8
BAB II
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II. 1. TINJAUAN UMUM
II. 1. 1.  Pengertian Mesjid
Dari
segi
bahasa
kata ‘mesjid’
berasal
dari
kata benda
bahasa Arab,
yang artinya
‘tempat
bersujud’. Kata sujud sudah
menjadi
kosakata bahasa
Indonesia  yang  berasal  dari  kata  kerja  bahasa  Arab,  sajada,  yang  berarti
‘meletakkan
kening
diatas
permukaan
bumi
untuk
beribadah
kepada
Allah
SWT.
Mesjid
menduduki
posisi
sentral
dalam
Islam
dan kehidupan
kaum
Muslimin,
tidak
hanya
dalam ibadah
(solat),
tetapi
dalam
berbagai
aspek
kehidupan
kaum
muslimin. Tetapi
fungsi pokok sebuah
masjid adalah
untuk
melakukan ibadah solat. Walaupun solat dapat dilakukan di mana saja (karena
seluruh
tempat
di
muka bumi
Allah
ini
adalah
mesjid
yang
artinya tempat
bersujud),
tetapi mesjid sebagai bangunan rumah ibadah tetap sangat
diperlukan
karena
mesjid
juga berperan sebagai
salah
satu symbol eksistensi
keberadaan Islam.
Ada beberapa jenis mesjid, berikut ini adalah pengertian dan beberapa
contoh mesjid yang ada.
Yang akan dibangun nantinya adalah jenis
mesjid
yang jamaahnya mencakup satu kota madya.
  
9
Jenis
Nama/Istilah
Fungsi/Peranan
Contoh
Rancangan
Nasional
Masjid
Nasional
Tuntunan Arah kiblat
Simbol kesatuan ummat / utk Ibadah
haji dan Umroh
Masjidil-Haram
Masjid Nabawi
Masjid
al-Aqsa
Satu lokasi dalam
dunia
/
Arah kiblat
Raya
Masjid
Raya
Biasanya dibangun
untuk
melaksanakan
Sembahyang Hari
Raya / Acara khusus hari besar
Agama Islam
Masjid
Raya
Pondok Indah
Dibangun hanya
satu disetiap
masing-masing
wilayah
Agung
Mesjid
Agung
Biasanya dibangun
untuk
memberikan
identitas kodya atau
daerah sekitarnya
Dibangun di setiap
kodya
Jamaah
Masjid Jami
Masjid pertama yang dibangun
(biasanya mesjid tertua atau masjid
pertama yg pernah dibangun
diwilayah
tersebut)
Masjid
Lebuh
Aceh, Malaysia
Dibangun hanya
satu disetiap
wilayah
Surau
Surau
Dapat dijadikan
tempat untuk
sembahyang
fardu berjamaah /
Tempat berkumpul
secara lokalitas
Surau
Dimana saja
diperlukan
Tempat
sembahyang
Musholla
Memberi kemudahan sembahyang
bagi setiap orang /  kemudahan
beribadah
bagi musafir
Dimana saja
diperlukan
Tabel 2. 1. 1. 1
II. 1. 2.  Fungsi Mesjid
Ada
dua hal
penting
yang
sebenarnya menjadi
pertimbangan
dalam
membangun
sebuah
mesjid.
Yang
pertama fungsi
utama
dari sebuah
mesjid
sebagai tempat beribadah yaitu menyembah Allah SWT,
dan yang kedua
adalah aspek spasial dan arsitektur sebuah
mesjid yang dapat menjadi tempat
bersosialisasi dan bersilaturahmi
serta dapat meningkatkan kekhusukan dan
kesyahduan jamaah tidak hanya pada
saat beribadah tetapi saat berada di
lingkungan mesjid.
  
10
Yang pertama adalah fungsi
mesjid yang paling utama untuk
pelaksanaan berbagai ibadah,
khususnya solat berjamaah yang dapat
menampung
minimal
40
orang,
terdapat
mihrab untuk
imam
dan
makmum
yang
mengahadap
kiblat
dan
selebihnya adalah
opsional.
Tetapi
dalam
perkembangannya,
mesjid juga menjadi
pusat
berbagai kegiatan
social-
keagamaan, pendidikan, politik, kesehatan, dan yang lainnya.
Perkembangan ini dimulai ketika
Nabi
Muhammad hijrah dan
mendirikan
Negara Madinah
dan
kemmudian
mendirikan
sebuah
Mesjid
Madinah yang kemudian terkenal dengan nama Mesjid Nabawi sebagai pusat
dari
kegiatan
negara
tersebut.
Seetelah
Nabi
Muhammad
wafat,
mesjid
ini
tetap menjadi pusat kegiatan para khalifah. Dalam perkembangan selanjutnya,
selain
menjadi
pusat
pertemuan para
sahabat
dan pemimpin
muslim
lainnya,
Mesjid Nabawi juga digunakan sebagai
tempat berdakwah pelajaran tentang
Islam
bagi
orang-orang yang
baru
memeluk
Islam.
Dari
sinilah
awal
perkembangan mesjid sebagai salah satu pusat pendidikan Islam.
Yang kedua adalah aspek
spasial dan
arsitektur
dari
sebuah
mesjid.
Menurut
Ira Lapidus,
seorang
guru
besar
dari
UCLA,
misalanya,
dalam
beberapa
karyanya
tentang
Islamic
cities menyimpulkan,
bahwa
pada
dasaranya pengaturan
spasial
kaum
Muslimin
berpusat
pada mesjid.
Bisa
dikatakan bahwa mesjid merupakan titik pusat dan awal pengaturan tataruang
lingkungan kehidupan kaum Muslimin.
Jadi dari
mesjid kemudian diatur
berkembang unit-unit spasial lainnya.
  
11
II. 1. 3.  Sejarah Mesjid
Mesjid Pertama di Dunia
Di Propinsi Hijaz, sebelah barat Arab Saudi
yang tidak jauh dari Laut
Merah, terdapat kota yang bernama Mekah. Di tengah-tengah pusat dari kota
ini
terdapat
bangunan
kotak
kecil
yang
berukuran
12x10x15m
yang terbuat
dari batu. Kotak kecil yang terbuat dari batu jika kita lihat tidak sesuai dengan
langit
yang tinggi
atau dataran
yang luas di
muka bumi
ini. Kotak kecil
itu
disebut sebagai Kaa’ba yang dapat diartikan
‘kotak’
atau
juga
bisa disebut
Baitullah atau rumah Allah.
Pembangunan Kaa’ba
sendiri
menurut
sejarah Islam dilakukan oleh
Nabi Ibrahim A.S. dan puteranya Ismail A.S. Nama
lain dari Kaa’ba adalah
Baitul
Atteq
yang
bermakna paling
awal
dan
lama
atau
juga
bisa berarti
merdeka dan bebas. Jadi disinilah mesjid pertama yang ada di muka bumi ini
dibangun yang kemudian menjadi kiblat umat Muslim
sedunia untuk
melakukan ibadah solat lima waktu.
Menurut tradisi Islam, Kaa’ba yang ada di surga telah digariskan oleh
Allah SWT menuju Surga yang terletak diatas Kaa’ba yang ada di dunia. Jadi
sebenarnya ada juga Kaa’ba yang ada di surga yang dijadikan kiblat oleh para
malaiklat yang disebut Baitul Maa’moor.
Ibrahim
membuat
tempat
suci
yang
disebut Kaa’ba ini pada saat
ia
menuju  ke  daerah  selatan  padang  pasir  bersama  istrinya  Siti  Hajar  dan
anaknya 
yang 
masih 
sangat 
kecil 
Ismail.   Pada 
Bible 
perjanjian 
lama
  
12
disebutkan
bahwa
ada
dua
rumah
Tuhan
yang
dibangun.
Satu
yang ada di
surga yaitu Baitul Maa’moor, dan satu lagi yang ada di dunia adalah Kaa’ba
atau Baitullah yang berada di Mekah.
Pada
saat Nabi Ibrahim
A.S.
membangun Kaa’ba di Mekah dengan
dibantu
oleh
anaknya
Ismaail
A.S.,
dia
berdoa kepada
Allah
agar
Kaa’ba
dijadikan kiblat bagi
semua orang
baik dan
beriman.
Tetapi dengan
perkembangan zaman yang ada di daerah Mekah,
banyak orang-orang yang
tidak mengikuti Nabi Ibrahim untuk menyembah Allah SWT,
tetapi
menyembah berhala atau patung yang dibuatnya sendiri sebagai bentuk tuhan
yang
ada
bagi
mereka.
Mereka
menaruh berhala-berhala
tersebut
di
dalam
Kaa’ba tersebut.
Selama
Nabi
Ibrahim masih
hidup,
ia selalu
berusaha
membersihkan
ruangan dalam Kaa’ba yang berisi
berhala-berhala tersebut dan mencoba
memberi
tahu kepada masyarakat bahwa Kaa’ba
adalah symbol
dari
Rumah
Tuhan, tetapi Tuhan tidak berada di dalamnya, melainkan diseluruh jagat raya
ini.
Tetapi setelah Nabi Ibrahim A.S.
wafat,
kemudian orang-orang mulai
menaruh kembali berhala-berhala tersebut di dalam Kaa’ba sampai kurang
lebih 400.000 tahun.
Setelah Muhammad Ibnu Abdullah memasuki kota Mekah, ia bersama
menantunya  yang  bernama  Ali  Ibnu  Abi  Thallib  menghancurkan  semua
berhala yang ada di dalam Kaa’ba dengan tangan mereka sendiri.
  
