3
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Data
Data yang diperoleh melalui :
a.   Wawancara dengan narasumber terkait
Wawancara ini
bertujuan untuk
mendapatkan data-data mengenai pelaksanaan
festival Cheng Ho mulai tahun 2005-2007.
b.   Data data dari internet
Data-data
ini
merupakan
data
pendukung
yang
melengkapi
hasil
wawancara
dengan narasumber.
c.
Kepustakaan
Merupakan data yang diambil dari buku-buku yang berkaitan dengan topik .
2.1.1
Biografi singkat Laksamana Cheng Ho
Cheng
Ho
(Tionghoa
Tradisional:
??
, Tionghoa Sederhana:
?
?
,
Hanyu Pinyin: Zhèng
, Wade-Giles: Cheng Ho; nama asli:
?
?
?
Hanyu Pinyin: Ma Sanbao; nama Arab: Haji Mahmud) (1371 -
1435),  adalah  seorang  pelaut  dan  penjelajah
Tiongkok
terkenal  yang
melakukan beberapa penjelajahan antara tahun 1405 hingga 1433.
Cheng
Ho
adalah
seorang
kasim
Muslim yang
menjadi
orang
kepercayaan Kaisar Yongle dari
Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424),
  
4
kaisar  ketiga  dari  Dinasti  Ming.  Nama  aslinya  adalah  Ma  He,  juga
dikenal  dengan  sebutan  Ma  Sanbao  (
?
??
),  berasal  dari  provinsi
Yunnan.
Ketika
pasukan
Ming
menaklukkan Yunnan,
Cheng
Ho
ditangkap  dan  kemudian  dijadikan  orang  kasim.  Ia  adalah  seorang
bersuku
Hui,
suku
bangsa yang
secara
fisik
mirip
dengan suku
Han,
namun beragama Islam.
Cheng Ho berlayar ke Malaka pada abad ke-15. Saat itu, seorang
putri 
Tiongkok,  Hang  Li  Po  (atau  Hang  Liu),  dikirim  oleh  kaisar
Tiongkok untuk menikahi Raja Malaka (Sultan Mansur Shah).
Pada
tahun
1424,
kaisar
Yongle
wafat.
Penggantinya, Kaisar
Hongxi
(berkuasa
tahun
1424-1425,
memutuskan untuk
mengurangi
pengaruh
kasim
di
lingkungan kerajaan.
Cheng
Ho
melakukan satu
ekspedisi  lagi  pada  masa  kekuasaan  Kaisar  Xuande  (berkuasa  1426-
1435).
2.1.2
Pelayaran Cheng Ho
Laksamana Cheng Ho
benar-benar merupakan raja
laut dalam
arti
sebenarnya. Sementara
para
pelaut
bangsa
Eropa
lebih
tepat
disebut
penjelajah
semata.
Perbandingan
itu
bisa
dilihat
dalam
jumlah
awak
kapal
yang
mereka
bawa.
Bartolemeus Dias,
orang
pertama
yang
melintasi ujung selatan Afrika (Tanjung Harapan) hanya
menggunakan
tiga kapal jenis Caravel yang berisi 170 orang.
  
