7
BAB 2
TINJAUAN
&
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan
Umum
2.1.1. Pengertian
Perpustakaan
Berdasarkan
buku
Pedoman
dan Perencanaan
Perabotan
dan
Perlengkapan
Perpustakaan
, kata 'perpustakaan'
berasal
dari
kata
'pustaka'
yang berarti
buku.
Berdasarkan 
kamus  The
Oxford 
English  Dictionary, kata
'library'
atau perpustakaan
berarti
sebagai 
suatu
tempat
buku-buku
diatur
untuk
dibaca,
dipelajari
atau dipakai
sebagai bahan rujukan.
Dalam
Keputusan
Presiden
RI nomor
11 Tahun
1989,
disebutkan
bahwa
'perpustakaan'
merupakan
salah
satu sarana
pelestarian
bahan
pustaka
sebagai
hasil
budaya
dan mempunyai
fungsi sebagai
sumber
informasi
ilmu
pengetahuan,
teknologi
dan kebudayaan
dalam
rangka
mencerdaskan 
kehidupan 
bangsa 
dan  menunjang 
pelaksanaan
pembangunan nasional.
Jadi, dari ketiga definisi
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
Perpustakaan
merupakan  kumpulan
buku, manuskrip,
dan gubahan pustaka
lainnya 
yang
digunakan 
untuk  keperluan  studi
atau  bacan,  kenyamanan
atau kesenangan, (Webster’s Third Edition International
Dictionary, 1961)
  
8
2.1.1.1 Definisi
Perpustakaan Universitas
Berdasarkan 
situs 
yang
berisi
Keputusan
Majelis
Wali Amanat
Universitas
Indonesia,
menyebutkan
bahwa
definisi 
Perpustakaan 
Universitas 
adalah 
unsur  penunjang
universitas
yang bertugas
mengembangkan,
mengelola,
dan
menyediakan  
informasi  
guna  
mendukung  
Kegiatan  
akademik,
.dimana pengelolaan
Perpustakaan
Universitas
dilakukan
secara
terpadu
dengan
tata laksana sentral
yang
berbasis
teknologi
informasi
dan komunikasi.
Sementara
itu,
berdasarkan
Brian
Edwards
dan
Biddy
Fisher
dalam bukunya
yang
berjudul
Libraries
And Learning
Resource
Centres,
definisi
Perpustakaan
Universitas
adalah
tempat buku-buku
dan material
lainnya,
dengan
sistem informasi
yang
elektronik,
terkumpul dalam suatu ruang untuk
mendukung
pelajaran
atau riset.
Dari kedua definisi
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
Perpustakaan
Universitas
Bina Nusantara
adalah
unsur penunjang
universitas
yang bertugas
mengembangkan,
mengelola,
dan
menyediakan
informasi
guna mendukung
kegiatan
akademik,.dimana
pengelolaan
Perpustakaan
Universitas
Bina Nusantara
dilakukan
secara
terpadu
dengan
tatalaksana  sentral
yang
berbasis
teknologi
  
9
informasi
dan komunikasi,
dan 
ikutserta
mencerdaskan
kehidupan
bangsa dan menunjang pelaksanaan
pembangunan
nasional.
2.1.2.   Fungsi
Perpustakaan
Merurut 
Buku 
Pedoman 
Perpustakaan 
Perguruan 
Tinggi,
fungsi
perpustakaan perguruan tinggi sebagai
berikut:
Fungsi Edukasi
Perpustakaan
merupakan
sumber
belajar
para sivitas
akademika,
oleh
karena
itu
koleksi
yang
disediakan
adalah
koleksi
yang
mendukung
pencapaian
tujuan pembelajaran,
pengorganisasian
bahan
pembelajaran
setiap
program
studi, koleksi
tentang
strategi
belajar
mengajar
dan materi
pendukung pelaksanaan
evaluasi
pembelajaran.
Fungsi Informasi
Perpustakaan
merupakan
sumber
informasi
yang mudah
diakses oleh
pencari
dan pengguna
informasi.
Fungsi Riset
Perpustakaan 
mempersiapkan 
bahan-bahan 
primer 
dan 
sekunder
yang paling
mutakhir
sebagai
bahan
untuk
melakukan
penelitian
dan
pengkajian
ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
  
10
Fungsi Rekreasi
Perpustakaan
harus
menyediakan
koleksi
rekreatif
yang bermakna
untuk
membangun
dan
mengembangkan
kreativitas,
minat
dan
daya
inovasi pengguna
perpustakaan.
Fungsi Publikasi
Perpustakaan
selayaknya
juga membantu
melakukan
publikasi
karya
yang
dihasilkan,
baik
dari sivitas
akademik
maupun
staf non-
akademik.
Fungsi Deposit
Perpustakaan
menjadi
pusat
deposit
untuk
seluruh
karya dan
pengetahuan
yang dihasilkan oleh warga perguruan
tingginya.
Perpustakaan
lebih berfungsi
sosial
untuk
memberikan
sumber
informasi
dengan
cara yang
mudah
dan murah
kepada
masyarakat
pemakai
perpustakaan 
dengan  tujuan  mencerdaskan 
kehidupan 
masyarakat  secara
luas
sehingga
secara
tidak
langsung
juga
perpustakaan
menunjang
program
pemerintah,
khususnya
dibidang
pendidikan.
Sedangkan
toko buku
lebih
menitikberatkan
segi ekonomisnya.
Dalam
sebuah
universitas,
perpustakaan
berfungsi
sebagai
pusat kegiatan
belajar-mengajar
untuk mencapai
tujuan
pendidikan
seperti
tercantum
dalam
kurikulum
perkuliahan 
Selain
itu
juga
perpustakaan
sebagai
pusat penelitian
sederhana
yang memungkinkan
para
siswa
mengembangkan  kreativitas
dan
imajinasinya  serta
pusat
membaca
  
11
buku-buku
yang
bersifat
rekreatif
dan mengisi
waktu
luang
(buku-buku
hiburan).
Semua
fungsi
tersebut
akan
tergambar
dalam koleksi
pepustakaan
bersangkutan.
Diluar
sebagai
tempat
kegiatan
membaca
itu, perpustakaan
juga
berfungsi 
sebagai
tempat
pelaksanaan
acara
pameran
buku,
tempat
seminar
atau
diskusi
dengan
pengarang buku atau sastrawan.
2.1.3.   Sejarah dan Perkembangan
Perpustakaan
Berdasarkan
artikel
Koran
Harian
Pikiran
Rakyat
edisi
27
Agustus
2006,
sejarah
mencatat
bahwa  
perpustakaan
tertua
di dunia
adalah
Bibliotheca 
Alexandria 
yang 
berada 
di 
Kota 
Alexandria, 
Mesopotamia
Kuno.
Perpustakaan
ini
sudah
ada
sejak
16 abad
yang
lalu
(±3500
tahun
sebelum Masehi). 
Perpustakaan
Alexandria
ini dibangun
oleh
Ptolemaeus
I
Soter.    Perpustakaan
ini 
terus 
berkembang 
dan 
menjadi 
perpustakaan
terkenal pada masa itu
Gambar
2.1. Bibliotheca
Alexandria,
Mesopotamia
  
12
Perpustakaan
itu diisi
oleh
puluhan ribu buku
dan
manuskrip
penting
seputar
ilmu
pengetahuan
dan sejarah.
Tetapi
ketika
terjadi
perang
antara
Romawi 
dan  Mesir, 
kebakaran 
hebat 
menimpa 
perpustakaan 
dan
melenyapkan
karya-karya
para
cendekiawan
dan penulis
terkenal
pada masa
itu
Pada zaman
Renaisance
mulai
bermunculan
perpustakaan
baru, salah
satunya 
adalah
Perpustakaan
Vatikan
yang
berdiri
pada tahun
1447. Pada
abad
ke-18
mulai
didirikan
museum
nasional
dan perpustakaan
baru
banyak
bermunculan.
2.1.4.   Jenis-Jenis
Perpustakaan
Berdasarkan
Ensiklopedia
Indonesia, perpustakaan
dapat
dikategorikan
menjadi
beberapa jenis, yaitu:
1.
Perpustakaan Umum
Pada
umumnya,
perpustakaan
umum
di tingkat
propinsi
dikelola
oleh Departemen
Pendidikan
bersama
dengan
pemerintah
Daerah.
Usaha-usaha
antara
dua badan
tersebut
masih
terus
dilaksanakan
untuk mengembangkan
sistem 
perpustakaan
umum,
ditunjang
dengan
beberapa
buah
mobil
sebagai
sarana
perpustakaan
  
13
keliling. Di samping
itu
tercatat
juga
tumbuhnya
taman
bacaan
yang
didirikan
oleh
usaha-usaha
pribadi
dan rukun
kampung.
Usaha-usaha
tadi sekalipun
dalam bentuk
sederhana,
namun
sangat
menbantu
dengan
melalui perpustakaan umum.
2.
Perpustakaan Khusus
Perpustakaan
ini
merupakan
perpustakaan
yang
menekankan
koleksinya
pada suatu
bidang
khusus,
atau bidang-bidang
yang
berhubungan, 
misalnya 
koleksi 
khusus  bidang  sejarah 
purbakala,
ilmu
pertanian,
dan lain-lain.
Selain
itu,perpustakaan
khusus
juga
dilihat
dari
bentuk
koleksi
yang
disimpan
, seperti
peta
wilayah,
guntingan
surat
kabar,
dan sebagainya.  
Lazimnya
perpustakaan
khusus
merupakan
bagian
pada suatu
lembaga
penelitian,
badan-
badan
seperti
bank,
asuransi,
perusahaan,
museum,
dan lain-lain.
Masyarakat
yang
dilayani
juga termasuk
golongan
khusus,
yaitu
terutama
kepada
tenaga-tenaga
yang bekerja
dalam 
bidang
yang
merupakan
pokok
tugasnya.
Dalam sejarah
perkembangannya,
perpustakaan khusus saat
ini cenderung
menjadi
pusat
dokumentasi.
Contoh
perpustakaan
yang
khusus
yang telah
berkembang
di
Indonesia
adalah
Pusat
Dokumentasi
Ilmiah
Nasional
LIPI,
Lembaga
Perpustakaan
Biologi
dan Pertanian
(Bibliotheca
Bogoriensis
Departemen
Pertanian),
Bagian
Dokumentasi
Ilmiah
  
