BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Definisi Buku dan Media Bacaan
Berdasarkan tinjauan pustaka dari Mayke S. Tedjasaputra dalam bukunya yang
berjudul Bermain, Mainan, dan Permainan untuk Pendidikan Usia Dini (2001, p65), ada
3 media massa yang dapat dijadikan bahan bacaan untuk anak, yaitu buku, surat kabar,
dan majalah. Yang paling digemari oleh anak-anak adalah media buku, sedangkan surat
kabar menempati urutan yang terakhir.
Anak-anak pada umumnya menyukai buku dalam ukuran yang kecil sehingga mudah
digunakan atau dibawa. Sedangkan definisi buku menurut situs www.wikipedia.org, buku
adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu
ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Beberapa contoh buku antara lain: novel,
majalah, kamus, buku komik, ensiklopedia, dan lain-lain.
2.2 Psikologi Anak
Anak-anak, khususnya pada usia 5 sampai 7 tahun memiliki dunianya sendiri. Mereka
erat dengan masa bermain. Mereka juga mempunyai kepribadian yang khas, yang tidak
sama dengan kepribadian orang dewasa sehingga dapat dikatakan bahwa mereka (anak-
anak) hidup dalam dunia yang penuh khayalan. Pemikiran dan daya tanggapnya masih
terbatas dan belum mampu berbahasa panjang lebar dan menikmati keindahan berbahasa
itu sendiri (Hardjana HP, 2006, p26-27).
4
  
5
Tak lepas dari anak-anak, mainan menjadi kebutuhan penting dalam masa
pertumbuhannya. Stevanne Auerbach dalam buku Smart Play Smart Toy, 2007,
membedakan ciri psikologis dan kebutuhan mainan menurut kelompok umur dari anak
itu sendiri, yaitu kelompok Bayi (umur 6 bulan pertama sampai 1 tahun), kelompok
Balita ( umur 1 sampai 3 tahun), kelompok Prasekolah (umur 3 sampai 5 tahun),
kelompok Anak Sekolah Dasar (umur 6 sampai 8 tahun), dan kelompok Anak yang
Lebih Tua (umur 9 sampai 12 tahun).
Sesuai dengan target demografi, yaitu anak-anak berusia 5 sampai 7 tahun, maka di
bawah ini dijabarkan ciri-ciri psikologis yang meliputi fisik, emosi, dan mental.
Fisik
Umur 5 tahun
: -Gesit
-Tenang dengan kemampuan motoris terkontrol
-Mengenal warna-warna primer
-Menghitung dengan tangan (antara dua dan lima)
-Pertumbuhan anak perempuan sekitar satu tahun lebih maju daripada
laki-laki.
Umur 6 tahun
: -Aktif dan ribut
-Pertumbuhan fisik melambat
-Gigi permanen mulai muncul
Umur 7 tahun
: -Sering bangkit dari duduk, menjadi agak ceriwis
  
6
-Berminat dalam pengembangan beragam kemampuan motoris
-Menunjukkan luapan perilaku aktif yang tiba-tiba dalam beberapa
Tugas
Emosi
Umur 5 tahun
: -Bertanya-tanya tentang dirinya dan orang lain
-Saat berusia 4 tahun terbata-bata dalam berbicara, usia 5 tahun dapat
berhenti setelah menyelesaikan suatu pemikiran
-Menemukan bahwa dunia riil cukup memberi kesenangan baru,
karena telah mengetahui apa yang merupakan fantasi dan apa yang
bukan
Umur 6 tahun
: -Tidak jelas (ambivalen)
-Menangkap ide tentang baik dan buruk
-Kesulitan dalam membuat keputusan
Umur 7 tahun
: -Kurang percaya diri
-Lebih serius dan bijaksana mengenai kehidupan
-Tidak suka kalah dalam permainan
Mental
Umur 5 tahun
: -Belajar bahasa dengan cepat
-Mampu berkomunikasi dan menjelaskan tentang perasaan dan ide
-Kosakata mencapai 2.000 kata yang digunakan dengan baik
  
7
-Responsif pada ide baru dan penuh imajinasi
-Dapat memisahkan kenyataan dari khayalan
Umur 6 tahun
: -Mengetahui nama-nama hari dalam seminggu
-Mengetahui yang kiri dan yang kanan
-Menghitung angka sampai 10, berdasarkan pengelompokkan objek
-Kosakata melebihi 2.000 kata saat duduk di kelas satu
Umur 7 tahun
: -Berusaha keras untuk sempurna
-Mulai mengontrol ukuran dan keseragaman huruf
-Mengalami perkembangan visual lebih lanjut
Keahlian Membaca (khusus untuk umur 7 tahun)
Umur 7 tahun
: -Membaca secara mekanis
-Menghilangkan atau menambahkan kata-kata yang sudah akrab atau
sederhana
-Dapat menerjemahkan cerita tanpa mengetahui arti semua kata
-Ragu dengan atau menebak kata-kata baru
-Mulai kritis pada bahan bacaan
-Menikmati dongeng
Dari tonggak perkembangan di atas, maka dapat diketahui bahwa masa-masa prasekolah
(anak-anak berumur 5 sampai 7 tahun) memiliki daya imajinasi yang cepat berkembang
dan dapat digunakan sebagai acuan dalam target psikografi buku ini sebagai target
  