5
Sementara
perjalanan
Christopher Colombus
yang
memulai
pelayaran 3
Agustus 1492
juga
menggunakan tiga kapal
buatan bangsa
Spanyol. Pertama, kapal
Santa
Maria,
kapal
terbesar
yang
dinahkodai
Colombus sendiri. Dua kapal lainnya adalah Nina dan Pinta
yang
lebih
kecil. Jumlah awak kapal tiga bahtera itu hanya 104 orang.
Mari melihat
armada Cheng Ho.
Jumlah armadanya mencapai 357
kapal
dengan 27.800 awak
kapal.
Bukan
itu
saja,
ada 62
kapal
Cina
berukuran
besar
yang
disebut
jung,
panjangnya mencapai
132
meter
dengan
lebar
54
meter.
Itu jelas
lebih
besar
dibandingkan kapal-kapal
bangsa Eropa yang berukuran separuh atau bahkan seperlima lebih kecil
dibandingkan jung Cina.
Cheng Ho berangkat dari Nanking pada 15 Juli 1405 atas perintah
misi kerajaan dari Kaisar
Yung
Lo atau
Zhu
Di dari Dinasti Ming. Itu
artinya, sekitar 87 tahun sebelum perjalanan Colombus.
Bahkan dalam segi
lama penjelajahan, Cheng Ho benar-benar tidak
tertandingi. Selama
28
tahun
ia
menjelajahi dunia
mulai
dari
daratan
Cina,
semenanjung Malaka,
Indonesia
(Sumatera,
Jawa),
India, Jazirah
Arab,
hingga ke
Mogadisu di
Afrika Timur.
Ada sekitar 30
negara ia
singgahi
selama
itu.
Misi
politik
dan
perdagangan ia
emban
bagi
kaisarnya.
Ia
melakukan perjalanan
itu
sebanyak
tujuh
kali.Konvoi
armada
Cheng
Ho
di
laut
biru
itu
mirip
dengan
kawanan awan
yang
berarak-arakan di langit.
  
6
Gambar 2.1. : Perbandingan kapal Jung (
kapal
harta ) milik Cheng Ho tahun 1405
dengan kapal Santa Maria milik
Colombus tahun 1492/1493
Tabel 2.1. :  Pelayaran Cheng Ho tahun 1405-1433
Pelayaran
Waktu
Daerah yang dilewati
Pelayaran ke-1
1405-1407
Champa,
Jawa,  Palembang,
Malaka,
Aru,
Sumatra, Lambri, Ceylon, Kollam, Cochin,
Calicut
Pelayaran ke-2
1407-1408
Champa,  Jawa, 
Siam,  Sumatra,  Lambri,
Calicut, Cochin, Ceylon
Pelayaran ke-3
1409-1411
Champa, Java, Malacca, Sumatra, Ceylon,
Quilon, 
Cochin,  Calicut,  Siam, 
Lambri,
Kaya, Coimbatore, Puttanpur
Pelayaran ke-4
1413-1415
Champa,
Java,
Palembang,
Malacca,
Sumatra,
Ceylon,
Cochin,
Calicut,
Kayal,
  
7
Pahang,
Kelantan,
Aru,  Lambri,
Hormuz,
Maladewa,  Mogadishu, 
Brawa, 
Malindi,
Aden, Muscat, Dhufar
Pelayaran ke-5
1416-1419
Champa, Pahang, Java,
Malacca, Sumatra,
Lambri, 
Ceylon,  Sharwayn, 
Cochin
Calicut,
Hormuz,
Maldives, Mogadishu
Brawa, Malindi, Aden
Pelayaran ke-6
1421-1422
Hormuz,  Afrika  Timur,  negara-negara  di
Jazirah Arab
Pelayaran ke-7
1430-1433
Champa,
Java,
Palembang,
Malacca,
Sumatra,  Ceylon,  Calicut,  Hormuz...  (17
politics in total)
Cheng Ho
memimpin tujuh ekspedisi ke
tempat
yang disebut oleh
orang China Samudera Barat (Samudera Indonesia). Ia membawa banyak
hadiah
dan
lebih
dari
30
utusan
kerajaan ke
China
-
termasuk
Raja
Alagonakkara dari Sri Lanka, yang datang ke China untuk meminta maaf
kepada Kaisar.
Catatan
perjalanan Cheng
Ho
pada
dua
pelayaran
terakhir,
yang
diyakini
sebagai pelayaran terjauh,
sayangnya dihancurkan oleh
Kaisar
Dinasti Ming
  
