BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi.
Sedangkan sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan suatu
produk,
dimana didalam
pembuatan
ini
melibatkan tenaga kerja,
bahan baku,
mesin, energi, informasi, modal, dan tindakan manajemen (Baroto, 2002, p13).
Sistem
produksi
bertujuan
untuk
merencanakan dan
mengendalikan
produksi agar
lebih
efektif,
produktif, dan
optimal.
Production
Planning
and
Control merupakan aktivitas dalam sistem produksi.
Perusahaan
merupakan
kumpulan
dari
subsistem-subsistem yang
saling
terkait untuk mencapai suatu tujuan perusahaan.
Proses produksi adalah aktivitas
bagaimana membuat produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin, energi,
pengetahuan teknis, dan lain-lain. Perencanaan dan pengendalian produksi (PPC)
adalah aktivitas bagaimana mengelola proses produksi tersebut.
Aktivitas-aktivitas yang
ditangani
oleh departemen PPC atau PPIC secara
umum adalah sebagai berikut:
1.
Mengelola pesanan dari pelanggan.
2.
Meramalkan permintaan.
3.
Mengelola persediaan.
4.
Menyusun rencana agregat.
5.
Membuat jadwal induk produksi.
|
35
6.
Merencanakan kebutuhan.
7.
Melakukan penjadwalan pada mesin atau fasilitas produksi.
8.
Monitoring dan pelaporan pembebanan kerja disbanding kapasitas
produksi.
9.
Evaluasi skenario pembebanan dan kapasitas.
Metode perencanaan dan pengendalian produksi yang biasa digunakan pada
perusahaan-perusahaan adalah:
1.
Sistem produksi proyek
2.
Flexible Control system
3.
Material Requirement Planning
4.
Just in Time
5.
Optimized Production Technology
6.
Continuous Process Control Sistem
Berdasarkan
cara pembuatan atau masa pengerjaan produksi dapat
diklasifikasikan menjadi tipe-tipe berikut :
1.
Engineering
to
order
(ETO),
penyiapan fasilitas
sampai pembuatan dalam
memenuhi
pesanan
dilakukan
oleh
perusahaan. Produk
yang
dipesan
biasanya berjumlah satu
unit dan
memiliki
spesifikasi yang sangat berbeda
antara pesanan yang satu dengan yang lainnya. Aktivitas yang terlibat dalam
pembuatannya sangat banyak.
2.
Made
to
order
(MTO), pesanan
yang
diterimadisesuaikan dengan
fasilitas
produksi yang dimiliki perusahaan.
3.
Assembly to order (ATO), untuk memenuhi permintaan, perakitan dilakukan
dengan fasilitas yang dimiliki perusahaan.
|
36
4.
Made to stock (MTS) , perusahaan memproduksi dengan cara menstok hasil
produksi nya untuk memenuhi permintaan, dan tidak melayani pesanan.
Berdasarkan
ukuran
jumlah produk
yang dihasilkan,
produksi
dapat
dikelompokkan menjadi:
1.
Produksi proyek, jumlah operasi dan sumber daya yang digunakan banyak,
sedangkan unit yang diproduksi hanya satu.
2.
Produksi
batch, produksi
yang dihasilkan banyak
jenisnya, namun dalam
jumlah produksi yang sedang.
3.
Produksi massal,
jenis
produk yang
diproduksi
lebih
sedikit
dari
batch,
namun jumlah unit yang diproduksi sangat besar.
Berdasarkan
cara
memproduksi
(berhubungan
dengan
pengaturan
fasilitas produksi), produksi dikelompokkan menjadi:
1.
Produksi flow shop
2.
Produksi fleksibel.
3.
Produksi job shop
4.
Produksi kontinu
Jenis-jenis produksi diatas dapat menentukan sistem produksi yang digunakan.
|
37
2.2
Persediaan
2.2.1
Pengertian Persediaan
Persediaan (inventory)
dapat
memiliki
berbagai
fungsi
penting
yang
menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan (Render dan Heizer, 2001,
p314). Ada enam penggunaan persediaan, yaitu:
1.
Untuk memberikan
suatu
stok
barang-barang
agar
dapat
memenuhi
permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.
2.
Untuk memasangkan produksi dengan distribusi.
3.
Untuk mengambil
keuntungan
dari potongan
jumlah,
karena
pembelian
dalam jumlah besar dapat secara substansial menurunkan biaya produk.
4.
Untuk menghindari hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.
5.
Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca,
kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang tidak tepat.
6.
Untuk
menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan
menggunakan barang-dalam-proses dalam persediaannya.
2.2.2
Jenis Persedian
Menurut Render
dan
Heizer
(2001,
pp314-315),
perusahaan
mempertahankan 4 jenis persediaan: (1) persediaan bahan mentah, (2) persediaan
barang-dalam-proses (Work-in-process
--
WIP),
(3)
persediaan
MRO
(perlengkapan pemeliharaan/perbaikan/operasi), dan (4) persediaan barang jadi.
Persediaan barang
mentah
telah
dibeli,
namun
belum
di
proses.
Bahan
mentahnya dapat digunakan dari proses produksi
untuk pemasok
yang berbeda-
beda. Persediaan barang-dalam-proses telah mengalami beberapa perubahan
|
38
tetapi
belum
selesai.
WIP
ini
ada
karena
untuk
membuat
produk
diperlukan
waktu
(disebut
waktu
siklus).
MRO
merupakan persediaan
yang
dikhususkan
untuk
perlengkapan
pemeliharaan/perbaikan/operasi. Persediaan
barang
jadi
selesai
dan
menunggu
untuk
dikirimkan. Barang
jadi
dimasukkan
ke
dalam
persediaan
karena
permintaan konsumen
untuk jangka
waktu
tertentu
mungkin
tidak diketahui.
2.2.3
Fungsi persediaan
Persediaan memiliki beberapa
fungsi
penting
yang
menambah fleksibilitas
dari
suatu
perusahaan. Fungsi
persediaan
menurut
Render
dan
Heizer
(2001,
p314), yaitu:
1.
Untuk memberikan suatu
stok
barang-barang
agar
dapat
memenuhi
permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.
2.
Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. Misalnya bila permintaan
hanya tinggi pada musim panas, persediaan dapat diadakan selama
musim
dingin untuk menghindari biaya kehabisan stok.
3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan harga dalam jumlah besar.
4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.
5. Untuk menghindari kekurangan stok akibat kejadian tidak terduga.
6.
Untuk
menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan
menggunakan barang-barang dalam proses dalam persediaannya.
|
39
2.3
Perencanaan Proses
2.3.1
Pengertian Perancangan Proses
Perencanaan Proses
adalah
suatu
perencanaan
awal
terhadap
proses
pembuatan produk, hal
ini berisi bagaimana produk tersebut akan dibuat (hal ini
menentukan apakah
suatu
komponen
akan
dibuat
atau
dibeli
dari
supplier),
memilih
fokus
proses,
menentukan mesin
dan
peralatan
yang
digunakan.
Perencanaan
proses berkenaan
dengan
perancangan
dan implementasi
sistem
kerja
yang
akan
memproduksi
produk
yang
diinginkan dalam
kuantitas
yang
diperlukan.
2.3.2
Alat Bantu dalam Perencanaan Proses
Perencanaan Proses
adalah
suatu
perencanaan
awal
terhadap
proses
pembuatan produk, hal
ini berisi bagaimana produk tersebut akan dibuat (hal ini
menentukan apakah
suatu
komponen
akan
dibuat
atau
dibeli
dari
supplier),
memilih
fokus
proses,
menentukan mesin
dan
peralatan
yang
digunakan.
Perencanaan
proses berkenaan
dengan
perancangan
dan implementasi
sistem
kerja
yang
akan
memproduksi
produk
yang
diinginkan dalam
kuantitas
yang
diperlukan.
Beberapa alat bantu yang digunakan dalam perencanaan proses yaitu:
1)
Struktur Produk
Struktur
Produk
adalah
suatu
susunan
hirarki
dari
komponen-komponen
pembentuk suatu produk akhir. Biasanya produk akhir ditempatkan di level
0
dan komponen pembentuk berikutnya adalah ditempatkan di level 1, dan
|
![]() 40
seterusnya.
Pada
umumnya produk
akhir
disebut
juga
induk
atau parent
dan komponen pembentuknya disebut juga anak atau child.
Manfaat Struktur Produk adalah :
1.
Mengetahui berapa jumlah item penyusunan suatu produk akhir.
2.
Memberikan rincian
mengenai komponen apa saja yang dibutuhkan
untuk menghasilkan suatu produk.
Dalam Struktur Produk ada dua teknik yang digunakan yaitu :
1.
Explosion
Suatu
teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan
dimulai dari induk sampai komponen pada level paling bawah
2.
Implosion
Suatu
teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan
dimulai dari komponen sampai induk atau level atas.
Sumber : Sumayang, Lalu (tahun 2003, p28) Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan
Operasi
Gambar 2.1 Struktur Produk
|
41
2)
Bill Of Material (BOM)
Bill
of
Material
(BOM)
merupakan rangkaian
struktur semua
komponen
yang
digunakan untuk
memproduksi
barang
jadi
sesuai
dengan
Master
Production
Scheduling.
Bill
Of
Material
(BOM)
adalah daftar
(list) dari
bahan,
material
atau
komponen
yang dibutuhkan
untuk
dirakit,
dicampur
atau mebuat produk akhir.
Menurut Render dan Heizer Bill Of Material dibagi menjadi:
1. Bill Of Material yang berupa modul (modular bills)
Bill Of Material dapat diatur di seputar modul produk. Modul bukan
merupakan produk akhir yang akan dijual, tapi merupakan komponen
yang dapat diproduksi dan
dirakit menjadi satu unit produk.
Modul-
modul ini mungkin merupakan komponen inti dari suatu produk akhir
atau
pilihan
produk.
Bill
Of
Material
untuk
modul-modul tersebut
disebut modular bill.
2. Bill untuk perencanaan dan Phantom Bills
Ada
lagi
jenis
Bill Of
Material
yang
lain. Yaitu
meliputi bill untuk
perencanaan dan
Phantom
Bills.
Bill
untuk perencanaan diciptakan
agar dapat menugaskan induk buatan kepada Bill Of Materialnya. Bill
untuk perencanaan mungkin juga dikenal sebagai sebutan pseudo bill
atau angka peralatan. Phantom Bill Of Material adalah Bill Of
Material
untuk
komponen,
biasanya
sub-sub
perakitan
yang
hanya
ada sementara waktu. Bill ini langsung bergerak ke perakitan lainnya.
Sehingga bill
ini diberi kode agar diperlakukan secara khusus; lead
|
42
timenya nol dan ditangani
sebagai
bahan
integral
dari bahan
induknya. Phantom bill tidak pernah dimasukkan kedalam persediaan.
Ada beberapa format dari Bill of Material (BOM) yaitu:
1. Single-Level BOM
BOM yang menggambarkan
hubungan
sebuah induk dengan satu
level komponen-komponen pembentuknya.
2. Multi-Level BOM
BOM yang menggambarkan
struktur
produk lengkap
dari level 0
sampai level paling bawah.
3. Indented BOM
BOM yang dilengkapi dengan informasi level setiap komponen.
4. Summarized BOM
BOM yang dilengkapi dengan jumlah total tiap komponen yang
dibutuhkan.
