83
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Produk
Produk terbagi atas 2
jenis,
yaitu berupa barang dan berupa jasa. Pengertian
barang
adalah
hasil
dari
suatu
kegiatan
produksi
yang
mempunyai
sifat
-
sifat
fisik dan kimia serta ada jangka waktu antara saat diproduksi dengan saat produk
tersebut
dikonsumsi
atau 
digunakan.
Sedangkan
pengertian
jasa  adalah
merupakan hasil dari suatu kegiatan produksi yang tidak mempunyai sifat - sifat
baik fisik maupun kimia serta tidak ada jarak waktu antara saat diproduksi dengan
saat
dikonsumsi. Barang
dapat
diraba
secara
fisik,
tetapi
jasa
hanya
dapat
dirasakan  dan  tidak  dapat  diraba  secara  fisik, 
misalnya  jasa  bengkel,  jasa
angkutan
umum,
jasa
transportasi udara,
jasa
transportasi kereta
api,
jasa
pelayanan bank, jasa pelayanan toko, jasa
travel dan lain –lain. (Sumber
:
MCL
Bina Nusantara)
2. 2 Aspek – Aspek Perencanaan dan Pengembangan Produk
Dalam perencanaan produk
(
Planning of Product ) terdapat 3 aspek yaitu :
a. Aspek Produk
Pada
tahap
eksplorasi ada 3
pola
proses
pengenalan dan
pengembangan
produk/jasa baru yaitu :
  
84
1.
Menarik Pasar (Need Pull/Market  Pull)
Menurut pandangan ini, “Anda harus membuat apa yang dapat dijual”.
Produk baru ditentukan oleh pasar berdasarkan kebutuhan pelanggan.
Jenis produk baru ditentukan melalui penelitian pasar &
umpan balik
pelanggan,
dengan
sedikit
perhatian
terhadap
teknologi.
Need  Pull
akan menuju pada terbentuknya incremental innovation.
Gambar 2.1 Aliran aktivitas dari Model Need Pull
(Sumber : MCL Bina Nusantara)
2.
Mendorong Teknologi (Technology Push)
Pandangan
ini  menyarankan
“Anda
harus  menjual
apa  yang
dapat
anda 
buat”. 
Produk 
baru 
diperoleh  dari 
teknologi  produksi,
penggunaan teknologi
yang canggih dan
kemudahan operasi, dengan
sedikit
perhatian terhadap pasar.
Dengan
kata
lain
suatu
produk atau
teknologi baru didorong atau dijual ke pasar (potential customer) yang
tidak
meminta
atau
mengetahui perihal
produk
atau
teknologi
baru
tersebut. Technolgy  Push akan menuju kepada radical innovation.
  
85
Gambar 2.2 Aliran aktivitas dari Model Technology Push
(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
3.
Antar fungsional (Interfunctional)
Produk
baru
memerlukan kerjasama
diantara
pemasaran,
operasi,
keterampilan 
teknik, 
dan 
fungsi 
lainnya  sehingga 
menghasilkan
produk
yang
memenuhi
kebutuhan
pelanggan dengan
penggunaan
teknologi 
yang 
memberikan 
manfaat 
terbaik. 
Untuk 
kesuksesan
inovasi produk atau jasa baru diperlukan kombinasi dari kedua model
pertama yaitu proses technical-linking dan need-linking. Selain itu ada
tiga
elemen
yang
menjadi
konsideran
dalam
menciptakan peluang
bisnis baru
yaitu
:
relevant
problem, technology
sources
dan
market
demand.
b.   Aspek Jumlah Produk
Aspek
ini
berkaitan
dengan
berapa
jumlah
produk
yang seharusnya
diproduksi.
Untuk
menentukan jumlah produk terdapat 2 cara
:
cara non-
  
86
statistik dan
cara
kuantitatif. Cara non statistik
menentukan jumlah produk
yang harus dibuat dan dijual dengan berdasarkan pertimbangan semata. Ada
3  cara
pertimbangan
non-statistik,
yaitu
:  Pertimbangan
Tenaga
Penjual
dan Pertimbangan Eksekutif dan
Ahli. Cara
kuantitatif adalah menentukan
jumlah produksi berdasarkan analisa kuantitatif dengan menggunakan data –
data masa lalu untuk meramalkan jumlah produk yang ditawarkan / dijual di
pasar pada masa yang akan datang.
c.
Aspek Kombinasi Produk
Aspek
ini
lebih
memfokuskan pada
berapa
jenis
produk
yang
diproduksi untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen, misalkan
PT.
ABC
memproduksi saus
ABC,
baterai
ABC,
kecap
ABC,
sehingga
dengan
adanya
kombinasi
produk
diharapkan
dapat
memenuhi
keinginan
dan
kebutuhan konsumen yang
berbeda
beda
tersebut.
Di
lain
pihak,
wirausahawan / produsen akan memperoleh keuntungan yang berlipat.
Setiap proses pengembangan produk diawali dengan fase perencanaan,
Output fase perencanaan ini adalah pernyataan misi proyek yang nantinya
akan digunakan
sebagai
input
yang dibutuhkan untuk
memulai
tahapan
pengembangan konsep.
Dalam
perencanaan
produk,
proyek
pengembangan produk
dikelompokan menjadi 4 tipe, yaitu:
  
87
1.
Platform
produk
baru:
Tipe
proyek
ini
adalah
melibatkan usaha
pengembangan utama
untuk
merancang
suatu
keluarga
produk
baru
berdasarkan
platform
yang
baru dan
umum.
Keluarga
produk baru
akan
memasuki pasar dan produk yang sudah dikenal.
2. 
Turunan
dari
platform
produk
yang
sudah
ada:
Proyek-proyek ini
memperpanjang platform produk supaya lebih baik dalam memasuki pasar
yang telah dikenal dengan satu atau lebih produk baru.
3.   Peningkatan perbaikan untuk produk yang telah ada: Proyek-proyek
ini  mungkin  hanya  melibatkan  penambahan  atau  modifikasi  beberapa
detail produk dproduk yang telah ada dalam rangka menjaga lini produksi
yang ada pesaingnya.
4.   Pada dasarnya produk baru: Proyek-proyek ini melibatkan produk yang
sangat
berbeda
atau
teknologi produksi
dan
mungkin
membantu untuk
memasuki  pasar 
yang  belum 
dikenal 
dan 
baru. 
Proyek-proyek 
ini
umumnya 
melibatkan  lebih  banyak  resiko; 
yang 
mana,  keberhasilan
jangka panjang
perusahaan
mungkin
tergantung
dari
apa
yang
dipelajari
melalui proyek-proyek penting ini.
  
88
2.3 Tahapan Pengembangan Produk menurut Para Ahli
Gambar 2.3 Fase Pengembangan Produk Menurut Ulrich-Eppinger
(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
  
89
Fase 0. Perencanaan : Fase ini disebut sebagai zerofase karena kegiatan
di
sini    mendahului  
persetujuan  
proyek  
dan    proses    peluncuran
pengembangan produk aktual.
Fase 1.
Pengembangan
Konsep : Pada
fase
ini,
kebutuhan pasar target
diidentifikasi,
alternatif    konsep-konsep    produk    dibangkitkan    dan
dievaluasi,
dan
satu atau
lebih
konsep
dipilih
untuk pengembangan
dan
percobaan lebih
jauh.
Konsep
adalah
uraian
dari
bentuk,
fungsi,
dan
tampilan
suatu
produk
dan
biasanya disertai
dengan
sekumpulan
spesifikasi, analisis produk-produk
pesaing
serta pertimbangan ekonomis
proyek.
Fase 
2.
Perancangan  Tingkatan 
Sistem 
Pada 
fase 
ini, 
definisi
arsitektur
produk
dan
uraian
produk
menjadi
subsistem-subsistem serta
komponen-komponen. Gambaran
rakitan
akhir
untuk
sistem
produksi
biasanya
didefinisikan selama
fase
ini.
Output
pada
fase
ini
biasanya
mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap
subsistem produk,
serta
diagram aliran
proses
pendahuluan untuk proses
rakitan akhir.
Fase 
3.
Perancangan  Detail 
:  Fase 
perancangan  detail 
mencakup
spesifikasi
lengkap
dari
bentuk,
material,
dan
toleransi-toleransi dari
seluruh
komponen
unit
pada produk
dan
identifikasi seluruh komponen
standar 
yang  dibeli 
dari 
pemasok. 
Rencana 
proses 
dinyatakan 
dan
  
90
peralatan
dirancang
untuk
tiap
komponen yang
dibuat,
dalam
sistem
produksi.
Output
dari
fase
ini
adalah
pencatatan
pengendalian untuk
produk,
gambar untuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya,
spesifikasi
komponen-komponen
yang
dapat
dibeli,
serta
rencana
untuk
proses pabrikasi dan perakitan produk.
Fase 4.
Pengujian
dan
Perbaikan
:
Fase
ini
melibatkan konstruksi dan
evaluasi
dari
bermacam-macam versi
produksi
awal
produk.
Prototype
awal (alpha) biasanya dibuat dengan menggunakan komponen-komponen
dengan
bentuk
dan
jenis
material pada
produksi
sesungguhnya,
namun
tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan yang
dilakukan  pada  proses  pabrikasi  sesungguhnya.  Prototipe  alpha diuji
untuk
menentukan apakah
produk
akan
bekerja
sesuai
dengan
apa
yang
direncanakan dan apakah produk memuaskan kebutuhan konsumen utama.
Prototipe berikutnya (beta) biasanya dibuat dengan komponen-komponen
yang dibutuhkan pada produksi
namun tidak dirakit dengan menggunakan
proses perakitan akhir seperti pada perakitan sesungguhnya. Prototipe beta
dievaluasi secara
internal
dan
juga
diuji
oleh
konsumen dengan
menggunakannya secara
langsung. Sasaran
dari
prototipe
beta
biasanya
adalah  untuk  menjawab  pertanyaan  mengenai  kinerja  dan  keandalan
dalam
rangka
mengidentifikasi
kebutuhan
perubahan-perubahan secara
teknik untuk produk akhir.
  
