BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Data dan Literatur
2.1.1
Wawancara
Djair Warni
Suasana di sebuah rumah mungil di belakang mushala kecil itu begitu
ramai. Suara video game berdesing diselingi riuh suara anak-anak. Rupanya,
bagian depan rumah itu dipakai untuk tempat penyewaan video game. Dari
dalam rumah yang terjepit di permukiman padat penuh gang tikus di kawasan
Matraman Dalam itu, tinggal Djair Warni dengan rambutnya yang keputih-
putihan adalah pencipta Jaka Sembung, tokoh komik pendekar dan jagoan komik
Indonesia.
Pandangan masyarakat terhadap Jaka Sembung:
Jaka Sembung sangat terkenal di masyarakat bahkan anak-anak
menjadikannya bahan gurauan meskipun mereka tidak mengetahuinya, bahkan
menurut Djair Jaka Sembung sudah menjadi legenda rakyat saat umurnya masih
30 tahun padahal legenda rakyat sendiri adalah cerita yang asal muasal dan
penulisnyanya tidak diketahui dan telah turun menurun. Suatu kali Djair
mendengar cerita dari seorang pemuda yang mengaku bertemu Jaka Sembung
saat sedang naik gunung. Ada juga beberapa orang lain yang sampai bertapa
5
|
6
untuk meminta kebajikan Jaka Sembung. Padahal menurut Djair, tokoh Jaka
Sembung itu benar-benar lahir dari alam khayalnya alias fiksi belaka.
Djair terus menggambar komik untuk tetap melatih diri walaupun
kemudian hanya dinikmati sendiri. Sewaktu-waktu dia membuat skenario untuk
sinetron Jaka Sembung, Si Tolol, atau Jaka Geledek. Karyanya yang banyak
terbit pada era tahun 1960-an hingga 1970-an itu selama ini tidak mendapatkan
royalti dan biasanya dijual putus.
Penyebab kevakuman komik Indonesia:
Djair berpandangan, salah satu penyebab kevakuman komik awal tahun
1980-an itu tak lepas dari suasana industri penerbitan yang tidak terlalu
mendukung penerbitan komik nasional. Sementara ekspansi dari luar terus terjadi
yang menyebabkan terputusnya satu generasi terhadap komik Indonesia.
Istilah Cergam dan komik:
Komik berasal dari kata comic yang berarti lucu, istilah ini dipakai di
seluruh belahan dunia. Di Indonesia sendiri saat ini mulai muncul istilah cergam
untuk menggantikan istilah komik. Menurut Djair hal ini merupakan interpretasi
dari masing-masing orang karena belum ada lembaga yang mensahkan istilah
tersebut. Cergam sendiri sebenarnya bukan suatu istilah melainkan sebuah
singkatan dari cerita bergambar. Menurutnya cergam itu adalah kumpulan cerita
dimana dilengkapi dengan gambar untuk memvisualisasikan cerita yang ada dan
gambar tersebut bersifat umum karena semua adegan atau kejadian harus dapat
|
7
dirangkum dalam sebuah gambar, beda dengan komik dimana tiap adegan
terangkai dalam susunan panel-panel dan lebih kompleks. Jadi tidak masalah
orang-orang akan menyebutnya komik atau cergam saat ini.
Perbedaan komik Indonesia saat ini:
Proses pembuatan komik saat ini sudah berbeda. Dulu komik menyerupai
karya seni karena seluruhnya dikerjakan oleh tangan manusia, semacam
keempuan, begitu istilah Djair. Sekarang sudah menjadi industri rakitan. Saat ini
membuat komik sama seperti membuat film, jauh lebih kolektif. Menurut Djair
jaman sekarang sudah berubah, semua serba cepat. Dahulu, saingan media visual
tidak ada. Sekarang sudah ada DVD, beragam acara televisi, dan macam- macam
lagi, dan itu semua bersifat visual sama seperti komik. Orang juga lebih senang
menonton karena itu komik tidak bisa bersaing.