3)
Peta proses operasi
Menurut
Sutalaksana (1979,
p21)
peta
proses
operasi
merupakan
suatu
diagram
yang menggambarkan
langkah-langkah proses
yang
akan
dialami
oleh
bahan
baku
mengenai
urutan-urutan operasi
dan
pemeriksaan. Sejak
dari awal sampai menjadi produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan
juga memuat
informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa
lebih
lanjut, seperti waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat
atau alat atau mesin yang dipakai.
Berikut adalah contoh peta proses operasi (OPC) pajangan:
|
![]() 43
Sumber : Sumayang, Lalu (tahun 2003, p31) Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi
Gambar 2.2 Peta Proses Produksi Pajangan
2.4
Peramalan
Setiap hari para manajer membuat keputusan tanpa mengetahui apa yang
akan terjadi di masa depan. Persediaan dipesan tanpa kepastian berapa jumlah
penjualannya;
peralatan
baru dibeli padahal tidak ada
kepastian
permintaan
terhadap produk; dan investasi dilakukan tanpa pengetahuan berapa laba yang
akan diperoleh.
Dalam menghadapi ketidakpastian para manajer selalu berusaha
membuat estimasi yang lebih baik tentang apa yang akan terjadi di masa depan.
Membuat estimasi yang baik adalah tujuan utama peramalan (Render dan Heizer,
2001, p46).
|
44
Dalam
suplemen
ini
kita
mengkaji
berbagai
jenis
peramalan, dan
model-
model peramalan seperti rata-rata bergerak, penghalusan eksponensial, dan
regresi
linear.
Tujuannya
adalah
untuk
menunjukan pada
manajer
bahwa
ada
banyak cara
memprediksi masa
depan.
Disajikan
pula tinjauan tentang
subjek
peramalan
penjualan
perusahaan dan
menjelaskan bagaimana
menyiapkan,
memantau, dan menilai keakuratan peramalan. Peramalan yang baik adalah
bagian
penting
dari
operasi
jasa
dan
manufaktur yang
efisiensi;
dan
juga
merupakan
sarana
pembentukan model
yang
penting
unruk
pengambilan
keputusan.
2.4.1
Pengertian Peramalan
Peramalan
(forecasting)
adalah
seni
dan
ilmu
memprediksi peristiwa-
peristiwa
masa
depan.
Peramalan
memerlukan pengambilan
data
historis
dan
memproyeksikannya ke masa depan dengan beberapa bentuk model
matematis.
Bisa
jadi
berupa
prediksi
subjektif atau
intuitif
tentang
masa
depan.
Atau
peramalan bisa mencakup kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan
penilaian yang baik oleh manajer (Render dan Heizer, 2001, p46).
Menurut Sumayang (2003, p23), peramalan penting artinya karena dengan
peramalan yang tepat guna diharapkan akan meningkatkan efisiensi produksi.
Sesungguhnya
terdapat
perbedaan antara
Peramalan dengan
Perkiraan.
Peramalan adalah perhitungan yang objektif dan dengan menggunakan data-data
masa
lalu,
untuk
menentukan sesuatu
di
masa
yang
akan
datang
sedangkan
perkiraan dengan
cara
subjektif
dan
atau
tidak
dari
data-data masa
lalu,
memperkirakan sesuatu di
masa yang akan datang. Sehingga dengan demikian,
|
45
peramalan selalu memerlukan data-data dari masa lalu dan apabila tidak ada data
masa
lalu
maka penentuan
sesuatu
di
masa
yang
akan datang dapat
dilakukan
dengan
cara
perkiraan.
Untuk
melakukan
perkiraan
diperlukan keahlian,
pengalaman,
dan
pertimbangan seorang
manajer
operasi.
Sedangkan
untuk
melakukan
peramalan
diperlukan
ilmu
pengetahuan statistik
dan
teknologi
(Sumayang, 2003, p24).
2.4.2
Horizon Waktu
Peramalan biasanya dikelompokkan oleh
horison
waktu
masa depan
yang
mendasarinya
(Render dan
Heizer,
2001, p46).
Tiga
kategori
yang
bermanfaat
bagi manajer operasi adalah:
1.
Peramalan jangka
pendek. Rentang
waktunya
mencapai satu
tahun tetapi
umumnya
kurang
dari tiga bulan.
Peramalan
jangka
pendek
digunakan
untuk
merencanakan
pembelian,
penjadwalan
kerja,
jumlah
tenaga kerja,
penugasan, dan tingkat produksi.
2.
Peramalan
jangka
menengah.
Peramalan
jangka
menengah biasanya
berjangka
tiga
bulan
hingga tiga tahun.
Peramalan
ini
sangat
bermanfaat
dalam
perencanaan
penjualan,
perencanaan
dan
penganggaran produksi,
penganggaran kas, dan menganalisis berbagai rencana operasi.
3.
Peramalan
jangka
panjang.
Rentang
waktunya
biasanya
tiga
tahun
atau
lebih;
digunakan
dalam
merencanakan produk
baru,
pengeluaran
modal,
lokasi fasilitas, atau ekspansi, dan penelitian serta pengembangan.
|
46
Peramalan jangka menengah dan jangka panjang mempunyai tiga ciri yang
membedakan keduanya
dari
peramalan
jangka
pendek.
Peramalan
jangka
menengah dan jangka panjang berhubungan dengan
isu
yang
lebih kompetentif
dan
mendukung
keputusan
manajemen
berkaitan
dengan
perencaanaan dan
produk,
pabrik,
dan
proses.
Kedua,
peramalan jangka
pendek
biasanya
menggunakan metodologi yang berbeda dari pada peramalan yang lebih panjang
waktunya. Teknik-teknik matematis seperti rata-rata bergerak (moving averages),
penghalusan eksponensial
{exponential
smoothing),
dan
ekstrapolasi
trend
adalah biasa untuk proyeksi jangka pendek. Dan ketiga, peramalan jangka
pendek cenderung
lebih akurat daripada peramalan jangka
yang
lebih panjang.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi permintaan
berubah
setiap
hari,
sehingga
ketika
horison
waktu
semakin
panjang,
keakuratan
peramalan
akan
berkurang.
Dengan
demikian
ramalan
penjualan
perlu
diperbarui secara
teratur
untuk
mempertahankan nilainya. Setelah periode penjualan berlalu, ramalan harus
dikaji kembali dan diperbaiki (Render dan Heizer, 2001, p47).
2.4.3
Jenis-Jenis Peramalan
Menurut
Render
dan Heizer
(2001, p47), organisasi
menggunakan
tiga
jenis peramalan ketika merencanakan masa depan operasinya, yaitu:
1.
Ramalan
ekonomi
membahas
siklus
bisnis
dengan
memprediksi
tingkat
inflasi,
suplai
uang permulaan perumahan, dan
indikator-indikator
perencanaan lain.
|
47
2.
Ramalan teknologi berkaitan dengan tingkat kemajuan teknologi, yang
akan
melahirkan produk-produk
baru
yang
mengesankan,
membutuhkan
pabrik, dan peralatan baru.
3.
Ramalan
permintaan
adalah
proyeksi permintaan
untuk
produk
atau
jasa
perusahaan. Ramalan
ini,
disebut
juga
ramalan
penjualan,
mengarahkan
produksi,
kapasitas,
dan
sistem
penjadwalan perusahaan
dan
bertindak
sebagai
masukan untuk perencanaan keuangan, pemasaran, keuangan, dan
personalia.
2.4.4
Metode Peramalan
Banyak jenis metode peramalan yang tersedia untuk meramalkan
permintaan dalam
produksi.
Namun
yang
lebih
penting
adalah
bagaimana
memahami
karateristik suatu
metode
peramalan
agar
sesuai
dengan
situasi
pengambilan keputusan. Situasi peramalan sangat beragam dalam horison waktu
peramalan,
faktor
yang
menentukan
hasil
yang sebenarnya,
tipe
pola data
dan
berbagai aspek
lainnya.
Untuk
menghadapi
penggunaan yang
luas
seperti
itu,
beberapa teknik telah dikembangkan. Teknik tersebut dibagi dalam dua kategori
utama,
yaitu
metode
peramalan kuantitatif dan
metode
peramalan kualitatif
(Makridakis et.al., 1999, p19-24).
2.4.4.1 MetodePeramalan Kualitatif
Metode
kuantitatif sangat
beragam dan
setiap
teknik
memiliki sifat,
ketepatan dan biaya tertentu yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode
tertentu. Metode kuantitatif formal didasarkan atas prinsip-prinsip statistik yang
|
48
memiliki
ketepatan
tinggi
atau
dapat
meminimumkan kesalahan
(error),
lebih
sistematis, dan
lebih
populer
dalam
penggunaannya.
Untuk
menggunakan
metode kuantitatif terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi, yaitu :
a. Tersedia informasi tentang masa lalu.
b. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.
c.
Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus
berlanjut di masa mendatang.
Metode kuantitatif dapat dibagi kedalam dua model, yaitu :
a. Model deret berkala (time series)
Pada
model
ini,
pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan nilai
masa
lalu dari suatu variabel dan atau kesalahan masa lalu. Model deret berkala
menggunakan riwayat permintaan masa lalu dalam membuat ramalan untuk
masa depan. Tujuan metode peramalan deret berkala ini adalah menemukan
pola dalam deret berkala historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke
masa depan.
Prosedur peramalan permintaan dengan metode time series
(Baroto, 2002,
p31) adalah sebagai berikut:
1.
Tentukan pola data
permintaan.
Dilakukan dengan cara
memplotkan
data
secara
grafis
dan
menyimpulkan apakah
data itu
berpola trend,
musiman, siklikal, atau random.
2.
Mencoba
beberapa
metode
time
series
yang
sesuai
dengan
pola
permintaan tersebut
untuk
melakukan peramalan. Metode
yang
dicoba semakin banyak semakin baik. Pada setiap metode, sebaiknya
dilakukan pula peramalan dengan parameter yang berbeda.
|
49
3.
Mengevaluasi
tingkat
kesalahan
masing-masing
metode
yang
telah
dicoba.
Tingkat kesalahan
diukur dengan
kriteria
MAD, MSE,
MAPE, atau lainnya. Sebaiknya nilai tingkat kesalahan ini ditentukan
dulu.
Tidak
ada
ketentuan mengenai berapa
tingkat
kesalahan
maksimal dalam peramalan.
4. Memilih
metode
peramalan terbaik di antara
metode
yang dicoba.
Metode
terbaik
adalah
metode
yang
memberikan tingkat
kesalahan
yang telah ditetapkan.
5.
Melakukan peramalan permintaan dengan
metode
terbaik
yang telah
dipilih.
Langkah penting
dalam
memilih suatu
metode
deret
berkala
yang
tepat
adalah
dengan
mempertimbangkan jenis
pola data,
sehingga
metode
yang
paling tepat dengan metode tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan
menjadi :
1.
Pola Horizontal
(H)
terjadi bilamana nilai
data berfluktuasi disekitar
nilai
rata-rata
yang
konstan (deret seperti
itu
adalah
stasioner
terhadap
nilai
rata-ratanya). Suatu
produk
yang
penjualannya tidak
meningkat atau
menurun
selama
waktu
tertentu
termasuk
jenis
ini.