91
Fase 5. Produksi awal
:
Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan
menggunakan sistem produksi
yang
sesungguhnya.
Tujuan dari produksi
awal
ini   adalah   untuk   melatih   tenaga   kerja   dalam   memecahkan
permasalahan yang
mungkin
timbul pada
proses produksi
sesungguhnya.
Produk-produk
yang
dihasilkan selama
produksi
awal
kadang-kadang
disesuaikan dengan
keinginan
pelanggan
dan
secara
hati-hati
dievaluasi
untuk  mengidentifikasi
kekurangan-kekurangan
yang  timbul.  Peralihan
dari produksi awal menjadi produksi sesungguhnya
harus
melewati tahap
demi
tahap.
Pada
beberapa titik
pada
masa
peralihan ini,
produk
diluncurkan dan mulai disediakan untuk didistribusikan.
Pada
Gambar 2.3, terdapat
macam-macam proses yang
dilakukan dalam
melakukan
tahapan
proses
perancangan
dan
pengembangan produk
dalam
buku
Ulrich-Eppinger, yaitu:
Bab  2,  “Proses  dan  Organisasi  Pengembangan
Produk,”  menguraikan
proses
pengembangan produk
generic
dan
memperlihatkan variasi
penggunaan
proses
ini
dalam
berbagai
situasi
dan
lingkungan
industri.
Pada  bab  ini  dijelaskan  bagaimana  seorang  individu  diorganisasikan
dalam suatu kelompok yang terlibat dalam proyek pengembangan produk.
Bab 3, “Perencanaan Produk,”  Disini dijelaskan metode untuk mengambil
keputusan produk
mana yang akan dikembangkan. Output dari metode ini
adalah pernyataan misi untuk proyek tertentu.
  
92
Bab
4
sampai bab 8,
Disini
diuraikan aktivitas-aktivitas kunci
pada
fase
Pengembangan Konsep.
Metode-metode
yang
dijelaskan akan
menuntun
proses pengembangan produk
mulai
dari
pernyataan
misi
sampai dengan
seleksi konsep.
Bab 9, “Arsitektur Produk,” Disini dijelaskan implikasi arsitektur terhadap
perubahan produk, variasi produk, standarisasi komponen, kinerja produk,
biaya
manufaktur, dan
manajemen
proyek.
Terakhir
dijelaskan
metode
untuk membuat arsitektur produk.
Bab  10,  “Desain  Industri,”  disini  dijelaskan  peran  desainer  industri,
berkaitan
dengan  
interaksi   produk  
sengan   pemakainya,   termasuk
pertimbangan aspek estetika dan ergonomik dalam proses pengembangan
produk.
Bab
11,
“Desain
untuk
Proses
Manufaktur,” disini
didiskusikan
teknik-
teknik apa
yang digunakan
untuk mengurangi biaya
manufaktur.
Teknik-
teknik
ini
terutama
diterapkan
pada
fase
Perancangan Sistem
dan
Perancangan Detail Sistem dari proses pengembangan produk.
Bab  12,  “Membuat
Prototipe,”
pada  bab  ini  dijelaskan
metode
untuk
menjamin
upaya
pembuatan
prototype
produk
yang
berlangsung
selama
proses pengembangan diterapkan secara efektif.
  
93
Bab 
13, 
“Analisis 
Ekonomi 
Pengembangan  Produk,” 
pada 
bab 
ini
diuraikan
metode-metode   untuk   memahami   pengaruh   internal   dan
eksternal faktor-faktor terhadap nilai ekonomis proyek.
Bab  14, 
“Mengendalikan  Proyek,”  disini  dijelaskan  beberapa  konsep
mendasar
untuk
memahami
dan
menggambarkan
interaksi antara
tugas-
tugas proyek.
Menurut C. Merle
Crawford
dan
C.
Anthony
Di Benedetto dalam bukunya
yang
berjudul
New
Products
Management”,
dikatakan
bahwa
tahapan
pengembangan produk memiliki 5 fase yaitu :
Phase 1: Opportunity Identification/Selection
Phase 2: Concept Generation
Phase 3: Concept/Project Evaluation
Phase 4: Development
Phase 5: Launch
Gambar 2.4 Fase Pengembangan Produk Menurut Crawford-Benedetto
(Sumber : New Products Management, Crawford-Benedetto)
  
94
Fase 1.
Identifikasi
peluang
dan
Seleksi
(
Opportunity
Identification
and
Selection)
:
Disini peluang dari produk baru akan dijadikan peluang
bisnis, mengadakan perubahan pada rencana pemasaran, sumber daya  dan
kebutuhan
yang
terdapat
pada
pasar.
Mengadakan riset
pasar
untuk
kemudian
dievaluasi, divalidasi
dan
keluarannya adalah
pernyataan
strategic yang akan melangkah ke tahap berikutnya.
Fase 2. Pengembangan Konsep (concept generation) : Memilih peluang
yang
paling  
berpotensi  
untuk   dikembangkan   dan  
mulai  
dengan
keterlibatan
konsumen   dalam   tahap  
identifikasi   kebutuhan.   Mulai
menyusun
konsep
produk
baru
yang
dapat
menjawab kesempatan atau
peluang yang ada.
Fase   3 Evaluasi  Proyek/Konsep  (Concept/Projec Evaluation :
Mengevaluasi konsep
produk
tersebut
(seperti
pada
saat
mereka
mulai
masuk) pada kriteria teknis, pemasaran dan keuangan. Beri bobot dan pilih
yang terbaik kedua atau ketiga.
Fase 4. Pengembangan
(Development) : Pada fase
ini
merupakan tahap
pengujian konsep
yang sudah
matang dengan
pembuatan prototipe
yang
langsung  diujikan  kepada  konsumen,  desain  pembuatan  dan  peralatan
yang dibutuhkan sudah mulai disusun, sambil tidak lupa mempersiapkan
  
95
strategi
pemasaran dan
persiapan
peluncuran produk
tersebut
dengan
memperhatikan jalur
distribusi dan biaya-biaya
yang dibutuhkan melalui
sebuah business plan.
Fase  5. Peluncuran
(Launch: mulai produksi awal dan pemasaran
dengan
ruang
lingkup
yang
kecil
dulu
sambil
memantapkan sistem
produksi
pembuatan
produk
tersebut,
dan
mulai
menjalankan program
peluncuran sesuai yang direncanakan secara bertahap.
Kelima
fase
ini
lebih
difokuskan
untuk
pengembangan produk
yang
betul-
betul merupakan produk baru
(Crawford-Beneditto, 2000).
Lain
halnya
dengan
pendapat
seorang
ahli
pengembangan
produk
di
USA
yaitu R. Cooper dalam bukunya yang berjudul “Winning at New Products”, Cooper
menyebutkan tahapan
pengembangan
produk
yang
dikenal
sebagai
Stage-Gate
Process
yaitu sebuah
tahapan pergerakan suatu proyek produk baru dari sebuah
ide
hingga   ke   tahap   peluncuran.   Stage  merupakan   tahapan   sebenarnya   dimana
diwujudkan dalam
tindakan
nyata.
Sedangkan
gate
merupakan
point
pengambilan
keputusan
untuk
dilanjutkan
atau
tidak
ke
tahap
atau
stage
selanjutnya. Berikut
penjelasan singkat mengenai Stage-Gate Process :
  
96
Gambar 2.5 Stage-Gate Process Menurut R. Cooper
(Sumber : Winning at New Products, R. Cooper)
Discovery Stage . Tahap pemilihan ide : dalam tahapan ini, munculnya ide-ide
tentang produk apa yang akan dikembangkan dan apa jenis pengembangannya
semuanya pasti muncul dari suatu ide atau gagasan.
Gate 1. Idea screen
:
merupakan tahapan pengelompokan ide-ide yang
telah
didapatkan.
Stage 1. Scooping
:
merupakan tahapan perkiraan akan keberhasilan produk
yang akan dikembangkan, dapatkah produk itu dibuat, serta bagaimana respon
pasar terhadap produk tersebut nantinya.
Gate 2. Second screen : dalam tahap ini diadakan penyaringan konsep produk
mana yang akan dilanjukan untuk dikembangkan.
Stage 
2. Building the
business  case 
merupakan  tahap 
yang  paling
menentukan bagi
tim
pengembangan produk,
disini
akan dibuat definisi dari
produk
dan
proyek
tersebut,
rencana
proyek
dan
pembenaran dari
proyek
tersebut di masa-masa mendatang.
  
97
Gate 3. Go to Development : pada tahap
ini ditentukan apakah diteruskan ke
tahap pengembangan
atau
tidak
berdasarkan
hasil
dari
tahapan sebelumnya
dan konsep yang telah terpilih.
Stage 3. Development : Tahap
ini
yang disebut tahapan pengembangan, pada
tahap ini dilakukan seperti yang dilakukan pada tahap pengembangan konsep,
persiapan peluncuran, rencana sistem produksi, dan pengujian untuk ke tahap
selanjutnya.
Gate  4. Go  to Testing  :  Merupakan
tahapan
awal
dari
pengujian
konsep
produk yang sudah dikembangkan.
Stage 4. Testing and Validation : Merupakan tahapan final dari pengujian dan
validasi  data 
pengujian 
dari 
seluruh  proyek, 
perkiraan 
rencana 
proses
produksi,
analisa
ekonomi
produk,
respon
dari
konsumen, dan
pembuatan
prototipe.
Gate 5. Go to launch : Tahapan persiapan peluncuran awal dari produk yang
sudah diuji.
Stage 
5. 
Launching 
produksi 
awal 
sudah 
mulai 
dilakukan, 
beserta
perbaikan-perbaikan
sistem
produksi  dan  peralatan
untuk
efisiensi
proses,
jalur
distribusi
dan
komersialisasi mulai
dibangun
dan
diperluas
secara
bertahap.
Review   dari  peluncuran
produk   :   Setelah   produk   diluncurkan 
secara
komersialisasi,   dilakukan   review   untuk   memastikan   bahwa   hambatan-
  
98
hambatan
yang
ada
bisa
teratasi,
serta
memastikan apakah
produksi
tetap
dilanjutkan
beserta
pemasarannya, atau
tetap
memasarkan
sisa
stok
barang
(bila produksi dihentikan karena tidak dapat dilanjutkan), atau mendaur ulang
produk tersebut sehingga dapat dimanfaatkan menjadi barang lain (“Winning
at New Products”, R.Cooper, 2001).
Ketiga
model
di
atas
memiliki
tahapan-tahapan pengembangan produk
yang
berbeda
satu sama
lain,
namun
dapat
dilihat
juga banyaknya
kesamaan
dari
ketiga
proses
tersebut,
perbedaan
jumlah
tahapan
atau
fase
disebabkan karena
adanya
penggabungan dari
beberapa
tahapan
yang
sejenis
ataupun
membaginya
menjadi
beberapa tahapan yang lebih detail. Tahapan pengembangan produk menurut Karl T.
Ulrich dan Steven D. Eppingger adalah yang paling umum, paling detail dan paling
mudah
dipahami.
Para
praktisi
pengembangan produk
banyak
yang
menggunakan
tahapan
ini.
Pada
tahap
pembahasan
pengembangan produk
ini
nantinya
akan
disesuaikan menurut tahapan yang dikembangkan oleh Ulrich dan Eppingger.
2.4 Pengembangan Produk
Tiap-tiap
organisasi
mempunyai pendekatan
yang
berbeda
untuk
pengembangan
produk
tetapi
pada
dasarnya
langkah-langkah yang
ditempuh
adalah sama dan secara sistematis yang digambarkan pada proses pengembangan
produkseperti gambar berikut :
  
