BAB 2
LANDASAN
TEORI
2.1
Pengertian Electronic Business
Menurut  Kalakota  [2001,  pXX],  e-businesmerupakan  percampuran
yang kompleks antara proses bisnis, aplikasi perusahaan, dan struktur organisasi
yang penting untuk menciptakan model bisnis yang memiliki kinerja tinggi.
Menurut
Ross
[2003,
50],
e-Business
menjelaskan semua
hubungan-
hubungan
bisnis
yang
ada
antara
rekan
bisnis
yang
berjalan
dan
didorong oleh
internet.
2.2
Persediaan
Berikut adalah pembahasan teori-teori dari berbagai sumber pustaka yang
berkaitan
dengan
safety
stock,
lead
time,
alasan
memiliki
persediaan, sistem
informasi persediaan dan pengendalian persediaan.
2.2.1
Pengertian Safety Stock
Menurut
Pujawan [2005,
p104],
persediaan
pengaman (Safety
Stock)
berfungsi
sebagai
perlindungan terhadap
ketidakpastian permintaan
maupun
pasokan.
2.2.2
Pengertian Lead Time
Menurut
Pujawan [2005,
p111],
Lead
Time
merupakan
waktu
antara
perusahaan memesan sampai material atau barang diterima.
7
  
8
2.2.3
Alasan Memiliki Persediaan
Secara umum alasan untuk memiliki persediaan adalah sebagai berikut :
1.
Untuk menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
2.
Untuk 
memenuhi  permintaan  pelanggan, 
misalnya  menepati  tanggal
pengiriman.
3.
Untuk menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat :
a.
Kerusakan mesin
b.
Kerusakan komponen
c.
Tidak tersedianya komponen
d.
Pengiriman komponen yang terlambat
4.
Untuk menyanggah proses produksi yang tidak dapat diandalkan.
5.
Untuk memanfaatkan diskon.
6.
Untuk menghadapi kenaikan harga di masa yang akan datang. [HTTP3].
Menurut Smith [2002, p39], tujuan adanya persediaan adalah :
1.
Untuk mempersiapkan ketersediaan produk antara waktu replenishment.
2.
Karena persediaan tidak continuous.
3.
Sebagai buffer antara proses dalam supply chain.
4.
Karena adanya proses atau dalam transit.
5.
Sebagai   persiapan
terhadap
hal-hal
yang
tidak   terprediksi
dalam
permintaan dan penawaran.
2.2.4
Sistem Informasi Persediaan
Sistem
informasi persediaan adalah
sebuah
sistem
manusia
atau
mesin
yang terpadu (terintegrasi) untuk menyajikan informasi guna mendukung sistem
  
9
pengendalian  persediaan  dan  pengambilan  keputusan  dalam  sistem  tersebut.
[HTTP4].
2.2.5
Pengendalian Persediaan
Menurut
Pujawan
[2005,
p100],
mengelola
aliran
material
atau
produk
dengan tepat adalah salah satu tujuan dari supply chain. Aliran yang tepat berarti
tidak terlalu terlambat dan tidak terlalu dini, jumlahnya sesuai dengan kebutuhan
dan terkirim ke tempat yang memang membutuhkan.
2.3
Supply Chain Management
Pembahasan teori-teori
yang berkaitan dengan pengertian supply,
supply
chain, supply  chain  management, supply  chain  management  system,  tujuan
supply chain management, dan keuntungan penerapan SCM.
2.3.1
Pengertian Supply
Pengertian supply
menurut Indrajit [2002, p4] adalah sejumlah material
yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar
selalu dalam keadaan siap pakai dan ditatausahakan dalam buku perusahaan.
2.3.2
Pengertian Supply Chain
Pengertian Supply Chain
menurut
Pujawan [2005,
p5] adalah jaringan
perusahaan-perusahaan
yang
secara
bersama-sama
bekerja
untuk
menciptakan
dan
menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Pada suatu supply
  
10
chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola yaitu aliran barang, uang
dan informasi.
Sedangkan  menurut  Indrajit  [2002,  p5],  supply chain  adalah  suatu
tempat sistem organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para
pelanggannya. Rantai
ini
juga
merupakan jaringan dari berbagai organisasi
yang
saling
berhubungan
dan
mempunyai
tujuan
yang
sama,
yaitu
sebaik
mungkin
menyelenggarakan pengadaan atau penyalur barang tersebut.
2.3.3
Pengertian Supply Chain Management
Menurut
Pujawan [2005,
p22],
SCM
adalah
metode
atau
pendekatan
integrative untuk mengelola aliran produk, informasi dan uang secara terintegrasi
yang melibatkan pihak-pihak dari hulu ke hilir yang terdiri dari pemasok, pabrik,
jaringan distribusi maupun jasa-jasa logistic.
Menurut
Chan
Kah
Sing
[2004,
p4],
SCM
adalah
manajemen dan
sinkronisasi
dari
entitas,
proses,
dan
aktifitas
untuk
memproduksi
barang
dan
jasa  bagi  pelanggan.  Contoh  dari  entitas  adalah  pemasok, pabrik,  service
provider, retailer, distributor, carrier, pelanggan
Menurut
Kalakota [2001,
p275], SCM
adalah
koordinasi
aliran
dari
material,
uang
dan
informasi
antara
semua
pihak
dalam
perusahaan dalam
transaksi
bisnis.
Aliran
material
melibatkan produk
fisik
yang
mengalir
dari
pemasok
hingga pelanggan
melalui
rantai
pasokan,
dan
juga aliran
sebaliknya
(contoh
adalah
dalam
pengembalian
barang). Aliran
informasi
melibatkan
transmisi pesanan,
dan
laporan
status
pengiriman.
Aliran
keuangan
melibatkan
informasi kartu kredit, cara pembayaran, jadwal pembayaran, dan perjanjian.
  