Koleksi komik Jaka Sembung milik Djair saat ini:
Saat ini Djair tidak lagi menyimpan satu pun naskah asli karya atau
mengoleksi karya pribadi. Djair mengatakan, sebagian besar naskahnya sudah
menjadi milik penerbit lantaran dibeli putus. Waktu itu mesin fotokopi juga
masih langka. Sebagian habis dimakan rayap, dipinjam produser di film. Ada
yang dipinjam pacar anaknya dan akhirnya tidak dikembalikan. Djair juga tidak
menyimpan komik sendiri, biar orang lain saja yang membacanya.
|
8
2.1.2
Observasi Visual
Komik Jaka Sembung oleh Djair Warni
Komik Jaka Sembung karya Djair Warni dari gaya visual sangat
terpengaruh dengan gaya komik Amerika semi realis dengan penggunaan
shadow yang tegas. Panelnya masih sederhana dengan hanya menggunakan 2
atau 3 tiap halamannya. Narasinya sudah menggunakan balon kata dan caption
pada panel. Ide ceritanya sudah menarik karena mengangkat cerita yang dekat
dengan rakyat Indonesia, yaitu perlawanan rakayat melawan VOC Belanda.
Karakter Jaka Sembung yang sederhana dan taat beribadah membuatnya dekat
dengan kehidupan dan budaya bangsa Indonesia.
Namun bila dibandingkan dengan komikus-komikus pada jamannya,
visual komik Jaka Sembung ini masih dianggap kurang. Garis-garis coretan yang
kurang rapih dan penggunaan shadow yang terlalu banyak membuat gambar
terlihat kurang jelas dan juga gesture dari karakter-karakternya yang masih kaku.
2.1.3
Literatur
Komik
Komik berasal dari kata comic yang berarti lucu. Istilah komik awalnya
digunakan untuk menyebut pertunjukan komedi atau komedi panggung yang
umumnya dilakukan secara monolog di Amerika. Paralel dengan itu, di Inggris
muncul istilah cartoon yang berasal dari kata cartone, yang berarti karton/ kertas
|
9
keras. Saat itu karton digunakan untuk membuat sketsa lukisan istana yang
banyak berisi sindiran terselubung terhadap pejabat istana. Kemudian muncul
istilah cartoon strip untuk menyebut kartun yang dibuat dalam beberapa panel/
bingkai gambar. Di Amerika, karena cartoon strip isinya mirip dengan isi
monolog komedi, maka disebut komik strip. Komik strip ini dimuat di media
massa secara berkala. Dalam jangka waktu tertentu, komik strip ini dibundel
menjadi satu buku menjadi buku komik. Buku komik itulah yang kita kenal saat
ini.
Menurut Scott McCloud dalam bukunya Understanding Comics
definisi komik adalah seni berurutan dimana gambar dan lambang-lambang lain
terjukstaposisi dalam urutan tertentu. Saat ini komik lebih dikenal sebagai
medium dengan istilah sequential art hingga graphic novel. Jadi komik tidak
selalu bersifat lucu, tapi juga bisa merambah berbagai tema dari tragedi hingga
misteri. Perkembangan komik Indonesia jelas terpengaruh dari asal kata komik
itu sendiri, yaitu Amerika. Memang wayang atau relief candi sempat dikatakan
sebagai akar dari komik lokal. Tapi pada kenyataannya, walau wayang dan relief
candi memiliki prinsip sequential art komik Indonesia yang muncul tidak
mengacu ke sana. Jadi bila ditanya komik Indonesia itu yang seperti apa,
sebetulnya jawabannya tidak ada komik Indonesia yang sebenar-benarnya.