Demikian
pula
suatu
pengendalian kualitas
yang
menyangkut
pengambilan contoh
dari
suatu
proses
produksi
berkelanjutan yang
secara teoritis tidak mengalami perubahan juga termasuk jenis ini.
|
![]() ![]() 50
Sumber : Baroto, Teguh (tahun 2002, p35) Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Gambar 2.3 Pola Data Horisontal
Teknik-teknik
yang
harus
dipertimbangkan pada
seri
peramalan
stationer
mencakup
metode
yang
naif,
rata-rata
sederhana, moving
averages, dan autoregressive moving average (ARMA) model
(metode Box-Jenskins). (Hanke dan Wichern, 2005, p75).
2.
Pola musiman (S) terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor
musiman
(misalnya
kuartal tahun tertentu,
bulanan,
atau hari-hari
pada
minggu
tertentu). Penjualan dari produk
minuman
ringan,
es
krim, dan bahan bakar pemanas ruangan, menunjukkan jenis pola ini.
Sumber : Baroto, Teguh
(tahun 2002, p33) Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Gambar 2.4 Pola Data Musiman
|
![]() 51
Teknik
yang
harus
dipertimbangkan pada
seri
peramalan
seasonal
mencakup
dekomposisi clasical,
census
x-12,
winters
exponensial
smoothing,
multiple
regression
dan
ARIMA
models
(metode Box-
Jenkins). (Hanke dan Wichern, 2005, p76).
3.
Pola
Siklis
(C)
terjadi
bilamana
datanya dipengaruhi
oleh
fluktuasi
ekonomi
jangka
panjang
seperti
yang
berhubungan dengan
siklus
bisnis. Penjualan produk seperti mobil, baja dan peralatan utama
lainnya menunjukkan jenis pola data ini.
Sumber : Baroto, Teguh
(tahun 2002, p34) Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Gambar 2.5 Pola Data Siklis
Teknik
yang
harus
dipertimbangkan pada
peramalan
seri
cyclical
mencakup
dekomposisi clasical,
economic
indicator,
model-model
econometric, multiple regression, dan
model-model ARIMA (metode
Box-jenkins). (Hanke dan Wichern, 2005, p76).
4.
Pola
trend (T)
terjadi
bilamana
terdapat
kenaikan
atau
penurunan
sekuler
jangka
panjang
dalam
data.
Penjualan banyak
perusahaan,
produk
bruto
nasional
(GNP)
dan
berbagai indikator
bisnis
atau
ekonomi
lainnya
mengikuti
pola
trend
selama perubahannya
sepanjang waktu.
|
![]() 52
Sumber : Baroto, Teguh
(tahun 2002, p32) Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Gambar 2.6 Pola Data Trend
Teknik-teknik yang harus dipertimbangkan pada seri peramalan trend
mencakup moving
averages.
Holts
exponential
smoothing,
regresi
sederhana,
growth
curves,
model-model exponential,
dan
autoregressive integrated moving average
(ARIMA)
model (metode
Box-Jenkins). (Hanke dan Wichern, 2005, p76).
b.
Model kausal
Model kausal mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan menunjukkan
suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih
variabel bebas.
Maksud
dari
model kausal adalah
menemukan
bentuk
hubungan
tersebut
dan
menggunakannya untuk
meramalkan
nilai
mendatang dari
varibel
tak
bebas. Setelah
hubungan
ini
ditemukan, nilai-nilai
masa
mendatang dapat
diramalkan cukup dengan
memasukkan
nilai-nilai
yang sesuai untuk
varibel-variabel independen.
Metode
peramalan
kausal
mengasumsikan
bahwa permintaan akan suatu produk bergantung pada satu atau beberapa
faktor independen (misalnya, harga, iklan, persaingan, dan lain-lain).
|
53
2.4.4.2 Metode Peramalan Kualitatif atau Teknologis
Metode peramalan ini
tidak
memerlukan data
yang serupa seperti metode
peramalan kuantitatif.
Input
yang dibutuhkan
tergantung
pada
metode
tertentu
dan biasanya merupakan hasil dari pemikiran intuitif, perkiraan dan pengetahuan
yang
telah
didapat.
Pendekatan
teknologis
seringkali
memerlukan input
dari
sejumlah orang yang terlatih.
Metode kualitatif mengandalkan opini pakar atau
manajer dalam membuat
prediksi tentang masa depan. Metode ini berguna untuk tugas peramalan jangka
panjang. Penggunaan
pertimbangan
dalam
peramalan,
tampaknya
tidak
ilmiah
dan
bersifat
sementara. Tetapi
bila
data
masa
lalu
tidak
ada
atau
tidak
mencerminkan masa
mendatang,
tidak
banyak
alternatif
selain
menggunakan
opini
dari
orang-orang
yang
berpengetahuan. Ramalan
teknologis
terutama
digunakan
untuk
memberikan petunjuk,
untuk
membantu
perencana dan
untuk
melengkapi ramalan kuantitatif, bukan untuk memberikan suatu ramalan numerik
tertentu.
Metode kualitatif dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
a.
Metode eksploratoris
Metode
eksploratoris (seperti
Delphi,
kurva-S,
analogi, dan
penelitian
morfologis) dimulai dengan masa lalu dan masa kini
sebagai titik awalnya
dan bergerak kearah masa depan secara heuristik, seringkali dengan melihat
semua kemungkinan yang ada.
b.
Metode normatif.
Metode normatif (seperti
matriks keputusan, pohon relevansi, dan analisis
sistem) dimulai dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang akan datang,
|
54
kemudian
bekerja
mundur untuk melihat
apakah
hal ini dapat dicapai,
berdasarkan kendala, sumber daya, dan teknologi yang tersedia.
2.4.5
Teknik Peramalan untuk Data Trend
Suatu
data
runtut
waktu
yang
bersifat
trend
didefinisikan sebagai
suatu
series
yang
mengandung komponen
jangka
panjang
yang
menunjukkan
pertumbuhan atau penurunan dalam data tersebut sepanjang suatu periode waktu
yang panjang.
Dengan kata
lain, suatu data
runtut waktu dikatakan mempunyai
trend
jika
nilai
harapannya berubah
sepanjang
waktu
sehingga
data
tersebut
diharapkan menaik atau menurun selama periode dimana peramalan diinginkan.
Biasanya data runtut waktu ekonomi mengandung suatu trend.
Teknik-teknik
peramalan
yang
digunakan
untuk
peramalan
data
runtut
waktu
yang
mengandung trend
adalah
rata-rata
bergerak,
pemulusan
eksponensial
linier
dari Holt, regresi sederhana,
model
ARIMA
(metode
Box-
Jenkins) (Hanke dan Wichern, 2005, p75-76).
2.4.5.1 Metode Asosiatif
Model
asosiatif
bergantung kepada
pengenalan variabel
yang
dapat
dikaitkan
dan
dapat
digunakan
untuk
meramalkan
nilai
variabel
yang
menjadi
perhatian
kita.
Metode
utama
yang
dikenal
dan digunakan secara
luas
dalam
metode ini adalah regresi.
|
![]() 55
b
=
Berikut ini rumus rumus regresi linear sederhana :
y
t
=
a
+
b
t
n
?
ty
-
? ?
t
y
n
?
t
2
-
(
?
t ²
)
a
= y - bt
Dimana:
y = nilai peramalan
a
=
konstanta y
b = nilai kemiringan
n = jumlah data
t =indeks penunjuk waktu (dimulai dari 0 dan terus
berlanjut untuk periode yang diramalkan).
2.4.5.2 Metode Peramalan Double Exponential Smoothing Satu Parameter
Metode
pemulusan
eksponensial tunggal
(single
exponential
smoothing)
dengan
menambahkan parameter
a
dalam
modelnya
untuk
mengurangi
faktor
kerandoman. Biasanya
yang
sering
digunakan
adalah
Double
Exponential
Smoothing
satu
parameter
supaya
peramalan
dapat
menghasilkan hasil
yang
mulus.
Dasar pemikirannya serupa dengan
rata rata bergerak linier yang secara
matematis dapat ditunjukan dengan rumus :
S
t
=
a.X
t
+
(1 -
a
)S
(t
-
1)
''
'
''
S
t
=
a
.S
t
+
(1
-
a
)S
(t -1)
'
''
a
t
=
2S
t
-
S
t
a
'
''
b
t
=
1
-
a
(S
t
-
S
t
)
F
t
+
m
=
a
t
+
bm
t
|
56
Dimana:
X
t
=
Data penerimaan pada periode t
a
=
Faktor atau konstanta pemulusan
F
t
+
m
=
Perkiraan untuk periode t
Berbeda
dengan
metode
rata-rata
bergerak
yang
hanya
menggunakan
N
data
periode
terakhir
dalam
melakukan perkiraan,
metode
pemulusan
eksponensial
tunggal
mengikutsertakan semua periode.
Setiap
data pengamatan
mempunyai kontribusi
dalam
penentuan
nilai
perkiraan
periode
sesudahnya.
Namun
dalam
perhitungannya
cukup diwakili oleh
data pengamatan
dan
hasil
perkiraan terakhir, karena nilai perkiraan periode sebelumnya sudah mengandung
nilai-nilai pengamatan sebelumnya.
2.4.5.3 Metode Peramalan Dekomposisi
Metode
Dekomposisi
mendasarkan
penganalisaan
untuk
mengidentifikasi
tiga
faktor
utama
yang
terdapat
dalam
suatu
deret
waktu,
yaitu
faktor
trend,
faktor
siklus,
dan
faktor
musiman.
Di
dalam
beberapa hal,
peramal
hanya
mendasarkan
penyusunannya pada
dua
faktor
yang
penting
yaitu
trend
dan
musiman. Faktor trend menggambarkan perilaku data dalam jangka panjang, dan
dapat meningkat, menurun atau tidak berubah. Pengukuran perkembangan faktor
trend dilakukan untuk periode waktu yang panjang dengan menghilangkan
variasi
musim
dan
variasi
siklus.
Faktor
siklus
menggambarkan baik turunnya
ekonomi
atau
industri
tertentu.
Faktor
musiman
berkaitan dengan
fluktuasi
periodik dengan panjang konstan. Perbedaan antara
musiman dan siklus adalah
bahwa
musiman
berulang
dengan
sendirinya
pada
interval
yang
tetap
seperti
|
57
tahun atau bulan, sedangkan faktor siklus mempunyai jangka waktu yang lebih
lama dan lamanya berbeda dari satu siklus ke siklus yang lainnya.
Ada
beberapa
pendekatan
alternatif
untuk
mendekomposisi suatu
deret
waktu, dengan tujuan untuk mengisolasikan masing-masing komponen dari deret
itu setepat
mungkin. Konsep
dasar
dari
dekomposisi
ini
adalah
data empiris
di
mana yang pertama
adalah pergeseran
musim, kemudian
trend dan terakhir
adalah siklus. Residu yang ada dianggap unsur acak yang walaupun tidak dapat
ditaksir, tetapi dapat diidentifikasi (Makridakis et.al., 1999, p150-156).
Langkah-langkah dekomposisi :
1.
Pada deret data yang sebenarnya (X
t
) hitung rata-rata bergerak yang
panjangnya (N)
sama
dengan
panjang
musiman.
Maksud
dari
rata-rata
bergerak adalah
menghilangkan unsur
musiman dan
keacakan. Meratakan
sejumlah periode
yang
sama
dengan
panjang
pola
musiman
akan
menghilangkan
unsur musiman dengan membuat rata-rata dari periode
yang
musimannya
tinggi
dan
periode
yang
musimannya rendah. Karena
galat acak
tidak
mempunyai pola
yang
sistematis,
maka perata-rataan ini
juga mengurangi keacakan.
2.
