BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1.
Braille
Tulisan
braille
dikembangkan oleh
Louis
Braille
pada
tahun
1834.
Braille
merupakan sistem
tulisan
yang
terdiri dari
titik-titik
timbul
yang
dimaksudkan
untuk
memungkinkan tunanetra membaca dengan
cara diraba
menggunakan
ujung-ujung jari.
(Didi Tarsidi 24 Juni 2008 Sistem Tulisan Braille internet)
Tunanetra menurut definisi Jernigan (1994) adalah An individual may properly
be said to be "blind" or a "blind person" when he has to devise so many alternative
techniques
-
that is, if
he
is
to
function
efficiently
-
that
his pattern of daily living is
substantially altered.
Teknik yang sering digunakan oleh para tunanetra untuk membaca adalah
dengan
memanfaatkan indera
pendengaran
serta
indera
peraba,
misalnya
dengan
menggunakan tulisan braille.
Braille
pada
mulanya
tersusun dari
6 titik
seperti
pada
gambar
2.1. Namun
tulisan braille dengan format enam titik memiliki beberapa kelemahan yaitu tidak dapat
membedakan antara
huruf kapital dan
huruf kecil
jika
hanya menggunakan 1 karakter.
Penulisan angka
memerlukan karakter
tambahan
untuk membedakan antara angka dan
huruf. Tulisan dengan enam titik hanya memiliki kombinasi karakter yang dapat
dimunculkan sebanyak 64 buah kombinasi saja. Oleh karena
itu sistem
tulisan braille
5
|
![]() 6
saat ini dikembangkan menjadi sistem 8 titik, dengan demikian kombinasi yang dapat
dibentuk dari sistem 8 titik adalah 256 karakter seperti pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Sistem 6 titik dan sistem 8 titik
Ada 4 buah format braille, format tersebut antara lain Literary Braille Code, the
Nemeth
Braille
Code,
Computer
Braille
Code
(CBC), and
the
Music
Braille
Code.
Format braille tersebut berfungsi untuk
merepresentasikan tulisan-tulisan yang berbeda.
Literary Braille Code digunakan untuk literatur fiksi dan non
fiksi. the Nemeth Braille
Code digunakan untuk merepresentasikan simbol
matematika yang tidak terdapat pada
literary Braille Code serta untuk penulisan persamaan-persamaan matematika. Computer
Braille
Code
digunakan
untuk
menuliskan
catatan-catatan yang
berhubungan
dengan
komputer, Music Braille Code digunakan untuk merepresentasikan simbol simbol dalam
musik. Perbedaan perbedaan kode braille yang ada membuat The Braille Authority of
North
America
(BANA)
mengembangkan format
Unified
Braille
Code
(UBC)
yang
berbasiskan
8
titik
yang
dapat
merepresentasikan 256
simbol
yang
berbeda
yang
digunakan pada penelitian ini. (
Hasil
penelitian
Simon
&
Huertas
(1998)
menunjukkan bahwa
kecepatan
membaca rata-rata
tunanetra pembaca
Braille
yang
berpengalaman adalah 90-115 kata
per menit dibandingkan dengan 250 - 300 kata per
menit untuk manusia yang membaca
secara
visual.
Gambar
2.2
merupakan
simbol
yang
dibentuk dari Unified
braille
code
(UBC)
|
![]() 7
Gambar 2.2 Unified Braille Code dengan 8 titik
2.2.
Refreshable Braille Display
Refreshable
braille
display
merupakan suatu
transducer
yang
dapat
menampilkan
huruf
dan
atau
angka
braille sesuai
dengan data
yang
diterima.
Display
tersebut digunakan untuk menampilkan
karakter dalam satu baris, tergantung pada
jumlah cell dari setiap baris, umumnya antara 18 60 karakter. Gambar 2.3
merupakan
contoh refreshable braille display yang terdiri dari 42 karakter.
|
![]() 8
Gambar 2.3 Refreshable Braille Display
Tegangan
akan
diubah
menjadi
perubahan
bentuk
secara
mekanik
pada
braille
cell.
Hal
ini
dimungkinkan akibat dari
bahan piezoactuator.
Piezoactuator
merupakan
bahan yang dapat berubah bentuk apabila diberikan tegangan listrik. Bekerja secara dua
arah,
tekanan
menghasilkan tegangan
dan
sebaliknya
tegangan
akan
menyebabkan
perubahan
bentuk.
Gambar
2.4
menunjukan cara
kerja
dari
piezzo
actuator.
piezzo
electric ditemukan oleh Jacques dan Pierre Curie bersaudara pada tahun 1880.
Gambar 2.4 Keadaan bahan Piezzo actuator saat sebelum dan sesudah
diberi arus
|
![]() ![]() ![]() 9
Gambar 2.5 Modul braille cell B11
Gambar
2.5
menunjukkan salah
satu
modul
Braille
cell
B11
produksi
metec.
Modul
Braille cell
B11
tersusun
dari
shift
register
8
bit
untuk
mengendalikan
8
titik
serta tombol masukan. Pengiriman data pada modul B11 dilakukan secara serial dengan
protokol komunikasi
Serial
Interface
peripheral
(SPI).
Gambar
2.6
menujukkan blok
diagram sebuah braille cell B11
Din
Strobe
Clock
Dout
High Voltage Input
Gambar 2.6 Pin Braille cell B11
Data
yang
masuk ke
shift
register
terjadi
saat
sinyal strobe
bernilai low.
Saat
strobe mengalami transisi rising edge maka data pada shift register akan ditampilkan ke
output dan data tertahan.
Ketika strobe bernilai high maka input button akan tertahan dan clock selajutnya
akan
mengeluarkan
data
pada
pin
Dout.