Dalam perkembangannya, komik tidak lagi berarti sebatas lucu, tapi juga
kejutan. Sebab dibalik kata lucu tersimpan kejutan. Tanpa kejutan, sesuatu tidak
bisa jadi lucu. Kelucuan terjadi karena ada lompatan dalam pikiran kita yang
|
10
umumnya berjalan linier. Sesuatu yang awalnya tampak melompat dan tidak
berhubungan ternyata ditemui hubungannya. Saat orang mengerti hubungannya,
disitulah ia menemui kejutan dan kelucuan. Tapi membangun kejutan dan
kelucuan itu ternyata bukan perkara mudah. Sebab struktur dan syarat yang
kompleks dibutuhkan untuk membuat sesuatu menjadi lucu atau mengejutkan. Di
antaranya harus ada proximity, contrast, dan punchline. Jadi sebetulnya, orang
yang bisa melucu itu sebenarnya orang yang cerdas. Sebab membuat komik tidak
hanya berarti membuat sebuah sebuah buku cerita komik dengan tokoh pahlawan
super atau semata-mata kegiatan menggambar di atas meja. Namun membuat
komik melibatkan hati, seluruh indera hingga tubuh. Jadi selain IQ, EQ & SQ,
PQ (physical quotient, kecerdasan tubuh) juga terlibat.
Jadi ketika kita bangun tidur dua jam sebelum waktunya, keluar rumah
berbicara dengan burung dan dedaunan, mandi satu baskom dengan anak-anak,
membuat sarapan sendiri dengan bentuk kebun binatang, naik sepeda hias
mengantar anak ke sekolah lalu ke kantor, menyalami semua orang di jalan
sambil menempelkan stiker di baju mereka, lalu pulang bawa oleh-oleh untuk
anak-istri yang dibuat dari sedotan di jam istirahat hingga membuat sandiwara
kecil sebagai cerita pengantar tidur anak, itu semua adalah kegiatan membuat
komik, sangat komikal, dengan seluruh jiwa. Aktivitas yang mungkin tadinya
cuma terpikir bisa kejadian di dunia komik, ternyata bisa membuat hidup kita
jauh lebih indah dan bahagia.
|
11
Sejarah Komik Indonesia
Sebenarnya komik Indonesia sudah ada sejak tahun 1930, pertama
muncul yaitu dalam bentuk komik strip di surat kabar. Menurut pengamat komik,
Imansyah Lubis, komik Indonesia pertama dimuat pada hari Sabtu, 2 Agustus
1930, di Sinpo, sebuah surat kabar Melayu-Cina saat itu. Komikusnya Kho
Wang Gie dan komiknya belum ada judul. Komik Indonesia memang masih
berupa komik strip pada masa 1930- 1950-an. Baru pada tahun 1952 komik
muncul dalam bentuk buku untuk yang pertama kalinya. Judulnya Kisah
Pendudukan Jogja karya Abdul Salam, merupakan "pembundelan" komik strip
dari surat kabar Daulat Rakyat. Tahun 1953-1956 komik kita diwarnai oleh
cerita-cerita superhero yang kemunculannya diilhami oleh komik Amerika
seperti Superman, Tarzan, dan Flash Gordon. Misalnya komik Indonesia masa
itu Sri Asih karya RA Kosasih dan Jakawana karya Adisoma.
Pada tahun 1955 dilakukan pembakaran komik secara massal oleh
pemerintah. Razia banyak dilakukan, termasuk di taman-taman bacaan. Karena
komik dianggap tidak mendidik, banyak adegan dan terlalu mengadaptasi budaya
barat. Untuk mengatasi situasi ini, muncullah komik wayang dan cerita daerah
untuk mengangkat budaya Indonesia. Maka, pada tahun 1956-1963 menjamurlah
komik-komik wayang. RA Kosasih dengan karya-karya wayang seperti
Ramayana dan Mahabharata mengalami masa jayanya. Komik lain di masa ini
misalnya Raden Palasara karya John Lo dan Ulam Sarinya Ardisoma.
|
12
Memasuki tahun 1960, minat membaca komik wayang menurun. Hal ini
jadi peluang bagi komik Medan, yang waktu itu lebih mengambil cerita rakyat
dan cerita aktual untuk muncul. Taguan Hardjo adalah salah satu dari beberapa
komikus yang berhasil membuat karya-karya yang sukses pada waktu itu.