Pisahkan rata-rata bergerak N periode (langkah satu) dari deret data semula
untuk memperoleh unsur trend dan siklus.
3.
Pisahkan
faktor
musiman dengan menghitung rata-rata
untuk
tiap
periode
yang menyusun panjang musiman secara lengkap.
4.
Identifikasi
bentuk
trend
yang
tepat
(linear,
eksponensial,
kurva-S,
dan
lain-lain) dan hitung nilainya untuk setiap periode (T
t
).
|
![]() 58
5.
Pisahkan hasil
langkah empat dari
hasil langkah dua (nilai
gabungan dari
unsur trend dan siklus) untuk memperoleh faktor siklus.
6.
Pisahkan musiman, trend dan siklus dari data asli untuk mendapatkan unsur
acak yang ada, E
t
.
Metode dekomposisi dapat berasumsi pada model aditif atau multiplikatif
dan bentuknya dapat bervariasi. Model aditif berbentuk :
X
t
=
I
t
+
T
t
+
C
t
+
E
t
Model multiplikatif berbentuk :
X
t
=
I
t
x T
t
x C
t
x E
t
2.4.5.4 Statistik Ketepatan Peramalan
2.4.5.4.1
Ukuran Statistik Standar
Jika X
t
merupakan data aktual untuk periode t dan F
t
merupakan
ramalan (atau
nilai kecocokan/fitted value)
untuk periode yang sama,
maka
kesalahan didefinisikan sebagai :
e
t
=
X
t
-
F
t
Jika
terdapat
nilai
pengamatan dan
ramalan
untuk
n
periode
waktu,
maka akan terdapat
n
buah
galat dan
ukuran statistik standar berikut dapat
didefinisikan :
Nilai Tengah Galat Absolut (Mean Absolute Error)
1
n
MAE =
n
?
t
=
1
et
|
![]() 59
?
?
2.4.5.4.2
Ukuran-Ukuran Relatif
Karena
adanya
keterbatasan MAE
sebagai
suatu
ukuran
ketepatan
peramalan, maka muncul
usulan alternatif alternatif
lain
yang diantaranya
menyangkut
galat
persentase. Tiga
ukuran
yang
sering
digunakan
(Makridakis, 1999, p61-62) adalah :
Galat Persentase (Percentage Error)
?
X
-
F
?
PE
=
?
t
t
?
*100
?
X
t
?
Nilai Tengah Galat Persentase (Mean Percentage Error)
1
n
MPE
=
n
t
=1
PE
t
Nilai Tengah Galat Persentase Absolut (Mean Absolute Percentage
Error)
1
n
MAPE
=
n
t
=1
PE
t
PE dapat digunakan untuk menghitung kesalahan persentase setiap
periode
waktu.
Nilai-nilai
ini
kemudian
dapat
dirata-ratakan untuk
memberikan nilai tengah kesalahan persentase (MPE). Namun MPE mungkin
mengecil
karena
PE positif dan negatif cenderung
saling meniadakan. Dari
sana MAPE didefinisikan dengan menggunakan nilai absolut dari PE.
|
![]() 60
2.5
Safety Stock
Safety
stock
merupakan
jumlah
dari
persediaan barang jadi, yang juga
disebut sebagai buffer stock, yang digunakan untuk memenuhi permintaan
pelanggan ketika terjadi hal yang tiba-tiba.
Rumus untuk menghitung safety stock
(Greene, 1997, p309) adalah:
Safety stock = Safety Factor * Standar Deviasi
Standar deviasi merupakan hasil perhitungan yang menggunakan data
permintaan selama periode yang bersangkutan.
Rumus untuk menghitung standar deviasi (S) adalah: S =
?
(x-x)2
n
Dengan x = jumlah permintaan dalam periode yang bersangkutan,
x
= rata-rata permintaan selama periode yang bersangkutan,
n = jumlah periode data permintaan.
2.6
Master Production Schedule (MPS)
2.6.1
Pengertian MPS
Menurut Gaspersz (1998, p141-144) pada dasarnya jadwal produksi induk
(Master Production Schedulling = MPS) merupakan suatu pernyataan tentang
produk akhir (termasuk parts pengganti dan suku cadang) dari suatu perusahaan
industri
manufaktur
yang
merencanakan memproduksi output berkaitan dengan
kuantitas dan periode waktu. MPS mendisagregasikan
dan
mengimplementasikan rencana produksi. Apabila rencana produksi yang
merupakan
hasil
dari
proses
perencanaan
produksi
dinyatakan
dalam bentuk
agregat,
jadwal produksi
induk yang
merupakan
hasil dari proses penjadwalan
|
61
produksi induk dinyatakan dalam konfigurasi spesifik dengan nomor-nomor item
yang ada dalam Item Master and BOM (Bill of Material)
files.
Aktifitas penjadwalan produksi induk pada
dasarnya
berkaitan
dengan
bagaimana
menyusun
dan
memperbaharui jadwal produksi induk, memproses
transaksi MPS,
memelihara
catatan-catatan MPS,
mengevaluasi efektifitas dari
MPS, dan memberikan laporan evaluasi dalam periode waktu yang teratur untuk
keperluan umpan-balik dan tinjauan ulang.
MPS
sering didefinisikan
sebagai
anticipated build schedule
untuk item-
item yang disusun oleh perencana jadwal produksi induk (master schedule). MPS
membentuk jalinan komunikasi antara bagian pemasaran dan bagian
manufakturing, sehingga seyogyanya bagian pemasaran juga mengetahui
informasi yang ada dalam MPS terutama berkaitan dengan ATP (Available To
Promise) agar dapat memberikan janji yang akurat kepada pelanggan.
Penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan aktifitas
melakukan empat fungsi utama berikut :
1.
Menyediakan
atau
memberikan
input
utama
kepada
sistem
perencanaan
kebutuhan material dan kapasitas (material and capacity requirements
planning = M&CRP).
2.
Menjadwalkan
pesanan-pesanan produksi
dan
pembelian
(production and
purchase orders) untuk item-item MPS.
3.
Memberikan
landasan
untuk
penentuan
kebutuhan
sumber
daya
dan
kapasitas.
4.
Memberikan basis
untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk
(delivery promises) kepada pelanggan.
|
![]() 62
Sumber: Production Planning and Inventory Control (tahun 2001, p146)
Gambar 2.7 Proses Penjadwalan Produksi
Sebagai suatu
aktifitas proses,
penjadwalan
produksi
induk
(MPS)
yang
terlihat pada gambar 3.7, MPS membutuhkan lima input utama yaitu antara lain :
Data Permintaan Total merupakan salah satu sumber data bagi proses
penjadwalan produksi induk. Data permintaan total berkaitan dengan
ramalan penjualan (sales forecasts) dan pesanan-pesanan (orders).
Status Inventori berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory,
stok yang dialokasikan untuk
penggunaan
tertentu
(allocated
stock),
pesanan-pesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan (released
production
and
purchase
orders), dan
firm
planned
orders.
MPS
harus
mengetahui secara akurat berapa banyak inventori yang tersedia dan
menentukan berapa banyak yang harus dipesan.
Rencana
Produksi
memberikan
sekumpulan
batasan
kepada
MPS.
MPS
harus menjumlahkannya untuk menentukan tingkat produksi, inventori, dan
sumber-sumber daya lain dalam rencana produksi itu.
|
![]() 63
Data Perencanaan
berkaitan
dengan
aturan-aturan tentang
lot-sizing yang
harus digunakan, shrinkage factor, stok pengaman (safety stock), dan waktu
tunggu (lead time) dari masing-masing item yang biasanya tersedia dalam
file induk dari item (Item Master File).
Informasi
dari
RCCP
berupa
kebutuhan
kapasitas
untuk
mengimplementasikan
MPS
menjadi
salah
satu
input
bagi
MPS.
RCCP
menentukan kebutuhan kapasitas untuk mengimplementasikan MPS,
menguji kelayakan dari MPS, dan memberikan
umpan-balik kepada
perencana atau penyusun jadwal produksi induk (Master Scheduler) untuk
mengambil tindakan perbaikan apabila ditemukan adanya ketidaksesuaian
antara penjadwalan produksi induk dan kapasitas tersedia.
2.6.2
Teknik Penyusunan MPS
Tabel 2.1 Contoh Tabel MPS
Item No
:
Description
:
Lead time
:
Safety stock
:
On Hand
:
Demand Time Fences
:
Planning Time Fences
:
Period
Past Due
1
2
3
4
5
6
Forecast
Actual Order (AO)
Project Available Balance (PAB)
Available to Promise (ATP)
Master Schedule (MS)
Sumber: Production Planning and Inventory Control (tahun 2001, p152)
Penjelasan mengenai komponen-komponen
yang terdapat dalam tabel 2.1
MPS adalah sebagai berikut :
|
![]() 64
a)
Item No menyatakan kode produk yang akan diproduksi.
b)
Lead time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk me-release atau
memanufaktur suatu produk.
c)
On hand menyatakan jumlah produk yang ada di gudang sebagai sisa
periode sebelumnya.
d)
Description menyatakan deskripsi produk secara umum.
e)
Safety stock merupakan
stok pengaman yang harus ada di
tangan
sebagai
antisipasi terhadap kebutuhan di masa akan datang.
f)
Demand Time Fences (DTF) adalah periode mendatang dari MPS di mana
dalam periode
ini
perubahan
terhadap MPS
tidak
diijinkan
atau
tidak
diterima karena akan menimbulkan kerugian biaya yang besar akibat
ketidaksesuaian atau kekacauan jadwal.
g)
Planning Time Fences (PTF) merupakan batas waktu penyesuaian pesanan
di mana permintaan masih boleh berubah. Perubahan masih akan dilayani
sepanjang material dan kapasitas masih tersedia.
h)
Forecast
merupakan
rencana
penjualan
atau
peramalan
penjualan
untuk
item yang dijadwalkan itu.
i)
Actual Order (AO) merupakan pesanan-pesanan yang diterima dan bersifat
pasti.
j)
Projected Available Balance (PAB) merupakan perkiraan jumlah sisa
produk pada akhir periode. PAB dihitung dengan menggunakan rumus:
PAB
t
<
DTF
= PAB
t-1
+ MS
t
AO
PAB
DTF < t < PTF
= PAB
t-1
+ MS
t
AO atau F
t
(pilih yang besar)
|
65
k)
Available
to
Promise
memberikan
informasi
tentang
berapa
banyak
item
atau produk tertentu yang dijadwalkan pada periode waktu itu tersedia
untuk pesanan pelanggan, sehingga berdasarkan informasi ini bagian
pemasaran dapat membuat janji yang tepat bagi pelanggan.
ATP
t
= ATP
t-1
+ MS
t
AO
t
l)
Master Schedule merupakan jadwal produksi atau manufakturing yang
diantisipasi untuk produk atau item tertentu.
2.7
Material Requirement Planning (MRP)
2.7.1
Pengertian MRP
MRP
merupakan suatu prosedur logis berupa aturan keputusan dan teknik
transaksi berbasis komputer yang dirancang untuk menerjemahkan jadwal induk
produksi
menjadi
kebutuhan
bersih
untuk
semua
item.
Sistem MRP
dikembangkan
untuk
membantu
perusahaan manufaktur
mengatasi
kebutuhan
akan item-item dependent secara lebih baik dan efisien.