14
dan
Pengolahan
Data
(Badan
Penelitian
dan Pengembangan
Kesehatan
Departemen
Kesehatan),
Perpustakaan
Direktorat
Geologi
(Pusat
Penelitian
dan Pengembangan
Geologi),
Bandung.
Keempat
pusat
dokumentasi
diatas
mempunyai
tugas sebagai
pusat
informasi
literatur,
masing-masing
dalam bidang
ilmu
dan teknologi,
biologi dan pertanian,
kesehatan dan kedokteran,
dan geologi.
3.
Perpustakaan Museum
Contoh
perpustakaan
museum
di Indonesia
adalah
Perpustakaan
Museum
Pusat
yang
didirikan
tahun
1778
di
Jakarta.
Perpustakaan
ini 
sebagai
pusat
informasi
dalam
bidang
ilmu
sosial,
sejarah,  dan  bahasa. 
Sebelum  perang  ,  perpustakaan 
ini  menjadi
depot
dari
terbitan–terbitan
baru
Indonesia.
Selain
itu,
juga
terdapat
perpustakaan
Lembaga
Kebudayaan
Indonesia
di Jakarta
yang
didirikan
pada tahun
1778. Koleksi
bukunya
diperkirakan
300.000
jilid, 
sesuai 
dengan 
tujuan 
dan  program 
lembaga 
tersebut,
diantaranya semua
koleksi
surat kabar
yang
pernah dan telah terbit
di
Indonesia dari awal
penerbitannya, 
majalah
ilmiah
dan popular,
dan
setiap
buku
yang
diterbitkan
di Indonesia.
Selain
itu juga
terdapat
koleksi
naskah
terdiri
dari 5.000
buku
asli Indonesia
dari berbagai
daerah
,
yang
tertulis
di atas
macam-macam
bahan
seprti
lontar, kulit
kayu,
bambu,
kertas,
yang
ditulis
dalam huruf
Jawa,
Bali,
Makasar,
Bugis,
Batak, Rejang,
Arab, dan lain-lain.
  
15
4.
Perpustakaan Negara
Perpustakaan
Negara
merupakan
perpustakaan
umum yang
didirikan
di
tiap
ibukota
Daerah
Tingkat
I di
Indonesia
dan
diselenggarakan
oleh Biro Perpustakaan
Departemen
Pendidikan.
Umumnya 
perpustakaan 
Negara 
berisi  buku-buku 
tingkat
pengetahuan 
sekolah 
menengah 
ke 
atas. 
Saat 
ini, 
Perpustakaan
Negara
yang
terbesar
di
Indonesia
terletak
di
Yogyakarta,
didirikan
pada
masa
Revolusi
Kemerdekaan.
Pada
tahun
2005,
perpustakaan
ini
memiliki
jumlah koleksi ±70.000
buku.
5.
Perpustakaan
Perguruan
Tinggi
Lazimnya 
merupakan 
unsur 
pendukung 
dalam  proses
kegiatan
belajar-mengajar
perkuliahan
di
Perguruan
Tinggi
tersebut.
Program-program
pengembangan
Perpustakaan
Perguruan Tinggi
dikelola
oleh Direktorat
Jendral
Pendidikan
Tinggi,
Departemen
Pendidikan.
Contohnya,
Perpustakaan
Airlangga
di Surabaya
yang
membagi
perpustakaan
menjadi
dua yaitu
Perpustakaan
Eksakta
dan
Perpustakaan Non Eksakta.
6.
Perpustakaan
Sekolah
Di Indonesia,
belum
semua
sekolah
dilengkapi
dengan
perpustakaan. 
Saat 
ini 
jumlahnya  tercatat 
sekitar 
84.000 
Sekolah
  
16
Dasr dan sekitar
13.000
sekolah
lanjutan
(sensus
1997).
Pengembangan
perpustakaan
sekolah mendapat
bimbingan
dan
pengarahan
dari Pusat
Pengembangan
Perpustakaan,
Departemen
Pendidikan.
7.
Perpustakaan Rakyat
Perpustakaan
rakyat
merupakan
sistem
Perpustakaan
Umum
di Indonesia,
yang
diselenggarakan
oleh
Direktorat
Pendidikan
Masyarakat,
bagian
Urusan
Perpustakaan
Rakyat
dalam
lingkungan
Departemen
Pendidikan.Tugas
dari
Perpustakaan
Rakyat
ini adalah
menyediakan
bacaan
umum dari tingkat
lulusan
pemberantasan
buta
huruf 
sampai 
kepada    
tingkat 
pengetahuan 
sekolah 
menengah,
dengan 
tujuan 
menghidupkan 
dan  memelihara 
hasrat  masyarakat
untuk
belajar
sendiri
dengan
cara membaca,
serta meluaskan
pengetahuan, kecerdasan,
dan
kesadaran masyarakat.
Di 
tiap 
Daerah 
Tingkat 
diadakan 
Perpustakaan 
Induk
Propinsi
yang
mengatur
dan mengawasi Taman
Perpustakaan
Rakyat
di tingkat
B dan
C.
Kedua
macam
Taman
Perpustakaan
Rakyat
tersebut
didirikan
di
ibukota
Daerah
Tingkat
I dan
kota-kota
bear
lainnya
serta diisi
dengan
bacaan
untuk
tingkat
pengetahuan
sekolah
menengah.
Di
tiap
Daerah
Tingkat
II
diadakan
Perpustakaan
Induk
Kabupaten
yang mengawasi
Taman Perputakaan Rakyat tingkat
A
di
  
17
Kecamatan.
Dan
diisi
dengan
bacaan
tingkat
pengetahuan
sekolah
rakyat.
2.1.5. Perkembangan
Tata Ruang
Perpustakaan Universitas
Berdasarkan 
buku 
Libraries 
and
Learning
Resource
Centres.Architectural
Press.
Hal.163
,karangan
Brian
Edwards
dan
Biddy
Fisher, 
Perpustakaan
Universitas mengalami perkembangan
sebagai
berikut:
Gambar
2.2  . Perkembangan
Penataan  Ruang Perpustakaan
  
18
Gambar 2.3 . Perkembangan
Peletakan Ruang  dan Bentuk
Bangunan
Perpustakaan
Universitas
2.1.6. Standar Ruang
dalam Perencanaan Perpustakaan
Universitas
Berdasarkan 
buku 
Libraries 
and  Learning 
Resource 
Centres
karangan
Brian
Edwards
dan Biddy
Fisher,
dalam
perencanaan
perpustakaan
universitas
memiliki
beberapa
standar
ruang, antara lain:
Area perpustakaan adalah
8-10 %
daru luas total area
universitas.
Ruang
kantor perpustakaan
adalah 12% dari total luas perpustakaan.
Satu ruang pembaca
untuk setiap 3-4
pelajar masing-masing sekitar
1
m²
/
orang.
  
19
8-10
buku berada
pada rak buku di ruang baca, 10-12 pada tumpukan
terbuka,
12-15
pada tumpukan
tertutup, dan 40-60 pada gudang.
Untuk  
fasilitas  
komputer 
sekitar  
20-25  
%  
dari  
total  
area
perpustakaan.
Rak sepanjang
1
m
untuk memuat sekitar 100 buku.
75%
dari
total
koleksi
berada
di
rak
terbuka
pada
area
belajar, 
50-
60%
pada area riset.
Area sirkulasi
sebesar
20%
dari total
luas ruang perpustakaan.
2.1.7.   Pembagian
Kategori Pustaka
Salah satu
metode
klasifikasi
yang
lazim digunakan oleh
perputakaan
adalah Dewey Decimal
Classification,
yaitu
sistem yang
terdiri
dari
sepuluh
kategori
atau
kelas yang
utama,dan 
masing-masing
dibagi lagi 
menjadi
sepuluh
kelas
sub
kategori..
Berikut
ini
adalah
kode
daftar
kategori
dari
DDC:
000 – Computer
science, information, and
general
works
100 – Philosophy
and psychology
200 – Religion
300 – Social sciences
400 – Language
500 – Science
600 – Technology
  
20
700 – Arts and recreation
800 – Literature
900 – History and geography
2.1.8.   Pembagian
Berdasarkan
Cara
Pelayanannya
Dalam 
perpustakaan, 
terdapat 
sistem 
yang 
diterapkan 
dalam
pelayanannya,
yaitu:
1. 
Closed 
Access
Service,  yaitu
sistem
pelayanan 
dimana
pegunjung
tidak
dapat
secara
langsug
menuju
rak koleksi
untuk
mencari
atau
mendapatkan
koleksi
yang
diinginkannya.
Kelebihan
dari
sistem
ini
adalah
keamanan
buku
lebih
terjamin,
penyusunan
buku
lebih
lebih
teratur,
dan ruang
penyimpanan
buku
lebih efisien.
Kekurangan
dari
sistem
ini
adalah
buku
tidak
dapat
diambil
langsung
oleh
pembaca,
sehingga 
memerlukan 
petugas 
yang 
selalu 
siap  melayani
pengunjung,
serta secara psikologi
minat baca
menjadi
berkurang.
2. 
Open 
Access  Service,  yaitu
sistem 
pelayanan 
dimana 
pegunjung
dapat
secara
langsug
menuju
rak koleksi
untuk
mencari
atau
mendapatkan
koleksi
yang
diinginkannya.
Kelebihan
dari
sistem ini,
antara
lain buku
dapat
langsung
diambil dan dibaca, secara
psikolgis
minat
baca lebih besar, serta tidak memerlukan
petugas
untuk
mengambil
buku,
sedangkan
kekurangannya
adalah
keamanan
buku
  
21
kurang 
terjamin, 
pengembaliaan 
buku 
kurang 
teratur, 
dapat
mengganggu
distribusi buku
ke pembaca.
Sistem yang
dipakai
dalam
perpustakaan
yang akan
dirancang adalah
Open
Access
Service,
karena
dengan
sistem
ini
dapat
membuat
mahasiswa
melihat
buku-buku
lainnya
saat mencari
buku
yang
ingin
dibaca sehingga
menambah
literatur bacaan mahasiswa.
2.2.
Tinjauan
Khusus
2.2.1. Tinjauan
Terhadap
Kota Jakarta
Lokasi
yang dipilih
untuk
proyek
Perpustakaan
Universitas
Bina
Nusantara  ini  adalah  di  Jalan 
Kebon  Jeruk  Raya,  Kemanggisan, 
Jakarta
Barat,
tepatnya
di area parkir
mobil
Universitas
Bina
Nusantara
saat
ini.
Berikut
ini adalah tinjauan
mengenai kawasan
Kemanggisan, Jakarta
Barat.
Gambar  2.4 . Peta Kecamatan
Kodya Jakarta
Barat
  