Diantaranya adalah Hikayat Musang Berjanggut, Kapten Yani dan Perompak
Lautan Hindia, serta Keulana. Tahun 1963-1965 komik kita banyak membawa
pesan-pesan propaganda politik Orde Lama. Isinya banyak mengenai perjuangan
melawan neokolonialisme, pemberontakan, dan ideologi.
Akhir tahun 1965, ketika keadaan negara lebih stabil, komik yang
populer bukan lagi komik politik, tetapi roman remaja yang menyorot kehidupan
metropolitan remaja saat itu. Jan Mintaraga, Sim, dan Zaldy adalah tiga dari
sekian banyak komikus yang membuat komik roman remaja. Namun karena
sebagian besar adalah adegan percintaan, komik ini sempat mengalami zaman
razia polisi tahun 1967 sehingga popularitasnya menurun. Lalu muncullah komik
superhero gelombang kedua, komik silat, dan dongeng anak tahun 1968 - 1980.
Beberapa karya yang cukup fenomenal misalnya Si Buta dari Gua Hantu-nya
Ganes TH, Hans Jaladara dengan Panji Tengkorak, dan Jaka Sembung karya
Djair. Komik Amerika juga terlihat lagi pengaruhnya. Misalnya, Laba-laba
Merah karya Kusbramiaya yang kelihatan banget diinspirasi oleh Spiderman. Di
masa ini komik-komik lama, seperti Hikayat Musang Berjanggut karya Taguan
dan Mahabharata dicoba diterbitkan ulang, tetapi kalah bersaing.
|
13
Dalam 10 tahun terakhir ini komik Indonesia banyak mengalami
perubahan. Komik indie (istilah pendek dari independen) mulai semakin banyak
dan semakin meneguhkan identitasnya. Komik diproduksi secara swadaya
dengan cara difotokopi dan disebarluaskan terbatas biasanya di pameran-
pameran atau di distro dalam jumlah yang terbatas.
Dekade 2000-an menjadi saksi turun gunungnya para komikus senior dari
pertapaannya. Sebagian dari mereka mulai berkarya lagi, seperti Mansjur
Daman, Kelana, Gerdi W.K., dan Djair Warni, mengikuti jejak Hans Jaladara
dan Dwi Koendoro, yang tetap berkarya ketika para komikus lainnya vakum
sejenak. Beberapa komikus lain, seperti Hasmi, Kus Bram, R.A. Kosasih, dan
N.B.C. Sukma, tampil dalam beberapa kesempatan walaupun bukan untuk
membuat komik lagi. Beberapa judul komik pun dicetak ulang, seperti serial
Mahabharata dan Ramayana-nya R.A. Kosasih, Gundala (Hasmi), Godam (Wid
N.S.), Labah-labah Merah (Kus Bram), serta Si Buta dari Gua Hantu (Ganes
Th.).
2.1.4
Visi dan Misi
Komik Jaka Sembung dibuat oleh Djair Warni dengan visi misi untuk
mengangkat budaya Indonesia lewat komik sehingga komik Indonesia dikenal di
mancanegara karena budaya Indonesianya yang membedakannya dengan komik-
komik dari negara-negara lainnya.
|
14
2.2 Data Pendukung
2.2.1
Penerbit
M&C
M&C singkatan dari Magazine & Comics atau dalam bahasa Indonesia:
Majalah & Komik merupakan penerbit komik di Indonesia. Kata magazine
dalam M&C dipilih karena saat dibentuk, M&C merupakan unit komik dari
kelompok Gramedia Majalah. Selain itu, pada saat nama M&C ini diciptakan,
sudah mulai dibuat beberapa produk yang content-nya merupakan mix dari
majalah dan komik. Pada awalnya, M&C hanya menerbitkan komik-komik
Disney seperti Donal Bebek dan Paman Gober dan komik-komik Hong Kong.
