BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1
Sumber Data
Data
dan
informasi
untuk
mendukung
Tugas
Akhir
ini diperoleh
dari berbagai
sumber, antara lain:
1.   Literatur : artikel elektronik dan non elektronik.
2.   Wawancara dengan Pak Heries selaku pengurus Museum Layang-layang.
3.   Kuesioner.
4.   Pengamatan Lapangan.
2.2
Sejarah Museum Layang – Layang
Adalah seorang pakar kecantikan dan dekorasi bernama Ibu Endang Widjanarko
Puspoyo
yang
jatuh
cinta
dengan
layang-layang
ketika
memasuki
usia
40-an.
Pada tahun 1970-an ia membeli sebuah layang-layang dari Amerika Serikat, tapi
bukan karena ia telah jatuh hati dengan permainan
tersebut
melainkan
karena
menurutnya layang-layang itu indah sebagai dekorasi rumah. Sejak itu ia semakin
tertarik dengan layang-layang dan mulai mengkoleksinya.
Selain
hobi
mengkoleksi
layang-layangnya
Ibu
Endang juga
mendirikan sebuah
Event Organizer bersama dua teman lainnya dengan nama Merindo. Event
  
Organizer
ini
umumnya
melayani
permintaan
acara
lomba
masak, aerobic,
dan
salah satunya atraksi layang-layang. Namun kemudian berkembang juga dengan
memproduksi layang-layang dan membuat workshop di sekolah-sekolah.
Karena hobi layang-layang Ibu Endang yang semakin berkembang akhirnya pada
tahun 1988 dibentuklah Merindo Kites & Gallery, sebagai wadah para pelayang,
yang
sering
mengadakan
festival layang-layang
baik
nasional
maupun
internasional. Festival
layang-layang internasional yang diselenggarakan pertama
kali oleh Merindo Kites & Gallery adalah pada tahun 1993 di Bumi
Serpong
Damai.
Pada tahun 1992 Ibu Endang membeli sebidang tanah di Jl. H. Kamang no. 38,
Pondok Labu, sebagai rumah tinggalnya. Namun dengan semakin meningkatnya
aktivitas Merindo rumah Ibu Endang sering kali dijadikan tempat kegiatan. Pada
saat
itu perkumpulan Ibu-ibu
yang tergabung dalam Indonesian
Heritage kadang
mengikuti workshop membuat layang-layang yang diadakan Merindo di teras
rumah Ibu Endang.
Walaupun telah mendirikan wadah bagi para pelayang Ibu Endang masih merasa
perlu
untuk
memberikan
sumbangsihnya
kepada bangsa, ia ingin agar layang-
layang tidak hilang dari kebudayaan Indonesia. Oleh karena itu beliau membeli
tanah di belakang rumahnya dan mengubah rumah tinggalnya menjadi Museum
Layang Layang Indonesia yang diresmikan pada tanggal 21 Maret 2003. Ide ini
  
menggugah  para  pelayang  Indonesia  untuk 
memberikan  sumbangan  berupa
layang-layang khas daerah masing-masing guna menambah koleksi layang-layang
Ibu
Endang untuk dipamerkan di dalam museum. Hingga kini koleksi
museum
telah
mencapai angka
500
buah
layang-layang,
terdiri dari 300
layang-layang
dalam negeri dan 200 layang-layang mancanegara.
2.3
Gambaran Umum Museum Layang – Layang
1.   Isi Museum
Museum yang dibangun dengan gaya Jawa ini memiliki tiga bangunan dimana
bangunan
utama
berupa
Joglo
merupakan museum. Memasuki wilayah
museum pengunjung dapat membayar tanda masuk di loket (Gambar 2.3.1.1)
pada
bagian samping
sebuah
bangunan yang memiliki ruang audio visual
(Gambar
2.3.1.2) dan
toko
kain
yang
juga dapat berfungsi sebagai
tempat
untuk 
belajar 
membatik 
atau 
dijadikan 
tempat 
untuk  pesta 
pernikahan
(Gambar 2.3.1.4).
Gambar 2.3.1.1
Gambar 2.3.1.2
  