13
Dalam
sejarahnya
Nabi
Ibrahim A.S.
dan
anaknya
Ismail
A.S.
membangun Kaa’ba dengan melanjutkan pondasi yang sama yang telah dibuat
Nabi Adam A.S. sebelumnya. Pada
mulanya Kaa’ba
hanya terdiri dari empat
buah dinding
tanpa atap.
Beberapa abad kemudian, Khusayi, pemimpin
dari
suku Quraish melengkapi bangunan tersebut dengan atap untuk memberikan
bentuk
seperti
perlindungan
dan
pintu.
Jadi
orang
dapat masuk
ke
dalam
Kaa’ba melalui pintu tersebut untuk berdoa.
Di pojok timur dari Kaa’ba terdapat batu hitam atau yang biasa disebut
Hajar Aswad, yang sejarahnya adalah batu putih dari surga, tetapi setelah jatuh
ke bumi dan berada di tangan orang-orang kafir, batu tersebut menjadi hitam,
yang berdiameter kurang
lebih 12
inchi. Kemudian di arah berseberangan di
daerah barat daya terdapat dinding setengah
lingkaran dengan tinggi kurang
lebih 5 kaki dan
tebal juga 5 kaki yang
merupakan
makam Ismail A.S. dan
ibunya
Siti
Hajar.
Terdapat
pula
makam
Nabi Ibrahim
A.S.
yang
terletak
diantara dinding setengah
lingkaran tersebut dengan Kaa’ba,
yang berbentuk
kubah
kecil. Didalamnya
terdapat
batu
kecil
yang
terdapat
bekas kaki
Nabi
Ibrahim A.S.
Menurut para akademik dan sejarahwan berkata bahwa Kaa’ba sampai
saat   ini   sudah   dilakukan   perbaikan   dan   pembesaran   sampai   12   kali.
Pembesaran
ini
membuktikan bahwa jumlah
umat Islam kian bertambah dan
juga keinginan melakukan Rukun Islam yang kelima.
  
14
Imam  Abul 
Hassan  Mawardi  dan 
lain-lain 
meriwayatkan 
bahwa
semasa
Rasulullah hingga
ketika Saidina
Abu Bakar
diangkat menjadi
Khalifah,
Masjidil-Haram tidak mempunyai dinding dan datarannya tidak
seluas seperti saat ini.
Perluasan 
Masjidil-Haram  bermula 
pada 
tahun 
638  Masehi  oleh
Saidina
Umar
ibnu Khattab.
Beliau telah membeli rumah-rumah di sekeliling
Ka’abah dan diruntuhkan kesemuanya bagi tujuan perluasan. Perluasan Masjid
diteruskan lagi oleh Saidina Usman pada kira-kira tahun 647 Masehi.
Pada tahun 696 Masehi, Abdullah
ibn Zubair
yaitu cucu Saidina Abu
Bakar
juga telah
memperluas
kawasan masjid ini dengan membeli gedung-
gedung  yang  terdapat  di  sebelah  timur  dan  selatan  Masjid.  Sementara  di
bagian  utara  dan  barat  telah  diperluas  oleh  Zaid  bin  Abdullah  al-Harisi
dibawah perintah Abu Ja’afar al-Mansur, Khalifah Bani Abas kedua. Masjidil-
Haram telah dibangun dengan jiwa seninya yg tinggi.
Abdul  Malik 
ibn 
Marwan, 
Umar, 
Al-Walid,  Ziad 
bin 
Abdullah,
Musaal-Mahdi,  adalah 
orang-orang 
yang 
awalnya 
menghiasi 
masjid 
ini.
Dalam
bangunan
terdapat
Kalimat-kalimat
al-Qur’an dengan
corak
Islami,
batu-batu marmernya telah diukir dengan indah dan tiang-tiangnya dibalutkan
emas.
Kini Masjidil-Haram telah
mempunyai
sebanyak sembilan menara,
berdiri
tegak
dengan
indahnya,
dengan
alunan kemerduan suara
azan
yang
  
15
setiap
waktu
memanggil
umatnya
untuk
menunaikan perintah
Allah
dengan
penuh kesabaran dan keinsyafan.
Ada beberapa fungsi mesjid menurut DMI
(Dewan Mesjid Indonesia)
berdasarkan mesjid yang dibangun pertam kali dan juga masjid yang dibangun
oleh Nabi Muhammad,
Pertama,
masjid dapat difungsikan sebagai pusat
ibadah, baik
ibadah mahdhah, maupun ibadah sosial. Ibadah mahdhah adalah
ibadah
yang
langsung
kepada
Allah
SWT, seperti
salat,
mengaji, tahlil, dan
tadarus.
Tentu, secara
tidak
langsung,
ibadah-ibadah
tersebut
juga
ada
hubungannya dengan masyarakat.
Sedangkan
sebagai pusat ibadah sosial,
masjid dapat difungsikan untuk mengelola zakat, wakaf, membangun ukhuwah
Islamiyah, menjaga kebersihan dan kesehatan bersama, melaksanakan kurban,
dan membantu peningkatan ekonomi ummat.
Kedua,
memanfaatkan
masjid
sebagai
pusat
pengembangan
masyarakat,
melalui
berbagai
sarana dan
prasarana yang dimiliki masjid, seperti khutbah, pengajian, kursus ketrampilan
yang
dibutuhkan
anggota
jamaah, dan
menyelenggarakan
pendidikan
formal
sesuai  kebutuhan  masyarakat.  Dan,  ketiga,  memfungsikan  masjid  sebagai
pusat pembinaan persatuan ummat.
II. 1. 4. Sejarah Mesjid di Indonesia
Betapapun sederhana bentuk bangunan dan arsitekturnya,
mesjid telah
hadir bersamaan dengan penyebaran Islam di
usantara. Tetapi kita tidak tahu
pasti mesjid
mana yang
merupakan
mesjid pertama dan
tertua di
Indonesia.
  
16
Tetapi  jika  kita  lihat  dari  kerajaan  Islam  pertama  yang  ada  di  Indonesia,
mesjid tertua di Indonesia adalah mesjid yang berada di kerajaan Samudra
Pasai sebagai kerajaan Islam pertam di Indonesia.
Menurut
Undang-undang
no.5
tahun 1992,
tentang
“Benda
Cagar
Budaya”, ukuran untuk menetapkan ‘usia’ bangunan yang sudah tua adalah 50
tahun. Jadi jika ukuran tersebut yang digunakan,
maka diperkirakan terdapat
lebih dari 10000 mesjid ‘tua’ dan ‘kuno’ yang ada di Indonesia.
Ada beberapa mesjid ‘tua’ dan ‘kuno’ yang jauh melampui batas waktu
yang digariskan oleh
undang-undang no.5 thaun 1992,
diantaranya adalah
Mesjid Baiturrahman Banda Aceh yang berada di Aceh (1292); Mesjid Leran
Pesucinan yang berada di Gresik (1385); Mesjid Sawo Gresik yang berada di
Gresik
(1398);
Mesjid
Mapauwe
yang
berada
di
Leihitu, Maluku
Tengah
(1414); Mesjid Pajunan yang berada di Cirebon (1453); Mesjid Agung Demak
yang berada di Demak (1477); dan lain-lain.
Ketika
Islam
mulai
berkembang
di Indonesia,
khususnya
di
Jawa,
arsitektur Islam diperkenalkan oleh para ‘’wali'’, sebagai orang yang dianggap
dekat
dengan
Tuhan
dan
diyakini memiliki berbagai
kelebihan.
Para
wali
bertugas mengajarkan agama Islam dan sangat menghormati kebudayaan yang
berkembang sebelum masuknya Agama Islam di Indonesia. Karena itulah para
wali sangat dihormati dan disegani, sehingga karya-karya arsitektur Islam saat
itu masih memperlihatkan perpaduan budaya lama dan budaya baru dalam
arsitektur Islam.
  