11
Menurut   Chaudhury 
[2002,   p416],   SCM   adalah   manajemen   dari
informasi
dan
arus
material
dalam
keseluruhan
rantai
proses.
Rantai proses
ini
terdiri dari pembelian bahan baku atau subassemblies hingga pengiriman barang
jadi ke distributor, pengecer, dan pelanggan.
Menurut Simchi-Lee [2003, p1], SCM adalah
sekelompok pendekatan
yang digunakan untuk secara efisien mengintegrasikan pemasok, pabrik, gudang,
dan toko. Jadi barang dapat diproduksi dan didistribusikan sesuai dengan jumlah
yang tepat, di
lokasi
yang tepat,
untuk
meminimalkan beban keseluruhan sistem
dan memuaskan kebutuhan pelayanan berbagai level.
Menurut
Philips
[2003,
p38], SCM
dalam
arti
paling
sederhananya
adalah manajemen dari aliran produk, informasi dan uang di organisasi.
Menurut Handfield dan
Nichols [Ross,
2003,
p14],
SCM
merupakan
integrasi dari seluruh aktivitas
yang diasosiasikan dengan alur dan
transformasi
barang-barang dari
bahan
baku
sampai
end
user,
dan
juga
arus
informasinya,
melalui   hubungan   supply  chain  yang   erat   untuk   mencapai   keuntungan
kompetitif.
2.3.4
Pengertian Supply Chain Management System
Menurut Haag
[2005,
p72],
SCM
system
adalah
sistem
IT
yang
mendukung aktivitas SCM dengan mengautomatisasikan pelacakan inventori dan
informasi diantara proses bisnis dan dalam keseluruhan perusahaan.
  
12
2.3.5
Tujuan Supply Chain Management
Menurut
Pujawan [2005,
p29],
Supply
Chain
bertujuan
untuk
menyediakan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu dan bervariasi.
Menurut Chaudhury [2002, p417], SCM bertujuan
untuk
menekan biaya
shipment,
produksi,
dan
penyimpanan. Tujuan
kedua
adalah
untuk
memaksimalkan nilai bisnis perusahaan dengan cara merespon perubahan pasar
dan
lingkungan kompetitif secara
cepat
dan
fleksibel
jadi
dapat
menyampaikan
produk
yang tepat ke pelanggan
yang tepat dan pada
waktu yang
tepat. Hal
ini
biasa dikenal sebagai Eficient Customer Response (ECR).
2.3.6
Keuntungan Penerapan Supply Chain
Keuntungan menerapkan supply chain menurut Indrajit [2002, p4] adalah:
1
Mengurangi inventori barang.
Inventori  merupakan  aset  perusahaan  yang  berkisar  antara  30%-40%
sedangkan  biaya  penyimpanan  barang  berkisar  20%-40%  dari 
nilai
barang yang disimpan.
2
Menjamin kelancaran arus barang.
3
Rangkaian perjalanan dari bahan baku sampai
menjadi barang
jadi dan
diterima  oleh  pemakai/pelanggan  merupakan  suatu  mata  rantai  yang
panjang (chain) yang perlu dikelola dengan baik.
Menjamin mutu.
Jaminan
mutu
juga
merupakan
serangkaian
mata
rantai
panjang
yang
harus
dikelola
dengan
baik
karena
mutu
barang
jadi
ditentukan
tidak
  
13
hanya oleh proses produksi tetapi juga oleh
mutu bahan mentahnya dan
mutu keamanan dalam pengirimannya.
2.3.7
Kegiatan pada Supply Chain
Seorang
professor
di Wharton
School, The University of
Pensylvania,
[Kalakota, 2005, p16] 
membuat klasifikasi kegiatan pada supply chain
menjadi
dua,
yaitu kegiatan
mediasi
pasar
yang
terdiri
dari riset
pasar,
pengembangan
produk, penetapan harga diskon dan pelayanan harga jual. Kegiatan kedua adalah
kegiatan
fisik
yang
terdiri
dari
sourcing (mencari
bahan
baku),
produksi,
penyimpanan  material  /  produk,  distribusi  /  transportasi,  dan  pengembalian
produk (return).
Menurut Pujawan [2005,
p8-9],
apabila
mengacu
pada
perusahaan
manufaktur, kegiatan utama pada SCM adalah kegiatan
merancang produk baru,
kegiatan mendapat bahan baku, kegiatan merencanakan produksi dan persediaan,
kegiatan melakukan produksi, kegiatan melakukan distribusi / pengiriman.
Tabel 2.1 Lima bagian utama dalam sebuah perusahaan manufaktur yang terkait
dengan fungsi-fungsi utama supply chain.
Pujawan[2005, p9]
Bagian
Cakupan kegiatan antara lain
Pengembangan Produk
Melakukan
riset  pasar,
merancang
produk
baru,
melibatkan
pemasok
dalam
perancangan
produk
baru.
Pengadaan
Memilih pemasok, mengevaluasi kinerja pemasok,
  
14
melakukan pembelian bahan baku dan komponen,
membina
dan
memelihara
hubungan
dengan
pemasok.
Perencanaan & Pengendalian
Perencanaan
produksi
dan
perencanaan
persediaan.
Operasi / Produksi
Eksekusi produksi dan pengendalian kualitas.
Pengiriman / Distribusi
Perencanaan
jaringan
distribusi,
penjadwalan
pengiriman,  mencari  dan  memelihara  hubungan
dengan perusahaan jasa pengiriman.
Menurut Turban
[2000,
p201], aktifitas supply
chain dapat
dipecah
menjadi
tiga
bagian
yaitu
aktifitas
upstream
(pembelian
material
dan
layanan
dari
pemasok),
aktifitas
internal
(produksi
dan
packaging )
dan
downstream
(distribusi dan penjualan produk ke distributor dan pelanggan).
Menurut Chaudhury [2002, p31], aktifitas pada SCM adalah
logistik,
rencana distribusi, dan manajemen gudang.
2.4
Electronic Supply Chain Management (E-SCM)
Menurut
Ross
[2003,
p18],
e-SCM
merupakan sebuah
filosofi
manajemen taktis dan strategis
yang
menghubungkan kapasitas produktif secara
kolektif dan sumber daya yang saling bersilangan dalam supply channel melalui
internet dalam
mencari solusi
inovatif dan sinkronisasi dari kemampuan channel
untuk 
menciptakan 
nilai   bagi 
pelanggan 
yang 
unik 
dan 
terpersonalisasi.
  
