21
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Kualitas (Quality)
Dari  segi  linguistik
kualitas  berasal  dari  bahasa  latin  quails  yang  berarti
‘sebagaimana  kenyataannya’.  Definisi  kualitas  secara  internasional  (BS EN ISO
9000:2000) adalah
tingkat
yang 
menunjukkan  serangkaian  karakteristik 
yang
melekat dan memenuhi ukuran tertentu (Dale, 2003;4)
Dalam
konteks
pembahasan
tentang
pengendalian proses   
statistikal,
terminologi
kualitas
didefinisikan
sebagai
konsistensi
peningkatan
atau  perbaikan
dan 
penurunan 
variasi 
karakteristik  dari 
suatu 
produk  (barang  dan/atau 
jasa)
yang dihasilkan,   
agar   
memenuhi    kebutuhan    yang    telah   
dispesifikasikan,
guna meningkatkan kepuasan
pelanggan
internal
maupun
eksternal.
(Vincent
Gaspeerz, 1998, p1)
Mutu
adalah
sesuatu
yang
di
putuskan oleh
pelanggan,
bukan oleh
insinyur
atau
oleh
pemasaran
dan
manajemen
umum.
Mutu
di
dasarkan
pada
pengalaman
actual   pelanggan 
terhadap 
produk   atau   jasa,   diukur   berdasarkan 
persyaratan
pelanggan
tersebut
dan
selalu
mewakili
sasaran
yang
bergerak
dalam
pasar
yang
penuh persaingan. (Feigenbaum, 1992)
Menurut Feigenbaum (1992, p7) mutu produk dan jasa di definisikan sebagai
keseluruhan gabungan
karakteristik produk
dan
jasa
dari
pemasaran,
rekayasa,
pembikinan dan
pemeliharaan
yang
membuat
produk
dan
jasa
digunakan
untuk
memenuhi harapan-harapan pelanggan.
Kualitas
adalah
total
composite
product dan
karateristik pelayanan
dari
marketing,
engineering,
manufaktur, dan
maintenance;
yang
mana
produk
dan
pelayanan yang digunakan akan mempertemukan harapan konsumen. (Feigenbaum)
  
22
Kualitas,
sebagaimana
yang
diaplikasikan pada
produk
yang
dihasilkan
industri mempunyai arti karakteristik atau grup atau kombinasi dari karakteristik yang
membedakan satu artikel dari lainnya atau produk hasil manufaktur dari para pesaing,
atau satu tingkatan produk dari sebuah pabrik tertentu kepada tingkatan lainnya dari
pabrik yang sama. (Radford).
Perluasan
kualitas
ditentukan
dengan
seberapa
bagus
karekteristik kualitas
yang
sebenarnya
(kebutuhan
konsumen,
diekspresikan dalam
bahasa
konsumen)
dihubungkan dengan
karakteristik
kualitas
pengganti
(spesifikasi
produk,
diekspresikan produser dalam bahasa teknik. (Ishikawa)
2.2
Statistical Process Control ( SPC )
Statistical     process     control     dalam    pengertiannya    secara    umum
merupakan kumpulan dari
metode - metode 
produksi    dan    konsep    manajemen
yang  
dapat digunakan     untuk    
mendapatkan     efisiensi,     produktifitas,     dan
kualitas    untuk memproduksi   produk   yang   kompetitif   dengan   tingkat   yang
maksimum, SPC
melibatkan  
penggunaan signal  
signal  
statistik  
untuk
meningkatkan  performa  dan untuk  memelihara  pengendalian  dari  produksi  pada
tingkat
kualitas  yang
lebih tinggi. (Gerald Smith, 1996, p1 )
Pengendalian   proses   statistical  (Statistical  Proces Control  =  
SPC)
adalah suatu   terminologi   yang   mulai   digunakan   sejak   tahun   1970-an   untuk
menjabarkan penggunaan  teknik  -  teknik  statistikal  (statistical  techniques)  dalam
memantau     dan 
meningkatkan     performansi     proses     menghasilkan     produk
berkualitas.
Pada 
tahun 1950-an    sampai    tahun    1960-an    digunakan    terminologi
Pengendalian   
Kualitas Statistikal   (Statistical  Quality  Contro =   SQC)   yang
memiliki  pengertian  sama dengan  
Pengendalian   Proses  
Statistikal  
(Statistical
Process 
Control 
SPC). (Vincent Gasperz, 1998, hal 1).
Pengendalian  
kualitas    merupakan  
aktivitas    teknik    dan    manajemen,
melalui  mana  kita    mengukur    karakteristik    kualitas    dari    output    kemudian
  
23
membandingkan hasil  pengukuran  itu  dengan  spesifikasi  output  yang  diinginkan
pelanggan,  serta mengambil   tindakan   perbaikan   yang   tepat   apabila ditemukan
perbedaan   
antara performansi aktual dan
standar.
Pengendalian
proses statistikal
merupakan suatu metodologi pengumpulan dan analisa data kualitas, serta penentuan
dan interpretasi pengukuran - pengukuran yang menjelaskan 
tentang 
proses   dalam
suatu
system
industri,
untuk  
meningkatkan kualitas
dari
output
guna
memenuhi
kebutuhan dan ekspektasi pelanggan.
2.2.1  
Tujuan dari
SPC
Berikut merupakan tujuan utama dari SPC : ( Gerald Smith, 1996, p4 )
Meminimasi biaya produksi.
Memperoleh     kekonsistenan    
terhadap    
produk     dan    
servis     yang
memenuhi
spesifikasi produksi dan keinginan konsumen.
Menciptakan
peluang -  peluang
untuk
semua
anggota
dari
organisasi
untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas.
•   Membantu
karyawan
management
dan
produksi
untuk 
membuat
keputusan
yang
ekonomis     mengenai     tindakan     yang     diambil     yang     dapat
mempengaruhi proses
2.2.2  
Teknik - Teknik Statistical Process Control ( SPC )
Teknik  -  teknik  yang  penting  didalam  SPC  termasuk  penggunaan  dari  :
(
Gerald Smith, 1996, p6 )
1.
Process 
Control  Chart  untuk    mencapai    dan    mempertahankan
pengendalian statistik pada tiap tahap dari proses
2.   Process Capability
Studies    yang     menggunakan    control   
charts
untuk
memperkirakan kapabilas dari proses
dalam   kaitannya   dengan
spesifikasi dari produk dan keinginan dari konsumen
3.   Gauge capability study
4.   SPC tools untuk penyelesaian masalah.
  