8
2.1.3
Cheng Ho dan Indonesia
Cheng Ho
mengunjungi kepulauan di
Indonesia selama tujuh
kali.
Ketika ke Samudera Pasai,
ia memberi lonceng raksasa
"Cakra
Donya"
kepada Sultan Aceh, yang kini tersimpan di museum Banda Aceh.
Tahun
1415,
Cheng
Ho
berlabuh
di
Muara
Jati
(Cirebon), dan
menghadiahi beberapa
cindera
mata
khas
Tiongkok
kepada
Sultan
Cirebon. Salah satu peninggalannya, sebuah piring
yang bertuliskan ayat
Kursi masih tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon.
Pernah
dalam
perjalanannya melalui
Laut
Jawa,
Wang
Jinghong
(orang kedua dalam armada Cheng Ho) sakit keras. Wang akhirnya turun
di
pantai Simongan,
Semarang, dan
menetap
di
sana.
Salah satu
bukti
peninggalannya antara lain Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu) serta
patung
yang
disebut
Mbah
Ledakar Juragan Dampo
Awang
Sam
Po
Kong.Cheng
Ho
juga
sempat
berkunjung
ke
Kerajaan
Majapahit pada
masa pemerintahan raja Wikramawardhana
2.1.4
Kelenteng Sam Poo Kong di Semarang
Gambar 2.2 : Klenteng Sam Poo Kong , Semarang
  
9
Gedung
batu
Sam Po
Kong
adalah
sebuah petilasan. yaitu bekas
tempat
persinggahan dan
pendaratan
pertama
seorang
Laksamana
Tiongkok bernama Zheng He / Cheng Ho (
)
atau lebih lazim dikenal
sebagai Sam Po
Tay Djien.
Terletak di
daerah Simongan, sebelah barat
daya Kota Semarang.
Disebut Gedung Batu karena bentuknya merupakan sebuah Gua
Batu besar yang terletak pada sebuah bukit batu. Sekarang tempat
tersebut dijadikan tempat peringatan dan tempat pemujaan atau
bersembahyang serta tempat untuk berziarah. Untuk keperluan tersebut,
didalam gua batu itu diletakan sebuah altar, serta patung-patung Sam Po
Tay Djien.
Menurut
cerita,
Laksamana Zheng
He
(
)
sedang
mengadakan
pelayaran menyusuri pantai laut Jawa dan sampai pada sebuah teluk atau
semenanjung. Karena
ada
awak
kapalnya
yang
sakit,
ia
memerintahkan
membuang sauh.
Kemudian
ia
menyusuri sungai
yang
sampai sekarang
dikenal dengan sungai Kaligarang. Ia mendarat disebuah desa, Simongan.
Setelah
sampai
didaratan,
ia
menemukan sebuah
gua
batu
dan
dipergunakan
untuk
tempat
bersemedi
dan
bersembahyang. karena
ia
tertarik dan
merasa tenang ditempat itu,
ia
memutuskan untuk sementara
waktu
beristirahat dan
menetap
ditempat
tersebut.
Sedangkan awak
kapalnya yang sakit dirawat dan diberi obat dari ramuan dedaunan yang
ada disekitar tempat itu.
  
10
Konon,  setelah  Zheng  He  (
)  meninggalkan
tempat  tersebut
karena
ia
harus
melanjutkan pelayarannya, banyak awak kapalnya
yang
tinggal di desa Simongan dan kawin dengan penduduk setempat. Mereka
bersawah
dan
berladang
ditempat
itu.
Zheng
He
memberikan
pelajaran
bercocok-tanam dan
dimalam hari
mereka
berkumpul didalam
gua
batu
dan
Zheng
He
memberikan
pelajaran
serta
ajaran-ajaran tata
cara
pergaulan hidup
di
dunia.
Cara
bersyukur
kepada
Sang
Pencipta
serta
menghormati para leluhur - nenek moyang.
Sehingga setalah
Zheng
He (
)
meninggalkan tempat
itu untuk
melanjutkan
pelayarannya, mereka
yang
tinggal
di
Simongan,
secara
teratur
melakukan pemujaan dan penghormatan kepada
Zheng He
guna
menghormati
jasa-jasanya. Sekarang
peringatan
atau
sembahyang
dilakukan pada setiap tanggal satu dan lima belas.
Zheng He
(
)
mendapat penghargaan dengan diangkat
menjadi
Thai Kam dengan gelar San Po atau Sam Po. Seorang
Thai Kam adalah
seorang pejabat yang dekat dengan keluarga Kaisar. Dan sejak itu Zheng
He lebih dikenal dengan sebutan Sam Po Thai kam. Karenanya Zheng He
sering juga di sebut Sam Po Tay Djien atau Sam Po Toa Lang.
Tay Djien dan Toa Lang artinya orang besar. Mereka memuja Sam
Po Kong sebagai
orang yang
patut
dihormati dan
dijunjung tinggi
serta
dimohon berkahnya.
Disebelah  kiri  gua  batu  itu  terdapat  sebuah  batu  piagam,  batu
berukir
tersebut diukir dalam tiga bahasa: China, Indonesia dan
Inggris.
Baru  berukir  tersebut  dibuat  khusus  untuk  memperingati  kedatangan
  
