BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori-teori Umum
Dalam menyusun
skripsi
ini
diperlukan
teori-teori
yang
digunakan
untuk
mendukung
hasil
analisis
yang
telah
dilakukan.
Berikut
adalah
teori-teori
umum
yang sering digunakan untuk menjelaskan
atau mendefinisikan teori-teori yang
dipakai dalam pembahasan skripsi ini.
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut McLeod (2001, p.11), sistem adalah sekelompok elemen yang
terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut
Mulyadi
(2001,
p.2),
sistem
adalah
sekelompok
unsur
yang
erat berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk
mencapai tujuan tertentu.
Menurut
Hall
(2001,
p.5),
sistem adalah
sekelompok
dua
atau
lebih
komponen-komponen yang saling berkaitan (interrelated) atau subsistem-
subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common purpose).
Menurut Turban (2001, p.34), sistem adalah sekumpulan objek seperti
manusia, sumber daya, konsep, dan prosedur yang bertujuan untuk
menampilkan  fungsi  yang  dapat  diidentifikasikan  atau  untuk  mendukung
keputusan.
9
  
10
2.1.2 Pengertian Data
Menurut Hall (2001, p.14), yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf,
data adalah fakta yang dapat atau tidak dapat diproses (disunting, dirangkum,
atau diperbaiki) dan tidak berpengaruh secara langsung kepada pemakai.
Menurut McLeod (2007, p.9), data terdiri dari fakta-
fakta dan angka-
angka yang secara relatif tidak berarti bagi pemakai; fakta mentah yang belum
diolah.
Menurut   O’Brien   (2005,   p.696),   data   adalah   fakta   mentah   atau
observasi, biasanya tentang fenomena fisik, atau transaksi bisnis.
Menurut Williams dan Sawyer (2005, p.12), data terdiri dari fakta-fakta
yang belum diolah dan belum diproses menjadi informasi.
2.1.3 Pengertian Informasi
Menurut McLeod (2007, p.9), informasi adalah data yang telah diproses
atau data yang memiliki arti.
Menurut Bodnar dan Hopwood (2001, p.1), informasi adalah data yang
berguna dan dapat diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil
keputusan yang tepat.
Menurut  O’Brien  (2005,  p.703),  informasi  adalah  data  yang  sudah
diubah
menjadi
suatu
konteks
yang
bermanfaat
dan
berarti
untuk end-user
tertentu.
Menurut Hollander dkk (2000, p.7) informasi adalah data yang memiliki
arti atau manfaat bagi pengguna informasi.
  
11
2.1.4 Pengertian Sistem Informasi
Menurut
Hall
(2001,
p.7),
sistem informasi
adalah
sebuah
rangkaian
prosedur formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi, dan
didistribusikan kepada para pemakai.
Menurut
O’Brien
(2005,
p.703),
sistem informasi
dapat
merupakan
kombinasi   teratur   apapun   dari   manusia,   hardware,   software,   jaringan
komputer, dan sumber data yang mengumpulkan, mentransformasikan, dan
menyebarkan informasi di dalam suatu organisasi.
Menurut Laudon (2007, p.14) sistem informasi adalah sekumpulan
komponen yang saling berhubungan yang bekerjasama
mengumpulkan
(atau
mengambil), memproses, menyimpan, dan menyebarkan informasi untuk
mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, dan pengawasan dalam suatu
organisasi.
Menurut Potter dkk (2001, p.17), sistem informasi ialah komponen yang
berhubungan yang saling bekerja sama untuk
mengumpulkan,
memproduksi,
menyimpan dan menyebarkan informasi yang mendukung koordinasi pembuat
keputusan, penanganan, analisa dan perancangan di dalam suatu organisasi.
2.1.5 Pengertian Analisis Sistem
Menurut
Bodnar
et
al
(2001,
p.21),
analisis
sistem
meliputi
formulasi
dan evaluasi solusi-solusi masalah sistem. Penekanan dalam analisis sistem
adalah
pada tujuan
keseluruhan
sistem.
Dasar
dari
semua
ini adalah
analisis
untung-rugi diantara tujuan-tujuan sistem.
  
12
Menurut
McLeod
(2007,
p.74),
analisis sistem
adalah
penelitian
atas
sistem yang
telah
ada
dengan
tujuan
untuk
merancang
sistem baru
atau
memperbaharui sistem yang telah ada.
Menurut
Mulyadi
(2001,
p.41),
dalam tahap
analisis
sistem,
analisis
sistem membantu
pemakai
informasi dalam mengidentifikasikan
informasi
yang diperlukan oleh pemakai untuk melaksanakan pekerjaannya.
2.1.6 Pengertian Analisis Sistem Informasi
Menurut Whitten dkk (2004, p.186), information system analysis adalah
suatu fase pengembangan dalam sebuah proyek pengembangan sistem
informasi yang utamanya difokuskan pada masalah dan persyaratan–
persyaratan bisnis, terpisah dari teknologi apapun yang dapat atau akan
digunakan untuk mengimplementasikan solusi pada masalah tersebut.
2.1.7 Pengertian Perancangan Sistem
Menurut
Bodnar
(2001,
p.21),
perancangan
sistem adalah
proses
menspesifikasikan rincian solusi yang dipilih oleh proses analisis sistem.
Perancangan sistem termasuk
evaluasi
efektivitas dan efisiensi
relatif
dalam
perancangan sistem dalam lingkup kebutuhan keseluruhan sistem.
Menurut
Mulyadi
(2001,
p.51),
perancangan
sistem adalah
proses
penerjemahan
kebutuhan
pemakai
informasi
ke
dalam alternatif
rancangan
sistem yang diajukan kepada pemakai informasi untuk dipertimbangkan.
Menurut
McLeod
et
al
(2001,
p.192),
perancangan
sistem adalah
penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem yang baru.
  