8
utama, walaupun kelompok anak prasekolah (5 tahun) masih belum mampu untuk
membaca (biasanya anak umur 5 tahun sudah mulai bisa menulis dan mengetahui jenis-
jenis huruf).
Menurut Mayke S. Tedjasaputra (2001, p64-65) dalam bukunya yang sama, pada usia
prasekolah (umur 3 sampai 5 tahun) anak cenderung dibacakan cerita oleh orangtua,
guru atau orang lain karena pada umumnya seorang anak baru bisa membaca sendiri
setelah duduk di kelas 1 sampai 4 SD.
Masih mengutip tulisan dari Mayke S. Tedjasaputra, kegiatan membaca merupakan
salah satu kegiatan bermain pasif yang secara psikologis mempunyai arti positif. Ada
beberapa manfaat psikologi psikologis yang dapat diperoleh melalui kegiatan ini yaitu
membuat anak lebih percaya diri, lebih mandiri. Dari kegiatan semacam ini, anak bukan
hanya memperoleh kesenangan dan sikap yang positif terhadap kegiatan membaca, tapi
juga dapat menambah keahlian membaca dan kosakata yang merupakan modal berharga
terhadap bidang studi yang akan mereka tekuni di kemudian hari nanti.
2.3 Kajian Karakter Kancil
Karakter Kancil yang licik dan curang mudah diidentikkan sebagai sosok yang tidak
baik. Ironisnya, Kancil adalah tokoh utama dalam ceritanya dan umumnya cerita ini
ditujukan untuk anak-anak. Hal ini dapat membingungkan anak-anak bahwa bagaimana
mungkin kejahatan yang dilakukan oleh Kancil tidak mendapatkan hukuman? Di
samping itu, cerita Si Kancil khususnya dalam media buku yang begitu banyaknya
mulai jarang dilirik oleh orangtua dalam memeberikan bacaan yang bermutu bagi anak-
  
9
anaknya, di mana hal ini secara tidak langsung telah perlahan-lahan membuang
kebudayaan dari cerita Kancil itu sendiri. Maka dalam kaitannya sebagai komunikasi
visual, penulis melakukan pendekatan visual untuk meredam sisi negative dari karakter
Si Kancil tersebut dengan netode semiotik.
Menurut wikipedia, semiotik atau semiologi merupakan istilah yang berasal dari kata
Yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu
yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Istilah
semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotik lazim dipakai oleh
ilmuwan Amerika. Semiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang
berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem
kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-
tanda visual dan verbal. Ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang
secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan
dan perilaku.
Komunikasi bukan hanya sebagai proses, melainkan komunikasi sebagai pembangkitan
makna (the generation of meaning) . Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain,
setidaknya orang lain tersebut memahami maksud pesan kita, kurang kebih secara tepat.
Supaya komunikasi dapat terlaksana, maka kita harus membuat pesan dalam bentuk
tanda (bahasa, kata). Pesan-pesan yang kita buat, medorong orang lain untuk
menciptakan makna untuk dirinya sendiri yang terkait dalam beberapa hal dengan
makna yang kita buat dalam pesan kita. Semakin banyak kita berbagi kode yang sama,
makin banyak kita menggunakan sistim tanda yang sama, maka makin dekatlah
  
10
“makna” kita dengan orang tersebut atas pesan yang datang pada masing-masing kita
dengan orang lain tersebut.
Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yakni;
tanda, acuan tanda, dan pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik,
bisa dipersepsi indra kita, tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan
bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda. Misalnya
mangacungkan jempol kepada kawan kita yang berprestasi. Dalam hal ini, tanda
mengacu sebagai pujian dari saya dan ini diakui seperti itu baik oleh saya maupun
teman saya yang berprestasi. Makna disampaikan dari saya kepada teman yang
berprestasi maka komunikasi pun berlangsung.
Dalam buku cerita ini, penerapan semiotik dilakukan dengan menggambarkan gerakan
tubuh Kancil dan mimik wajahnya yang sebagai karakter yang cenderung protagonist
dan lugu di mata anak-anak. Begitu pula dengan karakter antagonis dalam buku ini
seperti, Pak Tani, Anjing, Buaya, dan Ular. Pada penerapan visualnya, Pak Tani
digambarkan dengan alis dan kumis yang cukup tebal, memiliki tulang pipi yang agak
menonjol, dan juga mengenakan pakaian serba hitam. Dan pada setiap kemunculannya
di setiap bagian cerita, Pak Tani digambarkan dengan sifat licik dan sangat tidak
menyukai Kancil. Sedangkan untuk karakter antagonis lainnya, secara kebetulan dari
cerita asli Kancil sendiri juga menampilkan hewan-hewan pemakan daging (karnivora)
sebagai ciri dari karakter antagonisnya. Karena di mata anak-anak, hewan-hewan
pemakan daging inilah yang artinya karakter jahat. Justru bagi anak-anak, hewan
  
11
pemakan tumbuh-tumbuhan adalah karakter protagonist, karena cenderung dilukiskan
tidak memiliki gigi-gigi yang tajam dan memiliki wajah yang bersahabat.
Dalam masa pertumbuhan anak-anak, kebutuhan buku cerita sebagai sarana pendidikan
yang secara tidak langsung juga harus memberikan nilai moral yang baik di dalam buku
cerita tersebut. Nilai moral yang ada di dalam setiap buku cerita biasa disebut sebagai
amanat. Tadkiroatun Musfiroh (2008, p35-37) menjelaskan bahwa amanat atau pesan
moral untuk cerita anak-anak harus ada di dalam cerita atau dongeng.
Amanat dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral yang
bersifat praktis, yang dapat ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan. Cerita anak-anak
itu harus bersifat “hitam-putih”. Artinya harus secara tegas dinyatakan perbedaan antara
perbuatan jahat dan perbuatan baik. Perbuatan jahat akan mendapatkan hukuman,
sedangkan perbuatan baik akan mendapat hadiah.
Menurut Hardjana HP (2006, p55), “hitam-putih” itu harus dinyatakan dengan tegas,
karena anak-anak masih akan sulit untuk menangkap arti dari apa yang tersirat di balik
cerita, sehingga harus dijelaskan atau digambarkan dengan nyata, dengan terang-
terangan, secara tersurat atau secara eksplisit. Dengan kata lain, anak-anak dapat belajar
hal-hal yang baik untuk dilakukan dan hal-hal yang tidak pantas untuk dilakukan dari
amanat atau pesan moral dari suatu cerita.
Hal ini tentu tak lepas dari perhatian orangtua yang membimbing anak-anaknya untuk
menjelaskan betul-betul arti dari amanat itu sendiri, agar anak-anaknya tidak meniru
perbuatan jahat atau tidak baik yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam cerita tersebut.
  