15
Electronic
Supply
Chain
Management (e-SCM)
merupakan
optimisasi
proses
bisnis dan nilai bisnis pada setiap sudut perusahaan yang luas, baik dari pemasok
hingga pelanggan. [HTTP2].
2.4.1
Internet dan SCM
Menurut Pujawan  [2005, p19-21], keberhasilan berbagai supply chain
dalam 
meningkatkan  kinerja 
mereka 
tidak  bisa 
dilepaskan  dari 
teknologi
internet.
Internet
yang
membuat kata-kata
kolaborasi,
koordinasi
dan
integrasi
menjadi
berarti
dan
bisa
terlaksana dalam praktek
di
lapangan.
Dengan adanya
internet pihak-pihak pada supply chain bisa
membagi informasi serta
melakukan
transaksi dengan
lebih
cepat,
murah
dan
akurat. Informasi tingkat persediaan,
kapasitas  produksi,  konfigurasi  produk  dan  sebagainya  bisa  dengan  mudah
dibagi lewat infrastruktur internet.
2.4.2
E-procurement dan E-fulfillment
Ada banyak model aplikasi internet dalam konteks SCM. Secara umum
ada   2   aplikasi 
utama   yaitu 
electronic 
procurement 
(e-procurement
dan
electronic fulfillment (e-fulfillment).
a.         E-procurement
E-procurement diklasifikasikan
menjadi
dua
yaitu
hubungan
jangka
pendek
(transactional) dan
yang
mendukung
hubungan
jangka
panjang
(partnership). Pada
transactional,
hubungan
terjadi
dengan
melakukan
penawaran harga ke pemasok. Pada partnership hubungan terjadi dengan
  
16
saling  berbagi 
informasi  kapasitas  dan  rencana  produksi, 
informasi
tentang tingkat persediaan, serta informasi-informasi lainnnya.
b.
E-fulfillment
Kegiatan dari e-fulfillment adalah
menerima order pelanggan,
mengelola
transaksi dan pembayaran,
manajemen
gudang
(pengendalian persediaan
produk
dan
kegiatan
administrasi gudang
secara
umum),
manajemen
transportasi (keputusan
mode
dan
rute
transportasi
termasuk
di
dalamnnya), komunikasi
dengan
pelanggan
(status
pesanan),
kegiatan
reverse logistic (pengembalian produk ke bagian hulu supply chain akibat
pengembalian dari pelanggan).
Menurut
Ross
[2003,
p52],
e-procurement merupakan
otomatisasi
dan
integrasi dari proses pembelian dengan aplikasi dari software e-procurement dan
pertumbuhan pertukaran dagang B2B.
Menurut Ross [2003, p51], e-fullfilment merupakan aktivitas yang secara
fisik
mengirimkan
produk
dan
layanan yang
ditempatkan
di
jaringan
sistem
persediaan melalui transaksi e-commerce.
  
17
2.5
Preliminary Steps
Strategy Decision
Opportunity Identification
Supply chain Value Assessment
Enterprise Vision
Energize the Organization
Gambar 2.1 Initial e-SCM strategy steps
Ross [2003, p131]
Tujuan
dari
preliminary step
adalah
berfokus
pada
perusahaan
atas
dampak e-business bagi setiap orang baik didalam organisasi maupun rekan kerja
dalam jaringan supply chain.
2.5.1
Energize the organization
Persiapan  organisasi 
untuk  e-SCM  membutuhkan  dua 
inisatif  SDM
[Ross, 2003, p131-132] yaitu :
  
18
1.
Mendapat
dukungan
top
manajemen
dan
mengintegrasikan
bisnis
dengan
teknologi e-SCM. Hal-hal yang dilakukan untuk mendapatkan dukungan dari
top management, yaitu :
SCM dan edukasi e-business
Berperan sebagai sponsor
Mengembangkan sebuah strategi
SCM
Mengembangkan sumber daya manusia perusahaan
Investasi peningkatan dalam supply chain
2.
Mempersiapkan pengembangan strategi e-SCM.
Menurut
Manheim [Ross,
2003,
p132],  
ada
6
faktor
pendorong
yang
digunakan untuk mengintegrasikan e-SCM dan orang. Faktor pendorong pertama
berperan sebagai
fondasi dari strategi bisnis. Lima berikutnya merupakan
faktor
pendukung yang menguatkan faktor pertama.
a.
Meningkatkan cara orang bekerja.
b.
Membangun proses multienteprise yang kuat dengan dukungan IT
yang
cukup.
c.
Menyeimbangkan peran antara orang dan teknologi.
d.
Mengatur proses multienteprise secara fleksibel dan dinamis.
e.
Mengatur pengetahuan strategis.
f.
Mengembangkan efektifitas individual.
  
19
2.5.2
Visi perusahaan
Menurut Ross [2003, p133], visi perusahaan mendefinisikan perilaku dari
kemampuan persaingan
yang
dimiliki
dalam
infrastruktur
yang
sekarang
dan
dijaringan  supply chain.  Tujuan  dari  proses  ini  adalah  untuk  memperdalam
tingkat
kesadaran,
akan pentingnya
e-bisnis
bagi perusahaan.
Langkah-langkah
yang
diperlukan
untuk
membangun e-SCM
yang
efektif
dan
bagaimana
menterjemahkannya ke
dalam proses yang
lebih spesifik yang
didasarkan
pada
internet.
2.5.3
Supply Chain Value Assessment (SCVA)
Menurut
Ross
[2003,
p135], ada 
tiga
langkah
mendasar dalam
menilai
nilai supply chain, yaitu :
1.
Membentuk kolaborasi tim
yang terdiri dari perusahaan dan rekan kerja
supply
chain.
Operasi
dasar
dari
tim
adalah
mengintegrasikan supply
chain,
proses
bisnis,
dan
pengetahuan e-bisnis.
Kewajiban
tim
untuk
mengidentifikasi
masalah
dalam
perusahaan
dan supply
chain
bisnis,
mempersiapkan model as-is dari proses kompetitif, dan mulai merincikan
dampak 
pendekatan evolusi dan 
revolusi
untuk
menggunakan e-bisnis
bagi keuntungan kompetitif.
2.
Tim   SCVA   memecahkan 
penemuan   mereka   ke   dalam   KPI   (key
performance  indicators) dan peluang jaringasupply. Tim memulai
untuk
mengivestigasi dan
merincikan
pendekatan
solusi,
halangan
dan
resiko dan tolak ukur untuk
memvalidasi performance masa depan.
  