17
Memasuki
dekade
1960-an,
mulai muncul
gaya-gaya
baru
dalam
arsitektur masjid di Indonesia. Gaya-gaya arsitektur yang baru tersebut banyak
muncul dari kalangan
intelektual Islam diantarnya adalah Achmad Noe’man,
salah satu
arsitek
yang
ikut
merubah
wajah
mesjid
yang
ada
di
Indonesia.
Salah satu karyanya adalah Mesjid Salman di ITB yang dibangun pada tahun
1964. Di sini, ia berusaha untuk merombak pola-pola lama dalam perwujudan
bentuk dan ekspresi
masjid-masjid di
Indonesia yang telah ada sebelumnya.
Gagasan-gagasan totalitas dalam pembebasan tradisi tersebut, termasuk dalam
pengambilan pilihan
material, teknik dan teknologi membangun
masjid pada
saat itu,
tampaknya menjadi `sangat konstekstual`
jika dilihat dari
keberadaannya   sebagai   masjid   kampus   yang   sudah   sewajarnya   penuh
dinamika dan pembaharuan oleh perubahan-perubahan bentuk arsitekturnya.
Arsitektur
masjid dengan
gaya baru di
Indonesia, mulai
muncul saat
pembangunan Masjid Istiqlal di Jakarta.
Meskipun masjid merupakan
karya
arsitektur Islam, tetapi ternyata Masjid Istiqlal di Jakarta adalah karya arsitek
ternama Indonesia non
Muslim.
Arsitek Masjid Istiqlal adalah
Frederick
Silaban, seorang
umat
Nasrani
yang
menempuh pendidikan arsitekturnya di
ITB Bandung.
Meskipun arsitek
ini
bukan seorang Muslim,
namun ia dapat
menghayati fungsi masjid sebagai perwujudan penting umat Islam.
  
18
Gambar 2. 1. 4. 1.
Gambar 2. 1. 4. 2.
Gambar 2. 1. 4. 3.
Gambar 2. 1. 4. 4.
Gambar 2. 1. 4. 5.
Gambar 2. 1. 4. 6.
  
19
Gambar 2. 1. 4. 6.
Gambar 2. 1. 4. 7.
Gambar 2. 1. 4. 8.
Gambar 2. 1. 4. 9.
Gambar 2. 1. 4. 5.
Gambar 2. 1. 4. 5.
  
20
II. 2. TINJAUAN KHUSUS
II. 2. 1.  Tinjauan Tapak
LOKASI
-
Luas Tapak
:
10.000 m²
-
Lokasi
:
Jl. Raya Kebon Jeruk, Batu Sari, Jakarta Barat
-
KDB
:
60 %
-
KLB
:
3
-
GSB
:
10 m dan 6 m
-
Ketinggian Maks.
:
8
Lantai
DATA
-
Perbedaan suhu antara siang dan malam relatif rendah (24
0
-32
0
C)
-
Kecepatan angin rendah (2m/s), bertambah cepat jika turun hujan
-
Kelembaban udara tinggi (60-95%)
-
Radiasi matahari cukup tinggi (>900W/m²
), namun saat mendung hanya
<100W/m2
-
Curah huja tinggi (>300mm)
-
Flora beragam, tumbuh subur, jamur bertumbuh dengan pesat
Menurut George Lippsmeier (1994) ciri-ciri dan maslah-masalah bangunan
terpenting di daerah iklim hutan hujan tropis adalah :
Ciri-ciri Iklim
Masalah umum dan
bangunan
Hal-al
penting yang perlu
diperhatikan
Kelembaban udara dan
temperature
tinggi
Panas di dalam bangunan
Bangunan sebaiknya banyak
diberi ruang terbuka agar
gerakan angin lebih lancer
  
21
Angin sedikit
Radiasi matahari tinggi
Penguapan sedikit karena
gerakan udara lambat
Perlu perlindungan terhadap
radiasi matahari, dan hujan
Ventilasi
silang
Ruang sekitar bangunan
diberi peneduh tanpa
mengganggu sirkulasi udara
Pencahayaan dan
pengahawaan
alami dalam
bangunan untuk menghemat
energy
Tabel 2. 2. 1. 1
-
Penduduk di kodya Jak-Bar : 1.573.561 orang
-
Prosentase Agama :
Islam = 80%
Kristen Protestan = 9%
Kristen Katolik = 6%
Hindu dan Budha = 5%
-
Jumlah Penduduk Islam : 1.258.848 orang
-
Jumlah Penduduk Protestan : 141.620 orang
-
Jumlah Penduduk Katolik : 94.413 orang
-
Jumlah Penduduk Hindu dan Budha : 78.678 orang
DATA TEMPAT PERIBADATAN
-
Jumlah Mesjid di kodya Jak-Bar : 536
-
Jumlah Gereja di kodya Jak-Bar : 165
-
Jumlah Vihara di kodya Jak-Bar : 51
  
22
-
Jumlah Pura di kodya Jak-Bar : 14
TAPAK
Gambar 2. 2. 3. 1.
Tapak berada di pertigaan lampu merah
Batussari, Jalan Raya Kebun
Jeruk di daerah Rawa Belong, Palmerah. Daerah Batusari ini merupakan salah
satu daerah pemukiman penduduk Betawi yang paling awal.
Seiring
perkembangan waktu,
masyarakat Betawi
mulai
terdesak ke pinggiran oleh
banyaknya  pendatang.  Daerah  Batusari  ini  mempunyai  sejarah  kebetawian
yang cukup lekat.
Seiring dengan perkembangan waktu adanya perkembangan kota dan
masuknya
pendatang
dari
berbagai daerah
di
Indonesia
untuk
menjadi
mahasiswa
Universitas
Bina Nusantara,
semakin
menyebabkan
padatnya
daerah Batusari dan sekitarnya ini.  Kondisi ini membuat keadaan lingkungan
  
23
di daerah Batusari
ini
menjadi
lebih
macet
karena
bertambahnya
kendaraan
yang lewat yang menyebabkan polusi yang meningkat dan banyaknya k
II. 2. 2.   Peraturan Bangunan Khusus Pemda DKI Jakarta
Berdasarkan Undang-Undang No.28 tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung,
ada
beberapa
persyaratan
teknis yang
harus dipenuhi
dalam
hal
perencanaan dan perancangan sebuah gedung. Persyaratan tersebut antara lain:
Bangunan
gedung
yang
dibangun di
atas,
dan/atau
di
bawah
tanah,
air,
dan/atau
prasarana
dan
sarana
umum
tidak boleh
mengganggu
keseimbangan lingkungan,
fungsi lindung kawasan, dan/atau fungsi
prasarana dan sarana umum yang bersangkutan.
Persyaratan jumlah
lantai
maksimum
bangunan
gedung
atau bagian
bangunan
gedung
yang dibangun
di bawah
permukaan
tanah
harus
mempertimbangkan keamanan,
kesehatan,
dan daya dukung
lingkungan yang dipersyaratkan.
Persyaratan  jarak  bebas  bangunan 
gedung  atau  bagian  bangunan
gedung
yang    dibangun    di    bawah    permukaan    tanah    harus
mempertimbangkan
batas-batas lokasi,
keamanan,
dan
tidak
mengganggu fungsi utilitas kota, serta pelaksanaan pembangunannya.
Persyaratan tata
ruang
dalam
bangunan
harus
memperhatikan
fungsi
ruang, arsitektur bangunan gedung, dan keandalan bangunan gedung.
  
24
Persyaratan  keseimbangan,  keserasian,  dan  keselarasan  bangunan
gedung dengan
lingkungannya
harus mempertimbangkan terciptanya
ruang luar
bangunan gedung,
ruang terbuka hijau yang seimbang,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
Bangunan
gedung
tempat
tinggal,
pelayanan
kesehatan,
pendidikan,
dan
bangunan
pelayanan
umum
lainnya
harus mempunyai
bukaan
untuk ventilasi dan pencahayaan alami.
Penggunaan  bahan  bangunan  gedung  harus  aman  bagi  kesehatan
pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan.
Bangunan
gedung
yang
bertingkat
harus
menyediakan
tangga
yang
menghubungkan
lantai
yang
satu dengan
yang
lainnya
dengan
mempertimbangkan
kemudahan,
keamanan, keselamatan,
dan
kesehatan pengguna.
Bangunan 
gedung 
untuk  parkir  harus 
menyediakan  ram  dengan
kemiringan
tertentu
dan/atau
sarana
akses vertikal
lainnya
dengan
mempertimbangkan kemudahan dan keamanan pengguna sesuai
standar teknis yang berlaku.
Penyediaan
akses
evakuasi
harus
dapat dicapai
dengan
mudah dan
dilengkapi dengan petunjuk arah yang jelas.
Penyediaan  fasilitas  dan  aksesibilitas  bagi  penyandang  cacat  dan
lanjut  usia
termasuk  penyediaan  fasilitas
aksesibilitas
dan  fasilitas
  