24
2.3
Variasi
Penyebab  utama  terjadinya  masalah  kualitas  menurut  McNeese  &  Klein
adalah
variasi.
Variasi
terjadi
di
dalam
proses,
baik
proses
manufaktur maupun
nonmanufaktur.Variasi-variasi ini
dapat
terjadi
disebabkan
karena
adanya
variasi
dalam
elemen-elemen proses,
yaitu
manusia,
mesin,
metode,
material
serta
lingkungan.   
Gaspersz  (1998, p28-29)
menuliskan  definisi  bagi 
variasi  dalam
bukunya 
yang berjudul  "Statistical Process Control: Manajemen Bisnis Total",
yaitu  bahwa 
variasi adalah       ketidakseragaman     
dalam       sistem       produksi
atau      operasional      sehingga menimbulkan  
perbedaan  
dalam  
kualitas   pada
output   (barang   dan/atau   jasa)   yang dihasilkan.  Menurutnya  pula,  terdapat  dua
klasifikasi
sumbe
atau
penyebab
timbulnya variasi, yaitu:
1.
Variasi penyebab khusus (Special causes of variation)
Variasi penyebab khusus adalah  kejadian-kejadian    di   
luar   
sistem
yang
mempengaruhi variasi dalam sistem. Sumber dari penyebab khusus ini
dapat
berasal dari
faktor-faktor  
seperti  
manusia,  
peralatan,  
material,
lingkungan, 
metode 
kerja. Penyebab khusus    ini    mengambil    pola-pola
non-acak 
(non
random 
patterns)
sehingga 
dapat diidentifikasi.
2.
Variasi penyebab umum (Common causes of variation)
Variasi  penyebab 
umum 
merupakan 
faktor-faktor  di  dalam  sistem
atau   yang
melekat   pada   proses   yang   menyebabkan   timbulnya   variasi
dalam  sistem  serta  hasil- hasilnya.   Variasi   ini   sering   disebut   sebagai
penyebab 
acak 
(random
causes)
atau penyebab sistem (system causes).
  
25
2.4
Pengendalian Proses dan Kapabilitas Proses
Pada
dasarnya
sasaran
dari
sistem
pengendalian proses
adalah
membuat
keputusan-keputusan 
yang  ekonomis 
berkaitan 
dengan 
tindakan-tindakan 
yang
diambil
untuk
mempengaruhi proses.
Suatu
proses
dikatakan
beroperasi
dalam
pengendalian statistikal
apabila
variasi-variasi
yang
timbul
hanya
bersumber dari
variasi
penyebab
umum.
Fungsi
utama
dari
sistem
pengendalian proses
adalah
memberikan signal statistikal apabila terdapat variasi penyebab khusus dalam proses
itu  dan  tentu  saja  untuk  menghindarkan  memberikan  signal  yang  salah  apabila
variasi-variasi penyebab khusus itu tidak ada dalam proses.
Berdasarkan
hal
ini,
tindakan-tindakan yang
tepat
dapat
diambil atas
variasi
penyebab
khusus
itu,
yaitu
:
menghilangkannya
apabila
dianggap
rugi dan
mempertahankannya apabila
menguntungkan.
Dalam
mendiskusikan
tentang
kapabilitas
proses
(process
capability),
perlu
dipertimbangkan dua
konsep
yang
berbeda berikut ini :
a.   Kapabilitas  proses  ditentukan  oleh 
variasi 
yang  bersumber  dari 
variasi
penyebab
umum.  
Secara  
umum  
kapabilitas  
proses  
menggambarkan
performansi 
terbaik  (misalnya  range 
minimum)  dari  proses  itu  sendiri.
Dengan
demikian kapabilitas proses
berkaitan dengan
variasi
proses
tanpa
memperdulikan
di  
mana   spesifikasi   (didefinisikan   sebagai   kebutuhan
pelanggan) itu berkaitan dengan lokasi dan/ atau range dari proses .
b.   Pelanggan  (internal  atau  eksternal)  biasanya  lebih  memperhatikan  output
secara keseluruhan dari proses dan bagaimana output itu memenuhi kebutuhan
mereka (didefinisikan sebagai spesifikasi/ CTQ), tanpa memperdulikan variasi
dari proses.
  
26
2.5
Critical To Quality (CTQ)
Output  dari  sebuah  proses  dapat  berupa  produk  maupun  jasa.  Variabel
Output dapat
berupa
waktu
delivery
atau  dimensi
dari  produk
itu sendiri.
Kunci
penting  
dari
Output
(important key
process
Output)
biasanya
dikategorikan
berdasarkan pengaruhnya (area of impact), yaitu critical to quality,
critical
to
cost,
critical to delivery dan critical to process (Breyfogle, 1999, p240).
Critical
To  Quality
(CTQ)
adalah  berbagai  persyaratan
yang
dikehendaki
oleh pelanggan  
terhadap  
suatu  
produk  
atau   jasa.   Dalam  
buku  
"Pedoman
Implementasi Program   Six   sigma",  Vincent   Gaspersz 
(2002,  p73)   dijelaskan
bahwa 
CTQ   merupakan karakteristik   kualitas   yang   ditetapkan   seyogyanya
berhubungan 
langsung 
dengan kebutuhan 
spesifik 
pelanggan,   yang 
diturunkan
secara   
langsung   
dari    persyaratan- persyaratan      Output      dan      pelayanan.
Kebutuhan    spesifik    pelanggan    harus    dapat diterjemahkan   secara   tepat   ke
dalam   karakteristik 
kualitas   yang 
ditetapkan 
oleh manajemen organisasi
2.6
Quality Control Circle (QCC)
Gugus
Kendali
Mutu
adalah
suatu
sistem
dalam
manajemen usaha
yang
ditujukan
untuk
meningkatkan
efisiensi,
produktivitas
dan
mutu produksi,
dalam
rangka
meningkatkan daya-saing
produk
yang
dihasilkan.
Sistim
ini
dilaksanakan
melalui
pemasyarakatan cara pandang, cara analisa dan diagnosa dan solusi
sesuatu
masalah (inefisiensi, produktivitas rendah dan rendahnya mutu pekerjaan/ produk) di
lingkungan
kerja
seluruh
jajaran SDM
perusahaan,
sehingga
dapat
membentuk
kebiasaan (habit) yang diterapkan dalam etos kerja dan budaya produksi kompetitif.
Fungsi dan kegunaan QCC ini adalah :
1.    
Penerapan/ pentradisian QCC di lingkungan perusahaan IKM akan ikut
mempercepat
sosialisasi budaya
produksi
kompetitif
melalui
praktek
nyata
dalam  kehidupan  perusahaan  sehari-hari,  sehingga  hasilnya
akan
jauh
lebih
efektif
daripada sistim
ceramah teori
yang
sering
terkendala oleh daya-serap peserta dari kalangan IKM.
  