20
3.
Tim  SCVA 
mulai  mencocokkan  KPI  dengan  aplikasi  internet yang
ditawarkan
untuk
menentukan point-point keputusan,
profil
dari resiko,
faktor
utama
resiko,
matrix
outcome,
proses
penambahan nilai
pada
dampak,
kompetensi
yang
dibutuhkan, dan
dampak
keseluruhan dari
supply chain dan organisasi.
Menurut Kalakota [2001, p206], kerangka kerja bisnis pada SCM terdiri
dari banyak aplikasi yang bisa digolongkan ke dalam dua grup yaitu supply chain
planning (SCP) dan supply chain execution (SCE).
a. 
Supply Chain Planning
Advance Scheduling
Order
Demand
Commitment
Planning
Customer
Order
Distribution
Transportation
Planning
Planning
Gambar 2.2 Supply Chain Planning
Kalakota [2001, p206]
  
21
Terdiri
dari
lima
elemen
yaitu advance
scheduling, demand
planning,
order commitment, distribution planning, dan
transportation planning. Aplikasi
SCP yang fleksibel harus dapat melakukan evaluasi strategi perencanaan seperti :
1.
Profitable to Promise
Pesanan pelanggan dapat diterima saat ini atau tidak.
2.
Available to Promise
Inventori yang dibutuhkan untuk memenuhi pesanan telah tersedia.
3.
Capable to Promise
Kapasitas  produksi 
yang  telah  ditetapkan  dapat 
memenuhi  pesanan
pelanggan.
  
22
b. 
Supply Chain Execution (E-Fulfillment)
Rencana
inventori
Rencana
kapasitas
Proses Penyetokan
sourcing
Terima
dan
proses
pesanan
Konfir
masi
pesana
n
Rencana
pemenu
han
kebutuh
an
Ketersediaan bahan
baku
Proses perencanaan pemesanan
Alokasi
bahan baku
Proses Produksi
Menjawalkan
produksi
Menjad
walkan
distribus
i
Memuat
Barang
Menjadwal
kan
pengiriman
Layanan
pelanggan
Proses distribusi
Gambar 2.3 Supply Chain Execution
Kalakota [2001, p209]
  
23
Aplikasi
SCE
mengautomatisasikan rencana
pesanan,
produksi,
penyetokan kembali, dan distribusi.
2.5.4
Opportunity Identification
Menurut
Ross
[2003,
p135-136],
pada langkah
ke
empat
ini, dilakukan
memprioritaskan
alternatif-alternatif
e-business.
Dalam
melakukan
SCVA
ini,
dilakukan  dengan 
membagi  inisiatif  dalam  evolutionary dan  revolutionary
model.
Pemetaan
ini
memungkinkan perusahaan
untuk
memulai
proses
dalam
menentukan jenis dari
implementasi e-SCM yang mereka inginkan, serangkaian
peluang kompetitif yang tersedia dan perkiraan biaya rata-rata yang dikeluarkan
perusahaan dan supply chain partnernya.
2.5.5
Strategy Decision
Menurut
Ross
[2003,
p137],
setelah
pemetaan
peluang e-SCM
selesai,
eksekutif perusahaan dapat
memulai proses perencanaan. Keputusan ini haruslah
berfokus pada keuntungan yang diharapkan.
2.6
Pengembangan Strategi e-SCM
Berikut
adalah
pembahasan pengembangan Strategi
pada
e-SCM
yang
terdiri   dari   Membangun   perencanaan   nilai   bisnis,   Mendefinisikan   nilai
portofolio, Menyusun Cakupan Kolaborasi, Memastikan keefektifan manajemen
dan sumber Penerusan Pertumbuhan Manajemen.
  
24
2.6.1
Membangun perencanaan nilai bisnis
Tujuan
dari
pembentukan
langkah –
langkah
persiapan
untuk
pengembangan strategi e-SCM ini adalah untuk
memperoleh perencanaan solusi
e-business, dampak
aplikasi dari
salah
satu
solusi
yang
akan
ada
dalam
infrastruktur bisnis dan penempatan kompetitif, dan perubahan yang akan dibuat
dalam perencanaan supply chain.
Menurut
Bovet
dan
Martha
[Ross,
2003, p139-140], perencanaan
nilai
yang efektif harus dapat merespon tiga kemungkinan nilai service dibawah ini:
Super Service
Kemampuan
untuk 
menyediakan
service
yang
handal
akan  mempertinggi
nilai
dari
gabungan
produk
/
jasa ke
pelanggan
dan
diferensiasi
kompetitif
penyedia.
Dua
atribut
utama
yang
diberikan
oleh super
service
adalah
kecepatan dan pengiriman yang dapat diandalkan.
Solusi produk / Jasa
Produk
dan
jasa
yang
merupakan komoditas
dari
alam
mempunyai
nilai
identifikasi
yang
mudah
seperti
kepemilikan,
ketersediaan, biaya
rendah,
convenience
of
acquisition,
dan
pengenalan
level
dari
kualitas. Sebaliknya,
produk – produk yang bukan komoditas dilingkupi oleh nilai pelanggan yang
lebih kompleks, seperti barang hak
milik, kinerja penyelesaian service, atau
kombinasi layanan informasi produk yang unik yang memgijinkan pelanggan
merperkaya strategi kompetitif mereka sendiri.
Customization
  
25
Sekarang 
ini, 
seperti 
halnya  peningkatan  pelanggan  terhadap  solutions
sebagai pengganti barang dan jasa, kemampuan provider untuk
menawarkan
configurable,
melakukan customize
pilihan-pilihan
yang
tepat
untuk
kebutuhan   pelanggan   meningkat   sebagai   atribut   utama   dari   strategi
kompetitif.
Strategi
ini
dapat
direalisasikan
dengan
mengikuti
assemble-to-
order
(ATO),
make-to-order (MTO),
atau
melalui
beragam
bentuk
dari
penangguhan supply chain.
2.6.2
Mendefinisikan nilai portofolio
Menurut   Ross   [2003,   p141-142],   untuk   menciptakan   kemampuan
Internet,
perusahaan
harus
dengan
teliti
meluruskan
strategi e-SCM
mereka
dengan kemampuan
operasi
untuk secara
terus
menerus
menyediakan barang
/
jasa  yang  akan  memuaskan  kebutuhan  unik  dari  pelanggan. Pengembangan
proses   yang   lebih   lanjut   harus   disusun   agar   efektif   dalam   mendukung
perencanaan nilai bisnis.
Design
Barang dan jasa secara dramatis telah dipengaruhi secara terus menerus oleh
penyusutan
daur
hidup
dan
percepatan
pengenalan
barang /
jasa
baru.
Contohnya, daur
hidup dari
setiap
konsumen barang
elektronik
Panasonic,
seperti CD Players, TV, dan VCR adalah 90 hari.
Cost
Manajemen
efektifitas
biaya
membutuhkan perusahaan
yang
tidak
hanya
mendesain
produk
/  jasa
dengan
penawaran
terhadap
peningkatan
proses
  