Gambar 2.3.1.3
Gambar 2.3.1.4
Di
dalam ruang
audio
visual
(Gambar
2.3.1.3)
anda
akan
menonton
video
perkenalan tentang layang-layang, mulai dari sejarah, fungsi, jenis, hingga
beberapa festival yang pernah diadakan baik di dalam maupun luar negeri.
Gambar 2.3.1.5
Gambar 2.3.1.6
Gambar 2.3.1.7
  
Di  sebelah  kiri  terdapat  bangunan  terbuka  yang  merupakan  tempat  bagi
pengunjung yang ingin belajar membuat keramik (Gambar 2.3.1.5). Terdapat
banyak 
sekali 
meja 
dan  kursi 
dan 
karya-karya 
keramik 
yang  dipajang
(Gambar 2.3.1.6), selain itu di bagian belakang terdapat oven untuk membakar
keramik yang telah dibentuk (Gambar 2.3.1.7).
Gambar 2.3.1.8
Gambar 2.3.1.9
Bangunan   terakhir   di   bagian   belakang   adalah   bangunan   utama   yang
merupakan
sebuah
museum
(2.3.1.8). Merupakan bangunan berupa Joglo
terbuka yang dijadikan tempat workshop
membuat
layang-layang.
Di bagian
atap dan dinding dalam Joglo digantung berbagai macam layang-layang kreasi
baik dua dimensi maupun tiga dimensi. Selain layang-layang kreasi terdapat
juga beberapa layang-layang mancanegara. Pendopo joglo ini menyambung
dengan 
sebuah 
bangunan 
yang 
merupakan 
bangunan 
tertutup 
(Gambar
2.3.1.9).
Ruangan
bagian
dalam
merupakan
museum yang
sesungguhnya.
Ruangan
tersebut penuh
layang-layang dari berbagai pelosok Indonesia. Dimulai dari
  
Sumatera dari bagian kanan pintu terus
melingkari ruangan
hingga Sulawesi
di bagian kiri
pintu
masuk.
Di
bagian
tengah
terdapat
layang-layang
yang
terlalu
besar
untuk
digantung
di
dinding,
selain
itu
juga
terdapat
berbagai
macam alat untuk membuat layang-layang.
Gambar 2.3.1.10
Gambar 2.3.1.11
Gambar 2.3.1.12
Koleksi
yang
terdapat
di
Museum Layang-layang
Indonesia adalah
layang-
layang tradisional (Gambar 2.3.1.10), layang-layang kreasi baik dua dimensi
(Gambar 2.3.1.11) maupun tiga dimensi (Gambar 2.3.1.12), layang-layang
miniatur,  dan  layang-layang  olahraga.  Semua  koleksi  tersebut  mencakup
dalam negeri dan luar negeri.
  
Selain koleksi layang-layang yang mencapai 500 lebih, terdapat juga layang-
layang Indonesia pada jaman dahulu yang masih sangat sederhana terbuat dari
daun gadung.
2.   Kegiatan Di Dalam Museum
Gambar 2.3.2.1
Museum Layang
Layang
Indonesia
selain
memiliki
kegiatan
museum
tour
untuk
setiap pengunjung,
juga
memiliki workshop membuat layang-layang
(Gambar
2.3.2.1)
setiap
akhir tour.
Pengunjung
akan
diajari
merangkai
kerangka layang-layang,
menempel ke kertas kemudian
memotong kertas
sesuai
rangka
hingga
melukis
sendiri layang-layangnya.
Hasilnya
dapat
diterbangkan dan boleh dibawa pulang.
  