27
2.
Apabila
pemasyarakatan
QCC
dapat
diterapkan
semakin
meluas
di
kalangan IKM,
hal
ini
akan
berdampak positif
bagi
kemajuan
dan
pertumbuhan IKM terutama oleh faktor pendorong knowledge-based.
Tujuan dan Pengertian QCC
Tujuan QCC adalah untuk mendayagunakan seluruh aset yang dimiliki
perusahaan/instansi terutama sumber daya manusianya secara lebih baik, guna
meningkatkan mutu dalam arti luas.
Tujuan penerapan QCC, antara lain untuk :
1. Peningkatan mutu dan peningkatan nilai tambah.
2. Peningkatan produktivitas sekaligus penurunan biaya
3. Peningkatan kemampuan penyelesaian pekerjaan sesuai target
4. Peningkatan moral kerja dengan mengubah tingkah laku
5. Peningkatan hubungan yang secara antara atasan dan bawahan.
6. Peningkatan ketrampilan dan keselamatan kerja
7. Peningkatan kepuasan kerja.
8. Pengembangan tim (Gugus Kendali Mutu)
Pengertian QCC
Sejak
dahulu, terutama di
Eropa dan
Amerika Serikat dikembangkan
konsep
manajemen
dan
organisasi
yang
bertujuan
meningkatkan kinerja
organisasi. 
Antara 
lain 
dapat 
dikemukakan  adalah 
konsep  Max
Weber
tentang Birokrasi, Konsep Taylor tentang
manajemen
ilmiah, Fayol dengan
14 
prinsip-prinsip,  serta 
konsep  perilaku 
manusia 
yang 
mengutamakan
motivasi dan
pendekatan demokrasi.
Konsep
serta
prinsip
organisasi dan
manajemen
ini,
telah
mampu
meningkatkan efisiensi
dan
efektivitas
organisasi
baik  
pada
perusahaan,
pemerintahan  dan  organisasi  sosial.  Total Quality Control  (Pengendalian
Mutu   Terpadu) diprakarsai oleh Dr. J.M. Juran dan Dr. E.W. Deming dan
  
28
dikembangkan
di
Jepang
oleh
Kaoru
Ishikawa
dengan
menerapkan
Quality
Control Circle (QCC) atau Gugus Kendali
Mutu (GKM). 
QCC adalah salah
satu     konsep 
baru 
untuk 
meningkatkan 
mutu 
dan  produktivitas 
kerja
industri / jasa.
Terbukti bahwa salah satu faktor keberhasilan industrialisasi di Jepang
adalah
penerapan QCC
secara
efektif.
Karena
keberhasilan
ini,
sejumlah
negara industri    maju    dan    sedang    berkembang    termasuk    Indonesia,
menerapkan    QC
diperusahaan-perusahaan industri   guna
meningkatkan
mutu, produktivitas    dan daya saing.
Delapan Langkah QCC
Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu, QCC memutar roda
Deming
(PDCA) dan melakukan 8 langkah secara berkesinambungan yaitu :
Delapan Langkah yang digunakan meliputi :
P
berarti "Planning" (perencanaan) meliputi 4 langkah yaitu :
Langkah 1
:
Menentukan pokok masalah
Langkah 2
:
Membahas penyebab
Langkah 3
:
Menguji Penyebab
Langkah 4
:
Menyusun rencana penanggulangan
D berarti "Do" (pelaksanaan) meliputi 1 langkah yaitu :
Langkah 5
:
Pelaksanaan penanggulangan
C
berarti "Check" (meneliti hasil) meliputi 1 langkah yaitu
Langkah 6
:
Meneliti hasil
A berarti "Action" (tindakan) meliputi 2 langkah yaitu :
Langkah 7
:
Standarisasi
Langkah 8
:
Langkah berikutnya
  
  
30
2.6.3
Tujuh Alat Bantu
Tujuh alat yang digunakan meliputi :
1)
Check Sheet aatau Lembar Pengumpul Data
Check Sheet adalah merupakan alat yang
mutlak diperlukan bagi mereka
yang melaksanakan penelitian dan pengendalian kualitas atau kuantitas barang
ataupun
jasa. Karena dari data
yang didapat/ dikumpulkan dapat
mengambil
suatu gambaran, kesimpulan ataupun keputusan yang akurat.
Tanpa mempunyai data  membuat pengambilan kesimpulan /  keputusan
ataupun rencana tindakan hanya berdasarkan kira-kira saja, sehingga
bukan
suatu yang mustahil akhirnya kesimpulan/keputusan akan
jauh
dari
yang
diharapkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat Check Sheet, antara lain :
-
Sasarannya harus jelas
-
Keterangan yang diperlukan memenuhi sasaran
-
Dapat diisi dengan mudah dan cepat
-
Dapat disimpulkan dengan cepat
Secara  umum  Check Sheet dibagi  dalam  3  jenis  dengan  fungsinya
masing-masing :
a)
Check Sheet
Suatu
lembaran
yang
berisi
bahan-bahan keterangan
yang
telah
ditentukan  sasaran/keperluannya  dengan  kolom  jumlah/ukuran  barang
atau  kegiatan 
yang  diperiksa  dengan  penentuan  waktu 
yang  teratur
ataupun bebas.
Fungsi Check Sheet :
untuk menghitung jumlah produksi/jasa yang dihasilkan
untuk menghitung kerusakan/kesalahan produk yang
dibuat
untuk mengukur bentuk (panjang / volume
hasil produksi)
untuk mengukur waktu proses pekerjaan.
  
31
b)
Check List
Suatu
lembaran
yang
berisi
bahan-bahan keterangan
yang
telah
ditentukan 
sasaran/ 
keperluannya,  kegiatan 
yang 
dicocokkan
keberadaanya/ jumlahnya dengan penentuan waktu yang tertentu.
Fungsi Check List
untuk mencocokkan ukuran hasil produksi dengan standar
untuk mencocokkan jumlah
pengiriman
dengan pesanan
untuk mencocokkan barang dengan jumlah yang dibawa/dikirim
untuk mengontrol jenis barang yang dibeli
c)
Check drawing
Suatu
lembaran
yang
berisi
gambar
barang
yang telah
ditentukan
untuk diperiksa keadaannya dan setiap barang menggunakan lembar yang
berbeda.
Fungsi Drawing :
untuk menunjukkan posisi/lokasi kerusakan
untuk mencocokkan posisi pemasangan bagian barang produksi
untuk pengontrolan lokasi masalah yang akan/ telah diselesaikan.
2)
Diagram Pareto
Diagram
Pareto
adalah
kombinasi
dua
macam bentuk
grafik
yaitu
grafik kolom dan
grafik garis, berguna untuk :
menunjukkan masalah utama/pokok masalah
menyatakan perbandingan
masing-masing
masalah terhadap
keseluruhan
menunjukkan perbadingan masalah sebelum dan sesudah
perbaikan
  