12
Maka dari itu, untuk menyesuaikan keterbatasan tentang “hitam- putih” tersebut, penulis
merancang cerita Kancil dengan mengubah beberapa sifat karakter, agar sosok Kancil
dalam buku ini menjadi tokoh yang disukai anak-anak karena sifat-sifat dasarnya yang
bersifat baik. Hal perubahan cerita ini tidak menjadi masalah, karena cerita rakyat
menjadi milik bersama. Hal itu disebabkan penciptanya yang asli sudah tidak diketahui
lagi, sehingga setiap anggota kolektifnya merasa memilikinya (Brunvard via Danandjaja,
1986, p3-5).
2.4 Cerita Anak-Anak
Cerita untuk anak-anak dapat dikategorikan menjadi 3 jenis, yakni cerita rakyat atau
dongeng, cerita fiksi modern, dan cerita faktual. Ketiga macam cerita anak-anak tersebut
dapat dinikmati oleh anak-anak dengan berbagai penyesuaian, meskipun ketiga jenis
cerita tersebut memiliki sumber dan karakteristik yang berbeda.
Cerita rakyat menurut Abrams (1981, p66-67) yang dalam bahasa Inggris disebut
folktale adalah narasi pendek dalam bentuk prosa yang tidak diketahui penciptanya dan
tersebar dari mulut ke mulut. Karena disampaikan dari mulut ke mulut, maka cerita
rakyat digolongkan sebagai sastra lisan.
Menurut buku Memilih, Menyusun, dan Menyajikan Cerita untuk Anak Usia Dini yang
ditulis oleh Tadkiroatun Musfiroh (2008, p70-74), cerita rakyat dapat dibagi menjadi 3
jenis menurut bentuknya, yakni:
  
13
Mite
Mite adalah cerita yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap sakral oleh
pendukungnya. Mite mengandung tokoh-tokoh dewa atau makhluk setengah dewa.
Beberapa contoh mite di Indonesia antara lain mite “Dewi Padi” dan “Nyi Roro Kidul”.
Legenda
Legenda adalah cerita yang dianggap benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap sakral
oleh pemilik cerita. Yang tampil sebagai tokoh-tokohnya adalah manusia yang sering
memperlihatkan sifat-sifat dan kelebihan-kelebihan luar biasa. Tokoh lain yang tampil
dalam legenda adalah makhluk gaib dan hidup bersama-sama dengan peristiwa yang
terjadi di dunia.
Kejadian-kejadiannya tidak setua mite, dan seakan-akan menggambarkan kehidupan
kebudayaan atau peradaban manusia yang banyak dibumbui dengan berbagai keajaiban.
Beberapa contoh legenda di antaranya adalah “Legenda Rawa Pening” dari Jawa
Tengah, “Legenda Batu Menangis” dari Kalimantan Barat, dan masih banyak lagi.
Dongeng
Dongeng adalah cerita khayali yang dianggap tidak benar-benar terjadi, baik oleh
penuturnya maupun oleh pendengarnya. Dongeng tidak terikat oleh ketentuan normative
dan factual tentang pelaku, waktu, dan tempat. Pelakunya adalah makhluk-makhluk
khayali yang memiliki kebijaksanaan atau kekurangan untuk mengatur masalah manusia
dengan segala macam cara. Contoh-contoh dongeng populer dari Indonesia antara lain
“Bawang Merah dan Bawang Putih”, “Pak Dungu”, “Si Kancil”, dan lain-lain.
  
14
Dalam kaitannya dengan data-data yang telah dijabarkan di atas, dongeng adalah jenis
cerita rakyat yang tepat sebagai komunikasi yang digunakan untuk anak-anak dalam
buku ini.
2.5 Buku Cerita Anak
Cerita anak-anak menurut Hardjana HP (2006, p26-27) dalam bukunya yang berjudul
Cara Mudah Mengarang Cerita Anak-Anak, adalah cerita yang dikemas atau disajikan
dalam bentuk cerita pendek. Adapun buku cerita yang disukai anak-anak adalah buku
dengan gambar-gambar yang besar dan berwarna cerah, mempunyai tokoh cerita
manusia, binatang, atau benda-benda yang sudah dikenal oleh anak. Kalau pun ada
tulisannya, maka sebaiknya tulisan ditulis dalam huruf yang dicetak besar-besar, kalimat
singkat, sederhana sehingga mudah dipahami (Mayke S. Tedjasaputra, 2001, p65-66).
2.6 Cerita Si Kancil
Cerita Si Kancil hampir tak pernah terlewatkan dari sederetan judul-judul dongeng
Indonesia. Ada beragam versi cerita Si Kancil yang di antaranya yang sangat populer,
yaitu “Si Kancil dan Pak Tani”, “Si Kancil dan Buaya”, “Si Kancil dan Kerbau”, “Si
Kancil dan Gajah”, “Si Kancil dan Siput”, dan “Si Kancil dan Harimau”. Beberapa judul
cerita Si Kancil di atas tetap menokohkan sosok Kancil yang cerdik, licik, gesit, banyak
akal, dan bagaimana cerdiknya Kancil dalam membantu temannya dan menghadapi
masalahnya.
Dalam pencarian data, penulis menampilkan cerita asli dari beberapa versi cerita Si
Kancil yang telah disebutkan di atas.
  