Data
Dout
berubah saat
transisi
falling
edge
pada clock. Pembacaan data pada button tanpa pengiriman data baru dapat dilakukan
|
![]() 10
dengan
cara
membuat pin clock dalam keadaan high
dan strobe
berubah dari
low
ke
high.
2.3.
Serial Peripheral Interface (SPI)
Gambar 2.7 Komunikasi SPI dengan master dan slave yang saling bebas
Serial
peripheral
interface atau
SPI
bus
adalah
komunikasi data
serial
sinkron
yang dinamakan oleh Motorola dan dapat dioperasikan secara full duplex. Pada SPI, alat
yang
berkomunikasi dibedakan
menjadi
master
dan
slave.
Pada
komunikasi
ini
dimungkinkan
terdapat
banyak
slave
dengan
menggunakan jalur
SS.
Gambar
2.7
menunjukan komunikasi SPI
antara master
dengan banyak
slave
dengan pin
SS untuk
memilih slave.
Gambar 2.8
merupakan timing
diagram dari komunikasi SPI.
Pada komunikasi
SPI terdapat jalur MOSI, MISO, SCK dan SS. Master mengatur polaritas clock (CPOL)
dan
fase clock
(CPHA) dalam
berkomunikasi.
Jika
CPOL =0
maka
clock
akan
low
saat idle sedangkan jika CPOL = 1,
maka clock akan high saat
idle. CPHA akan
|
![]() 11
menentukan waktu sampling saat komunikasi berlangsung. Jika CPHA= 0 dan CPOL=0
maka
data
disampling
ketika
clock
rising
dan
data
pada
jalur
MOSI/MISO
berubah
ketika clock
falling. Jika
CPHA= 0
dan
CPOL=1
maka
data
disampling
ketika clock
falling dan data pada jalur MOSI/MISO berubah ketika clock rising. Jika CPHA =1 dan
CPOL=0
maka
data disampling
ketika clock
falling
dan
data
pada
jalur MOSI/MISO
berubah ketika clock rising. Jika CPHA =1 dan CPOL=1
maka data disampling ketika
clock
rising
dan
data
pada
jalur
MOSI/MISO
berubah ketika
clock
falling.Saat
komunikasi akan
dimulai
maka
master
akan
memberikan
sinyal
low
pada
jalur
SS.
Data
dikirim dari master ke
slave
melalui
jalur
MOSI dengan sinkronisasi clock
pada
jalur
SCK.
Secara
bersamaan data
dari
slave akan
diterima oleh master
melalui jalur
MISO.
Gambar 2.8 SPI Timing Diagram
2.4. MultiMedia Card (MMC)
MMC merupakan sebuah flash memory card yang memiliki ukuran 24 mm x 32
mm x 1,4 mm, yang digunakan untuk media penyimpanan. Pada awalnya MMC hanya
|
![]() 12
dapat digunakan
untuk
satu
bit
serial
interface.
Namun
pada MMC
versi
4.3
dapat
mengirim 4 atau 8 bit data pada waktu yang bersamaan.
MMC
memiliki 7
pin serial interface
dan
2
protokol
untuk
komunikasi
yaitu
MMC mode dan SPI mode. Keduanya memiliki kecepatan maksimum clock sebesar 20
MHz.
Konfigurasi pin pada MMC ditunjukan pada gambar 2.9.
Nomor pin
Nama
Tipe
Fungsi pin
1
CS
Input
Chip Select
2
DI
Input
Data Input
3
VSS
Supply
GND
4
VDD
Supply
VCC
5
SCLK
Input
Clock
6
VSS2
Supply
GND
7
DO
Output,PushPull
Data Output
Tabel 2.1 Fungsi pin MMC pada SPI mode
Gambar 2.9 Konfigurasi pin MMC
|
13
2.5. Fitur- fitur MMC
2.5.1. Clock Frequency
Dengan clock frekuensi yang
maksimum dari 20 MHz
sampai 26 MHz dan 52
MHz
memungkinkan pemindahan data yang cepat. Beroperasi pada
mode 52 MHz
x
8
bit , data dapat dipindahkan hingga 52 MBps (416 Mbits/sec), yang berarti 20 kali lebih
cepat dibandingkan standar MMCA versi 3.31.
2.5.2. Bus Width yang Lebar
Pada versi 4.0 MMC mobile memiliki bus width dengan perkalian yang baru (x1,
x4,
atau
x8)
memungkinkan host
untuk
merancang
secara
fleksibel.
MMCmobile
merupakan standar memory card berukuran kecil yang dapat dioperasikan pada tegangan
ganda 3 / 3.3 volt dan 1,8 volt. (sumber : jurnal tekno halaman 25-30)
2.6. Register
Pada MMC terdapat beberapa internal
register. Setiap internal
register memiliki
fungsi yang berbeda. Pada beberapa MMC produksi seperti Sandisk atau Hitachi
terdapat
beberapa
internal register
yang
tidak
tersedia.
Secara
umum
terdapat 6
buah
register yaitu :
a. Operation Condition Register (OCR)
OCR memiliki panjang 32 bit. OCR memberikan informasi pada host mengenai
tegangan
VDD
pada
MMC
card.
Tiap
kenaikan
1
bit
pada
OCR
mewakili kenaikan
100mV pada VDD.
|
![]() 14
b.
Card Identification Register (CID)
Register
CID
memiliki
panjang
128
bit.
Register
CID
memberikan
informasi
pada host mengenai ID dari MMC. Register CID tidak dapat ditulis oleh
host, dan telah
dibuat / ditentukan oleh produsen.
c.
Relative Card Address Register (RCA)
Register
RCA
digunakan
untuk
menentukan alamat
relatif pada
mode
MMC.