99
Pelanggan
Pencarian
Gagasan
Teknologi R&D
Seleksi
Produk
Desain
Prod.
Pendahuluan
Desain
Proses
Pendahuluan
Pengujian
Desain
Proses
Akhir
Desain
Produk Akhir
Produksi
Produk Baru
Perencanaan
Kapasitas,
Produksi
dan
Schedule
Gambar 2.6 Proses Pengembangan Produk Baru
(Sumber : MCL Bina Nusantara)
Untuk  mengembangkan suatu
rencana
produk  dan
pernyataan
misi
proyek, ada lima tahapan proses berikut :
2.4.1 Identifikasi peluang / Pencarian Gagasan
Proses
pengembangan produk
akan
dimulai
dengan
mengidentifikasi peluang-peluang pengembangan produk. Langkah ini
dapat
dibayangkan sebagai
terowongan peluang
karena
membawa
bersama-sama input
dari
perusahaan
dan
konsumen
yang
sudah ada.
Ide-ide untuk
produk
baru
atau
detail produk
berasal dari beberapa
sumber, meliputi (diantaranya):
Personal pemasaran dan penjualan
Penelitian dan organisasi pengembangan teknologi
Tim pengembangan produk saat ini
  
100
Manufaktur dan operasional organisasi
Pelanggan sekarang atau potensial
Pihak ketiga seperti pemasok, pencipta, dan partner-partner bisnis.
Proses identifikasi peluang pengembangan produk sangat berhubungan
dengan
kegiatan
identifikasi kebutuhan
pelanggan.
Beberapa
pendekatan
proaktif meliputi:
Mencatat  kegagalan  dan  keluhan  yang  dialami  pelanggan  dengan
produk yang sudah ada sekarang
Mewawancarai
penguna  utama,  dengan  memfokuskan
pada  proses
inovsi
oleh
penguna-penguna
ini
dan
modifikasi-modifikasi yang
dilakukan oleh para pengguna terhadap produk yang sudah ada.
Mempertimbangkan  
implikasi   terhadap  
adanya  
kecenderungan-
kecenderungan dalam
gaya
hidup,
demografis,
dan
teknologi
untuk
kategori produk yang ada dan peluang-peluang kategori produk baru.
Beberapa
usulan
pelanggan
sekarang
dikumpulkan
secara
sistematis
melalui tenaga penjual dan system pelayanan pelanggan.
Studi  para  pesaing  produk 
dilakukan  secara 
berhati-hati  dengan
berdasarkan pada basisi sekarang( keungulan-keungulan pesaing)
Status  teknologi  yang  muncul  dilihat  kembali  untuk  memfasilitasi
perpindahan
teknologi    yang    tepat    dari    penelitian    ke    arah
pengembangan produk.
  
101
2.   Mengevaluasi dan Memprioritaskan Proyek
Langkah
kedua
dalam
proses
perencanaan produk
adalah
memilih
proyek
yang
paling
menjanjikan
untuk
diikuti.
Empat
perspektif
dasar
yang berguna dalam
mengevaluasi dan
memprioritaskan peluang-peluang
bagi produk baru dalam kategori produk yang sudah ada adalah
Strategi bersaing
Strategi
bersaing
perusahaan
merupakan suatu
pendekatan
pasar
dan
produk
yang
mendasar dengan
memperhatikan para
pesaing. Strategi
ini
digunakan
untuk
memilih
peluang.
Pada
umumnya perusahaan
melakukan diskusi
pada
tingkat
manajemen
merupakan
suatu
kompetensi strategi dan membantu dalam bersaing.
Segmentasi pasar
Dengan 
membagi  suatu 
pasar 
menjadi 
segmen-segmen,
memungkinkan
perusahaan
untuk
mempertimbangkan
tindakan
para
pesaing
dan
kekuatan
produk
perusahaan sekarang
berdasarkan
kelompok
pelanggan
yang jelas. Dengan
memetakan produk-produk
peasaing dan produk
milik perusahaan sendiri dalam segmen-segmen,
perusahaan
dapat
mempekirakan peluang
produk
yang
mana
menyebabkan  kelemahan 
lini 
produknya 
dan 
yang 
mana
memanfaatkan kelemahan dari penawaran pesaing-pesaing.
  
102
Mengikuti perkembangan teknologi
Dalam bisnis
yang sifatnya
intensif teknologi, keputusan perencanaan
produk
yang
utama
adalah
penentuan waktu
untuk
menggunakan
teknologi dasar
yang baru dalamlini produksi.
Sebagai contoh, dalam
bisnis pencatatan, permasalahan teknologi utama pada pergantian abad
adalah 
pergantian 
untuk 
pemrosesan 
dan 
pencetakan  digital.
Keputusan
perencanaan produk
adalah
menentukan kapan
untuk
mengembangkan produk-produk
digital,
berlawanan
kebalikan
dari
pengembangan produk
yang
lain
yang
berdasarkan
teknologi
yang
menggunakan lensa lampu.
Perencanaan platform produk
Platform
produk
merupakan
sekumpulan asset
yang
dibagi
dalam
sekumpulan produk. Komponen-komponen dan
dubrakitan-subrakitan
sering menjadi hal terpenting dari
aset-aset ini. Platform yang efektif
dapat
memungkinkan
variasi
turunan
yproduk
untuk
dirancang
lebih
cepat dan lebih mudah, dimana setiap produk memberikan ciri-ciri dan
fungsi-fungsi yang diinginkan oleh segman pasar utama.
3.   Mengalokasikan Sumber daya dan rencana waktu
Penentuan waktu dan alokasi
sumber daya ditentukan
untuk proyek-
proyek yang lebih menjanjikan, terlalu banyak proyek akan menimbulkan
  
103
persaingan
untuk beberapa
sumber daya.
Sebagai
hasilnya,
usaha
untuk
merancang
sumber
daya
dan
merencanakan waktu
hampir
selalu
menghasilkan suatu tingkat pengembalian untuk evaluasi sebelumnya dan
penentuan  prioritas  langkah  untuk  memendekkan  sekumpulan  proyek
yang akan diikuti.
4.   Melengkapi perencanaan pendahuluan proyek
Setelah
proyek
disetujui,
maka
diadakan
kegiatan
perencanaan proyek
pendahuluan, 
dibentuk 
sebuah 
tim   inti   yang   terdiri 
dari   ahli   teknik,
pemasaran,
manufaktur
dan
fungsi
pelayanan
untuk
menghasilkan suatu
pernyataan visi
dan
pernyataan misi produk
yang
isinya
memformulasikan
suatu
definisi
yang
lebih
detil
dari
pasar
target
dan
asumsi-asumsi yang
mendasari operasional tim pengembangan.
Pernyataan misi
mungkin
mencangkup
beberapa
dari
keseluruhan
informasi berikut:
Uraian  produk  ringkas  (satu  kalimat): Uraian ini mencangkup
manfaat
produk
utama
untuk
pelanggan namun
menghindari
penggunaan konsep
produk
secara
spesifik.
Mungkin
saja
berupa
pernyataan visi produk.
Sasaran 
utama 
bisnis:
Sebagai 
tambahan  sasaran  proyek 
yang
mendukung  strategi  perusahaan,  sasaran  ini  biasanya  mencangkup
  
104
waktu,  biaya,  dan  kualitas  (contoh  penentuan 
waktu  pengenalan
produk, performasi finansial yang diinginkan, target pangsa pasar).
Pasar
target
untuk
produk:
Terdapat
beberapa
pasar
target
untuk
produk. Bagian ini mengidentifikasi pasar utama dan pasar kedua yang
perlu dipertimbangkan dalam usaha mengembangan
Asumsi-asumsi
dan
batasan-batasan
untuk
mengarahkan
usaha
pengembangan:
Asumsi-asumsi
harus
dibuat
dengan hati-hati,
meskipun mereka membatasi kemungkinan jangkauan konsep produk,
mereka  membantu  untuk  menjaga  lingkup  proyek  yang  terkelola.
Untuk
itu dibutuhkan informasi-informasi untuk pencatatan keputusan
mengenai asumsi dan batasan.
Stakeholder:
Satu cara
untuk
menjamin bahwa banyak permasalahan
pengembangan ditujukan
untuk
mendaftar
secara
eksplisit
seluruh
stakeholder
dari
produk,
yaitu
sekumpulan
orang
yang
dipengaruhi
oleh keberhasilan
dan
kegagalan produk.
Daftar
stakeholder
dimulai
dari
pengguna
akhir
(pelanggan eksternal
akhir)
dan
pelanggan
eksternal yang
membuat keputusan tentang produk.
Stakeholder juga
mencangkup pelanggan produk yang mendampingi perusahaan, seperti
tenaga penjual, organisasi pelayanan, dan departemen produksi. Daftar
stakeholder   
menyediakan    suatu   
bayangan   
bagi   
tim   
untuk
  
105
mempertimbangkan  kebutuhan  setiap  orang  yang  dipengaruhi  oleh
produk.
5.   Merefleksikan kembali hasil dan proses
Pada tahap ini dilakukan
reality
check
terhadap
pernyataan
misi
yang
merupakan  pegangan  untuk  tim  pengembangan.  Langkah  awal  untuk  ini
adalah waktu untuk memperbaiki apakah pengembangan ini bisa berjalan dan
konsisten.
Setelah gagasan ditemukan, disusunlah konsep – konsep yang
nantinya akan
diseleksi. Metode penyusunan konsep secara umum terdiri atas 5 langkah dengan
memecahkan sebuah masalah kompleks yang
menjadi
submasalah
yang
lebih
sederhana. Berikut gambar dari lima langkah metode penyusunan konsep :
Gambar 2.7  Langkah Metode Penyusunan Konsep
(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
Kemudian dikenalkan konsep penyelesaian untuk submasalah
menggunakan
prosedur
pencarian
eksternal
dan
internal, pencarian
eksternal
untuk
konsep
yang
sudah ada, sedangkan pencarian internal untuk konsep baru.
  
