8
Bab 2
Landasan Teori
2.1 Pengertian Partikel
Ada banyak ragam dalam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian
besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda.
Untuk memahami cara pembentukan kata-kata tersebut kita sebaiknya mengetahui lebih
dahulu beberapa konsep dasar dan istilah seperti yang dijelaskan di bawah ini.
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat, yaitu :
1.   Kata dasar (akar kata)
2.   Kata turunan
3.   Kata ulang
4.   Kata majemuk
Kata dasar
adalah kata
yang
merupakan dasar pembentukkan kata turunan atau
kata
berimbuhan.
Perubahan
pada
kata
turunan
disebabkan
karena
adanya
afiks atau
imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah
(infiks atau sisipan),
maupun akhir
(sufiks
atau
akhiran)
kata.
Kata
ulang
adalah kata
dasar
atau
bentuk
dasar
yang
mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian. Kata majemuk adalah
gabungan
beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru.
Dalam Tata
Bahasa
Baku
Bahasa
Indonesia  
(Lapoliwa 1998:77), kelas kata
terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
1.   Nomina (kata benda)
  
9
Nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan,
misalnya : buku, kuda.
2.   Verba (kata kerja)
Kata yang
menyatakan suatu tindakan
atau
pengertian dinamis,
misalnya
:
baca, lari.
3.   Adjektiva (kata sifat)
Kata yang menjelaskan kata benda, misalnya : keras, cepat.
4.   Adverbia (kata keterangan)
Kata  yang 
memberikan  keterangan  pada  kata 
yang  bukan  kata  benda,
misalnya : sekarang, agak.
5.   Pronomina (kata ganti)
Kata pengganti kata benda, misalnya : ia, itu.
6.   Numeralia (kata bilangan)
Kata yang
menyatakan
jumlah benda atau
hal atau
menunjukkan
urutannya
dalam suatu deretan, misalnya : satu, kedua.
7.   Kata Tugas
Merupakan jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya
dapat dibagi menjadi lima sub kelompok :
a.   Preposisi (kata depan)
b.   Konjungsi (kata sambung)
c.   Artikula (kata sandang)
d.   Interjeksi (kata seru)
e.   Partikel
  
10
Dalam Bahasa
Indonesia
terdapat
beberapa
partikel
yang
berfungsi
untuk
menonjolkan
sebuah
kata
atau
ide
dalam sebuah
kalimat.
Partikel
partikel
yang
dimaksud adalah lah, pun, kah, yang oleh kebanyakan tata bahasa disebut imbuhan.
Contoh :
1.   Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2.   Bapaklah yang harus lebih dahulu memberi contoh.
3.   Ia pun mencoba mendekatkan kedua belah pihak dalam suatu perundingan.
4.   Kami pun turut dalam kegiatan itu.
5.   Rakyatlah
yang  harus 
menanggung  akibat  kekotoran 
dalam  permainan
manipulasi uang rakyat itu.
6.   Tolonglah dia, pasti ia segera selesai.
2.1.2 Kategori Fatis
Selain
itu
dalam partikel
Bahasa
Indonesia
terdapat
pula
kategori
lain,
seperti
kategori Fatis. Menurut Kridalaksana (2005:115), kategori fatis adalah kategori yang
bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan komunikasi antara pembicara
dan kawan bicara.
Sebagian
kategori
fatis
merupakan
ciri ragam lisan.
Karena
ragam lisan
pada
umumnya  merupakan  ragam  non  standar,  maka  kebanyakan  kategori  fatis  terdapat
dalam kalimat – kalimat non standar yang banyak mengandung unsur-unsur daerah atau
dialek regional.
Ada  bentuk  fatis  yang  terdapat  di  awal  kalimat,  misalnya  ”Kok  kamu  pergi
juga?”, ada yang di tengah kalimat,
misalnya ”Bukan dia, kok, yang
mengambil
uang
itu.”, dan ada pula yang di akhir kalimat, misalnya ”Saya hanya lihat saja kok.”.
  