26
yang terus-menerus dan pengurangan biaya, tetapi juga memungkinkan untuk
menekan waktu yang diambil dari ide konsep untuk menjual.
Services
Sekarang
ini,
pelanggan khususnya
yang
menggunakan
teknologi
berbasis
Web,
mengharapkan
produk-produk
mereka
dapat
disertai dengan
matriks
layanan
nilai tambah. Untuk beberapa produk, packing sering
lebih penting
untuk pelanggan daripada produk itu sendiri.
Quality
Sekarang
ini,
pelanggan-pelanggan mengharapkan
pemasok
mempunyai
kemampuan
untuk
membantu
mereka dalam
memilih kombinasi
yang
tepat
untuk
produk atau
menawarkan service.
Sebagai
contoh,
Sistem
pemesanan
pelanggan pada IBM berisi translator konfigurasi yang berpengalaman yang
mana
dapat
mengkonversi model
dan
features
keputusan
yang
dibuat
oleh
pelanggan kedalam
produk
yang
buildable,
kemudian
menyerahkan
konfigurasi ini ke produksi.
2.6.3
Menyusun Cakupan Kolaborasi
Menurut Ross [2003, p143-145], ada beberapa bagian yang
menjelaskan
bagaimana
menentukan cakupan
kolaborasi
ketika
membangun
strategi
nilai
jaringan e-SCM, antara lain :
Menentukan Dimensi Kolaboratif
Menurut
Sawhney
dan
Zabin,
penyiasat-penyiasat dapat
melihat
kolaborasi
ini mempunyai dimensi vertical dan horizontal.
  
27
Dimensi Vertical terdiri dari matriks partner jaringan yang membantu dalam
sourcing input bisnis (pemasok) dan pengiriman output (saluran perantara).
Dimensi
kolaboratif
horizontal
terdiri
dari
channel
partners
yang
mempertinggi
atau
memperkuat
nilai
portofolio
perusahaan
dan
hubungan
dengan pelanggan.
Intensitas kolaboratif
Menurut
Prahalad
dan
Ramaswamy,
level
intensitas
kolaboratif
yang dapat
diikuti oleh tim desain strategic adalah Information sharing yaitu kolaborasi
partner
dalam
menukar
informasi
yang beragam
mulai
dari
data penjualan
dan pemesanan hingga level stok.
Level Teknis
Menurut
Treachy
dan
Dobrin,
ada
4
kemungkinan respon
teknis
untuk
menemukan konektivitas guna
mendukung strategi
kolaborasi salah
satunya
adalah   Visibility,   yaitu   strategi   teknis   ini   dicari   untuk   menyediakan
pendekatan
open
systems,
dengan
jalan
tiap
informasi
seperti
jadwal atau
pesanan
disiarkan
ke
saluran
jaringan
atau partner dagang
menyediakan
kemampuan untuk mengakses data sistem.
2.6.4
Memastikan keefektifan manajemen sumber
Menurut  Ross  [2003,  p148-151],  isi  dari  sumber-sumber  perusahaan
terdiri
dari
aset
dan
kompetensi
inti.
Secara
umum,
sumber-sumber ini
dapat
dibagi kedalam tiga area besar: nilai yang terletak dalam pengetahuan manusia;
  
28
modal yang diinvestasikan dalam aset fisik; dan nilai yang ditemukan dalam aset
fisik dan pengetahuan akan pelanggan, pemasok dan partner dagang.
Pengetahuan Manusia
Dalam
lingkungan
persaingan
yang
sangat
ketat,
bisnis-bisnis telah beralih
dari
bagian-bagian yang
fokus
pada Human
Resources
menjadi
jauh
lebih
strategik  dan  luas  yang  fokus  pada
Human  Capital  Management(HCM).
HCM   dapat   didefinisikan   sebagai   gudang   pengetahuan   manusia   dan
keahlian-keahlian yang ditemukan dalam organisasi
yang akan
menciptakan
produk, teknologi, sistem, proses dan perhubungan.
Aset-aset fisik
Aset
fisik
bisnis adalah
yang
paling
mudah
dipahami
dan
dimanipulasi.
Gudang,
kantor,
sistem
informasi, perlengkapan produksi
dan
transportasi,
paten, dan inventaris merupakan contoh dari aset yang nyata.
Aset 
fisik 
menyediakan 
mekanisme  dimana 
perusahaan 
merubah  nilai
portfolio menjadi kompetitif barang dan jasa.
Perencana-perencana perusahaan
harus
menguji
rantai
nilai
dalam
upaya
untuk mencapai nilai proses dibawah ini:
a.   Menempatkan aset fisik dengan informasi yang real-time.
b.   Mengurangi kompleksitas proses.
c.   Mengurangi perubahan-perubahan partner supply.
Manajemen sumber jaringan bisnis
  
29
Jaringan
partner
dagang
memperbesar keuntungan
kompetitif
dengan
menyediakan 2
sumber yang kritis: aset
fisik seperti
gedung dan
inventaris,
dan kompetensi inti seperti desain dan keahlian proses.
Beberapa  dimensi  penting 
yang 
memberi  pengaruh  pada 
sumber 
daya
jaringan partner bisnis adalah sebagai berikut:
a.   Sinkronisasi produksi dan pengiriman
Integrasi
konektifitas
yang
erat
diantara partner
bisnis
akan
secara
dramatis  mempertinggi  kemampuan  nilai  pasar  disekelilingnya  yang
dapat mempertinggi kecepatan, kemampuan untuk dipercaya, waktu yang
tepat dan efisiensi.
b.   Menciptakan solusi kolaboratif
Kolaborasi
yang
benar
terjadi ketika
setiap
orang
susunan
jaringan
menerima nilai yang telah disetujui.
2.6.5
Penerusan Manajemen Pertumbuhan
Menurut
Forrester
[Ross,
2003,
p151-154],
pertumbuhan e-Business
sekarang
ini
telah
hancur,
dan
membutuhkan eliminasi
atau
modifikasi
pengukuran tradisional, seperti ROI, sesuai dengan statitik yang ada.
Masalah
utamanya
adalah
teknik
Web
sering
diimplementasi secara
sembarangan,   tanpa   adanya   metode   yang   tepat   untuk   melukiskan   nilai
keuntungan dan pertumbuhan yang harus dicapai untuk waktu dan biaya.
Untuk
menyempurnakan komponen
akhir
dari
nilai
proses
strategis
jaringan,
penyiasat-penyiasat korporasi
harus
mempertimbangkan
area
yang
berfokus pada nilai Supply Chain, yaitu pembentukan strategi e-SCM yang akan
  
