BAB 2
LANDASAN
TEORI
2.1. Pengembangan Produk baru
Menurut
Crawford
dan
Di
Benedetto (2000, p10), produk
baru
dapat dibedakan
menjadi 4 kategori umum yaitu :
a. new-to-the-world products:
produk
yang
merupakan
hasil
inovasi
atau penemuan
baru.
b.
New category entries : produk yang membawa
perusahaan
ke sebuah kategori
produk baru tetapi produk tersebut bukanlah produk baru bagi pasar.
c. Additions to
product lines
:
produk
yang merupakan turunan
dari
produk
yang
sudah ada untuk pasar yang sekarang telah dimasuki oleh perusahaan.
d.
Product improvements : merupakan pengembangan atas produk sekarang yang telah
ada di pasar yang pengembangan dan peningkatannya bisa terus berulang.
e. Repositionings
: produk ditargetkan dan diposisikan ulang untuk manfaat dan
kegunaan baru.
Secara
umum,
ada
beberapa
tahap
umum
yang
biasanya
dilakukan dalam
proses
pengembangan produk (Crawford dan Di Benedetto, 2000, p25) yaitu :
1.
Opportunity identification and selection
Identifikasi peluang biasanya dibagi menjadi 4 kategori umum yaitu : adanya sumber
daya
yang
tidak
termanfaatkan, adanya sumber
daya
baru, adanya
dorongan dari
|
16
faktor eksternal yang dapat berupa masuknya pesaing baru dan adanya dorongan dari
pihak internal misalnya penetapan target penjualan yang harus dicapai.
2.
Concept Generation
Meninjau peluang
yang
telah
dipilih
dan
memulai
keterlibatan dengan
pelanggan.
Mengumpulkan konsep-konsep produk
baru
yang
sesuai
dengan
peluang
yang ada
dan menemukan konsep-konsep baru.
3.
Concept/Project Evaluation
Sebelum
konsep
produk
baru
ini
dikembangkan dan
dioperasikan,
perlu
adanya
evaluasi dan pengamatan menyeluruh. Hal
ini bisa dimulai dengan tes konsep pada
pelanggan
untuk
mengetahui pendapat
pelanggan.
Bilamana,
konsep produk
telah
diputuskan untuk
dijalankan,
maka
berlanjut
ke
evaluasi
proyek
dimana
mulai
dilakukan perencanaan untuk melaksanakan pengembangan konsep produk tersebut.
4.
Development
Tahap
ini
telah
menuju
ke
penyediaan
sumber
daya
yang
dibutuhkan
dan
strategi
pemasaran yang
harus disusun dan menuju ke analisa finansial . Sumber daya disini
bisa
beragam
sesuai
dengan
kategori
produk
yang
dikembangkan, apakah
hanya
berupa
produk
turunan
dimana
faktor
produksi
telah
dimiliki
atau produk
yang
benar-benar
murni
yang
sumber dayanya harus disediakan terlebih dahulu. Strategi
pemasaran biasanya akan ditinjau terus menerus dimulai dari
munculnya ide produk
baru
sampai ke tahap peluncurannya karena situasi
yang
terus
berubah dan analisa
finansial dibutuhkan untuk menjadi pertimbangan manajemen apakah projek ini akan
dijalankan
atau ditunda.
|
17
5.
Launch
Tahap peluncuran
ini
belum
bisa
berarti proyek
telah diputuskan untuk dijalankan,
biasanya proses
ujicoba
pasar
akan
dilakukan terlebih
dahulu
untuk
mengamati
kemungkinan
masalah yang bisa timbul sebelum
waktu peluncuran
produk
dilakukan. Proses ujicoba ini telah berkembang menjadi rumit dan proses launching
tidak
bisa
berjalan
dalam
waktu
satu
hari
tetapi
menjadi
berminggu-minggu atau
berbulan-bulan sampai
produk benar-benar diluncurkan ke
pasar
secara stabil.
Dan
dalam proses peluncuran produk, masih ada kemungkinan dibatalkan atau
ditundanya proyek.
2.2. Opportunity Identification and Selection
Untuk mengembangkan sebuah perencanaan produk pada tahap awal, secara umum
disarankan 5 langkah proses (Ulrich dan Eppinger, 2003, p36):
a.
Identify Opportunities
Peluang pengembangan produk baru merupakan
masukan dari berbagai pihak
yang
terkait dengan perusahaan,
misalnya bagian
top
manajemen, bagian pemasaran, R&D,
bagian produksi dan operasi, pelanggan potensial, supplier dan partner bisnis.
b.
Evaluate and prioritize projects
Tahap
kedua
adalah
memilih proyek
yang
paling
menjanjikan
bila
diwujudkan.
Dalam
pengembangan produk
baru,
perusahaan
menghadapi
pasar
baru
ataupun
teknologi baru, dan
investasi baik dalam
hal teknologi dan pasar baru sangat beresiko.
ada
baiknya diperhatikan
beberapa kriteria
untuk
mengevaluasi
peluang
produk
baru
yaitu :
-
market size ( units / year X average price)
|
18
-
market growth rate (percent per year)
-
competitive intensity ( number of competitors and their strengths)
-
depth of the firms existing knowledge of the technology
-
fit with the firms other products
-
fit with the firms capabilities
-
potential for patents, trade secrets, or other barriers to competition
-
existence of a product champion within the firm.
c. Allocate resources and plan timing
Alokasi
sumber
daya
perusahaan harus
diatur
dengan
baik
karena
tidak
semua
peluang
pengembangan produk
baru
yang
diinginkan
dapat
dikerjakan karena
adanya
keterbatasan sumber
daya.
Sementara
perencanaan
jadwal
proyek
dibutuhkan
untuk
menjaga
agar
proyek dikerjakan selesai
pada
waktu
yang
sesuai
dengan
yang
diharapkan.
d.
Complete pre-project plannings
Untuk mengarahkan pengembangan produk baru, maka dibutuhkan suatu pernyataan
strategi
yang
menurut Crawford dan
Di
Benedetto
(2000, p42)
dipetakan dalam suatu
format yang disebut PIC (Product Innovation Charter).
e. Reflect on the results and the process
Tahap ini bertujuan untuk memberikan penilaian atas perencanaan produk yang telah
ditetapkan baik dalam proses perencanaan dan hasil perencanaannya.
|
![]() 19
2.3. Concept Generation
Produk baru biasanya timbul dari suatu konsep awal, dan awal timbulnya konsep dan
hubungannya dalam
hal pemunculan sebuah
ide,
maka perlu
ditinjau
3
faktor
penentu
Crawford dan Di Benedetto (2000, p 76) yaitu :
a. Form, adalah
bentuk
fisik dari produk dan jasa. Misalnya suatu campuran
logam
berbentuk batangan, sebuah ponsel mempunyai hardware, software, prosedur, dll.
b. Technology, adalah sumber yang menghasilkan bentuk dari suatu produk atau jasa.