15
2.6.1 Si Kancil dan Pak Tani
Pagi hari di sebuah hutan yang rindang. Si Kancil menyanyi senang sambil berjalan cari
makan. “Aah... itu dia Kebun Mentimun yang pernah kulihat! Hmm... slurp!” seru
Kancil luar biasa girang. Air liurnya tidak terasa menetes ketika ia melihat mentimun-
mentimun besar di kebun yang ia lihat. Tidak seperti mentimun liar yang ia temukan di
dalam hutan.
”Uh! Hihihi... Ini sih gampang banget! Kebunnya kosong nggak ada yang jaga begini!
Kalau aku teriak juga pasti nggak ada yang tahu, hihihi... Kucoba ah!” gumamnya
senang. “Wooooooiiii !!” teriak Kancil kuat-kuat. ”Uh! Kancil benar! Pak Tani dan
istrinya pasti tidak akan sampai bangun dari tidur malam-malam begini!” Kancil pun
makan sampai kenyang, bahkan ia sampai jatuh tertidur di dalam semak-semak kebun.
“Hoahmm... krauk, krauk, krauk... hah! Nggak ada yang tahu kalau aku di sini, besok
pagi aja deh aku pergi! Hoahmm...” kata Kancil ngantuk setelah makan sampai kenyang.
Pagi esok harinya, Pak Tani yang sedang berjalan ke arah kebun tiba-tiba saja menjadi
kaget. ”Hah? Ya ampun! Siapa, siapa yang memakan timun-timunku di kebun!
Mentimun-mentimunku yang sudah siap dipanen, rusak!” seru Pak Tani kesal bercampur
marah. “Hihihi... Pak Tani nggak tahu kalau akulah yang sudah menghabiskan
mentimun-mentimunnya, hihihi...” bisik Kancil licik di semak-semak.
”Aaah, awas hewan-hewan pencuri mentimun! Kalau ketangkap, nanti ku masak dan ku
makan! Hu uh!” umpat Pak Tani geram.
  
16
Keesokan harinya, Pak Tani kembali sambil membawa boneka besar yang sudah dilapisi
getah lengket dari pohon nangka. Ia meletakkannya di sebuah tonggak di tengah
mentimun-mentimun di kebunnya.
”Uh hup!” bunyi pasak tertancap. “Awas, kalau nanti hewan pencuri itu kembali, pasti ia
takut melihat boneka ini” kata Pak Tani. ”Hihihi... Pak Tani kembali membawa teman!
Tapi, hihihi lihat tuh! Temennya kaku banget! Nggak gesit kaya Pak Tani, hihihi... Siapa
ya dia?” Kancil heran.
Kancil bertanya-tanya mengapa teman petani yang kaku itu ditinggal di ladang dan tidak
diajak pulang bersama Pak Tani. Ia ingin memakan mentimun lagi di kebun Pak Tani,
tapi teman Pak Tani selalu melihat dia.
”Hu uh, kapan sih ia pergi! Aku udah laper nih! Tiap angin bertiup, ia bergerak. Angin
bergerak ke kanan, ia juga ikut ke kanan! Ayo, ayo pergi! Aah, kuhampiri juga, biar ia
kaget, ha..ha...!” kata Kancil berusaha menakuti boneka jerami.
Semakin dekat semakin sadar Si Kancil. Sosok teman Pak Tani yang ia lihat hanya
sebuah boneka yang tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali bergoyang di tengah hembusan
angin. ”Ah... manusia ini bahkan ngga bisa berjalan, apalagi berlari. Kenapa aku harus
takut?” ujar Kancil memberanikan diri.
Kancil sekarang sudah benar-benar dekat dengan boneka besar itu. Ia menatap lekat-
lekat kedua mata boneka dan hendak mengejeknya. ”Nih, kuberi kau beberapa
  
17
mentimun. Jika kau bergerak, kutendang kau!” kata Kancil menguji benda itu.
Tiba-tiba angin bertiup. ”Nah kan ada angin, langsung kau bergerak, kutendang beneran
nih, uh!” kata Kancil menendang boneka jerami dengan kaki depannya.
”Loh, loh... kenapa ini? Kenapa nih?” Kancil panik. ”Uh, uh, tolong! Tolong!” ujar
Kancil berusaha melepas kaki depannya. ”Lepas, lepas! Hei... berani-beraninya kau
mencengkram kakiku! Lepaskan, atau kupukul kau! Lepas, lepas! Uh!” Kancil ketakutan
karena kedua kakinya menempel erat di boneka jerami. Kancil menyerang boneka itu
dengan kaki depannya sekarang. Dan kaki itu juga tertancap! Wah, wah, kali ini Kancil
benar-benar terperangkap!
”Uh... uuuh! Hei, apa-apaan ini! Sekarang kau juga mencengkram kakiku yang lain!
Hei.. ayolah lepasin aku! Lepasin aku! Jika tidak, aku akan memukulmu lagi, huu uuh!!”
seru Kancil makin panik dan kesal. Kancil yang sudah putus asa mulai menendang lagi.
Tapi akhirnya ia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menatap awan atau sisa-sisa
mentimun di ladang! Seluruh kakinya tertancap dan ia harus tinggal di kebun Pak Tani
sepanjang hari.
”Lepaskan, lepaskan aku !! Tolonng Lepaskan aku !!” seru Kancil marah-marah. Si
Kancil biasanya punya banyak akal cerdik, tapi kali ini ia tak berkutik. Bisa-bisa Pak
Tani datang dan menangkapnya hidup-hidup. Kancil, yang sudah putus asa, mulai
menendang dengan cakarnya yang masih bebas, tapi akhirnya keempat cakarnya malah
tertancap di tubuh si boneka. Kancil tidak dapat berbuat apa-apa kecuali menatap awan-
  