25
lainnya 
dalam 
bangunan 
gedung 
dan 
lingkungannya 
merupakan
keharusan bagi semua bangunan gedung, kecuali rumah tinggal.
Peraturan dan ketentuan tata bangunan
yang
lebih rinci diatur dalam
Peraturan
Daerah
Khusus
Ibukota
Jakarta
Nomor
7 Tahun
1991
tentang
Bangunan
dalam Wilayah
Daerah
Khusus Ibukota
Jakarta akan
dilampirkan
dalam tulisan ini.
II. 3.
TINJAUAN TOPIK
II. 3. 1. Pengertian Arsitektur Ekologis
Ekologi
berasal
dari
kata
bahasa
Yunani
yaitu  ‘oikos’
dan
‘logos’,
‘oikos’ berarti rumah tangga atau
cara bertempat
tinggal, sedangkan ‘logos’
bersifat ilmu atau ilmiah. Jadi ekologi berarti ilmu tentang rumah atau tempat
tinggal mahluk hidup.
Atau ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dan lingkungannya.
Istilah ekologi pertama kali diperkanalkan oleh Ernst Hackel, ahli ilmu
hewan
pada
tahun
1869
sebagai
ilmu
interaksi
segala
jenis mahluk
hidup
dengan lingkungannya. Ekologi juga biasanya dimengerti sebagai hal-hal yang
berhubungan
antara mahluk
hidup
(manusia,
hewan, dan tumbuhan)
dengan
lingkungannya (cahaya, suhu, iklim, curah hujan, topografi, dll).
Menurut Ernest Burden,
Ecological
Architecture 
is
a
style
of
architecture  (1970-)
developed
in response
to the
problems
of expensive
fuels
and
other
environmental
factors. Various projects
were
undertaken
to construct
self-
  
26
sufficient,
or self-serving
buildings,
independent
of public
utilities,
by
exploiting
ambient
energy
sources,
such
as
wind
power,
solar
radiation,
and a variety
of recycling technique
.”
“Arsitektur
Ekologi
adalah
desain
yang menegaskan
penggunaan
bahan
alami
dan
penggunaan
sumber
daya alam yang
dapat
diperbaharui
dimana
sumber
tersebut
dapat
dikembalikan
ke alam
tanpa
menyebabkan
kerugian. 
Untuk 
pengurangan 
penggunaan 
energi, 
semua 
aspek-aspek
pasif  surya  dan  massa 
termal  dimasukkan 
ke  dalam 
bangunan 
dengan
sebuah
mekanisme.
(sumber :
Menurut Heinz Frick, Arsitektur
Ekologis adalah cara
membangun
yang
holistis (berhubungan
dengan
sistem
keseluruhan),
memanfaatkan
pengalaman
manusia
(tradisi
dalam
pembangunan),
sebagai
proses dan
kerja
sama
antara
manusia dan alam sekitarnya sebagai berikut :
a. Berhubungan
erat
dengan
tempat
bangunan,
sejarah,
kebudayaan,
tata kota, tata lingkungan, serta keadaan lalu lintas (pencapaian).
b. Memiliki  kualitas  tinggi  berhubungan  dengan  penggunaan  ruang
dalam maupun ruang luar,
pencahayaan,
warna,
bentukan,
dan bahan
bangunan.
c. Menjadi  
fleksibel   sekali   dalam   penggunaan   dan   perubahan,
memungkinkan keanekaragaman kebersamaan penghuni dan mendukung
partisipasi semua anggota terkait dalam perencanaan,
pembangunan,
pemeliharaan maupun penggunaan.
d. Memperhatikan ekologi pada bahan bangunan (peredaran bahan dan
rantai bahan).
  
27
e. Mendukung kesehatan penghuni dan
menghindari bahan bangunan
yang menimbulkan berbagai penyakit pada manusia.
Arsitektur
ekologi melihat bangunan sebagai bagian
dari
ekosistem dari
planet
dan
bangunan
sebagai bagian
dari
habitat
hidup.
Arsitektur
ekologi
menggabungkan   keberkelanjutan,   kesadaran   lingkungan,   hijau,   alami,   dan
organik
sehingga
mendekati solusi
desain
yang
dibutuhkan
dan
yang
sesuai
dengan karakteristik tapak, konteks lingkungan sekitarnya, dan iklim mikro serta
topografi.
Menurut
Heinz
Frick,
ada
dua
arus yang
mempengaruhi
kehidupan
manusia, yaitu teknik dan alam. Teknik timbul karena adanya kekurangan dan
menjadi alat bantu yang dapat dengan cepat menagatasi
kekurangan-
kekurangan
tersebut
disaat
prosees biologis dinilai
terlalu
lambat
untuk
mengatasinya. Akan tetapi, penggunaan teknik secara dangkal dan berjangka
pendek secara berlebihan dapat
menyebabkan
efek samping baik
secara
biologis,
psikologis,
maupun ekologis.
Dan penggunaan teknik dengan
menggunakan
energi
tak
terbarukan
dapat
menyebabkan perusakan
dan
pencemaran  terhadap semua peredaran kehidupan.
Pada
zaman
dahulu,
seperti
yang
dikatakan
oleh
Vitruvius bahwa
bangunan
yang
baik
harus memiliki
3
unsur
yaitu
Venustas
/
keindahan,
Firmitas /
kekokohan,
dan
Utilitas /
kegunaan. Tetapi
pada
masa
sekarang
bangunan yang baik, selain dari tiga unsure tersebut, ada satu unsur tambahan,
yaitu
hemat
energi.
Tambahan
ini
muncul karena keadaan bumi pada
masa
  
28
sekarang sudah sangat buruk. Banyak lapisan ozon yang bolong, pencemaran
baik udara, maupun air dimana-mana. Jadi penghematan energi adalah satu –
satunya jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Pada dasarnya penghematan energi disini bukan kita tidak boleh
menggunakan 
energi 
yang  ada, 
tetapi 
akan 
lebih 
baik 
jika  kita 
dapat
mengganti penggunaan energi yang tak terbarukan dengan energi terbarukan.
Dan juga lebih baik jika energi terbarukan tersebut dapat kita olah sedemikian
rupa  menjadi  energi  yang  berguna  bagi  bangunan  tersebut  dan  pengganti
energi tak terbarukan tersebut.
Jadi
arsitektur ekologis sendiri
mengandung
juga bagian-bagian
dari
arsitektur
biologis (arsitektur
yang
memperhatikan
kesehatan
penghuni),
arsitektur alternatif, arsitektur matahari (arsitektur yang memanfaatkan tenaga
surya),
arsitektur
bionik (teknik sipil dan konstruksi yang memperhatikan
pembangunan alam),
serta pembangunan
berkelanjutan
(arsitektur
yang
memperhatikan aspek social, ekonomi dalam perkembangan masa depannya).
Arsitektur
ekologis tidak
menetukan
apa
yang
seharusnya
terjadi
dalam
arsitektur,
melainkan
arsitektur
ekologis menghasilkan
keselarasan
antara
manusia dan alam.
Beberapa   contoh   prinsip,   strategi   dan   metode   desain   bangunan
ekologis adalah sebagai berikut :
1. Smaller is Better
  
29
Penyelesaian 
yang 
paling 
baik 
menurut 
prinsip 
“semakin 
kecil
semakin 
baik”  (minimalis) 
adalah 
dengan 
meminimalisasi
struktur/konstruksi yang juga berarti mengurangi penggunaan energy, bahan
mentah, dan ruang.
2. Hemat energy
Bangunan
yang
ekologis harus bias memanfaatkan
potensi
sumber
daya
alam
yang dapat
diperbaharui demi penghematan
energy
yang tidak
dapat diperbaharui. Desain dapat diwujudkan dengan :
a.   Memanfaatkan   potensi   dan   mengatasi   permasalahan   iklim
setempat dengan menggunakan
teritisan,
ventilasi
silang,
pemanfaatan cahaya matahari pada siang hari, dll.
b.   Konservasi air, contohnya dengan
menampung air hujan dan di
gunakan sebagai air wudhu.
3. Memakai bahan baku dan energy terbarui
Panas dan
cahaya
matahari,
angin
merupakan energy
yang terbarui,
oleh 
sebab 
itu 
sebaiknya 
dapat  dimanfaatkan 
dengan 
sebaik-baiknya
melalui desain dengan ventilasi silang.penggunaan bahan bangunan seperti
kayu, bamboo, rotan, dan sebagainya.
4. Penggunaan bahan bangunan yang ekologis
Prinsip-prinsip  penggunaan  bahan 
baku 
ekologis 
adalah 
sebagai
berikut :
-
Menggunakan bahan baku, energy  dan air seminimal mungkin.
  
30
-
Semakin  kecil  kebutuhan
energy  pada  produksi  dan  transportasi,
semakin kecil pula limbahnya.
-
Bahan-bahan yang tidak seharusnya digunakan sebaiknya diabaikan.
-
Menggunakan bahan bangunan
yang
terbuat dari bahan baku yang
terbarukan atau dari bahan daur ulang.
-
Proses  produksi  bahan  bangunan  harus  menghindari  penggunaan
bahan yang berbahaya.
-
Bahan yang dipakai harus kuat dan tahan lama sesuai masa pakai.
-
Bahan bangunan atau bagian bangunan harus mudah diperbaiki dan
diganti.
5. Konservasi air
Penggunaan 
kembali 
air 
buangan  terutama 
air 
hujan 
untuk
penggunaan wudhu, menyiram tanaman, flushing toilet, dan lain-lain.
6. Optimalisasi vegetasi
Penghijauan 
akan 
meningkatkan 
kualitas 
kehidupan 
dalam 
kota
karena sekaligus
sebagai ‘paru-paru’
lingkungan
sekitar.
Oleh
karena
itu
disediakan ruang terbuka hijau dan penanaman pepohonan. Karena vegetasi
dapat mensuplai oksigen,
member
keteduhan dan kesejukan,
mengurangi
kebisingan, mengurangi debu, dan lain-lain.
7. Menggunakan teknologi sederhana
Menggunakan teknologi konstruksi sederhana yang dapat dikerjakan
pekerja local, berarti memberi kesempatan kerja untuk pekerja setempat.
  