32
Langkah-langkah pembuatan Diagram Pareto :
1) 
Tentukan     bagaimana     data    
harus     diklasifikasikan     menurut
pelaksanaan pekerjaan.
2)  Tentukan  periode  waktu  yang  diperlukan  untuk 
mempelajari  dan
buat
lembar
isian
(check
sheet)
yang
mencakup periode
waktu dari
semua
klasifikasi  
data  
yang  
mungkin,  
kemudian  
kumpulkan
datanya.
3)   Untuk tiap kelompok hitunglah data untuk seluruh periode waktu 
dan
catatlah jumlah totalnya
4)   Gambarlah sumbu horizontal dan vertical pada secarik kertas
grafik.
Bagilah
sumbu
horizontal ke
dalam bagian
yang
sama,
satu
bagian
untuk tiap
kelompok. Skala sumbu
vertical dibuat   sedemikian
rupa
sehingga
titik puncak
sumbu
vertical
tersebut
menggambarkan suatu
jumlah yang sama dengan jumlah total dari semua kelompok.
5)   Gambar data ke dalam bentuk kolom. Mulailah dari sisi sebelah kiri
dari grafik tersebut dengan kelompok yang   semakin kecil.   Bilamana
ada kelompok
yang disebut
"lain-
lain" gambarkanlah  
kelompok itu
pada bagian yang paling akhir setelah kelompok
yang paling kecil
6)
Gambarlah
garis
komulatif.
Mulailah
dengan
menggambar garis
diagonal
memotong kolom yang
pertama, dengan
dimulai dari dasar
pada
sudut
kiri (titik nol).
Dari bagian atas sudut
kanan
pada kolom
pertama,
lanjutkan    garis   
ini    ke    arah   
yang    baru    dengan
menggerakkannya kearah
kanan
yang
jaraknya
sama
dengan
tinggi
kolom kedua,
dari
titik
tersebut
tariklah garis
lurus
untuk
ruas
berikutnya , teruskan ke
arah
kanan dengan
jarak
yang sama dengan
lebar
kolom
dan
menuju
ke
atas
dengan jarak
yang
sama
dengan
tingginya kolom ketiga. Ulangi terus sampai ujung sudut   
kanan
  
33
paling atas   dari   grafik
tercapai. Tingginya
garis   komulatif pada
titik  ini menggambarkan jumlah data yang telah
dikumpulkan
7) 
Buat  sumbu  vertical  yang  lain  di  sebelah  kanan  grafik,  dan  buat
skala
dari
0
É   100
%.
Akhir
dari
garis
komulatif
adalah
pada
titik
yang
bertuliskan 100%.
8)   Tambahkan   keterangan   pada   diagram   pareto   tersebut.   Jelaskan
siapa  yang
telah  mengumpulkan
data
tersebut,
kapan
dan  dimana,
serta
tambahan   
informasi   
apa   
saja     yang   
penting   
untuk
mengidentifikasi
data.    Tuliskan    tanggal    pembuatan    diagram
pareto 
tersebut, 
nama 
anggota   gugus   yang   bertanggung 
jawab
atas
persiapan diagram tersebut.
3)
Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram)
Disebut juga " Grafik Tulang Ikan", yaitu diagram yang menunjukkan
sebab
akibat
yang
berguna untuk
mencari
atau
menganalisa
sebab-sebab
timbulnya 
masalah    sehingga memudahkan cara   mengatasinya.
Penggunaan Analisis Sebab Akibat :
-
Untuk mengenal penyebab yang penting
-
Untuk memahami semua akibat dan penyebab
-
Untuk membandingkan prosedur kerja
-
Untuk menemukan pemecahan yang tepat
-
Untuk memecahkan hal apa yang harus diilakukan
Langkah-langkah membuat diagram Sebab Akibat :
1)
Gambarlah
sebuah
garis
horizontal
dengan
suatu
tanda
panah
pada
ujung 
sebelah 
kanan 
dan  suatu 
kotak 
didepannya. 
Akibat  atau
masalah yang  ingin dianalisis ditempatkan dalam kotak
2) 
Tulislah penyebab
utama (manusia, bahan,
mesin dan
metoda) dalam
kotak yang ditempatkan sejajar dan agak jauh dari garis panah utama.
  
34
Hubungan 
kotak    tersebut dengan garis panah yang
miring ke arah
garis 
panah 
utama. 
Kadang-kadang  mungkin, 
atau 
mungkin
diperlukan untuk
menambahkan lebih
dari
empat
macam
penyebab
utama.
3)
Tulislah
penyebab kecil
pada diagram tersebut
di
sekitar  penyebab
utama, yang penyebab kecil tersebut mempunyai pengaruh  terhadap
penyebab
tama.
Hubungkan
penyebab
kecil
tersebut
dengan
sebuah garis panah dari penyebab utama yang bersangkutan.
Beberapa pokok yang perlu diingat adalah sebagai berikut :
a)
Perlu adanya partisipasi dari semua anggota gugus, dan semua
anggota harus benar-benar ikut terlibat didalam menganalisis
penyebabnya
b) Harus diperoleh sejumlah ide (penyebab)
c)
Harus didorong untuk melakukan acara secara bebas
d)
Tidak diperkenankan untuk mengeritik
e)
Penyebab tersebut harus terkumpul lebih dahulu sebelum sesorang
mengambil tindakan pemecahan. Seringkali semua informasi ide
ditulis pada sebuah papan tulis yang besar dan disajikan untuk
dipertimbangkan dalam waktu seminggu guna memberikan
kesempatan kepada merekauntuk menambah beberapa penyebab
yang mungkinmasih ada pada diagram tersebut seperti yang
terlintas dalam pemikiran mereka.
f)
Para anggota diminta untuk memberi tanda atau memilih penyebab
yang mereka rasakan paling penting.
  
35
4)
Histogram
Histogram adalah
bentuk
dari
grafik
kolomyang
memperlihatkan
distribusi yang diperoleh bila mana data dalam bentuk angka telah terkumpul.
Meskipun suatu
histogram dibuat berdasarkan contoh data,
namun tujuannya
adalah 
untuk 
memberikan 
saran 
mengenai 
kemungkinan  distribusi
keseluruhan data (populasi)
yang contoh datanya diambil.
Dalam Histogram,
nilai  dari  peubah  berkesinambungan
digambarkan  pada  sumbu  horizontal
yang dibagi dalam kelas atau sel yang mempunyai ukuran sama. Biasanya ada
satu
kolom
untuk
tiap
kelas
dan
tingginya
kolom
menggambarkan jumlah
terjadinya nilai data dalam jarak yang digambarkan oleh kelas. Histogram ini
dipakai untuk
menentukan masalah dengan
melihat bentuk dan sifat dispersi
dan nilai rata-rata.
5)
Diagram Tebar (Scatter Diagram)
Menggambarkan  hubungan  antara  dua  data  yang  dipetakan  dalam
suatu  diagram.  Diagram  tebar  digunakan  sebagai  alat  penguji  hubungan
antara sebab dan akibat.
Langkah-langkah pembuatan Diagram Tebar
1)  Kumpulkan data dan masukkan dalam tabel
2)  Gambarkan  sumbu  tegak  dan  sumbu  datar  beserta  skala  dan
keterangannya
3)  Gambarkan titik-titik koordinat data tersebut.
6)
Grafik
Grafik
adalah kumpulan data
yang
dinyatakan dalam
bentuk
gambar
secara sistematis
Gunanya grafik :
a) Mempermudah, memperjelas serta mempercepat pembacaan data
b) Dapat memaparkan data yang lalu dan data yang baru sekaligus
  