106
Kemudian dikenalkan
konsep penyelesaian
untuk
submasalah
menggunakan
prosedur
pencarian eksternal
dan
internal,
pencarian eksternal
untuk
konsep
yang
sudah ada, sedangkan pencarian internal untuk konsep baru.
Pohon
klasifikasi
dan
tabel
kombinasi kemudian digunakan
untuk
menggali
secara
sistematis
konsep
penyelesaian tersebut
dan
untuk
mengintegrasikan
penyelesaian sub masalah ke dalam sebuah penyelesaian total. Akhirnya dapat dibuat
sebuah langkah
mundur
untuk
merefleksikan validitas dan kemampuan aplikasi dari
hasil, seperti yang digunakan oleh proses.
Dari
sini
akan
muncul
beberapa
macam
konsep
yang
tujuannya
sama
yaitu
untuk 
menjawab  penyelesaian  dari  submasalah  yang 
sudah 
difokuskan  karena
sifatnya memang penting.
2.4.2 QFD (Quality Function Deployment)
Cohen
(1995)
mendefinisikan
Quality
Function
Deployment
adalah
metode
terstruktur
yang
digunakan
dalam
proses
perencanaan
dan
pengembangan produk
untuk 
menetapkan  spesifikasi 
keinginan 
dan 
kebutuhan 
konsumen, 
serta
mengevaluasi secara sistematis kapabilitas suatu
produk
atau
jasa
dalam
memenuhi
keinginan dan kebutuhan konsumen. Tujuan dari Quality Function Deployment tidak
hanya   memenuhi 
sebanyak 
mungkin   harapan   pelanggan, 
tapi   juga   berusaha
melampaui
harapan-harapan pelanggan
sebagai
cara
untuk
berkompetensi
dengan
saingannya, sehingga diharapkan konsumen tidak menolak dan tidak komplein, tetapi
malah menginginkannya.
  
107
Implementasi 
dari
QFD
terdiri
tiga
tahap,
dimana
seluruh
kegiatan yang
dilakukan
pada
masing-masing tahapan
dapat
diterapkan
seperti
layaknya
suatu
proyek,
dengan
terlebih
dahulu
dilakukan
tahap
perencanaan
dan
persiapan,
ketiga
tahapan tersebut adalah (Lou Cohen, 1995) :
1. Tahap pengumpulan Voice of Customer.
2. Tahap penyusunan rumah kualitas (House of Quality).
3. Tahap analisa dan implementasi
Keuntungan utama dari metode matriks QFD menurut Gaspersz
(2001) adalah sebagai berikut:
1.
Memperjelas
area
dimana
tim
pengembangan produk
perlu
untuk
memenuhi
informasi 
dalam 
mendefenisikan 
produk   atau   jasa   yang   akan   memenuhi
kebutuhan konsumen.
2.   Mempunyai
bentuk
yang jelas dan teratur serta kemampuan
untuk penelusuran
kembali
pada
kebutuhan konsumen dari
seluruh
data
atau
informasi yang
tim
produk butuhkan untuk membuat keputusan yang tepat dalam hal defenisi, desain,
produksi dan penyediaan produk.
3.   Menyediakan
forum
untuk analisa masalah yang
timbul dari
data yang tersedia
mengenai kepuasan konsumen dan kemampuan kompetisi produk atau jasa.
4.  Menyimpan perencanaan untuk produk sebagai hasil keputusan bersama.
  
108
5.
Dapat
digunakan
untuk
mengkomunikasikan rencana
terhadap
produkuntuk
mendukung
manajemen
dari
pihak
lainnya
yang
bertanggung jawab
terhadap
implementasi dari rencana tersebut.
Untuk pelaksanaan strategi, dengan
Quality Function Deployment digunakan
teknik-teknik lain
sebagai
alat
bantu,
yaitu
pairwise
comparisons
(perbandingan
berpasangan)   dan   benchmarking.   Untuk   mengetahui   harapan   dan   kebutuhan
pelanggan atau mengadakan evaluasi dan hubungan antara variabel dengan kepuasan
pelanggan. Pairwise
comparisons
untuk
penetapan
prioritas
terhadap
harapan
dan
kebutuhan pelanggan.
Benchmarking untuk membantu para pengambil keputusan untuk mengetahui
kondisi
pasar  dan  kondisi
pesaing
sehingga
perusahaan
dapat  memberikan
yang
terbaik bagi pelanggan (Dorothea, 1999).
Untuk
penetapan
prioritas
terhadap kebutuhan
dan
harapan
pelanggan
yang
telah
diidentifikasi berdasarkan
Voice
of
Customer
(VOC)
yang
dijabarkan
dalam
QFD 
digunakan 
sistem 
pembobotan 
menggunakan  metode 
perbandingan
berpasangan
(pairwise
comparisons)
dengan bantuan QFD
Designer
yang
memungkinkan tingkat
kepentingan
suatu
kriteria
relatif
terhadap
kriteria
lainnya
dapat dinyatakan dengan jelas.
Metode
pairwise
comparisons
dapat
memberikan judgement
dalam
memecahkan problem terhadap adanya komponen-komponen yang
tak terukur
yang
mempunyai peran
yang cukup besar sehingga tidak dapat diabaikan. Karena tidak
  
109
semua problem sistem dapat dipecahkan melalui komponen yang dapat diukur, maka
dibutuhkan skala
yang
dapat
membedakan setiap
pendapat,
serta
mempunyai
keteraturan,  sehingga  memudahkan  untuk  mengaitkan  antara  judgement  dengan
skala-skala yang tersedia.
Dalam
pengkajian ini
digunakan
nilai
skala
komparasi
1
s/d
9.
Saaty
pada
tahun
1995
telah
membuktikan bahwa
nilai
skala
komparasi
1
s/d
9
adalah
yang
terbaik, yaitu berdasarkan pertimbangan tingginya akurasi, yang ditunjukkan dengan
nilai RMS (Root Mean Square) dan MAD (Mean Absolute Deviation) pada berbagai
problema (Arkeman, 1999)
  
110
Gambar 2.8  Bagan QFD
(Sumber : Software QFD Designer)
  
111
2.4.2 Seleksi Konsep Produk
Konsep
-
konsep
yang
telah
terbentuk
tentunya
memiliki
kelebihan dan
kekurangan
masing-masing. Untuk
itu
diperlukan seleksi
konsep
yang
merupakan
proses
menilai konsep dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan dan kriteria lain,
membandingkan kekuatan dan kelemahan relatif dari konsep, dan memilih satu atau
lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian dan pengembangan selanjutnya.
Metode seleksi konsep
pada proses
ini
didasarkan pada penggunaan matriks
keputusan
untuk
mengevaluasi
masing-masing konsep
dengan
mempertimbangkan
serangkaian kriteria seleksi.
Gambar 2.9  Seleksi dan Penyaringan Konsep
(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
Proses seleksi konsep terdiri atas 2
langkah
utama yaitu penyaringan konsep
dan
penilaian
konsep
dengan
metode
yang
dikembangkan
oleh
Stuart
Pugh
pada
tahun 1980-an dan
sering
sekali
disebut
seleksi
konsep
Pugh
(Pugh,1990).
Tujuan
tahapan ini adalah mempersempit jumlah konsep secara cepat dan untuk memperbaiki
konsep.
  
112
Kriteria seleksi
Konsep
1
2
3
Kriteria 1
Kriteria 2
Kriteria 3
Kriteria 4
Kriteria 5
Kriteria 6
Kriteria 7
0
0
-
-
+
-
-
0
0
0
-
+
0
0
0
0
+
+
0
+
+
Jumlah +
Jumlah 0
Jumlah -
1
2
4
1
5
1
4
3
0
Nilai akhir
Peringkat
lanjutkan ?
-3
3
Tidak
0
2
Ya
4
1
Ya
Gambar 2.10  Matriks Penyaringan Konsep
(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
Proses penyaringan konsep merupakan proses penilaian yang sederhana yang
menggunakan
tiga
simbol
yaitu
nilai
relatif
“lebih
baik”
(+),
jika
konsep
tersebut
lebih baik dari konsep
yang lain dalam hal kriteria tersebut. “sama dengan” (0), jika
untuk  kriteria  tersebut  konsep  tersebut  sama  dengan  konsep  yang  lainnya.  Dan
terakhir “lebih buruk” (-), bila konsep tersebut lebih buruk dari konsep yang lainnya.
Kemudian jumlah bobot tiap kriteria dijumlahkan untuk masing-masing konsep diberi
rangking. Konsep
yang dipilih
untuk diteruskan adalah satu
atau
lebih
konsep
yang
memiliki tingkat rangking yang lebih tinggi.
Tahapan 
selanjutnya  pada  seleksi 
konsep 
adalah  dengan 
menggunakan
matriks
penilaian konsep,
dengan cara
menambahkan
bobot kepentingan
ke
dalam
matriks.
  
113
Konsep
2
3
Kriteria
Beban
Rating
Nilai
Beban
Rating
Nilai
Beban
Kriteria 1
Kriteria 2
Kriteria 3
Kriteria 4
Kriteria 5
Kriteria 6
Kriteria 7
5%
15%
25%
20%
10%
15%
10%
3
3
3
4
4
2
2
0.15
0.45
0.75
0.8
0.4
0.3
0.2
3
3
4
4
3
3
3
0.15
0.45
1
0.8
0.3
0.45
0.3
Total
Nilai
Peringkat
3.05
2
3.45
1
Lanjutkan
?
Tidak
Ya
Gambar 2.11  Matriks Penilaian Konsep
(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
Beberapa
pola
yang
berbeda
dapat
digunakan
untuk
memberi
bobot
pada
kriteria
seperti
menandai
nilai
kepentingan
dari
1-5
atau
mengalokasi nilai
100%.
Selanjutnya penetapan
rating
dapat
dilakukan
oleh
beberapa
responden untuk
menentukan apakah bobot yang diberikan sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Nilai rating dan beban dikalikan untuk mendapatkan nilai beban. Nilai beban
ini
yang
akan
dijumlahkan
untuk
menentukan
rangking
tiap
konsep
yang
dinilai.
Sama
seperti
tahap
penyaringan konsep,
konsep
yang
terpilih
adalah
konsep
yang
memiliki rangking tertinggi.
Dengan dasar kedua matriks seleksi tersebut dapat diputuskan untuk memilih
satu   atau  
lebih  
konsep  
terbaik,   konsep-konsep  
ini  
mungkin  
lebih  
lanjut
  