22
2.2.2.   Tinjauan Terhadap Kawasan
Jakarta
Barat
Berdasarkan
situs
Profil
Wilayah
Jakarta
Barat,
wilayah
Kotamadya
Jakarta
Barat
mempunyai
luas
wilayah
:
12.615,14
Ha
dan
terletak
antara
106
-
48
BT,
60
-
12
LU
dan
dibatasi
oleh
wilayah
sebagai
berikut:
Sebelah 
Selatan 
:  Kotamadya 
Jakarta 
Selatan 
dan 
Kabupaten 
/  Kodya
Tangerang,
Sebelah Barat 
:
Kabupaten
dan Kotamadya Tangerang,
Sebelah Timur 
:
Kotamadya
Jakarta
Utara dan Kotamadya
Jakarta   Pusat
Sebelah Utara 
:
Kabupaten
/
Kodya Tangerang dan Kodya Jakarta Utara
2.2.3.   Tinjauan Terhadap Kawasan
Kemanggisan
Gambar 2.5  . Peta Lokasi Tapak
  
23
Berdasarkan
hasil
survey
di lapangan,
kawasan
sekitas
tapak
yang
akan
dirancang
merupakan
kawasan atau
daerah
yang tingkat kepadatan
lalu
lintasnya
cukup tinggi
karena
lebar Jalan Kebon
Jeruk ±8m, sedangkan
jalur
tersebut
dilalui
oleh
dua
arah
, serta
lokasi
tersebut
dekat
dengan
kampus
Universitas
Bina
Nusantara 
yang
sebagian
besar
mahasiswanya 
tinggal
di
rumah kost, sehingga 
arus pejalan
kaki
di sekitar
pinggir
jalan cukup ramai.
Rata-rata
bangunan
disekitar
lokasi
tapak merupakan
pusat
perdagangan
dan
jasadan
perumahan,
dan
ketinggian
maksimum
bangunan
hanya sekitar empat hingga lima lantai.
2.2.4.   Latar Belakang
Tapak
Dasar-dasar pertimbangan
pemilihan
tapak adalah:
-
Lokasi
tapak
berdekatan
dengan
Kampus
Anggrek
dan
Kampus
Syahdan
Universitas Bina Nusantara.
-
Lokasi 
yang  strategis  sehingga 
memudahkan 
pencapaian 
baik 
dengan
kendaraan
umum maupun
pribadi.
-
Tanah
merupakan
milik Universitas
Bina Nusantara
yang dapat
digunakan
sebagai penunjang
fasilitas kampus.
  
24
Gambar 2.6 . Situasi 
Tapak 
Gambar 
2.7 . Situasi 
Tapak
Gambar 2.8 . Situasi 
Tapak 
Gambar 2.9.   Situasi 
Tapak
2.2.5.   Data-Data Tapak
Luas Tapak 
:
14.000
Batas-batas 
:
Utara
:
Ruko
Selatan 
:
Ruko
dan Sekolah
Timur 
:
Sekolah, Kantor, dan Ruko
Barat
:  Jalan Raya Kebon
Jeruk
  
25
KDB 
:  60 %
KLB 
:  3
GSB 
:  9 meter terhadap  Jl.Kebon Jeruk Raya
3m   terhadap
arah
Utara
4
m   terhadap arah Selatan
Ketinggian
maksimum
:  8
lantai
2.3.
Tinjauan
Terhadap
Topik dan Tema
Topik 
:   Arsitektur
Neo
Modern
Tema
:   Penerapan
Arsitektur
Neo
Modern
pada
bentuk
bangunan
dan
tata
ruang
Perpustakaan Universitas Bina Nusantara
2.3.1.
Definisi
Arsitektur Neo Modern
Berdasarkan  
situs   website   www.proyeksi.co
arsitektur   neo
modern
merupakan
kelanjutan
dari arsitektur
modern,
tetapi
disini
karya-
karya
arsitektur
neo modern
lebih
bersifat
estetis,
dan lebih
berkembang
penggunaan
teknologi serta morfologi bentuknya
jika dibandingkkan
dengan
arsitektur
modern.
Dimana
pada arsitektur
modern
bangunan
masih
terkesan
polos
dan
sepi
ornamen,
pada
masa
neo
modern
ini mulai
ditambahkan,
dengan
pertimbangan
tertentu, dan diolah sedemikian
rupa.
  
26
2.3.2.   Latar Belakang  dan
Perkembangan Arsitektur
Neo Modern
Arsitektur
Neo Modern
muncul
sekitar
tahun 1970-an
sebagai
salah
satu
aliran
arsitektur
yang
berkembang
pada masa
Post Modern. 
Munculnya
arsitektur
Neo
Modern
dilatarbelakangi
oleh kemerosotannya
arsitektur
Modern di
tahun
1950-an 
bagi
kelompok
yang
memuja
estetik
dan
artistik.
Mereka
mulai
merasa
tidak
enak
dengan
bentukan-bentukan
yang
kaku
dan
monoton
tersebut.
Mereka
menganggap
bahwa
karya
-
karya
arsitektur
modern
tidak
mempunyai
ekspresi
seni yang
menunjukkan
bahwa
karya
tersebut
adalah
hasil
dari kreasi
seorang
arsitek.
Mereka
mulai
berpikir
bagaimana
mengembalikan
citra
seorang
arsitek
yang
mempunyai
jiwa
seni
dan 
menampilkan 
kembali  karya  arsitektur 
yang  mempunyai 
nilai  seni,
bukan
karya
yang
kaku
dan
monoton
seperti
pada karya
arsitektur
modern.
Pemikiran
inilah
yang mendorong
para
arsitek pada
waktu
itu untuk
kembali
memasukkan
unsur seni
dalam berarsitektur
dan
mulai
memikirkan
bentukan
yang tidak menimbulkan
kesan
otoriter, melainkan
dengan
menambahkan
beberapa
bentuk
tambahan
dan
ornamen
serta pemilihan
warna,
sehingga
menampilkan
sebuah bentukan
yang
berkesan ramah
dan lebih
luwes
dengan
facade
yang
tidak
lagi
berkesan
kaku
dan
monoton.
Pada
masa
itu, aliran
arsitektur
yang
berkembang
lebih
dikenal
dengan
nama Purna Modern.
Sampai
kemudian
sekitar
tahun
1970
-an,
salah
seorang
arsitek
pada
masa
itu,
yaitu
Charles Jencks,
mengumumkan
matinya
arsitektur
modern
karena
  
27
arsitektur  
modern  
dianggap  
terlalu  
otoriter,  
dan  
banyak  
mengalami
kegagalan.
Bentuk-bentuk  arsitektur
Neo
Modern
diambil
dari
bentukan
arsitektur
modern
yang
kemudian
diolah
kembali
menjadi
suatu bentukan
yang
lebih berseni
dengan
menambahkan
beberapa
bentuk
tambahan
dan
ornamen
baik
dari
segi
struktural
maupun
dari
segi pemilihan
warna.
Pengolahan
kembali
bentuk
dasar
dari
arsitektur
modern
ini mampu
menciptakan suatu
gaya arsitektur
baru, dengan
masuknya
unsur-unsur
ilmu
seni
dalam berarsitektur
seperti
komposisi,
irama,
dan berkembangnya
teknologi
canggih.
Pada
arsitektur
Neo Modern,
gaya arsitekturnya
dimunculkan
dengan
memamerkan
kecanggihan
yang mutakhir
terutama
teknologi
dan material-material
yang digunakan.
(Sumber
:
Jadi
dapat
disimpulkan
bahwa
Arsitektur
Modern
merupakan
akar
atau
induk
perkembangan
Arsitektur
Purna
Modern
dan Arsitektur
Neo
Modern.
Pada Arsitektur
Purna Modern
dikembangkan
dengan
cara
memunculkan
kembali
ornamen-ornamen
Pra Modern,
sedangkan
pada
Arsitektur 
Neo 
Modern 
dikembangkan 
lebih  lanjut 
dengan    
cara
menonjolkan pengaplikasian teknologi canggih
pada bangunan.
  
28
2.3.3.  Aliran-Aliran Dalam
Arsitektur Neo Modern
1.  Electicism
(1950-1980-an)
Electicism  merupakan  aliran 
dalam  arsitektur  neo  modern  yang  karya-
karya 
arsitekturnya 
mempunyai 
sebuah 
citarasa 
bangunan 
yang 
baik.
Setiap
kesan
yang
ingin
ditampilkan
itu diwujudkan
dalam
karyanya
yang
kebanyakan
terdiri atas kolom-kolom
yang
besar
dengan
balok-balok
yang
besar
pula
sehingga
kelihatan
menonjol.
Selain
itu, karya-
karya
arsitektur
pada 
aliran 
ini 
membagi 
bangunan 
menjadi 
tiga 
bagian 
utama, 
yaitu
kepala,
badan,
dan
kaki.
Ketiga
bagian
bangunan
itu
merupakan
hirarki
dari
suatu
bangunan
dan
sering
pula disebut
sebagai
prinsip
antrophomarphisasi.
2.   Brutalism
Aliran
ini
sangat
menentang
kesan-kesan
yang
ditimbulkan
dalam
karya-
karya
arsitektur
modern
seperti
kesan
kaku
dan
monoton.
Karya-
karya
pada
aliran
ini lebih
bersifat
tertutup,
ringan,
struktur
terkesan
kuat
meski
mengambang,
menampilkan
kesan
berat bangunan
karena
kebanyakan
menggunakan
bahan
fabricated
(seperti
beton).
Para perancang
bangunan
dalam aliran
ini
mengutamakan
bentuk–bentuk
sculpture,
melawan
perfeksionisme,
melawan vernacular, berusaha
mengutamakan
bentuk–
bentuk
rasional, serta pemilihan material
yang berkualitas.
  