11
Kategori fatis mempunyai wujud bentuk bebas, misalnya kok, deh, atau selamat,
dan wujud bentuk terikat, misalnya lah atau pun.
Bentuk
dan
jenis
kategori
fatis
dijabarkan
sebagai
berikut
1.   Deh
a.   How about ...
Terjemahan :
Bagaimana kalau ...
Contoh :
Coba dulu deh.
Lanjutin besok lagi deh.
b.   I think .../ I decide ...
Terjemahan :
Saya pikir ... / Saya rasa …
Contoh :
A : Mau yang mana?
B : Yang biru deh.
Aku pergi deh.
2.   Dong
a.   Indeed / of course / You should have known that ...
Terjemahan :
Tentu saja / memang begitu / seharusnya kamu tahu kalau …
Contoh :
A : Kamu dapat kue gratis juga?
  
12
B : Dapet dong.
A : Suka yang mana?
B : Yang itu dong.
b.   Soften a prohibition or comand.
Terjemahan :
Memperhalus perintah.
Contoh :
Jangan keras-keras dong (lagunya).
Eh, kertasnya masukin semua dong.
3.   Eh
a.   Hey (requesting attention)
Terjemahan :
Hei (meminta perhatian)
Contoh :
Eh, sini sebentar
b.   Correcting incorrectly spoken words / ”I mean”
Terjemahan :
Membetulkan kata ucapan yang salah / “Maksud saya”
Contoh :
Tadi kan aku masih kamu dua ratus, eh dua ribu?
c.   By the way (changing topic)
Terjemahan :
Ngomong-ngomong (mengubah topik)
Contoh :
  
13
Eh, inget ga tempat ini?
4.   Kan
a.   Isn’t it (question tag to assert)
Terjemahan :
Bukan begitu (menekankan pertanyaan)
Contoh :
Dia yang namanya Adi kan.
Bagus kan.
b.   Didn’t you remember that ...
Terjemahan :
Apakah kamu ingat kalau …
Contoh :
A : Hah, dia mau datang?
B : Kan kamu yang bilang, masa lupa ?
c.   Because
Terjemahan :
Karena
Contoh :
A : Kenapa ga masukin kulkas aja?
B : Mana cukup, kan kulkasnya kecil.
5.   Kok
a.   Why (asking) / I wonder why (just expresses wonder)
Terjemahan :
  
14
Kenapa (bertanya) / Aku heran kenapa (mengekspresikan keragu-
raguan)
Contoh :
Kok kamu telat?
Kok bisa dia dipukul papanya, aneh.”
b.   Actually ... (denying assumption)
Terjemahan :
Sebenarnya ... (menyangkal asumsi)
Contoh :
A : Makan di sana enak ga?
B : Aku ga pernah ke sana kok.
A : Tiap hari aku tidur delapan jam, lama yah.
B : Aku juga kok.
6.
Lho
a.   Expressing surprise after hearing something.
Terjemahan :
Mengekspresikan keterkejutan setelah mendengar sesuatu.
Contoh :
Lho, katanya ga mau ikut?
A :  Aku bolos aja deh.
B : Lho, kenapa ?
b.   You know ? / I’ll let you know that …
Terjemahan :
Apakah kamu tahu? / Aku beritahu kepadamu kalau …
  
15
Contoh :
Ikut dong, Adi aja ikut lho.
Jangan main api nanti kebakar lho.
c.   Asserting / making sure
Terjemahan :
Memastikan.
Contoh :
Datang lho ke ultah Adi
Ingat lho pesan saya!
7.   Nih
a.   Comes from “ini” meaning “this”, indicating something related to here /
current time.
Terjemahan :
Berasal
dari kata
“ini”,
mengandung
sesuatu
yang
berhubungan
dengan saat ini / sedang berlangsung.
Contoh :
Cape nih.
Besok aja bikin kalimatnya, lagi sibuk nih.
b.   Are you really ... ?
Terjemahan :
Apakah kamu benar ... ?
Contoh :
Udah mau pergi nih?
c.   Emphasizes the subject
  
