BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Data & Literatur
2.1.1 Data Wawancara
Maraknya cersil di tahun-tahun ‘jadul’ memang masih terasa dampaknya
hingga sekarang.
Hal
ini bisa dilihat dari
munculnya
forum-forum penggemar
cersil
dan
cetakan
ulang
yang
sedang
berlanjut.
Tidak
lupa toko buku
‘peninggalan jaman keemasan’, salah satunya yaitu Pustaka Jaya Globe.
Pustaka Jaya Globe adalah toko buku yang berdiri pada tahun 2002 dan
menyediakan cerita-cerita klasik (terbitan lama) dan tentu saja cersil. Toko ini
terletak di Plaza Globe, Pasar Baru, Jakarta Pusat. Toko kecil ini menual
ratusan koleksi Bapak Herman Sutanto. Beliau adalah penggemar karya karya
Jin Yong dan Liang Yusheng, kalau sudah membaca, tidak bisa berhenti,
paparnya. Menurut beliau sangat disayangkan bahwa generasi muda lebih
tertarik kepada komik Jepang dari pada cersil. Tetapi beliau cukup puas dengan
kebangkitan
cersil
akhir-akhir
ini
yang
ditandai
dengan
munculnya forum-
forum penggemar
cersil
dan
terbitnya
kembali
cersil
dalam cetakan
ulang.
Berbeda dengan
Chen
Wei
An (pengamat
dan
penulis cersil),
beliau
justru
lebih menyarankan pada generasi muda untuk menikmati cersil yang lama
daripada
membuat
cersil
yang baru. Menurut beliau
susah rasanya
bila
mau
menyamai Jin Yong atau Gu Long. Menanggapi karya KPH, pencetakan ulang
|
yang terlalu sering dianggapnya
membuat karya KPH
menjadi berkesan
murahan, meskipun laris manis di pasaran.
Bagi generasi bapak Herman Susanto, Jin Yong dan Gu Long mungkin
saingan
berat
bagi
Kho
Ping
Hoo,
tetapi untuk generasi sekarang persaingan
makin ketat. Aminus Sentosa, pemuda berusia 28 tahun yang berprofesi
sebagai insinyur mesin ini memang penggemar
berat cersil baik media lama
(novel)
maupun
media baru
(komik,
film).
Serbuan
media
baru
dari
negeri
Cina
memang sangat
gencar. Mulai dari
film
serial televisi
(yang dijual juga
dalam bentuk VCD/DVD), film layar lebar (bahkan sampai tembus Holywood),
hingga cergam dan
komik.
Menurutnya
cersil
yang disajikan
dalam bentuk
komik itu plotnya lebih terpaku, jadi imajinasi pembaca tidak bisa berkembang
bebas. Membuat komik cersil juga butuh pemahaman tinggi sehingga mampu
memodifikasi cerita menurut kebutuhan.
2.1.2 Tinjauan Cersil
Dalam bukunya,
“Cersil
Bukan
Bacaan
Jadul!?”,
Chen
Wei
An
menyatakan bahwa cersil mampu dan cukup berkualitas untuk dinikmati
pembaca dari berbagai macam generasi, termasuk generasi muda. Dalam buku
ini beliau juga menceritakan sejarah cersil dari negeri Tiongkok dan profil
penulis cersil kenamaan termasuk KPH (satu-satunya penulis Indonesia yang
disinggung). Chen Wei
An juga mendukung
generasi muda sekarang untuk
lebih produktif dan
mampu
menciptakan cersil sendiri. Buku ini juga memuat
saran dan masukan beliau kepada calon penulis cersil.
Mengenai karya-karya
|
Kho Ping Hoo, beliau berpendapat bahwa karya-karyanya memang stereotip
seperti
cersil
pada
umumnya,
tetapi yang
menjadi
keunikan
KPH
adalah
kandungan falsafah implisit yang terurai panjang dalam setiap karya-karyanya.
Hal inilah yang menjadi nilai lebih KPH dibanding penulis yang lain. Selain itu
beliau
juga berpendapat
bahwa
KPH
adalah
puncak
dari penulis cersil
Cina
Indonesia sampai saat ini. Hal ini dibuktikan dengan diangkatnya cersil KPH
menjadi serial televisi di SCTV bertajuk ‘Legenda Kho Ping Hoo’ walaupun
hanya sempat tayang beberapa episode.