13
2.2 Teori-teori Khusus
Dalam menyusun
skripsi
ini
diperlukan
teori-teori
yang
digunakan
untuk
mendukung hasil analisis yang telah dilakukan. Berikut adalah teori-teori khusus
yang sering digunakan untuk menjelaskan
atau mendefinisikan teori-teori yang
dipakai dalam pembahasan skripsi ini.
2.2.1 Pengertian Enterprise Resource Planning (ERP)
Menurut Brady dkk (2001, p.153), ERP (Enterprise Resource Planning)
adalah
sebuah
sistem yang
membantu
untuk
mengatur proses
bisnis
seperti
marketing,
produksi, pembelian
dan
accounting
dalam suatu kesatuan
yang
terintegrasi.
ERP
menyimpan
semua
transaksi
dalam suatu database
yang
digunakan
sistem informasi
perusahaan
dan
menyediakan
manajemen
reporting tools.
Menurut
Whitten
(2004,
p.33),
ERP
adalah
aplikasi yang sepenuhnya
mengintegrasikan
sistem informasi
yang
kecil
maupun
inti
fungsi
business
(termasuk proses transaksi dan manajemen informasi untuk fungsi bisnis itu
sendiri).
Menurut O’Brien (2005, p.699) Enterprise
Resource
Planning adalah
software lintas fungsi terpadu yang merekayasa ulang proses manufaktur,
distribusi,
keuangan,
sumber
daya
manusia,
dan
proses
bisnis
dasar
lainnya
dari
suatu
perusahaan
untuk
memperbaiki
efisiensi, kelincahan,
dan
profitabilitasnya.
  
14
Menurut
situs
Wikipedia, Enterprise
Resource
Planning (ERP) adalah
sistem informasi
yang diperuntukkan bagi perusahan
manufaktur maupun jasa
yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis yang
berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di perusahaan
bersangkutan. ERP berkembang dari Manufacturing
Resource Planning (MRP
II)
dimana
MRP
II
sendiri
adalah
hasil
evolusi
dari Material
Requirement
Planning (MRP)
yang
berkembang
sebelumnya. Sistem ERP secara
modular
biasanya menangani proses manufaktur, logistik, distribusi, persediaan
(inventory), pengapalan,
invoice, dan akuntansi perusahaan. Sistem ERP akan
membantu mengontrol aktivitas bisnis seperti penjualan, pengiriman, produksi,
manajemen persediaan, manajemen kualitas, dan sumber daya manusia.
Sistem ERP dirancang
berdasarkan
proses
bisnis
yang dianggap
'best
practice' proses umum yang paling layak ditiru. Misalnya, bagaimana proses
umum yang sebenarnya berlaku
untuk pembelian
(purchasing), penyusunan
stok di gudang dan sebagainya. Untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-
besarnya
dari
sistem ERP,
maka
industri
kita
juga
haurs
mengikuti
'best
practice process' (proses
umum terbaik)
yang berlaku. Di sini banyak timbul
masalah dan tantangan bagi industri kita di Indonesia. Tantangannya misalnya,
bagaimana merubah proses kerja kita menjadi sesuai dengan proses kerja yang
dihendaki
oleh
sistem ERP,
atau,
merubah
sistem
ERP
untuk
menyesuaikan
proses kerja kita.
Modul-modul yang terdapat dalam Enterprise Resource Planning (ERP)
Systems antara lain :
  
15
1.   Item Master Management (IMM)
2.   Bill Of Material (BOM)
3.   Demand Management (DM)
4.   Sales and Order Management (SOM)
5.   Master Production Scheduling (MPS)
6.   Material Requirements Planning (MRP)
7.   Capacity Requirement Planning
8.   Inventory Mangement (INV)
9.   Shop Floor Control (SFC)
10. Purchasing Management (PUR)
11. General Ledger (GL)
12. Account Payable (AP)
13. Account Receivable (AR)
14. Cost Control (CO)
15. Financial Reporting (FIR)
2.2.2 ERP Education
Menurut Targowski dan Tarn (2007, p.28), ERP
education saat ini
terlihat sebagai sebuah batu
loncatan dari
sistem informasi pendidikan secara
umum, dan merupakan bagian dari begitu banyaknya model kurikulum yang
telah disajikan, dimana ERP dapat disesuaikan dengan beberapa bagian pada
kurikulum model
IS’97.
Hal
ini
dipengaruhi
oleh
beberapa
konsep
seperti
pemodelan  proses  bisnis  yang  telah  menjadi  sangat  penting  bahkan  bagi
  
