terdapat duabelas pertanyaan yang harus dijawab dengan cara memilih oleh orangtua,
sebagai berikut:
  
29
75
38.63
20.4
2.27
1.   Apakah Anda pernah mendongeng untuk anak Anda?
Grafik 2. 7
100
88
80
60
Ya
40
Tidak
20
12
0
2.   Jika ya, berapa kali Anda melakukannya?
Grafik 2. 8
100
80
60
40
20
11.34
50
31.8
6.8
Tiap hari Cukup
sering Kadang-
kadang Sekali-
sekali
0
3.   Kenapa
Anda
melakukannya?
Apa tujuan
utama
Anda
mendongengi anak
Anda?
Grafik 2. 9
100
80
60
40
20
Untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak
Hiburan bagi anak
Saya memang suka
bercerita saja
Lain-lain
0
  
30
0
0
4.   Kenapa 
Anda 
tidak  melakukannya?  (ditanyakan pada
yang 
menjawab
tidak’)
Grafik 2. 10
100
80
60
50
40
20
33.33
16.67
Tidak ada waktu
Tidak biasa mendongeng
Lain-lain
0
5.   Menurut
Anda, perlukah
mendongeng bagi
anak-anak?
Baik
itu
dilakukan
oleh orangtua atau orang lain?
Grafik 2. 11
100
100
80
60
Perlu
Tidak perlu
40
Tidak tahu
20
0
  
31
80
20
6.   Apakah Anda pernah membelikan anak Anda buku-buku cerita?
Grafik 2. 12
90
80
60
Ya
Tidak
40
Tidak jawab
8
2
0
7.   Pernahkah
Anda
membelikan
buku
cerita/mendongengi
cerita
rakyat
Indonesia pada anak-anak Anda? (ditanyakan pada yang menjawab ya’)
Grafik 2. 13
100
80
60
Ya
40
Tidak
20
0
8.   Apakah Anda tahu mengenai festival mendongeng anak?
Grafik 2. 14
100
78
80
60
40
20
18
0
Ya
Tidak
Tidak jawab
4
  
32
0
0
0
9.   Apakah Anda pernah
mengajak anak
Anda pergi ke
festival
mendongeng
anak? (ditanyakan pada yang menjawab ya’ )
Grafik 2. 15
100
88.89
80
60
Ya
40
Tidak
20
11.1
0
10. Apakah
Anda  puas  dengan
acara-acara
dalam
festival
mendongeng
yang
pernah Anda ikuti? (ditanyakan pada yang menjawab ya’ )
Grafik 2. 16
100
100
80
Puas
60
Lumayan
40
Biasa saja
Tidak puas
20
0
Catatan:
Dari
50
orang
yang
ditanyakan hanya
satu
orang
yang
pernah
mengikuti  acara 
festival  dongeng,  orang  itu 
menjawab  ‘lumayan’  saat
ditanya pendapatnya mengenai festival yang diikutinya.
  
33
11. Menurut
Anda
apakah
festival
mendongeng
dan
semacamnya
perlu
diadakan?
Grafik 2. 17
100
80
80
60
40
20
12
2
6
0
Tidak perlu
Tidak tahu
Tidak jawab
12. Jika ya, menurut Anda berapa kali selayaknya acara tersebut perlu diadakan?
(ditanyakan pada yang menjawab ya’)
Grafik 2. 18
100
80
60
35
40
40
20
12.5
12.5
1x setahun
2x setahun
3x setahun
>3x setahun
0
Setelah melakukan penelitian dalam bentuk pembagian angket, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1.   Sebagian
besar responden
mengaku
pernah
mendongengi
anaknya
meskipun
tidak
teratur dan mereka tampaknya sadar bahwa kegiatan mendongeng memiliki dampak
positif terhadap tumbuh kembang anak mereka
2.   Umumnya 
responden 
memperkenalkan  dongeng 
Indonesia 
kepada 
anak-anak
mereka baik itu dalam bentuk bacaan ataupun diceritakan
  