Register RCA memiliki besar 16bit, maka alamat relatif yang mungkin adalah 0h sampai
FFFFh. Pada mode SPI register RCA tidak dapat digunakan. Signal CS digunakan untuk
memilih MMC dalam komunikasi secara SPI.
d.
Card Specific Data Register (CSD)
Register
CSD
memiliki
besar
128
bit.
CSD
berisi
informasi mengenai versi
Multimedia
Card
Ascociation
(MMCA)
yang
digunakan pada
kartu.
CSD
juga
menginformasikan
besar
kapasitas
MMC,
kelas-kelas
perintah
yang
didukung,
waktu
akses, besar blok data yang dapat dikirim/diterima.
e.
Driver Stage Register (DSR)
DSR merupakan register 16 bit yang digunakan untuk mengatur kemampuan bus
drive.
f.
Status Register
Status register memiliki besar 32 bit. Status register berfungsi untuk menyatakan
status error dari MMC pada saat berkomunikasi pada mode MMC.
2.7.
Command
Tabel 2.2 Format perintah pada SPI
mode
|
15
Tabel 2.2
merupakan
format perintah yang dikirimkan pada SPI mode dari host
ke MMC. Bit ke 47 merupakan start bit yang selalu bernilai 0. Bit ke 46 bernilai 1 untuk
menandakan perintah dari host. Bit 45 sampai bit 40 merupakan command yang dikirim.
Nilai command diambil dari CMD yang dikirimkan. Bit selanjutnya yaitu bit 39 sampai
bit
8
merupakan argumen
yang
diberikan sesuai
dengan CMD
yang
dikirimkan. Bit
7
sampai 1
merupakan CRC7, pada SPI mode CRC7 digunakan hanya pada
saat
pengiriman CMD0 sedangkan pada perintah lainnya CRC7 tidak diperhatikan dan dapat
berupa data sembarang.
Untuk mengirimkan
perintah
CMD13 maka
bit ke-47
sampai
ke-40
bernilai
01001101(4Dh). Bit ke-47 merupakan start bit, bit ke-46 merupakan perintah dari host,
dan bit ke-45 sampai bit ke-0
merupakan nilai 13 pada CMD13. Pada CMD 13
tidak
memerlukan argumen
maka
argumen
diberi
nilai
00h.
Pada
CMD13
CRC
tidak
diperhatikan dan
bit
ke 0
merupakan end bit
yang bernilai 1.
Jadi
untuk mengirimkan
CMD13 maka perlu dilakukan SPI sebanyak 6 kali yaitu mengirimkan 4Dh, 00h, 00h,
00h, 00h, dan 95h
2.8. Responses
Perintah yang telah dikirim pada MMC, akan ditanggapi dengan respon tertentu.
Respon selalu diawali dengan MSB menuju LSB. Terdapat 5 buah tipe respon yaitu R1,
R2, R3, R4, dan R5.
Tiap respon memiliki panjang bit data
yang berbeda. Pada mode
MMC, respon yang diberikan berbeda dengan respon pada mode SPI. Data respon pada
mode MMC lebih panjang daripada data respon pada mode SPI.
|
![]() 16
2.9.
Mode SPI
Mode
SPI
merupakan salah
satu
protokol
yang
dapat
digunakan
dalam
komunikasi antara host dengan MMC.
Pada mode SPI,
perintah dikirim dalam bentuk
blok data. Besar data yang dikirim merupakan data sebesar 8 bit yang dikirimkan secara
berurutan. Perintah pada mode SPI sama dengan perintah mode MMC. Namun terdapat
beberapa perintah pada
mode MMC
yang tidak dapat digunakan pada mode SPI. Pada
mode SPI CRC tidak digunakan dalam pengiriman dan
penerimaan data. Namun CRC
tetap disertakan dengan nilai sembarang pada pengiriman perintah ataupun data dalam
komunikasi mode SPI.
2.9.1. Format respon pada mode SPI
Berbeda dengan MMC mode pada SPI
mode, panjang data respon
yang
diberikan MMC ke host lebih sedikit. Berikut format R1 atau R1b pada SPI mode :
Gambar 2.10 Format respon R1 pada SPI mode
Respon R1 atau R1b pada
mode SPI terdiri dari 8 bit dimana tiap bit
mewakili
kondisi yang terjadi pada MMC sesuai dengan gambar 2.10. Respon R1 digunakan pada
|
![]() 17
semua perintah pada mode SPI kecuali pada perintah CMD13. Pada perintah CMD13,
respon yang diberikan respon R2 yang memiliki format seperti gambar 2.11.
Gambar 2.11 Format respon R2 pada SPI mode
Perintah CMD13 (SendStatus_CMD) yang telah diterima MMC akan ditanggapi dengan
respon R2. Respon R2 terdiri dari 16 bit data, dimana 8 bit data pertama merupakan R1
sedangkan 8 bit data kedua merupakan status dari MMC.
2.10. Format Token
Pada pengiriman perintah ataupun penerimaan blok data digunakan suatu
struktur
yang
disebut
dengan
token
untuk
menunjukan data
dan
respon
dari
MMC.
Terdapat 3 tipe token yaitu data token, data_response token, dan data_error token.
|
![]() 18
2.10.1. Data Token
Blok data
yang dikirim/diterima oleh host dikirim
dengan MSB terlebih dahulu.
Blok data pada mode SPI disebut dengan data token. Data token terdiri dari Start Block
token
(1byte) blok data
(1
byte atau lebih) dan
nilai CRC (2byte). Berikut
tipe-tipe
token yang diberikan MMC dalam transaksi data.