16
komunitas
yang
besar seperti bisnis konsultasi secara keseluruhan. Sebagai
tambahan, ini adalah sebuah wilayah perubahan, sama seperti pemasok yang
mengembangkan produknya
dan
memasukkan
fungsionalitas
baru
seperti e-
business, Supply
Chain
Management (SCM), Customer
Relationship
Management (CRM), ataupun aplikasi data mining.
2.2.3 Pengertian Proses Bisnis
Menurut Jeston dan Nelis (2006, p.10)
proses bisnis adalah proses-
proses
yang
memberikan
kontribusi
pada pencapaian tujuan strategis dari
organisasi.  Implementasi  dari  Business  Process  Management  pasti
memberikan dampak pada bisnis dengan mendapatkan keuntungan melalui
proses-proses yang dijalankan.
Menurut Burlton (2001, p.72), proses bisnis adalah urutan kegiatan yang
terjadi dari awal sampai akhir untuk memberikan hasil yang memuaskan bagi
pelanggan. Proses bisnis dimulai dari
masukan
berupa
bahan
mentah,
informasi, pengetahuan, komitmen dan status yang akan diubah menjadi suatu
keluaran 
atau 
hasil 
yang 
berguna. 
Perubahan 
itu  terjadi 
sesuai 
dengan
pedoman proses yang berlaku, seperti kebijakan, standar, prosedur, peraturan
dan pengetahuan masing-masing individu. Untuk mendukung perubahan
tersebut,
dibutuhkan
sumber
daya
seperti
fasilitas,
perlengkapan,
teknologi
dan sumber daya manusia. Hasil dari suatu proses bisnis adalah kemampuan
proses tersebut menghasilkan produk ataupun pelayanan yang baik dan
memuaskan pelanggan.
  
17
Menurut Smith dkk (2002, p.4), proses bisnis memiliki karakteristik:
Besar  dan  kompleks,  melibatkan  arus  bahan,  informasi  dan  komitmen
bisnis.
Sangat  dinamis  menanggapi  permintaan  dari  pelanggan  dan  mengubah
kondisi pasar.
Didistribusikan secara luas dan disesuaikan melewati batas di dalam bisnis.
Pelaksanaan
yang
lama,
seperti
sebuah
contoh
proses
permintaan
untuk
kas
dapat
berjalan
dalam
jangka
waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-
tahun.
Terotomatisasi,   setidaknya   dalam   bagian   aktivitas   rutin   seharusnya
dilakukan dengan komputer apabila
memungkinkan,
demi
kecepatan
dan
kehandalan.   Otomatisasi   ini   dapat   digunakan   dengan   menggunakan
aplikasi workflow.
Ketergantungan 
terhadap 
intelejensi 
dan  penilaian 
manusia. 
Manusia
melakukan tugas-tugasnya yang tidak terstruktur untuk didelegasikan
kepada komputer atau yang memerlukan interaksi pribadi dengan
pelanggan.
Sulit
untuk
membuatnya
terlihat.
Di
dalam
banyak
perusahaan,
proses-
proses tidak dengan sengaja atau dengan tegas dilakukan, tetapi tidak
didokumentasikan  
dan
harus
lengkap,
menanamkannya
dalam sejarah
organisasi.
Menurut
situs
Wikipedia,
proses   bisnis
adalah
suatu
kumpulan
pekerjaan
yang
saling
terkait
untuk
menyelesaikan
suatu
masalah
tertentu.
  
18
Suatu proses bisnis dapat dipecah menjadi beberapa subproses yang masing-
masing memiliki atribut sendiri tapi juga berkontribusi untuk mencapai tujuan
dari superprosesnya. Analisis proses bisnis
umumnya
melibatkan
pemetaan
proses dan subproses di dalamnya hingga tingkatan aktivitas atau kegiatan.
Banyak definisi yang telah dijabarkan oleh para ahli manajemen
mengenai proses bisnis. Beberapa karakteristik umum
yang dianggap harus
dimiliki suatu proses bisnis adalah:
1.   Definitif:  Suatu  proses  bisnis  harus  memiliki  batasan,  masukan,  serta
keluaran yang jelas.
2.   Urutan: Suatu proses bisnis harus terdiri dari aktivitas yang berurut sesuai
waktu dan ruang.
3.   Pelanggan: Suatu proses bisnis harus mempunyai penerima hasil proses.
4.   Nilai tambah:
Transformasi
yang
terjadi dalam proses harus
memberikan
nilai tambah pada penerima.
5.   Keterkaitan:  Suatu  proses  tidak  dapat  berdiri  sendiri,  melainkan  harus
terkait dalam suatu struktur organisasi.
6.   Fungsi silang: Suatu proses umumnya, walaupun tidak harus,
mencakup
beberapa fungsi.
Sering 
kali 
pemilik 
proses, 
yaitu 
orang 
yang 
bertanggung 
jawab
terhadap kinerja dan pengembangan
berkesinambungan
dari proses, juga
dianggap sebagai suatu karakteristik proses bisnis.
  
19
2.2.4 Pengertian Manajemen Proses Bisnis
Menurut Jeston dan Nelis (2006, p.11), BPM (Business
Process
Management) adalah pencapaian dari tujuan organisasi
melalui improvement,
pengaturan dan kontrol dari proses bisnis yang esensi.
Menurut Burlton (2001, p.73), Manajemen 
Proses Bisnis merupakan
suatu proses yang memastikan perkembangan yang berkesinambungan dalam
kinerja
perusahaan.
Seperti
beberapa proses,
manajemen
proses
bisnis
memerlukan  pimpinan  dan  panduan.  Kadang-kadang,  manajemen  proses
bisnis ini berarti melakukan suatu perubahan secara radikal, yang berarti
terjadinya
pengecekan
kembali
seluruh
proses yang
sedang
berjalan dan
memperbaharui keseluruhan proses tersebut. Namun, dapat juga hanya sebatas
pemantauan
yang
berkesinambungan
atas proses yang berjalan dan terjadi
peningkatan dengan melakukan sedikit perubahan.
Menurut situs Wikipedia, BPM singkatan dari bahasa Inggris "Business
Process
Management" ("manajamen proses bisnis"), adalah suatu metode
penyelarasan secara efisien suatu organisasi dengan keinginan dan kebutuhan
organisasi tersebut. BPM merupakan
suatu pendekatan manajemen holistik
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi bisnis seiring upaya untuk
mencapai inovasi, fleksibilitas dan integrasi dengan teknologi. BPM berupaya
untuk melakukan perbaikan proses secara berkelanjutan atau bisa juga disebut
sebagai suatu proses 'optimalisasi proses'.
  