18
awan di langit atau sisa-sisa mentimun di ladang. Seluruh cakarnya tertancap dan harus
tinggal di sana sepanjang hari.
Sore harinya, sang petani kembali ke ladang. Melihat ia telah berhasil menangkap si
pencuri mentimun, ia bergembira. ”Ha..ha...! Aku telah menangkapmu! Kau akan jadi
santapan lezat setelah kami memasakmu!” kata Pak Tani senang. Si petani kemudian
menarik Kancil supaya lepas dari boneka lengket itu, menaruhnya di dalam kandang
bambu dan membawanya pulang.
Setelah memutuskan bahwa Kancil akan dimasak keesokan paginya, petani itu
meninggalkan kandang di tengah kebun untuk malam itu. Ia menaruh batu berat di atas
kandang dari anyaman bambu tersebut supaya kandang itu tidak mudah digulingkan.
Kancil merasa sangat bingung sehingga ia hanya bisa berbaring diam.
Di tengah malam, ketika petani dan keluarganya sudah pergi tidur, Kancil tetap terjaga
dan berpikir. Ia melihat anjing penjaga keluarga petani berbaring di dekat kandang.
Kancil memanggil anjing tersebut dengan pelan, ”Sst! Anjing ke sini! Mari berteman.
Aku adalah peliharaan baru keluarga petani. Kuberitahu ya, anak lelaki petani begitu
menyukaiku sehingga besok ia akan mengajakku ke kota untuk melihat perayaan besar
yang diadakan kepala desa”.
Ragu-ragu si anjing menjawab, ”Hah! Aku tidak percaya. Aku sudah bersama mereka
selama bertahun-tahun dan mereka tidak pernah mengajakku ke kota.”
  
19
”Terserah, kamu mau percaya atau tidak. Tapi kalau kamu tertarik, aku bisa mengatur
supaya kamu juga bisa ikut pergi” kata Kancil dengan sikap tak acuh.
Sekarang si anjing menjadi gembira. Ia memang ingin ikut ke kota. ”Ya, aku mau!”
sahut si Anjing riang. ”Itu mudah. Yang harus kamu lakukan hanyalah bergabung
denganku di dalam kandang ini. Ketika anak lelaki petani datang, aku akan memintanya
mengajakmu juga. Aku yakin itu tidak apa-apa. Coba lihat apakah kau bisa
menyingkirkan batu dari atas kandang ini dan bergabung denganku” ujar si Kancil.
Anjing itu pun melakukan perintah Kancil. Ia menjatuhkan batu dari atas kandang,
membuka kandang dan menyelinap masuk untuk bergabung dengan Kancil di dalamnya.
Pada saat bersamaan, dengan satu gerakan cepat, Kancil menyelinap keluar dari kandang
dan berlari menuju hutan.
Ia berteriak,”Hai anjing, kuharap kamu akan diajak ke kota besok pagi dan tidak
direbus! Tunggu saja disitu dengan sabar!” Si anjing, yang merasa bingung,tidak
mengerti apa yang baru saja terjadi. Pada waktu ia menyadari bahwa ia telah ditipu,
Kancil sudah selamat, jauh di dalam hutan.
2.6.2 Si Kancil dan Buaya
Suatu hari Sang Kancil berjalan-jalan di dalam hutan untuk mencari makanan. Oleh
karena makanan di sekitar kawasan kediaman telah berkurangan, Sang Kancil mencari
di luar kawasan kediamannya. Cuaca pada hari tersebut sangat panas, menyebabkan
Sang Kancil merasa dahaga karena terlalu lama berjalan, lalu ia berusaha mencari sungai
  
20
yang berdekatan. Setelah meredah hutan akhirnya kancil berjumpa dengan sebatang
sungai yang sangat jernih airnya. Tanpa membuang waktu, Sang Kancil terus minum
dengan sepuas-puasnya. Kedinginan air sungai tersebut telah menghilangkan rasa
dahaga Sang Kancil.
Kancil terus berjalan-jalan menyusuri tebing sungai. Apabila terasa penat, ia berehat
sebentar di bawah pohon beringin yang sangat rindang di sekitar kawasan tersebut.
Kancil berkata didalam hatinya “Aku mesti bersabar jika ingin mendapat makanan yang
lezat-lezat”. Setelah kepenatannya hilang, Sang Kancil menyusuri tebing sungai tersebut
sambil memakan dedaun kegemarannya yang terdapat disekitarnya. Ia tiba di satu
kawasan yang agak lapang, Sang Kancil memandang kebun buah-buahan yang sedang
masak ranum di seberang sungai. ”Alangkah enaknya jika aku dapat menyeberangi
sungai ini dan dapat menikmati buah-buahan tersebut” pikir Sang Kancil.
Sang Kancil terus berfikir mencari akal bagaimana untuk menyeberangi sungai yang
sangat dalam lagi deras arusnya. Tiba-tiba Sang Kancil terpandang Sang Buaya yang
sedang asyik berjemur di tebing sungai. Sudah menjadi kebiasaan buaya apabila hari
panas ia suka berjemur untuk mendapat cahaya matahari.Tanpa berlengah-lengah lagi
kancil terus menghampiri buaya yang sedang berjemur lalu berkata ” Hai sabahatku
Sang Buaya, apa khabar kamu pada hari ini?”
Buaya yang sedang asyik menikmati cahaya matahari terus membuka mata dan didapati
sang kancil yang menegurnya tadi, “Kabar baik sahabatku Sang Kancil” sambung buaya
lagi. “Apakah yang menyebabkan kamu datang ke mari?” Kata Sang Kancil,
  
