![]() 4
BAB 2
DATA & ANALISA
2.1. Data
Data-data yang ada diperoleh melalui :
Buku
referensi,
terutama
buku
klenteng-klenteng
dan
Masyarakat
Tionghoa di
Jakarta.
Wawancara dengan pengurus masing-masing klenteng.
Survei lapangan dan pemotretan.
Literatur dari internet dan koran.
2.1.1. Definisi
1. Klenteng
Adalah tempat ibadah penganut kepercayaan tradisional Tionghoa pada
umumnya.
Dikarenakan
di
Indonesia, penganut
kepercayaan tradisional
Tionghoa sering disamakan sebagai penganut agama Kong Hu Cu, maka
klenteng
dengan
sendirinya disamakan
sebagai tempat
ibadah
agama Kong
Hu
Cu.
Klenteng
mempunyai
cirri khas yaitu masih mempertahankan
arsitektur tradisonal Tionghoa dan berfungsi sebagai tempat aktivitas social
masyarakat selain daripada
fungsi spiritual. Klenteng terbagi 2
macam yaitu
klenteng Komunal dan klenteng Privat.
Klenteng Komunal
adalah klenteng yang terbuka bagi seluruh kaum, baik itu umat
Konfusianisme, Taoisme dan buddhisme.
|
![]() 5
Klenteng Privat
adalah klenteng yang ditujukan pada suatu kelompok. Klenteng privat
dibagi lagi menjadi 5 macam yaitu :
1. Klenteng Serikat
2. Klenteng Marga
3. Klenteng Pasar
4. Klenteng Pertanian
5. Klenteng Budhis
2. Wihara
Adalah tempat ibadah penganut Buddha. Berbeda dengan klenteng, gaya
arsitektur wihara sudah mengadopsi gaya arsitektur lokal dan fungsi dari
wihara sendiri hanya sebagai tempat beribadah saja (spiritual).
2.1.2. Riwayat Singkat Klenteng-klenteng di Pecinan Jakarta
Untuk memudahkan membaca dan mengelompokkan riwayat singkat
mengenai klenteng-klenteng di Pecinan Jakarta, maka akan diurutkan dari klenteng
yang paling tertua :
1. Klenteng Jin-de Yuan (Wihara Dharma Bhakti)
Terletak di Jl. Petak Sembilan. Klenteng ini bersifat Komunal, didirikan sekitar
tahun 1650 di sebelah barat-daya Kota dan di luar temboknya, yaitu di Glodok,
pusat
pemukiman
orang
Tionghoa
terbesar hingga
sekarang
ini.
Klenteng
ini
merupakan
salah
satu
dari 4
klenteng
yang
pertama
kali
dibangun
di
Jakarta.
|
6
Konon klenteng ini didirikan oleh seorang letnan, dan dinamakan Jin-de Yuan
oleh seorang kapitan pada tahun 1755.
2. Klenteng Fang-shan miao atau Da-shi miao (Wihara Dharma Widjaja)
Terletak di Jl. Kemenangan III/48. Klenteng ini dibangun kira-kira pada
tahun
1751. Klenteng
ini adalah
klenteng serikat pedagang dari Changtai, kabupaten
Zhangzhou, propinsi Fujian.
Klenteng ini sekaligus merupakan pusat kongsi
pedagang pada masa itu (hui-guan). Prasasti kayu tertua dengan tulisan anngka
1751 ditemukan di situ.
3. Chen-shi-zu miao
Klenteng ini terletak tidak jauh dari Jin-de Yuan, yaitu di Jl. Blandongan 97.
Dibangun kira-kira pada tahun 1757. Merupakan salah satu klenteng marga
tertua di Jakarta.
4. Klenteng Li Tie-guai (Wihara Budhidharma)
Terletak di Jl. Perniagaan Selatan. Klenteng ini dibangun kira-kira pada tahun
1812 sebagai simbol pelindung kongsi-kongsi dagang. Pada awalnya klenteng ini
merupakan klenteng serikat para ahli obat-obatan sekarang klenteng ini
dikunjungi oleh sekelompok kecil pandai besi keturunan Hakka.
5. Da-bo-gong / You-mi-hang-hui miao (Wihara Padi Lapa)
Klenteng
ini
dibangun
berhubungan
dengan perdagangan.