Menurut
Schoeder
(2000, p368)
persediaan
untuk
independent
demand
didefinisikan sebagai persediaan yang dipengaruhi atau tunduk pada kondisi-
kondisi pasar dan bebas dari operasi misalnya : persediaan barang jadi dan suku
cadang pada suatu perusahaan manufaktur yang digunakan untuk memenuhi
permintaan konsumen pada suatu perusahaan persediaan ini harus dikelola
dengan metoda titik
pemesanan. Sebaliknya untuk dependent demand tidak
dipengaruhi oleh kondisi -kondisi pasar dan
hanya
tergantung pada permintaan
suku cadang ditingkat atasnya. Beberapa ciri-ciri dependent demand adalah :
|
66
-
Ada
hubungan
matematis
antara
kebutuhan
suatu
item dengan
item yang
lain yang berada pada level yang lebih tinggi
-
Kebutuhan diturunkan dari pemakaian item dalam pembuatan item lain
-
Misal kebutuhan akan bahan baku, komponen atau su assembly dalam
pembuatan suatu produk jadi
-
Item perlu ada hanya pada saat dibutuhkan
-
Diperlukan MRP untuk
menjadwalkan seluruh komponen dependent yang
diperlukan dalam rencana MPS/JIP
2.7.2
Tujuan dan Manfaat Sistem MRP
Sistem MRP
adalah
suatu
sistem
yang
bertujuan
untuk
menghasilkan
informasi yang tepat untuk melakukan tindakan yang tepat (pembatalan pesanan,
pesan ulang, dan penjadwalan ulang). Tindakan ini juga merupakan dasar untuk
membuat
keputusan
baru
mengenai
pembelian atau produksi yang merupakan
perbaikan atas keputusan yang telah dibuat sebelumnya.
Ada empat tujuan yang menjadi ciri utama sistem MRP yaitu sebagai
berikut :
1.
Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat
Menentukan secara tepat kapan sutu pekerjaan
harus selesai (atau meterial
harus tersedia) untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang sudah
direncanakan dalam jadwal induk produksi (JIP).
|
67
2.
Menentukan kebutuhan minimal setiap item
Dengan
diketahuinya
kebutuhan
akhir,
sistem MRP
dapat
menentukan
secara
tepat
sistem penjadwalan
(prioritas)
untuk
memenuhi
semua
kebutuhan minimal setiap item.
3.
Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan
Memberikan
indikasi kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan
harus
dilakukan. Pemesanan perlu dilakukan
lewat pembelian
atau
dibuat
pada
pabrik sendiri.
4.
Menentukan penjadwalan
ulang atau
pembatalan
atas
suatu
jadwal
yang
sudah direncanakan
Apabila
kapasitas
yang ada tidak
mampu memenuhi
pesanan yang
dijadwalkan pada
waktu
yang diinginkan, maka sistem MRP dapat
memberikan
indikasi untuk melakukan rencana penjadwalan ulang (jika
mungkin)
dengan
menentukan prioritas pesanan yang realistik. Jika penjadwalan ulang ini masih
tidak memungkinkan untuk memenuhi pesanan, maka pembatalan atas suatu
pesanan harus dilakukan.
Beberapa manfaat dari MRP (Render dan Heizer, 1997, p362), adalah:
-
Peningkatan pelayanan dan kepuasan konsumen
-
Peningkatan pemanfaatan fasilitas dan tenaga kerja
-
Perencanaan dan penjadwalan persediaan yang lebih baik
-
Tanggapan yang lebih cepat terhadap perubahan dan pergeseran pasar
-
Tingkat
persediaan
menurun
tanpa
mengurangi
pelayanan
kepada
konsumen
|
![]() 68
2.7.3
Input MRP
Sebagai suatu sistem, MRP
membutuhkan
lima
input
utama (Gaspersz,
2001, p177) seperti pada gambar 3.8 berikut :
Perencanaan
Kapasitas
(Capacity
Planning)
1. MPS
INPUT
:
PROSES :
Perencanaan
OUTPUT :
-
Primary (orders)
2. Bill of Materials
3. Item Master
4. Pesanan-pesanan
5. Kebutuhan
Kebutuhan
Material (MRP)
Report
-
Action Report
-
Pegging Report
Umpan Balik
Sumber Production Planning and Inventory Control (tahun 2001, p178)
Gambar 2.8 Proses Kerja dari MRP
Kelima sumber input utama pada gambar 3.8 di atas adalah :
1.
Master
Production
Schedule (MPS)
yang
suatu rencana terperinci
tentang tentang produk akhir apa yang direncanakan
perusahaan
untuk
diproduksi, berapa kuantitas yang dibutuhkan, pada waktu kapan
dibutuhkan, dan kapan produk itu akan diproduksi.
2.
Bill of Material
(BOM) merupakan daftar jumlah
komponen, campuran
bahan, dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk.
MRP menggunakan BOM sebagai basis untuk perhitungan banyaknya
setiap material yang dibutuhkan untuk setiap periode waktu. Bagan
|
69
bahan dalam
komputer
harus
selalu benar
dan
dapat
menggambarkan
bagaimana produk itu dibuat.
3.
Item master
merupakan suatu
file
yang
berisi
informasi
tentang
material, parts
subassemblies,
dan
produk-produk
yang
menunjukkan
kuantitas
on-hand,
kuantitas
yang
dialokasikan (allocated quantity),
waktu tunggu
yang
direncanakan (planned
lead
times),
ukuran
lot (lot
size), stok pengaman, kriteria lot sizing, toleransi untuk scrap atau
hasil,
dan berbagai
informasi penting
lainnya
yang
berkaitan
dengan
suatu item.
4.
Pesanan-pesanan (orders) berisi tentang banyaknya dari setiap item
yang akan diperoleh sehingga akan meningkatkan stock on-hand di
masa
mendatang.
Pada
dasarnya
terdapat dua
jenis pesanan,
yaitu: shop
orders or work orders or manufacturing orders
berupa pesanan-pesanan
yang
akan dibuat
atau diproduksi
di
dalam
pabrik,
dan
purchase
orders
yang
merupakan
pesanan-pesanan
pembelian
suatu
item dan
pemasok
eksternal.
5.
Kebutuhan-kebutuhan (requirements)
akan memberitahukan tentang
banyaknya masing-masing
item itu dibutuhkan sehingga akan mengurangi
stock on-hand di masa mendatang.
Pada dasarnya terdapat dua jenis
kebutuhan,
yaitu
kebutuhan
internal
dan eksternal. Kebutuhan internal
digunakan
dalam pabrik
untuk
membuat
produk
lain,
dan
kebutuhan
eksternal
yang
akan
dikirim ke
luar
pabrik
berupa:
pesanan
pelanggan
(customer orders), service parts, dan sales forecasts.
|
![]() 70
2.7.4
Mekanisme Dasar dari Proses MRP
Tabel 2.2 Contoh Tabel MRP
Part no :
Description:
BOM UOM :
On hand :
Lead time :
Order policy :
Safety stock :
Lot size :
period
Past due
1
2
3
4
5
6
7
8
gross requirement
scheduled receipts
projected available balance 1
net requirement
planned order receipts
planned order release
projected available balance 2
Sumber Production Planning and Inventory Control (tahun 2001, p180)
Penjelasan mengenai tabel sebelumnya adalah sebagai berikut :
1.
Part no menyatakan kode komponen atau material yang akan dirakit
2.
BOM (Bill of Materials) UOM (Unit of Material) menyatakan satuan
komponen atau material yang akan dirakit
3.
Lead
time
menyatakan
waktu
yang
dibutuhkan
untuk
merilis
atau
mengirim suatu komponen.
4.
Safety
stock
menyatakan
cadangan
material
yang
harus ada
sebagai
antisipasi kebutuhan dimasa yang akan datang.
5.
Description menyatakan deskripsi material secara umum.
6.
On
Hand
menyatakan
jumlah
material
yang
ada
di
tangan
sebagai
sisa
periode sebelumnya.
7.
Order Policy menyatakan jenis pendekatan yang digunakan untuk
menentukan ukuran lot yang dibutuhkan saat memesan barang.
8.
Lot Size menyatakan penentuan ukuran lot saat memesan barang.
|
71
9.
Gross Requirement menyatakan jumlah yang akan diproduksi atau dipakai
pada
setiap
periode.
Untuk
item akhir
(produk
jadi),
kuantitas
gross
requirement sama
dengan
MPS
(Master
Production
Schedule).
Untuk
komponen,
kuantitas
gross
requirement
diturunkan
dari Planned
Order
Release induknya.
10.
Scheduled
Receipts
menyatakan
material
yang
dipesan
dan
akan
diterima
pada periode tertentu.
11.
Projected
Available Balance I (
PAB I
)
menyatakan
kuantitas
material
yang
ada di
tangan
sebagai
persediaan pada
awal periode. PAB I dapat
dihitung
dengan
menambahkan
material
on hand
periode
sebelumnya
dengan
Scheduled Receipts pada periode itu dan
menguranginya
dengan
Gross Requirement pada periode yang sama. Atau jika dimasukkan pada
rumus adalah sebagai berikut :
PAB I = (PAB II)
t-1
-
(Gross Requirement)
t
+ (Scheduled Receipts)
t
12.
Net Requirements
menyatakan jumlah bersih (netto) dari
setiap komponen
yang harus disediakan untuk memenuhi
induk komponennya atau untuk
memenuhi
Master Production Scheduled.
Net Requirements sama dengan
nol jika Projected Available Balance I lebih besar dari nol dan sama
dengan minus jika Projected Available Balance I kurang sama dengan dari
nol.
Net Requirement = -(PAB I)
t
+ Safety stock
13.
Planned Order Receipts menyatakan kuantitas pemesanan yang dibutuhkan
pada suatu periode. Planned Order Receipts
muncul pada saat
yang sama
dengan
Net
Requirements,
akan
tetapi
ukuran
pemesanannya
(lot sizing)
|
72
bergantung
kepada
Order
Policy-nya.
Selain
itu
juga
harus
mempertimbangkan Safety stock juga.
14.
Planned Order Release menyatakan kapan suatu pesanan sudah harus
dilakukan atau dimanufaktur sehingga komponen ini tersedia ketika
dibutuhkan
oleh
induk itemnya.
Kapan
suatu
pesanan
harus
dilakukan
ditetapkan dengan periode Lead time sebelum dibutuhkan.
15.
Projected
Available Balance II
(
PAB
II
)
menyatakan kuantitas
material
yang ada di tanagn sebagai
persediaan pada
akhir
periode.
PAB
II dapat
dihitung
dengan
cara
mengurangkan
Planned Order
Receipts
pada Net
Requirements.
PAB II = (PAB II)
t-1
+ (Schedule receipt)
t
(Gross Requirement)
t
+
(Planned Order Receipt)
t
atau dapat disingkat :
PAB II = (PAB I)
t
+ (Planned Order Receipt)
t
2.7.5
Prosedur Sistem MRP
Sistem MRP
memiliki
empat
langkah
utama
yang
selanjutnya
keempat
langkah ini harus diterapkan
satu
per
satu
pada
periode
perencanaan
dan
pada
setiap item. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
-
Netting : Perhitungan kebutuhan bersih.
-
Lotting : Penentuan ukuran lot.
-
Offsetting : Penetapan besarnya lead time.
-
Explosion : Perhitungan selanjutnya untuk item level di bawahnya.
|
73
2.7.6
Output Sistem MRP
Output
dari
sistem MRP
adalah
berupa
rencana
pemesanan
atau
rencana
produksi
yang dibuat
atas dasar lead
time.