20
2.2.5 BPM Success Tool
Menurut Jeston dan Nelis (2006, p.47), kunci sukses dari 
Business
Process  Management  (BPM)  atau  disebut  BPM  success  tool,  dipengaruhi
oleh :
Proses
Dimana harus memiliki inovasi proses bisnis pada level yang sesuai atau
mendisain ulang strategi organisasi dan tujuan proses, dan seluruh
persetujuan pengakuan dari pentingnya
proses yang terjadi di dalam
organisasi.
Gambar 2.1 BPM Success Tool
(Jeston dan Nelis, 2006, p.48)
  
21
Orang
Sebagaimana sebuah manajemen di organisasi mencapai tahap kedewasaan,
akan  dipahami 
bahwa  orang  merupakan  kunci  untuk
mengimplementasikan
proses
baru yang
diinginkan.
Organisasi
harus
memiliki  penilaian  kinerja  yang  sesuai  dan  struktur  manajemen  untuk
lintas proses kunci. Proses pengaturannya haruslah proaktif dan juga dapat
memprediksikan apa yang akan terjadi, dan bukannya reaktif. Diantara
semua
hal, aspek orang yang terlibat merupakan poin yang paling penting
dari proyek BPM.
Teknologi
Dalam
hal
ini
mengacu
pada
tools
pendukung semua proses
dan orang
yang terlibat dalam proyek BPM. Namun tidak pasti merupakan komponen
atau aplikasi dari software BPM (walaupun mungkin saja).
Pengaturan proyek
Komponen
terakhir
ini
menggabungkan keseluruhan komponen proses,
orang dan teknologi. Apabila tanpa proyek yang berjalan baik maka
implementasi akan mengarah pada kegagalan.
  
22
2.2.6 BPM Project framework
Menurut Jeston dan Nelis (2006, p.53), terdapat 10 fase dalam kerangka
kerja  pembuatan  Business Process Management.  Berikut  10  fase  tersebut
(lihat gambar) adalah :
Gambar 2.2 BPM Project Framework
(Jeston dan Nelis, 2006, p.49)
I.
Fase  Organization Foundation -  memastikan  strategi  organisasi,  visi,
tujuan strategik, arah bisnis dan eksekutif secara jelas dimengerti oleh
anggota tim proyek. Strategi harus dikomunikasikan
dan
disebarkan ke
seluruh stakeholder (terutama manajemen dan staff) sehingga menjadi
budaya organisasi yang solid. Strategi perlu diketahui dan dimengerti oleh
tim proyek,
untuk
memastikan
ruang
lingkup
proyek
dan
arah
untuk
menambah nilai pada proyek.
  
23
Pada fase ini terdiri dari:
Aspek internal organisasi
Aspek eksternal organisasi
Visi dan misi organisasi
Tujuan organisasi
Sasaran organisasi
Struktur organisasi
Nama unit dan deskripsi umum
Strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran
Strategi implementasi organisasi
Pembeda utama organisasi
Sumber daya
Strategi pembeda utama
II.
Fase
Process
Foundation -
fase
ini
mendisain arsitektur
proses
yang
diinginkan.
Arsitektur
proses
organisasi
menentukan aturan-aturan,
prinsip, pedoman, dan model untuk implementasi BPM lintas organisasi.
Arsitektur proses menyediakan dasar untuk mendisain dan merealisasikan
langkah awal proses BPM, dimana teknologi informasi dan arsitektur
bisnis dapat searah dengan strategi organisasi.
Pada fase ini kita akan menentukan :
Arsitektur awal proyek
Gambaran proses organisasi
Daftar proses end-to-end
  
24
III. 
Fase Technology Foundation - fase ini memiliki hasil utama yaitu :
Gambaran dan blue print arsitektur teknologi informasi
Penentuan peralatan dan teknologi yang dibutuhkan
Identifikasi sistem yang sedang berjalan
Canonical data dan data sources dictionary
Portofolio fungsionalitas bisnis awal
Penentuan tim proyek teknis yang dibutuhkan
Ketika unit dan proses bisnis ditentukan kemudian tujuan dari proses
disepakati, proyek harus bisa menghasilkan kesuksesan semaksimal
mungkin. Arsitektur informasi yang direkomendasikan adalah SOA
(Service Oriented Architecture).
IV. 
Fase BPM Foundation
-
fase ini tidak hanya menyediakan cara untuk
memulai
proyek,
tetapi
juga akan menyelesaikan
langkah-langkah
yang
diperlukan untuk membuat proyek menjadi sukses. Langkah-langkah
tersebut termasuk :
Definisi pihak yang berkepentingan dalam proyek
Harapan
pihak
berkepentingan
yang
disetujui
dan
didokumentasikan
Process Selection Matrix
Daftar proses bisnis yang teridentifikasi dan metrik awal (Process
Worth Matrix)
Proses yang diprioritaskan untuk tahap elaborasi
Manajemen proyek
  