16
Terjemahan :
Menekankan subject.
Contoh :
Adi nih yang masak.
8.   Sih
a.   I wonder … (sometimes need answer, sometimes not)
Terjemahan :
Saya rasa … (kadang memerlukan jawaban, kadang tidak).
Contoh :
Tadi Pak Adi ngomong apa sih?
Berapa sih harganya?
b.   Expressing annoyance.
Terjemahan :
Mengekspresikan ketidaknyamanan.
Contoh :
Sebetulnya kamu lagi apa sih?
Kenapa sih selalu telat?
c.   Because
Terjemahan :
Karena.
Contoh :
Kamu sih datangnya lama, jadi semua telat.
Aku sedih, kamu jahat sih.
d.   Selecting something different than the others.
  
17
Terjemahan :
Memilih sesuatu yang berbeda dari yang lain.
Contoh :
A : Karyawan di sana bodoh-bodoh yah?
B : Adi sih pinter.
e.   But (sometimes the sentence stops there)
Terjemahan :
Tetapi (kadang kalimatnya berhenti di sana).
Contoh :
A : Semua soal bisa?
B : Bisa sih, Cuma ada satu yang ga.
A : Bisa main gitar?
B : Bisa sih ...
9.
Tuh
a.   See that! (I don’t want to do anynthing about it from now)
Terjemahan :
Lihat itu! (Aku tidak mau melakukan itu mulai dari sekarang).
Contoh :
Makan tuh kuenya.
Kamu tuh kerjanya tidur melulu.
10. Yah
a.   Isn’t it (question tag, wondering)
Terjemahan :
Bukan begitu (mengandai-andai)
  
18
Contoh :
Tadi itu Adi ya?
Rapatnya mulai jam 8 ya ?
Aku pasti bawa sesutu. Kalo ga sabun ya sampo.
Kalo ga dimakan singa, ya digigit ular.
b.   Then (used with ”kalau (tidak)” / ”kalau (ga)”
Terjemahan :
Lalu (digunakan dengan “kalau (tidak)” / “kalau (ga)”
Contoh :
Kalo ga bisa tidur ya baca buku telepon.
Kalo bisa bawa catatan, kalo ga ya gapapa (tidak apa-apa).
Kalau tetap mau antri ya silakan aja.
c.   Expressing dissatisfaction (in front of sentence)
Terjemahan :
Mengekspresikan ketidakpuasan (diletakkan di awal kalimat).
Contoh :
Yah, Juventus kalah lagi.
Yah,  kamu sih.
2.2 Pengertian Joshi (
??
)
Teks (bunshoo) merupakan susunan dari kalimat (bun), yang kemudian disusun
kembali menjadi sebuah alinea atau paragraf (bunsestu), dan juga merupakan komponen
koheren
terkecil.
Dalam
penulisan
bahasa
Jepang, biasanya
tidak terdapat jeda
dalam
  
19
setiap
kalimatnya.
Ciri
khas
asli
dalam kalimat
yang
saling
menempel
tersebut
menjadikan
konsep
kata
dalam bahasa
Jepang
menjadi
agak
berbeda
dibandingkan
dengan kalimat-kalimat dalam bahasa Indonesia. Definisi kata-kata disampaikan dengan
semantik dan struktur kalimat. Kalimat mempunyai kata atau makna tersendiri, diikuti
oleh
sufiks,
dan
partikel-partikel
untuk
memodifikasi
arti
dalam kalimat
tersebut
dan
mendesainnya secara grammatikal.
Menurut Endo (1986),
di
dalam sebuah kalimat
terdapat
dua
macam kategori,
yaitu :
1.   Jiritsugo
?????
2.   Fuzokugo
?????
Jiritsugo
?????
terbagi lagi menjadi :
1.   Katsuyougo
?
????
2.   Doushi
????
3.   Keiyoushi
??????
4.   Keiyoudoushi
??????
5.   Mukatsuyougo
??????
6.   Meishi
????
7.   Daimeshi
?????
8.   Fukushi
????
9.   Setsuzokushi
?????
10. Kandoushi?????
  