2.1.3 Tinjauan Cergam
Dalam buku
Basic
Visual
Concepts
and
Principles oleh
Charles
Wallschlaeger dan Cynthia Busic-Snyder, dijelaskan bahwa gambar dan warna
adalah salah satu bentuk pola penyampaian pesan yang dapat berfungsi untuk
mendramatisir,
memperjelas,
meningkatkan nilai visual, bahkan sampai
mempengaruhi sikap audience. Teori diatas memang sangat relevan,
hal ini
dibuktikan dengan munculnya literature yang menggunakan pendekatan visual,
salah satu contohnya yaitu cergam.
Definisi cergam (kependekan dari cerita bergambar) memang masih agak
kabur. Cergam, menurut majalah Concept vol 04 edisi 20 th 2007, diidentikan
dengan komik Indonesia jaman dulu yang lebih condong ke arah sequential art,
masksudnya
gambar yang lebih bersifat naratif dalam bentuk panel-panel
(walaupun
ditunjang
dengan
kata-kata). Mungkin hal ini disebabkan cergam
sudah
memiliki
‘kepribadian’ yang cukup kuat
jika diartikan sebagai ‘komik
|
Indonesia’, seperti manga sebagai ‘komik Jepang’. Tetapi jika ditinjau dari arti
harafiah, cergam tidak identik dengan komik. Menurut Djair Warni, pengarang
komik
“Jaka
Sembung”,
cergam berbeda
dengan
komik,
cergam
tidak
menggunakan
sistem panel
tetapi kombinasi
teks
dengan
visual
pada
layout,
kemudian gambar pada cergam cenderung lebih umum, tidak mendetail seperti
pada komik. Komik memang salah satu bentuk cergam, tetapi aplikasi cergam
tidak
hanya dengan komik,
melainkan bisa dengan cerita bergambar (cergam)
itu sendiri.
Cergam atau
buku
bergambar
atau
picture
book
atau
apapun
sebutan
lainnya
memang
melekat
dengan
label
‘untuk
anak-anak’.
Dalam karya
tulisnya
tentang
buku
ilustrasi, Dr.
A.
Waller
Hastings
dari
Northern State
Univeristy, menyatakan bahwa buku ilustrasi tidak hanya diciptakan untuk
kalangan
anak-anak,
melainkan juga bagi
pembaca
dewasa. Sebut saja
judul
“Fly Away Home”, “The Wall”, dan “Smoky Night” karya Eve Bunting atau
“Cathedral, Underground, Unbuilding” karya David Macaulay maupu
“Cowboy Stories” karya Barry Moser dan Peter Glassman yang
mengangkat
tema-tema
yang lebih dewasa
namun tetap bertahan di jalur cergam dari pada
komik yang berpanel.
Komik
memang
menjadi salah satu media
yang paling populer
saat
ini.
Cersil juga tak luput dari jangkauan komik. Telah banyak cersil (di Cina) yang
diadaptasi dalam bentuk komik. Namun ada juga yang bergerak di jalur
cergam, contohnya adalah roman klasik “Legend of Three Kingdom”, “Water
|
Margin”,
“Journey to the West”, dan “Judge Bao”
yang pernah diterbitkan di
Indonesia oleh Elex Media.
Pada
lingkup
tugas
akhir
ini
cergam yang
dimaksud
adalah
cerita
bergambar
dalam arti
harafiah,
yaitu
cerita
yang
disisipi
gambar
sebagai
pendramatisir serta pemanis visual.
2.1.4 Angket/Survey Lapangan
Dalam survey lapangan ini kami menyebarkan angket ke pada 100 orang
berusia 17-25 tahun dengan presentasi laki-laki 65% dan perempuan 35% yang
suka membaca bacaan populer seperti komik, novel, cerpen, dan sejenisnya.
Survey
ini
mengamati bacaan populer di kalangan
remaja/dewasa-muda
yang
hasilnya dapat diambil poin-poin penting seperti:
•
49% menyatakan hanya
menyukai buku cerita bergambar (komik, cergam,
novel grafis), 30% menyukai cerita tanpa gambar (novel, cerpen), dan 31%
sisanya
menyukai
keduanya.
Jadi 75%
dari
keseluruhan
responden
menyukai buku cerita bergambar.
•
Alasan-alasan
yang dikemukakan para pecinta buku cerita bergambar
yakni: lebih mudah dibaca, lebih banyak varian, lebih mudah didapat, lebih
menikmati gambar/ilustrasi, juga sebagai gaya hidup.