30
mempengaruhi
jaringan supply
untuk
menghasilkan nilai
bagi perusahaan harus
secara
dramatis
memenuhi
komitmen dari
level tertinggi,
kolaborasi,
integrasi,
dan
sinkronisasi
dari
karakteristik
hubungan channel
yang
berfokus
pada
manajemen biaya.
2.7
Customer and Service Management
Customer
and
Service
Management merupakan
bagian
dari
CRM.
Menurut
Greenberg
[Ross,
2003,
p167],
CRM
adalah
sebuah
sistem
lengkap
yang :
a.
Menyediakan
alat
dan
metode
untuk
meningkatkan
pengalaman
pelanggan individual, sehingga menjadi pelanggan setia.
b.
Menyediakan
alat-alat
fungsional
dan  teknologi
yang  bertujuan
untuk
mengidentifikasi, menangkap dan mempertahankan pelanggan.
c.         Menyediakan pandangan yang menyeluruh mengenai pelanggan.
2.7.1
CRM dan Internet Sales
Menurut Ross [2003, p179], beberapa fungsi aplikasi dasar yang tersedia
di CRM dan Internet Sales adalah sebagai berikut:
•          On-line catalogs
Menyediakan peluang kepada pelanggan untuk melakukan perbandingan
produk, harga, dan jasa yang ditawarkan.
  
31
On-line order processing
Merupakan bentuk
e-CRM
yang
dikenal
secara
meluas.
Menyediakan
kemampuan untuk
melakukan
akses
ke
informasi
produk,
harga,
dan
pemesanan.
On-line order configurability
Memungkinkan pelanggan
untuk
mendesain produk
sesuai dengan
yang
mereka inginkan.
Lead capture and profiling
Menyediakan detil data penjualan pelanggan dan
informasi profile
yang
digunakan untuk personalisasi website dan follow-up bagian Marketing.
Literature fulfillment
Menyediakan akses
yang
mudah
bagi
pelanggan
untuk
mendapatkan
informasi produk.
2.7.2
Sales Force Automation (SFA)
Menurut Ross [2003, p180-181], ada beberapa fungsi-fungsi dari SFA :
Contact Management
Fungsi dasar
dari software
ini
adalah untuk
memungkinkan
mengorganisasi  dan 
memanajemen  data     pelanggan,  seperti  alamat,
nomor telepon, gelar, dan
lain-lain.
Menurut Dyche [Ross, 2003, p181],
nilai
dari
Contact
Management dari
CRM
adalah
untuk
melakukan
pelacakan  tidak 
hanya  dimana  pelanggan  berada,  tetapi 
juga  siapa
mereka.
  
32
Account Management
Aplikasi
Account
Management didesain
untuk
menyediakan
informasi
secara
mengenai aktivitas-aktivitas dari
sales
yang dapat
diakses
setiap
saat.
Sebagai
tambahan,
manajer dapat secara
efektif
dapat
mengembangkan dan
memberikan tugas kepada tim sales dan marketing
di lapangan yang sesuai dengan karakteristik pelanggan.
Knowledge Management
Aplikasi
ini
dapat
berperan
sebagai
tempat
penyimpanan untuk
semua
bentuk
informasi
yang
akan
memudahakan untuk
ditambahkan
dan
direferensikan
melalui tools
on-line
seperti
Lotus
Notes
dan
Browser
berbasis web.
2.7.3
E-CRM Marketing
Menurut
Ross
[2003,
p184],
komponen
dari
E-CRM
Marketing
yang
salah   satunya   disebut   EMA   (Enterprise   Marketing  Automation)   adalah
Marketing 
Events. 
Marketing 
Events 
memungkinkan  pemasar 
dapat
menyebarkan informasi terbaru marketingnya secara on-line.
2.7.4
Customer Service Management (CSM)
Menurut
Ross
[2003,
p185], teknologi
yang
sering
digunakan
dalam
pelayanan
CSM
(Customer
Service
Management) adalah
Internet
call
management. CSM
mengatasi
frustasi
dari
pelanggan dengan
pelayanan pada
websitenya yaitu
on-line chatting
dengan perwakilan perusahaan.
  
33
2.8
Manufacturing and Supply Chain Planning
Aplikasi manufacturing dibagi
menjadi 3
yaitu Manufacturing planning,
Production dan process management,dan Plant maintenance.
2.8.1
Manufacturing planning
Menurut
Ross
[2003,
p211],
kemampuan untuk
merencanakan,
menjadwalkan,
mengkomunikasikan dan
mengatur
interaksi
antar
departemen
yang
penting
untuk
mengolah bahan
baku
menjadi
barang
jadi
merupakan
komponen
yang
paling
dikenal
dalam
aplikasi manufacturing sekarang. Sistem
yang
dapat
membantu
dalam
manufacturing planning
adalah
Advanced
production and scheduling systems (APS). Tugas dari system APS adalah untuk
menempatkan batas-batas plant-floor dan
memungkinkan optimasi, sinkronisasi,
sequencing, dan
penjadwalan
kebutuhan
pabrik
dengan
kapasitas
pabrik
individual, dan total
kapasitas supply chain.
Sistem
APS
memanfaatkan
semua
material dan sumber daya dalam sebuah pabrik untuk mengkalkulasikan simulasi
dari kemampuan delivery dan batas-batas pabrik.
2.8.2
Production and process management
Menurut Ross [2003, p212], shop floor management pada production dan
process
management
mencoba
menggunakan
MES
(Manufacturing Execution
systems), sebuah kelompok aplikasi
yang
mencakupi pengiriman order, operasi,
dan  penjadwalan  detil,  work-in-process  (WIP)  tracking,  penempatan  tenaga
kerja,
pemeliharaan, kualitas
manajemen
,
dan
dokumen
kontrol,
untuk
track
produksi   secara   rea time.   Fungsi   utama   MES   adalah   mengontrol 
dan
  