Gambar 2.3.2.2
Kegiatan
lain
yang
terdapat
di
Museum Layang
Layang
Indonesia
adalah
workshop membuat
keramik.
Pengunjung akan
diberi bahan
untuk
membuat
keramik
berupa keranjang dan akan
dibimbing dalam pembuatannya
hingga
tahap pembakaran. Hasil dapat diambil sekitar seminggu kemudian dan dapat
dibawa pulang.
Selain
2
workshop
yang
telah
disebutkan
museum juga
memiliki
workshop
membatik. Pengunjung akan diberikan alat untuk membatik dan selembar kain
berukuran 40
x
40
cm,
di
sana terdapat
guru
yang
akan
membimbing
dan
tahap pembuatan
batik ini juga
meliputi
pencelupan
dan
pengeringan.
Hasil
dari workshop ini boleh dibawa pulang.
3.   Jam Buka Museum dan Harga Tiket
Museum Layang-layang Indonesia buka setiap
hari kecuali
hari Jumat pukul
10.00 – 17.00 WIB.
  
Berikut adalah daftar harga tiket:
-
Tiket masuk Museum Layang-layang Indonesia
Rp. 10.000,-
(termasuk workshop membuat layang-layang)
-
Tiket workshop membuat keramik
Rp. 40.000,-
(hasil dapat dibawa pulang seminggu setelah workshop)
-
Tiket workshop membatik
Rp. 40.000,-
(hasil dapat langsung dibawa pulang)
4.   Fasilitas
Fasilitas yang disediakan oleh Museum Layang Layang Indonesia:
-
Lahan Parkir
-
Kantin
-
Toko Souvenir
-
Toilet
5.   Bentuk Promosi
Berikut 
adalah  satu-satunya  bentuk 
promosi  yang  dibuat  oleh  Museum
Layang Layang Indonesia
 
(Gambar 2.3.5.1)
  
(Gambar 2.3.5.2)
Gambar 
2.3.5.1 
merupakan 
bagian  depan 
brosur  Museum 
Layang 
Layang
Indonesia, sedangkan Gambar 2.3.5.2 merupakan bagian dalamnya.
2.4
Kompetitor
1.   Kompetitor Langsung
a.   Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta
Terletak di Jl. Pos Kota No. 2, Jakarta
Barat.
Awalnya
digunakan
sebagai
lembaga peradilan Belanda pada tahun 1870, pada masa pendudukan Jepang
dijadikan  asrama 
militer. 
Kemudian 
pada 
tahun 
1967  dijadikan 
kantor
Walikota
Jakarta
Barat,
tahun
1986
sebagai
kantor
Dinas
Museum
Sejarah
DKI Jakarta, sampai akhirnya pada
tanggal 20 Agustus 1976 diresmikan
menjadi Balai Seni Rupa yang akhirnya kini berganti nama menjadi Museum
Seni Rupa dan Keramik Jakarta.
Memiliki koleksi
seni rupa
sebanyak 400-an karya
yang terdiri dari berbagai
bahan dan
teknik yang berbeda. Selain koleksi karya seni rupa, museum ini
  
juga   memiliki   perpustakaan,   toko   cinderamata,   dan   menyelenggarakan
workshop membuat keramik.
Museum buka pada hari Selasa hingga Minggu pukul 9.00 – 15.00 WIB.
Berikut adalah harga tiket masuk:
-
Perorangan
Dewasa                                                                 Rp. 2.000,-
Mahasiswa                                                            Rp. 1.000,-
Anak-anak/Pelajar                                                Rp. 600,-
-
Rombongan (minimal 20 orang)
Dewasa
Rp. 1.500,-
Mahasiswa
Rp. 750,-
Anak-anak/Pelajar
Rp. 500,-
b. 
Rumah Keramik F. Widayanto
Rumah yang didirikan oleh seniman keramik F. Widayanto ini berlokasi di Jl.
Curug Agung No.1, Tanah Baru, Beji, Depok. Di rumah ini terdapat galeri
keramik yang memuat karya-karyanya, bengkel untuk menyelenggarakan
workshop keramik, dan rumah makan.
Berikut ini adalah daftar harga yang ditawarkan:
-
Tiket masuk
Rp. 5.000,-
-
Workshop membuat keramik
Perorangan
Rp. 50.000,-
  