114
dikembangkan,  dibuat  prototipe  dan  diuji  untuk  memperoleh  umpan  balik  dari
pelanggan.
Ada juga dengan
metode daftar penilaian (scoring) melalui proses finansial.
Beberapa faktor penimbang diberi bobot oleh anggota Direksi atau tenaga ahli dalam
bidang sejenis.
Lembar Evaluasi Gagasan Produk seperti ganbar di bawah ini:
Tabel EV
Tabel EV
Tabel EV
A
ALUA
ALUAS
LUAS
SI
I
I
GA
GA
GA
GA
GAS
GAS
SAN
AN
AN
P®ROD
P®ROD
P®ROD
ROD
UK
UK
UK
N
Syarat
o
keberhasilan
Pembo-
botan
Penilaian
(B)
Nilai
1
Vol.
Penjualan
2
Perlindungan
Patent
3
Persaiangan
(A)
0.20
0.05
0.05
Sangat
Baik
(40)
*
*
*
Baik
(30)
Sedang
(20)
Jele
k
(10)
Sangat
Jelek
(0)
(A)
X
(B)
8
2
2
4
Bahan Baku
5
Resiko Teknis
6
Kesesuaian
dg
Bisnis Utama
7
Nilai  Tambah
8
Terpengaruh pd
Produk
Sekarang
Total
0.10 
*
3
0.10 
*
3
0.20 
*
6
0.10 
*
3
0.20 
*
0
27
Gambar 2.12 Evaluasi Gagasan Produk
(Sumber : MCL Pengembangan Produk Bina Nusantara)
Dari gambar tersebut disimpulkan produk lolos dari penyaringan karena
nilainya
27. Setelah lolos dilakukan analisis finansial berdasarkan MCL
Bina Nusantara dengan rumus:
  
115
RI = ( Pt x Pc x AV x P x L ) / TDC
Dengan keterangan sebagai berikut :
RI   
:
Return on Invesment
PT    : Probabilitas Keberhasilan Teknikal (O =
PT = 1)
Pc
:
Probabilitas Keberhasilan Komersial
dalam pasar (O = Pc =
1)
AV   : Volume Tahunan (penjualan produk
total dalam unit)
P
:
Kontribusi laba per unit produk yang
dijual dalam rupiah (harga minus
biaya)
L     
:
Waktu kehidupan produk dalam tahun
TDC : Biaya pengembangan produk total dalam
Rupiah
2.4.3 Desain Produk Pendahuluan
  Dalam hal ini perlu diketahui ciri-ciri produk terpilih. Sebagai contoh dalam
industri permen untuk anak-anak bagaimana komposisinya, kenampakannya,
ukurannya, bagaimana penyimpanan produk, umur simpan dan sebagainya.
Prototipe merupakan produk baru dari suatu kegiatan uji coba produksi skala
kecil.
  
116
   Perusahaan akan mengalami Trade off yaitu akibat dari kondisi yang saling
berlawanan antara biaya, kualitas dan nilai produk hasil akhir dari kegiatan
diatas berupa disain yang dapat bersaing dipasar yang siap diproduksi.
2.4.4  Pengujian Konsep
Prototipe
yang  sudah  dibuat  kemudian
diuji  hasilnya  ditinjau  dari
aspek pemasaran dan kemampuan tehnikal produk. Kegiatan pengujian pasar
sangat penting karena meskipun produk berkualitas tetapi tidak layak jual juga
tidak ada artinya dan kegiatan ini disebut Uji Pasar. Dalam hal
ini prototipe
produk baru dilempar kesekelompok konsumen untuk dicoba dan dari uji ini
diketahui
pendapat
konsumen mengenai produk
baru
tersebut.
Pengujian
Konsep
berhubungan erat
dengan
seleksi konsep,
dimana kedua aktivitas ini
bertujuan  untuk  menyempitkan  jumlah  konsep  yang  akan  diproses  lebih
lanjut. Namun pengujian konsep berbeda, karena aktivitas ini menitikberatkan
pada
pengumpulan data
langsung
dari
pelanggaan
potensial
dan
hanya
melibatkan
sedikit
penilaian
dari
tim
pengembang. Tahapan
ini
dilakukan
setelah  seleksi  konsep  karena  tidak 
memungkinkan  untuk  menyodorkan
banyak konsep
ke
pelanggan
potensial
untuk
diuji,
sehingga konsep-konsep
alternatif
harus
dipersempit
terlebih
dahulu
menjadi
satu
atau
dua
konsep
untuk diuji.
  
117
Metode pengujian konsep terdiri dari 7 tahap yaitu ( Ulrich Eppinger,2001) :
1) 
Mendefinisikan maksud dari pengujian konsep ? Pengujian konsep dapat
diartikan sebagai suatu eksperimen, oleh karena itu perlu didefinisikan dahulu
maksud dari eksperimen
ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti
Konsep
mana yang akan diuji?, Bagaimana konsep dapat diperbaiki?, Berapa
Jumlah
produk
yang
dapat
dijual?,
Dapatkah proses
pengembangan
dilanjutkan?.
2) 
Memilih 
Populasi 
Survei  ? 
Seringkali  produk 
ditujukan 
untuk  pasar
potensial dengan
beberapa segmen sekaligus. Hal
yang
perlu
diperhatikan
adalah  pengujian  ke  beberapa  segmen  sekaligus  akan  membuang  banyak
waktu dan biaya, sehingga seringkali untuk menghindari pembengkakan biaya
maka pengujian konsep cukup dilakukan dengan memilih pelanggan potensial
dengan segmen pasar terbesar saja.
3) 
Memilih 
Format 
Survei 
?  
Sama 
seperti 
survei-survei 
yang 
pernah
dilakukan
pada
tahapan sebelumnya, jenis
format
yang
dapat
dipilih
adalah
dengan
:
face-to-face
interaction,
Telepon, Surat,
E-mail,
Internet.
Dan
tiap
format memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
4) 
Mengkomunikasikan 
Konsep  ?  Yang
membedakan 
survei 
pengujian
konsep dengan survei-survei sebelumnya adalah adanya konsep
terpilih yang
harus dkomunikasikan kepada
responden
untuk dinilai sendiri oleh
mereka.
Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan konsep yaitu :
  
118
uraian
verbal, sketsa, Foto
dan
gambar,
storyboard,
Video, simulasi,
Multimedia interaktif, Model fisik, dan prototipe yang dioperasikan. Sehingga
tim pengembang dapat
memilih cara
yang
sesuai
untuk
mengkomunikasikan
konsep disesuaikan dengan biaya dan kemampuan yag ada.
5) 
Mengukur
respon
pelanggan
?
Data
yang
didapatkan
dari
survei
dapat
diolah
dan
digunakan untuk
mengukur
respon
pelanggan, dan
hal
yang
terutama diukur adalah Konsep
mana
yang
dipilih,
usulan perbaikan, serta
keinginan
pelanggan
untuk
membeli
dengan
dibagi ke
dalam 5
skala
yaitu
pasti
akan
membeli, mungkin akan
membeli,
mungkin atau
tidak
akan
membeli, mungkin tidak akan membeli, pasti tidak akan
membeli. Atau bisa
juga dengan cara menyuruh responden untuk menyebut angka peluang sendiri
untuk membeli.
6) 
Mengiterpretasikan Hasil ? Maksud dari
mengintrepretasikan hasil adalah
bila
memang ada konsep
yang
mendominasi,
maka secara
langsung konsep
tersebut dapat dipilih untuk dilanjutkan ke tahap pengembangan model, tetapi
bila
hasilnya
tidak
terbatas, maka
konsep
dapat
dipilih
berdasarkan
pertimbangan waktu dan biaya. Dan tidak jarang juga tim pengembang dapat
memperkirakan
potensi
penjualan produk
1
tahun
ke
depan
setelah produk
tersebut diluncurkan. Meskipun sifatnya tidak pasti, tetapui prediksi penjualan
cenderung berkorelasi dengan permintaan yang sebnarnya, karena itu prediksi
  
119
penjualan
merupakan
informasi
yang
sangat
berharga
bagi
Tim
pengembangan produk.
  Merfleksikan Hasil dan proses ? Manfaat utama dari pengujian konsep
adalah memperoleh umpan balik dari pelanggan potensial, yang
diuntungkan oleh pemikiran tentang pengaruh tiga variabel kunci yang
terdapat pada model prediksi yaitu : Ukuran Pasar keseluruhan,
Ketersediaan tentang produk, dan proporsi pelanggan yang mungkin akan
membeli produk. Dalam merefleksikan hasil pengujian konsep, sebaiknya
2 pertanyaan kunci harus terjawab, yaitu : apakah konsep sudah
dikomunikasikan dengan benar sehingga menghasilkan respon pelanggan
sesuai dengan yang dituju ? dan apakah hasil prediksi konsisten dengan
hasil tingkat pengamatan tingkat penjualan terhadap produk-produk yang
sama ? Akhirnya pengalaman dengan produk baru kemungkinan besar
dapat diterapkan di masa yang akan datang untuk produk-produk yang
hampir sama.
2.4.5 Arsitektur Produk
Semua
produk
terdiri
dari
elemen
fungsional dan
fisik.
Elemen-
elemen
fungsional
dari produk
terdiri
atas
operasi
dan
transformasi yang
menyumbang terhadap kinerja keseluruhan produk.
Elemen-elemen fisik
dari
sebuah
produk
adalah
bagian-bagian,
komponen, dan sub rakitan yang pada akhirnya diimplementasikan terhadap
  
120
fungsi
produk.
Elemen-elemen fisik
diuraikan
lebih
rinci
ketika
usaha
pengembangan berlanjut.
Elemen
fisik
produk
biasanya
diorganisasikan
menjadi beberapa building blocks utama yang disebut chunks. Setiap Chunk
terdiri
dari
sekumpulan komponen
yang
mengimplementasikan fungsi
dari
produk..
Arsitektur
produk
adalah
skema
elemen-elemen fungsional
dari
produk
disusun
menjadi chunk
yang
bersifat
fisik.
Dan
menjelaskan
bagaimana setiap chunk berinteraksi.
Karakter arsitektur produk yang terpenting adalah modularitas. Ciri-
ciri
dari
arsitektur
modular
adalah
:
Chunk
melaksanakan atau
mengimplementasikan satu atau sedikit elemen fungsional pada keseluruhan
fisiknya,
dan
interaksi
antar
chunk
dapat
dijelaskan dengan
baik,
dan
umumnya penting untuk menjelaskan fungsi-fungsi utama produk.
Keputusan mengenai
cara
membagi
produk
menjadi
chunk
dan
tentang
berapa
banyak
modularitas akan
diterapkan pada
arsitektur
sangat
terkait
dengan
beberapa
isu
yang
menyangkut kepentingan seluruh
perusahaan seperti
:
perubahan
produk,
variasi
produk,
standarisasi
komponen,
kinerja
produk,
kemampuan manufaktur, dan
manajemen
pengembangan produk.
Langkah-langkah dalam menetapkan arsitektur produk adalah dengan :
  
121
1.   Membuat  skema  produk,   yaitu   diagram   yang   menggambarkan
pengertian  terhadap  elemen-elemen  penyusun  produk,  yakni  berupa
elemen fisik, komponen kritis dan elemen fungsional.
Gambar 2.13 Contoh Skema Produk
(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
2.   Mengelompokkan elemen-elemen pada skema, yaitu  menugaskan
setiap
elemen
yang
ada
pada
skema
menjadi chunk.
Setiap
chunk
memiliki satu
fungsi.
Elemen yang
memiliki fungsi
yang
sama dapat
digabungkan dalam satu chunk. Kondisi ekstrim yang
mungkin terjadi
adalah   semua  komponen 
memiliki  chunk sendiri  sehingga  jumlah
elemen sama dengan jumlah chunk. Atau sebaliknya mengintegrasikan
semua  komponen  ke  dalam  satu 
fungsi 
yang  sifatnya  akan 
lebih
kompleks.
  