•
75% dari seluruh
responden
yang
menyukai
buku
cerita
bergambar,
67%
diantaranya (50%
dari
keseluruhan
responden)
setuju
bahwa kualitas
gambar sangat mempengaruhi kualitas sebuah buku cerita bergambar.
|
•
46% dari seluruh responden yang menyukai buku cerita tanpa gambar
beranggapan bahwa novel maupun cerpen menarik karena gaya penceritaan
dan plot yang menarik dan imajinasi pembaca dapat bergerak bebas saat
membaca.
•
Untuk responden umum (tidak terikat range usia dan gender), menyatakan
30%
memilih
novel,
dan
70%
memilih
komik.
40%
berpendapat komik
lebih mudah dibaca.
Sementara
dalam
survey
yang
lain,
kami
mengamati
ke
dalam
forum
penggemar cersil. Hasilnya adalah sebagai berikut:
•
67% lebih menyukai membaca novel silat, sedangkan 33% sisanya memilih
membaca komik silat (contoh: karya-karya Tiger Wong)
Dari survey di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
•
Cersil
lebih disukai dalam format
novel karena pembaca lebih dapat
berimajinasi
juga
penceritaan
dalam
bentuk
novel
sudah
menjadi
tradisi
bagi dunia cersil Indonesia (lihat jaman keemasan cersil).
•
Buku cerita bergambar, khususnya komik, sangat populer di generasi
sekarang.
•
Cergam (lihat
ruang
lingkup
tugas
akhir
dan
tinjauan
cergam pada
bab
2.1.3) menjadi mendia yang cocok untuk menjembatani cersil bagi generasi
sekarang. Adanya gambar/ilustrasi bisa memudahkan pengertian pembaca,
|
![]() juga menarik
minat pembaca, namun
tidak mengekang imajinasi pembaca
seperti dalam komik, sehingga penceritaan cersil bisa lebih optimal.
2.1.5 Data Buku dan Alur Cerita
Buku ini diterbitkan dengan judul yang sama yaitu “Tiga Dara Pendekar
Siauw Lim” yang ditulis oleh penulis cersil peranakan yaitu Asmaraman
Sukowati
Kho
Ping
Ho.
Buku
ini
semula
ditulis
dalam 9
seri
dan
cetakan
terakhir dibuat dalam format 10,5cm x 14cm x 64 halaman tiap edisi. Format
ini
juga
dijadikan
standar
pencetakan cersil Kho
Ping Ho
yang
produksinya
dipegang oleh CV Gema di Surakarta. Cover dikerjakan oleh
illustrator
bernama Soebagyo. Selain cover, ada juga sisipan ilustrasi sebanyak 1-2
halaman di seri tertentu.
Gambar 2.1.5.1 Cover Terbitan 2005 CV Gema
|
![]() Gambar 2.1.5.2 Contoh Halaman Dalam
Secara keseluruhan buku ini bercerita tentang petualangan tiga dara
pendekar di dunia persilatan yang dilatarbelakangi kemelut yang terjadi antara
Kekaisaran Cina dengan Perguruan Silat Siauw Lim Pai.
|
Cerita ini dibagi menjadi tiga buku dimana masing-masing ketiga dara ini
menjadi pusat cerita dalam tiap buku. Pada buku yang pertama cerita berpusat
pada Siang Lan, saudara tertua dari ketiga dara pendekar ini. Pada buku yang
pertama
ini diceritakan bagaimana pendekar Siauw
Lim Pai, Yap Sian Houw,
menemukan Siang
Land an adik-adiknya yang
masih kecil, Hwe Land an Siu
Lan,
dan
kemudian
mendidik
mereka sebagai
guru
dan
orang
tua
angkat
bersama saudara
perjuangannya
Thian
Hwa
Nikouw
dan
bibi
gurunya
Toat
beng
Sia
Kouw.
Kemudian
akibat
percekcokan antara kekaisaran
dan
Siauw
Lim Pai,
Yap
Sian
Houw berurusan dengan
pengawal
kekaisaran
dan
gugur
karena
luka
akibat
pertempuran
ini. Ketiga dara ini bersumpah untuk
membalaskan dendam orang tua angkatnya, dan memulai petualangan mereka.