25
V. 
Fase Elaboration -
merupakan fase kreatif dari proyek dan seringkali
merupakan tahap yang menarik. Tidak hanya melibatkan anggota tim
proyek dan bisnis, tetapi juga seluruh stakeholder yang relevan -
baik
internal maupun eksternal. Langkah-langkah tersebut termasuk :
Appropriate
Metrics
to
Establish
a
Baseline
for
Future
Improvement
Root cause analysis
People Capability Matrix
Knowledge and Information Need Map
Improvement Priorities
VI.   Fase Improvement - membangun komponen-komponen untuk mendukung
implementasi proses yang baru. Fase ini dimulai dari :
Redesigning Process Models
Simulation Models & ABC details
Future ABC
People Capability Matrix dan Capacity Planning
Feasibility Validation and Gap Analysis Report
An Update Business Case
VII.   Fase  People and Technology Development -  merupakan  fase  kritikal
dalam framework
dan
memberikan
resiko
pada
pengembangan
proyek
selanjutnya jika tidak ditangani dengan
teliti dan
menggunakan standar
yang tinggi.
  
26
Tujuan dari fase ini adalah memastikan penilaian setiap aktivitas, peran
dan penampilan kinerja sesuai dengan strategi organisasi dan tujuan dari
proses melalui:
Dissection & Amalgamation of New Process into Activities
Redesigning Role Descriptions and Goals
Performance Management & Measurement for Appropriate Roles
People Core Capability Gap Analysis
A New Process-Based Organization Structure
Business Process Orchestration
SOA Lifecycle
User Interface
Software Test Script and Result
Solution Testing
VIII.  Fase
Deployment
-
semua
aspek
dari
proyek (pengajuan
proses
baru,
pengajuan deskripsi peran baru, kinerja manajemen dan pengukurannya,
dan pelatihan) dimulai dari :
Improved or New Processes That Work Satisfactorily
Trained and Motivated Staff
IX.   Fase  Monitor and Benefit Realization  -  tujuannya  adalah  memastikan
bahwa proyek memperoleh
keuntungan dan dilaksanakan. Fase ini
didasarkan oleh:
Benefit Summary Plan
Benefit Realization Register
  
27
Benefit Milestone Matrix
Benefit Delivery Matrix
X.   Fase Continuous Improvement - sangat penting bagi tim proyek bekerja
menghasilkan  proses  bisnis  yang  terstruktur  sehingga  kita  bisa
memastikan bahwa perubahan proses terus berjalan dan peningkatan terus
terjadi. Fase ini meliputi:
Mechanism to Manage Business Process and Identify and Realize
Opportunities for Process Improvements
2.2.7 Integrated Enterprise Ecosystem
Gambar 2.3  Integrated Enterprise Ecosystem Portal
(Jeston dan Nelis, 2006, p.121)
Menurut Jeston dan Nelis (2006, p.121),  portal dalam suatu perusahaan
terdapat
beberapa
faktor
yang
saling terintegrasi
atau
berhubungan
dimana
antara  satu  dan  yang  lainnya  saling  mendukung  seperti  yang  dijelaskan
gambar  diatas  sangatlah   
penting.  Dengan  adanya  portal  tersebut, 
maka
semakin memudahkan dan memperlancar proses bisnis yang ada di perusahaan.
  
28
2.2.8 BPM Maturity Model
Menurut Jeston dan Nelis (2006, p.300) BPM Maturity
Model adalah
perlengkapan pendukung untuk membantu organisasi untuk lebih sukses
dengan
BPM, dimana
hasilnya adalah pencapaian yang
lebih besar dalam hal
operasional  dan  keuntungan  dalam  kinerja  bisnis.  Terdapat  perbandingan
antara  low dan  high maturity yang  mengklarifikasikan  kelengkapan  dan
lingkup
dari
BPM Maturity.
Acuan
yang
digunakan
sebagai
model
untuk
mengukur tingkat maturity dari berbagai sisi BPM adalah Capability Maturity
Model (CMM).
Menurut Jeston dan Nelis (2006, p.302) terdapat 5 tahapan maturity dari
initiative BPM (lihat gambar):
Tahap 1 : Initial State
Sebuah 
organisasi 
yang 
berada 
pada 
tahap 
initial 
state  akan
memiliki BPM yang belum terkoordinasi dan terstruktur.
Tahap 2 : Repeatable
Sebuah
organisasi
yang
memiliki
BPM
Maturity tahap 2 sudah
memiliki  pengalaman  dalam  membuat  BPM  dan  akan  membuat
BPM
capability juga
meningkatkan jumlah
orang
yang
mengawasi
organisasi dari perpektif proses bisnis.
  
29
Tahap 3 : Defined
Sebuah organisasi yang memiliki tingkat maturity pada tahap ketiga
akan
mengalami
momentum peningkatan
dalam pencarian
untuk
mengembangkan  BPM  capability  dan  memperluas  jumlah  orang
yang terlibat dalam menilai organisasi dari perspektif proses bisnis.
Tahap 4 : Managed
Sebuah
organisasi
yang
berada
pada
BPM Maturity tahap 4
akan
merasakan keuntungan dari memiliki BPM yang benar-benar kuat
dasarnya untuk pengembangan stratejik perusahaan.
Tahap 5 : Optimized
Sebuah
organisasi
yang
berada
pada
BPM Maturity tahap 5
akan
merasakan keuntungan dari memiliki BPM yang benar-benar kuat
dasarnya 
sebagai 
bagian 
inti 
dari 
pengaturan 
operasional 
dan
strategik dalam organisasi.
Gambar 2.4 Perbandingan Low dan High Comparison dan 5 Tahap Maturity
  