Rencana
pemesanan
memiliki
dua
tujuan yang hendak dicapai. Kedua tujuan trsebut adalah :
-
Menentukan kebutuhan bahan pada tingkat lebih bawah
-
Memproyeksikan kebutuhan kapasitas
Rencana pemesanan
dan
rencana
produksi
dari
output
sistem
MRP
selanjutnya akan memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
-
Memberikan
catatan
tentang
pesanan
penjadwalan
yang
harus
dilakukan/direncanakan baik dari panrik sendiri maupun pemasok.
-
Memberikan indikasi untuk penjadwalan ulang.
-
Memberikan indikasi untuk pembatalan pesanan.
-
Memberikan indikasi untuk keadaan persediaan.
Output
dari
sistem MRP
dapat
pula
disebut
sebagai
suatu
aksi
yang
merupakan tindakan pengendalian persediaan dan penjadwalan produksi.
2.8
Analytical Hierarchy Process (AHP)
2.8.1
Pengertian Analytical Hierarchy Process
Analytical Hierarchy Process
(AHP)
atau
dikenal
dengan
istilah
analisis
keputusan berjenjang, merupakan suatu alat pengambilan putusan yang
sederhana, dengan mensortir persoalan-persoalan
kompleks
menjadi
beberapa
jenjang
(hirarki)
yang
sederhana,
untuk
kemudian
diselesaikan
dan pada
akhirnya membentuk suatu hierarki yang tersusun menjadi satu kesatuan. AHP
merupakan salah satu alat analisis dengan cara
memberikan peringkat terhadap
|
74
alternatif keputusan yang ada dan memilih salah satu alternatif yang terbaik. Inti
dari proses AHP adalah suatu metode
untuk memecahkan permasalahan yang
kompleks dan tidak terstruktur dengan cara menguraikan komponenkomponen
sistem ke dalam suatu hirarki,
memberikan nilai
numerik secara subjektif untuk
menentukan
tingkat
kepentingan
dari
setiap variabel
atau komponen yang
dianggap penting dan pada akhirnya melakukan sintesis dari pendapat tadi untuk
menentukan variabel mana yang memiliki prioritas tertinggi yang keluar sebagai
hasil analisis.
Pada dasarnya pengambilan keputusan dalam metode AHP didasarkan
pada 3 hal yaitu :
1.
Penentuan prioritas.
2.
Penyusunan hirarki.
3.
Konsistensi logis.
Terdapat dua macam hirarki yaitu hirarki struktural dan hirarki fungsional,
yang merupakan dasar analisis metode AHP. Untuk menggunakan prinsip pokok
AHP maka
metode ini
menyatukan dua aspek kuantitatif dan kualitatif. Secara
kuantitatif,
AHP melakukan perbandingan dan penilaian untuk mendapatkan
solusi.
Sedangkan
secara kualitatif
yaitu
dengan
mendefinisikan
masalah
dan
penilaian.
|
75
2.8.2
Manfaat Analytical Hierarchy Process
Manfaat dari AHP adalah :
Dapat menilai suatu permasalahan secara optimal dan berkelanjutan.
AHP digunakan
untuk
menurunkan skala rasio dan beberapa perbandingan
berpasangan yang bersifat diskrit maupun kontinu.
Metoda AHP dapat
memberikan suatu solusi permasalahan
lebih baik,
dengan cara pengelompokkan.
Dapat menyelesaikan pengambilan keputusan yang rumit.
Penjaringan informasi dari opini untuk identifikasi objektif.
2.8.3
Langkah-Langkah dalam Metode Analytical Hierarchy Process
Secara
umum,
langkahlangkah
yang
harus dilakukan dalam
melakukan
metode AHP adalah :
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur
hierarki yang diawali dengan tujuan umum, kriteria, sub
kriteria dan alternatif.
Berikut adalah tabel bobot kepentingan (preference level):
|
![]() 76
Tabel 2.3 Preference Level
Preference Level
Numerical Value
Equally Preferred
1
Equally to Moderately Preferred
2
Moderately Preferred
3
Moderately to Strongly Preferred
4
Strongly Preferred
5
Strongly to Very Strongly Preferred
6
Very Strongly Preferred
7
Very Strongly to Extremely Preferred
8
Extremely Preferred
9
3. Membuat
matriks
perbandingan
berpasangan.
Dalam
membandingkan
pengumpulan objek berpasangan digunakan bobot dari
masingmasing
kebijakan
tersebut;
langkah
yang ditempuh
adalah
dengan
menggunakan
matriks bobot dari setiap objek.
4. Dilanjutkan
dengan
menghitung
eigen
value dan
menguji
konsistensinya
dengan
menggunakan rasio konsistensi
sebagai
ukuran
(CR)
dan
besarnya
CR yang ditolerir tidak lebih dari 10 %.
Cara memperhitungkan konsistensi :
a. Menentukan weighted sum vector = diselesaikan dengan hasil perkalian Row
Averages dengan matriks awal.
b. Menentukan Consistency Vector =
weighted sum vector
Row
Averages
c. Menghitung ? dan Consistency Index. CI =
?
-
n
n
-
1
Dimana n = jumlah item
dan
?
adalah rata-rata dari Consistency Vector.
|
![]() 77
d. Menghitung Consistency Vector. CR =
CI
dimana
RI adalah random index
RI
yang didapat dari tabel random index di bawah.
Tabel 2.4 Random Index
N
RI
2
0.00
3
0.58
4
0.90
5
1.12
6
1.24
7
1.32
8
1.41
9
1.45
10
1.49
Untuk
mengetahui hasil yang konsisten,
maka
hasil
dari CR <= 0.10. Jika
hasil
CR
lebih
besar
dari
0.10
maka
matriks
keputusan
harus
dievaluasi
ulang.
2.9
Sistem Informasi
2.9.1
Pengertian Sistem
Menurut pendapat McLeod (2001,
jilid 1, p11), sistem adalah sekelompok
elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Suatu organisasi seperti perusahaan atau suatu bidang
fungsional
cocok
dengan
definisi
ini.
Organisasi
terdiri dari
sejumlah sumber
daya seperti manusia, material, uang, mesin, dan informasi dimana sumber daya
tersebut bekerja menuju tercapainya suatu tujuan yang ditentukan oleh pemilik
atau manajemen
|
78
d. Menghitung Consistency Vector. CR =
CI
dimana
RI adalah random index
yaitu abstrak maupun
fisik. Sebuah sistem abstrak adalah suatu susunan teratur
gagasan atau konsepsi yang saling tergantung. Sebagai contoh, sebuah sistem
teologi adalah sebuah susunan gagasan mengenai
Tuhan, manusia, dan
sebagainya. Sedangkan contoh dari sistem
fisik adalah sistem peredaran darah
(jantung dan urat-urat darah yang menggerakkan darah ke seluruh tubuh).
Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian saling berkaitan yang beroperasi
bersama
untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud. Berarti, sebuah sistem
bukanlah
seperangkat
unsur yang
tersusun secara tak teratur, tetapi terdiri dari
unsur
yang
dapat
dikenal
sebagai
saling melengkapi
karena
satunya
maksud,
tujuan
atau
sasaran.
Sistem fisik
lebih
dari
sekedar
konseptual,
karena
dapat
memperlihatkan kegiatan atau perilaku. Model
umum sebuah sistem terdiri dari
masukan, pengolah, dan keluaran (Davis, 1984, p68).
2.9.2
Pengertian Informasi
Berdasarkan pendapat McLeod (2001,
p15), informasi adalah data, yang
telah diproses, atau data yang memiliki arti. Terdapat empat dimensi informasi
menurut McLeod (2001, p145), yaitu:
-
Relevansi
Informasi memiliki relevansi jika berkaitan langsung dengan masalah yang
ada. Manajer harus mampu memilih informasi yang diperlukan tanpa
membaca seluruh informasi mengenai subyek lain.
|
79
-
Akurasi
Idealnya, semua informasi harus akurat tetapi peningkatan ketelitian sistem
menambah biaya. Karena alasan tersebut, manajer terpaksa menerima
ketelitian yang kurang dari sempurna.
-
Ketepatan Waktu
Informasi harus dapat tersedia untuk memecahkan masalah sebelum situasi
krisis menjadi tidak terkendali atau kesempatan menghilang. Manajer harus
mampu memperoleh informasi yang menggambarkan apa yang sedang
terjadi sekarang, selain apa yang telah terjadi pada masa lampau.
-
Kelengkapan
Manajer
harus dapat
memperoleh
informasi yang memberi
gambaran
lengkap dari suatu permasalahan atau penyelesaian. Namun pemberian
informasi yang tidak berguna secara berlebihan harus dihindari.
2.9.3
Pengertian Sistem Informasi
Menurut OBrien (2005, p5) sistem informasi dapat
merupakan kombinasi
teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan
sumber daya data yang mengumpulkan,
mengubah, dan
menyebarkan
informasi
dalam sebuah
organisasi.
Orang
bergantung
pada
sistem
informasi
untuk
berkomunikasi antara
satu sama
lain dengan
menggunakan
berbagai
jenis
alat
fisik (hardware), perintah dan prosedur pemrosesan informasi (software), saluran
komunikasi (jaringan), dan data yang disimpan (sumber daya data).
|
![]() 80
Sumber :
Gambar 2.9 Piramida Sistem Informasi
Gambar
2.9
menunjukkan
bahwa
sistem informasi
telah
dikembangkan
untuk
mendukung
seluruh
organisasi,
dari level
eksekutif
hingga
level
operasional.
Sistem informasi
manajemen
diperuntukkan
bagi
kebutuhan
informasi para manajer dalam perusahaan. Sistem informasi eksekutif dirancang
untuk
digunakan
oleh
level
strategis perusahaan.
Lima
area
fungsional
menunjukkan
keunikan
sistem
informasi
yang
berbeda-beda
yang
dibutuhkan
oleh masing-masing area.
2.9.4
Pengertian Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi
manajemen
bertujuan
untuk
memenuhi
kebutuhan
informasi umum untuk manajer dalam perusahaan atau dalam subunit fungsional
perusahaan.
Subunit
dapat
didasarkan pada area fungsional atau tingkatan
manajemen. Sistem informasi manajemen menyediakan informasi bagi pemakai
dalam
bentuk
laporan
dan
keluaran dari
berbagai
simulasi
model
matematika,
|
81
dimana model laporan ataupun keluaran dapat disajikan dalam bentuk tabel atau
grafik (McLeod, 2001, jilid 1, p326).
Berdasarkan pendapat
McLeod
(2001,
jilid
1,
p327)
sistem
informasi
manajemen
dapat
didefinisikan
sebagai suatu
sistem berbasis
komputer
yang
menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan
yang serupa.
Para
pemakai
biasanya
membentuk suatu entitas
organisasi
formal
(perusahaan
atau subunit dibawahnya). Informasi menjelaskan
perusahaan atau salah satu
sistem utamanya mengenai apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang sedang
terjadi sekarang dan apa yang mungkin terjadi di masa depan. Informasi tersebut
tersedia
dalam
bentuk
laporan
periodik,
laporan
khusus, dan
keluaran
dari
simulasi matematika. Keluaran informasi tersebutlah yang akan digunakan oleh
manajer maupun non-manajer dalam perusahaan saat mereka membuat
keputusan untuk memecahkan masalah.