31
8. Life cycle design
Life cycle
merupakan
analisa
penggunaan
energy
untuk
proses
produksi, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan sampai pemusnahan, serta
dampaknya kepada lingkungan.
II. 4.   Teori-Teori Arsitektur Pendukung
Bentuk dan Ruang
Menurut Ching (1996), bentuk dasar ruang dan bangunan secara umum
ada tiga,
yaitu
segitiga,
lingkaran
dan
segiempat.
Pada
bangunan
mesjid
ini
saya   akan   menggunakan   bentuk   segiempat   sebagai   bentuk   dari   denah
bangunan
ini,
karena
bentuk
ini
dapat
mengoptimalkan
bentuk
ruang
yang
akan dipergunakan untuk ruang solat berjamaah.
Bentuk
Keuntungan
Kerugian
2. Segiempat
Bentuk statis
Mudah 
dikembangkan 
ke
segala arah
Orientasi
ruang
pada
keempat sisi pembatasnya
Layout ruang baik dan
Ruang 
memiliki 
efisiensi
yang tinggi
Orientasi
ruang
cenderung statis
Tabel 2. 4. 1.
  
32
Beberapa jenis organisasi bentuk dan ruang antara lain :
Ruang di dalam Ruang
Sebuah ruang
yang
luas dapat
mencakup dan memuat sebuah ruang
lain
yang
lebih kecil di dalamnya.
Ruang-Ruang yang saling berhubungan / berkaitan
Suatu hubungan ruang
yang saling berkaitan yang dihasilkan dari overlapping
dua daerah ruang dan membentuk irisan atau suatu daerah bersama.
Ruang-Ruang yang Bersebelahan
Merupakan  organisasi  ruang  yang  paling  umum.  Batas-batas  pemisah  ruang
yang bersebelahan
dapat berupa
dinding,
panel,
kolom,
ketinggian lantai,
ketinggian plafon, split dinding, dan lain-lain.
Ruang-Ruang yang dihubungkan oleh sebuah Ruang Perantara
Dua buah ruang yang terpisah oleh jarak dapat dihubungkan atau dikaitkan satu
sama lain oleh ruang ketiga atau ruang perantara.
Selanjutnya dibahas oleh Ching, ada beberapa jenis organsisasi ruang, antara lain :
Organisasi
Terpusat,
di
mana
sebuah
ruang
dominan
menjadi
pusat
pengelompokan sejumlah ruang sekunder
Organisasi Linear, suatu bentuk urutan dalam satu garis dan ruang-ruang yang
berulang. Garis tidak harus berbentuk lurus.
Organisasi Radial, di mana sebuah ruang pusat menjadi acuan organisasi ruang
linear yang berkembang menurut arah jari-jari.
  
33
Organisasi  Cluster, yaitu kelompok ruang yang kedekatan hubungan atau
bersama-sama memanfaatkan satu ciri
atau
hubungan visual.
Organisasi
yang
paling umum terbentuk.
Organisasi  Grid, di mana ruang-ruang terorganisir dalam daerah grid atau
struktur lainnya.
Sirkulasi
Beberapa Komponen Unsur dalam Sirkulasi Ruang antara lain :
Pencapaian (Langsung, Tersamar, Berputar)
Jalan / Pintu Masuk
Konfigurasi Jalan (Linear, Radial, Spiral, Grid, Jaringan, Komposit)
Hubungan Jalan dan Ruang
Bentuk Ruang Sirkulasi (Koridor, Aula, Galeri, Tangga, Kamar)
Sirkulasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
-
Sirkulasi Horizontal
-
Sirkulasi Vertikal
Tapak dan Lingkungan
Menurut Chiara dan Koppelman
(1991),
ada beberapa faktor
yang penting
dan perlu diperhatikan dalam melakukan analisis tapak dan lingkungan, antara lain :
Pencapaian
  
34
Kondisi Tapak
Kondisi Lingkungan Sekitar
Orientasi Massa Bangunan
Utilitas dan Drainase Lingkungan
Area Hijau pada Lingkungan
Orientasi dan Tata Letak Bangunan
Selanjutnya diuraikan oleh Chiara dan Koppelman, bahwa Orientasi dan Tata Letak
Bangunan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
Jalan
Bentuk Tapak
Orientasi Terhadap Matahari, yang menyangkut panas matahari pada bangunan,
serta penataan lansekap dan elemen bangunan untuk pengendalian panas
Angin
Jalan Sekitar Tapak
Kebisingan, yang menyangkut bukaan terhadap kebisingan.
View
II. 5.   Studi Kasus
II. 5. 1.  Mesjid Agung At-Tin
Arsitek utama H. Achmad Noe’man I.A.I (Biro Arsitektur Achmad Noe’man)
Visi
  
35
" Menjadikan Masjid Sebagai Oase Spiritual dan Pencerahan Intelektual "
Misi
-
Menjadikan
Masjid
Agung
AT-TIN sebagai
konsep
dan
Tren
Masjid
masa depan.
-
Meningkatkan   kecerdasan   intelektual   dan   spiritual   ummat   secara
terpadu.
-
Wahana pemberdayaan sumber daya ummat yang profesional dan
berakhlak karim.
Gambar 2. 5. 1.
1.
  
36
Data umum  mesjid
Arah
Kiblat
Sertifikat
DEPAG 
= 23 April
1997
Kordinat
Tempat 
= 06 derajat,
17879
-
106 derajat, 53076
Arah
Kiblat 
= 295 derajat,
9', 54'', 46
Mulai Pembangunan
Tanggal 
=
April
1997
Peletakan
Batu
Pertama 
= 23 Agustus 1997
Adzan
Pertama 
= 25 Nopember
1999
Soft Opening 
=
26 Nopember
1999
Grand
Opening 
=
26 Desember
1999
Luas
Tanah 
= 70.000
m2
Luas
Bangunan
Masjid
A.
Lantai
Dasar
B.
Lantai
Satu
C.
Lantai
Mezanine
D. Luas Selasar
Tertutup
E.
Luas Plaza Shalat
Kapasitas
Jamaah
A.
Dalam Masjid
B.
Plaza &
Selasar Tertutup
Tinggi
Menara
Utama
= 5.030 m2
= 4.350 m2
= 2.069 m2
= 1.245 m2
= 5.800 m2
= 9.000 orang
= 10.850
orang
=
42 m
  
37
Kapasitas
Parkir
A.
Mobil
Kecil
B.
Bus
C.
Motor
=
350 kendaraan
= 8
kendaraan
= 100 kendaraan
Fasilitas mesjid
A. Rumah Dinas untuk Imam Besar
B. Mess Mua'zin
1. 8 Kamar @ 2 orang
2. Ruang Makan
3. Ruang Rekreasi/ TV
4. Dapur
5. Kamar Mandi 4 kamar
C. Rumah Penjaga
Konsep  mesjid
A.  Ruang luar
1.   Kubah
1.1 Visual Arsitektur dan Filosofis
1.   Merupakan 
unsur 
“Kepala” 
dari 
unsure 
struktur 
bentuk
mesjid.
  