Tipe Token
Tipe transaksi
Nilai (hex)
Start Block
Single Block read
FE
Multiple block read
FE
Single Block write
FE
Multiple block write
FC
Stop Tran
Multiple block write (end)
FD
Tabel 2.3 Nilai Start Block dan Stop Tran
2.10.2. Data_response token
Setelah menerima data token, MMC akan merespon dengan 1byte data_response
token. Berikut nilai tiap bit pada data_response token :
Bit 7
Bit 6
Bit 5
Bit 4
Bit 3
Bit 2
Bit 1
Bit 0
X
X
X
0
Status
1
Tabel 2.4 Format data respon
Status :
010=Data diterima
101=CRC error
110=Write error
|
![]() 19
2.10.3. Data_error token
Data_error
token memiliki besar 8
bit data. Data_error token
diberikan MMC
karena
terjadi
error
pada
proses
pengiriman data.
Format dari
data_error token
dapat
dilihat pada gambar 2.12.
Gambar 2.12 Format token untuk data_error
2.11.
Sistem file
Setiap aplikasi dalam komputer pada umumnya perlu menyimpan informasi dan
menggunakan kembali informasi tersebut. Ketika sebuah proses sedang berjalan, proses
tersebut dapat menyimpan sejumlah informasi pada space address sendiri. Permasalahan
yang terjadi ketika menyimpan informasi pada space address tersendiri adalah kapasitas
penyimpanan informasi terbatas pada ukuran dari virtual space address. Untuk aplikasi
yang tidak
memerlukan kapasitas penyimpanan yang besar, mungkin
hal
tersebut tidak
menjadi
masalah,
namun
bagi
beberapa
aplikasi
besar
seperti
pada
pemesanan tiket
penerbangan dan banking kapasitas penyimpanan data tidak akan cukup.
Permasalahan kedua ketika menyimpan informasi langsung dalam space address
proses yang sedang berjalan adalah ketika proses tersebut telah berhenti berjalan,
|
20
informasinya akan
hilang.
Untuk
aplikasi
seperti
database,
informasi
yang disimpan
terkadang harus tetap ada untuk jangka waktu yang cukup lama.
Permasalahan ketiga
adalah
seringkali
multiple
akses
perlu
untuk
mengakses
informasi atau bagian dari informasi secara bersamaan. Contoh jika ada sebuah directory
online
telephone
yang
disimpan dalam sebuah
space
address
dari
single proses,
maka
hanya single proses tersebut saja yang dapat mengaksesnya. Solusi yang dapat dilakukan
untuk
mengatasi
masalah
tersebut adalah dengan
membuat
informasi tersebut
bersifat
independent atau bebas dari proses manapun dengan cara menyimpan informasi dalam
disk
atau
media
eksternal lainnya
dalam
unit
yang
disebut
dengan
file.
Ketika
telah
menyimpan informasi dalam unit-unit file maka proses lain dapat membaca atau bahkan
menulis informasi yang baru bila diperlukan.
File dikelola oleh sistem operasi. Bagaimana suatu file distrukturkan, dinamakan,
diakses,
digunakan, diproteksi, dan diimplementasikan adalah
tugas
utama
dari
sistem
operasi.
Seluruh
bagian
sistem operasi
yang
berhubungan
dengan
file
disebut dengan
sistem
file.
Sistem
file
mengatur
isi
data
ke
dalam kelompok-kelompok
yang disebut
dengan
cluster.
Dalam
sebuah cluster
terdiri
dari
sector-sector
yang
merupakan
kumpulan dari byte-byte.
Sistem File dapat diklasifikasikan menjadi disk file system, network file system,
dan special purpose file systems.
2.11.1. Disk File System
Disk
file
system
adalah sistem
file
yang
dikhususkan
untuk
mengatur
penyimpanan file dalam
media penyimpanan data,
yang kebanyakan digunakan pada
|
21
disk drive yang baik secara
langsung
maupun tidak langsung terhubung dengan
komputer. Contoh dari disk file system adalah FAT 12, FAT 16, FAT 32, dan NTFS.
2.11.2.Network file system
Network file system adalah
sebuah
sistem
file yang
berfungsi
sebagai
client
dalam
sebuah
remote
file access protocol, mengatur
akses file ke
server. Contoh dari
network file system adalah NFS, AFS, dan SMB.
2.11.3.Special Purpose File System
Special
Purpose
File
System
pada
dasarnya adalah
sistem
file
yang
hanya
ditujukan untuk tujuan tertentu saja. Sistem yang temasuk dalam kategori Special
purpose file system adalah file-file
yang diatur secara dinamis oleh software, ditujukan
untuk tujuan seperti komunikasi antar computer process atau temporary file space.
Jenis-jenis
sistem file
yang
terdapat
dalam
sistem
operasi
windows
antara
lain
File Allocation Table (FAT) dan New Technology file System (NTFS). File system FAT
merupakan evolusi dari file
system
MS-DOS
yang berdasar pada 86-DOS.
File
system
MS-DOS yang ada sebelum file system FAT (FAT 12 dan FAT 16)
memiliki beberapa
keterbatasan seperti keterbatasan panjang dari file, keterbatasan dalam
jumlah entry
di
root
directory
dari
sistem file
dan
adanya
keterbatasan dari
ukuran
format
disk
atau
partisinya. Khusus FAT 12 dan FAT 16 memiliki batas 8 karakter untuk file name dan 3
karakter
untuk extension. VFAT
merupakan perluasan untuk FAT12 dan FAT 16
yang
dikenalkan pada
windows
NT
3.5
dan
kemudian
dimasukkan
pada
windows
95,
mengijinkan Long File Name (LFN).
|
22
2.12. FAT 16
FAT 16 hanya dapat digunakan dalam sistem yang memiliki media penyimpanan
dengan
rentang
kapasitas
penyimpanan antara
16MB
hingga
2
GB.
