2.6.1. Pengamatan
Cerita rakyat Betawi pada umumnya
dikenal
tapi
tidak
benar-benar
diketahui ceritanya secara
penuh,
kecuali
untuk
orang-orang
Betawi
asli
yang
tinggal di daerah pinggiran. Itu karena mereka mendapati cerita itu secara turun
menurun, yang juga ceritanya sudah mengalami perubahan dari cerita aslinya dan
makin lama makin tidak sejelas aslinya.
Sementara penduduk Jakarta yang sekarang belum tentu tahu secara
penuh cerita rakyat
Betawi kecuali
dari
film-film
layar
lebar dahulu kala seperti
Si Pitung (1975), dan Macan Kemayoran (1965).
Perkembangan jaman dan bombardir media akan makin melunturkan
budaya lokal, sebagai penduduk Jakarta bahkan sudah susah untuk
melihat
sebuah rumah gaya arsitektur Betawi dan
menikmati
tradisi-tradisinya
secara
langsung kecuali di daerah-daerah pinggiran dan cagar budaya seperti Babakan
Setu.
Demikian
juga
dalam mencari
buku
cerita
rakyat
Betawi,
terutama
dalam
kemasan yang apik dan menarik.
Sementara
itu
masyarakat
yang
lebih berpendidikan
dengan
status
sosial
ekonomi
yang
lebih tinggi
lebih tertarik dengan buku cerita
rakyat produksi
luar
negeri
dikarenakan
oleh
kemasan
yang
jauh
lebih
menarik
dan
visualisasinya
yang
jauh
lebih profesional. Kata
lebih keren,
nggak kampungan atau
lebih
bagus sering diutarakan oleh demografi berusia produktif (20-25 tahun) Bahkan
ada beberapa yang menganggap dongeng-dongeng luar
negeri mempunyai nilai
moral yang lebih bagus. Sudah serendah itukah citra cerita rakyat Indonesia?
|