34
3.   Semua
responden setuju bahwa
kegiatan mendongeng adalah kegiatan
yang perlu
dilaksanakan
4.   Umumnya responden
tidak
menyadari
adanya kegiatan
festival
mendongeng
yang
sudah
ada
sebelumnya, tapi
mereka
umumnya setuju bahwa acara seperti itu
perlu
dilaksanakan 2 kali setahun.
5. 
Hampir
semua
responden
yang
tahu
tentang
kegiatan
festival
mendongeng tidak
mengajak anaknya menghadiri festival tersebut
2.3 Data Pendukung
2.3.2
Manfaat Mendongeng Pada Anak
Melalui
dongeng
banyak
manfaat
yang
bisa didapat
untuk
pertumbuhan anak-
anaknya kelak. Tak hanya soal kemampuan berpikir, namun juga karakternya.
Tokoh dongeng Kusumo Priyono Ars atau Kak Kusumo menjelaskan, kegiatan
mendongeng sebenarnya
tidak
sekedar
bersifat
hiburan
belaka,
melainkan
memiliki
tujuan 
yang 
lebih 
luhur, 
yakni  pengenalan 
alam 
lingkungan, 
budi  pekerti 
dan
mendorong anak berperilaku positif.
Menurut
dia,
cakrawala
pemikiran
anak
dapat
berkembang sesuai
dengan
nalurinya. Apabila diperhatikan, anak-anak mempunyai jiwa perasaan halus dan
mudah
terpengaruh. Sudah
menjadi
sifat
mereka
untuk
suka
mencontoh
atau
meniru.
Begitu
pula mereka memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu yang menarik minal
anak sehingga menumbuhkan fantasi serta imajinasinya.
Mendongengi anak-anak
sejak
masa
usia
prasekolah
memang
banyak
mendatangkan manfaat bagi perkembangan otak dan mental anak.
  
35
3.   Semua
responden setuju bahwa
kegiatan mendongeng adalah kegiatan
yang perlu
Mendengarkan
dongeng
bisa
menjadi
stimulasi
yang
sangat
bermanfaat
bagi
perkembangan kemampuannya berbahasa.
Kemampuan
berbahasa
sejak  usia  dini  memang  tidak  bisa  dianggap
sepele.
Sebab,
melalui
berbahasalah anak
mulai
mengasah
nalarnya
dengan
belajar
mengungkapkan pikiran
dan
emosinya.
Sebab
itu,
dalam
mendongeng
sebaiknya
orangtua atau
orang yang
mendongengi tidak sekadar
membacakan cerita dari sebuah
buku  saja  dengan  datar.  Melalui  mimik  dan  intonasi  kita  saat  bercerita,  stimulasi
melalui dongeng menjadi lebih kaya.
(Psikolog anak dari Universitas Indonesia, Dini Daeng)
Dongeng juga
memancing daya
imajinasi anak. Dibandingkan misalnya dengan
melulu
menonton cerita kartun di televisi
yang sudah
lengkap dengan suguhan
visual.
Namun,
jika
suatu
dongeng
atau
cerita
dibangun
hanya
dengan
bertutur,
anak
bisa
belajar 
mengembangkan 
imajinasinya. 
Hal 
itu 
memungkinkan  anak 
berlatih
membangun
sendiri
gambaran-gambaran di
pikirannya
berdasarkan
gagasan-gagasan
dalam cerita.
Budaya
bercerita
sudah sejak dini
dikenal
anak-anak.
Dengan cerita,
dongeng,
anak lalu bertahap jadi cinta dengan buku, setelah itu bertahap dia jadi terbiasa dengan
menulis, menuangkan gagasannya, imajinasinya.
(Isa, seorang ibu yang
anaknya telah menulis buku berjudul Dunia Caca)
Seiring
dengan
pertambahan usia
anak,
dongeng
menjadi
lebih
dari
sekadar
merangsang
perkembangan bahasanya.
Melalui
dongeng,
orangtua
bisa
menyisipkan
ajaran ataupun nilai-nilai yang ingin diberikan kepada anak-anaknya.
  