29
Gambar 
2.10 . Contoh Bangunan Aliran
Brutalis
3.  Regionalism
Munculnya
aliran
ini
dilatarbelakangi
oleh
adanya
protes
terhadap
karya-
karya
arsitek
seperti
Walter
Grophius
dan
Le Corbusier.Karya
arsitektur
yang
dihasilkan
pada
masa aliran
ini berusaha menyesuaikan
ciri
bangunan
dengan 
kebudayaan, 
iklim, 
dan  struktur 
daerah 
setempat. 
Aliran
regionlism 
terkesan 
lebih 
abstrak, 
lebih 
berani 
dalam 
menggunakan
elemen-elemen  
klasikal
maupun
modern.
Contoh
:
Abteiburg
Museum,
Hans Hollein.
4.  Contextual
Architecture
Karya 
arsitektur 
yang 
muncul 
menjadi 
berbeda 
satu 
sama 
lain, 
dan
berusaha
untuk
menjadi
landmark
di kawasannya
masing-masing
dengan
memodifikasi
ciri-ciri
bangunan
modern
sekitar
yang diteruskan,
dengan
bentuk-bentuk 
yang  agak 
ekstrim.  adanya  keinginan 
untuk  menjadikan
karya
arsitekturalnya
sebagai
sebuah
landmark
itu akhirnya
timbul
suatu
hubungan
yang
positif
dengan
lingkungna
sekitarnya.
Inilah
yang
disebut
  
30
sebagai contextual architecture.
Karya
arsitektur
aliran
ini menggabungkan
antara
arsitektur
lama dan
arsitektur
baru
melalui
penggunaan
ornamen-
ornamen
dekoratif
yang
memiliki
nilai yang
mendukung
lingkungan
sekiarnya secara keseluruhan.
5.   Struturalism
Ciri-ciri
aliran
ini yaitu
hampir
tidak
ada yang
menyesuaikan
dengan
formula 
modern 
yang 
biasa 
digunakan. 
Dengan 
pengelompokan 
yang
sangat 
curam 
dan  pemotongan  dari  solid  dan  void  memesah,  berubah
ubah,
dan mengejutan
karena
kontradiksi
yang
nyata
dari semua
ide
arsitektur 
yang  umum, 
menciptakan  struktur  yang  kompleks 
dan  multi
valen
yang
menunjukkan
kecenderungan
pemberian
prioritas
pada
bentuk
yang
isometrik.
Selain
itu,
karya
arsitektur
pada
aliran
ini menggunakan
elemen- elemen detail yang biasanya diambil dari lingkungan setempat.
6.  High Tech
Karya-
karya
arsitektur
aliran
ini
mengambil
bentuk-
bentuk
dari
karya
karya  arsitektur 
modern 
untuk  diekstrimkan 
melalui 
kecanggihan
teknologi  yang
berkembang 
masa
itu.
Penggunaan 
elemen-eleman
structural
sangat
dominan
dengan
penggunaan
material
bangunan
dari
era
modern
seperti
kaca,
beton
, dan
baja
yang
di
ekspose,
serta
pemilihan
warna-
warna yang
menunjaukkan
suatu
arsitektur
teknologi
canggih
yang
seolah-olah
berkiblat ke arah arsitektur
masa depan.
  
31
Gambar
2.11 . Contoh
Bangunan Aliran
High Tech
2.3.4. Ciri-ciri
Arsitektur Neo Modern
Berdasarkan  
situs  
website  
pada  
umumnya
Arsitektur Neo Modern
memiliki
ciri-ciri sebagai
berikut:
Sedikit
menampilkan
ornamen
Lebih 
menojolkan 
kecanggihan 
yang 
mutakhir 
terutama
pengaplikasikan
teknologi
pada bangunan.
Menonjolkan
tampilan
geometri
Berirama
Tidak  menonjolkan  warna
dan
tekstur,  mereka  ini
hanya
ditampilkan
sebagai aksen.
Memiliki warna khas
yaitu warna abu-abu
dan perak.
Kesan
dari
bangunan
Neo
modern
adalah
bangunan
dengan
teknologi
canggih,
tetapi masih
rasional,
dan fungsional.
  
32
Berdasarkan   situs   website   www.geocities.com
pada   umumnya
Arsitektur Neo Modern
memiliki
ciri-ciri sebagai
berikut:
Menggunakan bentuk-bentuk
bebas
berekspresi
Lebih 
menonjolkan
pengaplikasian
teknologi
canggih pada bangunan
.
Pragmatik, 
yaitu 
menyangkut 
hal-hal 
praktis 
dalam 
proses
perancangannya
Menonjolkan warna perak.
Transparan
Dari
beberapa
ciri-ciri
arsitektur
Neo
Modern
di atas, perencanaan
perpustakaan
yang dirancang
akan
menampilkan
ornamen
atau aksen,
dominan 
warna
abu-abu
dan
perak, transparan,
menonjolkan
pengaplikasian
teknologi
canggih
pada bangunan
melalui
penggunaan
material
bangunan
yang
terbaru
pada
jaman
saat
ini, rasional,
dan
fungsional
pada
penataan
ruangnya.
Contoh Studi Kasus Arsitektur
Neo Modern
2.3.5.1. Nippon Electric
Glass
Pada bangunan
Nippon
Electric
Glass,
bracing-
bracing
tersebut
berfungsi
ganda,
yaitu
sebagai
elemen
structural
yang
memperkaku
bangunan
dan juga
sebagai
ornamen
untuk
menghias      
bangunan.      
Penampilan      
bangunan      
yang
  
33
memperlihatkan
ssecara
jujur elemen
strukturnya
itu
menunjukkan
bahwa
bangunan
tersebut
masih mengikuti
gaya
banguan
arsitektur
pada
masa
modern,
tetapi
masih dapat
dibedakan
melalui
penataan
massa
dan pemilihan
bentuknya.
Meskipun
mengadopsi
gaya
dari bangunan
arsitektur
modern,
bangunan
Nippon
Electric
Glass
tidak
terlihat
kaku, dan
pengeksposan 
elemen 
structural 
lebih  ditujukan 
sebagai
ornamen
yang memperindah
bangunan.
Gambar 
2.12.  Nippon
Electric
Glass
2.3.5.2. Opéra
de la Bastille, Prancis
Pada bangunan
opera
di atas
ini terlihat
bahwa
bentukan
yang
terjadi
merupakan
permainan
ide dan kreatifitas
dari
sang
arsitek.    Tampak   bangunan   bukan   merupakan   tipical 
dari
denah.
Hanya
sedikit
ornament
yang
ditonjolkan  dalam
bangunan
namun
yang dominan
diperlihatkan
adalah
sistem
konstruksinya ,
dimana
kecanggihan
teknologi
dan
penggunaan
  
34
bahan
serta material
yang
tepat yang
diperlihatkan
atau dengan
kata   lain  
art  
of   tectonicnya  
sebagai  
elemen  
estetiknya.
Bentukan
asemantic
terlihat
pada
bangunan
ini dan
juga dua
bangunan
lain
di
atas,
di
mana
ada
pemisahan
antara
bentuk
dan
isi.
Gambar   2.13 . Opéra de
la Bastille,
Prancis
2.3.5.3. Nippon Electric
Gymnasium
Seperti terlihat pada gambar,
Nippon
Electric
Gymnasium
memiliki
ruang dengan
bentang
yang sangat
besar,
dengan
sistem struktural
yang diekspos
di bagian atasnya.
Penerapan
teknologi canggih yang
ditemukan
pada masa
arsitektur
modern dimaksudkan unutk memenuhi
tuntutan
ruang
yang sangat
besar dan bebas
kolom. Demikian pula
penerapannya
pada konstruksi atap
  
35
Gambar 
2.14 .  Nippon Electric Gymnasium
2.4
Studi Banding
2.4.1 Perpustakaan Universitas Parahyangan
Sejarah Perpustakaan
Universitas Parahyangan
Perpustakaan
Unpar 
dibuka 
pada tahun
1957
dengan
menempati
ruang
sederhana
di Gedung
Panti
budaya
(sekarang
gedung
baru
Bank
Indonesia).
Kemudian
pada tahun
1960
sampai
tahun
2000,
Perpustakaan
Universitas
Parahyangan
mengalami
pindah-pindah
lokasi
antara
lain
di Jl
Jend 
Sudirman, 
Jl 
Merdeka 
30,    
Jl 
Aceh, 
dan 
yang 
terakhir 
di 
Jl
Ciumbuleuit,
tempat
Universitas
Parahyangan
berada  
saat
ini.
Pada
tahun
1994,
Perpustakaan
Universitas
Parahyangan
berada
di
gedung
8,
dan
pada
tahun
1995
pindah  
di
lantai
2
dan
3
Gedung
9.
Selain
di
Jl.
Ciumbuleuit,
Perpustakaan Universitas
Parahyangan
juga terdapat di Jl. Nias.
  
36
Koleksi
Jumlah 
koleksi 
yang 
terdapat 
di 
Perpustakaan 
Universitas
Parahyangan
hingga
Februari 2007 tercatat
sebagai
berikut
:
Koleksi
buku 
=  62.352 judul, 113.115
eksemplar.
Koleksi
non-buku
Berkala 
=  1899
judul,   94.703 eksemplar.
Koleksi
CD 
=   700 judul
,  1641  keping.
Koleksi
digital  =  42.044
judul/eksemplar.
Koleksi
buku-buku
yang
ada antara
lain
di buku-buku
mengenai
bidang
ekonomi,
hukum,
sosial,
filsafat, teknik
sipil, arsitektur,
matematika,
fisika,
ilmu
komputer
, teknik
industri,
dan
teknik
kimia.
Penambahan
buku
yang masuk
per tahunnya mencapai
1966 judul  dengan
3396 eksemplar.
Sistem
Penomoran
dan
Sumber Buku
Sistem penomoran
yang
dipakai
Perpustakaan
Universitas
Tarumanagara
adalah
sistem
DDC.
Sumber-sumber
buku 
yang
ada
berasal
dari
pembelian
yang
didanai
oleh
Yayasan,
sumbangan
IKAPI,
sumbangan
dari Kedutaan
Besar.
  