Paket A (15-19 orang)
Termasuk makanan, pemandu, dan workshop
Rp. 200.000,-/orang
Paket B (20-30 orang)
Termasuk makanan, pemandu, dan workshop
Rp. 150.000,-/orang
2.   Kompetitor Tidak Langsung
-
Museum Fatahillah
-
Museum Nasional
-
Museum Tekstil
-
Dunia Fantasi, Ancol
-
Pondok Indah Mall
-
Plaza Senayan
-
Senayan City
-
Tempat-tempat hiburan di kota Jakarta lainnya.
2.5
Data Kuesioner
Dari survey
yang dilakukan kepada
50
orang
berusia
18-37
tahun, didapatkan
hasil
bahwa
penting
sekali
bagi
museum untuk
merancang
promosi
dengan
komunikasi
visual
yang
lebih
menarik
untuk
menghalau
pendapat
masyarakat
yang
mengatakan
museum membosankan
dan
kuno. Survey
mengatakan semua
orang dalam range umur tersebut pernah pergi ke museum tapi umumnya karena
program dari sekolah, kampus, atau organisasi.
  
Alasan
responden jarang
pergi
ke
museum
pun bermacam-macam. Yang paling
umum adalah tidak ada waktu atau tidak ada yang menemani, ini menunjukkan
walaupun 
mereka 
jarang  pergi 
ke 
museum 
namun 
mereka 
tetap 
memiliki
keinginan untuk pergi ke museum.
Sebagian besar tidak mengetahui keberadaan Museum Layang Layang Indonesia,
kalaupun tahu mereka belum pernah mengunjunginya. Hanya 4% dari responden
yang pernah mengunjungi museum tersebut dan mereka berpendapat sebenarnya
dengan
kegiatan-kegiatan
menarik
yang ada
di
museum
seharusnya
museum
tersebut lebih dikenal orang, namun karena promosi yang jarang dilakukan
masyarakat
menjadi
tidak
mengetahui keberadaannya.
Mereka
berpendapat
seharusnya museum tersebut lebih banyak melakukan promosi.
2.6
Target
Target
sasaran
adalah masyarakat
kelas
menengah,
terutama
keluarga
yang
berdomisili
di
jakarta.
Keluarga
adalah
tempat
dimulainya
pendidikan seorang
anak, namun sayangnya keluarga jaman sekarang yang tinggal di ibukota
cenderung
menghabiskan
waktu
luang
atau liburan
mereka
di
tempat-tempat
seperti mall, hotel, pantai, dll.
2.7
Analisa SWOT
Strength
-
Koleksi
museum
yang
mencapai
500
lebih
layang-layang
termasuk dari dalam maupun luar negeri.
  
-
Merupakan satu-satunya
museum di Indonesia yang
mengangkat tema
layang-layang.
-
Terdapat  berbagai  macam  workshop yaitu  membuat  layang-layang,
membuat keramik, dan membatik.
Weakness
-
Kurang dikenal oleh masyarakat.
-
Kurang aktif dalam melakukan promosi.
Opportunity
-
Masyarakat jaman
sekarang
mulai
meningkat
kembali
kepeduliannya
terhadap sejarah dan kebudayaan, bisa jadi dikarenakan trend indie dan
gaya vintage yang sedang mewabah saat ini.
-
Layang-layang akan dimasukkan sebagai salah
satu
mata pelajaran di
sekolah oleh pemerintah.
Thread
-
Masyarakat sudah kurang peduli dengan museum.
-
Masyarakat sudah kurang peduli dengan mainan tradisional.