21
“Aku membawa kabar gembira untuk kamu”. Mendengar kata-kata Sang Kancil, Sang
Buaya tidak sabar lagi ingin mendengar khabar yang dibawa oleh Sang Kancil lalu
berkata “Ceritakan kepada ku apakah yang engkau hendak sampaikan”.
Kancil berkata “Aku diperintahkan oleh Raja Sulaiman supaya menghitung jumlah
buaya yang terdapat di dalam sungai ini kerana Raja Sulaiman ingin memberi hadiah
kepada kamu semua”. Mendengar saja nama Raja Sulaiman sudah menggerunkan semua
binatang kerana Nabi Sulaiman telah diberi kebesaran oleh Allah untuk memerintah
semua makhluk di muka bumi ini. “Baiklah, kamu tunggu di sini, aku akan turun
kedasar sungai untuk memanggil semua kawan aku” kata Sang Buaya. Sementara itu
Sang Kancil sudah berangan-angan untuk menikmati buah-buahan.
Tidak lama kemudian semua buaya yang berada di dasar sungai berkumpul di tebing
sungai. Sang Kancil berkata, “Hai buaya sekalian, aku telah diperintahkan oleh Nabi
Saulaiman supaya menghitung jumlah kamu semua kerana Nabi Sulaiman akan
memberi hadiah yang istimewa pada hari ini” Kata kancil lagi, “Berbarislah kamu semua
dari tebing sebelah sini hingga ke tebing sebelah sana”
Oleh karena perintah tersebut adalah datangnya daripada Nabi Sulaiman semua buaya
segera beratur tanpa membantah. Kata Buaya tadi, “Sekarang hitunglah, kami sudah
berbaris” Sang Kancil mengambil sepotong kayu yang berada di situ lalu melompat ke
atas buaya yang pertama di tepi sungai dan ia mulai menghitung dengan menyebut,
“Satu dua tiga, jantan betina aku ketuk” sambil mengetuk kepala buaya begitulah
sehingga kancil berjaya menyeberangi sungai. Apabila sampai ditebing sana kancil terus
  
22
melompat ke atas tebing sungai sambil bersorak kegembiraan dan berkata, ”Hai buaya-
buaya sekalian, tahukah kamu bahwa aku telah menipu kamu semua dan tidak ada
hadiah yang akan diberikan oleh Nabi Sulaiman”.
Mendengar kata-kata Sang Kancil semua buaya berasa marah dan malu karena mereka
telah di tipu oleh kancil. Mereka bersumpah dan tidak akan melepaskan Sang Kancil
apabila bertemu pada masa akan datang. Dendam buaya tersebut terus membara hingga
hari ini. Sementara itu Sang Kancil terus melompat kegembiraan dan terus meniggalkan
buaya-buaya tersebut dan terus menghilangkan diri di dalam kebun buah-buahan untuk
menikmati buah-buahan yang sedang masak ranum itu.
2.6.3 Si Kancil dan Kerbau
Pagi itu Kancil berjalan-jalan di pinggir sungai. Ia senang sekali menghirup
udara segar. Tiba-tiba seekor burung Emprit menyapanya, "Halo, apa kabar, Cil?"
"Kabar baik, Emprit! Bagaimana dengan kamu?"
"Begini,Cil,.." Belum sempat burung Emprit menjawab pertanyaan kancil,
tiba-tiba terdengar suara rintihan. Kancil mencari arah suara. "Seperti
suara mahluk yang menangis? Siapa ya, Emprit?"
Emprit menjawab,"Aku tadi baru mau cerita itu.. Pak Kerbau kasihan, deh.Ayo,
kita kesana!"
Lalu sampailah mereka ke tempat Pak Kerbau. Tampak Pak Kerbau sedang
merintih. Di tubuhnya melilit seekor ular. "Mengapa kau menangis Pak Kerbau? Dan
  
23
mengapa kau dililit Si Ular?" tanya Kancil.
"Aku mencoba menolong Si Ular dari bahaya, tapi dia malah menerkam, ingin
memangsaku,"jelas Pak Kerbau. "Aku berusaha melepaskan pohon kelapa di
punggungnya. Setelah lepas, dia malah melilit ke punggungku sambil berkata, ”Kau
akan menjadi mangsaku Kerbau!' "
Kancil lalu bertanya pada Si Ular,"Apa betul cerita Pak Kerbau tadi , Si Ular?"
"Oh, betul sekali, Kancil. Tak ada yang dikurangi satu kata pun.He..he....he."
"Lalu mengapa kamu tidak membalas kebaikan Pak Kerbau?" tanya Kancil lagi.
"Bukan aku tak tahu membalas budi," jawab Ular," tapi aku lapar sekali!
Seharian aku belum mendapat mangsa, eh malah tertimpa pohon kelapa! Aku
berteriak, merintih, karena kesakitan. Lalu datang Pak Kerbau menolongku!
Nah, ketika dia merunduk, melepaskan pohon kelapa itulah, aku naik ke
punggungnya.He..he..he.."
Kancil lalu diam sejenak dan berpikir. "Baiklah Pak Buaya, kau pantas mendapatkan
Pak Kerbau sebagai mangsa karena kebodohannya. Dan salut atas kecerdikanmu!
Tapi…" Kancil berhenti sejenak sambil tersenyum cerdik. Lalu ia melanjutkan,"
Tapi..bisa nggak diperagakan ulang bagaimana cara Si Ular melompat ke
punggung Pak Kerbau!"
"Oh, begitu,Cil! Ah, itu sih gampang! Mudah, Cil!" kata Si Ular.
Karena tersanjung oleh kata-kata Kancil, Si Ular dengan senang hati turun
untuk menunjukkan asal kejadian. "Ayo, Cil! Akan aku tunjukkan kecerdikanku
  