37
Kapasitas
Dengan
luas
ruang
baca sekitar
2500
m², mampu
menampung
pengunjung
yang
tersedia
di Perpustakaan
Universitas
Tarumanagara
adalah
kursi dan memiliki
3
lantai.
Jam Kerja Perpustakaan
Perpustakaan
ini
buka
setiap
hari,
kecuali
hari
Minggu
dan
hari libur.
Untuk
hari
Senin
dan
Rabu,
perpustakaan
buka
pukul
08.00
19.00,
sedangkan
hari
Selasa,
Kamis,
Jumat,
dan
Sabu
buka
pukul
08.00
16.00.
Perbedaan
jam buka
tersebut
pada
awalnya
hanya
sebagai
percobaan
dan
hasilnya
mendapat
respon
positif
dari mahasiswa,
sehingga
ditetapkan
setiap
hari
Senin
dan Rabu, jam buka perpustakaan
lebih
lama.
Okupansi
pengunjung
Jumlah
pengunjung
yang
datang
setiap
hari hampir
mencapai
400
orang,
dan
waktu
kunjung
yang
paling
ramai
terutama
saat
siang
dan
sore
hari.
Pada
awal
masuk
ajaran
semerter
baru,
saat
menjelang
dan
saat
ujian
tiba, tercatat
bahwa
jumlah
pengunjung
perpustakaan
paling
ramai
di
kunjungi.
Sistem
Peminjaman
Untuk
mahasiswa
program
S1
dapat
meminjam
buku
sebanyak
dua
buku,
dan
untuk
mahasiswa
program
S2
dapat
meminjam
sebanyak
empat
  
38
buku
dengan
jangka
waktu peminjaman
buku
yang diberikan
adalah selama
2
minggu
Seperti
perpustakaan
pada
umumnya,
ada beberapa
buku
yang
tidak
dapat dipinjam
seperti
buku skripsi, sehingga
pengunjung
hanya
diperbolehkan  
membaca   di 
Perpustakaan  
dan 
tidak 
dapat 
difotokopi.
Apabila
terjadi
keterlambatan
pengembalian
buku, maka mahasiswa
dikenakan
sanksi
denda sesuai dengan ketentuan
yang
berlaku.
Sistem Keamanan
Sistem
keamanan
di Perpustakaan
Universitas
Parahyangan
menggunakan
barcode
disetiap
koleksi
yang
ada
di perpustakaan
tersebut
yang berfungsi
untuk
meminimalisir
aksi pencurian
dan kehilangan
buku.
Selain
itu
perpustakaan
juga
menggunakan
sensormatic
pada
pintu
masuk
dan
keluar
sesekali
berkeliling
dan
digunakannya
cermin cembung
di sudut-
sudut ruangan.
Pemeliharaan Buku
Bila terjadi
kerusakan,
perbaikan
buku
yang
rusak
dilakukan
oleh
bagian konservasi
dan reservasi di ruangan
yang terletak di salah
satu
sudut
ruangan perpustakaan.
Fasilitas
Perpustakaan
Fasilitas-fasilitas
yang tersedia di Perpustakaan
ini antara
lain
:
  
39
Menyediakan
perpustakaan
digital
yang
dapat
diakses
kapan
pun
dan
dimana pun.
Terdapat 
komputer 
di 
setiap 
lantai 
perpustakaan
yang 
berfungsi
untuk
mencari
letak
buku
dan dapat
mengetahui
ada
atau
tidaknya
buku yang dicari.
Akses  internet 
dengan  dial
up
dan 
via  AI3-ITB 
(128Kbps), 
serta
koneksi
langsung
ke
Satelit Loral Orion Space International
(384Kbps).
Menyediakan empat
unit computer
yang dapat
mengakses
internet.
Jasa fotokopi yang
terletak
di lantai 3.
Ruang
ber-AC
Loker
untuk
menyimpan
tas
dan
barang-barang
bawaan
yang
tidak
diperbolehkan
dibawa
masuk ke dalam perpustakaan.
Keunggulan
Perpustakaan
Universitas
Parahyangan
memiliki
keunggulan
sebagai
berikut:
Koleksi  bukunya 
lengkap, 
seperti 
literatur  dari 
luar  negeri,  buku
langka,
dan hasil karya
dosen
sehingga
tidak sedikit
mahasiswa
dari
universitas
lain
maupun
masyarakat
umum
datang
ke
perpustakaan
ini
untuk
mencari
data-data.
Bekerjasama
dengan
Mentri Riset dan Teknologi (Menristek)
  
40
Menyediakan   fasilitas   perpustakaan   online 
yang   dapat 
diakses
kapanpun
dan
dimanapun
kita berada.
Perpustakaan
Universitas
Parahyangan
sebagai
server 
perpustakaan
online
dari
berbagai
perpustakaan universitas yang ada di Indonesia.
Jumlah Pustakawan
Jumlah
pustakawan
yang
ada
di
perpustakaan
ini
sebayak
6
orang
dan dibantu
dengan petugas
perpustakaan kurang
lebih sebanyak
20 orang.
Tata Pembagian Jenis Koleksi
Jenis
koleksi
umum
seperti
literatur,
majalah,
surat
kabar,
koleksi
CD,
kaset,
dan
lain-lain
terlatak
pada
lantai
satu
perpustakaan. 
Pada
lantai
dua dan tiga dikhususkan
untuk
koleksi
buku skripsi
dan tendon.
Ruang
Penunjang
Selain 
ruang 
koleksi 
buku 
serta  ruang 
peminjaman 
dan
pengembalian
buku,
perpustakaan
ini
juga
di terdapat
ruang-ruang
yang
menunjang
kegiatan
di dalam
perpustakaan
itu
sendiri,
seperti
ruang
pengelola,
toilet,
dan
pantry
yang
kesemuanya
terletak
di lanati
satu
perpustakaan.
Kesimpulan
yang
diperoleh
dari
studi banding
Perpustakaan
Universitas
Parahyangan
ditinjau
dari aspek  
mausia,
bangunan,
dan
lingkungan,
antara
lain
:
  
41
Aspek manusia
Permasalahan
yang timbul:
-
lokasi 
gedung 
perpustakaan 
tidak 
informatif 
dan 
pencapaian 
ke
lokasi
membingungkan
orang yang
ingin datang
ke
perpustakaan.
-
pintu 
keluar 
ruang 
perpustakaan 
tidak 
informatif 
sehingga
membingungkan
Aspek Bangunan
Permasalahan
yang ditimbulkan:
-
Lokasi 
gedung 
perpustakaan 
tidak 
informatif 
dan  pencapaian 
ke
lokasi
membingungkan
-
Hall
penerima
pada
lantai
satu
gelap,
dan
tidak
ada
signage
yang
menjelaskan
letak perpustakaan
yang berada di lantai
dua
-
Untuk 
naik 
ke 
lantai 
dua  ruang 
perpustakaan,  pengunjung 
harus
keluar dahulu karena
letak tangga
berada di
luar area perpustakaan.
Aspek Lingkungan
Permasalahan
yang ditimbulkan:
-
Kurangnya  area
hijau
di
sekitar
bangunan,
karena
letak
bangunan
perpustakaan dekat
dengan
daerah pemukiman
penduduk.
  
42
Gambar
2.15. R.Perawatan
Koleksi 
Gambar
2.16 Toilet Perpustakaan
Gambar
2.17 Alat
untuk mengakses 
Gambar 2.18 Rak
Buku Baru
Literatur
dari Perpustakaan
Luar
Negeri
Gambar
2.19.
Fasilitas Fotokopi 
Gambar 
2.20. R.Baca Skripsi
dan
Tendon
  
43
Gambar
2.21 Sofa di Foyer Perpustakaan 
Gambar
2.22  Tempat Katalog Komputer
Gambar 2. 23.Koleksi
Majalah & Surat Kabar  
Gambar  2.24. Jarak antar rak 1 meter
Gambar 2.25.
Ruang
Baca
lt.3 
Gambar 2.26. Petunjuk koleksi
  
44
Gambar
2.27 Koleksi CD-ROM 
Gambar  2.28 .Sirkulasi
Buku & Meja
Informasi
Gambar 2.29. R. Pengawas
Perpustakaan 
Gambar 2.30  .Koleksi Tendon
Gambar 2.31 Pintu Darurat
dan Hidran 
Gambar 
2.32. Pantry
  
45
2.4.2
Perpustakaan Universitas 
ITB
Sejarah Perpustakaan
Universitas ITB
Perpustakaan   ITB 
berdiri 
pada 
tahun 
1920 
bersamaan 
dengan
lahirnya Technische
Hoogeschool
(TH)
di
Bandung. Seiring
dengan
keadaan
politik
di masa
penjajahan
saat
itu,
TH
Bandung
ditutup
oleh
pemerintahan
Belanda.
Pada
tahun
1947, TH Bandung
dibuka
kembali
oleh
Pemerintahan
Belanda
dan diganti
nama
menjadi
Sekolah
Tinggi
Teknik
Bandung,
dan
dibentuk 
sebuah 
fakultas 
baru 
yaitu 
Fakultas 
Pasti 
dan 
Alam., 
yang
ditunjang
oleh
Perpustakaan
milik
Koninklijk
Natuurkunde
de Vereniging
dengan  jumlah  koleksi  sekitar 
30.000  eksemplar.  Pada  saat 
itu
sebagian
besar
buku
berbahasa
Belanda,
sebagian
berbahasa Jerman
dan Perancis,
dan
hanya sedikit
yang
berbahasa
Inggris.
Pada
tahun
1959,
Fakultas
Teknik
dan
Fakultas
Pasti
dan Alam
digabung
menjadi
satu
dan nama
Sekolah
Tinggi
Teknik
Bandung
diganti
menjadi
Institut Teknologi
Bandung,
sehingga beberapa perpustakaan
yang
dulunya tersebar
di beberapa tempat, akhirnya disatukan
di Aula
Timur ITB.
Hingga
tahun
1967,
perpustakaan
ITB
mengalami
penurunan
karena
masih
belum dikelola
secara
professional.
Melihat
keadaan
tersebut,
beberapa
pustakawan 
Inggris 
dari 
The 
British 
Council 
menawarkan 
bantuannya
melalui
pemerintah
kerajaan
Inggris.
Bantuan
yang ditawarkan
meliputi
tenaga
ahli
perpustakaan
dari
Inggris
, tenaga
muda
pustakawan
yang
tergabung
dalam
VSO
(Voluntary
Service
Organization)
,
pengiriman
staf
  
46
perpustakaan
ITB
ke
Inggris
untuk
belajar
ilmu
perpustakaan
,
sumbangan
buku-buku, serta
pembangunan
gedung
baru perpustakaan
ITB.
Kemudian
pada
tahun
1975
dimulailah
perencanaan
sebuah
gedung
perpustakaan
permanen
yang dirancang
sesuai dengan
fungsi perpustakaan
perguruan
tinggi.
Hingga
akhirnya
pada tuhun
1982,
Perpustakaan
ITB
ditetapkan
menjadi
pusan
layanan
disiplin
ilmu pengetahuan
oleh Sivitas
Akademika ITB.
Koleksi
Koleksi 
yang 
terdapat 
di 
Perpustakaan 
ITB 
tergolong 
lengkap,
antara lain:
Pada lantai
1
terdapat
Koleksi
Cadang
yang
berisikan
buku
pegangan
mata
kuliah
bagi
staf pengajar
yang
disimpan
secara
tertutup,
dan
Koleksi
Tingkat
Pertama,
yaitu
buku
pegangan
bagi mahasiswa
tingkat pertama
yang disimpan di Koleksi
Cadang.
Pada  lantai 
2  terdapat  Koleksi 
Umum  yang 
berisikan 
buku-buku
pemberian
The British
Council
dan Goethe
Institute
yang
bersubjek
seni dan arsitektur.
Selain
itu juga
terdapat koleksi kaset suara, kaset
video,
mikrofis,
film,
dan Koleksi
The World
Bank yaitu
menyimpan
laporan-laporan
tentang
negara-negara
berkembang.
Daftar koleksi
tersebut
dapat
dilihat
pada situs
dan
di
lantai
2
bagian
Utara
terdapat
  