36
Suasana
yang
akrab
dan
intim,
adanya
kontak
emosi
dengan
orangtua saat
didongengi, membuat perasaan anak merasa
tenteram. Suasana
perasaan seperti itulah
yang
menurut
Dini
sangat
kondusif
untuk
menanamkan
pada anak
nilai-nilai
melalui
dongeng.
Meski
dongeng
bisa
menjadi
sarana
pendidikan bagi
anak,
namun
pemerhati
dongeng  dari 
Fakultas 
Ilmu 
Budaya 
Universitas  Indonesia,  Prof 
Riris  K 
Toha
Sarumpaet
PhD,
berpendapat, sebaiknya
nilai-nilai
ataupun
ajaran
moral
yang
ingin
diberikan
orangtua
kepada
anak
hendaknya tidak
disampaikan secara
gamblang,
dogmatis, sehingga lama-lama bisa menjadi memuakkan.
Dongeng
harus
bersifat
menyenangkan,
tidak
menggurui.
Tak
perlulah
bilang
misalnya, ’pesan
moral
dari
cerita
itu
adalah…’
atau
’makanya jadi anak
harus..bla-
bla..’.
Ajaran
atau
nilai
tersebut
biarkan
menjadi
bagian
dari
keseluruhan bangunan
cerita, tidak perlu dikonfirmasi dalam kalimat penegas yang menggurui.
Agar
anak
bisa
menghayati cerita,
sebaiknya
dia
dibiarkan
ikut
berinteraksi
dengan pendongeng.
Anak
sebaiknya
diberi
kesempatan memberi
komentar
atas
dongeng
yang
disajikan. Anak biasanya
ingin
menjadi bagian dari cerita atau
menirukan tokoh. Jadi,
biarkan saja itu terjadi, ini juga tidak merusak cerita.
Mendongeng secara
interaktif, apalagi dengan media
atau alat
peraga, biasanya
sulit
diusahakan
orangtua, apalagi
jika
mereka
sibuk
bekerja.
Namun,
sebenarnya
orangtua bisa
membuat
media
yang
sederhana, seperti boneka,
tali,
kertas warna, atau
manik-manik. Orangtua bisa menyiapkan media itu kala senggang.
Anne
Pellowski,
pendongeng dari
New
York,
Amerika
Serikat
menekankan
bahwa alat peraga sangat penting. Kalau sekadar membacakan cerita, anak bisa bosan.
  
37
Untuk   membuat   wayang   beber,   jika   sulit   dengan   bahan   kain,   orangtua   bisa
menggantinya dengan kertas, lalu digambari seperti adegan dalam cerita. Jika orangtua
tak bisa atau tak punya waktu, biasanya sekolah mempunyai jadwal mendongeng.
Manfaat lain mendongeng adalah melatih anak agar tak malu dan percaya diri.
Awalnya, anak
mungkin
diam
saja.
Namun,
lama-lama anak
mulai
bertanya
dan
menirukan tokoh dalam cerita.
Selain
itu,
mendongeng
juga
bisa
menjadi wahana
membangun
karakter anak.
Guru   dan   orangtua   bisa   menilai   bagaimana   sikap   anak   dengan   menanyakan
pendapatnya tentang
sesuatu
hal
setelah dia
didongengi. Setelah
pendongeng selesai
bercerita, anak sebaiknya ditanya, tokoh mana dalam cerita yang disukai dan mengapa.
Orangtua bisa
menilai kecenderungan anak terhadap sesuatu
hal.
Apa yang
dia
sukai  dan  tidak,  apa  yang  dia  anggap  baik  atau  buruk. 
Apalagi  jika  cerita  itu
menyelipkan petuah. Dengan kata
lain,
tujuan utama mendongeng adalah memperkaya
pengalaman batin anak dan menstimulir reaksi sehat atasnya. Tentu, hasilnya jelas tidak
dapat dilihat seketika. Berdasarkan kecenderungan dari sifat-sifat anak, jelaslah bahwa
mendongeng bukanlah perkara gampang. Di
dalam memilih cerita dongeng
misalnya,
orang tua dituntut selektif dan jangan asal memilih cerita. Sebab, bisa jadi suatu cerita
justru merangsang perilaku negatif anak
  
38
2.4 Data Penyelenggara
Kementerian Negara Kebudayaan dan Pariwisata
Landasan Hukum
Surat Menteri PAN No. B/768/M.PAN/4/2005 tanggal 27 April 2005
Surat
Menteri
PAN
No.
B/768/M.PAN/4/2005 tanggal
27
April
2005,
menyetujui
Struktur  Organisasi 
Departemen  Kebudayaan  dan  Pariwisata.  Kemudian  disahkan
melalui Peraturan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Nomor: PM.17/HK.001/MKP-
2005, tanggal 27 Mei 2005, tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata.
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Dan Kewenangan
Pasal 1
Departemen  Kebudayaan  dan 
Pariwisata  merupakan 
unsur 
pelaksana  pemerintah,
dipimpin oleh Menteri yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Pasal 2
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan
sebagian
urusan
pemerintahan
di
bidang
kebudayaan
dan
kepariwisataan.
Pasal 3
Dalam 
melaksanakan 
tugas 
sebagaimana 
dimaksud 
dalam  Pasal 
2, 
Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata menyelenggarakan fungsi:
  