34
mengkoordinasi work
cell
dan
peralatan pengontrol
untuk
mengoptimasi pabrik
dengan efisien.
Sistem
MES
sebagai pondasi
untuk
fungsi
web
base
yang
menyediakan
penglihatan
data
secara
real
time
dari
manufacturing dan
memperbaiki operasi supply chain.
2.8.3
Plant Maintenance
Menurut
Ross
[2003,
p213],
salah
satu
keuntungan
paling
penting dari
sistem 
pabrik 
yang 
terintegrasi 
adalah 
meningkatnya  kapasitas 
untuk
pemeliharaan pabrik, kualitas, dan keamanan. Proses
pengontrol manufacturing
menyediakan data
real-time
untuk
sistem
manajemen
pabrik
mendeterminasi
status perlengkapan dan kualitas proses.
2.9
Supplier Relationship Management
Menurut
Ross
[2003,
p248], Supplier Relationship Management (SRM)
dapat
digambarkan dalam
dalam  
fungsi
area
yang
terintegrasi
yaitu
EBS
backbone functions, e-SRM service functions dan e-SRM processing.
2.9.1 
Backbone Functions
Menurut
Ross
[2003,
p252],
backbone
berisikan
fungsi-fungsi penting
sebagai berikut :
1.       
Procurement History
Kumpulan informasi procurement merupakan dasar untuk SRM.
  
35
Data pada area ini mempunyai jangkauan mulai dari catatan statis seperti
transaksi
yang
lalu,
sampai
informasi dinamis
seperti
status
PO
yang
berjalan dan pemasok yang aktif serta sumber-sumber berkas.
2.
Akuntansi
Penyelesaian proses
pemesanan
pembelian
diberikan
secara
langsung
kedalam
EBS
backbone perusahaan
untuk
pemesanan dan
penyesuaian
harga, pencatatan
invoice dan
hutang,
manajemen
kredit dan keperluan
rekonsiliasi keuangan lainnya.
3.
Purchasing Planning
Ketika sejumlah permintaan telah diproses melalui processor MRP, maka
jadwal perencanaan pemesanan pembelian dapat dibuat.
4.
Performance Measurement
Jika
sejarah
penerimaan
dan
hutang
telah
dipenuhi, perusahaan
mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan pelaporan yang berarti dan
pengukuran  kinerja 
yang 
ditunjukkan 
oleh 
nilai 
hubungan  dengan
pemasok mereka dan derajat kesuksesan dari inisiatif peningkatan mereka
yang terus menerus.
2.9.2
e-SRM Services Functions
Menurut Ross [2003, p253], adapun e-SRM Services Functions adalah
sebagai berikut :
1.
Supplier Search
Proses
pencarian
pemasok
didapat
dari
derajat
fragmentasi
yang
tinggi
dan   aliran   informasi   yang   terputus.   Pembeli   dapat   menggunakan
  
36
teknologi berbasis web
untuk
memperdalam hubungan
yang ada dengan
pemasok
yang
lebih
disukai,
ketika
mengembangkan
pencarian
mereka
untuk pemasok baru dalam skala global.
2.
Product Search
Layanan
e-SRM
menyediakan
kreasi,
agregasi
dan
akses internet
berjangkauan
luas  untuk  katalog
produk
dan
jasa
on-line  yang
dapat
secara signifikan mempertinggi usaha.
2.9.3
e-SRM Processing
Menurut  Ross  [2003,  p256-259],  ada 
beberapa  fungsi  dari  e-SRM
Processing, yaitu:
1.
Product catalog management
Didefinisikan sebagai pertukaran barang dan jasa melalui pasar elektronik
dimana
pembeli
mempunyai
akses
virtual
storefronts untuk
mencari
beragam
barang dan jasa
dengan harga yang
paling
rendah, berdasarkan
pada
ketersediaan katalog
yang
berisi
dynamic
content
yang
mana
selalu menyediakan harga yang terbaru, informasi produk, dan spesifikasi
produk.
2.
Purchase Order Generation and Tracking
PO
dapat
dibuat dengan
menggunakan
fungsi
EBS
dan
kemudian
akan
ditransmisikan ke pemasok melalui kertas pesanan atau secara elektronik
melalui fax, EDI atau internet.
  
37
3.
Logistics
Logistics
mempunyai
kemampuan
untuk
menggunakan internet
yang
mempertinggi
layanan,
seperti inventory
tracking,
pemilihan
alat
pengangkut, manajemen pemasok,
manajemen pengiriman,
dan
manajemen tagihan pengangkutan.
2.10
Logistic Resource Management
Menurut Ross [2003, p292], manajemen sumber daya logistik merupakan
proses perpindahan produk dan jasa dari pemasok, manufaktur, dan ke pelanggan
melalui
internet.
Ada
dua
fungsi
utama
dalam
Logistic
Resource Management
yaitu Warehouse Management dan Transportation Management.
2.10.1
Warehouse Management
Menurut
Ross
[2003,
p295],
Warehouse
management
systems (WMS)
menyediakan  fungsi 
logistik  dengan 
tools 
baru 
untuk 
mengatur 
dan
mengoptimasi dalam
pergerakan
inventori.
Toolset
WMS
yang
sekarang
juga
terdapat frekuensi radio, integrasi dengan transportasi, produktivitas tenaga kerja,
dan laporan kecepatan barang, dan nilai tambah layanan dalam pengemasan.
2.10.2
Transportation Management
Menurut Ross [2003, p295], eksekusi dari fungsi e-sLRM membutuhkan
sistem
transportasi
yang
sempurna,
akurat,
dan tepat
waktu,
yang
menjangkau
keseluruhan siklus pemesanan dari tawar menawar hingga pengiriman.
  