47
Koleksi
Rujukan
yang
berupa
kamus,
ensiklopedi,
handbook,buku
tahunan, biografi,
dan
peta.
Pada
lantai
3
terdapat
Koleksi
Kerja,
majalah,
jurnal
ilmiah,
koleksi
kliping,
dan bibliografi.
Pada
lantai
4
terdapat
Koleksi
Kerja
yang
sebagian
besar
bersubjek
teknologi,
dan
Koleksi
Khusus
yang
terdiri
dari tesis, Laporan
Penelitian
Staf Pengajar ITB,
karya
Sivitas
Akademika
ITB,
Koleksi
Indonesiana,
dan koleksi buku
langka.
Selain
itu
juga
terdapat
koleksi
Joke
Mulyono,
koleksi
Nationaal
Luchct
en
Ruitevaart
Laboratory,
dan koleksi
United
States
Geological
Survey.
Sistem
Penomoran
dan
Sumber Buku
Saat
ini
Perpustakaan
ITB
memakai
sistem DDC
(Dewey
Decimal
Classification),   dan
sumber-sumber  
koleksinya 
berasal 
dari 
pembelian
sendiri,
pemberian
pemerintah,
bantuan
buku-buku
dari pemerintah
Inggris,
The British Council,
dan pemberian dari alumni ITB.
Kapasitas
Gedung 
perpustakaan 
ITB
dengan  luas
9.000
meter
persegi
merupakan
tahap
pertama
dari rencana
bangunan
yang
jumlah
totalnya
mencapai
luas 16.000
meter
persegi.
  
48
Jam  Buka Perpustakaan
Perpustakaan
dibuka
pada
setiap
hari kerja dengan
jadwal
sebagai
berikut:
Hari 
Lantai 1 s/d 4 
Koleksi
Umum
(Lt.2) 
Cyberlib
Senin s/d Jum’at 
08.00-21.00 
08.00-16.00 
08.00-17.00
Sabtu 
08.00-12.30 
08.00-12.30 
Tutup
Tabel 2.1  Jadwal Buka Perpustakaan
Okupansi
pengunjung
Waktu
kunjung
paling
ramai
pada
Perpustakaan
ITB saat awal
pergantian
semester
baru.
Namun
pada hari biasa, pengunjung
perpustakaan
terbilang
sepi.
Hal
itu
dapat
terlihat
dengan
banyaknya
kursi
yang
kosong
dan sebagian ruangan
tidak ada
pencahayaan
lampu yang dinyalakan.
Sistem
Keamanan
Perpustakaan 
ITB 
hanya 
menggunakan 
sensor 
matic 
pada 
pintu
keluar
gedung  
perpustakaan
sebagai
sistem keamanannya.
Dan untuk
keamanan
di
dalam
ruang
perpustakaannya
sendiri
tidak
dilengkapi
dengan
kamera
CCTV
atau
cermin
cembung
di
sudut-sudut 
ruangan
dan
hampir
tidak
di
temui
petugas
perpustakaan
yang
menjaga
di setiap
lantai
gedung
perpustakaan.
Sistem
Peminjaman
Secara
skematik,
jenis
koleksi,
lama
peminjaman,
dan
jumlah
buku
yang boleh dipinjam sebagai
berikut:
  
49
Jenis Koleksi 
Lama Peminjaman 
Jumlah
yang boleh
dipinjam
Rujukan 
Dibaca
ditempat 
-
Cadang 
2
jam dibaca ditempat 
2
buah
Tingkat Pertama 
3
hari 
2
buah
Koleksi Umum 
2
minggu 
4
buah
Koleksi audio visual 
Digunakan di tempat 
-
Koleksi The World Bank 
2
minggu 
8
buku
Majalah & Jurnal Ilmiah 
Dibaca di tempat 
-
Kliping 
dan Bibliografi 
Dibaca di
tempat 
-
Koleksi Kerja 
2
minggu 
8
buku
Koleksi Khusus 
Dibaca di
tempat 
2
buku
Tabel
2.2  Jenis Koleksi dan Sistem Peminjaman
Perpustakaan ITB
Keunggulan.
Beberapa 
keunggulan 
dari 
Perpustakaan 
Universitas 
ITB 
adalah
sebagai
berikut:
Dengan
ada
kerjasama
dengan
The
British
Council
dan
universitas
luar 
negeri 
lainnya, 
koleksi 
yang 
terdapat 
di 
Perputakaan 
ITB
lengkap
dan
sangat
bermutu
dengan
cakupan
yang
luas, meliputi
hampir semua
bidang
ilmu.
Menggunakan  
jaringan   perpustakaan  
maya   berrbasis   web   dan
tergabung
dalam komunitas
Indonesia
Digital
Library
Network
dengan alamat
  
50
Fasilitas
Perpustakaan
Fasilitas yang
tersedia
di perpustakaan
ITB adalah sebagai berikut :
Mushola,
kantin dan waserba pada
lantai basement.
Toko
buku,
bank,
ITB
Info
Corner,
photocopy
dan
ruang
seminar
pada
lantai
1
gedung
perpustakaan
Bank Bukopin
untuk
melayani
transaksi
keuangan.
Jasa
layanan
photocopy
yang
terletak
di
sebelah
timur
lantai
1
dan
lantai 3
pada gedung
perpustakaan
Terdapat
2
ruang
pertemuan
(meeting
room)
yang
masing-masing
terletak
di lantai
1
(kapasitas
maksimum
110
orang
dengan
theatre
style, dilengkapi
dengan
standard
meeting
equipment,
seperti
whiteboard-wireless
microphone-OHP-in
focus
dan screen)
serta
ruang 
pertemuan 
yang  terletak  di 
lantai  2  pada  Bagian  Koleksi
Umum yang
berkapasitas
maksimum
50
orang dengan
theatre style.
Menyediakan 
layanan 
cyberlib, 
scenner, 
dan 
cetak 
digital 
yang
teletak di
lantai 2 sebelah
Utara.
Kesimpulan
yang
diperoleh
dari studi banding
Perpustakaan
Universitas
ITB ditinjau
dari aspek
manusia,
bangunan,
dan
lingkungan
antara lain:
  
51
Aspek manusia
Permasalahan yang timbul:
-
tidak  
nyaman  
,  
karena  
beberapa  
faktor,  
yaitu  
ruang
perpustakaan 
pengap, 
bau, 
kotor  (banyak 
tumpukan 
meja
yang rusak disudut-sudut ruangan), 
panas, gelap, kotor.
-
Kurangnya   petunjuk   arah   di 
dalam   ruang   perpustakaan
sehingga 
membuat 
bingung 
pengguna 
saat 
mencari 
buku
yang
diinginkan.
Aspek Bangunan
Permasalahan yang timbul:
-
fasade  bangunan 
tidak 
menarik,  kurangnya 
bukaan 
berupa
jendela, yang
mengakibatkan
ruangan gelap.
-
Tidak 
berfungsinya   pendingin 
ruangan 
dan 
lampu 
yang
mengakibatkan ruangan pengap,
bau,
dan gelap.
-
Penataan
ruang
kurang
baik,
sehingga
meja
dan
kursi
yang
rusak
hanya
dibiarkan
menumpuk
di sudut-sudut
ruangan
(tidak
ada gudang
untuk
menampung
barang-barang
yang
rusak).
-
Penataan ruang dalam perpustakaan
tidak teratur.
  
52
Aspek Lingkungan
Permasalahan yang timbul:
-
Massa 
bangunan 
yang 
cenderung 
massif, 
tidak 
menyatu
dengan
lingkungan sekitar yang 
natural.
Gambar 2.33 Fasade Perpustakaan
ITB
Gambar 2.34. 
Teras Pintu Masuk
Perpustakaan ITB
Gambar
2.35. Ruang Kepala
Perpustakaan 
Gambar
2.36  Toko
Buku
&
Administrasi
  
53
Gambar 2.37. Meja Informasi dan 
Gambar 2.38. Tempat Peminjaman 
Buku
Akses Masuk-Keluar
Gambar
2.39 Koleksi
katalog di Lt.
1
Gambar
2.40 Ruang Cyberlib
di Lt.
1
Gambar
2.41. Rak-Rak
Buku Pada lt. 2 
Gambar 2.42. Ruang 
Baca Lantai 2
  
54
Gambar 2.43. Tempat
Foto Kopi 
Gambar 
2.44. Ruang
Koleksi Majalah
Gambar 
2.45. Ruang Baca Lantai 3 
Gambar
2.46. Ruang Koleksi
Skripsi
2.4.3
Perpustakaan Universitas Bina Nusantara (Kampus
Anggrek)
Sejarah Perpustakaan
Universitas Bina Nusantara
Perpustakaan
Universitas
Bina
Nusantara
telah
dirintis
sejak
tahun
1981 seiring dengan
didirikannya
Akademik
Teknik
Komputer
(ATK).
Beberapa
tahun
kemudian 
ATK
dan
mengalami 
beberapa
kali
pergantian
nama
antara
lain,
Sekolah
Tinggi
Manajemen 
Informatika 
dan
Komputer
Bina
Nusantara.
pada
tahun
1986
dan yang
terakhir
hingga
saat
ini
adalah
Universitas Bina Nusantara pada tahun 1996.
  
55
Lokasi
pepustakaannya 
pun
mengalami
pindah
tempat
sebanyak
3
kali.  Pada  awalnya 
Perpustakaan 
Universitas 
Bina 
Nusantara 
berada 
di
gedung
L lantai
dasar,
Kampus
Syahdan,
Jl.
KH.
Syahdan
No.
9,
Kemanggisan,
Palmerah,
Jakarta
Barat,
seluas
± 150
m2.
Kemudian
pada
tahun
1986,
lokasi
perpustakaan
pindah
ke
gedung
M
lantai
dasar,
tahun
1994
perpustakaan
pindah
ke
gedung
K
dan
J,
dan
pada
bulan
November
1998
perpustakaan
dipindahkan
ke gedung
baru di Kampus
Anggrek,
Jl.
Kebon   Jeruk   Raya   No.   27   Jakarta   Barat,   hingga   saat   ini.   Lokasi
perpustakaan terletak di lantai
III, IV, dan V
,dengan
luas + 1268 cm2.
Visi dan Misi
1.Menunjang
terwujudnya
iklim akademik
yang
bersifat
ilmiah
dan
profesional
dengan
menyediakan
koleksi
dan akses
informasi
yang luas
berbasis teknologi
informasi.
2.Memenuhi 
kebutuhan 
informasi 
di  era 
globalisasi 
melalui 
kerja 
sama
dengan
berbagai
lembaga dan
pusat
informasi.
3.Mendukung
proses
belajar
mengajar,
penelitian,
dan program
pengembangan
Koleksi
Jenis 
dan 
jumlah 
koleksi 
yang 
terdapat 
pada 
Perpustakaan
Universitas Bina Nusantara per
Februari
2007, antara lain:
•      
Jumlah koleksi terdiri 15.766 judul  dengan  39.505 eksemplar.
  