2.9.5
Pengertian Analisis dan Perancangan Sistem
Menurut McLeod (2001, jilid 1, p234) analisis sistem adalah penelitian atas
sistem yang
telah
ada
dengan
tujuan
untuk
merancang
sistem
yang
baru atau
diperbaiki. Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis sistem adalah penelitian sistem
yang ada dengan tujuan penyempurnaan sistem yang dapat dimanfaatkan oleh
pengguna sistem. Sedangkan menurut Cushing (1991, p327), analisis sistem
dapat didefinisikan sebagai proses penyelidikan kebutuhan informasi pemakai
didalam suatu
organisasi
agar
dapat
menetapkan
tujuan
dan
spesifikasi
untuk
desain suatu sistem informasi.
|
82
Menurut Mulyadi (1993, p51) perancangan sistem adalah proses
penerjemahan kebutuhan pemakai ke dalam alternatif rancangan sistem
informasi yang diajukan kepada pemakai informasi untuk dipertimbangkan.
Sedangkan
menurut
Cushing
(1991,
p348)
perancangan
sistem adalah
proses
penyiapan
spesifikasi
yang
terperinci untuk
pengembangan
suatu
sistem baru.
Dari
definisi
diatas,
perancangan
sistem dapat
disimpulkan
suatu
proses
penyiapan spesifikasi
dalam
menterjemahkan
kebutuhan
pemakai
dalam
pengembangan sistem baru.
2.9.6
Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Menurut
McLeod
(2001,
p184) System life Cycle (SLC)
adalah
sebuah
proses
yang diikuti dalam
menerapkan sistem atau subsistem
informasi berbasis
komputer. SLC terdiri dari serangkaian tugas yang mengikuti langkah-langkah
pendekatan sistem. Karena tugas-tugas tersebut mengikuti suatu pola yang
teratur
dan dilakukan secara top-down,
maka
seringkali
disebut
sebagai
pendekatan air terjun. Pola SLC dapat dilihat pada gambar 3.2.
Empat
tahap pertama dalam SLC,
secara bersama-sama dinamakan siklus
hidup pengembangan
sistem (System Development Life
Cycle)
SDLC. Tahap
kelima adalah tahap penggunaannya, yang berlangsung sampai tiba waktunya
untuk merancang sistem itu kembali. Proses
merancang kembali mengakibatkan
siklus tersebut akan berulang.
|
![]() 83
5. Tahap
Penggunaan
4.
Tahap
Penerapan
1.
Tahap
Perencanaan
2. Tahap
Analisis
3. Tahap
Rancangan
Sumber : McLeod (2001, p24)
Gambar 2.10 Pola Perputaran dari SLC
Langkah-langkah dari masing-masing tahap (McLeod, 2001, p186-203)
adalah :
1.
Tahap Perencanaan
a.
Menyadari masalah
b.
Mendefinisikan masalah
c.
Menentukan tujuan sistem
d.
Mengidentifikasi kendala kendala sistem
e.
Membuat studi kelayakan
f.
Menyiapkan usulan penelitian sistem
g.
Menyetujui atau menolak penelitian proyek
h.
Menetapkan mekanisme pengendalian
2.
Tahap Analisis
a.
Mengumumkan penelitian sistem
b.
Mengorganisasikan tim proyek
c.
Mendefinisikan kebutuhan informasi
|
84
d.
Mendefinisikan kriteria kinerja sistem
e.
Menyiapkan usulan rancangan
f.
Menyetujui atau menolak rancangan proyek
3.
Tahap Rancangan
a.
Menyiapkan rancangan sistem yang terinci
b.
Mengidentifikasi berbagai alternatif konfigursi sistem
c.
Mengevaluasi berbagai teknik konfigurasi sistem
d.
Memilih konfigurasi terbaik
e.
Menyiapkan usulan penerapan
f.
Menyetujui atau menolak penerapan sistem
4.
Tahap Penerapan
a.
Merencanakan penerapan
b.
Mengumumkan penerapan
c.
Membuat sumber daya perangkat lunak
d.
Menyiapkan database
e.
Menyiapkan fasilitas fisik
f.
Mendidik peserta dan pemakai
g.
Menyiapkan usulan cutover
h.
Menyetujui atau menolak masuk ke sistem baru
i.
Masuk ke sistem baru
5.
Tahap Penggunaan
a.
Menggunakan sistem
b.
Audit sistem
c.
Memelihara sistem
|
85
d.
Mempersiapkan usulan rekayasa ulang
e.
Menyetujui atau menolak rekayasa ulang sistem
2.10
Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Berorientasi Objek
2.10.1 Pengertian Objek
Paradigma dari konsep berorientasi objek merupakan strategi
pengembangan yang berdasarkan pada konsep bahwa sistem seharusnya
dibangun
dari
kumpulan
komponen
yang
reusable (dapat
digunakan
kembali)
yang dinamakan objek. Objek meliputi pemisahan data dan fungsi yang sama
dengan yang dilakukan dalam konsep terstruktur. Walaupun konsep berorientasi
objek mirip dengan konsep terstruktur, tetapi sebenarnya berbeda.
Objek mempunyai arti kombinasi dari data
dan logik
yang mewakilkan
entitas dari kenyataan. Objek merepresentasikan sebuah entitas, baik secara fisik,
konsep ataupun secara perangkat lunak. Definisi yang formal dari objek adalah
sebuah konsep, abstraksi atau sesuatu yang diberi batasan jelas dan dimaksudkan
untuk sebuah aplikasi.
Menurut Mathiassen et al. (2000, p4) objek merupakan suatu entitas dengan
identitas,
state (keadaan) dan behavior
(kelakuan).
Keadaan
dari objek
adalah
satu dari kondisi yang memungkinkan
dimana
objek dapat
muncul, dan dapat
secara
normal
berubah
berdasarkan
waktu. Keadaan dari objek biasanya
diimplementasikan
dengan
kelompok
propertinya
(disebut
atribut),
berisi
nilai
dari properti tersebut, ditambah keterhubungan objek yang mungkin dengan
objek lainnya. Kelakuan menentukan bagaimana sebuah objek beraksi dan
bereaksi terhadap permintaan dari objek lainnya. Direpresentasikan dengan
|
86
kelompok pesan yang direspon oleh objek (operasi yang dilakukan oleh objek).
Kelakuan
dari
objek
mendeskripsikan
segala
sesuatu
yang
dapat kita lakukan
terhadap
objek
tersebut
dan
segala
sesuatu
yang
dapat
dilakukan
oleh
objek
untuk kita.
Setiap objek mempunyai identitas
yang unik. Identitas yang unik ini
membuat kita dapat membedakan dua objek yang berdeda, walaupun kedua
objek tersebut mempunyai keadaan dan nilai yang sama pada atributnya.
2.10.2 Kaitan Analisis dan Perancangan dengan Orientasi Objek
Untuk merancang suatu aplikasi piranti lunak, pada tahap awal diperlukan
deskripsi dari permasalahan dan spesifikasi aplikasi
yang dibutuhkan. Apa saja
persoalan yang ada dan apa yang harus dilakukan sistem.
Penekanan analisis adalah pada proses investigasi atas permasalahan yang
dihadapi
tanpa
memikirkan
definisi
solusi
terlebih
dahulu.
Jadi
dalam tahap
analisis, dikumpulkan informasi mengenai permasalahan, spesifikasi sistem
berjalan, serta spesifikasi sistem yang diinginkan. Sedangkan penekanan dalam
desain adalah pada logika solusi dan bagaimana
memenuhi spesifikasi yang
dibutuhkan serta konstrain atau batasan yang ada.
Inti
dari
analisis
dan perancangan
berorientasi
objek adalah
untuk
menekankan pertimbangan atas domain permasalahan beserta solusinya dari
sudut pandang objek.
Tahap
analisis
berorientasi objek lebih ditekankan untuk
mencari dan mendefinisikan objek atau konsep yang ada dalam domain
permasalahan.
Contohnya
dalam membangun
aplikasi
perpustakaan,
analisis
bertujuan
mendapatkan
penjabaran
objek
seperti
buku,
petugas
perpustakaan,
|
87
dan sebagainya. Tahap perancangan berorientasi objek, penekanan terletak pada
bagaimana
mendefinisikan
objek-objek logik
dalam
aplikasi
yang
akan
diimplementasikan
ke
dalam bahasa
pemrograman
berorientasi
objek
seperti
C++, Smalltalk, Java, atau Visual Basic (Larman, 1998, p6).
2.10.3 Konsep Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek
Tiga buah konsep atau
teknik dasar dalam analisis dan perancangan
berorientasi objek yaitu :
o
Pembungkusan (Encapsulation)
Encapsulation
dalam bahasa
pemrograman
berorientasi
objek
secara
sederhana
berarti
pengelompokkan data dan
fungsi
(yang
disebut
sebagai
metode). Secara tradisional, data dan
fungsi dalam sebuah program adalah
independen.
Seperti
dalam pemrograman
modular
dan
abstraksi
data,
pemrograman berorientasi objek mengelompokkan data dengan fungsi
yang beroperasi pada data tersebut.
Setiap
objek
kemudian
mempunyai
sebuah set data dan set fungsi secara logik.
o
Pewarisan (Inheritance)
Dalam object
oriented
programming
kita
dapat
menciptakan
objek
baru
yang diturunkan dari objek lain. Objek baru ini sering disebut dengan objek
turunan (derived class) sedangkan objek induknya sering disebut dengan
base
class.
Sifat
yang
terkandung
pada
objek turunan
adalah
sifat
hasil
pewarisan dari sifat-sifat yang terdapat pada objek induk. Jadi kita dapat
membuat objek
baru yang memiliki
kemampuan lebih dibansing dengan
objek induknya dengan menambahkan sifat baru kedalam objek tersebut.
|
88
o
Polimorfisme (Polymorphism)
Polimorphism adalah kemampuan dari tipe objek yang berbeda untuk
menyediakan
atribut
dan
operasi
yang
sama
dalam hal
yang
berbeda.
Polimorphism adalah hasil natural dari fakta bahwa objek dari tipe yang
berbeda (bahkan dari subtipe yang
berbeda) dapat menggunakan properti
dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda.
2.11
Unified Modeling Language (UML)
2.11.1 Diagram UML
Menurut Roff (2003, p11-13), UML bisa dibagi dalam dua bagian utama,
yaitu :
1.
Structural Diagram
Class
diagram dan
implementation
diagram termasuk
dalam
bagian
ini.
Dengan
dua
kategori
ini,
kita
bisa menemukan
empat
tipe
spesifik
dari
diagram yaitu :
-
Class dan object diagram
-
Component dan deployment diagram
2.
Behavioral Diagram
Behavioral diagram digunakan untuk menunjukkan bagaiman aliran proses
antara komponen, kelas, pengguna dan sistem. Ada
lima behavioral
diagram dalam UML, yaitu :
-
Use case diagram
-
Activity diagram
-
Sequence diagram
|
89
-
Collaboration diagram
-
Statechart diagram
Terdapat
tiga
buah
diagram inti
yang
paling
sering
digunakan
untuk
membangun
sistem yaitu
use
case
diagram
(untuk
menggambarkan
kebutuhan
pengguna
sistem),
sequence
diagram (untuk
menganalisis
setiap
use
case
dan
memetakannya ke dalam class), dan class diagram (untuk
menentukan
struktur
berorientasi
objek).
Ketiga
diagram
ini
akan
dapat
meng-cover
80%
dari
kebutuhan pemodelan objek ketika membangun aplikasi
bisnis dengan
teknologi
objek (Ambler, 2002, online).