11
Zheng
He
(
)
di Kota Semarang,
dan
merupakan
sumbangan
dari
keluarga Liem Djing Tjie pada tahun 1960.
2.1.5
Program Acara Sam Poo Kong festival 2008
Festival Cheng Ho
adalah sebuah event
yang diadakan pemerintah
Kota
Semarang
bertepatan dengan HUT Klenteng Sam Poo
Kong
yang
diperingati  setiap  tanggal  29  Juni  .  Event  ini  bekerja  sama  dengan
Capung
Organizer ,
Persatuan Islam
Tionghoa Indonesia dan
beberapa
sponsor lain .
Tujuan  penyelenggaraan
event  ini  adalah  memperkenalkan
Sam
Poo
Kong
sebagai
salah
satu
icon
wisata
di
Semarang serta
menginformasikan nilai-nilai
historisnya
kepada
masyarakat
luas
khususnya masyarakat Indonesia .
Informasi Acara
Pelaksanaan
:
Jumat-Minggu ( 27-29 Juni 2008 )
Lokasi
:
Kompleks Klenteng Agung Sam Poo Kong
Kegiatan
:
Pameran relic dan fotografi , Seminar , Pemutaran film
Launching
buku  Sam
Poo  Kong  ,  Pagelaran
seni  dan
beberapa lomba .
Waktu
:
Pk.10.00-22.00 WIB
Harga tiket
:
* Tiket masuk : Rp 35.000,00
* Tiket pendaftaran lomba :
-
Lomba Lampion : Rp 100.000,00 / karya
  
12
-
Lomba Barongsay : Rp 100.000,00
-
Lomba Rampak Bedug : Rp 75.000,00 / orang
* Tiket Seminar : Rp 50.000,00 ( Umum )
Rp 35.000,00 ( Mahasiswa )
Susunan Acara
:
Tanggal 27-29 Juni 2008 | Pk. 10.00-22.00 | Plaza Utama
Pameran 
Relic 
benda-benda  peninggalan  Cheng 
Ho   dan 
Pameran
fotografi karya Michael Yamasita dari National Geographic Indonesia
Jumat, 27 Juni 2008
Gedung Serba Guna
Pk.10.00
Pembukaan  Festival  Cheng  Ho 
dan  peresmian
kompleks
Klenteng Sam
Poo
Kong
yang
telah
direvitalisasi sepenuhnya
Pk.13.00-15.00
Launching  buku 
“Sam  Po 
Kong 
-
Perjalanan
Pertama” karya Remy Silado
Pk. 15.30-17.30
Lomba Lampion
Pk. 18.30-22.00
Lomba Barongsay
Pendopo
Pk. 15.30-17.00
Pagelaran “Bedhaya Layar Cheng Ho”
Pk. 17.30-18.00
Pertunjukan wayang Poo Tay Hie
Pelataran Samping Gedung Serba Guna
  