Misalnya, teknologi untuk campuran logam seperti proses pencampuran kandungan
kimia, ilmu logam, mesin pembentuk, dll. Teknologi dianggap sebagai sumber untuk
menjalankan inovasi produk.
c. Benefit, suatu produk
mempunyai
nilai
bila dapat
memberikan
manfaat bagi
pelanggan dimana manfaat itu bisa dibutuhkan atau diinginkan pelanggan tersebut.
Definisi Konsep Produk Baru
Menurut Crawford dan
Di
Benedetto
(2000,
p
176), konsep
produk
baru
adalah
sebuah pernyataan atas
fitur-fitur
yang dimiliki suatu produk
yang dapat
menghasilkan
manfaat tertentu dibandingkan dengan produk lainnya.
Menurut Ulrich dan Eppinger (2003, p 99), ada 5 tahap pemunculan konsep (concept
generation) yaitu :
1.
Memperjelas
masalah /
kebutuhan pelanggan. Setelah
identifikasi atribut dilakukan
untuk
mengetahui
atribut
dominan
yang
dicari
pelanggan, dapat
dilakukan
pemahaman atas kebutuhan yang diinginkan pelanggan dan memunculkan beberapa
ide
konsep.
Kebutuhan
yang diperoleh
nantinya sangat beragam
dan
tidak dapat
|
![]() 20
disatukan
sebagai
satu kebutuhan,
karena itu analisa
selanjutnya
akan meninjau
setiap kebutuhan itu sebagai subproblem.
2.
Mencari solusi dari
lingkungan eksternal, biasanya
mencari solusi-solusi
yang telah
ada dari pihak-pihak eksternal seperti konsumen potensial, konsultasi ahli, pencarian
paten, pencarian literatur dan patok duga pada produk yang berkaitan dengan solusi
masalah.
3.
Mencari
solusi
dari
lingkungan
internal,
biasanya
menggunakan pengetahuan dan
kreatifitas
dari
tim
pengembangan
produk
untuk
menghasilkan konsep
solusi atas
masalah.
4.
Mengeksplorasi secara
sistematis,
berfungsi
untuk
mengetahui kemungkinan-
kemungkinan konsep
solusi
yang
diperoleh dari
sumber eksternal
maupun
internal.
Ada
2
metode
untuk
mengeksplorasi kemungkinan
yang
dapat
dihasilkan
yaitu
concept classification tree
yang
membantu
membagi
kemungkinan
solusi
menjadi
kategori bebas
dan
the
concept
combination
table
yang
membantu
mempertimbangkan secara selektif kombinasi dari berbagai solusi.
5.
Pertimbangan kembali atas hasil dan proses yang telah dilakukan.
2.4. Concept / Project Evaluation
Tahap ini
merupakan tahap menilai dan
membuat keputusan apakah suatu konsep
produk dapat diteruskan ke pengembangan secara menyeluruh atau diberhentikan.
Concept Selection
Berdasarkan pendapat Ulrich dan Eppinger (2003, p 124), concept selection adalah
proses
mengevaluasi konsep sesuai dengan kebutuhan konsumen dan kriteria
lainnya,
|
![]() 21
membandingkan kekuatan dan kelemahan tiap konsep dan
memilih satu konsep
yang
dapat dilanjutkan ke tahap pengembangan.
Ada
2
tahap
metode
seleksi
konsep,
tahap
pertama
disebut concept
screening dan
tahap
kedua
disebut
concept
scoring.
Kedua
tahap
ini,
mengikuti 6
langkah
proses
aktivitas seleksi konsep (Ulrich dan Eppinger, 2003, p 129) yaitu :
1.
Prepare the Selection Matrix
Concept screening : menyiapkan kriteria fisik yang dapat menerangkan setiap
konsep
dan
disusun dalam
suatu
matriks.
Kemudian,
dengan
pertimbangan
mendalam, ditentukan
concept
yang
ingin dijadikan
sebagai
patokan
atau
concept
reference
untuk
dibandingkan dengan
konsep
lainnya.
Referensi
konsep
ini
bisa
berupa produk terbaik, produk pesaing, atau konsep produk standar.
Concept
scoring
:
membuat
subkriteria dari
kriteria
yang
sudah
ada
sehingga
penilaian dilakukan
lebih
detil.
Kemudian
menambahkan
bobot
pada
kriteria
an
subkriteria
tersebut.
Dan
konsep
yang
dinilai
adalah
konsep
hasil
pemilihan dari
concept screening.
2.
Rate the Concepts
Concept
screening
:
skala
relatif
yaitu
lebih
baik(+), same as(0), atau
lebih
buruk(-) diberikan pada setiap sel dalam matriks.
Concept
scoring
:
skala
interval
digunakan,
yaitu skala 1-5.
pada konsep
scoring,
tidak digunakan concept reference karena setiap konsep dinilai.
3.
Rank the Concepts
Concept
screening
:
jumlahkan semua
tanda
skala
relatif.
Kemudian
dari
hasil
penjumlahan itu, konsep dengan jumlah plus terbanyak dan minus terkecil diberi
peringkat yang paling baik.
|
![]() 22
Concept scoring : kalikan bobot dengan skala yang diberikan. Dan penjumlahannya
akan bisa menentukan peringkat bagi setiap konsep.
4.
Combine and improve the concepts
Concept screening : meninjau hasil dan
mempertimbangkan untuk menggabungkan
atau mengembangkan beberapa konsep.
Concept scoring :meninjau
hasil dan mencoba kemungkinan kombinasi untuk
meningkatkan kekurangan dari berbagai konsep menjadi konsep yang lebih baik.
5.
Select one or more concepts
Concept screening : menentukan konsep
yang akan dipilih
untuk memasuki tahap
concept scoring.
Concept scoring :menentukan konsep yang akan dilanjutkan ke pengembangan
selanjutnya.
6.
Reflect on the results and the process
Concept screening : Peninjauan kembali dari hasil pemilihan konsep
Concept scoring : Peninjauan dan refleksi dari hasil pemilihan konsep.
Pengembangan Konsep (Concept Test / Concept Development)
Menurut
Crawford dan
Di
Benedetto
(2000,
p
15),
Concept
Test berfungsi untuk
mengetahui apakah konsumen
yang dituju
akan
membutuhkan produk
baru
yang
akan
dikembangkan. Concept
test
juga
mempunyai
beberapa
tujuan
(Crawford
dan
Di
Benedetto, 2000, p 177) sebagai berikut:
a. dapat mengidentifikasi konsep yang buruk sehingga dapat dieliminasi secepatnya.
b. Mengestimasi
secara kasar tingkat penjualan atau ujicoba yang akan dilakukan
konsumen atas produk.
|
![]() 23
c. Membantu mengembangkan ide konsep.
Berdasarkan pendapat Ulrich dan
Eppinger
(2003, p147),
terdapat 7
langkah
pengujian dan pengembangan konsep yaitu :
1.
meninjau tujuan pengujian dan pengembangan konsep
mencari jawaban atas pertanyaan atau tujuan
yang ingin dicapai dengan
melakukan
pengujian konsep. Dapat dinyatakan dalam pertanyaan.