Menurut
Booch
(1999,
p99-100),
jika
ingin
memodelkan
suatu
aplikasi
yang sederhana
yang akan dijalankan pada sebuah mesin tunggal,
maka diagram
yang dapat digunakan adalah use case diagram, class diagram (untuk pemodelan
struktural),
dan
interaction
diagram (untuk
pemodelan
behavioral).
Jika
pemodelan
difokuskan
juga
pada
aliran
proses, maka
dapat
menambahkan
statechart diagram dan activity diagram yang dapat menggambarkan tingkah laku
dari sistem.
Sedangkan jika sistem
itu terdapat client atau server, maka diagram
yang diperlukan untuk menggambarkan sistem
adalah use case
diagram, activity
diagram, class diagram, interaction diagram, statechart diagram, component
diagram, dan deployment diagram.
2.11.1.1
Class dan Object Diagram
Menurut
Mathiassen
et
al.
(2000,
p53)
class
diagram merupakan
deskripsi
dari kumpulan obyek
yang
saling
berbagi
struktur,
pola
tingkah
laku dan atribut. Class diagram digunakan untuk merepresentasikan bagian-
|
![]() 90
bagian pokok yang
berbeda
(kelas),
hubungan
mereka
satu sama
lain
dan
dalam subsistem mana kelas itu berada. Class diagram termasuk atribut dan
operasi dan juga berbagai tipe tugas/peran dan asosiasi (Roff, 2003, p11).
Atribut adalah nama-nama properti dari sebuah kelas yang menjelaskan
batasan nilainya dari properti yang dimiliki oleh sebuah kelas tersebut.
Atribut
dari
suatu
kelas
merepresentasikan
properti-properti
yang
dimiliki
oleh kelas tersebut. Atribut mempunyai tipe yang menjelaskan tipe
instansiasinya.
Operasi
adalah
implementasi
dari layanan
yang
dapat
diminta
dari
sebuah
objek
dari
sebuah
kelas yang
menentukan
tingkah
lakunya. Sebuah
operasi dapat berupa perintah ataupun permintaan. Sebuah permintaan tidak
boleh mengubah kedudukan dari objek tersebut. Hanya perintah yang dapat
mengubah keadaan dari sebuah objek. Keluaran dari sebuah operasi
tergantung dari nilai keadaan terakhir dari sebuah objek.
Hubungan antar kelas terdiri dari :
Association
Association
adalah
hubungan
antar
benda
struktural
yang
terhubung
diantara
objek. Kesatuan objek yang
terhubung
merupakan
hubungan
khusus,
yang
menggambarkan
sebuah hubungan
struktural
diantara
seluruh atau sebagian.
Company
-Employer
-Employee
Person
1
*
Gambar 2.11 Association
|
![]() 91
Aggregation
Aggregation atau agregasi adalah hubungan bagian dari atau bagian
keseluruhan. Suatu class atau objek mungkin memiliki atau bisa dibagi
menjadi class atau objek tertentu, dimana class atau objek yang disebut
kemudian
merupakan
bagian
dari
class atau
objek
yang
terdahulu.
Agregasi adalah bentuk khusus dari association.
Company
Departmen
1
*
Gambar 2.12 Aggregation
Composition
Composition adalah
strong
aggregation. Pada composition,
objek
bagian
tidak
dapat
berdiri
sendiri
tanpa
objek
keseluruhan.
Jadi
mereka terkait dengan kuat satu dengan yang lainnya.
Company
Departmen
1
*
Gambar 2.13 Composition
Generalization
Generalization adalah
menggambarkan hubungan khusus dalam objek
anak/child
yang
menggantikan
objek parent
/
induk
.
Dalam hal
ini,
objek anak
memberikan
pengaruhnya
dalam hal struktur
dan
tingkah
lakunya kepada objek induk.
|
![]() 92
Vehicle
Bus
Truck
Car
Gambar 2.14 Generalization
Sedangkan object diagram sangat
mirip dengan class diagram, kecuali
kebalikan dari
kelas, object
diagram
menunjukkan
objek yang
merupakan
instance dari kelas. Objek merupakan sesuatu yang unik dan individual,
sedangkan kelas
lebih
umum. Object diagram menggambarkan sekumpulan
objek-objek
dan
hubungannya.
Object diagram digunakan
untuk
menggambarkan struktur data, static snapshots dari
instance dari class
diagram.
object
diagram adalah
class
diagram yang
dilihat
dari
sudut
pandang objek.
2.11.1.2
Component dan Deployment Diagram
Component
diagram menggambarkan
organisasi dan dependensi
diantara sekumpulan
komponen-komponen.
Component
diagram digunakan
untuk
mengilustrasikan
bagaimana
komponen
dari
sistem berinteraksi
satu
sama lain.
«table»
Account
Transaction
Interface
ATM-GUI
Gambar 2.15 Component Diagram
|
![]() 93
Deployment
diagram
menggambarkan bagaimana
komponen akan
bekerja
setelah
diinstal pada sistem
dan
bagaimana
sistem
ini
berinteraksi
satu sama lain.
Server:BankServer
«table»
AccountDB
:
Account
:Transactions
Interface1
client:ATMKiosk
:ATM-GUI
Gambar 2.16 Deployment Diagram
2.11.1.3
Use Case Diagram
Use case diagram
menampilkan sekumpulan use case dan
aktor,
serta
hubungan diantaranya,
dimana dapat
menggambarkan
fungsionalitas
yang
diharapkan dari sebuah sistem. Sebuah use case merepresentasikan sebuah
interaksi antara aktor dengan sistem. Seorang aktor adalah sebuah entitas
manusia
atau
mesin
yang
berinteraksi
dengan
sistem untuk
melakukan
pekerjaan-pekerjaan tertentu. Use case diagram dapat sangat membantu bila
kita
sedang
menyusun
kebutuhan sebuah
sistem,
mengkomunikasikan
rancangan dengan klien, dan merancang test case untuk semua fitur yang ada
pada sistem.
|
![]() 94
Sumber:
Gambar 2.17 Contoh Use Case Diagram
Jenis-jenis hubungan dalam use case dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut
ini.
Tabel 2.5 Jenis Hubungan dalam Use Case
R
e
l
a
t
i
on s h i p
F
unc t i o n
N
o
t
a
t on
i on
As s o c i a t i o n
K
o
m
uni ka s i pa t h
a
n a r a
t a r a
s
e
bua h
a
c
t
or
da n s e bua h u s e c a s e
y
a
ng
i
kut
be r p e r a n
s
e
r a
t a
Ex t e n d
M
e
r
u
p
a
ka n
f
ung s i t a m b a h a n da r i
be h a v i our ke da l a m
u
s
e
c
a
s
e
y a ng t i da k di ke t a hui
<
<
e
xt e nd> >
Us e
c
a
s
e
g
e
n
e
ra l i za t i o n
H
ubung a n a n t a r a us e c a s e u m u m d e n g a n
u
s
e c a s e
y
a
ng
e
bi h s pe s i f i k y a n g m e r upa ka n t ur una n d a n be nt uk
a
m
b
a
h
a
n
da r i
us e
c
a
s
e
I
n
c
l
ude
M
e
r
u
p
a
ka n
f
ung s i t a m b a h a n
da r i
be ha v i our
t
a
m
b
a
h n k
a n k
d
a
l
a
m
u
se
c
a
se
y
a
n
g
se c a r a
e
k
sp l i s i t
m
e
n
g
g
a
m
b k a
a k a
r k a
ad an y a
p
e
n
a
m
b
ah a n
<<i n c l u d e >>
Sumber : Booch, Jacobson, Rumbaugh (1999, p65). The Unified Modelling Language Reference Manual.
Addison Wesley Inc.
2.11.1.4
Activity Diagram
Activity diagram digunakan untuk menganalisa behavior dalam use
case yang lebih kompleks dan menunjukkan interaksinya satu sama lain.
Activity diagram mirip dengan statechart diagram sejauh
merepresentasikan
aliran
data;
bagaimanapun, activity diagram
digunakan
untuk
memodelkan
aliran
kerja
bisnis
selama
desain
use
case. Activity
diagram biasanya
digunakan
untuk
merepresentasikan
aktivitas
bisnis yang
kompleks,
|
![]() 95
membantu
unutk
mengidentifikasi use case atau
interaksi antara dan dalam
use case (Roff, 2003, p13).
Sumber:
Gambar 2.18 Contoh Activity Diagram
2.11.1.5
Sequence Diagram
Sequence diagram
menggambarkan
interaksi antar objek di dalam dan
di
sekitar
sistem (termasuk
pengguna,
display,
dan
sebagainya)
berupa
message yang digambarkan terhadap waktu. Sequence diagram terdiri atas
dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horisontal (objek-objek yang terkait).
Sequence diagram biasa digunakan
untuk menggambarkan skenario atau
rangkaian langkah-langkah
yang dilakukan sebagai
respon dari sebuah event
untuk menghasilkan output tertentu. Diawali dari apa yang men-trigger
aktivitas tersebut, proses dan perubahan yang terjadi secara internal dan
output apa yang dihasilkan.
Masing-masing
objek, termasuk
aktor,
memiliki
lifeline
vertikal.
Message digambarkan sebagai garis berpanah dari satu objek ke objek
lainnya, dimana beberapa message tersebut dapat dipetakan menjadi metode
|
![]() 96
dari class.
Activation
bar menunjukkan lamanya eksekusi sebuah proses,
biasanya diawali dengan diterimanya sebuah message.
Campaign Manager
:Clients
:Campaign
:Advert
getName()
listCampaign()
*getCampaignDetails()
*getAdvertDetails()
listAdverts()
addNewAdvert()
Advert()
:newAd:Advert
Object lifeline
Activation
Object Creation
Sumber: Bennett, McRobb, Farmer (2002, P235) Object-Oriented Systems Analysis and Design Using UML
Gambar 2.19 Contoh Sequence Diagram
2.11.1.6
Collaboration Diagram
Collaboration diagram juga menggambarkan interaksi antar objek
seperti
sequence diagram,
tetapi
lebih
menekankan
pada
peran
masing-
masing objek dan bukan pada
waktu penyampaian message. Setiap message
memiliki
sequence
number,
di
mana
message dari
level
tertinggi
memiliki
nomor 1. Messages dari level yang sama memiliki prefiks yang sama.
|
![]() 97
2.11.1.7
Statechart Diagram
Statechart
diagram menggambarkan
transisi
dan
perubahan
keadaan
(dari satu state ke state lainnya) suatu objek pada sistem sebagai akibat dari
rangsangan yang
diterima.
Pada
umumnya
statechart
diagram
menggambarkan class tertentu (satu class dapat memiliki lebih dari satu
statechart diagram). Diagram ini menekankan pada metode (event) dari
objek.
Statechart diagram menampilkan
sebuah
state
machine, yang
terdiri
dari
state,
transition,
event,
dan
activity.
Dalam UML,
state
digambarkan
berbentuk segi empat dengan sudut membulat dan memiliki nama sesuai
kondisinya
saat
itu.
Transisi
antar state umumnya
memiliki
kondisi
guard
yang merupakan syarat terjadinya transisi yang bersangkutan, dituliskan
dalam kurung siku. Action yang dilakukan sebagai akibat dari event tertentu
dituliskan dengan
diawali
garis
miring.
Titik
awal
dan
akhir
digambarkan
berbentuk lingkaran berwarna penuh dan berwarna setengah.
Sumber: www.agiledata.org
Gambar 2.20 Contoh Statechart Diagram
|