38
2.   Merupakan
unsur
penting
sebagai
penanda
fungsi
berdasarkan persepsi bentuk.
3.   Sebagai
unsur
akhiran bentuk dan sebagai
tempat
Penanda
fungsi yang lebih spesifik.
4.   Khusus untuk kubah masjid ini terbagi menjadi tiga bagian.
Hal
ini
merupakan penterjemahan perjalanan hidup manusia
sebagai  hamba  Allah  dalam  tiga
alam,  yaitu  alam  rahim,
alam
dunia
dan
alam
akhirat.
Garis pembagi
antara
alam-
alam tersebut diekspresikan oleh
bidang
bukaan
horisontal
yang  diisi  oleh  elemen  fungsional  dan  estetis  yaitu  kaca
patri.
1.2 Struktur
Struktur
kubah
memakai
struktur
rangka ruang /
space
frame
Struktur
ini
terpilih karena
mempunyai
beberapa
keunggulan
antara lain :
1.   Relatif lebih ringan.
2.   Pemakaian bahan penutup
atap
lempeng -
lempeng enamel
mendukung sifat struktur yang ringan.
3.   Pengurangan  terhadap  beban  struktur  secara  keseluruhan
system.
4.   Pemakaian  struktur  ini
yang
bobotnya
relatif
lebih  ringan
  
39
mendukung 
terciptanya 
pembentukan 
ruang 
yang 
bebas
kolom.
1.3 Bukaan
Yang
dimaksud
adalah
sebagian
dari
bidang
atap
dibuka
dan
diisi dengan bahan lain yang bersifat transparan dan estetis yaitu
kaca  patri.  Pola  -  pola  geometric  dengan  pemilihan  paduan
warna
khusus yang
menjadi
acuan
rancangan
kaca
patri
tsb.
Fungsinya adalah untuk memasukan unsur
cahaya sehingga
suasana ruang utama lebih tenang pada siang hari dan dapat
mengurangi pemakaian penerangan buatan.
Gambar 2. 5. 1. 2.
2.   Badan mesjid
-
Bagian  badan 
masjid  memberikan  suatu  kesan 
visual 
yang
menutup/mengecil
pada
bagian
atas kemudian
membuka
pada
bagian  akhiran.  Bagian  yang  mengecil  memberikan  persepsi
  
40
vertikalisme
yang  mengarah  dan  mengecil
menuju  suatu  titik
pusat.
-
Unsur bagian ini terdiri dari unsur-unsur garis tegas vertical dan
diagonal sehingga memberikan kesan kokoh, tegar dan kuat.
Ornamen/ elemen estetika
Konsep Umum
1.   Sebagai
elemen
geometri
yang
merupakan
salah
satu
ciri
seni
Islam.
2.   Merupakan  penterjemahan  atas  ketauhidan  Allah  SWT,  yang
diterjemahkan pada pola - pola geometri.
Gambar 2. 5. 1. 3.
Fungsi
1.   Sebagai elemen pengisi system bukaan.
2.   Sebagai  unsur  yang 
mempertegas  bentuk  (bingkai  bukaan  /
  
41
relief).
3.   Aksentuasi.
4.   Pengakhiran.
Jenis
1.
Menyatu
:
Merupakan
permainan yang
sejenis,
tetapi
dalam
keragaman warna dan texture (inlay batu alam dua dimensi)
2.
Melayang :
Memberikan kesan ringan
dan transparan dalam
membatasi ruang, yaitu kerawang ( beton, besi )
3.   Menonjol
:
Memberikan perbedaan
wujud 3 dimensidari bahan
dan elemen pembentuk ornamen (relief
)
4.
Transparan  : 
Melalui 
media  cahaya  akan  terasa  wujud
estetikanya (secara dua dimensi)
tetapi
tidak membatasi
kontinuitas visual (kaca patri). Melalui media cahaya akan terasa
wujud estetika baik secara dua dimensi (back light) ataupun tiga
dimensi (direct lighting) tetapi kontinuitas visual dan udara tetap
bebas (kerawangan).
Gambar 2. 5. 1. 4.
  
42
B.  Ruang dalam
1.   Lantai bawah
Lantai bawah menampung kegiatan - kegiatan seperti :
-
Hall / ruang tangga utama
-
Ruang Wudhu pria dan wanita
-
Ruang Pendidikan
-
Ruang Mushaf
-
Ruang Rapat Kecil
-
Ruang Kegiatan
-
Ruang Tunggu VIP
-
Ruang Kelas RA/TPA
-
Ruang Perpustakaan dan Internet
Skala ruang manusiawi dengan pengertian ruang-ruang yang
terbentuk konstektual terhadap
skala
ruang
yang diinginkan.
Penzonaannya adalah dibagian depan sebagi ruang penerima ( ruang
tangga umum),
bagian tengah area serba guna dan area wudhu,
sedang      bagian      belakang      adalah      ruang      tunggu      VIP.
Khusus bagian tengah terbagi lagi atas area basah yaitu area wudhu
dan area kering adalah serba guna.
2.   Lantai atas
  
43
Lantai     atas     berfungsi     sebagai     ruang     shalat     utama.
Suasana
interior secara
garis besar
terbagi
atas
dua
zona dibawah
mezzanine   dan   ruang   besar   berkubah.   Pada   ruang   dibawah
mezzanine akan
terjadi
pengaruh psikologis
yang memberikan
perasaan tertekan / depresi sehingga memberikan pengaruh terhadap
keleluasaan konsentrasi.
Gambar 2. 5. 1. 5.
Sedang pada ruang tengah yang berkubah akan terjadi pengaruh
psikologi yang menimbulkan perasaan kerdil / kecil karena manusia
berada pada ruang
yang
sangat
besar
atau dengan perkataan lain
berada pada ruang
yang
sangat
besar
atau dengan perkataan lain
berada
pada
ruang
dengan skala monumental.
Ruang berkubah
ini
sekaligus merupakan
klimaks
dari
urutan
keseluruhan
perjalanan
pada area masjid.
Khusus pada
lantai
mezzanine,
skala
konstruksi
cenderung
bersifat ter-pusat radial kearah mihrab, sedang keberadaannya dapat
  
44
memberikan
suasana
"continous
space"
atau
ruang
yang
menerus
baik horizontal maupun vertical.
C.  Sarana Sirkulasi
Sarana  sirkulasi  utama  adalah  tangga  selain  tangga  terdapat
juga escalator dan
ramp. Letak tangga tersebut, escalator dan ramp
terletak di hall utama .
D.  Ruang Tangga
Ruang tangga diekspresikan secara terpisah dari
bangunan
utama,
hal
ini lebih
pada
pertimbangan
estetis
arsitektural
yaitu
sebagai elemen pengimbang dan pengarah. Sedang dari segi tampak
merupakan elemen vertical yang cukup kuat dan
membentuk "sky
line" yang harmonis.
E.  Menara/Minaret
Fungsi utama adalah
tempat menyimpan peralatan "Sound
System" yang
berupa
alat
pengeras suara
agar
suara
adzan
dapat
terdengar lebih jauh dan jelas.
Dari sisi arsitektural merupakan elemen identitas masjid sedang
dari
sisi
tata
letak
merupakan
elemen
"Eye
Catcher" yang
cukup
komunikatif
karena letaknya dihalaman depan.
Unsur
vertical ini
merupakan
gambaran
hubungan
antara manusia dengan
mahluk
ciptaan-Nya terhadap Sang Pencipta Yang Maha Tinggi yaitu Allah
  
45
SWT.
F. 
Selasar tertutup dan  plaza mesjid
Fungsi  utamanya  adalah  sebagai  sarana  sirkulasi  horizontal
yang   terlindung   dari   hujan   dan   panas.   Dari   segi   arsitektur
merupakan elemen arsitektur
yang berskala manusia,
berfungsi
sebagai
pembatas ruang
transisi
(plaza
shalat)
yang
memberikan
kesan "surprising" dalam perjalanan menuju ruang utama.
Sedang plaza shalat merupakan tempat shalat pada saat-saat
jamaah luber misalnya pada saat shalat Jum'at atau shalat Hari Raya.
Tangga keliling pada selasar ini merupakan elemen arsitektural yang
memberi kesan monumental untuk menuju bangunan utama.
G.  Lansekap
Lansekap masjid ini diwujudkan sebagai penghayatan rasa
syukur   
manusia   
melalui   
keindahan   
mahluk   
ciptaan-Nya.
Salah satu unsure lansekap yang cukup khas karakternya adalah air
Unsur
air
pada lansekap menciptakan
suasana kesejukan
(dingin), beriak dan pantulannya memberikan imajinasi tak terbatas
atas kekuasaan-Nya,dan dari airlah segala kehidupan dimulai
yang
harus kita pikirkan untuk
menciptakan rasa
syukur atas
kekuasaan
Allah pencipta langit dan seisinya.
Orientasi
Pada  komplek 
Masjid 
ini  diberikan  kejelasan  dan 
kemudahan
  
46
sirkulasi
sebagai
orientasi
pada kegiatan
didalamnya
dengan
penggunaan
hirarki
dan
material
yang
berbeda sesuai
fungsinya.
"Yang
menjadikan
bumi
untuk
kami sebagai
tempat
menetap dan
Dia  membuat  jalan-jalan  diatas  bumi  untuk  kami  supaya  kamu
mendapat petunjuk" (QS:43:10).
Kesimpulan :
-
Mesjid yang sangat besar dan luas.
-
Suara  tidak  bising  karena 
letaknya  yang  agak  ke  dalam  di
lansekapnya dan jauh dari jalan raya.
-
Banyaknya kisi-kisi dan bukaan
yang ada
menjadikan
sirkulasi
pengudaraan yang baik dan tanpa pengudaraan buatan.
-
Fasilitas yang ada sudah cukup lengkap dan banyak.
-
Lansekap
yang ada di Mesjid
ini
sangat di
tata dengan rapid an
teratur jadi terlihat sangat indah
-
Penataan tempat wudhu yang baik menjadikan sirkulasi manusia
yang baik.
II. 5. 2.  Mesjid Dian Almahri
Mesjid
Dian
Al-Mahri
terletak
di
tepo
Jalan
Raya
Meruyung-Cinere,
kecamatan Limo, kota Depok. Mesjid berkubah emas 24 karat.
Pemilik : Hj Dian Juriah Maimun Al Rasjid
Arsitek : Hj Dian Juriah Maimun Al Rasjid
  
47
Dibangun : 2001
Luas lahan keseluruhan : 80 hektar
Luas Lahan untuk mesjid : 2 hektar
Luas Bangunan mesjid : 60 m x 120 m.
Kapasitas mesjid : 25.000 jemaah
Diameter kubah utama : 16 meter
Tinggi kubah utama : 20 meter
Material impor
Pemilk 
mesjid 
mengimpor 
semua 
material 
untuk 
mesjidnya 
dari
Negara-negara
Eropa.
Emas,
lampu,
dan
granit dari
talia,
serta
beberapa
material lain dari Spanyol, Norwegia, juga dari Brasil.
Gambar 2. 5. 2. 1.
  