56
Koleksi
majalah berjumlah
383 eksemplar.
Koleksi
jurnal
berjumlah 
492 eksemplar.
Koleksi 
multimedia 
(CD, 
kaset, 
DVD,VCD) 
berjumlah 
2.156
eksemplar
Koleksi
skripsi
Koleksi
referensi
yang
terdiri
dari
kamus
dan
ensiklopedi
sejumlah
848 eksemplar.
Penambahan
buku rata-rata
setiap
tahun
mencapai
sekitar 3000
buku.
Bahan-bahan   pustaka,  
terutama   buku,   diklasifikasikan   menurut
bidang
pembahasannya.
Menurut
hasil
survey
literatur
di perpustakaan
Universitas
Bina Nusantara
kampus
Anggrek,
klasifikasi
pustaka
adalah
sebagai
berikut
:
Ilmu 
Komputer 
dan 
Matematika 
(Computer 
Science
and
Mathematics)
Ilmu akuntansi
dan
informasi (Accounting and Information
Science)
Seni, 
Arsitektur 
dan 
Kemanusiaan 
(Arts,
Architecture
and
Humanities)
Ekonomi
dan Manajemen
(Economics
and Management)
Ilmu
Sipil dan Teknologi
(Engineering and Technology)
Ilmu
Manajemen
Industri
(Industrial
Planner)
  
57
Umum (General Interest)
Koran
dan Majalah  
(Newspapers and Magazines)
Koleksi
referensi
adalah sebagai beu
Biografi (Biographies)
Kamus
dan
Ensiklopedi
(Dictionaries
and Encyclopedia)
Indeks dan Abstraksi (Indexes
and Abstracts)
Hak Paten (Patents)
Standarisasi (Standards)
Data Statistik (Statistical Data)
Sistem
Penomoran
dan
Sumber Koleksi
Sistem
penomoran
yang digunakan
pada
Perpustakaan
Kampus
Anggrek
Universitas
Bina Nusantara
adalah
DDC. Sumber
koleksi
sebagian
besar
berasal
dari
pembelian
sendiri
dengan
anggaran
Yayasan,
dan
sedikit
dari
pemberian
mahasiswa
alumni.
Kapasitas
Perpustakaan
Univeritas
Bina Nusantara
mampu
menampung
kapasitas
sebanyak 300 kursi.
  
58
Okupansi
pengunjung
Perpustakaan
Universitas
Bina Nusantara
dibuka
pada setiap hari
kerja,
mulai
pukul
08.00
s/d 19.00.
Dalam
satu
hari,
waktu
kunjung
paling
ramai
terjadi
pada
siang
dan
sore
hari.
Hal
tersebut
dapat
dilihat
dengan
hapir
seluruh
kursi
yang
terdapat
di
ruang
baca
terisi.
Saat
menjelang
dan
saat ujian terjadi
peningkatan
pengguna perpustakaan.
Sistem
Peminjaman
Bagi mahasiswa
yang ingin
meminjam,
wajib menunjukan
kartu
identitas
mahasiswa
atau yang
lebih
dikenal
dengan
BinusCard
atau dapat
memesan
buku
yang
ingin
dipinjam
melalui
web perpustakaan.
Masing-
masing
peminjam
hanya
diberikan
waktu
pinjam
selama
1
minggu
dengan
jumlah
maksimal
yang
boleh
dipinjam
sebanyak
2
buku.
Bagi
peminjam
yang ingin memperpanjang
waktu
peminjaman,dapat
langsung
datang
ke
perpustakaan atau via
telepon
atau website
.
Dosen
dapat
meminjam
1
buku
untuk
mingguan
dan
2
buku
untuk
1
semester.
Keterlambatan
pengembalian
buku
akan dikenakan
denda sesuai
dengan
aturan yang berlaku.
Sistem
layanan
Sebelum
perpustakaan
pindah
ke kampus
Anggrek,
sistem
layanan
yang digunakan
Perpustakaan
Universitas
Bina Nusantara
adalah
sistem
manual  dan  tertutup.  Setelah 
pindah 
ke  Kampus 
Anggrek,  system 
yang
  
59
digunakan 
menjadi 
lebih 
baik,  yaitu 
telah  menggunakan 
system
komputerisasi
dan
system
sirkulasi
terbuka,
dimana
mahasiswa,
dosen,
dan
karyawan dapat mencari buku sendiri
di rak.
Perpustakaan
ini terdapat
koleksi
CD-ROM,yaitu
menyediakan
berbagai
informasi
dengan
media
CD-ROM
serta memuat
ratusan
ribu
cantuman
data
bibliografis
dan
abstraknya.
Layanan
ini
tersedia
di
lantai
5
dan merupakan
layanan tertutup
sehingga
harus menghubungi
petugas
untuk
mendapatkan
pelayanan.
Selain
itu, tersedia
juga
koleksi
skripsi
hanya
dapat
dibaca ditempat
dan
tidak dapat di
fotokopi.
Layanan
semi tertutup
ini hanya
berlaku
bagi mahasiswa semester
V
dan diatasnya.
Sistem Keamanan
Sebelum
masuk
ke dalam
ruang
perpustakaan,
pengunjung
wajib
menitipkan
barangnya
di
Penitipan
Barang
(Loker)
di
lantai
3. Di
dalam
perpustakaan
menggunakan
sensor
matic
pada jalur sirkulasi
masuk
dan
keluar area utama perpustakaan.
Pemeliharaan Buku
Pemeliharaan
buku
yng
rusak
hanya
diperbaiki
sendiri
oleh
petugas
perpustakaan.
Perbaikan
buku-buku
yang rusak dilakukan
di ruangan
khusus
pada 
lantai 5.
  
60
Fasilitas
Perpustakaan
1. 
Bimbingan  Pemakai.
Bimbingan  yang
diberikan
adalah
membantu
pengguna  
mengenai
tata
cara
pemakaian
OPAC/penelusuran
bahan
pustaka
secara on-line,
temu
kembali
koleksi,
atau penelusuran
informasi
melalui koleksi
referensi.
2. 
Layanan
Fotokopi.
Layanan
ini
berada
di
lantai
3
dengan
jam
operasi
pukul
11.00-19.00
WIB.
Tata
cara
fotokopi
sesuai
dengan
peraturan
hak cipta
yang
berlaku.
Tata Pembagian Jenis Koleksi
Perletakan 
koleksi 
buku 
buku 
perpustakaan 
Universitas 
Bina
Nusantara
adalah
Lantai 3   :   Koleksi
bernomor kelas 000
-
500, transparansi
kuliah
Lantai
4
:
Koleksi
bernomor
kelas
600
-
900,
koleksi
referensi,
restricted,
kliping, dan budel
majalah.
Lantai 5   :  Koleksi
tandon,
Skripsi,
dan CD ROM.
Kesimpulan
yang
diperoleh
dari
studi banding
Perpustakaan
Universitas
Bina Nusantara
ditinjau
dari aspek
manusia,
bangunan,
dan
lingkungan antara lain:
  
61
Aspek manusia
Permasalahan
yang timbul:
-
bising, 
karena 
ruangan 
dipakai 
sebagai 
tempat 
belajar 
sekaligus
berdiskusi.
-
Kurang  
nyaman,  
karena  
ruang  
gerak  
pada  
antar  
meja  
baca
berdekatan.
-
kurang
konsentrasi,
terutama
membaca
di
tempat
yang
menghadap
ke  kaca 
pembatas 
ruang 
perpustakaan 
yang 
tanpa  diberi 
lapisan
buram.
Aspek Bangunan
Permasalahan
yang timbul:
-
Tidak adanya ruang khusus
berdiskusi.
-
Penataan
dalam ruang
yang monoton, kurang
menarik.
Aspek Lingkungan
Permasalahan
yang timbul:
-
Perpustakaan
Universitas
Bina
Nusantara
yang
menjadi
satu
bagian
dalam
bangunan
kampusnya, tidak dapat
menikmati
view yang
indah
karena tidak
adanya
taman
dan
area hijau
di sekitar 
depan
bangunan
Kampus Anggrek.
  
62
Gambar 2.47.
R. Penitipan
Barang 
Gambar 2.48 .R. Peminjaman
/
Pengembalian
Gambar  2.49. R. Baca
lt.3 
Gambar 2.50.  R. Fotokopi
Gambar
2.51. R. Koleksi
lt.3 
Gambar 2.52. R. Koleksi
lt.4
  
63
Gambar 2.53.  R. Referensi 
Gambar 2.54. Rak Koleksi Majalah
Gambar
2.55. R.
baca lt.5 
Gambar
2.56. R. CD
ROM
2.4.4.
Perpustakaan Universitas Pelita
Harapan
Sejarah Perpustakaan
Universitas Pelita Harapan
Universitas  
Pelita  
Harapan  
(UPH)   didirikan  
pada   tanggal  
13
Desember
1993
oleh
Yayasan
Pelita
Harapan.
Universitas
ini didukung
dengan
fasilitas
perpustakaan
yang berfungsi    
untuk
menunjang
proses
perkuliahan.
Pada 
awalnya, 
Kampus 
UPH 
hanya 
memiliki 
gedung, 
yaitu
Gedung
A
dan
Gedung
B.
Pada aat
itu
lokasi
perpustakaan
UPH terletak
di
  
64
Menara
UPH,
Jl.
MH
Thamrin
Boelevard
00-00,
Tangerang,
Banten.
lantai
dasar
dan hanya
terdiri
dari
dua
lantai,
luas
lantai
1
seluas
467
m2
dan
luas
lantas
2 seluas
791
m2. Dan
pada
bulan
Mei
2006,
diresmikan
beberapa
gedung
baru
di
UPH
dan
lokasi
perpustakaan
dipindahkan
ke
gedung     
.
Lokasi
Perpustakaan
UPH
yang
baru
terletak
di
lantai
2,3,dan
4 dengan
konsep
modern
minimalis.
Koleksi
Jumlah
koleksi
yang
terdapat
di
Perpustakaan
UPH  
hingga
tahun
2003 tercatat sebagai berikut
:
koleksi 
19.218 
buku, 
26.579 
eksemplar 
(90 
dalam 
Bahasa
Inggris).
Koleksi
lain:
kaset, map,
video,
slide,
SD
Roms:
900
buah, majalah:
278 judul.
Koleksi
buku-buku
yang
ada antara
lain
di buku-buku
mengenai
bidang
ekonomi,
hukum,
sosial,
filsafat, teknik
sipil, arsitektur,
matematika,
fisika,
ilmu
komputer
, teknik
industri,
dan
teknik
kimia.
Penambahan
buku
yang
masuk
per tahunnya
mencapai
1966 judul 
dengan
3396 eksemplar.
Jumlah
rak yang ada sebanyak 99 buah.
  