30
2.2.9 Best Practice
Menurut  Wikipedia,  best practice dapat  didefinisikan  sebagai  suatu
cara paling efisien (upaya paling sedikit) dan efektif (hasil terbaik) untuk
menyelesaikan suatu tugas, berdasarkan suatu prosedur yang dapat diulangi
yang
telah
terbukti
sukses
untuk
banyak
orang
dalam
jangka
waktu
yang
cukup
lama. Istilah ini juga sering
digunakan untuk menjelaskan proses
pengembangan suatu cara standar untuk melakukan suatu hal yang dapat
digunakan
oleh
berbagai
organisasi
misalnya
dalam bidang
manajemen,
kebijakan, atau sistem perangkat lunak.
Menurut
Hasanbasri,
best
practice digunakan
untuk
menggambarkan
metode
terbaik
atau
praktek
inovatif yang
berkontribusi bagi
peningkatan
kinerja suatu organisasi, yang biasanya diakui sebagai yang terbaik oleh
organisasi  sejenis.  Dalam  pengertian  ini  tercakup  juga  kemampuan  untuk
selalu  up-to-date dalam  mengikuti  cara  –  cara  organisasi  beroperasi  baik
dalam satu industri maupun industri yang berbeda. Terkait dalam hal itu pula,
kemampuan  untuk  mengukur  posisi  diri  relatif  terhadap  yang  lain  juga
menjadi aspek penting best practice.
(Sumber
musyrid.files.wordpress.com/2008/08/rute-menuju-best-practic
e-
ver2.pdf).
  
31
2.2.10 Business Process Management Initiative (BPMI.org)
Menurut
Gca,
Business
Process
Management
Initiative adalah sebuah
organisasi
yang
independen
yang senantiasa
setia pada pengembangan dari
spesifikasi terbuka untuk manajemen dari proses e-business yang mengaitkan
dengan
aplikasi
yang
banyak,
departemen perusahaan,
dan
rekan
bisnis,
dengan menggunakan firewall dan melalui internet. BPMI.org mendefinsikan
spesifikasi
terbuka
seperti
Business
Process
Modelling
Language
(BPML)
dan Business Process Query Language
(BPQL) yang memungkinkan
manajemen yang berbasiskan standar dari proses e-business dengan Business
Process Management Systems (BPMS) yang akan datang. BPML mendukung
siklus
hidup
dari
perjalanan
proses perusahaan,
perancangan,
penerapan,
eksekusi, pemeliharaan, analisis, dan pengoptimasian. Aplikasi yang
meningkatkan BPML akan membuatnya menjadi gesit, fleksibel, dan akan
menjadi terintegrasi dengan yang di luar maupun yang di dalam perusahaan.
BPMS  menyajikan  pertemuan  dari  EAI  dan  teknologi  serta  solusi  B2Bi,
dalam rangka mencapai apa yang diharapkan perusahaan.
Menurut
Service-Architecture,
BPMI.org bekerja berdasarkan standar
untuk
mengatur
proses
bisnis
yang melibatkan
aplikasi
yang
dibutuhkan,
departemen perusahaan, dan rekan bisnis.
(Sumber
articles
/busin
ess process modeling initiative bpmi. org.html).
  
32
2.2.11 Business Process Modelling Notation (BPMN)
Menurut Lankhorst (2005, p.33), notasi pemodelan proses bisnis adalah
salah satu standar yang dikembangkan oleh BPMI (Business Process
Management Initiative).
Menurut
Business
Process
Management
Initiative (BPMI.org) (2004,
p17)
telah
membuat standar
Business
Process
Modeling
Notation
(BPMN).
Tujuan dari pembuatan BPMN adalah
untuk
menyediakan notasi
yang siap
digunakan  dan  sudah  terstandarisasi  untuk  setiap  bisnis  user,  mulai  dari
analis
bisnis
yang
membuat
perencanaan awal
dari
proses,
sampai
pada
technical
developer yang
bertanggung
jawab
mengimplementasi
teknologi
yang akan menjalankan proses, dan terarkhir sampai kepada orang-orang di
bisnis yang akan mengatur dan memonitor proses.
Menurut  Alonso,  dkk  (2007,  p.80),  notasi  pemodelan  proses  bisnis
adalah sebuah seperangkat standar bangunan visual untuk menggambarkan
diagram proses bisnis.
Menurut Jeston dan Nelis (2006, p.196) Business
Process
Modeling
Notation (BPMN) adalah notasi standar yang dapat berupa ikon atau gambar
untuk pemodelan proses bisnis.
  
33
2.2.12 Business Process Diagram
Menurut
Business
Process
Management
Initiative (BPMI.org)
(2004,
p.17), menyebutkan bahwa Business Process Diagram merupakan spesifikasi
notasi dan semantik yang menunjukkan gabungan dari best practice di dalam
komunitas pemodelan bisnis. Business Process
Diagram menunjukkan
ringkasan dari gambaran elemen BPMN dan hubungannya. Empat (4) elemen
dasar dari business process diagram adalah:
Flow object
Connecting object
Swimlanes
Artifacts
Tiga (3) flow object yang menggambarkan proses bisnis:
Element
Notation
Events
Activities
Gateways
Tabel  2.1 Flow Object Notation
(BPMI.org, 2004, p.31)
  