48
Gambar 2. 5. 2. 2.
Kesimpulan :
-
Mesjid terlalu mewah dan megah.
-
Boros material karena mengunakan material impor.
-
Tidak bising karena letaknya jauh dari jalan uama.
-
Lansekap sangat indah dan menarik namun dirasa sangat panas
karena kurangnya pohon peneduh.
-
Fasilitas sudah cukup lengkap dan memadai.
-
Dari segi penghawaan sudah cukup baik.
  
49
II. 5. 3.  Assyaffah Mosque di Singapore
Gambar 2. 5. 3. 1.
Data
Owner : Majelis Agama Islam Singapura
Arsitek Principal : Tan Kok Hiang
Tim desain :
-
Struktur : Web Struktur
-
Mekanikal dan Elektrikal : Alpha Engineering Consultan
-
Interior Desainer : Davis Langdon & Seah Singapore Pte. Ltd.
-
Kaligrafi : Yahiya, Xian China
-
Kontraktor : Evan Lim Contruction Pte. Ltd.
Waktu pembangunan : Mei 2000
Waktu penyelesaian : April 2004
Lokasi : 1 Admiralty Lane, Singapore 757620
Luas Tapak : 2500 m2
Luas Bnagunan : 3489 m2
  
50
Gambar 2. 5. 3. 2.
Sebelah
kiri adalah
dinding
dengan
motif
arab yang
berfungsi untuk
memasukkan
udara
dan
cahaya  alami  pada  siang  hari.  Di
sebelah  kanan  adalah  tempat  mihrab  yang  terbuat  dari
panel alumium dengan tulisan kaligrafi di ruang solat utama.
Gambar 2. 5. 3. 3.
Ruang solat berjamaah
yang beralaskan karpet sekaligus sebagi penunjuk saf dan juga rak-rak
Quran di belakangnya.
  
51
Gambar 2. 5. 3. 4.
Tampak minaret mesjid yang bermodular terbuat dari lempengan baja.
Gambar 2. 5. 3. 5.
Ruang
solat
utama yang bebas dengan
penggunaan kolom. Kolom melengkung
seperti bentuk
setengah lingkaran yang terbuat dari struktur beton.
  
52
Gambar 2. 5. 3. 6.
Ruang solat utama dengan pencahayaan dari samping dan atas, dan juga penghawaan
alami.
Gambar 2. 5. 3. 7.
Rak
Al Quran
yang
berada  di ruang
solat
utama
yang
terbuat
dari kaca
yang
menempel  di
dinding yang dibatasi oleh plat baja dan terkena cahaya siang.
  
53
Gambar 2. 5. 3. 8.
Refleksi yang ditimbulkan oleh lantai granit hitam.
Gambar 2. 5. 3. 9.
  
54
Gambar 2. 5. 3. 10.
Gambar 2. 5. 3. 11.
  
55
Gambar 2. 5. 3. 12.
Gambar 2. 5. 3. 13
.
  
56
II. 5. 4.  MASJID SAID NAUM, UNGKAPAN LOKALITAS DALAM MASJID
MODERN
oleh Bambang Setia Budi
Suatu
rancangan
masjid
yang
sangat
berhasil
dalam
upaya
menghadirkan 
kosa 
bentuk 
masjid 
tradisional 
Jawa 
ke 
dalam 
ungkapan-
ungkapan  modern  adalah  Masjid  Said  Naum 
yang  terletak  di  dalam  area
kepadatan tinggi di Kebon Kacang, Jakarta.
Masjid   yang   dirancang   arsitek   Adhi   Moersid   dan   tim   ini   jelas
memperlihatkan
usaha serius dalam
mengakomodasi dua kepentingan berbeda
yaitu merepresentasikan karakter arsitektur lokal/tradisional dengan pendekatan
modern.  Wajar  jika  rancangan  ini  kemudian  memenangkan  kompetisi  yang
diadakan Pemda DKI pada tahun 1975 di mana kriteria utamanya adalah harus
merepresentasikan  karakter  arsitektur  tradisional,  cocok  dengan  lingkungan
sekitar,  dan  menggunakan  material  lokal.  Atas  alasan  itu  pulalah  bangunan
masjid yang selesai pembangunannya tahun 1977 ini mendapatkan penghargaan
Honourable Mention dari
Aga Khan Award for
Architecture pada tahun 1986.
  
57
Gambar  2. 5. 4. 1.
Masjid  Said  Naum  -Penampilan masjid didominasi oleh atap yang
mencoba
menggubah kembali atap
tumpang
atau
Meru
tradisional ke
dalam
perwujudan yang baru.
Menurut
catatan
tertulis dari
sang
arsitek,
pada
waktu
menggarap
rancangan
ini sebenarnya
tidak ada pretensi
mengupas kemudian
merumuskan
bagaimana tradisi dan
unsur arsitektur
tradisional dapat dimasukkan ke dalam
rancangan
dengan
mengikuti
aturan
atau teori
tertentu.
Namun, yang
dicoba
dilakukan   adalah   mencarikan   landasan   untuk   memberikan   makna   pada
ungkapan arsitekturnya baik yang teraga maupun yang tidak teraga.
Salah satu landasan perancangannya adalah keyakinan bahwa Islam
merupakan ajaran atau ideologi yang ke mana
pun ia datang tidak
secara
langsung membawa atau memberikan bentuk budaya berupa fisik. Di mana pun
Islam datang, ia siap memakai berbagai bentuk lokal/tradisional untuk dijadikan
  
58
identitas fisiknya.
Dari
sini
kita menemukan
banyak
bangunan-bangunan
tradisional yang dengan mudah dapat berubah fungsinya menjadi masjid di
berbagai masyarakat yang telah memeluk agama Islam.
Arsitektur
Islam
dapat
juga
dinyatakan
sebagai manifestasi
fisik
dari
adaptasi
yang harmonis antara ajaran Islam dengan bentuk-bentuk
lokal. Oleh
karena itu,
Arsitektur
Islam
bisa amat kaya akan ragam dan jenisnya
sebagaimana  yang  diungkapkan  arsitek  Muslim  Turki  Dogan  Kuban  bahwa
tidak
ada
homogenitas dan
kesatuan
dalam
bentuk
dari
apa
yang
disebut
Arsitektur Islam. Konsep inilah yang dipakai sang arsitek sebagai fokus sentral
dalam 
mendesain 
masjid  bernuansa 
modern 
di 
atas 
tanah  wakaf 
warga
keturunan Mesir bernama Said Naum.
DARI
segi
bentuk,
gubahan pertama
yang menarik perhatian adalah
desain atap masjid. Karena arsitektur atap merupakan salah satu ciri
menonjol
dalam arsitektur
tradisional di Indonesia/Jawa, dapatlah dimengerti
jika
desain
ini
mencoba mengambil
kembali karakteristik atap
masjid
tradisional,
namun
direvitalisasi.
Penampilan
masjid didominasi atap
yang mencoba
menggubah kembali
atap tumpang atau meru tradisional
yang sering ditampilkan dalam bangunan
sakral di Jawa atau Bali, ke dalam perwujudan
baru. Berbeda pada bangunan
tradisional,
bagian
atas
diputar 90
derajat dari
bentuk
massa
bangunan
masjidnya.
Hal
ini
jelas
memperlihatkan
usaha menarik
dalam
menampilkan
gagasan baru untuk merevitalisasi bentuk atap lokal/tradisional tersebut. Bentuk
  
59
seperti itu tampaknya berkembang lebih lanjut di kemudian hari pada bangunan
masjid-masjid modern lainnya di Indonesia seperti Masjid Al-Markaz Al-Islami
di
Makassar   
dan   
Masjid   
Pusdai   
(Islamic   
Center)   
di   
Bandung.
Gambar2.5.4.2.
Cahaya alami
-
Pencahayaan alami
menembus masuk ke dalam ruang shalat
memberi
suasana
kenyamanan
bagi
setiap
pengguna.
Sementara
pada
bagian
atas terlihat
balok-balok
struktur
rangka
atap
yang
menjadi
`self
bearing
structure` dari sistem struktur atap tradisional sengaja diekspose.
Bentuk atap tersebut sebenarnya juga memperlihatkan kesamaan profil
dengan tipe atap tumpang dengan saka guru. Biasanya ada empat saka guru di
tengah ruang shalat untuk menyangga atap kedua maupun ketiganya. Namun,
empat  saka  guru  tersebut  di  dalam  rancangan  ini  dihilangkan  agar  didapat
  