122
Gambar 2.14 Contoh Function Diagram
(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
3.   Membuat susunan Geometris yang masih kasar, Susunan geometris
dapat
diciptakan
dalam
bentuk
gambar,
model
komputer
atau
model
fisik yang terdiri dari 2 atau 3 dimensi. Penyusunan Geometris yang
masih berbentuk kotak dapat memberikan beberapa alternatif
penyusunan
sehingga
tidak
ada
hubungan
antar chunk
yang
saling
bertentangan. 
Pembuatan 
susunan 
geometris 
harus 
memperhatikan
aspek estetika, keamanan dan kenyamanan dari sebuah produk.
2.4.6 Desain akhir
  Disain
akhir
meliputi
spesifikasi
produk
mulai
dari
komposisi kimiawi,
ciri-ciri bahan pengemas dan gambar, demikian juga dengan metode
bakunya sehingga
memudahkan bagian produksi. Sebagai hasil prototipe
perubahan-perubahan
tertentu
mungkin
perlu
dimasukkan
dalam
disain
  
123
akhir. Hal ini sangat diperlukan untuk melakukan pengujian kembali yang
dapat menjamin nilai produk.
Contoh:
pebuatan
permen
yang
bernilai
gizi
untuk
anak-anak. Hasil
prototipe
menunjukan rasa
tidak
disukai
oleh
anak-anak
karena
kurang
manis,
maka perlu diubah kembali sehingga
rasa
tersebut sesuai dengan
selera anak-anak.
2.4.7  Produksi Pengembangan Produk baru
Berikut hambatan pengembangan produk baru:
1.
Gagasan-gagasan yang masuk masih kurang.
2.
Persaingan  pasar  yang  sangat  berat,  dengan  teknologi  yang  lebih
canggih misalnya industri-industri suplemen.
3.
Peran
pemerintah
yang
kadang-kadang
memberikan
batasan-batasan
yang berat misalnya keselamatan lingkungan.
4.
Biaya 
untuk 
pengembangan 
produk 
baru, 
mulai 
dari 
pencarian
gagasan,
pelaksanaan penelitian
dan
melakukan
uji
pasar
sehingga
produk
harus
benar-benar
unggul.
Dari
gagasan-gagasan yang
ada
hanya sedikit saja yang sukses.
5.
Produk  baru  meskipun  sudah  dilakukan  uji  konsumen  bisa  gagal
karena tidak
memenuhi pengharapan atau tidak sesuai dengan selera;
rasa, bau, dan aroma yang diinginkan.
  
124
6.
Banyaknya perusahaan-perusahaan yang akan meniru setelah
peluncuran produk baru. Hal ini menyebabkan waktu kehidupan yang
pendek.
Mortalitas Gagasan Produk Baru
Mortalitas Gagasan Produk Baru
rtalitas Gagasan Produk Baru
roduk Baru
ru
60
J
um
15
Ga
g
a
s
a
n
10
5
Penyaringan
Analisis Bisnis
Pengembangan
Pengujian
Komersialisasi
0
5
10
15
20
25
30
Waktu Kumulatif (%)
Gambar 2.15 Mortalitas Gagasan Produk Baru
(Sumber : MCL Pengembangan Produk Bina Nusantara)
2.4.8
Desain Produk dan Spesifikasi Kualitas
Kegiatan
penelitian
dan
pengembangan yang
telah
dibahas
dimuka
memberikan
latar
belakang
yang
diperlukan
bagi
disain
produk
dan
jasa
baru serta spesifikasi kulitasnya. Dalam hal
ini
harus ada perhitungan yang
cermat agar hasil penelitian dan pengembangan dapat menghasilkan produk
yang
banyak dan
menghasilkan
laba.
Keputusan
harus dibuat oleh
pihak
  
125
manajemen
mengenai
disain  atau  rancang bangun.  Pertama  manajemen
harus
membuat
keputusan
yang
menyangkut
Trade Off
antara
bentuk
dan
fungsi (Kurva I & II ? Total nilai dari misal 2 faktor yang satu turun yang
satu naik).
2.4.9
Standardisasi
Standar  merupakan
kata  yang  mempunyai
arti  yang  sangat
penting 
yaitu 
memberikan  ukuran-ukuran  spesifik  tertentu
yang dibuat dan dijual.
Pembatasan   jumlah   ukuran-ukuran   dan   juga   komponen-
komponen
penyusunannya sering
disebut
Simplifikasi
atau
penyederhanaan.
Standarisasi
bukan  hanya  penyederhanaan
tetapi 
merupakan
suatu kegiatan untuk menentukan ukuran, rasa, aroma dan ciri-
ciri
lain
yang
selalu
sama
dan
tidak
berbeda-beda yang
mencerminkan spesifikasi dari produk.
2.4.10  Reliability
Ada beberapa macam aspek yang perlu ditinjau:
-
Keandalan
dari
suatu
proses
perkaitan
dengan
umur
kehidupan
produk
-
Penggunaannya apakah dapat digunakan diatas batas
normal atau
tidak
  
126
-
Keandalan berkaitan dengan komponen-komponen produk secara
keseluruhan.
2.5  Lead User Research
Lead User research adalah salah satu metodologi yang diyakini dapat
memberikan kunci sukses bagi terobosan produk/jasa baru. Dasar pemikiran
metodologi ini adalah adanya Lead User yaitu spesifik konsumen/individual yang
memiliki pengalaman kebutuhan lebih dahulu/mendahului dari
konsumen/individual yang lain. Dengan melibatkan team khusus yang terdiri dari
para expert pada kelompok lead user ini, maka akan didapatkan suatu temuan
inovasi yang sangat berharga.
Beberapa contoh peran
serta
lead
user
dalam suatu
terobosan inovasi baru
antara lain :
-
Protein
untuk hair conditioner ditemukan oleh seorang wanita di tahun 1950
yang
mempunyai
ramuan
tradisional
yang
terdiri
dari
bir
atau
telur
untuk
tubuh agar lebih bersinar.
-
Minuman
Gatorade,
diproduksi
di
Florida
berdasarkan
masukan
dari
para
atlet sebagai lead user.
-
Speaker Bose, sukses
menjadi pioneer high fidelity speaker untuk musik latar
tahun 1980, didapat dari pengalaman Jim Sanchez saat
mendengarkan musik
latar dari toko CD lokal di Boston area Strawberries.
  
127
Karakteristik Lead User
1. Lead User memiliki kebutuhan produk/jasa baru yang
nanti akan memasyarakat,
akan tetapi
mereka
telah
menemukan kebutuhan
tersebut
beberapa bulan/tahun
sebelum masyarakat umum menghadapinya.
2. Lead User mengharapkan manfaat yang signifikan dengan menemukan solusi dari
kebutuhannya.
Sebagai
hasilnya,
mereka  mengembangkan
sendiri  produk/jasa
baru tanpa menunggu produk/jasa tersebut tersedia secara komersial.
3. Lead
User
tidak
sama
dengan
early
adopter  (First
user  yang
membeli
suatu
produk
/jasa
eksisting).
Lead
user
dihadapkan pada
kebutuhan
akan
suatu
produk/jasa yang belum ada di pasaran.
Melalui metodologi Lead user ini akan didapatkan beberapa manfaat sebagai berikut :
1.
Memperoleh
akses
informasi
yang
lebih
kaya
dan
reliable
melalui  kebutuhan
customer yang dapat diperoleh melalui traditional market research. Metode Lead
User
melengkapi   kebutuhan  
untuk  
traditional  
market    research    bukan
menggantikan.
2. 
Pengembangan konsep
produk/jasa
yang
lebih
baik
karena
berasal
dari
data
konsumen yang lebih baik.
3.   Akselerasi proses pengembangan produk/jasa
Tahapan Metodologi Lead User Research
Ada empat tahapan yang harus dilakukan dalam Lead User Research, yaitu :
  
128
a. Stage 1: Project Planning (4-6 minggu)
Membuat master plan
Mempelajari current market place
Merumuskan fokus projek
b. Stage 2: Trends/Needs Identification (5-6 minggu)
Melakukan studi literatur
Melakukan Interview kepada top expert.
Analisa data, dan menentukan kebutuhan yang lebih mengerucut
c. Stage 3: Preliminary Concept Generation (5-6 minggu)
Interview lead user dan expert
Pengumpulan data untuk bisnis case
Mendefinisikan kebutuhan produk/jasa baru – buat draft konsep
d. Stage 4: Final Concept Development (5-6 minggu)
Perencanaan Workshop Lead user
Mengundang partisipan
Pelaksanaan   workshop   –>   perbaikan   konsep   dengan   melibatkan   lead
user/expert
Finalisasi konsep
2.6  Strategi Pemasaran (Marketing Strategy)
Setelah
memaparkan
secara  rinci  tujuan  pemasaran,
dalam  komponen
ini
diminta untuk memaparkan secara rinci tentang strategi pemasaran perusahaan.
  
129
Di
sinilah
rencana
bagaimana
mencapai
tujuan pemasara
persusahaan disusun.
Komponen ini pada dasarnya merupakan inti dari rencana pemasaran perusahaan
kita. Isi di dalamnya
meliputi ke-empat
faktor bauran pemasaran atau
marketing
mix
atau
lebih
populer
disebut
sebagai
4Ps,
yaitu:
product
(barang
atau
jasa);
price (harga); promotion (promosi); dan place atau distribution (distribusi).
Product Deskripsi  lengkap
tentang 
barang 
dan/atau 
jasa   yang
ditawarkan perusahaan kita
dipaparkan di
dalam
komponen
ini.
Deskripsi
tersebut,
antara
lain,
meliputi
fitur (feature)
dan
kegunaan
(benefit) dari barang dan/atau jasa yang ditawarkan ;
Price. Deskripsikan dalam bagian
ini pula strategi penentuan (pricing
strategy)
harga
barang
dan/atau
jasa
yang
ditawarkan
dan
kebijakan
atau sistem pembayarannya (payment policies);
Promotion.
Paparkan secara rinci
alat-alat
atau
media
promosi
yang
akan  digunakan  perusahaan  kita  atau  taktik  yang  akan  diterapkan
dalam merealisasikan rencana promosi (promotion plan) dalam rangka
mewujudkan tujuan pemasaran perusahaan; dan
Place.
Di 
sini  kita 
diminta 
untuk 
mendeskripsikan  secara  rinci
bagaimana
dan
di
mana
perusahaan
akan
menempatkan produk
sehingga
pelanggan
mudah
mengaksesnya. Kita
juga
perlu
untuk
memaparkan bagaimana
perusahaan
akan
menjualnya
atau
metode
distribusi dan penjualan apa yang akan diterapkan perusahaan.
  