Ukuran album-albumnya pun seperti ukuran majalah biasa.Dalam
perkembangannya, M&C kemudian juga mulai menerbitkan komik-komik
Jepang (manga), Hong Kong (manhua), Korea (manhwa), Indonesia, Amerika
dan Eropa.
M&C comics kini merupakan unit tersendiri bernama Komik Majalah
dari Gramedia Majalah, dan bersaing dengan Elex Media Komputindo yang juga
bagian dari kelompok Gramedia dalam penerbitan komik di Indonesia. Di
kalangan komunitas komik di Indonesia, M&C biasa disebut dan ditulis sebagai
MNC. M&C adalah brand image yang digunakan untuk Unit Komik Majalah
dari Gramedia Majalah. Awalnya, M&C dibentuk untuk menjadi wadah dari
seluruh produk komik yang diproduksi oleh Gramedia Majalah, di mana pada
|
15
saat itu, produk-produk yang dominan adalah Album Walt Disney dan Hong
Kong.
Dalam perkembangannya, Komik Majalah menjadi unit tersendiri, yang
menerbitkan komik-komik Hong Kong, Jepang, Eropa. Dan kini mulai
berkonsentrasi pada komik-komik Amerika, Eropa, Mandarin, dan Indonesia.
2.2.2
Kompetitor
2.2.2.1 Manga
Komik Jepang atau yang lebih dikenal dengan sebutan manga
adalah satu fenomena yang menarik dalam perkembangan dunia
perkomikan di Indonesia. Bukan hanya dapat menguasai pasar komik di
Indonesia, tapi lebih dari itu juga memunculkan keinginan untuk juga
membuat komik bagi pembacanya. Hal ini juga didukung oleh bentuk
visual dari manga yang sederhana sehingga semua orang dapat
menggambarnya dengan mudah.
Kedekatan antara komik dengan pembacanya yang sering
menempatkan pembaca pada sudut pandang pertama sehingga seolah-
olah terlibat langsung dalam tiap adegan dapat dirasakan dalam
penerapan teknik motion line (garis-garis kecepatan yang membuat latar
belakang menjadi kabur akibat gerakan yang sangat cepat) serta
penggunaan prinsip masking efek (penggambaran karakter secara kartun
digabung dengan latar belakang yang realis).
|
16
Berbeda dengan industri komik Amerika, komikus memiliki hak
atas karakter yang mereka ciptakan, kadang dibagi dengan penerbit
mereka. Seperti halnya sutradara film, maka yang dikenal dan diikuti
adalah komikusnya, bukan karakter ciptaannya. Sehingga dengan mudah
komikus bisa menyelesaikan sebuah cerita dan membuat cerita dengan
karakter yang berbeda. Komikus bekerja sendiri dan berbeda dengan
Amerika yang sering bekerjasama dengan penulis cerita.
2.2.2.2 Komik Amerika
Komik Amerika muncul pada akhir abad ke-19 dengan format
komik strip di koran-koran, umunya bertemakan humor dengan visual
yang sederhana. Komik-komik tersebut kemudian diterbitkan juga dalam
bentuk kumpulan komik yang total halamannya berkisar 24 sampai 52
halaman.
Zaman keemasan komik Amerika pada tahun 1935 sampai 1945.
Tapi yang menjadi tonggak bersejarah adalah munculnya seorang
pahlawan super, yaitu Superman. Muncul dengan judul Man of Steel
pada majalah Action Comic terbitan DC Comics, karya Jerry Siegel dan
Joe Shuster ini membuat industri komik berkembang pesat menjadi besar.