2.
memilih populasi yang akan disurvey
populasi
yang disurvey harus dapat
menggambarkan karakteristik target pasar
yang
akan dituju oleh produk tersebut.
3.
memilih format survey
interaksi langsung, yaitu melakukan wawancara langsung dan bertatapan muka.
Telepon, dengan menelepon konsumen yang menjadi target populasi
Surat
pos, dengan
mengirimkan kertas survey dan konsep
yang akan
dikirim
kembali oleh responden
E-mail,
melalui
jaringan
internet, dimana kecenderungan responden untuk
mengirim kembali hasil survey lebih tinggi.
Internet, dengan situs yang menampilkan
konsep tes dimana peserta
survey
masuk ke situs dan memberi tanggapan.
4.
mengkomunikasikan konsep
Format
survey
yang
dipilih akan
memepengaruhi cara
komunikasi
konsep. Secara
umum,
konsep
dapat
dikomunikasikan secara
tertulis,
gambar
kasar,
foto,
video,
simulasi, dan model/prototype.
|
![]() 24
5.
Mengukur respon pelanggan
Pertanyaan dalam survey disusun sedemikian sehingga bisa memberi
jawaban
yang
dapat terukur oleh perusahaan sehingga dapat mengetahui keinginan untuk membeli,
tingkat pembelian kembali dan tujuan-tujuan lain dari survey.
6.
menerjemahkan hasil
Hasil dari survey concept test bisa menggunakan The A-T-A-R model.
7.
meninjau dan refleksi pada hasil dan proses.
The A-T-A-R Model
Salah
satu
aspek
yang
digunakan
untuk
mengevaluasi produk
atau
proyek
baru
didasarkan pada estimasi keuntungan dan
penjualan yang dapat diperoleh dari produk
tersebut. Salah satu formula yang bisa digunakan untuk melakukan evaluasi adalah A-T-
A-R concept (awareness-trial-availability-repeat) (Crawford dan Di Benedetto, 2000, p
161)
yang
menerangkan
bahwa
agar
seseorang
menjadi
pembeli reguler
atas
suatu
produk,
harus
ada
awareness atas produk,
sehingga timbul
keputusan untuk
mencoba,
bila
ingin
mencoba
maka
ketersediaan produk
harus
dipastikan
dan
kemudian
harus
muncul suatu kesenangan atau kebutuhan untuk melakukan pembelian kembali.
Rumus :
Profits = Units sold Å Profit per unit
Units sold = Number of buying units Å
percent aware Å
percent trial Å percent
availability Å percent repeat Å annual units bought
Profit per unit = Revenue per unit (unit list price less trade margins and promotion)
Costs per unit (usually cost of goods sold plus direct marketing
costs)
Sumber : Crawford dan Di Benedetto, 2000, p 162
|
![]() 25
Crawford dan Di
Benedetto
(2000,
p
161),
menyajikan
definisi
yang digunakan
dalam A-T-A-R model yaitu :
a.
Buying unit
bisa
berupa
individu
atau
perusahaan yang
mengambil
keputusan
dalam membeli produk.
b.
Aware artinya orang
yang
akan
membeli
harus
mengenal tentang keberadaan
produk dan spesifikasi produk yang membuatnya berbeda.
c. Available artinya besarnya peluang bila seorang pembeli akan mencoba produk,
maka
usaha
untuk
menemukan produk
itu
akan
sukses
dan
mudah
dilakukan,
bisa juga berupa persentase jumlah toko yang men-stok produk itu.
d.
Trial
dapat
diartikan
sebagai
pembelian
yang
nyata
dilakukan
oleh
konsumen
yang
dituju atau
konsumsi
yang
dilakukan atas
produk diluar
dari
percobaan
pasar.
e. Repeat, dapat diartikan membeli kembali lebih dari dua atau tiga kali.
A-T-A-R Requirements:
Awareness
Cara ideal untuk
memperoleh awareness adalah
melalui sebuah gabungan,
misalnya
penawaran,
iklan
komunikasi
dan
pengumuman, rekomendasi
dari
kenalan,
demonstrasi produk, dan penggunaan endoser dan sebagainya.
Stocking and Availability
Peran
penjual
/
reseller
perlu
dipertimbangkan dalam
hal ketersediaan produk dan
perlu
ikut dilibatkan dalam proses
pengembangan produk untuk dapat
memperoleh
estimasi
ketersediaan
produk
di
pasar.
Perlu
dipastikan
kesediaan
penjual
untuk
dapat
menjual
dan
ingin
menjual
produk. Untuk
mendorong penjual
untuk
ingin
menjual produk, dapat diberikan motivasi dan program pendukung.
|
![]() 26
Trial
Menurut Crawford and Di Benedetto (2006, p404), Trial adalah penggunaan terbatas
atas suatu produk yang diharapkan pada kondisi yang normal yang dapat mendorong
konsumen
untuk
mempelajari keuntungan
dan
manfaat dari
suatu
produk.
Untuk
menganalisa tingkat trial dan barriers to trial, sebuah kerangka untuk memilih taktik
peluncuran produk berdasarkan atas tingkat keuntungan relatif dan tingkat perubahan
cara penggunaan..
Repeat
Bila target pasar melakukan ujicoba produk secara serius dan telah dipastikan dari
product
test
bahwa
konsumen
akan
menyukai
produk,
maka
pembelian
kembali
dapat dipastikan terjadi dan dapat diestimasi.
The Full Screen
Menurut Crawford dan Di Benedetto (2000, p 28), The Full Screen adalah kumpulan
dari tahap evaluasi
menjadi sekumpulan gambaran yang
menggunakan model penilaian
(scoring) yang menghasilkan keputusan suatu produk apakah akan dilanjutkan ke proses
pengembangan atau
dieliminasi.
Salah
satu
pendekatan
yang
bisa
digunakan
untuk
mendukung tahap Full
Screen
ini adalah
menggunakan metode
AHP(Crawford dan
Di
Benedetto,
2006,
p
223),
yaitu
suatu
metode berupa
susunan dari
faktor-faktor yang
dinilai dengan menggunakan bobot kepentingan atas tiap faktor tersebut.
Menurut
Taylor
III (2004, p
17),
AHP
yang
dikembangkan oleh
Thomas
Saaty adalah
metode
untuk
membuat urutan
alternatif
keputusan dan
memilih
yang
terbaik
pada
saat
pengambil keputusan memiliki beberapa tujuan atau kriteria untuk mengambil keputusan
tertentu. AHP
merupakah proses untuk
menghitung
nilai angka
untuk
meranking tiap
|
![]() 27
alternatif keputusan
berdasarkan sejauh
mana
alternatif
tersebut
memenuhi
kriteria
pembuat
keputusan.
Dalam
menentukan
nilai,
digunakan
perbandingan pasangan
(pairwise
comparison)
atas
alternatif
berdasarkan kriteria
tertentu.