36
c)  Dapat melihat dengan jelas perbadingan dengan data lain yang
berhubungan
d)
Untuk
membantu/mempermudah
manganalisa
dalam
pengambilan
keputusan
Berbagai jenis grafik
digunakan, yang pemakaiannya tergantung pada
tujuan analisis.
Jenis-jenis grafik adalah :
a) Grafik Garis (Line Graph)
b) Grafik Kolom/Balok (Bar Graph)
c) Grafik Lingkaran (Circle Graph)
Langkah-langkah pembuatan grafik :
1)
Kumpulkan
sejumlah data,
tentukan jumlah datanya
dan
sebutkan
sumber datanya.
2)
Temukan frekuensi data maksimum dan minimumnya
3)
Cantumkan secara
jelas keterangan
yang
menunjukkan nama data
(data dari apa)
4)
Cantumkan waktu/periode pengumpulan data, dalam periode
yang
sama dan kontinyu
5)
Cantumkan
secara
jelas
penunjukkan/ukuran
skala/unit
baik
untuk
sumbu tegak maupun sumbu datar (untuk grafik garis/balok)
6)
Petunjuk skala(garis kecil) terletak dibagian dalam sumbu grafik
  
37
7.
Peta Kendali ( Control Chart )
Sebuah 
peta
kendali
  merupakan
sebuah
alat
grafik
yang
digunakan
untuk
melakukan
pengawasan
dari
sebuah
proses
yang
sedang
berjalan.
Peta kendali kadang - kadang juga dikenal sebagai peta
kendali Shewhart, ini dikarenakan Walter A.Shewhart merupakan orang yang
pertama
kali 
memperkenalkan 
teori
umum
mengenai   ini.   Nilai   dari
karakteristik
kualitas
diplot
sepanjang
garis
vertikal,
dan garis 
horizontal
mewakili
sample
atau
subgroups
(  berdasarkan
waktu
)
dimana
karakteristik
dari kualitas ditemukan. ( Amitava Mitra, 1998,p236)
Keuntungan dari Penggunaan Peta Kendali
Beberapa
keuntungan
yang
bisa
didapat dengan
menggunakan
peta
kendali diantaranya : ( Amitava Mitra, 1998, p237 )
•   Kapan   harus   melakukan   tindakan   perbaikan 
:   Sebuah   peta
kendali
dapat
mengindikasikan  kapan 
sesuatu 
menjadi 
salah
dan
tindakan
perbaikan
dapat dilakukan
Tipe
dari
tindakan
perbaikan
yang
diperlukan
:
Pola  dari
peta
kendali 
yang 
diplot 
menganalisa  penyebab  -   penyebab 
yang
mungkin
dan   
mengindikasikan    tindakan     perbaikan    yang
diperlukan.
•  Kapan  harus  meninggalkan  sebuah  proses 
:  Variasi  merupakan
bagian
dari sebuah proses.   Sebuah 
peta   kendali   menunjukkan
ketika
variasi     dikatakan
normal dan
menunjukkan
tidak
ada
tindakan perbaikan yang diperlukan
Kapabilitas  proses  :  Apabila  peta  kendali  menunjukkan  bahwa
sebuah
proses  
berada  
dalam  
kendali   statistik,   kita  
dapat
memperkirakan
kapabilitas    dari    proses    dan    menunjukkan
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan dari konsumen
  
38
Kemungkinan untuk melakukan peningkatan kualitas : Peta kendali
menyediakan dasar  untuk  mengukur  peningkatan  kualitas.  Peta
kendali
juga  
menyediakan
informasi  
yang   berguna   dengan
mempertimbangkan 
tindakan 
-
tindakan 
yang dapat dilakukan
untuk melakukan peningkatan kualitas.
Jenis-Jenis Data Dan Peta Kendali
Definisi data
itu
sendiri
menurut Gasperz (1998,
p43)
adalah catatan
tentang
sesuatu
yang
dipergunakan
sebagai
petunjuk
untuk bertindak. Jenis
data dalam SQC adalah :
Data variabel
Merupakan data kuantitatif yang diukur untuk keperluan analisis.
Contoh : berat produk, tinggi produk, diamater
produk, dan lain-
lain.
Data atribut
Merupakan data
kualitatif
yang dapat
dihitung
untuk pencatatan
analisis. Contoh
:
ketidaksesuaian warna, banyaknya jenis cacat
produk, dan ketidaksesuaian spesifikasi atribut yang ditetapkan.
Berdasarkan jenis data yang ada, jenis peta kendali terbagi
atas
jenis
peta kendali
untuk
data variabel dan peta kendali
untuk data
atribut. Jenis –
jenis peta kendali dalam SQC adalah :
Peta kendali untuk data variabel
1.
Peta
x
dan R
Peta  kendali 
x   menggambarkan   apakah perubahan
telah terjadi
dalam
ukuran
titik
pusat (central tendency) atau
rata
rata
dari
suatu
proses. Dan
peta
kendali
R
menggambarkan  
apakah    perubahan  
–  
perubahan  
telah
  
  R
39
i
?
terjadi
dalam
ukuran
variasi,
dengan
demikian
berkaitan
dengan
perubahan
homogenitas
produk
yang
dihasilkan melalui suatu proses. Biasanya peta kendali  x dan
digunakan 
untuk 
pengamatan 
yang 
mempunya  jumlah
sampel banyak.
Untuk
menghitung
rata-rata
dan
batas
kontrol
digunakan rumus sebagai berikut :
n
   
j=1
X
=
x
ij
=
rata
-
rata
pengukuran
untuk
setiap
kali
observasi
n
k
 
?
x
X
i=1 
k
=
garis
pusat
untuk
peta
pengendali
rata
-
rata
R
X
i
max 
-
X
i
min
jangkauan
   
 
k
R
?
i
garis pusat untuk peta pengendali jarak
i
1   
k
UCL
x
X
A
2
R
LCL
x
X - A
2
R
UCL
R
D
4
R
LCL
R
D
3
R
  
40
2.
Peta
x
dan S
Peta  kendali 
x   menggambarkan
apakah  perubahan
telah  terjadi  dalam 
ukuran 
titik 
pusat  (central
tendency)
atau  rata  –  rata  dari  suatu  proses.  Peta  pengendali
standar
deviasi
digunakan 
untuk 
mengukur  tingkat
keakurasian
proses.
Rumus untuk menghitung batas kontrolnya :
X
2
X
2
X
2
...
X
n
2
-
nX
2
s
 
2
3
standar deviasi n
-
1
s
s
?
 
i
i
1
k
garis pusat untuk peta pengendali standar deviasi
UCL
x
X
A
3
S
LCL
x
X - A
3
S
UCL
S
B
4
S
LCL
S
B
3
S
  
41
Peta kendali untuk data atribut
1.
Peta kendali p
Digunakan untuk
mengukur proporsi
cacat
dari
item
yang
dihasilkan dalam
suatu
produk.
Dengan
demikian
peta
kendali
p
digunakan
untuk
mengendalikan proporsi item
yang
tidak  
memenuhi   syarat   kualitas  
yang   dihasilkan   dalam
suatu proses.
Rumus menghitung peta kontrol p yaitu :
UCL
p
p
3
p(1 - p)
n
i
CLp
p
LCL
p
p - 3
p(1 - p)
n
i
2.
Peta kendali np
Peta
kendali
np
menggunakan ukuran banyaknya
item
yang  tidak 
memenuhi
spesifikasi
dalam  suatu  pemeriksaan.
Jadi dalam peta np tidak ada perubahan skala pengukuran.
Rumus menghitung peta kontrol np, yaitu :
UCL
np
np
3
np(1 - p)
CL
np
LCL
np
np - 3
np(1 - p)
  