20
Untuk kelas kata fuzokugo, hanya terbagi ke dalam dua kelas kata, yaitu :
1.   Joshi
????
2.   Jodoushi
?????
Berdasarkan
fungsinya joshi dapat dibagi
menjadi empat macam, yaitu
sebagai
berikut (Hirai, 1982:161):
1.   Kakujoshi
?????
Joshi yang termasuk kakujoshi pada umumnya dipakai setelah nomina untuk
menunjukkan hubungan antara nomina tersebut dengan kata lainnya. Joshi
yang termasuk kelompok ini misalnya ga, no, o, ni, e, to, yori, kara, de, dan
ya.
2.   Setsuzokujoshi??????
Joshi 
yang  termasuk 
setsuzokujoshi 
dipakai 
setelah 
yogen 
(dooshi, i-
keyoushi, na-keiyoushi) atau setelah jodooshi untuk melanjutkan kata-kata
yang ada sebelumnya terhadap kata-kata yang ada pada bagian berikutnya.
Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya ba, to, keredomo, ga, kara, shi,
temo(demo), te(de), nagara, tari(dari), noni, dan node.
3.   Fukujoshi
?????
Joshi
yang termasuk fukujoshi dipakai setelah berbagai
macam kata. Seperti
kelas kata fukushi, fukujoshi berkaitan erat dengan bagian kata berikutnya.
Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya wa, mo, koso, sae, demo, shika,
made, bakari, dake, hodo, kurai(gurai), nado, nari, yara, ka, dan zutsu.
4.   Shuujoshi
?????
  
21
Pada umumnya dipakai setelah berbagai macam kata pada bagian akhir
kalimat untuk menyatakan suatu pertanyaan, larangan, seruan, rasa haru, dan
sebagainya. Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya ka, kashira, na, naa,
zo, tomo, yo, ne, wa, no, dan sa.
2.3 Definisi Shuujoshi
(???)
Di
dalam bahasa
Jepang,
terdapat
kelompok
partikel
yang
disebut
sebagai
sentence-final particles, atau shuujoshi. Shuujoshi dipakai pada akhir kalimat atau pada
akhir
bagian-bagian
kalimat
(bunsetsu) untuk menyatakan perasaan pembicara seperti
rasa haru, larangan, dan sebagainya (Tadasu, 1989:143-144).
Shuujoshi
ialah partikel-partikel yang dipakai
pada
bagian
akhir
kalimat
untuk
menyatakan pertanyaan, rasa heran, keragu-raguan, harapan, atau rasa haru pembicara
seperti partikel ka, na, ne, dan sebagainya (Bunkachoo, 1978:29).
Ichiiroo
mengartikan shuujoshi sebagai partikel yang dipakai pada bagian akhir
kalimat yang menentukan makna perintah, pertanyaan atau keragu-raguan, larangan, dan
sebagainya,   menegaskan   makna   pertanyaan   dan   menyatakan   perasaan   (Ichiroo,
1992:144).
Kalimat-kalimat tersebut memasukkan fungsi dan mengekspresikan emosi
pembicara dan tata krama
yang diterima pendengar dalam pembicaraan.
Beberapa dari
partikel tersebut digunakan hanya untuk laki-laki dan ada juga yang hanya digunakan
oleh
perempuan,
jadi shuujoshi
ini
juga
berfungsi
untuk
membedakan
jenis
kelamin
pembicara.
  