Standar
skala
preferensi yang digunakan AHP diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Standar skala preferensi untuk AHP
Tingkat Preferensi
Nilai Angka
Sama disukai
1
Sama hingga cukup disukai
2
Cukup disukai
3
Cukup hingga sangat disukai
4
Sangat disukai
5
Sangat disukai hingga amat sangat disukai
6
Amat sangat disukai
7
Amat sangat disukai hingga luar biasa disukai
8
Luar biasa disukai
9
Sumber : Taylor III, 2004, p 19.
Perbandingan pasangan
ini
kemudian dimasukkan dalam satu
matriks yang
disebut
matriks perbandingan pasangan (pairwise comparison matrix) dengan jumlah baris dan
kolom
sesuai
dengan
banyaknya
alternatif
keputusan
dan
kriteria.
Kemudian,
untuk
AHP, preferensi yang dibuat untuk satu perbandingan pasangan harus konsisten dengan
perbandingan pasangan
lainnya(Taylor III,
2004,
p24).
Suatu
indeks
konsistensi
(consistency
index
=
CI)
dapat
dihitung
untuk
mengukur
tingkat
inkonsistensi
dalam
perbandingan pasangan.
Tingkat
konsistensi
yang
dapat
diterima
ditentukan
dengan
membandingkan CI
terhadap
indeks
acak
(random
index),
RI,
yang
merupakan
konsistensi
dari
matriks
perbandingan pasangan
yang
dibuat
secara
acak.
Tingkat
konsistensi
adalah
memuaskan
bila
ratio
CI/ RI
<
0,10.
bila
CI
/
RI
>
0,10,
maka
terdapat inkonsistensi serius dan hasil AHP menjadi tidak berarti.
|
![]() 28
Tabel 2.2 Random Concistency Index untuk AHP
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
RCI
0
0
0.58
0.9
1.12
1.24
1.32
1.41
1.45
1.49
1.51
1.48
1.56
1.57
1.59
Sumber : Taylor III, 2004, p25 dan journal AHP by Annika Kangas, 2006 dan
Spesifikasi Produk
Menurut Crawford dan Di Benedetto (2000, p 241), product protocol boleh disebut
sebagai
definisi
produk
ataupun
kebutuhan
produk,
menerangkan tentang
tampilan
konsep
produk
final
dari
tahap
pengembangan, manfaat
yang akan diberikan
produk
kepada
pelanggan dan
perubahan apa
yang
akan
diterapkan
di
pasar
oleh
program
pemasaran. Tujuan product protocol adalah
menjadi panduan untuk menjaga pekerjaan
dari
tiap
departemen
yang
berhubungan
dengan
proses
pengembangan produk
dapat
dilaksanakan
dengan
baik,
tidak
menyimpang
dari
pengembangan produk
itu
dan
membolehkan mereka membuat asumsi dan estimasi atas pekerjaan mereka sesuai
dengan panduan pengembangan produk itu.
Informasi Pesaing
Menurut Ulrich dan Eppinger (2003, p 72), spesifikasi produk adalah deskripsi yang
jelas
atas apa yang harus
dilakukan
oleh suatu produk
bagi
konsumen.
Spesifikasi
produk menjadi dasar yang digunakan untuk menerapkan positioning atas produk secara
detil
dibandingkan dengan
produk
pesaing.
Untuk
itu,
informasi
produk
pesaing
dibutuhkan
untuk
mendukung
penerapan positioning
produk
dan
untuk
mengetahui
sejauh mana produk pesaing bisa memenuhi harapan pelanggan dari atribut produk.
|
![]() 29
2.5. Development
Tahap
ini
merupakan
tahap
dimana
dilakukan
pengembangan secara
teknis
dan
pengembangan pemasaran dilakukan. Konsep produk akan dikembangkan dengan disain
produk, pada tahap perkembangan produk dari konsep
menjadi prototype, maka orang-
orang teknis (R&D) akan
menjalankan aktivitas yang dominan, tetapi setelah prototype
berhasil
diciptakan,
maka
orang-orang bagian
marketing akan
mulai
merencanakan
target
penjualan, pelayanan
yang
bisa
diberikan
atas produk kepada
pelanggan,
pemilihan
merk
produk
dan
kemasan,
promosi
dan
iklan
dan
seterusnya. Sementara
orang-orang bagian produksi akan mulai merencanakan produksi dengan kapasitas
penuh. (Crawford and Di
Benedetto, 2000, p314).
Disain Produk
Menurut Crawford dan Di Benedetto (2000, p 267), disain produk
memiliki banyak
arti, mencakup
bentuk
dan
fungsi,
mutu
dan gaya
dari produk, rekayasa dan seni atas
produk. Disain yang baik biasanya mudah digunakan, murah untuk digunakan, dan dapat
menjadi kunci penentu
seberapa besar kebutuhan akan terpenuhi oleh produk
tersebut
yang berakhir pada kesuksesan pengembangan produk itu.
Berdasarkan pendapat
Ulrich
dan
Eppinger
(2003,
p
190),
Disain
industri
adalah
aktivitas
profesional
untuk membentuk
dan
mengembangkan
konsep
dan
spesifikasi
yang dapat
mengoptimasi
fungsi,
nilai, penampilan dari
produk dan sistem
yang dapat
menciptakan keuntungan bagi pengguna dan produsen. Untuk menilai pentingnya disain
industri pada suatu produk adalah mencirikan kepentingan pada 2 dimensi, sisi ergonomi
dan sisi aestetik.
|
![]() 30
Design for Manufacturing (DFM)
Menurut Ulrich dan Eppinger (2003, p211), biaya
manufaktur adalah kunci penting
yang
menentukan kesuksesan sebuah produk dari sisi ekonomis dan DFM adalah salah
satu
metode
untuk
menciptakan suatu
produk
yang
mempunyai
kualitas
baik
dengan
meminimalisasi biaya produksinya.
Product Architecture
Berdasarkan pendapat Ulrich dan
Eppinger (2003, p 164), arsitektur produk adalah
penempatan bagian-bagian fungsional dari suatu
produk
menjadi komponen-komponen
fisik
dari
produk
tersebut
yang
bertujuan
mendefinisikan dasar
dari
komponen
fisik
produk atas
apa
fungsi
tiap
komponen dan
pengaruh
bentuk
komponen pada
produk
secara
utuh. Sebuah produk dapat dibagi
menjadi bagian
fungsional dan
fisik.
Elemen
fungsional
sebuah
produk
adalah
operasi
per
komponen
yang
berpengaruh
pada
kerja
produk secara keseluruhan sementara elemen
fisik dari produk adalah komponen,
bagian-bagian dan perakitan yang dapat menjalankan fungsi dari produk tersebut.
Menurut Ulrich dan Eppinger (2003, p172), ada 4
langkah
untuk membentuk suatu
proses penetapan arsitektur produk yaitu :
1.
membentuk sebuah gambaran dasar atas fungsi-fungsi produk
2.
Mengelompokkan bagian fungsi-fungsi produk
3.
Membentuk sebuah gambaran geometris berupa sketsa
4.