42
3.
Peta kendali C
Diterapkan pada
kasus
yang
tingkat
toleransi
atas
kelemahan satu
atau
beberapa titik
spesifik
yang
tidak
memenuhi
syarat
sepanjang tidak
mempengaruhi fungsi
dari
produk yang diperiksa.
Rumus untuk menghitung peta kontrol c, yaitu :
UCL
c
c
3  c
CL
c
LCL
c
c - 3 
c
4.
Peta kendali U
Mengukur
banyaknya cacat per
unit
laporan
inspeksi
dalam kelompok pengamatan, yang mungkin memiliki ukuran
contoh.
Rumus untuk menghitung peta kontrol u, yaitu :
UCL
u
u
3
u
i
CL
u
LCL
u
u - 3
u
n
i
  
43
Tabel 2.1 Ringkasan Jenis Peta Kendali
Jenis Data
Jenis Peta
Yang Diamati
Garis Sentral
Terukur
(Variabel)
Peta X
X
X
Peta R
R
R
Peta S
S
S
Tidak
Terukur
(Atribut)
Peta p
P
p
Peta np
Np
np
Peta C
C
C
Peta u
U
u
(
Sumber Tabel : Menurut Buku Nur Iriawan, dkk (Minitab 14) )
Menurut Grant, dkk (1991, p6), keuntungan yang didapat dengan
menggunakan peta kendali adalah :
Sebuah  
peta  
kendali
dapat  mengindikasikan
kapan
sesuatu harus diperbaiki.
Pola   dari   peta   kendali  
yang   diplot  
menganalisa
penyebab
yang
ada
dan
tindakan perbaikan
yang
diperlukan.
Peta  kendali 
menunjukkan  kapan 
variasi  dikatakan
normal dan tidak diperlukan tindakan perbaikan lagi.
Ketika suatu peta kendali berada dalam kendali statistik
maka kita dapat memperkirakan kapabilitas dari proses.
Peta  
kendali  
merupakan  
dasar  
untuk  
mengukur
peningkatan kualitas.
  
15
NO
LANGKAH KEGIATAN
TUJUAN
URAIAN KEGIATAN
ALAT YANG DIPAKAI
1
Menentukan
pokok
permasalahan
Untuk 
menentukan
tema
yang
akan
dibahas
-
stratifikasi data
-
buat pareto diagram
-
menentukan pokok masalah
-
pareto diagram
-
grafik
-
histogram
-
check sheet
-
stratifikasi
2
Membahas penyebab
Mencari
penyebab
dari 
masalah 
yang
sedang dibahas
-
sumbang
saran
untuk
menganalisa sebab akibat
-
buat diagram tulang ikan
-
diagram tulang ikan atau
fish bone
3
Menguji sebab
Menguji  kebenaran
penyebab
dengan
data
-
buat check sheet, kumpulan
data untuk uji sebab
-
buat diagram pareto
-
buatkan diagram garis
-
check sheet
-
diagram pareto
4
Rencana perbaikan
Membuat
rencana
guna
mengatasi
penyebab
-
buat rencana perbaikan yang
memenuhi 5 W + 1 H
-
matriks
?
apa
permasalahannya _
mengapa ditanggulangi 
_
bagaimana   _ kapan    _
dimana _ siapa
Tabel 2.2  Delapan Langkah Kegiatan dan 7 Tools Yang Digunakan
NO
  
16
5
Pelaksanaan perbaikan
Melaksanakan
apa
yangtelah
direncanakan
-
melakukan perbaikan sesuai
dengan rencana
-
gambarkan caranya / dengan
uraian
-
penjelasan dengan gambar
/
uraian
tindakan
yang
dilaksanakan
6
Evaluasi hasil
Mengkonfirmasi
hasil   antara
sebelum  dan
sesudah langkah
perbaikan
-
buat
pareto
sebelum
dan
sesudah perbaikan
-
buat    grafik    garissebelum
dan sesudah perbaikan
-
buat 
diagram 
pie 
chart
sebelum
dan       sesudah
perbaikan
-
diagram pareto
-
grafik garis
-
peta kontrol
7
Standarisasi
Membakukan
prosedur
proses
sesuai L5
-
membuat
standar
kerja
/
flow proses
-
kalimat perintah cerminan
L4
8
Masalah berikut
Merencanakan
kegiatan berikutnya
-
membuat
jadwal
rencana
kegiatan   dan   pilih   pokok
permasalahan selanjutnya
  
46
2.7
PDCA (Plan Do Check Action)
PDCA diciptakan oleh W. Edward Deming pada tahun 1950¹
sebagai
metode
sederhana dalam
melakukan
penyelesaian
masalah
secara
berkesinambungan. Pada
tahun 1950-an, Deming ditugaskan untuk membantu Jepang dalam usaha membangun
kembali  perekonomian  ekonomi  Negara  Jepang. 
Tujuan  Deming 
menggunakan
PDCA
dengan proses peningkatan yang berkesinambungan adalah
untuk
membantu
Jepang
membangun
kembali
perindustrian
mereka
sehingga
dengan
begitu
mereka
dapat bersaing di pasar dunia untuk masa mendatang. Terdapat 4
tahapan, yaitu Plan,
Do, Check, Action.
Gambar 2.2
Siklus PDCA
  
47
Tabel 2.3 Pengertian PDCA
Definisi
Plan
Buatlah rencana sebelum mulai bekerja
Do
Laksanakan  pekerjaan  sesuai  dengan  rencana  yang  telah
ditetapkan sebelumnya
Check
Teliti
apakah
pekerjaan
sudah sesuai
dengan rencana
yang
telah dibuat,
ukur performa output dan bandingkan dengan
standar kualitas yang telah ditetapkan
Action
Bilamana  diperlukan  tindakan  perbaikan,  karena 
hal 
ini
merupakan dasar rencana selanjutnya
Plan
Tujuan 
untuk 
menyelediki  situasi 
yang 
terjadi  dan  memahami  dengan  jelas
lingkungan masalah yang akan dibahas.
Tahapan :
Diagnosa – pembahasan kembali penerapan saat ini
-
Mendefinisikan masalah: Siapa?, Apa?, Dimana? Dan Kapan terjadi? (Who,
What, Where, When)
-
Tuliskan tujuan tim
-
Lakukan sumbangkan sumbang saran untuk mengetahui penyebab potensial
dengan
menggunakan proses
Brainstorming
atau
dengan
menggunakan
diagram sebab akibat
-
Mengidentifikasikan akar penyebab berdasarkan prioritas yang didapat dari
perhitungan perbandingan dan menggunakan metode 5 WHY
-
Implementasikan perbaikan cepat (Quick Fixes)
-
Buat diagram Alir Proses
-
Analisi data sebenarnya dan buat diagramnya.
  