24
padamu,Cil! He..he..he.. Ayo, kita egera ke tempat kejadian." ajak Si Ular. Lalu
sampailah mereka di tempat di kejadian. "Begini.Mula-mula, aku berjemur, di dekat
sungai ini. Lalu tiba-tiba batang kelapa itu roboh dan menimpaku."
"Oke…oke.sebentar.Tolong, Pak Kerbau letakkan batang kelapa itu ke punggung
Si Ular," kata Kancil.
Ular sangat terkejut dengan rencana Kancil. "Tenang saja, Ular! Ini
kan cuma sebentar! Supaya kita tahu kejadian yang sebenarnya," jelas Kancil.
Kerbau segera mengambil batang pohon kelapa yang tadi menindih Ular, lalu
ia melemparkannya ke atas punggung Si Ular.
"Wadow..!" jerit Si Ular.
"Eitt! Pelan-pelan, dong! Kasihan 'kan, Si Ular!" seru Kancil.
"Oh, begini ya.Apakah begini posisinya, Pak Kerbau?" kata Kancil.
"Iya, begitulah waktu aku datang menolongnya" kata Kerbau.
Sementara itu Ular mengeluh, "Uuugh, berat sekali ,Cil.Sudah,dong. Katanya
cuma sebentar."
Kancil tersenyum lalu berkata pada Kerbau, "Mari kita tinggalkan tempat ini.
Biarkan saja dia merasa kesakitan. Karena dia tidak tahu bagaimana membalas
budi!" "Cil, jangan begitu...Kerbau, tolong aku ya..Hu..hu..hu. Jangan tinggalkan
aku sendirian. Aku janji tidak akan curang dan nakal lagi.. Huhuhu. Cil, aku
mohon jangan tinggalkan aku. Sakit, nih,ugh! Hu..hu..hu.. Aku kapok, Cil!"
Iba juga hati Kancil dan Pak Kerbau mendengar rintihan Si Ular.
  
25
Akhirnya ia berkata,"Baiklah Ular, bila kau telah menyadari kesalahanmu. Kami
maafkan!" Kerbau lalu mengangkat batang pohon kelapa itu dan menolong Ular.
Dengan penuh penyesalan Si Ular berkata, "Kerbau, aku minta maaf atas
kesalahanku. Dan juga kau,Cil, terima kasih atas kebaikanmu!"
Kerbau pun tak lupa mengucapkan terima kasih. "Terima kasih,Cil! Kau telah
menolongku dari ancaman Si Ular. Mulai dari sekarang aku akan selalu waspada."
2.7 Isi Buku
Buku memuat cerita yang telah di sesuaikan dengan target dan ditunjang oleh ilustrasi
dengan penuh warna. Masing-masing buku memuat 1 cerita Si Kancil. Namun karena
mengingat adanya batasan waktu dalam proses pengerjaan, maka produk yang akan
ditampilkan adalah 1 buku cerita “Si Kancil dan Pak Tani” dengan memuat seluruh
komponen buku, dan 2 buku cerita Si Kancil lainnya (“Si Kancil dan Buaya” dan “Si
Kancil dan Kerbau”), namun hanya terdiri atas sampul depan, sampul belakang, dan
punggung buku (isi buku disesuaikan agar terlihat seperti keseluruhan buku cerita “Si
Kancil dan Pak Tani”).
2.8 Data Media Pembanding
Dalam hal ini penulis belum menemui buku cerita yang sejenis. Sejenis dalam arti sama-
sama menceritakan cerita rakyat atau dongeng dan dikemas dalam format dan metode
yang sama. Sebagai pembanding, penulis mencantumkan beberapa media yang di
antaranya adalah,
  
26
2.8.1 Paper Tole
Di luar negeri, Paper Tole dikenal sebagai 3-D decoupage. Tak ada yang bias
memastikan asal muasal seni ini. Sebab kalau ditelaah, bangsa Jepang sudah mengenal
seni membentuk dan melipat kertas menjadi desain yang cantik (origami) sejak ratusan
tahun lalu. Seni ini juga mirip paper tole, mengubah bentuk tampilan gambar kertas dua
dimensi jadi tiga dimensi.
Paper Tole di Indonesia merupakan salah satu dari beragam jenis hobi yang
membutuhkan ketekunan yang tinggi. Hal ini dikarenakan unsur kerapihan potongan
yang sangat menentukan hasil akhir paper tole tersebut. Paper tole dijual dengan
beragam jenis gambar dan ada yang menjual dalam bentuk jadi dan belum berbentuk
jadi. Harga paper tole bisa terbilang mahal, terutama jika membeli dalam bentuk jadi.
Harganya bisa mencapai ratusan ribu rupiah tergantung tingkat kerumitan dan ukuran.
Gambar 2.1
  
27
2.8.2 Kancil Menantang Boneka Jerami
Buku ini menceritakan petualangan Kancil yang mencuri mentimun Pak Tani dan
berhasil lolos dari hukuman Pak Tani.
Gambar 2.2
Buku ini berisi 16 halaman dan berdimensi 21 x 27 cm. Buku ini diterbitkan oleh
Kanisius dan di ceritakan ulang oleh Eddy Supangkat. Harga buku ini Rp. 25.000,-
2.9 Produk
Buku ini merupakan buku cerita dengan jenis cerita rakyat atau dongeng. Judul buku ini
adalah Seri Petualangan Si Kancil. Buku dibuat dalam 3 seri dengan cerita yang
berbeda, dan masing-masing buku dijual terpisah. Ketiga judul buku seri “Petualangan
Si Kancil”, di antaranya adalah:
-“Si Kancil dan Pak Tani”
-“ Si Kancil dan Kerbau”
-“Si Kancil dan Buaya”
  
28
2.9.1 Data Produk
Judul
: Seri Petualangan Si Kancil
Pengarang
: Sandy Kumoro
Penerbit
: Erlangga for Kids
Tahun Terbit   : 2008
Dimensi
: 20,7 x 20,5 x 2cm (p x l x t)
Tebal
: 10 halaman
Jumlah
: 3 seri
2.9.2 Karakteristik Produk
Mendidik
Buku ini menceritakan bagaimana Kancil dapat mengatasi masalah tidak dengan
kekuatan, melainkan dengan kecerdasan dan kecerdikannya. Di samping itu, terdapat
pesan moral yang disampaikan lewat buku ini.
Menghibur
Ditunjang dengan ilustrasi dan pewarnaan yang cukup baik, sehingga membuat anak-
anak tidak bosan untuk memperhatikan gambar atau visual dan meminta orangtua untuk
membacakan buku ini.
  