39
a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di bidang
kebudayaan dan kepariwisataan;
b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya;
c. pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawabnya;
d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;
e.
penyampaian laporan
hasil evaluasi,
saran, dan pertimbangan di
bidang
tugas
dan
fungsinya kepada Presiden.
PT Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah Barat 33 – 37
Gedung Gramedia Lt. 2 – 3
Jakarta 10270
Telp.
(021) 5367834
Sejarah Perusahaan
Penerbit
Gramedia
mulai
menerbitkan buku
sejak
tahun
1974.
Buku
pertama
yang
diterbitkan adalah
novel
Karmila,
karya
Marga
T.
Sedangkan untuk
buku
non-fiksi
pertama adalah
Hanya
Satu Bumi,
yang
ditulis
oleh
Barbara Ward
dan René
Dubois
(diterbitkan bekerjasama dengan Yayasan Obor). Yang kemudian disusul oleh buku seri
anak-anak pertama Cerita dari Lima Benua, dan kemudian seri-seri yang lain.
Visi dan Misi
Ikut mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa serta masyarakat Indonesia
  
40
Gramedia Pustaka Utama berusaha keras untuk menjadi agen pembaruan bagi bangsa ini
dengan
memilih
dan
memproduksi buku-buku
yang
berkualitas,
yang
memperluas
wawasan, memberikan pencerahan, dan merangsang kreativitas berpikir.
Melalui
pengalaman
jatuh-bangun dan
melihat
kebutuhan
pasar,
Gramedia
Pustaka
Utama
akhirnya
mengkonsentrasikan
diri
untuk
menggarap
dua
bidang
utama,
yakni
fiksi dan non-fiksi. Bidang fiksi dibagi menjadi fiksi anak-anak dan pra-remaja, remaja,
dewasa.
Bidang
non-fiksi
dibagi
menjadi
humaniora,
pengembangan
diri,
bahasa
dan
sastra
Indonesia,
bahasa
Inggris/ELT, kamus
dan
referensi,
sains
dan
teknologi,
kesehatan, kewanitaan (masakan, busana), dsb.
Karena
misi
dan
visi
itu
pula,
Gramedia
berusaha
memilih
penulis-penulis yang
berkualitas.
Di
deretan
fiksi
kita
mengenal
nama-nama yang
memiliki
reputasi
internasional seperti:
John
Grisham
(penulis
legal
thriller),
Sidney
Sheldon,
Agatha
Christie, Danielle Steel, Sir Arthur Conan Doyle, dll.; dan lima penulis wanita paling top
di Indonesia: Marga T.,
Mira
W, Maria
A. Sardjono,
V. Lestari, dan S. Mara Gd. Di
deretan non-fiksi untuk penulis lokal ada Hermawan Kartajaya, Kwik Kian Gie, Rhenald
Kasali, Husein Umar, Vincent Gaspers, Andreas Harefa, Anand Krishna, Hembing W.,
Nila Chandra, Marry Winata, Rudy Choirudin, dll.; dan untuk penulis asing (terjemahan)
ada: Jack Canfield & Mark Victor Hansen (Seri Chicken Soup for the Soul), John Gray,
Daniel Goleman, John P. Kotter, Joe Girard, Andrew Weil, dll.
  