48
Do
Tujuan:
untuk
memberi
penerangan (enlighten)
kepada
tim
tentang
masalah
yang
sebenarnya
dengan      menganalisis      data,     
mendefinisikan,      dan
mengimplementasikan rencana perbaikan.
Tahapan :
Penerangan (Enlighten) :
-
Lakukan sumbang saran mengenai solusi
-
Prioritaskan solusi untuk mengidentifikasikan pengaruh yang terbaik
-
Hasilkan analisis pencegah kerusakan
-
Hasilkan analisi pengaruh perbaikan
-
Buat perencanaan proyek untuk mengimplementasikan perbaikan
-
Buat tolak
ukur pelaksanaan dengan
menggunakan Bagan
Kendali atau
Lembar Pemeriksaan (Checksheet)
Implementasi :
-
Hasilkan perencanaan proyek
-
Pendidikan, pembelajaran dan komunikasi.
Check
Tujuan :
memonitor pengaruh dari implementasi rencana proyek dan
menemukan
countermeasure yang akan meningkatkan perbaikan pada masa mendatang.
Tahapan:
Evaluasi:
-
Kumpulkan data untuk mengawasi pelaksanaan perbaikan
-
Libatkan   dan   kendalikan   pengaruh   yang   ada   dengan   perencanaan
perbaikan
  
49
Action
Tujuan
:   untuk
membahas kembali
tindakan perbaikan dan membuat
penyesuaian
yang  dibutuhkan.
Gabungkan  situasi  terbaru  ke  dalam  kondisi  kerja  nyata,  dan
lakukan lagi langkah PDCA.
Tindakan Kunci :
Perbaikan dan Standarisasi :
-
Tentukan
apakah
solusi
dan
penggabungan dengan
kondisi
kerja
nyata
berjalan dengan efektif atau
gagal.
Jika gagal,
tanyakan apa
yang terjadi
dalam proses dan ulangi kembali proyek.
-
Tentukan target berikutnya dan mulai kembali siklus PDCA.
2.8     
Failure Method And Effect Analysis ( FMEA )
FMEA  adalasuatu cara di mana suatu bagian atau suatu proses yang
mungkin gagal   memenuhi   suatu   spesifikasi,   menciptakan   cacat   atau   ketidak
sesuaian 
dan dampaknya pada pelanggan bila mode kegagalan itu tidak dicegah atau
dikoreksi (Brue, 2002, p130).
FMEA
merupakan
sebuah 
metodologi
yang
digunakan
untuk
menganalisa
dan  menemukan
:
1.
Semua
kegagalan -  kegagalan
yang
potensial terjadi
pada
suatu
sistem.
2.
Efek
-
efek
dari
kegagalan
ini  yang
terjadi
pada sistem dan
3.
Bagaimana cara untuk memperbaiki atau meminimalis kegagalan -
kegagalan atau efek -  efek  nya
pada
sistem.
(  Perbaikan
dan  minimalis
yang
dilakukan
biasanya
berdasarkan
pada
sebuah
rangking
dari
severity dan probability dari kegagalan ) ( Lewis, 1996, p3 )
  
50
FMEA   biasany dilakukan  selam tahap  konseptual   da tahap  awal
design
dari
sistem
dengan
tujuan
untuk
meyakinkan bahwa semua
kemungkinan
kegagalan
telah
dipertimbangkan dan
usaha
yang
tepat
untuk
mengatasinya
telah
dibuat untuk meminimasi semua kegagalan - kegagalan yang potensial
FMEA 
dapat 
bervariasi 
pada   level 
detail 
dilaporkan, 
tergantung  pada
detail yang  
dibutuhkan  
dan  
ketersediaan  
dari  
informasi.  
Sebagaimana
pengembangan terus   berlanjut,   memperkiraan   secara   kritis   ditambahkan   dan
menjadi   Failure,
Mode,   Effects   and   Critically   Analysis   atau  FMECA   Ada
variasi  yang  sangat banyak    didalam   
industri    didalam    mengimplementasikan
analisis    
FMEA. Sejumlah
standar 
-
standar 
dan 
aturan  telah 
dikembangkan
untuk 
menentukan kebutuhan  -  kebutuhan 
untuk  analisis  dan  setiap  organisasi
dapat
melakukan pendekatan yang berbeda didalam melakukan analisis.
Definisi 
serta 
pengurutan 
atau 
pemberian  ranking
dari 
berbagai
terminologi
dalam FMEA adalah sebagai berikut:
1.
Akibat potensial adalah akibat yang dirasakan atau dialami oleh pengguna
akhir.
2.   Mode
kegagalan
potensial
adalah
kegagalan
atau
kecacatan
dalam
desain
yang menyebabkan cacat itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
3.   Penyebab 
potensial 
dari   kegagalan 
adalah 
kelemahan-kelemahan
desain dan perubahan
dalam
variabel   yang 
akan 
mempengaruhi 
proses
dan  menghasilkan kecacatan produk.
4.
Occurance (O)
adalah
suatu
perkiraan
tentang
probabilitas
atau
peluang
bahwa penyebab  
akan   terjadi   dan  
menghasilkan  
modus  
kegagalan
yang  menyebabkan akibat tertentu.
  
51
Tabel 2.4 Rating Occurence
(Sumber : Gasperz, 2002,
p251)
5.   Severity
(S)   adalah   suatu   perkiraan 
subyektif 
atau   estimasi 
tentang
bagaimana buruknya pengguna akhir akan merasakan akibat dari kegagalan
tersebut.
Tabel 2.5 Rating Severity
(Sumber : Gasperz, 2002, p250)
  
52
6.   Detectibility (D) 
adalah 
perkiraan 
subyektif 
tentang 
bagaimana
efektivitas
dan metode pencegahan atau pendeteksian.
Tabel 2.6 Rating Detectability
(Sumber : Gasperz, 2002, p254)
7.   Ris Priority
Number 
(RPN
merupakan 
hasil   perkalian 
antara
rating severity, detectibility dan rating occurance.
RPN = ( S ) x ( D ) x ( O )
  