22
Dalam  kajian  grammatika  bahasa  Jepang 
modern,  shuujoshi sering  disebut
bunmatsu hyoogen (
????
).
2.4 Perbedaan Bahasa Pria dan Bahasa Wanita
Salah
satu
teori
sehubungan
dengan
pokok
permasalahan
dalam sub
bab
ini
dikemukakan Trudgill yang mengatakan bahwa pemakaian bahasa, selain dipengaruhi
faktor
golongan
sosial,
perbedaan
suku
bangsa,
wilayah penuturnya,
dan
sebagainya
dipengaruhi juga oleh perbedaan jenis kelamin. Oleh sebab itu, bagian perbedaan bahasa
berdasarkan jenis kelamin itu berkembang tidak dapat dijelaskan dengan metode yang
sama yang menjelaskan dialek berdasarkan dengan sosial, suku bangsa, wilayah
penuturnya, dan sebagainya (Trudgill, 1997:94).
Dua alasan yang menyebabkan munculnya perbedaan bahasa pria dengan bahasa
wanita yang ditujukan Trudgill yaitu, pertama adalah berkaitan erat dengan teori agresi
dan yang kedua sebagai akibat yang muncul dikarenakan fenomena tabu.
Jespersen
mengemukakan bahwa perbedaan jenis kelamin dalam bahasa, dalam
kasus-kasus tertentu, merupakan sesuatu yang lahir sebagai akibat fenomena tabu.
Menurut 
Trudgill  sendiri,  tabu 
berhubungan  dengan 
suatu 
barang 
atau  tindakan,
sehingga
dipakailah
kata-kata
atau
ucapan-ucapan baru sebagai penggantinya, dan
akhirnya lahirlah perbedaan jenis kelamin dalam aspek kosakata (Trudgill, 1997:96).
Dalam bahasa
Jepang
dikenal
dua
ragam bahasa
yang
berbeda
berdasarkan
perbedaan
jenis kelamin
penuturnya. Yang
pertama
adalah joseigo
???
atau
yang
disebut  juga  dengan  onna kotoba  (ragam  bahasa  wanita)  dan  yang  kedua  adalah
danseigo
???
atau otoko kotoba (ragam bahasa pria). Keduanya untuk menunjukkan
  
23
identitas dirinya sendiri sebagai seorang feminin atau maskulin melalui bahasa yang
digunakannya (Mizutani & Mizutani, 1999:12).
Bahasa wanita (feminin language) adalah sebuah variasi bahasa Jepang, yang
secara khusus dipakai oleh kaum wanita sebagai suatu refleksi feminitas mereka.
Shuujoshi
seperti
zo,
ze, dan na
merupakan
simbol
yang dipergunakan
dalam
bahasa
laki-laki.
Sedangkan
contoh shuujoshi
seperti no, wa, dan kashira
merupakan
simbol
yang digunakan dalam bahasa perempuan. Shuujoshi
membuat pernyataan
lebih
halus dan mengurangi paksaan, atau pembicaraan tidak bersifat lagsung (Ide, 1990:25).
2.5 Teori Fungsi Kana
????
dan Kashira
?????
Menurut Tomisaka (1997:17) kana dan kashira dapat diartikan sebagai berikut :
????????????????????????????????
?????? ??????????????????????????
???????
Kana,  kashira  dan  lainnya  sering  digunakan  ketika seseorang sedang memikirkan
sesuatu
untuk
dikatakan,
tetapi
bisa
juga
digunakan
di
dalam percakapan
informal.
Kashira biasanya lebih sering digunakan oleh wanita.
Contoh :
1.  
??????????
Ano hito wa dare desuka?
Siapa orang itu?
1a.
?????????
Ano hito wa dare kana?
Siapa ya orang itu?
  