41
PT Elex Media Komputindo
Jl. Palmerah Selatan 22 – 28
Gedung Gramedia III Lt. 6
Telp. (021) 5480888
Sejarah Perusahaan
PT Elex Media Komputindo didirikan pada
tanggal 15 Januari 1985 dengan certificate
ID
03/0151
dan
ISO
9001:2000. Pada
awal
berdirinya
PT
Elex
Media Komputindo,
selaku penerbit melakukan kegiatan menerbitkan berbagai buku komputer dan
makalah
komputer
dan
Elextronika yaitu
majalah
Elex
dan
Mikrodata,
kemudian
berkembang
dengan menerbitkan buku komik, buku anak dan buku manajemen.
Pada tahun 1991 berdirilah divisi Software (program / perangkat lunak) dan Multimedia
yang dibentuk untuk mengantisipasi perkembangan teknologi multimedia. Produk
yang
dihasilkan diantaranya Software pendidikan
untuk kebutuhan sekolah dan keluarga dan
Software aplikasi untuk kalangan bisnis seperti aplikasi untuk akuntansi.
Pada
tahun 1994
PT
Elex
Media
Komputindo
membuka
divisi
Merchandise (barang
hadiah) untuk menangani merchandise produk
lisensi dari Jepang seperti Kung Fu Boy,
Dora Emon, Winnie the Pooh, Mickey Mouse dan sebagainya.
Dalam
kegiatan
operasionalnya selain
menjalin
kerjasama
dengan
pengarang
atau
penerbit
lokal
seperti
Grasindo,
Gramedia Pustaka
Utama, Kompas
dan
lain-lain,
PT
Elex Media Komputindo juga menjalin kerjasama yang baik dengan penerbit dari
luar
  
42
negeri
seperti
Amerika
Serikat
(Sybex,
Microsoft
Press,
Ziff
Davis,
Prentince Hall,
Addison Wesley, The Economist Book, Harvard Business
School,
Wordware, Sterling
Paperback), Jerman,
dan
negara
lain
(Markt
&
Technik,
Henzeis
Verlag,
Pittman
Publishing, Asiapac, Canfonian) serta Jepang (Kondansha, Shogakukan, Sueisha, Tohan,
Gakkensha, Joei, Ohmsha, Kaisei-sha,
Akita Shoten,
Hakusansha) dalam hal penjualan
dan pembelian hak cipta.
Visi dan Misi
Visi
PT Elex
Media
Komputindo adalah
“Manusia pada
hakekatnya
terpanggil
untuk
bersama sesamanya berkarya demi pengembangan diri dan lingkungan ke arah kebaikan
yang bersumber pada Tuhan Yang Maha Esa”.
Sedangkan
Misinya
adalah
“Elex
bergerak di bidang penerbitan
dan
multimedia
yang
mencerahkan kehidupan bangsa yang dijalankan dengan etika
usaha bersih, profesional
serta bertanggung jawab sosial”.
Majalah Bobo
Gedung Gramedia Majalah
Jl. Panjang 8 A Kebun Jeruk
Jakarta 11530
Telp. (021) 5330170
Fax. (021) 5320627
  
43
Sejarah Perusahaan
Majalah Bobo terbit pertama kali pada tanggal 14 April 1973. Cikal bakal
majalah ini
adalah halaman anak-anak di
Harian Kompas. Atas prakarsa Bapak PK Ojong bersama
Bapak
Jakob
Utama,
pendiri
Kompas,
halaman
anak-anak
ini
dikembangkan
menjadi
majalah
anak-anak. Bekerja
sama
dengan
Majalah
Bobo
Belanda,
pengasuh
halaman
anak-anak Kompas kemudian membuat Majalah Bobo Indonesia.
Pada mulanya Majalah Bobo terdiri dari 16 halaman kertas koran. Majalah Bobo adalah
majalah
anak-anak pertama
yang
berwarna
di
Indonesia. Sebagian
isinya
berasal dari
bahan-bahan di Majalah Bobo Belanda yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Sebagiannya lagi
meneruskan rubrik
dari
halaman
anak-anak
Kompas.
Bapak
Adi
Subrata dan Ibu Tineke Latumeten lah yang pertama-tama mengasuh majalah anak-anak
ini.
Kini
isi
Majalah
Bobo
seluruhnya dibuat
dan
dikerjakan
oleh
staf
redaksi
Bobo
Indonesia.
Isi
dan
penampilannya pun
semakin
bervariasi.
Hanya
nama
dan
karakter
tokohnya tetap Bobo.
Majalah
Bobo
bervisi
ikut
mencerdaskan bangsa
dengan
memberi
bacaan
yang
menghibur, sehat, dan bermanfaat dalam tumbuh kembang anak.
Visi dan Misi
-  
Menemani anak dalam bermain dan belajar.
-  
Membantu anak dalam mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan kreativitas.
-  
Mengajak anak berpikir logis dan bernalar. Peka terhadap sesama.
-  
Menghargai keragaman dan hidup yang bermartabat.
  