Kira-kira dibangun
pada tahun 1823. Klenteng ini adalah klenteng serikat para pedagang minyak dan
|
7
beras di Pasar Pagi. Pada akhir
abad ke-19 klenteng
ini dipindahkan dari Pasar
Pagi ke Jl. Pejagalan II dan berganti nama menjadi Wihara Padi Lapa (Biara Padi
dan Kelapa) hingga sekarang.
6. Nan-jing miao (Wihara Arya Marga)
Didirikan kira-kira pada tahun 1824, terletak di Gg. Lamceng 6 (Jl. Perniagaan).
Klenteng
ini
dibangun oleh kapitan asal
Nanjing.
Kabupaten
Zhangzhou
(Fujian), yang menerangkan nama klenteng tersebut. Merupakan klenteng serikat
bagi orang-orang yang berasal dari Nanjing. Konon klenteng ini didirikan dari
warisan kapitan tersebut karena
beliau
tidak
mempunyai
keturunan,
sehingga
warisan dari kapitan tersebut dipergunakan untuk membangun klenteng ini. Dan
sang kapitan tersebut meminta agar jenazahnya dimakamkan di dalam klenteng
tersebut.
7.
Di-cang-wang miao
Klenteng ini mempunyai nama lain yaitu Klenteng Raja Neraka. Ada 2
klenteng yang dibangun pada abad ini. Yang pertama terletak di Tanjung,
dibangun kira-kira pada tahun 1824 sehubungan dengan dibukanya
pemakaman.sekarang
sudah
hancur. Sedangkan
yang
kedua dibangun kira-kira
pada tahun 1830 di halaman depan Jin-de Yuan.
|
8
8.
San-yuan gong
Terletak di Jl. Jembatan Batu 45. Dibangun kira-kira pada tahun 1847. Klenteng
sekaliigus merupakan kantor pusat sebuah
persekutuan,
yang
rupanya
terbuka
bagi semua orang Hakka.
9.
Vihara Lupan
Terletak di Jl. Pinangsia I/47. Klenteng ini didirikan kira-kira sekitar tahun 1800.
Klenteng ini didirikan oleh persekutuan tukang kayu dan tukang mebel karena
klenteng ini juga berfungsi sebagai tempat perkumpulan bagi mereka.
10. Xuan-tan gong
Terletak di pelataran klenteng Jin-de Yuan di daerah petak Sembilan.
Didirikan
kira-kira pada tahun 1938.
11. Ci-hang an (Wihara Sila Amerta)
Terletak di Jl. Kemurnian V/208. Dibangun pada tahun 1962.
12.
Hui-ze miao
Klenteng
ini terletak di
halaman Jin-de Yuan di daerah Petak Sembilan.
Dibangun pada tahun 1964. Klenteng ini tidak memuja leluhur mereka namun
memuja
dewa-dewi
pelindung
mereka.
Klenteng ini didirikan oleh orang
bermarga Ye.
|
9
2.2. Analisa SWOT
Strength
1. Sumber-sumber yang terdapat dalam buku diambil dari abad ke-17.
2.
Banyak dokumen
yang
belum pernah
dipakai
dimanfaatkan
dalam tulisan-
tulisan tentang sejarah Ibukota untuk pertama kalinya, sehingga sejarah lebih
pasti.
3. Pengarang merupakan sinolog kenamaan.
Weakness
1.
Pangsa pasar yang relatif kecil, buku ini khususnya diminati kalangan
masyarakat tertentu.
2. Kurangnya sentuhan desain pada buku ini.
3. Tidak semua klenteng terdokumentasi dalam buku ini.
Opportunity
1. Buku yang membahas mengenai klenteng-klenteng yang menjadi bagian dari
kebudayaan Tionghoa di daerah Jakarta jumlahnya sangat jarang.
Treat
1. Banyak buku sejenis yang dikemas dengan lebih menarik dari segi desain dan
fotografi pada isi bukunya.