130
Simple  Random
Sampling
Stratified
Sampling
Propotional
Disproportional
Cluster  Sampling
Double   Sampling
Convenience
Sampling
Purposive sampling
Judgement Sampling
Quota  Sampling
Snowball Sampling?
C
2.7 Penentuan Sample
Penentuan jumlah sample dapat dilakukan dengan Slovin ( Sugiyono, 2006)
n
=
N
1
+
Ne
2
Contoh penerapan Slovin:
Kita
akan
meneliti
pengaruh
upah
terhadap semangat
kerja
pada
karyawan
PT.
Cucak
Rowo.  Di  dalam
PT  tersebut
terdapat
130  orang
karyawan.    Dengan
tingkat  kesalahan  pengambilan  sampel  sebesar  5%, 
berapa 
jumlah  sampel
minimal yang harus diambil ?
n
=
130
1
+
130(0,05)²
=
98,11
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik  Sampling 
Teknik  Sampling
Probability Sampling
Probability Sampling
Non Probability
Non Probability
Sampling 
Sampling
     
Simple  Random
Sampling
     
Stratified
onvenience
Sampling
      
osive sampling
Sampling
Purp
J
udgement Sampling
     
Propotional
     
Disproportional
Quota
Sampling
?
     
Cluster  Sampling
     
Double   Sampling
Snowball Sampling
By Suliyanto
Gambar 2.16 Teknik Pengambilan Sampel
( Sumber : MCL Bina Nusantara )
  
131
2.8  Validitas dan Reliabilitas
  
Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.
Kevalidan sebuah alat ukur ditunjukan dari kemampuan alat ukur tersebut
mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Validitas Eksternal
Instrumen yang dicapai bila data yang dicapai sesuai dengan data atau
informasi lain mengenai variabel penelitian yang dimaksud
Validitas Internal
Bila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen
secara keseluruhan.
Melalui Analisis Faktor
Melalui Analisis Butir
Kriteria:
Jika koefisien korelasi product moment melebihi 0,3
(Azwar, 1992. Soegiyono, 1999 )
Jika koefisien korelasi product moment > r-tabel ( a ; n-
2 ) n = jumlah sampel.
  
132
Nilai Sig. = a
  
Pengertian reliabilitas pada dasarnya adalah
sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya, terdapat kesamaan data dalam waktu yang
berbeda.
Metode Pendekatan:
secara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu :
  
Teknik Paralel (parallel form)
Pada teknik ini kita membagi kuesioner kepada responden
yang intinya sama akan tetapi menggunakan kalimat yang
berbeda:
Misalnya:
Apakah menurut saudara harga tiket di kereta
ini
tidak mahal ?
Apakah harga di kereta ini telah sesuai dengan
pelayanan yang saudara terima ?
  
Teknik Ulang (double test / test pretest)
Pada teknik ini kita membagi kuesioner yang sama pada waktu
yang berbeda.
Misalnya:
Pada minggu I ditanyakan:
Bagaimana tanggapan saudara terhadap kualitas
dosen di Universitas Calibakal ?
  
133
Pada minggu III ditanyakan:
Ditanyakan
lagi pada responden yang sama
dengan pertanyaan yang sama.
  
Reliabilitas Internal
(Internal Consistensy)
  
Uji reliabilitas internal digunakan untuk menghilangkan kelemahan-
kelamahan pada uji reliabilitas eksternal.
1. Dengan rumus Spearman-Brown
2. Dengan rumus Flanagant
3. Dengan rumus Rulon
4. Dengan rumus K –  R.21
5. Dengan rumus Hoyt
6. Dengan rumus Alpha Cronbach
Langkah dalam melakukan uji validitas dan reliabilitas internal adalah sebagai
berikut:
1.   Cobalah item di lapangan kepada paling sedikit 30 orang responden (batas
sampel besar dalam statistik)
2.   Tabulasi data yang telah masuk
3.   Ujilah validitas dan reliabilitasnya
Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor item dengan skor total.
Korelasi Rank Spearman jika data yang diperoleh adalah data ordinal, sedangkan
jika data yang diperoleh data interval bisa digunakan iyo
  
134
korelasi Product Moment.
Sedangkan uji reliabilitas yang paling sering digunakan
adalah
uji, Alpha, Hoyt dan Spearman Brown
Skala
pengukuran data
menjadi
hal
yang
krusial
dalam
analisis
statistika
mengingat
ini
merupakan
salah
satu
faktor
penentu jenis
atau
tipe
teknik statistika
yang akan digunakan untuk
menganalisis data. Secara garis besar, berdasarkan skala
pengukurannya data
dibedakan
menjadi
dua
:
nonmetrik
(kualitatif)
dan
metrik
(kuantitatif). Data
nonmetrik
meliputi atribut, karakteristik atau
sifat kategoris
yang
mendeskripsikan   suatu   subjek.   Data   metrik   meliputi   hasil   pengukuran   atau
pencacahan terhadap
suatu
subjek
tertentu.
Berbagai
parameter
dan
statistik
yang
dikenal
dalam
Statistika
deskriptif (ukuran
pemusatan, ukuran
letak,
ukuran
persebaran) hanya berlaku pada data
yang diukur dengan skala
metrik. Secara
lebih
terperinci, skala
nonmetrik masih
dapat
dibedakan menjadi
nominal
dan
ordinal
sedangkan skala metrik menjadi interval dan rasio.
Skala Ordinal
Adalah
skala
pengukuran yang
sudah
dapat
digunakan
untuk
menyatakan
peringkat antar tingkatan, akan tetapi jarak atau interval antar tingkatan belum
jelas.
  
Data ordinal adalah data yang berbentuk rangking atau peringkat.
  
Bila dinyatakan dalam skala,
maka jarak satu data dengan yang
lainnya tidak
sama.
  
135
  
Contoh:
Berilah peringkat supermarket berdasarkan kualitas pelayanannya !
Sri Ratu………………………
1
Moro …………………………
3
Matahari …………………..
5
Rita I ……………………….
2
Rita II ………………………
4
Super Ekonomi ………….
6
Urutan juara (1, 2, 3); skala likert (STS, TS, N, S, SS); dsb
Skala Interval
Adalah
skala
pengukuran yang
sudah
dapat
digunakan
untuk
menyatakan
peringkat antar tingkatan, dan jarak atau interval antar tingkatan sudah  jelas,
namun belum memiliki nilai 0 (nol) yang mutlak.
  
Data dari skala interval adalah data interval .
  
Contoh:
1.   Skala Pada Termometer
2.   Skala Pada Jam
3.   Skala Pada Tanggal
Skala Likert
  
Skala Likert’s digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang tentang fenomena sosial.
  
136
  
Contoh:
Pelayanan rumah sakit ini sudah sesuai dengan apa yang saudara harapkan.
a. Sangat setuju
skor 5
b. Setuju                                            
skor 4
c. Tidak ada pendapat                       
skor 3
d. Tidak setuju                                    skor 2
e. Sangat tidak setuju                        
skor 1
Skala nominal
Data berkala nominal hanya bisa digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan
karakteristik antara
subjek
satu
dengan
lainnya.
Selain
itu,
data
ini
juga
dapat
digunakan
dalam
kegiatan
klasifikasi
atau
kategorisasi. Mengingat
sifatnya,
relasi
aritmatis yang berlaku hanyalah = dan ¹.
Contoh : jawaban dikotomi (ya, tidak); jenis kelamin (pria, wanita); warna lampu lalu
lintas (merah, kuning, hijau); nomor urut parpol Pemilu 2004 (1, 2, …, 48); dsb.
Contoh : temperatur (0o C = 0 o R = 32o F = 273o K); dsb.
Skala rasio
Data berskala rasio memiliki semua karakteristik skala lainnya ditambah dengan
adanya harga nol mutlak, sehingga menempati urutan tertinggi dalam penskalaan.
Dalam skala ini, 10 = (2 ´ 5) = (20 : 2). Transformasi linier yang berlaku adalah Y =
cX. Relasi aritmatis yang berlaku adalah =, ¹, <, >, =, =, +, –, ´, :, akar dan pangkat.
Contoh : massa; panjang; waktu; cacah benda; nominal uang; dsb.
  
137
Banyak
teknik
analisis
statistika
yang
dibedakan
berdasarkan tipe
skala
pengukuran data,
misalnya
dikenal
istilah
analisis
data
kategorik
(categorical data
analysis) untuk
menunjukkan bahwa analisis-analisis yang dibahas dalam cabang ini
hanya berlaku untuk tipe data kategorik (nominal) atau paling tinggi ordinal. Contoh
lain, analisis peringkat ( rank analysis) dalam cabang Statistika Nonparametrik hanya
cocok
diterapkan pada
data-data
bertipe
ordinal atau
yang
lebih
rendah
(nominal)
namun
jika
diterapkan
pada
data
yang
diukur
pada
skala
interval atau
rasio
maka
kuasa ujinya ( test power) akan
lebih rendah dibandingkan kalau digunakan analisis
yang memang didesain untuk tipe data metrik.
Begitu
juga
dalam
analisis
multivariat, ada
beberapa
teknik
analisis
yang
mensyaratkan data diukur pada skala metrik, misalnya analisis faktor, analisis klaster
dan
analisis
diskriminan
(meskipun
dalam perkembangannya para
statistisi
mampu
menciptakan beragam
teknik
“derivatif”
dari
analisis2
ini
yang
mampu
mengakomodasi data2 nonmetrik). Dalam kondisi seperti ini, jika data yang dimiliki
hanyalah data
nonmetrik, akan lebih baik jika digunakan teknik analisis
multivariat
nonparametrik. Namun penerapan teknik seperti ini mengandung beberapa kesulitan :
·          Penerapan praktis dengan
hasil
yang
memuaskan cenderung mensyaratkan
kondisi-kondisi yang
sulit
dipenuhi,
seperti
ukuran
sampel
yang
lebih
besar
dibandingkan jika digunakan teknik parametrik
Ada
beberapa
analisis
statistika
multivariat yang
mensyaratkan
data
yang
dianalisis diukur pada skala metrik (interval atau rasio), di antaranya analsis klaster
  