34
Terdapat 3 cara untuk menghubungkan flow object atau dengan informasi
yang lain, yaitu dengan connecting object dalam bentuk :
Element
Notation
Sequence flow
Message flow
Associations
Tabel  2.2 Connecting Object Notation
(BPMI.org, 2004, p.29)
Ada 2 cara untuk mengelompokkan “swimlane”:
Element
Notation
Pools
Lanes
Tabel 2.3 Swimlane Notation
(BPMI.org, 2004, p.29)
  
35
2.2.13 Balanced Scorecard
Menurut 
Khoshafian 
(2007, 
p.407), 
Balanced 
Scorecard 
(BSC)
adalah metodologi pengukuran dalam ilmu manajemen untuk
mengukur dan
mengikat berbagai performa
manajemen untuk mengindikasikan tujuan dari
proses sekarang juga dukungan pencapaian di masa yang akan datang.
Menurut situs
Wikipedia,
Balance Scorecard
(BSC)
atau kartu
skor
berimbang adalah suatu konsep untuk mengukur apakah aktivitas-aktivitas
operasional suatu perusahaan dalam skala yang lebih kecil sejalan dengan
sasaran yang lebih besar dalam hal visi dan strategi.
Balanced Scorecard pertama kali dikembangkan dan digunakan pada
perusahaan Analog
Devices pada tahun 1987. Dengan
tidak berfokus
hanya
pada hasil
finansial
melainkan
juga
masalah
manusia, Balanced Scorecard
membantu memberikan pandangan yang lebih menyeluruh pada suatu
perusahaan yang pada gilirannya akan membantu organisasi
untuk bertindak
sesuai
tujuan
jangka
panjangnya.
Sistem manajemen
strategis
membantu
manajer 
untuk 
berfokus 
pada 
ukuran 
kinerja 
sambil 
menyeimbangkan
sasaran
finansial
dengan perspektif pelanggan, proses, dan
karyawan.
Pada
tahun 1992, Robert S. Kaplan dan David P. Norton mulai mempublikasikan
BSC
melalui
rangkaian
artikel-artikel
jurnal
dan
buku The
Balanced
Scorecard pada
tahun
1996.
Sejak
diperkenalkannya
konsep
aslinya,
BSC
telah
menjadi
lahan
subur
untuk
pengembangan
teori
dan penelitian,
dan
banyak praktisi yang telah menyimpang dari artikel asli Kaplan dan Norton.
  
36
Kaplan
dan
Norton sendiri
melakukan
tinjauan
ulang
terhadap
konsep
ini
satu dasawarsa kemudian berdasarkan pengalaman penerapan yang mereka
lakukan.
Menurut Tunggal (2002, p.2), Balanced scorecard adalah kumpulan
ukuran kinerja yang terintegrasi yang diturunkan dari strategi perusahaan yang
mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan.
Menurut Luis dan Biromo (2007, p.16), Balanced scorecard
didefinisikan sebagai suatu alat manajemen kinerja (performance management
tool) yang dapat membantu organisasi untuk menerjemahkan visi dan strategi
ke dalam aksi dengan memanfaatkan sekumpulan indikator finansial dan non-
finansial
yang
ke
semuanya
terjalin
dalam suatu
hubungan
sebab
akibat.
Adapun empat perspektif dalam Balanced scorecard, yakni :
Perspektif keuangan (financial perspective)
Perspektif pelanggan (customer perspective)
Perspektif bisnis internal (internal business process perspective)
Perspektif
pembelajaran
dan
pertumbuhan
(learning
and
growth
perspective)
  
37
2.2.14 Key Performance Indicators (KPI)
Menurut
Khoshafian
(2007,
p.28)
KPI
(key
performance indicators)
adalah penilaian dari kinerja yang menunjukkan progress
dari setiap taktik
untuk mencapai tujuan.
Menurut situs Wikipedia, KPI (Key Performance Indicators) adalah
metric  financial  ataupun  non-finansial  yang  digunakan  untuk  membantu
suatu organisasi menentukan dan mengukur kemajuan terhadap sasaran
organisasi. KPI digunakan dalam intelijen bisnis untuk menilai keadaan kini
suatu bisnis dan
menentukan suatu tindakan terhadap keadaan tersebut. KPI
sering digunakan untuk menilai aktivitas yang sulit diukur seperti keuntungan
pengembangan  
kepemimpinan,
perjanjian, layanan dan kepuasan. KPI
umumnya
dikaitkan
dengan
strategi
organisasi yang contohnya diterapkan
oleh teknik-teknik seperti Balanced Scorecard. KPI berbeda tergantung sifat
dan strategi organisasi. KPI merupakan kunci suatu sasaran terukur yang
terdiri dari arahan, KPI, tolok ukur, target, serta kerangka waktu.
2.2.15 Activity Based Costing (ABC)
Menurut   Ray   dkk   (2006,   p.440),   perhitungan   biaya   berdasarkan
aktivitas-Activity
Based Costing
(ABC)
adalah
metode
perhitungan
biaya
(costing)
yang
dirancang
untuk
menyediakan informasi
biaya bagi
manajer
untuk keputusan strategis dan keputusan
lainnya
yang
mungkin
akan
mempengaruhi kapasitas dan juga biaya ‘tetap’.
  