38
2.11
Arsitektur Lingkungan e-SCM
Menurut
Chaudhury [2002,
p419-420],
platform
IT
tradisional
(EDI/Electronic Data
Interchange),
untuk
SCM
dianggap
memiliki
beberapa
keterbatasan.
Keterbatasan pada
EDI
berupa
standar
yang
tidak
kompatibel,
teknologi
yang
bergantung pada
pemasok,
pesan
dalam
bentuk
tekstual,
dan
integrasi yang sangat sedikit.
Menurut
Chaudhury
[2002,
p423],
platform IT
yang
baru
(web)
membawa keuntungan dibandingkan dengan EDI, yaitu visibility, Availability to
promise,
syncronized
supply
chain,
hingga
dapat
memungkinkan terjadinya
collaborative
planning,
forecasting, dan
replenishment
(CPFR)
dan
vendor
managed inventory (VMI).
2.12
Manajemen Pengadaan (Procurement)
Menurut Pujawan
[2005, p137], tugas dari manajemen pengadaan
adalah  menyediakan  input,  berupa  barang  maupun  jasa  yang  dibutuhkan
dalam
kegiatan
produksi.
Pada
perusahaan
manufaktur, barang
yang
harus
dibeli
oleh
bagian
pengadaan
bisa
diklasifikasikan secara
umum
menjadi
bahan
baku
untuk
produksi, capital equipment (mesin dan
peralatan
jangka
panjang
lainnya), maintanance, repair dan operating supplies (suku cadang
mesin).
Menurut Pujawan  [2005, p141], proses pembelian bisa dilakukan
melalui proses tender atau pembelian rutin. Proses pembelian rutin biasanya
berlaku
untuk
item-item
yang
pemasoknya sudah
jelas
karena
sudah
ada
kesepakatan jangka panjang antara pemasok dengan perusahaan (item
yang
  
39
kebutuhannya berulang-ulang, spesifikasi relatif standar). Proses pembelian
tender, dilakukan untuk item-item yang pemasoknya masih harus dipilih.
2.13
Manajemen Transportasi dan Distribusi
Menurut
Pujawan 
[2005, p173], pada
kebanyakan produk
yang
kita 
gunakan,  peran  jaringan  distribusi  dan  transportasi 
memungkinkan
produk
pindah
dari
lokasi
dimana
mereka
diproduksi
ke
lokasi
konsumen
yang
sering
kali
dibatasi
jarak
yang
sangat
jauh.
Kemampuan untuk
mengirimkan
produk
ke
pelanggan secara
tepat
waktu,
dalam
jumlah
yang
sesuai
dan
dalam
kondisi
yang
baik
sangat
menentukkan apakah
produk
tersebut
akhirnya
akan
kompetitif
di
pasar.
Oleh
karena
itu,
kemampuan
untuk
mengelola
jaringan
distribusi
merupakan
satu
komponen keunggulan
kompetitif yang sangat penting bagi kebanyakan industri.
Menurut
Pujawan
[2005,
p174],
manajemen distribusi
dan
transportasi
memiliki
arti
yang sama
dengan
manajemen
logistik.
Pada
dasarnya,
managemen
logistik
memiliki
beberapa fungsi
yaitu
melakukan
segmentasi pasar,
menentukan
mode
transportasi
yang
akan
digunakan,
melakukan
konsolidasi
informasi
dan
pengiriman,
melakukan penjadwalan
dan
penentuan
rute
pengiriman,
memberikan pelayanan
nilai
tambah,
menyimpan persediaan, menangani pengembalian (return).
Menurut
Haag
[2005,
p73],
logistik
adalah
sekumpulan proses
yang
merencanakan dan
mengontrol
transportasi
dan
penyimpanan
produk
dari pemasok hingga pelanggan secara efektif dan efisien.
  
40
2.14
Graphical User Interface
Pembahasan pengertian
GUI  (Graphical
User
Interface),
dan
delapan
aturan emas perancangan GUI.
2.14.1
Pengertian Graphical User Interface
GUI adalah
metode
interaksi
grafis
antara
pengguna
dengan
komputer
dan menjadi faktor penentu kemudahan dalam penggunaan komputer. [ HTTP1 ].
2.14.2
Delapan Aturan Emas Perancangan Antarmuka Pemakai
Menurut
Shneiderman [2005,
p74],
delapan
peraturan
emas
ini
adalah
prinsip -  prinsip mendasar untuk desain interface.
Berikut ini adalah delapan peraturan emas tersebut :
1. 
Berusaha untuk konsisten. Konsisten yang dimaksud adalah konsisten dalam
aksi-aksi
dalam
situasi
tertentu,
konsisten
menu,
warna,
layout, font,
dan
sebagainya.
2. Memungkinkan
adanya
shortcut.
Bagi
user
yang
sudah
ahli
dalam
menggunakan
sistem,
ia
membutuhkan suatu
jumlah
interaksi
yang
lebih
singkat ini dapat diperoleh dengan shortcut.
3. 
Feedback
yang
informatif.
Untuk setiap
aksi
yang
dilakukan user
terhadap
sistem,
sistem
harus
memiliki feedback. Respon sistem
terhadap user harus
sopan dan jelas.
4. 
Membuat dialog yang menghasilkan keadaan akhir. Urutan-urutan aksi diatur
kedalam group-group aksi tersebut harus dapat memuaskan user.
  
Advance
Scheduling
Order
41
5. 
Menyediakan  pencegahan  error dan  penanganan  error
yang 
sederhana.
Sedapat
mungkin,
sistem dibuat agar
user
tidak
dapat
membuat
kesalahan.
Jika
user
membuat
kesalahan,
sistem
harus
dapat
mendeteksinya dan
memberikan instruksi sederhana dan membangun untuk recovery.
6. 
Mengijinkan pembalikan aksi. Sedapat
mungkin semua
aksi dapat
dibalik.
Fitur  ini  mengurangi
kekhawatiran
karena
user  mengetahui
bahwa
error
dapat diabaikan. Bagian pembalikan ini dapat berupa aksi tunggal, data entry
atau suatu group aksi yang lengkap.
7.
Support Internal Focus
of
Control. User
yang
sudah
berpengalaman
menginginkan
suatu
perasaan
bahwa
mereka
menguasai
sistem
dan sistem
harus merespon semua keinginan mereka.
8. 
Mengurangi beban
ingatan jangka pendek. Terbatasnya kemampuan manusia
untuk
ingatan
jangka
pendek
membutuhkan perhatian
yang
cukup.
Untuk
mengatasi
hal
ini
dapat
dilakukan dengan
mengurangi
frekuensi
dan
pergerakan window dan dengan waktu pelatihan yang cukup.