13
Pk. 18.00-22.00           Festival Lampion (
Pameran
lampion
hasil karya
peserta lomba )
Sabtu,28 Juni 2008
Gedung Serba Guna
Pk. 10.00-12.00
Lomba Rampak Bedug
Pk. 13.00-16.00           Seminar    “    Sumbangan    Cheng    Ho    dalam
Perkembangan Kehidupan
dan
Kerukunan
antar
umat di Nusantara “
Pk. 18.00-22.00
Festival makanan peranakan
Pendopo
Pk. 16.30-17.30
Pertunjukan wayang Poo Tay Hie
Pelataran Samping Gedung Serba Guna
Pk. 18.00-22.00           Festival Lampion (
Pameran
lampion
hasil karya
peserta lomba )
Minggu,29 Juni 2008
Gedung Serba Guna
Pk. 10.00-12.00
Pemutaran perdana film Laksamana Cheng Ho
Pk. 13.00-15.00
Fashion Show “Batik Lasem”
Pk. 15.30-20.00
Pagelaran kesenian
dan
budaya
(  Puncak
Ulang
Tahun Sam Poo Kong )
  
14
Pk. 21.00
Pengumuman  pemenang 
lomba 
dan  penutupan
festival Sam Poo Kong
2.1.6
Data Penyelenggara
2.1.6 a Visit Indonesia 2008
Sebagai endorsing pelaksanaan event ini
2.1.6 b Pemkot Semarang
Sebagai pencetus dan fasilitator Sam Poo Kong festival 2008
2.1.6 c Departemen Pariwisata Jateng
Sebagai pendukung pelaksanaan event ini
2.1.6 d Capung Organizer
Capung
Organizer
sebagai
penanggung
jawab
pelaksanaan
festival Cheng Ho
2.1.7
Target Audience
a. Target Primer
Demografi : Pria dan Wanita , SES A-C , 20-40 tahun
Geografi
:
Berdomisili di Semarang atau wilayah Jawa
Psikografi  :  Aktif  ,  dinamis  ,  menyukai  hal-hal  bersifat  baru
seperti
kisah-kisah historical
dan
memiliki
sifat
sosialisasi tinggi
b. Target Sekunder
Wisatawan lokal yang ingin mengunjungi Sam Poo Kong
Demografi : Pria dan Wanita , SES A-C
  
15
Geografi
:
Berdomisili di Semarang atau wilayah Jawa
Psikografi
:
Aktif , dinamis ,
menyukai
hal-hal berbau seni dan
karya artistik .
2.2
Analisa
Strength
Festival  ini  merupakan  festival  budaya  yang  bersifat  universal  ,  dapat
dinikmati semua kalangan yang ada
Event yang diadakan pada tahun 2005 mampu menarik minat cukup banyak
wisatawan khususnya wisatawan lokal yang berasal dari Semarang
Fakta-fakta baru mengenai sosok laksamana Cheng Ho dapat menarik minat
masyarakat untuk lebih mengenalnya
Weakness
Masih banyak masyarakat yang belum mengerti nilai sejarah dan keunikkan
yang dimiliki Sam Poo Kong
Kurangnya sarana promosi yang informatif dan menarik dalam segi visual
Event 
yang  diadakan 
sebelumnya  cenderung  hanya  bersifat 
menghibur
sehingga pengunjung tidak menangkap esensi diadakannya event ini
Opportunity
Komunitas
Tionghoa
di
Semarang
yang
cukup banyak
memberi
perhatian
pada perayaan festival ini
  
16
Pemerintah kota Semarang sangat mendukung diadakannya event ini sebagai
salah satu sarana promosi pariwisata Semarang.
Revitalisasi kompleks Sam Poo Kong yang telah lengkap dapat memfasilitasi
pelaksanaan event ini dengan baik dan membuatnya menjadi salah satu icon
wisata di Semarang
Treath
Event-event
lain
yang
juga
mengambil
materi peringatan pelayaran Cheng
Ho , seperti yang diadakan di Singapore terasa lebih menarik dan meriah
Keengganan sebagian masyarakat untuk berpartisipasi dalam event ini karena
beranggapan bahwa event ini hanya ditujukan untuk komunitas Tionghoa