53
2.8.1
Keuntungan FMEA
Keuntungan dari FMEA
Produk  akhir  harus 
"aman",   
FMEA     membantu  
desainer   
untuk
mengidentifikasi dan
mengeliminasi
atau
mengendalikan
cara kegagalan
yang berbahaya,meminimasi kerusakan terhadap sistem dan penggunanya.
Meningkatnya  
keakuratan  
dari    perkiraan    terhadap    peluang    dari
kegagalan 
yang akan    dikembangkan,    khususnya    juga    data    dari
peluang 
realibilitas 
didapat dengan menggunakan FMECA.
Realibilitas dari produk akan meningkat
Waktu
untuk   melakukan
desain
akan
dikurangi
berkaitan
dengan
melakukan identifikasi dan perbaikan dari masalah - masalah.
2.8.2
Process FMEA
Process  FMEA  merupakasebuah teknik analisis yang digunakan
oleh
tim manufacturing 
yang    bertanggung    jawab    untuk    meyakinkan
bahwa
untuk  memperluas  
kemungkinan   cara  
-   
cara  
kegagalan  
dan
mencari   penyebab     
yang   berkaitan   yang   telah   dipertimbangkan   dan
dituangkan kedalam  
bentuk
form
yang tepat,   sebuah   FME merupakan
ringkasan
dari  pemikiran    
tim   engineering (
termasuk analisa dari
item-
item
yang
dapat
berjalan tidak
sesuai
dengan
keinginan
berdasarkan
pengalaman dann pemikirian masa lalu ) sebagaimana 
proses dikembangkan.
(
FMEA Team,1995, p27)
Proses FMEA :
Mengidentifikasi
produk  yang
potensial 
yang  berkaitan
dengan
cara -
cara
kegagalan proses
Memperkirakan
efek  bagi  konsumen  yang  potensial  yang  disebabkan
oleh kegagalan
  
54
Mengidentifikasi
sebab  -  sebab  yang  potensial  pada  proses  perakitan
dan
mengidentifikasi     variabel     -    
variabel     pada     proses     yang
berguna
untuk  menfokuskan         pada         pengendalian         untuk
mengurangi  
kegagalan  
atau mendeteksi keadaan - keadaan kegagalan
Mengembangkan  sebuah  daftar  peringkat  dari  cara  -  cara  kegagalan
yang
potensial,  
ini  
menetapkan   sebuah   sistem   prioritas   sebagai
pertimbangan untuk melakukan tindakan perbaikan
Mendokumentasikan 
hasil  - 
hasil 
dari 
proses 
produksi 
atau 
proses
perakitan.
2.8.3
Risk
Priority Numbers In FMEA
Metodologi  Risk
Priority 
Number  (
RPN  merupakan
sebuah
teknik
untuk 
menganalisa   resiko  
yang  
berkaitan   dengan  
masalah   -
masalah  
yang   potensial yang telah diidentifikasi selama
membuat FMEA.
(Stamatis,D.H, 1995,
p445).
Sebuah   FMEA  dapat   digunakan   untuk   mengidentifikasi 
cara  -
cara     kegagalan yang  
potensial  
untuk  
sebuah  
produk  
atau    proses.
Metode
RPN 
kemudian
memerlukan
analisa
dari
tim  untuk  menggunakan
pengalaman 
masa 
lalu 
dan keputusan  
engineering  
untuk    memberikan
peringkat 
pada 
setiap   potensial masalah menurut rating skala berikut :
Severity, merupakan skala
yang
memeringkatkan severity dari efek - efek
yang potensial dari kegagalan
Occurrence, merupakan skala
yang 
memeringkatkan
kemungkian  dari
kegagalan akan muncul
Detection, merupakan skala yang
memeringkatkan  kemungkinan  dari
masalah  akan 
dideteksi 
sebelum  sampai  ke 
tangan  pengguna  akhir
atau konsumen
  
55
Setelah
pemberian
rating
dilakukan,
nilai
RPN
dari
setiap
penyebab
kegagalan dihitung dengan rumus :
RPN = Severity x Occurrence x Detection
Nilai
RPN
dari
setiap
masalah
yang
potensial dapat
kemudian
digunakan untuk membandingkan penyebab
-
penyebab
yang
teridentifikasi
selama   dilakukan
analisis. Pada
umumnya,
jika
RPN
jatuh
diantara
batas
yang    ditentukan, tindakan perbaikan    dapat    diusulkan    atau    dilakukan
untuk   mengurangi   resiko.   Ketika menggunakan  teknik  risk assessment,
sangat
penting  
untuk  
mengingat  
bahwa
tingkat  
RPN  
adalah  
relatif
terhadap  analisis  tertentu  (  dilakukan  dengan  sebuah set  skala  peringkat
yang 
umum  dan 
analisis 
tim 
yang 
berusaha 
untuk 
membuat peringkat
yang
konsisten
untuk semua
penyebab
masalah
yang
teridentifikasi selama
melakukan analisis). 
Untuk  itu,  sebuah  RPN didalam  satu  analisis  dapat
dibandingkan dengan RPN    yang
lainnya
didalam analisis
yang sama, tapi
dapat menjadi tidak dapat dibandingkan terhadap RPN pada analisis yang lain.
Meskipun
ada  banyak
tipe  dan 
standar,  kebanyakan  FMEA terdiri  dari
suatu
kumpulan
prosedur
yang umum.
Secara
umum,
analisis
FMEA
dipengaruhi oleh tim  yang
bekerja
secara   cross
function
pada
tahap  yang
bervariasi  pada  waktu desain, proses pengembangan dan perakitan dan pada
umumnya terdiri dari :
Item   /   Process 
:   Mengidentifikasi 
item   atau   proses   yang   akan
menjadi subjek dari analisis, termasuk beberapa penyelidikan terhadap
desain dan karakteristik - karakteristik reabilitas.
Function   mengidentifikas fungs -  fungs diman
item   atau
proses diharapkan untuk bekerja
  
56
Failures : mengidentifikasi kegagalan yang diketahui dan potensial yang
dapat
mencegah   atau  
menurunkan   kemampuan   dari  
item   atau
proses untuk bekerja sesuai dengan fungsinya
Failure effect : mengidentifikasi efek - efek yang diketahui dan potensial
yang mungkin muncul dari setiap kegagalan yang terjadi
Failur caus :   mengidentifikasi   penyebab   yang   diketahui   dan
potensial untuk setiap kegagalan
Current 
control 
memeriksa 
mekanisme  kontrol 
yang 
akan 
ada
untuk
mengeliminasi atau
menurunkan
kemungkinan
kegagalan
akan
muncul
Recommended 
action 
:   mengidentifikasi 
tindakan 
perbaikan 
yang
perlu dilakukan  
yang  
bertujuan  
untuk  
mengeliminasi  
atau
menurunkan
resiko  dan  dilanjutkan  dengan 
melengkapinya
dengan
melakukan recommended action
Prioritize    issues    :  
memprioritaskan    tindakan    perbaikan    yang
harus dilakukan  
menurut   standard  
yang   konsisten  
yang   telah
ditentukan  oleh perusahaan. Peringkat RPN adalah metode yang  umum
untuk memprioritaskan.
Other   details   tergantung  pada  situas tertent da petunjuk
untuk
melakukan
analisa
yang
diadaptasi
oleh perusahaan,
keterangan
yang lain mungkin    dipertimbangkan    selama    melakukan    analisis,
seperti 
cara operasional ketika kegagalan muncul.
Report   Membuat 
laporan   dari   analisis   dalam   bentuk   format
standard yang  telah  ditentukan  oleh  perusahaan.  Ini  pada  umumnya
berbentuk format   
tabel.     Sebagai     tambahan     laporan     dapat
menyertakan
diagram
berbentuk
blok dan
/
atau
diagram alir
untuk
mengilustrasikan item atau proses yang merupakan subjek dari analisis.