38
ABC biasanya digunakan digunakan sebagai pelengkap, bukan sebagai
pengganti, sistem biaya yang dipakai perusahaan.
Dalam ABC:
Biaya produksi dan nonproduksi dibebankan ke produk.
Beberapa biaya produksi tidak dimasukkan ke biaya produk.
Ada  sejumlah  pengelompokan  biaya  overhead,  setiap  pengelompokan
dialokasikan
ke
produk
dan
objek perhitungan biaya (costing) lainnya
dengan menggunakan ukuran aktivitas masing-masing yang khusus.
Basis  alokasi  biasanya  berbeda  dengan  basis  alokasi  dalam 
sistem
akuntansi biaya tradisional.
Tarif overhead atau tarif aktivitas disesuaikan dengan kapasitas aktivitas
dan bukannya dengan kapasitas yang dianggarkan.
Tahapan untuk menerapkan ABC:
Mengidentifikasikan dan mendefinisikan aktivitas dan pul aktivitas.
Bila
mungkin,
menelusuri
biaya
overhead
secara
langsung
ke
aktivitas
dan objek biaya.
Membebankan biaya ke pul biaya aktivitas.
Menghitung tarif aktivitas.
Membebankan biaya ke objek biaya dengan
menggunakan tarif aktivitas
dan ukuran aktivitas.
Menyiapkan laporan manajemen.
  
39
ABC  mengestimasi  biaya  sumber  daya  yang  dikonsumsi  oleh  objek
biaya seperti produk dan pelanggan. Pendekatan dalam ABC mengasumsikan
bahwa objek biaya menimbulkan aktivitas yang pada akhirnya mengonsumsi
sumber daya. Aktivitas membentuk hubungan antara biaya dengan objek
biaya.
ABC
memfokuskan
pada
biaya
overhead-baik
overhead produksi
maupun  overhead penjualan, 
umum  dan  administrasi. 
Akuntansi 
untuk
tenaga kerja langsung dan bahan langsung tidak terpengaruh.
Menurut Jeston dan Nelis (2006, p.387), ABC menjelaskan sebuah alat
tambahan yang sangat penting untuk sistem akuntansi biaya yang sudah ada.
ABC membuat kesuksesan dari pengukuran proyek BPM, dan membuat
transparansi
dalam
pemahaman
sehingga
membuat
kontrol
yang
potensial
dari biaya proses. ABC ini adalah alat
yang membantu
mengamankan
keputusan organisasional strategic
pada
sudut
pandang
biaya
dan
untuk
mendapatkan  pengurangan biaya dalam
jangka panjang. Kemampuan untuk
menghasilkan dan memanfaatkan keuntungan kompetitif yang memanfaatkan
pengetahuan dari biaya yang benar.
Keuntungan utama dari ABC ini adalah:
Kemampuan   
untuk   
memahami   
komponen   
biaya    dari   
proses,
menghasilkan biaya dan harga yang lebih sesuai.
Kemampuan     
untuk      membandingkan      berbagai      proses      dan
mengidentifikasi area untuk pengembangan,
yang menghasilkan biaya
yang lebih rendah.
  
40
2.2.16 Service Oriented Architecture (SOA)
Menurut Erl (2005,  p.14), Service Oriented Architecture (SOA) adalah
cara  untuk 
merepresentasikan  sebuah 
model  dimana 
logika  otomatisasi
dibuat menjadi lebih kecil, dengan membedakan logika masing-masing unit.
Menurut Khosafian (2007, p.37), Service Oriented Architecture (SOA)
adalah framework
yang
mendukung
penemuan,
pertukaran
pesan,
dan
integrasi dalam servis yang berhubungan secara bebas dengan menggunakan
standar industri.
Menurut
Laudon
(2007,
p.201),
Service
Oriented
Architecture (SOA)
adalah kumpulan dari servis yang dapat mengisi sendiri dan dapat
berkomunikasi dengan satu sama lain untuk menciptakan aplikasi perangkat
lunak. SOA adalah cara baru untuk membuat perangkat lunak dalam sebuah
perusahaan.
Menurut   situs   Wikipedia,   SOA   (Service   Oriented  Architecture,
arsitektur
berorientasi
layanan)
adalah
suatu
gaya
arsitektur
sistem yang
membuat
dan
menggunakan
proses
bisnis
dalam bentuk
paket
layanan
sepanjang siklus hidupnya.
SOA
juga
mendefinisikan
dan
menentukan
arsitektur teknologi informasi (TI) yang dapat menunjang berbagai aplikasi
untuk
saling
bertukar
data
dan
berpartisipasi
dalam proses
bisnis.
Fungsi-
fungsi ini tidak terikat dengan sistem operasi dan bahasa pemrograman yang
mendasari aplikasi-aplikasi tersebut. SOA membagi fungsi-fungsi menjadi
unit-unit yang berbeda (layanan), yang dapat didistribusikan melalui suatu
jaringan 
dan  dikombinasikan 
serta 
digunakan 
ulang 
untuk 
membentuk
aplikasi    bisnis.    Layanan-layanan    ini    saling    berkomunikasi    dengan
  
41
mempertukarkan data antar mereka atau dengan mengkoordinasikan aktivitas
antara dua atau lebih layanan. Konsep SOA sering dianggap didasari atau
berkembang dari konsep-konsep yang lebih lama dari komputasi terdistribusi
dan pemrograman modular.
2.2.17 Arti Penting Fungsi Manajemen Keuangan
Menurut Wimadiun,
manajemen keuangan merupakan salah satu bidang
manajemen
fungsional
dalam suatu
perusahaan,
yang
mempelajari
tentang
penggunaan dana, memperoleh dana dan pembagian hasil operasi perusahaan.
Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab
manajer  keuangan.  Meskipun  tugas  dan  tanggung  jawabnya  berlainan  di
setiap perusahaan, tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi:
keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian
dividen suatu perusahaan.
na jemen%20keuangan%201.pdf).