Dalam 1 tahun setiap edisinya terjual 900.000 eksemplar dan setiap edisi
khususnya terjual lebih dari 1 juta eksemplar.
|
17
Di Indonesia sendiri komik Amerika masih merupakan komik
impor dari Amerika walaupun sekarang ada penerbit yang menerbitkan
beberapa judul komik Amerika yang sudah diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia. Hal ini karena kualitas cetak yang lebih bagus dan
lebih update. Komik-komik Amerika impor dapat dijumpai di toko komik
yang khusus menjual komik- komik Amerika ataupun membeli lewat
internet. Pembaca di Indonesia kebanyakan tertarik dengan komik
Amerika antara lain karena visualnya yang bagus dan juga ceritanya yang
menarik dan kompleks.
2.2.3
Target
2.2.3.1 Psikografi
Sangat bervariasi karena range umur dan pendidikan target yang
sangat luas, dan semuanya hobi membaca komik
2.2.3.2 Demografi
Ekonomi
: S.E.S A, B dan C
Umur
: 10 - 45 tahun
Gender
: Laki-laki
Pendidikan
: SD, SMP, SMU, profesional
2.2.3.3 Geografi
Kota besar tahun 1980an, dimana media hiburan masih sedikit
|
![]() 18
2.2.4
Perubahan Visual
Gaya visual dalam komik semakin berkembang seiring dengan perjalanan
waktu. Hal ini dapat dilihat dari komik-komik Amerika dan Jepang. Di Amerika, Marvel
sebagai salah satu industri komik terbesar di sana memiliki perubahan gaya gambar yang
sangat banyak pada komik-komiknya, selain karena pengerjaannya dikerjakan oleh artist
yang berbeda-beda. Misalnya pada komik Spiderman pada tahun 60-an dengan tahun
2000, perbedaannya sangat terasa sekali baik dari segi proporsi bentuk dan pewarnaan,
hal ini terjadi juga karena adanya perkembangan teknologi dan teknik dari industri
komik itu sendiri. Dulu penggunaan warna masih terbatas karena masih sedikit dan lebih
mahal dibanding hitam putih, tapi sekarang dengan menjamurnya software-software
untuk mendukung pembuatan komik dan banyaknya percetakan membuat pengerjaan
komik semakin mudah dan cepat.
Gambar 2.1 Cover komik Spiderman tahun 60-an
Gambar 2.2 Cover komik Spiderman tahun 90-an
|
19
Sedangkan di Jepang, perubahan gaya terjadi namun hanya sedikit dikarenakan
perbedaan sistem industri komik di Amerika. Dimana di Jepang komikus mengerjakan
1 judul komik dari awal hingga akhir sehingga perubahan gaya hanya sedikit tapi tidak
meninggalkan ciri khas komikus itu sendiri, contohnya pada karya Adachi Mitsuru yaitu
Touch tahun 1983 dan komiknya saat ini Cross Game, perbedaan tidak terasa besar,
hanya perubahan pada bentuk mata karakternya.
Karena itu penyesuaian gaya visual komik dengan waktu penting, agar generasi
berikutnya juga tertarik untuk membacanya tanpa kehilangan pembaca dari generasi
yang terdahulu.
2.3 Faktor Pendukung dan Penghambat
Faktor pendukung:
adanya komikus-komikus Indonesia yang kualitasnya diakui di luar negeri
kebangkitan komik Indonesia tahun 1992
sudah banyak komunitas-komunitas komik di Indonesia
banyak bermunculan komik-komik indie dan underground
terbitnya beberapa komik mainstream karya anak Indonesia
mulai ada cetakan ulang dari komik Indonesia jaman dulu
Faktor penghambat:
menjamurnya komik dari luar Indonesia
masyarakat umum lebih suka komik dari luar
|
20
penerbit kurang tertarik menerbitkan komik Indonesia
jeda waktu kevakuman komik Indonesia yang cukup panjang
belum ada gaya visual yang menjadi identitas dari komik Indonesia
|