24
1b.
??????????
Ano hito wa dare kashira?
Siapa ya orang itu?
Fungsi kana dan kashira menurut Tomisaka (1997:17):
1.
???????????????????????????????
The past tense is
used when
you are asking about something which
you
heard
before but have forgotten.
Terjemahan:
Bentuk  lampau  digunakan  ketika  pembicara  menanyakan  sesuatu  yang  telah
didengar sebelumnya tetapi dilupakan.
Contoh:
??????????
?
????????????
?????????????
Terjemahan:
Siapa tadi orang itu?
2.
????????????? ???????
??????????????
There are used when you object to what the speaker has said.
Terjemahan:
Bentuk  ini  digunakan  ketika  pembicara  berkeberatan  dengan  apa  yang  telah
dikatakan oleh lawan bicara.
  
25
Contoh:
?
A
:????????????
?
B
:??????
Terjemahan:
Laki-laki A
: Bu guru Suzuki cantik ya.
Perempuan B  : Oh ya?
3.
????????????????? ????
??????????????????
These are used to mildly assert one’s opinion.
Terjemahan:
Bentuk ini digunakan ketika pembicara mempertahankan pendapatnya.
Contoh:
????????????????????????????
Terjemahan:
Biarpun aku juga jelek, tapi kamu juga sedikit bertanggung jawab bukan?
Partikel kana
pada dasarnya dipakai oleh lelaki, dan penggunaan kalimatnya
menunjukkan arti ketidakpastian, menunjukkan pertanyaan kepada seseorang, dan
menunjukkan harapan atau permohonan yang tidak langsung (Chino, 1992:125).
Sedangkan  kashira pada  dasarnya  sama  dengan  kana,  kecuali  bahwa  kashira  lebih
sering digunakan oleh wanita (Chino, 1992:126).
Menurut Meinaado (2001), partikel kana dan kashira diartikan sebagai berikut:
  
26
This
is
sort
of
thinking
out
loud kind
of
thing.
Add
~
??
to the
end
of a
sentence in short form, drooping
?
after –na adjective and nouns. Women often,
but not always, use the more feminine ~
???
.
Partikel kana dan kashira bisa dikatakan sebagai hasil pemikiran yang kuat dalam
memikirkan sesuatu. Tambahkan partikel kana di akhir kalimat dan membuang akhiran
?
setelah
kata
sifat –na
dan
kata
benda.
Wanita biasanya
tidak selalu
menggunakan
partikel kana,
mereka
lebih
sering
menggunakan
yang
lebih
feminin,
yaitu
partikel
kashira.
Contoh:
1. 
????????...?
I wonder where it was.
Terjemahan: ada dimana ya?
2.
???????????????
That’s strange, I wonder if it’s my imagination.
Terjemahan: Aneh deh, apa Cuma perasaanku saja ya?
Akhiran
dalam kalimat
ini
sering
sekali
digunakan.
Biasanya
dimasukkan
ke
dalam  tulisan  dengan  elipsis  (....),  karena  partikel  kana sering  diucapkan  panjang
menjadi kanaa, hal tersebut
tidak
membuat artinya berbeda, tetapi hanya menunjukkan
bagaimana pelafalannya. (Meinaado, 2001)
Selain itu kana dan kashira sering digabungkan dengan partikel akhiran
~??
,
yang membuatnya menjadi
~???
dan
~????
.
  
27
2.5.1  Teori Fungsi Kana
????
Partikel kana
dibubuhkan
pada
akhir
kalimat. Kalau
ingin
dibubuhkan
pada
kalimat
yang berakhir dengan
??
/
???
maka
itu
harus dihilangkan lebih dahulu.
Adakalanya juga dikatakan sebagai kanaa (Tsusui, 1998:475).
1.   Entah.
Untuk
menyatakan
perasaan ragu-ragu karena
isi sesuatu
kurang
pasti,
atau menaruh curiga terhadapnya.
Contoh :
4.  
???????????????
Ano tegami wa doko ni shimatta kana.
Terjemahan : 
Entah dimana ya, saya taruh surat itu.
5.  
????????????????
Kagi ga kakatte iru ga, rusu kana.
Terjemahan :  Pintunya terkunci, barangkali dia sedang keluar.
6.  
????????????
Hayaku atatakaku naranai kana.
Terjemahan :  Kuinginkan cepat-cepatlah menjadi hangat.
7.  
??????????????????????
Chotto ookina jisho wo kaou kana to omotte iru.
  