Perjalanan mereka terhalang oleh pasukan pengawal kaisar, dan akhirnya
mereka terpisah sendiri-sendiri. Siang Lan yang terpisah dari kedua adiknya
karena mengejar salah satu dalang terbunuhnya Yap Sian Houw malah bertemu
dengan
kelompok
penjahat Iblis Bunga
Merah. Terdesak oleh gembong
penjahat
ini, Siang
Lan
secara
tidak
sengaja ditolong oleh
seorang
pemuda
yang menarik yaitu Kui Hong An. Setelah kejadian itu Siang Lan mencari jejak
kedua adiknya, namun ia tidak menemukan apa-apa, dan melanjutkan
perjalanan
ke
Kota
Raja
untuk
membalas
dendam Yap
Sian
Houw
kepada
perwira pengawal kaisar Lee Song Kang. Setibanya di Kota Raja, ia malah
mengalami kejadian yang membingungkan, dari kepergok sebagai buronan
kekaisaran, kemudian ditolong oleh keluarga kerajaan, sampai akhirnya ia
menemukan jejak adik-adiknya dan satu rahasia tentang masa lalu yang tidak
pernah ia ketahui.
|
Dalam buku
yang kedua, dikisahkan
perjalanan Siu
Lan si
bungsu dari
ketiga
dara
pendekar.
Semenjak
berpisah dengan kedua kakaknya ia pun
bertualang
mengikuti pesan gurunya
untuk
menemui
Lee
Song
Kang
dan
membalas dendam Yap
Sian
Houw.
Di dalam perjalanan
ia
juga
mengalami
beberapa kejadian seperti bertarung melawan ular raksasa, bersitegang dengan
kawanan bandit, dan sayembara pertarungan
melawan
murid
murid Go Bi Pai
yang sesat. Dalam sayembara itu ia bertemu kembali dengan seorang pemuda
yang ia jumpai waktu baru saja turun gunung dengan kakak-kakaknya. Pemuda
berwajah tampan dan berilmu tinggi ini menarik hati Siu Lan. Mereka berdua
menjadi teman dan melakukan perjalanan ke Kota Raja bersama-sama sampai
suatu saat pemuda bernama The Sin Liong ini menceritakan bahwa perwira
pengawal kaisar bernama
Lee Song Kang yang dicari Siu Lan dan kakak-
kakaknya adalah paman angkatnya, dan
tak
mungkin
ia
membantu
Siu
Lan
untuk
membalas dendam. Mereka bertarung dengan sengit. Sampai
titik
tertentu mereka berhenti dan memutuskan untuk berpisah jalan. Dengan hati
yang terenyuh Sui Lan melanjutkan perjalanannya dan akhirnya ia menemukan
Hwe Lan kakaknya.
Perjalanan Hwe Lan di ceritakan di buku yang terakhir. Semenjak
berpisah dengan kedua saudarinya ia dikepung oleh perwira pasukan pengawal
kaisar Wai Ong Kok Su bersama kedua muridnya Gui Kok Houw dan Souw
Cong
Hwi.
Ia
tertangkap
dan
dipenjara
di
Kota
Raja.
Secara
mengejutkan
Souw
Cong
Hwi
yang
terpana
oleh kecantikan Hwe
Lan
secara
diam-diam
membebaskan Hwe Land an menyembunyikan di rumahnya. Ayah Souw Cong
|
Hwi, Pangeran Souw Bun Ong memberitahu Hwe Lan bahwa Lee Song Kang
telah dipindah tugaskan ke kota lain. Hwe Lan langsung memutuskan untuk
kembali
mengejar
Lee
Song
Kang.
Dalam perjalanannya
ia bertemu dengan
adiknya Siu Lan. Mereka berdua bahu-membahu menumpas penjahat penipu
dengan kedok Dewi Bunga Merah yang tidak lain adalah Iblis Bunga Merah
yang pernah dijumpai oleh Siang Lan. Sesampainya di rumah Lee Song Kang
Hwe Lan malah dikejutkan dengan kenyatan bahwa Lee Song Kang secara
mengejutkan adalah ayah kandung mereka. Bingung dan kecewa oleh
kenyataan
ini, Hwe Lan
lari
menyendiri. Di
tengah jalan
ia bertemu dengan
Kui Hong An yang mengira dirinya adalah Siang Lan. Kui Hong An
memutuskan
untuk membantu Hwe Lan untuk mencabut nyawa Lee Song
Kang. Tetapi saat mereka berdua menyerbu rumah ayahnya didapatinya kedua
saudarinya
telah
tertangkap
oleh Wai
Ong
Koksu
dan
gerombolannya.