Identifikasi interaksi antar fungsi-fungsi.
|
![]() 31
Prototype
Berdasarkan pendapat Ulrich dan
Eppinger (2003, p 246), prototype adalah sebuah
rancangan pendekatan atas suatu produk yang
memiliki satu
atau banyak karakteristik
yang
sama
dengan
produk aslinya.
Ada 4
langkah yang
digunakan untuk
perencanaan
suatu model atau prototype (Ulrich dan Eppinger, 2003, pg 257) yaitu :
1)
mendefinisikan tujuan dari pembuatan prototype
2)
menentukan tingkat pendekatan fungsi prototype dengan produk aslinya
3)
menyusun perencanaan eksperimen
4) Menyiapkan penjadwalan untuk produksi dan ujicoba.
Product Use Testing
Menurut
Crawford
dan
Di
Benedetto
(2000,
p
330),
product
use
testing berarti
ujicoba
penggunaan produk
pada
kondisi
normal.
Beberapa
kunci
utama
dalam
melakukan product use testing adalah :
a. Menentukan pihak yang akan dilakukan ujicoba. Pihak ini dapat berupa para ahli,
pekerja lab, karyawan dan pihak luar yaitu konsumen.
b. Menentukan cara
interaksi, biasanya
bisa
melalui
surat ataupun
interaksi
langsung.
c. Identity disclosure, menentukan seberapa banyak seorang peserta
ujicoba harus
diberitahu tentang merk dan perusahaan yang memproduksi produk tersebut. Hal
ini dapat dilakukan dengan ujicoba blind test dan branded test.
d.
Menentukan banyaknya penjelasan atas produk yang diberikan kepada responden
e. Menentukan ada tidaknya faktor pengatur ketika melakukan ujicoba.
|
32
f.
Menentukan cara
pengujian produk,
apakah dengan monadic
test,
paired
comparison atau triangular approach.
g.
Menentukan jangka waktu ujicoba produk oleh responden
h. Menentukan sumber produk yang diujicoba, apakah berupa sebagian komponen
(batch), pilot plant atau final production.
i.
Menentukan
produk
yang
diujicoba
hanya
produk
tunggal
atau
menciptakan
beberapa varian produk.
j.
Mencatat
jawaban
dari
responden
dapat
menggunakan
skala
rating
untuk
data
like/dislike,
penilaian
atas
pembandingan dengan
produk
lain
dan
berupa
informasi deskriptif tentang produk yang diujicoba.
k.
Mengukur hasil ujicoba yang diperoleh.
l.
Menentukan
pihak yang melakukan
ujicoba, apakah dari pihak internal
perusahaan ataupun pihak eksternal.
2.6. Launch (Preparation and Planning)
Menurut Crawford and Di Benedetto (2006, p360), product launching terdiri dari 2
basis
strategi,
strategic launch decisions terdiri
dari
strategic platform decisions yang
menyusun arah
dan
tujuan
dan
strategic
action
decisions
yang
mendefinisikan target
pelanggan yang dituju. Tactical launch decisions adalah penetapan marketing mix dan
cara implementasi dari strategic launch decision.
|
![]() 33
Strategic Platform Decisions
Beberapa
faktor
yang
dipertimbangkan dalam
menyusun dasar
strategi (Crawford
and Di Benedetto, 2006, p360) adalah :
a. jenis permintaan produk yang dituju
b. Penentuan masa produk
c. Agresivitas dalam pemasaran
d.
Keunggulan kompetitif
e. Penggantian atas produk yang sudah ada.
f.
Menentukan pesaing yang dituju
g.
Besar pasar untuk tahap pengenalan
h.
Product Image
Target Market Decisions
Segmentation
Menurut Kotler (2003, p287), ada 2 variabel utama dalam membagi pasar konsumen
yaitu
karakteristik konsumen
:
gegrafis,
demografis,
psikografis
dan
kebutuhan
yang
berbeda atau respon atas produk.
Geographic segmentation : membagi pasar menjadi bagian geografis, seperti negara,
kota, negara bagian, desa, atau lingkungan.
Demographic
segmentation
:
membagi
pasar
berdasarkan
variabel
umur,
pendapatan, jenis kelamin, pendidikan, status dan atribut demografis lainnya.
Psychographic
segmentation
: membagi
pasar konsumen
berdasarkan
atas gaya
hidup, kepribadian, atau nilai yang dicari.
|
![]() 34
Behavioral segmentation : membagi pembeli
menjadi grup atas pengetahuan, sikap,
manfaat,
status
pengguna, tingkat
frekuensi penggunaan,
loyalitas, atau
kesiapan
pembeli.
Market Targeting
Ada beberapa pola dalam pemilihan target pasar yang dituju :
Single-segment
concentration
M1
M2
M3
P1
P2
Market
Selective
specialization
M1
M2
M3
P1
P2
P3
Full market
Product
specialization
M1
M2
M3
P1
P2
specialization
M1
M2
M3
P1
P2
coverage
M1
M2
M3
P
P
P
=
Product
M
=
Market
P3
Gambar 2.1 Lima Pola Pemilihan Target Pasar
Sumber : Kotler, 2003, p299
Product Positioning
Positioning terbagi
atas
2
kategori
umum,
diposisikan atas
atribut
produk
(fitur,
fungsi, dan manfaat) atau diposisikan atas pernyataan pengganti.
Menurut
Crawford
and
Di
Benedetto
(2006,
p374),
strategi
positioning daapt
digambarkan
dengan
jelas
menggunakan positioning
map
yang
dibentuk
dengan
menggunakan perceptual mapping (gap analysis dan joint space maps).
|
![]() 35
Atribut Produk
Atribut produk terdiri atas 3 jenis yaitu fitur, fungsi dan manfaat produk (Crawford
dan
Di
Benedetto,
2000, p112).
Biasanya
ketiga jenis
atribut
hadir
secara
bersamaan,
sebuah
fitur
menciptakan fungsi
yang
dapat
memberi
manfaat
bagi
penggunanya.
Misalnya : sebuah shampoo memiliki protein (fitur) yang dapat melapisi lapisan rambut
(fungsi) sehingga memberi efek kilau bagi rambut (manfaat). Analisa atribut dibutuhkan
untuk memahami atribut yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli suatu produk
untuk
memenuhi
kebutuhannya. Beberapa
metode
analisa
atribut
baik
yang
umum
digunakan, metode analisa kuantitatif adalah perceptual gap analysis, conjoint analysis,
dan
beberapa
analisa
kualitatif
menggunakan dimensional
analysis,
checklists,
relationships analysis dan analogy.
Gap Analysis
Berdasarkan pendapat
Crawford
dan
Di
Benedetto (2000,
p
113),
Gap
Analysis
adalah
teknik
statistik
yang
dapat
menggambarkan bagaimana
beragam
produk
dipetakan
sesuai
dengan
positioning produk
itu
di
pasar. Peta
yang
menggambarkan
posisi produk ini disebut Gap Map.
Gap Map dapat digambarkan dengan 3 cara yaitu :
1.