Setiap
FAT16
memiliki komponen sebagai berikut :
a. Reserved region, yang mengandung boot sector
b. FAT region, yang berisi 2 copy dari table
FAT
c. Root directory region
d. File dan directory data region yang menyimpan file dan subdirectory
2.12.1. Reserved region
Daerah pertama
dari
volume
FAT16
adalah
reserved region
yang
berisi
sector
tunggal yang disebut dengan boot sector. Alamat dari boot sector didapat dari nilai LBA
(Load Boot Address) yang disimpan pada tabel partisi MBR (Master Boot Record). Pada
media
yang
tidak
memiliki
MBR,
maka
sector
pertamanya akan
ditempati
oleh
boot
sector. Boot
sector berisi
sebuah
BPB
(BIOS Parameter
Block), yang berupa reserve
area untuk boot code dan boot signature.
2.12.2. BIOS Parameter Block
Tabel 2.5
menunjukkan informasi 62 byte
pertama
dalam
boot
sector FAT
16.
Secara
umum data
yang termasuk
dalam BPB
terletak
pada byte
11
sampai
byte
35,
meskipun byte-byte sisanya masuk ke dalam boot sector namun byte-byte tersebut bukan
bagian dari BPB. Informasi yang disimpan dalam BPB
memungkinkan komputer untuk
menemukan daerah tabel FAT, root directory, dan data area ( area isi file dan directory).
|
![]() 23
Byte
13
dalam
BPB
menginformasikan berapa
banyak
sector
yang
ada
pada
cluster data.
Setiap
cluster
menampung data
milik
single file. Sebuah
file
yang
besar
dapat menggunakan multiple cluster. Space extra pada akhir cluster dari akhir sebuah isi
file
tidak dapat
digunakan oleh file
lain. Pemilihan besarnya
ukuran
cluster
tergantung
pada aspek efisiensi akses atau efisiensi penggunaan pada media penyimpanan. Semakin
besar
ukuran cluster
maka
pengaksesan
file
dengan
ukuran
yang
besar
akan
semakin
efisien
juga
karena
file
system
software
akan
membutuhkan lebih
sedikit
pencarian
cluster dan pengaksesan cluster. Sebuah
ukuran cluster
yang kecil akan
menghabiskan
lebih sedikit space, khususnya ketika banyak file-file yang berukuran kecil.
Untuk
kompatibilitas yang
maksimum
dengan
mass-storage
host
software,
beberapa
ítems
dalam
FAT16
boot
sector
membutuhkan recommended
value,
seperti
yang ditunjukkan pada keterangan tabel 2.5. Secara teoritis semua nilai yang ada dalam
boot
sector, kecuali
jumlah dari reserve sector dapat beragam, namun apabila berbeda
dari recommended value-nya maka memungkinkan terjadi masalah pada beberapa host.
Byte
Deskripsi
Ukuran
(byte)
Keterangan
0
Jump instruction to boot code
3
For bootable media, byte zero
contains EBh or E9h for an x86
unconditional jump. Set to 00h
for non-bootable media
3
String that identifies the operating
sistem that formatted the media
8
Use MSWIN4.1 for maximum
compatibility
11
Number of bytes per sector
2
Use 512 for maximum
compatibility.
13
Number of sectors per cluster
1
Allowed value are
|
![]() 24
1,2,4,8,16,32,64, and 128. For
maximum compatibility, cluster
size must be 32K or less
14
Number of reserve d sectors
2
Must be 1
16
Number of FATs (identical copies)
1
Use 2 for maximum compatibility
17
Maximum number of entryes in the
root directory
2
Use 512 for maximum
compatibility
19
Total number of sectors if less than
32K
2
The total nmber of sectors in the
media if less than 32K.
21
Media descriptor
1
Use F8h for non-removable
media and F0h for removible
media. This value is also stored
in the first byte of cluster zero but
is generally unused in both
locations.
22
Number of sectors per FAT
2
The number of sectors in one
FAT
24
Number of sectors per track
2
Not used in LBA
26
Number of heads
2
Not used in LBA
28
Number of hidden sectors
4
The number of hidden sectors
that precede the partisi that
contains this FAT volume.
Operating sistem spesific. Zero if
the media doesnt have an MBR
sector
32
Total number of sectors
4
The total number of sectors in the
volume if 32K or greater. The
count begins with the boot sector
and includes all region.
Otherwise zero
36
Logical drive number of the partisi
1
Operating sistem spesific
|
![]() 25
37
Reserved
1
00h
38
Extended boot signature
1
Set to 29h if the three fields
below are present
39
Volume serial number
4
Typically created using the date
and time formatting
43
Volume label
11
Text that identifies the volume
54
File sistem type
8
FAT16 or FAT. Not used to
determine the file sistem type.
Tabel 2.5 Informasi boot sector pada FAT16
(sumber : USB mass storage : designing and programming devices and embedded hosts)
Lokasi
dari
nilai
yang
menginformasikan jumlah
sector
dalam
volume
dapat
beragam tergantung dari kapasitas volumenya. Jika kurang dari 32KB, nilainya dalam 2
byte mulai pada byte ke 19 di BPB. Jika lebih kecil atau sama dengan 32KB,
nilainya
akan sebesar 4 byte dimulai pada byte ke 32.
Offset 0 dapat
berisi
instruksi
untuk
loncat
ke boot code. FAT16
volume pada
umumnya berisi
Ebh
3Ch
90h,
yang berarti
loncat
sejauh
60byte
ke
boot code.,
yang
dimulai
pada
byte
3Eh di
BPB.
Ebh
adalah
instruksi jump,
3Ch
(60)
adalah
ukuran
jauhnya loncatan (dalam satuan byte), dan 90h adalah NOP (no operation).
Byte
yang
dimulai
pada
alamat
offset
54
menyimpan text
yang
mengidentifikasikan file system, namun program code seharusnya tidak mepercayai text
ini untuk mengidentifikasi file sistem. Pemilihan jenis file sistem tergantung pada jumlah
cluster data di volume.