60
pandangan secara jelas ke arah mihrab dan tersedia ruang tempat shalat dengan
bebas.
Konsekuensi penghilangan kolom-kolom saka guru di tengah-tengah
ruangan  tersebut  adalah  diperlukannya  struktur 
bentang  cukup  lebar.
Tampaknya
pilihan
struktur
rangka
baja
telah dipakai
untuk
menggantikan
struktur kayu yang biasa pada masjid tradisional. Namun yang sangat menarik
di sini adalah dikembangkannya kembali konsep sistem atap lama pada struktur
rangka atap yang rigid sebagai self
bearing
structure untuk menutup ruang
dengan bentang lebar.
Desain ini dengan jelas
memeragakan pemanfaatan
teknologi yang diadaptasikan dengan tradisi lokal.
Pencahayaan  alami 
yang 
masuk  ke  ruang  shalat  memberi  suasana
nyaman  bagi  setiap  pengguna.  Sementara  pada  bagian  atas  terlihat  balok
struktur rangka atap yang menjadi self bearing structure dari sistem struktur atap
tradisional sengaja diekspos.
Yang juga terlihat
sangat
menonjol dalam rancangan masjid yang
berdenah
segi
empat
simetris
ini adalah
kenyamanan
ruang-ruangnya,
yang
terjadi sebab adanya bukaan
di semua sisi
dindingnya sehingga tercapai
penghawaan silang dengan baik.
Di setiap
sisi
dinding masjid terdapat lima
jendela kayu lengkung yang lebar dengan beberapa di antaranya dipakai sebagai
pintu. Uniknya bukaan-bukaan ini tidak menggunakan daun jendela/pintu tetapi
deretan kayu berukir/berulir berjarak tertentu dengan arah vertikal yang mengisi
luas  jendela  tersebut.  Model  jendela  seperti  ini  mengingatkan  pada  rumah-
  
61
rumah tradisional Betawi maupun masjid-masjid lama di Jakarta yang dibangun
sejak                                                   abad                                                   ke-18.
Gambar2.5.4.3.
Bukaan
-
Bukaan
tanpa
daun
jendela
pada setiap
sisi
bangunan
seperti
ini
menjadikan
angin
bebas bertiup
ke
dalam
bangunan
sehingga
tercapai
penghawaan silang. Nampaknya ini merupakan salah satu kunci kenyamanan
karena mengadaptasi kondisi iklim lokal.
Bukaan tanpa daun jendela pada setiap sisi bangunan seperti ini
menjadikan
angin
bebas bertiup
ke
dalam
bangunan
sehingga
tercapai
penghawaan silang. Nampaknya ini merupakan salah satu kunci kenyamanan
karena mengadaptasi kondisi iklim lokal.
Penggunaan sirkulasi
yang
mudah dan jelas juga memberi kenyamanan
tersendiri dari bangunan berkarakter publik ini. Selain itu, penggunaan bentuk
atap juga sangat cocok untuk bangunan di tempat
yang memiliki curah hujan
tinggi, bahkan adanya selasar yang lebar pada semua sisi yang dapat melindungi
  
62
ruang dalam/interior dari
hujan dan
silau akibat panas
matahari
luar
semakin
menambah kenyamanan ruang-ruang masjid.
Pencahayaan
alami
yang
dramatis dan
sayup-sayup
lembut-yang
memasuki ruangan
shalat baik dari
samping maupun dari
lubang cahaya dari
pertemuan bidang miring atap yang diputar dengan atap di bawahnya-sangatlah
mendukung suasana kekhusyukan. Sementara lampu di tengah langit-langit atap
sangat serasi
dengan geometri
yang memberikan cahaya iluminasi.
Bagaimanapun,
efek
pencahayaan
ini memberikan
kenyamanan
sangat
bagi
setiap pengguna ketika berada di dalam masjid.
Area di luar bangunan dirancang dengan berbagai
level dengan tanaman
berbeda pada masing-masing tempat. Pepohonan di sekeliling batas dan sebagai
pengisi  antarbaris  paving  lantai  menyediakan  bayangan  dan  atmosfer  yang
relatif
sejuk
yang
mengalir
secara
silang
ke dalam
bangunan.
Tata
letak
bangunan
dan
penataan
lanskap
tersebut
jelas hendak
menjadikan
area
yang
tenang,
sejuk,
dan
damai bagai
oase di
tengah
hiruk-pikuk
area
urban
Kota
Jakarta. Ini
menunjukkan desain bangunan
yang sangat
adaptif
dengan
iklim
lokal.
Dengan demikian, baik penampilan masjid dalam ruang dan bentuk, tata
letak dan penataan lanskap, tampaknya sangat mendekati ideal. Kehadirannya
begitu nyaman bagi kegiatan ritual ibadah seperti shalat,
itikaf (berdiam diri di
dalam
masjid
untuk
mendekatkan diri
kepada
Allah),
perenungan hingga
muhasabah (mengevaluasi diri).
  
63
Ini
semua
tidak
lepas
dari
kuatnya ungkapan-ungkapan
karakter
lokal
atau
lokalitas dalam rancangan
masjid baik secara keseluruhan
maupun detail-
detailnya. Ungkapan
lokalitas memang banyak diolah dan
menjadi ciri penting
dalam 
rancangan 
masjid 
modern 
ini.   Bahkan, 
materialnya 
menunjukkan
material lokal kecuali bahan baja untuk struktur atap. Ini yang tampaknya patut
menjadi contoh dan
perlu dikembangkan
perancang/arsitek untuk bangunan
masjid khususnya
dan bangunan lain pada umumnya di negeri
kita tercinta,
Indonesia.
II. 5. 5.  King Faisal Mosque di Pakistan
Gambar 2. 5. .5. 1.
Tampak mesjid Faisal Moasque di Pakistan
  
64
Gambar 2. 5. 5. 2.
Tapak mesjid yang dikelilingi oleh penghijauan yang alami
Gambar 2. 5. 5. 3.
Interior mesjid yang mendapat pencahayaan
alami pada siang hari
  
65
Gambar 2. 5. 5. 4.
Main Entrance jamaah untuk masuk ke mesjid
Gambar 2. 5. 5. 5.
Tapak mesjid
  
66
Gambar 2. 5. 5. 6.
Denah mesjid
Gambar 2. 5. 5. 7.
Potongan dari pintu masuk
  
67
Gambar 2. 5. 5. 8.
Potongan menghadap dinding kiblat
Gambar 2. 5. 5. 9.
Tampak mesjid pada malam hari dengan penerangan
yang indah
  
Gambar 2. 5. 5. 10.
68
  
69
II. 6.   Studi Banding terhadap Bangunan Ekologis
Menara Mesiniaga
Lokasi
:
Subang Jaya
Arsitek
:
Ken Yeang
Dibangun
:
1989
Selesai
:
1992
Tinggi                             
:
63 meter
Jumlah lantai                  
:
15 lantai
Luas total bangunan       
:
6503 m²
Sumber :
Gambar 2. 6. 2.
Gambar 2. 6. 1.
Warna kuning : sun shaders, warna hijau : tempat buat taman
  
70
Sumber :
Gambar 2. 6. 3.
Menara Mesiniaga merupakan bangunan yang
berperan sebagai
penyaring  lingkungan. 
Menara 
Mesiniaga 
merupakan  bangunan  yang
utilitasnya berdasarkan bangunan tradisional Malaysia dan transisi bangunan
tradisional atau evolusi ke bangunan modern.
Bangunan ini memiliki visi
sebagai taman
tropis dan menemukan
hubungan antara bangunan,
ruang luar
dan iklim,
serta merubah dampak
perkembangan bangunan tinggi dalam
ekosistem sebuah kota.
  
71
Orientasi matahari
Menara Mesiniaga
Gambar 2. 6. 4.
Kesimpulan
:
Menara Mesiniaga
merupakan
bangunan
ekologi
yang
menggunakan 
potensi 
lingkungan  tropis 
secara  maksimal 
untuk
pencahayaan 
serta  penghawaan. 
Bangunan 
ini  dirancang  dengan
mengangkat
tanaman
ke
atas bangunan
dan
mengelilingi
bangunan
untuk
menurunkan suhu di dalam ruangan dan mendistribusikan oksigen.
Orientasi matahari bangunan menara ini adalah ke arah Utara dan
Selatan karena pada daerah tropis bukaan di sisi
ini
mengurangi keperluan
untuk menghalangi sinar matahari.