44
Surat Kabar Kompas
Jl. Palmerah Selatan 26 – 28
Jakarta 10270
Telp. (021) 5347710, 5347720, 5347730
Fax. (021) 5486085, 5483581
Sejarah Perusahaan
Surat
kabar
Kompas
diterbitkan pada
tanggal
28
Juni
1965,
di
tengah
usaha
untuk
menembus situasi keterbatasan informasi yang terjadi pada saat itu oleh PK Ojong (alm),
Jakob
Oetama
(saat
ini
Presdir
KKG)
dkk.
Saat
ini
Kompas
terkenal sebagai
koran
berskala nasional terbesar di Indonesia, dengan oplah lebih dari 550.000 per-hari.
Visi
Menjadi
agen
pembaharu
dalam
rangka
ikut
serta
menciptakan masyarakat
baru
Indonesia.
Masyarakat baru
Indonesia
adalah
masyarakat
yang
berwatak
baik,
profesional,
menjunjung tinggi demokrasi, terbuka mengakui kemajemukan masyarakat
tanpa membedakan sara dan setia pada negara.
Misi
Atas dasar azas solidaritas dan kemanusiaan mencerdaskan dan memajukan kehidupan
bangsa melalui bidang informasi dan bidang lain.
  
45
Kelompok Pecinta Bacaan Anak (KPBA)
ITC Permata Hijau
Ruko Diamond No. 21 – 22
Jakarta Selatan
Telp. (021) 53664109
Sejarah Lembaga
Kelompok Pecinta Bacaan Anak (KPBA) adalah kelompok yang didirikan pada tahun
1987 oleh Suyadi atau Pak Raden bersama DR. Murti Bunanta SS. MA, seorang penulis
buku cerita anak;
GM Sudarta,
kartunis;
dan
Geni
Junait,
seorang
ilustrator
buku, ini
sejak
awal
memandang
perlu
menyediakan
bacaan
yang
baik
untuk
anak-anak. Sejak
terbentuknya KPBA, mereka mulai
memopulerkan bacaan anak apa saja
yang dianggap
baik.  KPBA  sendiri  terus  berupaya  menggeluti  bacaan  anak  secara  nonkomersial.
Sampai
saat
ini
KPBA
menerbitkan buku-buku
cerita
bergambar
yang dibiayai
oleh
kalangan
pengusaha. Buku-buku
yang
dicetak
dibagikan
secara
cuma-cuma
pada
perpustakaan di sekolah-sekolah dasar di daerah-daerah luar Jakarta.
KPBA juga memiliki sejumlah perpustakaan keliling yang disebarkan di daerah-daerah
Jawa dan Tangerang.
2.5 Target Audience
Wanita dan pria berusia 30 – 45 tahun yang telah berkeluarga dan memiliki anak-anak
yang
masih kecil berusia 4 – 12 tahun.
Memiliki
minat baca dan intelektualitas yang
  
46
cukup tinggi. Kemudian guru-guru TK dan SD, yang diharapkan akan menggalang anak
didiknya untuk menghadiri acara ini.
2.6 Faktor Pendukung dan Penghambat
Pendukung
-
Bermunculannya
kegiatan
mendongeng di  berbagai
tempat
membuat
masyarakat
tidak asing lagi dengan kegiatan mendongeng
-
Anak-anak sesungguhnya suka dengan cerita rakyat Indonesia
-
Orangtua merasa bahwa festival dongeng dan semacamnya perlu diadakan
-
Adanya 
yayasan  dan 
lembaga  non-profit 
independen  yang  mendukung  semua
kegiatan mendongeng
-
Sebelumnya
festival mendongeng sudah
pernah diadakan sehingga acara
ini
tidak
terlalu asing di mata masyarakat
Penghambat
-
Ketidakkonsistenan  acara-acara  festival  mendongeng  untuk  anak-anak  sehingga
festival yang ada tidak mendapat tempat di mata masyarakat
-
Ilustrasi buku dongeng yang kurang menarik menurunkan citranya di
mata anak-
anak dan orang tua
-
Minimnya pendongeng di Indonesia yang sungguh-sungguh menekuni pekerjaannya
-
Anggapan bahwa cerita rakyat atau tradisi sudah ketinggalan zaman
-
Kecenderungan orang Indonesia terutama orang dewasanya untuk tidak menghargai
budaya sendiri
-
Orang  tua  atau
bahkan
anak-anak
mereka
lebih
tertarik
pada
festival
lain  yang
mengambil tema kebudayaan mancanegara