2.12.3. Boot Code
Alamat offset
62
sampai
509 menyimpan informasi boot
code
(448
byte). Jika
tabel partisi mengindikasikan bahwa volumenya bersifat bootable, pada boot up,
|
26
executable code pada MBR loncat ke boot code pada
volume boot sector.
Boot code
akan me-load sistem operasi.
2.12.4. Boot signature
Pada boot sector yang benar, byte ke 510 akan bernilai 55h dan byte ke 511 akan
bernilai AAh. Untuk media yang jumlah SectorperClusternya lebih besar dari 512 byte,
pada byte ke 510 akan bernilai 55h dan byte ke 511 juga akan bernilai AAh meskipun
bukan merupakan byte terakhir dari sector.
2.12.5. File Allocation Table
File Allocation table dalam sistem tabel FAT 16 secara umum memiliki 2 kopi
yang
saling
identik
satu
sama
lainnya.
Setiap
tabel FAT
memiliki 16
bit entry
untuk
setiap volume cluster data.
2.12.6. Root Directory Region
Pada
FAT16
volume,
sector
setelah
tabel
FAT
adalah root
directory.
Root
directory
secara
umum
mampu
menyimpan sampai 512
entry
dimana
masing-masing
entry
dibagi
menjadi
per
32
byte.
Jika
ukuran
SectorperClusternya
adalah
512
byte,
maka
root
directory
membutuhkan 32
sector.
Root
directory
menyimpan
informasi
mengenai file dan subfolder.
2.12.7. File dan Directory Data Region
Sector
setelah
root
directory
dikelompokkan ke
dalam
cluster
data.
Sebuah
cluster data
dapat
berisi
satu atau
lebih
sector.
Karena
tabel
FAT
memiliki
informasi
entry untuk
setiap cluster
dan
dua
entry
pertama sudah
digunakan untuk tujuan lain,
|
27
maka cluster data pertama dimulai pada cluster kedua, sedangkan sisanya akan
berurutan
mulai dari cl uster tiga dan seterusnya.
File dan subdirectory disimpan di
dalam cluster.
2.13. FAT 32
FAT 32 adalah pilihan sistem file untuk kapasitas media penyimpanan yang lebih
besar yang tidak dapat didukung oleh FAT16. Sistem FAT32 juga memiliki keuntungan
lain, seperti tidak adanya batasan pada ukuran root directory dan ketersediaan informasi
tambahan
untuk memperbaiki kerusakan
media dan
menemukan cluster
kosong
secara
cepat.
2.13.1. Reserved Region
Region pertama
pada
volume FAT 32 adalah
reserved region
yang
berisi
boot
sector, sebuah struktur FSInfo
yang berisi informasi untuk membantu
menemukan free
cluster, dan sebuah backup copy dari boot sector.
2.13.2. Boot Sector
Sama
seperti
FAT16,
boot
sector
dimulai
pada
nilai
LBA
yang
disimpan
di
dalam entry
volume
pada
tabel partisi.
Tabel
2.5 menunjukkan 90
byte pertama dalam
FAT32 boot sector.
Byte ke 11 sampai byte ke 63
merupakan bagian dari BPB (BIOS
Parameter
Block),
sedangkan byte-byte sisanya adalah bagian dari boot
sector
namun
tidak termasuk ke dalam BPB.
Dibandingkan dengan FAT 16, FAT 32 memiliki beberapa perbedaan seperti:
a. Jumlah dari reserved sector pada byte ke 14 secara umum adalah 32 bukannya 1
|
![]() 28
b.
Jumlah entry maksimum di root directory pada byte ke 17 tidak berguna karena
FAT 32 tidak memiliki batasan ukuran root directory.
c.
Jumlah sector selalu ada pada alamat offset 32 dari boot sector karena FAT 32
volume selalu paling sedikit 32 KB.
d.
Informasi jumlah sector per FAT berada pada byte 24h-27h dari boot sector
e.
Informasi alamat cluster dari root directory ada pada alamat offset 44 di boot
sector karena FAT 32 tidak memiliki lokasi root directory yang pasti
Byte
Deskripsi
Ukuran
(byte)
Keterangan
0
Jump instruction to boot code
3
For bootable media, byte zero
contains EBh or E9h for an x86
unconditional jump. Set to 00h
for non-bootable media
3
String that identifies the operating
sistem that formatted the media
8
Use MSWIN4.1 for maximum
compatibility
11
Number of bytes per sector
2
Use 512 for maximum
compatibility.
13
Number of sectors per cluster
1
Allowed value are
1,2,4,8,16,32,64, and 128. For
maximum compatibility, cluster
size must be 32K or less
14
Number of reserved sectors
2
Includes all sectors that precede
the FATs. Typically 32
16
Number of FATs (identical copies)
1
Use 2 for maximum
compatibility
17
unused
2
0000h
19
unused
2
0000h
|
![]() 29
21
Media descriptor
1
Use F8h for non-removable
media and F0h for removible
media. This value is also stored
in the first byte of cluster 0 but
is generally unused in both
locations.
22
unused
2
0000h
24
Number of sectors per track
2
Not used in LBA
26
Number of heads
2
Not used in LBA
28
Number of hidden sectors
4
The number of hidden sectors
that precede the partisi that
contains this FAT volume.
Operating sistem spesific.
32
Total number of sectors
4
The total number of sectors in
the volume. The count begins
with the boot sector and
includes all region.
36
Number of sectors per FAT
4
The number of sectors in one
FAT
40
Flags
2
Bits 3..0:zero-based number of
the active FAT. Valid only if
mirroring is disabled.
Bits6..4:reserve d
Bit 7: 0 if the FAT is mirrored at
runtime into all FATs; 1 if
mirroring is disabled.