Determinant Gap Maps
Peta
ini memiliki atribut yang berbeda dan sangat penting yang menentukan alasan
produk itu dibeli oleh konsumen yang disebut sebagai determinant attributes. Fungsi
atribut ini untuk
menemukan suatu ruang kosong di peta yang menawarkan potensi
untuk
produk
baru. Peta
ini
mudah
digunakan dan
sangat
efisien
tetapi
atribut
ditentukan oleh keputusan manajemen dan tidak berdasarkan persepsi konsumen.
|
![]() 36
2.
AR perceptual gap map
Peta yang
menggunakan atribut-atribut yang dirating oleh konsumen dimana atribut
ditentukan
oleh
perusahaan
dan
dinilai
oleh
konsumen
atas
produk-produk yang
dinilai.
3.
OS perceptual gap map.
Manager menggunakan
kemiripan secara
keseluruhan
antar produk-produk
yang
akan dibandingkan untk memetakan produk dengan penilaian dari konsumen.
Menurut Kotler (2003, p308), positioning adalah cara
untuk
merancang penawaran
dan kesan dari perusahaan untuk mendapat tempat yang tepat di benak pasar yang dituju.
Beberapa kemungkinan yang bisa
menjadi pilihan dalam
menentukan positioning
(Kotler, 2003, p311) :
Attribute positioning: pada satu atribut, misalnya ukuran atau waktu.
Benefit positioning: sebagai pemimpin pada manfaat tertentu.
Use or application positioning: terbaik dalam penggunaan tertentu
User positioning: produk diposisikan sebagai yang terbaik untuk pengguna
tertentu.
Competitor positioning : produk lebih baik dari pesaing yang dituju.
Product category positioning: produk diposisikan pada kategori produk tertentu
Quality or price positioning : produk diposisikan sebagai pemberi
nilai terbaik
pada harga atau kualitas
Perusahaan dapat
menggunakan
metode pemilihan keunggulan kompetitif
(Kotler,
2003,
p313),
untuk
menentukan
faktor
yang
harus
dipertimbangkan
dalam
|
![]() 37
memposisikan produk dibandingkan dengan
pesaingnya. Selain
itu,
perlu
dinyatakan
suatu
positioning statement untuk
mengkomunikasikan posisi produk
dan
perusahaan
pada konsumen.
High Priced
1.0
1.0
Fantasy
Fun rides
Disneyland
Knotts
Berry Farm
0.8
0.8
0.6
0.6
0.4
0.4
0.2
0.2
2
Educational,
animals
Marineland
-1.6
-1.6
1.6
-1.4 -1.2
-1.4 -1.2
1.4 &#45;1.2
1.2
2
-1.0 -0.8 -0.6
-1.0 -0.8 -0.6
1.0 &#45;0.8 &#45;0.6
-0.4 -0.2
-0.4 -0.2
2
-0.2
-0.2
2
Magic Mountain
-0.4
-0.4
0.2
0.2
2
0.4
0.4
0.6 0.8 1.0
0.6 0.8 1.0
1.0
1.2
1.2
2
1.4
1.4
1.6
1.6
Lion Country
Safari
-0.6
-0.6
Busch Gardens
-0.8
-0.8
Economical
Gambar 2.2 Contoh Perceptual Map
Sumber : Kotler, 2003, p312
Menurut Walker et
al
(2003, p176), untuk
menerapkan positioning
suatu produk,
maka harus dijalankan beberapa langkah sebagai berikut :
a. mengidentifikasi produk-produk pesaing
yang
berhubungan dengan
target
market
yang dituju bersama.
b. Mengidentifikasi
kumpulan dari atribut
yang
berpengaruh yang menggambarkan
posisi produk dan lokasi penawaran yang diberikan produk.
c. Mengumpulkan informasi dari konsumen tentang persepsi tiap produk pesaing
berdasarkan atribut yang berpengaruh tersebut.
|
![]() 38
d.
Menentukan lokasi produk pada tempat produk dan intensitasnya
e. Menentukan kombinasi atribut yang paling diinginkan konsumen
f.
Menganalisa kecocokan antara keinginan segmen pasar dengan posisi produk
sementara dengan
mengidentifikasi pula dimana posisi yang akan ditetapkan
untuk
produk baru.
g.
Menuliskan
pernyataan positioning
atau
penawaran
nilai
produk
untuk
panduan
pengembangan dan implementasi strategi pemasaran.
Competitor Analysis
Menurut
Kotler
(2003,
p242),
untuk
memetakan
dan
mempelajari daya
tarik
dari
suatu
pasar
atas
keuntungan
jangka
panjang
yang
bisa
diperoleh, Michael
Porter
mengidentifikasi 5 kekuatan yaitu :
Gambar 2.3 Porter s Five Forces Analysis
Sumber : Kotler, 2003, p242
|
![]() 39
Ada beberapa tahapan yang bisa dilakukan untuk menganalisa pesaing :
1.
Identifikasi pesaing
Menurut
Kotler (2003, p244),
dapat dianalisa
persaingan dari 2 pandangan
umum
yaitu
dari
industri
dan
pemasaran. Dari
sisi
industri,
analisa
jumlah
pesaing
dan
karakteristik produk apakah homogen atau terdiferensiasi. Kemudian peninjauan atas
hambatan dalam
memasuki
industri (entry, mobility, and exit barrier), biaya
produksi, dan
faktor-faktor lainnya.
Sementara
dari
sisi
pasar
dan
pemasarannya,
identifikasi pesaing berdasarkan kemampuannya memenuhi kebutuhan konsumen.
2.
Analisa Pesaing
Pada tahap ini, dianalisa karakteristik pesaing, kekuatan dan kelemahan, tujuan dan
strategi serta pola reaksi terhadap persaingan.
3.
Merancang sistem intelijen pesaing
Ada 4 langkah utama (Kotler, 2003, p248) yaitu :
Menyusun sistem :
identifikasi informasi dan sumber, dan personal untuk
mengatur informasi tersebut.
Mengumpulkan data
: data dikumpulkan dari badan riset, tenaga penjual,
supplier, asosiasi, badan pemerintah dan sumber lainnya.
Evaluasi dan analisa data
Hasil analisa data kemudian dikirimkan kepada para pemegang kunci dan
manager yang berkaitan dan membutuhkan.
|
![]() 40
4.
Merancang strategi kompetitif
Menerapkan strategi berdasarkan karakteristik perusahaan tersebut di pasar apakah
sebagai
pemimpin
pasar,
penantang
pasar,
pengikut
pasar,
atau nicher.
Setiap
karakteristik yang dipilih perusahaan dapat disusun strategi
yang paling mendukung
dalam operasinya.
Tactical launch decisions
Menurut
Crawford and
Di
Benedetto (2006,
p397),
perencanaan taktik
peluncuran
(marketing plan)
produk
mencakup penetapan
saluran
distribusi,
harga,
strategi
komunikasi, penjual dan seterusnya.