65
Sistem
Penomoran
dan
Sumber Buku
Sistem penomoran
yang
dipakai
Perpustakaan
UPH adalah
sistem
DDC.
Sumber-sumber
buku 
yang
ada
berasal
dari
pembelian
yang
didanai
oleh Yayasan, sumbangan
darialumni
dan mahasiswa.
Kapasitas
Dengan
luas
perpustakaan
sekitar
3300
m², mampu
menampung
pengunjung
Perpustakaan UPH sebanyak 400 kursi.
Jam Kerja Perpustakaan
Perpustakaan
ini
buka
setiap
hari bagi seluruh
anggota
Universitas
UPH,
kecuali 
hari
Minggu,
serta
hari
libur
Nasional.  Perpustakaan 
buka
mulai
pukul
08.00
21.00
dikarenakan
adanya
asrama
mahasiswi
pada
universitas
ini yang
lokasinya
bersebelahan
dengan
gedung
perpustakaan,
maka
menejemen  Universitas  UPH
membuka
perpustakaan  hingga
pukul
21.00.
Okupansi
pengunjung
Jumlah
pengunjung
yang
datang
setiap
hari
sekitar
250
orang, dan
waktu
kunjung
yang
paling
ramai
terutama
saat
siang
dan
sore
hari.
Pada
awal
masuk
ajaran semester
baru dan 
saat
ujian
tiba, tercatat
bahwa
jumlah
pengunjung
perpustakaan
paling
ramai di kunjungi.
  
66
Sistem
Peminjaman
Yang
diperbolehkan
meminjam
buku
dan koleksi
lainnya
yang
terdapat
di perpustakaan
UPH
adalah
seluruh
anggota
UPH
yang
telah
memiliki
SmartCard.
SmartCard
adalah
kartu
sensor
matic yang
digunakan
untuk
membuka
pintu perpustakaan.
Pengguna
perpustakaan
hanya
diperbolehkan
meminjam
sebanyak
dua buku dengan
jangka
waktu
peminjaman
buku yang
diberikan adalah
selama 2 minggu
Seperti
perpustakaan
pada
umumnya,
ada beberapa
buku
yang
tidak
dapat dipinjam
seperti
buku skripsi, sehingga
pengunjung
hanya
diperbolehkan  
membaca   di 
Perpustakaan  
dan 
tidak 
dapat 
difotokopi.
Apabila
terjadi
keterlambatan
pengembalian
buku, maka mahasiswa
dikenakan
sanksi
denda sesuai dengan ketentuan
yang
berlaku.
Sistem Keamanan
Sistem
keamanan
di
Perpustakaan
UPH
, menggunakan
barcode
disetiap
koleksi
yang
ada di perpustakaan
tersebut
yang
berfungsi
untuk
meminimalisir
aksi
pencurian
dan
kehilangan
buku.
Selain
itu perpustakaan
juga
menggunakan
sensormatic
pada
pintu
masuk
dan keluar,
sehingga
pengunjung
yang
masuk
dan
keluar
ruang perpustakaan
harus menempelkan
SmartCard milikinya
ke sensormatic
yang
dipasang
di pintu.
  
67
Pemeliharaan Buku
Bila terjadi
kerusakan,
perbaikan
buku
yang
rusak
dilakukan
oleh
bagian konservasi
dan reservasi di ruangan
yang terletak di salah
satu
sudut
ruangan perpustakaan.
Sistem Layanan
-
Penyelusuran artikel dari BO & AST Plus
-
Pencetakan
artikel majalah
dari BPO & AST Plus
-
Layanan Kompas
Online
-
Layanan
internet
-
Penyediaan buku
diskon/
murah
untuk
mahasiswa
&
dosen
-
Pengumpulan 
materi 
untuk 
staf 
pengajar 
berupa
instructor's manual, transparansi,
complimentary copy, dll.
-
Menyediakan
layanan
pengantaran
buku (untuk
level
Dekan & Kajur
saja)
-
Layanan 
pencetakan 
katalog 
menurut 
kata 
kunci 
(khusus 
untuk
Kepala Jurusan)
-
Layanan referensi
  
68
Fasilitas
Perpustakaan
Fasilitas-fasilitas yang tersedia di Perpustakaan UPH antara lain
:
Menyediakan
perpustakaan
digital yang
dapat diakses kapan pun dan
dimana pun.
Wi-Fi
Masing-masing
lantai menyediakan 4 unit
katalog
computer yang
berfungsi
untuk
mencari letak buku
dan
dapat mengetahui
ada atau
tidaknya buku
yang dicari.
Menyediakan
beberapa komputer
untuk
mengerjakan
tugas (tanpa
fasilitas
akses
internet) sebanyak 4 unit.
Jasa fotokopi yang
terletak
di lantai 2 gedung perpustakaan.
Ruang
ber-AC
Loker
untuk
menyimpan tas dan barang-barang
bawaan yang tidak
diperbolehkan
dibawa
masuk ke dalam perpustakaan.
Keunggulan
Perpustakaan UPH
memiliki
keunggulan sebagai
berikut:
Koleksi
bukunya
cukup
lengkap,
seperti
literatur
dari
luar
negeri,
buku langka,
dan
hasil
karya
dosen
Menyediakan   fasilitas   perpustakaan   online 
yang   dapat 
diakses
kapanpun
dan
dimanapun
kita berada.
Menyediakan fasilitas Wi-Fi
  
69
Setiap
meja baca terdapat
stop
kontak
untuk laptop
Desain
interior
yang
indah
dan
rapih
dapat
memotivasi
mahasiswa
datang dan
belajar di dalam perpustakaan
Jumlah Pustakawan
Jumlah
pustakawan
yang
ada
di
perpustakaan
ini
sebayak
8
orang
dan dibantu
dengan beberapa petugas
perpustakaan.
Tata Pembagian Jenis Koleksi dan fungsi ruang
Lantai
1
Lantai
2
Lantai
3
Ruang   
koleksi
skripsi serta
ruang baca
skripsi
Koleksi 
buku 
literatur
yang  diletakan 
pada  rak
masing-masing
jurusan
Ruang 
berdiskusi 
berupa
susunan yang disekat-sekat.
Ruang
diskusi
Koleksi
majalah
&
surat
kabar
Ruang
rapat
,
ruangan
lebih
besar dari ruang berdiskusi
Ruang
jurnal
Ruang 
fasilitas 
foto
kopi.
Ruang 
presentasi/ 
seminar,
ruangan
ini paling
besar
dibanding 
dengan  ruang
rapat dan ruang
diskusi
Ruang 
Kepala
Pengelola
Perpustakaan
Ruang
rapat
Ruang 
komputer 
(tanapa
fasilitas
internet)
Koleksi CD-ROM
Tabel 2.3. Tata Pembagian
Jenis Koleksi dan fungsi ruang
Pintu Masuk
Perpustakaan
Pintu
masuk
ke
dalam
perpustakaan
hanya
dapat
di
akses
melalui
satu 
pintu 
yang  terletak 
di 
lantai  2 
perpustakaan. 
Pintuk 
masuk-keluar
  
70
perpustakaan 
menggunakan  sistem
sensor
matic,
dan
untuk
membukanya
harus menggunakan
SmartCard.
Ruang
Penunjang
Selain 
ruang 
koleksi 
buku 
serta  ruang 
peminjaman 
dan
pengembalian
buku,
perpustakaan
ini
juga
di terdapat
ruang-ruang
yang
menunjang
kegiatan
di dalam
perpustakaan
itu
sendiri,
seperti
ruang
pengelola,
toilet,
dan
pantry
yang
kesemuanya
terletak
di lanati
satu
perpustakaan.
Kesimpulan 
yang
diperoleh  dari
studi
banding
Perpustakaan  UPH
dari aspek 
manusia,
bangunan,
dan lingkungan,
antara lain:
Aspek manusia
Permasalahan
yang timbul:
-
Temperatur
AC
di
dalam
perpustakaan
terlalu
dingin
sehingga
membuat
pengunjung
perpustakaan tidak nyaman
bila
membaca terlalu
lama.
Aspek Bangunan
Permasalahan
yang ditimbulkan:
-
Pintu 
masuk-keluar 
perpustakaan 
berada 
di 
lantai 
perpustakaan,
sehingga
membuat
pengunjung
yang
pertama
kali datang
sedikit
kebingungan
mencari pintu
masuknya.
  
71
Gambar 2.57 . Eskalator
Sebagai Sirkulasi 
Gambar2.58. Ruang
Perpustakaan
Tembus
Pandang 
Vertikal Menuju perpustakaan
Gambar
2.59 . Foyer
Menuju Perpustakaan 
Gambar2.60.
Pintu
Masuk-Keluar
Dengan
Sensor Matic
Gambar2.61. Meja Informasi
dan 
Gambar
2.62. Ruang Loker Di Luar
Sirkulasi
Buku 
Ruang
Perpustakaan
  
72
Gambar 2.63 . Rak Buku
dan Ruang
Baca
Gambar
2.64. Ruang
Baca
Gambar 2.65. Kantor Pengelola 
Gambar
2.66. Sofa dengan ‘contact
Perpustakaan 
discouraged’
Gambar 2.67. Jarak Antar Rak
110cm 
Gambar  2.68. Katalog
Komputer
tiap
lantai  @4
unit
  
73
Gambar 2.69. Ruang
Diskusi  dengan 
Gambar 2.70. Ruang Koleksi Jurnal
pada
Kedap Suara 
Lantai2
Gambar 2.71. Ruang
peminjaman 
Gambar
2.72. Fasilitas
Fotokopi
pada lt.2
Komputer
(lt.3)
Gambar 2.73.
Mezanine
Dalam
Ruang 
Gambar
2.74.Tangga
sebagai
sirkulasi Vertikal
dalam Perpustakaan