2. Kurangnya
minat
masyarakat
terhadap buku yang membahas tentang
kebudayaan.
|
10
2.3. Profil Target
Yang menjadi target audience dalam hal ini adalah :
1. Demografi
a. Kependudukan : Remaja hingga orang dewasa
b. Usia
: 20-50 tahun
c. Sex
: Pria dan wanita
d. Ekonomi
: Menengah ke atas (Level A dan B)
e. Pendidikan
: SMU dan Perguruan Tinggi
2. Geografi
a. Wilayah
:
Perkotaan
b. Daerah
: Tengah kota
3. Psikografi
a. Lifestyle
:
Tertarik
dengan
hal-hal
yang
berhubungan
dengan
kebudayaan dan arsitektur
b. Rutinitas
: Sekolah, kuliah atau bekerja
c. Perilaku
: Menghargai
hal-hal berupa peninggalan sejarah dan
kebudayaan
2.4. Rencana Penyusunan
Di bawah
ini
data
mengenai
rencana
penyusunan
dan
pembuatan
desain buku
Travel Guide Bangunan Merah Pecinan Jakarta, antara lain yaitu :
Judul
:
Travel Guide Bangunan Merah Pecinan Jakarta
Editor
:
CI. Salmon & D.Lombard
Desainer
:
Gunadi
|
11
Fotografer
:
Gunadi
Penerbit
:
PT. Gramedia Pustaka Utama
Spesifikasi
:
10 x 17 cm
Full color
Tebal
:
80 halaman
Harga
:
Rp. 125.000
Struktur Buku :
a. Cover
b. Daftar Isi
c. Napak Tilas
d. Isi
Bab 1. Bangunan Merah : Terdiri dari 12 klenteng yang terdapat di daerah
Pecinan
Jakarta, memuat data-data tentang
masing-masing klenteng berikut denah pada setiap
klenteng
Bab 2. Berdoa :
Berisikan kegiatan umat di dalam klenteng
e. Glosarium
f. Daftar Pustaka
g. Peta
2.5. Buku Pembanding Sejenis
Beberapa buku yang bisa dijadikan bahan pertimbanganan perbandingan dalam
pengumpulan
data
berkenaan
dengan
rencana
pembuatan
desain
layout
buku
Klenteng-klenteng di Pecinan Jakarta :
|
12
1. Judul Buku
:
HISTORICAL SITES OF JAKARTA
Pengarang
:
Adolf Heuken SJ
Penerbit
:
Yayasan Cipta Loka Caraka
Harga
:
Rp. 120.000
2 Judul Buku
:
GEREJA-GEREJA TUA DI JAKARTA
Pengarang
:
Adolf Heuken SJ
Penerbit
:
Yayasan Cipta Loka Caraka
Harga
:
Rp. 50.000
3. Judul Buku
:
MESJID-MESJID TUA DI JAKARTA
Pengarang
:
Adolf Heuken SJ
Penerbit
:
Yayasan Cipta Loka Caraka
Harga
:
Rp. 50.000
|
13
BAB 3
MASALAH DAN TUJUAN DESAIN
3.1. Identifikasi Masalah
1. Selama ini belum/jarang ada buku travel guide tentang klenteng.
2. Buku dengan tema klenteng &
vihara di Jakarta sudah baik dalam
hal
isi
dan penulisan, namun dari segi desain masih kurang.
3. Kurangnya minat generasi muda dalam menghargai situs-situs peninggalan
cagar budaya.
3.2. Rumusan Masalah
Bagaimana
mengangkat
tema
klenteng &
vihara
yang
ada
di
Pecinan
Jakarta ini agar dapat diterima oleh semua kalangan, agar masyarakat terbuka
pandangannya bahwa bukan hanya orang Tionghoa dan beragama Budhisme,
Taoisme dan Konfusiusnisme saja yang boleh mengunjungi klenteng, namun
seluruh
masyarakat
juga
dapat
mengunjungi klenteng-klenteng untuk melihat
sebuah budaya dan peninggalan yang telah bertahan lama menyaksikan jatuh
bangunnya kota Jakarta ini. Dikemas dengan penampilan visual yang menarik
sehingga
dapat
dipahami oleh pembaca
langsung
tanpa
harus
membaca kata-
kata yang terlalu panjang dan membosankan.
|
14
3.3. Tujuan Desain
1. Menyampaikan
informasi
mengenai
keadaan
di
sekitar
klenteng-klenteng
tersebut.
2. Memberikan gambaran pada masyarakat umum mengenai klenteng-klenteng
yang ada dalam tampilan visual yang menarik dan artistik.
3. Menarik minat masyarakat terutama generasi muda untuk menjaga dan
merawat situs-situs cagar budaya yang ada di Jakarta.
4. Memudahkan
masyarakat untuk
mengenal dan
mengetahui keberadaan
klenteng & vihara di sekitar Pecinan Jakarta dan tata cara keagamaannya.
|