Marketing Mix
Sebuah program pemasaran terdiri
dari beberapa keputusan atas gabungan
metode-
metode
pemasaran
yang
digunakan. Marketing
Mix
adalah
kumpulan
dari
metode-
metode pemasaran
yang digunakan perusahaan untuk
mencapai tujuan pemasaran pada
pasar yang dituju(Kotler, 2003, p15).
Ada 4 kelompok utama yang dalam menentukan marketing mix yang disebut four Ps
of marketing : product, price,
place, and promotion. (Kotler,
2003,
p16).
Untuk
lebih
jelasnya,
di
halaman
selanjutnya
terdapat
gambar marketing
mix
beserta
komponen-
komponennya.
|
![]() 41
Gambar 2.4 4 Komponen dalam Marketing Mix
Sumber : Kotler, 2003, p16
Gambar 2.5 Marketing Mix Strategy
Sumber : Kotler, 2003, p16
Product
Sebuah
produk
adalah
segala
sesuatu
yang
dapat ditawarkan
kepada pasar
untuk
memenuhi
suatu kebutuhan
atau keinginan.
Dapat disusun
klasifikasi
produk atas
|
![]() 42
karakteristik
penggunaan
apakah
merupakan
consumer
goods
atau
industrial
goods.(Kotler, 2003, 410).
Menciptakan nilai tambah
Pada tahap akhir dari proses pengembangan produk, dapat ditambahkan beberapa
manfaat tambahan pada produk inti melalui branding dan packaging.
Branding
Menurut
Kotler
(2003,
p
418), brand
adalah
nama,
simbol,
tanda,
desain
atau
kombinasi
yang
ditujukan
untuk
mengidentifikasi sebuah
produk
atau
jasa
dari
satu
penjual atau kumpulan penjual
untuk membedakan produk tersebut dari produk-produk
pesaingnya.
Ada
beberapa
petunjuk
dan
tahap
yang
bisa
digunakan
untuk
menciptakan suatu
nama merk yang baik (Crawford and Di Benedetto 2006, p379), yaitu
-
tujuan dan fungsi merk
-
apakah merk sebagai merk utama atau merk turunan?
-
Apakah produk diposisikan untuk jangka lama
atau jangka pendek ?
-
Apakah merk dapat menghasut segmen pasar lainnya ?
Packaging
Kotler (2003, p 436) mendefinisikan packaging sebagai semua kegiatan merancang
dan
menmproduksi bungkusan
atau
kemasan
dari
suatu
produk.
Suatu kemasan
yang
dirancang dengan baik
dapat
menciptakan nilai
yang tinggi dan
mudah dalam promosi
dan
beberapa
faktor
yang
mendukung
penggunaan
kemasan
sebagai salah satu
teknik
pemasaran adalah :
|
![]() 43
a.
self-service.
Karena
semakin
banyak
produk
dijual
atas
pelayanan sendiri,
konsumen membeli produk sendiri.
b.
Consumer
affluence, memberi
pengaruh
kuat
kepada
pelanggan
yang
dapat
menyebabkan
konsumen
rela
membayar
lebih
mahal
atas kemasan
yang
lebih
baik.
c. Company and brand image, kemasan menunjukkan langsung sebuah perusahaan
atau merk.
d.
Innovation
opportunity, kemasan
yang
inovatif
dapat
membawa
manfaat besar
bagi konsumen dan keuntungan bagi produsen.
Selain
itu,
produsen
harus
memberi
label
pada
kemasan dimana
label
berfungsi
mengidentifikasi produk
atau
merk,
memberi
peringkat
atas
produk,
mendefinisikan
produk dan dapat membantu mempromosikan produk tersebut.
Price
Menurut
Kotler
(2003, p473),
ada
6
tahap
prosedur
yang
dapat
digunakan untuk
menetapkan strategi harga yaitu :
a. Menentukan tujuan dari kebijakan harga
Ada beberapa tujuan yang dapat dicapai dengan penetapan harga, misalnya ingin
tetap bertahan di pasar,
meningkatkan keuntungan sekarang,
meningkatkan
pangsa pasar yang dikuasai misalnya penetapan harga dengan market-penetration
pricing.
b. Menentukan permintaan
Setiap harga akan
menentukan tingkat permintaan yang berpengaruh pada tujuan
pemasaran perusahaan. Biasanya, konsumen akan sensitif
terhadap
harga
pada
|
44
produk yang biayanya besar atau sering dibeli. Sensitivitas terhadap harga akan
berbeda-beda untuk tiap kategori produk.
c. Mengestimasi biaya
Biasanya, perusahaan akan
menetapkan
harga
untuk
menutup biaya
produksi,
distribusi dan biaya-biaya penjualan atas produk.
d.
Menganalisa biaya, harga dan penawaran dari pesaing
Perusahaan
harus
mempertimbangkan pesaing,
terutama
harga
dari
pesaing
terdekat. Bila perusahaan menawarkan diferensiasi produk yang tidak ditawarkan
pesaing,
maka
harga bisa
lebih
baik
dari
pesaing,
dan
sebaliknya
bila
pesaing
memiliki kelebihan dibanding produk perusahaan, harga
harus
lebih rendah dari
pesaing.
e. Memilih metode penetapan harga
Dari 3 Cs,
customer, cost, and competition, perusahaan dapat
memilih
metode
penetapan harga yang sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut.
Going-rate pricing, menentukan harga berdasarkan harga pesaing.
f.
Menentukan harga final
Setelah menggunakan metode penetapan harga, maka harga yang diperoleh harus
dipertimbangkan dengan
beberapa
faktor
seperti
penetapan
harga
psikologis,
pengaruh
dari
komponen-komponen
marketing
mix
lainnya,
dan
pertimbangan
pengaruh dari
harga terhadap pihak-piha ynag terkait seperti distributor, retailer,
reseller, dll.
|
![]() 45
Place
Kebanyakan produsen
tidak
menjual
produk
langsung
ke
pengguna
akhir,
tetapi
terdapat
beberapa penghubung
yang
memiliki
beragam
fungsi
yang
disebut
jaringan
pemasaran (
jaringan
dagang
atau
jaringan
distribusi). Jaringan
pemasaran,
menurut
Kotler
(2003,
p
505),
adalah
sekumpulan organisasi
yang
besar
yang terlibat
dalam
proses
memastikan bahwa
produk akan
tersedia
untuk
digunakan ataupun dikonsumsi
oleh
target
pasar.
Produsen dan
konsumen
akhir
adalah
bagian
dari
tiap
tingkatan
jaringan. Ada beberapa tingkat dalam jaringan pemasaran misalnya jaringan agen,
distributor, grosir, pengecer ke konsumen.
Gambar 2.6 Consumer and Industrial Marketing Channels.
Sumber : Kotler, 2003, p508
Ada
4
keputusan
utama
yang
harus ditetapkan
untuk
logistik pemasaran (Kotler,
2003, p555) yaitu :
a.
Order
processing,
memproses aplikasi
pesanan
dari
pelanggan
dengan
cepat
dengan tujuan meningkatkan kepuasan pelanggan dan meningkatkan keuntungan
perusahaan.
|
![]() 46
b.