42
Version number of the FAT32
volume
2
The high byte is the major
revision number and the low
byte is the minor revision
number. use 0000h
44
Cluster number of the first cluster of
4
Use 2 for maximum
|
![]() 30
the root directory
compatibility
48
Sector number of the FSINFO
structure within the reserve d region
2
Usually 1
50
The sector number of a backup copy
of the boot record within the reserve
d area
2
Set to 6 for maximum
compatibility. Set to 0 if no
backup kopi is available.
52
Reserved
12
Set all bytes to 00h
64
Logical drive number of the partisi
1
Operating sistem spesific
65
Reserved
1
00h
66
Extended boot signature
1
Set to 29h if the three fields
below are present
67
Volume serial number
4
Typically created using the date
and time formatting
71
Volume label
11
Text that identifies the volume
82
File sistem type
8
FAT32. Not used to
determine the file sistem type.
Tabel 2.6 Informasi boot sector pada FAT32.
(sumber : USB mass storage : designing and programming devices and embedded hosts)
f.
Byte
ke-48
menyimpan
informasi
lokasi
dari
struktur
FSInfo
dan
byte
ke
50
menyimpan informasi dari backup boot sector. Sedangkan FAT16 tidak memiliki
komponen ini
g.
Bagian flag pada byte ke 40
mengindikasikan apakah file sistem
memiliki FAT
tabel yang kembar(identik) atau hanya satu FAT tabel saja yang dianggap
berlaku. Jika hanya ada satu tabel FAT saja yang dianggap berlaku (valid), maka
flagnya
akan
menunjukkan yang
mana
yang
berlaku.
BPB
pada
FAT16
tidak
memiliki bagian flag.
|
![]() 31
2.13.3. FSInfo structure
Struktur FSInfo berisi informasi untuk membantu menemukan free cluster secara
cepat.
Informasi
alamat
dari
struktur
ini
berada
pada
byte
ke
48
dalam
BPB.
Secara
khusu berada pada reserve sector dan kemudian diikuti oleh boot sector. Informasi yang
ada dalam struktur FSInfo ditunjukkan dalam tabel 2.7.
Byte
Ukuran
(bytes)
Keterangan
0
4
FSI_LeadSig signature. Must equal 41615252h
4
480
Reserved. Set all bytes to 00h
484
4
FSI_StrucSig signatura. Must equal 61417272h
488
4
The number of the last known free cluster.set to FFFFFFFh
if unknown
492
4
The cluster number where the file-sistem driver should Stara
looking for free cluster set to FFFFFFFh if unknown
496
12
Reserved. Set all bytes to 00h
508
4
FSI_TrailSig signatura. Must equal AA550000h
Tabel 2.7 Informasi yang ada dalam struktur FSInfo
(sumber : USB mass storage : designing and programming devices and embedded hosts)
2.13.4. Backup Boot Sector
Sector 6 sampai 8 dalam reserve region dapat
menyimpan sebuah backup copy
dari 3
sector
yang
dimulai dengan
volume boot
sectornya.
Backup
digunakan untuk
memperbaiki media bila copy aslinya rusak.
|
32
2.13.5. File Allocation Table Region
Sama seperti FAT 16, sektor yang ada setelah reserve region adalah tabel FAT.
Sebuah tabel FAT dalam sistem file FAT 32 memiliki 32 bit entry untuk setiap volume
cluster data
2.13.6. File and Directory Data Region
Sama seperti FAT 16, file dan directory data area terdiri atas cluster data
yang
dapat
menyimpan file dan subdirectory.
Pada sistem
FAT32,
daerah
ini
berada
dalam
root directory. Cluster data pertama adalah cluster 2.
2.14.
NTFS
NTFS
(New
Technology
File
system)
merupakan file
system
yang
memiliki
struktur
yang
disebut
dengan
MFT
(Master
File
Table),
yang
berfungsi menyimpan
informasi
secara
detail
pada
file.
Bila ditinjau
dari
segi
performanya, akses
file
pada
NTFS jauh lebih cepat daripada sistem file FAT karena menggunakan teknik binary tree
untuk penempatan filenya. Secara teoritis,
ukuran
maksimum dari
media penyimpanan
yang
mampu
didukung dengan
format NTFS
adalah
17
miliar
terabyte,
namun
secara
physical ukuran maksimum yang mampu didukung adalah 2TB (Tera byte).
Seperti layaknya sistem operasi
yang lain, NTFS
membagi seluruh tempat yang
terpakai
ke
dalam
cluster
data
block
yang
digunakan bersamaan. NTFS
mendukung
hampir seluruh
ukuran cluster,
dari 512 byte sampai 64kbyte dimana
ukuran stándar 1
cluster adalah 4KB.
|
![]() 33
Disk
NTFS
secara
simbolik dibagi
menjadi
dua bagian.
Bagian
yang
pertama
sebesar 12% disebut dengan MFT ( Master File Table ) area, ruang tempat MFT metafile
mengalami
perkembangan dan
harus
dibiarkan
tetap
dalam
keadaan
kosong
agar
perkembangan
MFT
tidak
terganggu.
Sisa
dari
ukuran
disk
sebesar
88%
digunakan
untuk
menyimpan file.
Struktur
dari
bagian
partisi
NTFS ditunjukkan dalam
gambar
2.13.
Gambar 2.13 Partition Structure
Ruangan disk
yang free (bebas)
mencakup seluruh free space termasuk bagian
MFT
yang
free juga.
Mekanisme dari penggunaan
MFT
area
adalah
ketika
file sudah
tidak dapat disimpan lagi dalam area yang biasa, maka ukuran dari MFT akan dikurangi.
Pada
saat
area
penyimpanan yang
biasa
sudah
kosong
kembali
maka
MFT
dapat
diperbesar kembali.