28
Terjemahan :
Saya 
berpikir  akan 
membeli 
kamus 
yang 
agak
besar, tetapi belum pasti.
2.   Kata yang dipakai ketika menanyakan sesuatu.
Contoh :
??????????????????
Anata wa eiga nanka suki jyanai kana.
Terjemahan : 
Barangkali anda suka menonton film, misalnya.
3.   Bentuk
????????
dan sebagainya, juga dipakai
untuk
meminta
persetujuan.
Contoh :
???????????????????????
Sono yari kata wa chotto muzukashiin jyanai kana.
Terjemahan : 
Tidakkah cara itu agak sukar?
4.   Menunjukkan kemauan akan melakukan sesuatu, bersifat bahasa laki-laki
dan tidak formal.
Contoh:
???????????????
Kaette kara ofuro ni haitte kana.
2.5.2
Teori Fungsi Kashira
?????
Menurut Murasaki (1988:222) penjelasan tentang penggunaan kana dan kashira
adalah sebagai berikut :
????????????????????????????????
????????????????????????????????
????????????????????????????????
  
29
????????????????????????????????
????????????????????????????????
???????????? ??? ?????????????????
????????????????????????????????
??????????? ????
Dalam bahasa Jepang sendiri terdapat banyak tipe kalimat yang bisa digunakan untuk
menyampaikan
isi
pikiran
dengan
tepat dan sesuai
dengan konteks
pembicaraan. Ciri
khas bahasa Jepang bisa dilihat dari
cara penggunaannya,
seperti terdapat pola kalimat
yang
mengekspreksikan
rasa
hormat
kepada
lawan
bicara;
penggunaan
kosakata
dan
pola
kalimat
yang
berbeda
antara
bahasa
wanita
dan
bahasa
pria
dalam percakapan
sehari-hari, selain itu juga bisa menjelaskan hubungan antara pembicara dengan
pendengar, apakah si pembicara statusnya lebih rendah dari si pendengar, atau
sebaliknya. Atau bahkan si pembicara dan pendengar memilki hubungan yang dekat.
Teori kashira menurut Makino adalah kalau ingin dibubuhkan pada kalimat yang
berakhir dengan
??
/
???
maka
akhiran
tersebut
harus
dihilangkan
lebih
dahulu
(Makino, 1998:501) :
1.   Entah, gerangan.
Untuk  menunjukkan  perasaan  ragu-ragu  mengenai  isi  sesuatu,  kurang
pasti atau menaruh curiga terhadapnya.
Contoh :
?????????????????
Airon chanto keshite kita kashira.
Terjemahan :  Apakah saya betul-betul sudah mematikan setrika?
2.   Dipakai
untuk
mengemukakan pendapat sendiri, dan sebagainya, secara
halus, dalam bentuk
?????????
.
Contoh :
??????????????????????
Konna fuu ni kangaeta hou ga iin jyanai kashira.
Terjemahan : 
Bukankah sebaiknya kita berpikir seperti ini.
  
30
3.
Dipakai untuk bertanya dengan halus.
Contoh :
????????????????????
Kono teepu rekooda tsukattemo ii kashira.
Terjemahan :  Apakah kiranya tape recorder ini boleh saya pakai?
4.
Kalau dibubuhkan dengan kata tanya seperti
???????????
??
dan sebagainya, berarti tidak bisa mengerti isi sesuatu dengan jelas
atau tidak bisa menyatakannya.
Contoh :
?????????????????????
Ano hito wa doko kashira nikumenai tokoro aru.
Terjemahan : 
Entah mengapa, kita tidak bisa membenci orang itu.