Warehousing, perusahaan
harus
menyimpan produk
sampai
terjual
karena
perbedaan waktu dan volume produksi dengan konsumsi.
c. Inventory, persediaan merupakan biaya yang besar, perlu ada pertimbangan
jumlah
penjualan
sebagai
hasil
dari
penambahan persediaan
sehingga
produk
lebih cepat tersedia.
d.
Transportation, mempengaruhi
harga produk, pengiriman
tepat
waktu dan
kondisi produk di tempat.
Ada 5
cara
transportasi
utama yaitu jalur kereta api,
air, truk, udara, dan jaringan.
Promotion
Ada
4
metode
umum
yang digunakan
untuk
menentukan
biaya
promosi
(Kotler,
2003, p577), salah satunya dengan Objective-And-Task Method, dimana biaya promosi
ditentukan dari tujuan, kegiatan untuk
mencapai tujuan dan estimasi biaya dari kegiatan
tersebut. Selain
itu, perusahaan harus mengalokasikan dana pada 5 alat promosi
secara
umum
yaitu
iklan,
promosi
penjualan,
hubungan
masyarakat dan
publikasi,
tenaga
penjual dan pemasaran langsung.
Communications Plan
Komunikasi adalah
istilah yang paling sering digunakan untuk
mencakup informasi
dan
usaha
yang diberikan
untuk
mengubah
pandangan pengguna produk
yang
dituju.
Perencanaan komunikasi dapat dijalankan dengan communications mix yang terdiri dari
4
unsur
(Crawford and Di
Benedetto, 2006,
p389),
yaitu komunikasi
kepada retailer
oleh perusahaan, komunikasi kepada konsumen akhir oleh retailer, komunikasi kepada
konsumen akhir oleh perusahaan, dan usaha total oleh tim kepada konsumen akhir.
|
![]() 47
Sales Forecasting and Financial Analysis
Menurut
Crawford
and
Di
Benedetto
(2006,
p231),
peramalan penjualan
dapat
diproyeksikan pada
periode
tertentu,
dapat
dilakukan
pengukuran
biaya,
proyeksi
keuntungan, menghitung beberapa analisa keuangan seperti NPV, IRR, Payback Period
dan sebagainya.
Product Development Economics
Menurut Ulrich dan Eppinger (2003, p 308), economic analysis terdiri dari 2 analisis
utama
yaitu
kuantitatif
dan
kualitatif.
Analisis
kuantitatif berupa estimasi NPV
dari
suatu
peramalan
cashflow dari suatu
pengembangan produk.
Sementara
analisis
kualitatif
mencakup
karakteristik
dari
lingkungan
yang
kompetitif
dan
terus
berubah.
Ada
4
tahap
untuk
melakukan economic
analysis
dari
suatu
proyek
pengembangan
produk (Ulrich dan Eppinger, 2003, p 310), yaitu :
2)
Build a Base-Case Financial Model
3) Perform a sensitivity analysis
4) Use the sensitivity analysis to understand project trade-offs
5) Consider the influence of the qualitative factors on product success
Menurut
Black
and
Tarquin
(2003,
p
28), MARR
(Minimum Attractive
Rate
of
Return)
adalah
suatu
nilai
yang
bisa
menjadi kriteria
pemilihan
dalam studi
ekonomi
teknik
yang
biasanya
lebih
tinggi
dari
tingkat
bunga
dari
bank
atau
investasi
aman
lainnya yang mempunyai resiko yang kecil. MARR bisa dijadikan patokan tingkat bunga
untuk suatu proyek, dimana tingkat pengembalian nantinya harus bisa bernilai sama atau
melebihi nilai MARR.
|
![]() 48
Payback Period Method
Menurut
Black
and
Tarquin(2003, p179),
payback
period
adalah
waktu
yang
diestimasi biasanya dalam satuan tahun
yang dibutuhkan bagi estimasi pendapatan dan
keuntungan ekonomis lainnya untuk mengembalikan nilai investasi yang telah diberikan
dengan tingkat pengembalian tertentu. Biasanya analisa payback period ditentukan tanpa
menggunakan tingkat pengembalian yang ditentukan (i = 0%). Dan rumus
yang
digunakan adalah :
t
np
0
P
NCF
t
t
1
Dimana : P
= biaya investasi
NCF
= perkiraan net cash flow (pendapatan bersih) per tahun.
Menurut
Gitman
(2006,
p160),
payback
period
method
digunakan
secara
umum
untuk
mengevaluasi investasi
yang
diajukan. Dalam
kasus
annuitas,
waktu
pengembalian bisa diperoleh dengan
membagi
nilai
investasi dengan aliran kas
masuk
tahunan. Sementara untuk aliran kas
masuk yang berbeda-beda, maka aliran kas
masuk
ini
diakumulasi
sampai
nilai
investasi
dapat
dikembalikan.
Tetapi
metode
ini
paling
sederhana dan tidak detil karena tidak
memperhitungkan nilai
waktu dari uang. Dalam
menentukan kriteria untuk pengambilan keputusan adalah :
Bila
waktu
pengembalian
lebih
singkat dari
waktu
pengembalian
maksimum
yang
bisa diterima, proyek diterima.
Bila waktu pengembalian lebih lama dari waktu pengembalian maksimum yang bisa
diterima, proyek ditolak.
|
![]() 49
NPV Method
Menurut Gitman(2006, p423),
metode NPV (Net Present Value) adalah teknik yang
mempertimbangkan nilai waktu dari uang sehingga lebih kompleks dan detil. Teknik ini
mendiskontokan aliran
kas
masuk
dengan
tingkat
pengembalian
minimal
yang
harus
diperoleh
suatu proyek. Tingkat pengembalian minimal ini disebut faktor diskonto
(MARR).
n
NPV
CF
t
t
CF
0
t
1
(1
k )
n
NPV
©F
(©F
t
PVIF
k
,t
)
CF
0
t
1
Untuk membuat kesimpulan suatu proyek, maka kriterianya adalah :
Bila nilai NPV lebih besar dari $0, maka proyek diterima
Bila nilai NPV lebih kecil dari $0, maka proyek ditolak
IRR Method
Menurut Gitman(2006, p423),
metode IRR
(Internal
Rate
of Return)
adalah
teknik
yang
paling
detil.
IRR
adalah
tingkat
diskonto
yang
menyamakan NPV
dari
suatu
investasi dengan
0.
IRR
ini akan
menjadi
tingkat
pengembalian tahunan
yang dapat
diperoleh perusahaan bilamana menginvestasikan proyek tersebut. Rumus IRR :
n
$0
t
1
CF
t
(1
IRR)
t
CF
0
n
t
1
CF
t
(1
IRR)
t
CF
0
Untuk membuat kesimpulan suatu proyek, maka kriterianya adalah :
Bila nilai NPV lebih besar dari $0, maka proyek diterima
Bila nilai NPV lebih kecil dari $0, maka proyek ditolak
|