Walaupun
dibantu
dengan kedatangan Souw
Cong
Hwi
dan
The
Sin
Liong,
tetap saja Wai Ong koksu dan gerombolannya yang bermaksud untuk
mengkambinghitamkan Lee Song Kang atas kejahatan putrid-putrinya terhadap
kekaisaran berada di atas angin. Untunglah Pat Ju Sin Kai dan Toat Beng Sia
Kouw dating untung menolong mereka semua. Setelah kalah, Wai Ong Koksu
kabur meninggalkan keluarga itu yang akhirnya hidup bahagia.
|
![]() 2.2 Data Pendukung
2.2.1 Data Penerbit (PT. Wastu Lanas Grafika)
Penerbit
yang paling
tepat
untuk buku ini
adalah
Wastu
Lanas
Grafika
(WLG) yang
merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang penerbitan, di
mana perusahaan ini telah mencetak beberapa buku cerita silat lama dan baru.
Perusahaan yang berdiri di Surabaya pada tahun 2004 ini memiliki visi dan misi
untuk
turut
serta
ikut
serta dalam meningkatkan
minat
baca
pada
masyarakat
Indonesia pada umumnya, dan bagi penggemar cerita silat khususnya. Cerita
silat yang baru-baru ini diterbitkan contohnya adalah serial Pendekar Wanita
Penyebar Bunga karya Liang Yu Sheng, Harimau Kemala Putih karya Gu Long
terjemahan Tjan ID, juga berbagai buku terjemahan Oey Kim Tiang (OKT) dan
Tjan ID, dan penerjemah lainnya.
Gambar 2.2.1 Contoh Cersil Terbitan WLG
|
WLG juga memiliki jalur distribusi yang cukup luas karena buku-
bukunya juga dijual di toko-toko buku besar seperti Gramedia juga toko-toko
khusus distributor cerita silat seperti Toko Buku Ongbing di Surabaya dan Toko
Buku Sandjaya di Jakarta. Selain itu WLG juga bekerjasama
dengan forum
penggemar cerita silat seperti Masyarakat Tjerita Silat (MTjersil)
2.2.2 Data Kompetitor
Kompetitor
buku
ini
dibagi
menjadi
tiga
kategori,
yang pertama
adalah
competitor
utama,
yaitu
cersil
(cerita
silat). Cersil
dibagi
menjadi
dua
berdasarkan formatnya. Yang pertama adalah cersil berformat novel, jenis
inilah
yang
kerap
kali
disebut
sebagai ‘cersil’
oleh
para
penggemar
cersil,
sedangkan cersil yang lain dengan format komik di kalangan masyarakat
umum sudah lebih dikenal dengan sebagai ‘komik’ ketimbang ‘cersil’. Novel
cersil sudah banyak yang diterbitkan ulang berupa cetakan baru, apalagi
dengan munculnya Masyarakat Tjerita Silat yang secara aktif menerbitkan
cersil sampai sekarang. Sedangkan cersil komik kebanyakan masih buatan Cina
yang
diterbitkan
oleh
penerbit
lokal, contohnya
adalah,
komik-komik
karya
Tiger Wong.
|
![]() Gambar 2.2.2.1 Contoh Novel Cersil
Gambar 2.2.2.2 Contoh Komik Silat
Kategori yang kedua yaitu kompetitor berdasarkan jenis buku yaitu buku
cerita bergambar. Di Indonesia, buku bergambar masih didominasi oleh buku
anak yang kebanyakan isinya adalah
cerita
dongeng
atau
cerita
keagamaan.
Sedangkan
untuk
pembaca
yang lebih
dewasa
ada
Lagak
Jakarta
oleh
Benny&Mice
atau Kartun Peradaban Larry
Gonnick
yang
lebih bersifat
humoris dengan layout yang lebih bebas (campuran antara buku cerita
bergambar dan komik).
|
![]() Gambar 2.2.2.3 Contoh Buku Bergambar Untuk Anak
Lalu secara umum kompetitor yang akan dihadapi adalah bacaan populer,
contohnya adalah komik Jepang atau yang biasa disebut manga, dan juga
komik Cina yang disebut juga manhua. Serbuan manga ke Indonesia mungkin
mulai marak dengan terbitnya komik
Doraemon dan Dragon
Ball. Manga
memang
berkembang
sangat
pesat
di
seluruh dunia, pengerjaannya sangat
profesional, selalu mengikuti kemauan pasar, menyuguhkan berbagai macam
merchandise yang menarik, sering diangkat jadi film animasi, jelas saja bacaan
ini sangat diminati generasi muda. Sedangkan di sisi lain
manhua,
menjadi
komik bernuansa
cersil yang sangat kental
yang juga banyak dinikmati
|
penggemar
cersil.