138
dan
analisis
diskriminan. Dalam kondisi
di
mana
data
yang
dimiliki
hanyalah data
berskala ordinal, diperlukan suatu transformasi yang dapat mengubah skor-skor data
pada
variabel
yang
terlibat
(berskala ordinal)
menjadi
data
metrik.
Dalam
Psikometrika, metode transformasi seperti ini dinamakan metode penskalaan ( scaling
technique). Metode penskalaan yang populer di antaranya metode rating dijumlahkan
(summated
rating)
&
juga
metode
yg
mirip
dengannya, metode
interval
berurutan
(succesive
interval).
namun
kebanyakan
teknik2
ini
mengasumsikan data
populasi
berdistribusi normal.
2.9 Anthropometri
Dalam 
membuat 
suatu 
desain 
kita 
memerlukan  data-data
anthropometri, data
anthropometri
yang
berhasil
diperoleh
akan
diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :
Perancangan peralatan kerja
seperti
mesin,
equipment,
perkakas dan
sebagainya
Perancangan  produk-produk  konsumtif  seperti  pakaian,  kursi  atau
meja komputer, dan lain-lain.
Perancangan areal kerja (stasiun kerja, interior mobil, dan lain-lain).
Pada 
dasarnya, 
peralatan 
kerja 
yang 
dibuat 
dengan 
mengambil
referensi dimensi
tubuh
tertentu
jarang
sekali
bisa
mengakomodasikan
seluruh range ukuran tubuh dari populasi yang memakainya. Kemampuan
  
139
penyesuaian (adjustability)
suatu
produk
merupakan satu
prasyarat
yang
amat penting dalam proses perancangannya, terutama untuk produk-produk
yang berorientasi ekspor.
2.9.1 Data Anthropometri dan Cara Pengukurannya
Manusia pada umumnya mempunyai bentuk dan dimensi ukuran tubuh
yang berbeda. Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia
yang harus diperhatikan dalam perancangan produk:
Umur  -    Secara  umum,
dimensi
tubuh  manusia
akan  tumbuh  dan
bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur, yaitu sejak awal
kelahiran sampai pada umur sekitar 20 tahunan.
Jenis kelamin – Dimensi ukuran tubuh pria umumnya akan lebih besar
dibandingkan dengan wanita, terkecuali
untuk
beberapa bagian tubuh
tertentu seperti pinggul, dan sebagainya.
Suku bangsa (etnis) – Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnis akan
memiliki
karakteristik fisik
yang
akan
berbeda
satu
dengan
yang
lainnya.
Posisi
tubuh (postur) –
sikap
ataupun
posisi
tubuh akan
berpengaruh
terhadap ukuran
tubuh,
oleh
sebab
itu,
posisi
tubuh
standar harus
ditetapkan  untuk  survei  pengukuran.  Dalam  kaitan  dengan  posisi
tubuh, dikenal 2 cara pengukuran, yaitu :
  
140
o
Pengukuran dimensi struktur tubuh (Structural body dimension)
Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak
bergerak
(tetap
tegak
sempurna). Dimensi
tubuh
yang
diukur
dengan posisi
tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi badan
dalam  posisi  berdiri 
maupun  duduk, 
ukuran  kepala,  tinggi  /
panjang
lutut
pada
saat
berdiri
maupun
duduk,
panjang
lengan,
dan
sebagainya. Ukuran
dalam
hal
ini
diambil
dengan persentil
tertentu seperti 5th dan 95th persentil.
o
Pengukuran
dimensi
fungsional
tubuh
(Functional
body
dimensions)
Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi
tubuh pada
saat
berfungsi melakukan gerakan
gerakan tertentu
yang
berkaitan
dengan kegiatan yang harus diselesaikan.
Sementara
itu
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
variabilitas
ukuran
tubuh manusia , antara lain :
Cacat tubuh, dimana data anthropometri disini akan diperlukan untuk
perancangan produk
bagi
orang-orang
cacat
(kursi
roda,
kaki
atau
tangan palsu, dan lain-lain).
Tebal
/
tipisnya
pakaian
yang
harus
dikenakan,
dimana
faktor
iklim
yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda pula dalam
bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian.
Dengan demikian dimensi
  
141
tubuh orang pun akan berbeda dari satu
tempat dengan tempat
yang
lain.
Kehamilan atau
pregnancy,
dimana
kondisi
semacam
ini
jelas
akan
mempengaruhi bentuk
dan
ukuran
tubuh (khususnya perempuan),
hal
ini
jelas
memerlukan perhatian
khusus terhadap produk-produk
yang
dirancang bagi segmentasi seperti ini.
2.9.2 Penggunaan Distribusi Normal
Data
anthropometri diperlukan
untuk
rancangan
suatu
produk
bisa
disesuaikan
dengan
orang
yang
mengoperasikannya.
Ukuran
tubuh
yang
diperlukan 
pada   dasarnya 
tidak   sulit   diperoleh 
dari   ukuran   secara
individual,
seperti
halnya
yang
dijumpai
berdasarkan pesanan.
Situasi
menjadi
berubah
manakala lebih banyak
lagi
produk
standar
yang
harus
dibuat
untuk
dioperasikan
oleh
banyak
orang.
Permasalahannya adalah
pemilihan  ukuran  tubuh 
yang  dipilih  sebagai  acuan  untuk 
mewakili
populasi yang ada. Masalah ini akan lebih mudah diatasi apabila kita dapat
merancang
produk
yang
memiliki
fleksibilitas dan
sifat
“mampu
suai”
(adjustable) dengan suatu rentang ukuran tertentu.
  
142
Gambar 2-17 Distribusi Normal dengan Data Anthropometri Persentil 95
(Sumber : MCL Bina Nusantara)
Untuk penetapan data anthropometri ini, pemakaian distribusi normal
akan
umum
diterapkan.
Dalam
statistik,
distribusi
normal
dapat
diformulasikan  berdasarkan  harga  rata-rata  (mean
X
)  dan  simpangan
baku
(standar
deviasi,
sx).
Dari
nilai
tersebut,
maka
persentil dapat
ditetapkan sesuai
dengan
tabel
distribusi
normal. Dengan
persentil,
maka
yang
dimaksudkan
disini
adalah suatu
nilai
yang
menunjukkan persentase
tertentu dari orang yang memiliki urutan pada atau di bawah nilai tersebut.
  
143
Tabel 2-1 Macam Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal
(Sumber : Wikipedia)
Persentil
Perhitungan
1
X
-2.325 sx
2.5
X
-1.96 sx
5
X
-1.645 sx
10
X
-1.28 sx
50
X
90
X
+1.28 sx
95
X
+1.645 sx
97.5
X
+1.96 sx
99
X
+2.325 sx
  
144
2.9.3 Prinsip-prinsip dalam Perancangan Produk atau Fasilitas Kerja
Data anthropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam
anggota
tubuh
manusia
dalam
persentil
tertentu
akan sangat
besar
manfaatnya
pada
saat
merancang
produk
atau fasilitas
kerja
yang
akan
dibuat.
Maka prinsip-prinsip
yang akan diambil
pada data
anthropometri
harus ditetapkan lebih dahulu seperti :
1.
Prinsip  Perancangan  Produk 
Bagi  Individu  Dengan  Ukuran  Yang
Ekstrim.
Disini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 sasaran produk:
Bisa   sesuai   untuk   ukuran   tubuh   manusia   yang   mengikuti
klasifikasi
ekstrim dalam arti
terlalu
besar
atau
kecil
bila
dibandingkan dengan rata-ratanya
Tetap
bisa
digunakan
untuk
memenuhi
ukuran
tubuh
yang
lain
(mayoritas dari populasi yang ada)
2.
Prinsip   Perancangan   Produk   Yang   Bisa   Dioperasikan   Diantara
Rentang Ukuran Waktu.
Disini rancangan
dapat diubah-ubah
ukurannya
sehingga
cukup
fleksibel  dioperasikan 
oleh 
setiap 
orang 
yang 
memiliki 
berbagai
macam ukuran
tubuh,
contohnya adalah
pada
saat
perancangan
kursi
mobil, dimana kursi tersebut dapat duibah-ubah letaknya bisa digeser
maju mundur tergantung orang yang menggunakannya.
  
145
3.
Prinsip Perancangan Produk Dengan Ukuran Rata-Rata
Dalam hal
ini
rancangan
produk
didasarkan
terhadap
rata-rata
ukuran
manusia. Problem pokok
yang dihadapi
dalam hal
ini
justru
sedikit
sekali
mereka
yang
berbeda
dalam ukuran
rata-rata.
Disini
produk
dirancang
dan
dibuat
untuk
mereka
yang
berukuran
sekitar
rata-rata
2.9.4
Metode Pengukuran Anthropometri
Metoda pengukuran dengan mengunakan data anthropometri di mana ketika
kita
akan
merancang
produk,
kita mengunakan
perhitungan
yang
sudah
baku
dengan
menggunakan
persentil,
baik persentil
besar
(90,
95 atau
99)
maupun
kecil (5,10) tergantung produk yang akan kita desain. Misalnya dalam mendesain
sebuah  pintu.  Data  rata-rata  tinggi  orang  Indonesia  sudah  ada  sehingga  kita
tinggal
menghitungnya saja
yaitu dengan menggunakan persentil besar. Artinya,
orang
yang memiliki
tinggi
di
atas
rata-rata
pun
dapat
melewati
tinggi
pintu
tersebut
apalagi
orang
yang
pendek.
Dalam
metode pengukuran
Anthropometri
ini terdapat dua jenis metode, yaitu
metode ukur dengan anthropometer dan
metode ukur tukang jahit.
  
146
2.9.5 Metode Ukur Anthropometri dengan Anthropometer
Metode ini menggunakan kursi anthropometri. Pada metode ini, orang
yang akan diukur, duduk pada kursi anthropometri dan pengukur kemudian
melakukan pengukuran pada bagian-bagian tubuh yang ingin diukur. Orang
yang diukur tidak perlu berpindah-pindah tempat, cukup duduk, dan
mengikuti
petunjuk dari pengukur
untuk bagian
tubuh yang akan diukur.
Kelemahan
alat
ini
adalah
tidak
dapat
mengukur diameter
anggota tubuh
karena alat ukur yang kaku (seperti
penggaris). Kelebihannya adalah
pengukuran  
yang cepat, karena terdapat banyak alat pengukur untuk
berbagai posisi.
2.9.6  Metode Ukur Anthropometri Tukang Jahit
Pada  metode  ini,  anggota  tubuh  yang  akan  diukur,  diukur
menggunakan
ukuran
tukang
jahit
yang bersifat elastis. Dengan
menggunakan
alat
ukur
tukang
jahit, pengukuran diameter atau lingkar
anggota 
tubuh 
lebih 
mudah.  Kelemahannya 
adalah 
panjangnya 
yang
terbatas dan mempunyai kesulitan dalam pengukuran tinggi badan karena
sifat
alat
ukurnya
yang
elastis. Pengukuran
dengan
metode
ini
memang
bertujuan untuk mengukur diameter anggota tubuh, misalnya untuk
merancang baju atau celana.