29
2.10 Data Penerbit Erlangga For Kids
Gambar 2.3
Penerbit Erlangga hadir pada tahun 1952, di tengah keprihatinan kondisi pendidikan
nasional, saat para siswa Indonesia kesulitan memperoleh buku-buku untuk belajar.
Keprihatinan ini melecut Penerbit Erlangga untuk berkarya dengan melahirkan banyak
buku.
Tujuan kami adalah ikut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas pendidikan dengan
menerbitkan buku-buku bermutu, mulai dari tingkat prasekolah, TK, sekolah dasar,
sekolah menengah, perguruan tinggi, dan kalangan profesional.
Pra sekolah: bidang ini baru dimulai dan akan terbit sekitar 100 judul buku.
Sekolah dasar: lebih dari seratus judul buku telah diterbitkan, mencakup buku
teks (materi), soal, dan keterampilan.
Sekolah menengah: lebih dari dua ratus judul buku telah diterbitkan, mencakup
buku teks (materi), soal, dan persiapan masuk ke perguruan tinggi.
Perguruan tinggi: lebih dari seribu judul telah diterbitkan, mencakup semua
bidang, seperti ekonomi, teknik, MIPA, sosial.
Umum: lebih dari empat ratus judul telah diterbitkan, mencakup buku popular,
self help, dan religius.
  
30
Komitmen Penerbit Erlangga tampak dari misinya: melayani ilmu pengetahuan. Sebagai
"pelayan" Penerbit Erlangga berupaya tetap tanggap terhadap arus reformasi pendidikan.
Untuk itulah, revisi, pembaruan, dan penglahiran buku-buku baru terus dilakukan.
Visi & Misi Erlangga
Visi
Visi kami adalah menjadi mitra utama bagi semua pihak yang berkepentingan dalam
memajukan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, agar mampu
bersaing dengan bangsa-bangsa maju di dunia, khususnya di dalam penguasaan ilmu
pengetahuan, yang akan kami capai melalui kepemimpinan kami di setiap segmen pasar
di mana kami bersaing.
Misi
1.   Misi Erlangga adalah memberi solusi kepada setiap orang yang menghadapi
masalah
dalam mencari dan mengejar ilmu pengetahuan.
2.   Kami akan menyediakan produk dan layanan yang memenuhi standar tertinggi
yang mampu kami capai, jauh di atas para pesaing yang ada dalam industri di
mana kami bersaing.
3.   Kami ingin memastikan bahwa semua pihak yang berhubungan dengan kami
dapat merasakan dan menerima manfaat positif dari kehadiran kami dalam bisnis
ini.
4.   Misi kami adalah menghasilkan tingkat pengembalian yang wajar atas risiko
modal dan investasi yang dihadapi oleh para pemegang saham, meningkatkan
  
31
kekayaan perusahaan, dan menjadi sumber kemakmuran bagi orang-orang yang
bekerja pada kami.
5.   Sumber daya manusia merupakan unsur strategis yang sangat menentukan arah
dan masa depan dari bisnis kami. Oleh karena itu, kami akan memberdayakan
dan memotivasi orang-orang yang bekerja untuk kami agar memberikan potensi
produktivitas dan kreativitas terbaik yang mereka miliki secara
berkesinambungan.
Komitmen Penerbit Erlangga tampak dari misinya: melayani ilmu pengetahuan. Sebagai
"pelayan" Penerbit Erlangga berupaya tetap tanggap terhadap arus reformasi pendidikan.
Untuk itulah, revisi, pembaruan, dan penglahiran buku-buku baru terus dilakukan.
2.11 Target
Target dari buku cerita “Seri Petualangan Si Kancil” ini adalah keluarga yang tinggal di
kota-kota besar, contohnya Jakarta yang berasal dari kalangan menengah ke atas (SES
B-A). Keluarga yang menjadi sasaran adalah keluarga yang terdiri dari 3-4 orang (Ayah,
Ibu, da 1 atau 2 orang anak) yang mempunyai anak-anak berusia 5 sampai 7 tahun.
Keluarga yang menjadi sasaran mempunyai gaya hidup modern, berkepribadian aktif,
dinamis, berwawasan luas, dan mengerti akan pertumbuhan, perkembangan, dan
kebutuhan anak-anaknya.
2.12 Analisa SWOT
Strength
: -Visual yang menarik
-Format dan pengemasan buku yang unik
  
32
-Memberikan pesan moral sebagai sarana edukasi (merubah karakter
atau sifat Kancil menjadi sosok yang baik sehingga layak diidolakan)
-Menghadirkan kembali tokoh legendaries Si Kancil
Weakness
: -Harga buku mahal
Opportunity
: -Karakter si Kancil yang sudah diketahui banyak orang
-Belum ada buku cerita Indonesia yang sama seperti buku ini
-Kesadaran yang cukup baik dari orangtua, untuk membelikan bacaan
yang bermutu bagi anak-anaknya
Threat
: -Banyaknya buku cerita bergambar anak-anak yang ditulis dari
luar negeri dan masuk ke Indonesia dengan pengemasan yang lebih
menarik