Tiap
minggu
beberapa penerbit
seperti
Elex
Media
Komputindo, Level Comic, M&C dan yang lainnya pasti mengeluarkan
beberapa terbitan baru, belum lagi penerbit yang lisensinya belum jelas. Selain
itu komik-komik Amerika
juga mulai gencar semenjak banyak jagoan atau
superhero yang diangkat ke layar lebar
sehingga
memikat
hati
para
penontonnya. Belum lagi dari dunia novel, semenjak booming film Lord of the
Ring dan Harry Potter, mulai muncul novel novel fantasi seperti Eragon,
Series of Unfortunate Event, The Bartimeus Trilogy, Septimus Heap, dll yang
juga banyak yang sudah diangkat ke layar lebar. Dengan kondisi yang seperti
ini bagaimana mungkin karya-karya KPH yang dikemas secara (maaf) sangat
kurang baik, mampu menarik minat para pembaca baru.
2.2.3 Target
Pada
tahun kejayaannya,
karya KPH dibaca oleh
‘sejuta
umat’.
Dalam
bukunya “Dari Penjaja Tekstil Sampai Superwoman”, Myra Sidharta
memaparkan bahwa pada saat itu karya KPH dibaca dari tukang becak sampai
jendral militer. Sekarang yang masih menggandrungi cersil KPH hanya ‘orang-
orang tua’ yang dulu merupakan penggemar setia, dan sebagian kecil
masyarakat (penggemar cersil).
Yang
menjadi
target
primer
dalam publikasi cergam Kho Ping
Hoo
ini
adalah remaja/dewasa-muda yang tertarik dengan cersil. Sehingga cergam ini
mampu meregenerasi penggemar cersil terhadap cersil Cina-Indonesia.
Sedangkan
yang
menjadi
target
sekunder
dalam
publikasi
cergam ini
adalah pembaca yang kebanyakan tertarik dengan bacaan populer, dengan
|
cergam ini diharapkan dapat memperkenalkan cersil terhadap masyarakat
umum dan
meningkatkan
minat
masyarakat
terhadap
cersil
Cina-Indonesia
seperti pada masa kejayaannya.
2.3 Analisa SWOT
Strength
•
Nama
Kho Ping
Hoo sudah cukup terkenal
di
masyarakat umum, bahkan
cerita silat bisa diidentikan dengan KPH. Hal ini juga didukung oleh supply
buku-buku cersilnya yang terus menerus.
•
Pengalaman
beliau
dalam
menulis
cerita silat
sudah
tidak diragukan
lagi.
Ratusan karya telah beliau hasilkan. Ada yang mencatat 120 judul, ada yang
mencatat 400 judul.
•
Karya
KPH
termasuk
dalam
salah
satu
karya
sastra
Indonesia
yang
legendaris,
dibanding
cersil
lainnya yang
merupakan
karya
saduran
atau
terjemahan.
Weakness
•
Menurut
penggemar
cersil
senior,
walaupun
cukup
terkenal,
kualitas
karya
KPH masih kalah jauh dibanding penulis luar seperti Jin Yong dan Gu Long.
Lalu pemasarannya yang bertubi-tubi malah membuat KPH terkesan
murahan.
•
Sajian yang kurang menarik dilihat dari segi visual. Hal ini mencakup layout,
ilustrasi pendukung, bahan, dan format media.
|
•
Salah persepsi dari masyarakat. Persepsi masyarakat umum yang memandang
cersil sebagai bacaan jadul. Bahkan tidak banyak masyarakat umum sekarang
yang masih muda beranggapan bahwa buku-buku KPH itu buku komik.
Opportunity
•
Mulai
bangkitnya
cersil
pada
tahun
2000an. Ditandai
dengan
mulai dicetak
ulang cersil-cersil klasik.
•
Munculnya forum-forum penggemar cersil di
internet yang
menandai bahwa
generasi sekarang juga ada yang teretarik dengan cersil.
•
Kesempatan
untuk booming
yang
cukup besar.
Hal
ini dapat
ditinjau dari
kejayaan masa 60an, dan kesuksesan cersil di luar negeri yang masih
berlanjut.
Threat
•
Kompetisi dari
luar
negeri
yang
sulit
untuk ditandingi.
Hal
ini tidak
hanya
mencakup
komik-komik
Cina
karya
Tony
Wong
atau
yang
lainnya,
tetapi
juga
serbuan
komik
dan
novel
dari luar
yang
menjadi
pilihan
utama
konsumen.
|