Seluruh
komponen
sistem
dalam
NTFS dianggap
sebagai
suatu
file, bahkan
sistem informasi pun juga dianggap sebagai suatu file. File paling penting dalam NTFS
dinamakan dengan MFT. MFT terletak dalam area MFT dan merupakan pusat directory
dari
seluruh
isi
disk
file
dan
MFT
itu
sendiri. MFT
dibagi
ke
dalam
record-record
(umumnya sebesar 1KB). 16 file pertama dianggap sebagai
tuan rumah (housekeeping)
dan tidak dapat diakses oleh sistem operasi. File-file tersebut dinamakan metafile,
|
![]() 34
dimana metafile yang pertama adalah MFT
itu
sendiri. 16 elemen pertama MFT
inilah
yang satu-satunya memiliki posisi pasti dalam NTFS. Copy kedua dari 3 sector pertama
terletak di
tengah-tengah disk.
Sisa dari file
MFT
disimpan bersamaan dengan file-file
lain pada tempat yang lain di dalam disk.
16 file pertama adalah file-file sistem (metafile). Masing-masing dari file tersebut
bertanggung
jawab
terhadap
sistem
operasi. Keuntungan
dari
pendekatan
modular
ini
adalah sifat fleksibilitasnya.
Metafile
berada
dalam root
directory
dan
dimulai
dengan
nama karakter $.
Beberapa metafile
yang
sering
digunakan
dan
keterangan
dari
fungsi-fungsinya
ditunjukkan dalam tabel 2.8.
Tabel 2.8 Meta file
|
![]() 35
2.15. AVR
AVR
merupakan
sebuah
IC
(
Integrated
Circuit)
yang
berbentuk
chip dengan
program dan
data
yang
disimpan
secara
terpisah.
Biasanya
menyimpan program
dan
data
dalam
memori
yang
dapat berubah secara
permanen
atau
semi permanen. Oleh
karena itu, pada dasarnya AVR cocok untuk embedded system, setelah program memori
diproteksi
dari
short
ciruit
dan
faktor
lingkungan lainya
yang
dapat
menyebabkan
program menjadi rusak
(corrupted).
AVR
dapat
digunakan untuk
berbagai
macam
aplikasi dibidang otomasi seperti keamanan sekuritas dan sistem pertunjukan.
AVR dibagi
menjadi
tiga
keluarga, tiny
AVR,
megaAVR,
Application Specific
AVR,
yang
masing-masing memiliki spesifikasi
yang berbeda. Seperti pada program memori,
paket pin-nya, peripheral set, dan ditambah juga dengan beberapa instruksi tambahan di
dalamnya.
Gambar 2.14 Blok diagram AVR
|
![]() 36
Data
bus
memorinya
adalah
8
bit
data
bus
dan
semuanya
menghubungkan banyak
peripheral komponen ke dalam register file. Program memori data bus adalah sebesar 16
bit dan hanya menerima instruction register.
Program memori diakses setiap clock cycle, dan setiap instruksi di load kedalam
register instruksi. Register instruksi menerima register file,
memilih register mana yang
akan
dipilih
ALU
untuk
eksekusi
instruksi. Output
dari
register
instruksi
juga
diterjemahkan
oleh
instruction
decoder
untuk
menentukan
sinyal
control
mana
yang
akan diaktifkan untuk menyelesaikan instruksi yang sedang berlangsung.
(sumber: Programming and Customizing The AVR Microcontroller chapter 3)
2.16. DC DC converter
DC
DC converter merupakan rangkaian
yang
berfungsi untuk
merubah
level
tegangan dan banyak digunakan pada switching power supply karena memiliki efisiensi
daya
yang
tinggi
dibandingkan dengan
linear
power
suply.
Hasil
konversi
dari
DC
tersebut dapat dibentuk menjadi step up, step down, dan invert.
Induktor yang digunakan pada rangkaian ini berfungsi untuk membatasi besar perubahan
(slew rate) arus yang
digunakan, selain
itu
keuntungan
lain
menggunakan
induktor
adalah kemampuan induktor
untuk menyimpan energi
yang dapat diformulasikan
dengan persamaan (2.1)
E
=
1
LI
2
................................................ (2.1)
2
Dimana: E = energi (joule)
L
=
induktansi induktor (H)
I = arus yang mengalir (A)
|
![]() 37
Rangkaian dc-dc converter terdiri dari induktor , power switch dan diode yang berfungsi
untuk mentansfer energi dari input menuju output. Komponen komponen tersebut dapat
dirangkai menjadi beberapa bentuk step-down (buck), step-up(boost), dan atau inverter
seperti pada gambar 2.15
Buck converter topology.
Simple boost converter.
Inverting topology.
Transformer flyback topology.
Gambar 2.15 DC-DC converter
Beberapa
keuntungan
dari
switching
regulator
ini
adalah
efisiensi
yang
tinggi,
daya
yang
hilang
sedikit
sehingga
panas
berkurang dan
ukuran
komponen yang
digunakan lebih
kecil,
serta
energi
yang disimpan
oleh
induktor dapat
di
transfer ke
output. Kelemahan dari converter ini adalah membutuhkan kontrol energi yang baik dan
gangguan yang dihasilkan rangkaian ini cukup tinggi.
Proses menaikan tegangan dc (step-up tegangan ) terdiri dari dua tahap yaitu saat
charging phase dan
discharging
phase.
Charging Phase
dari konfigurasi boost
sederhana yang terdapat pada gambar 2.16 memiliki cara kerja sebagai berikut. Switch
diasumsikan sudah
terbuka
untuk
waktu
yang
lama, tegangan
yang
jatuh
pada
diode
bernilai
negatif
dan
tegangan
yang
jatuh pada
kapasitor
sama
dengan
tegangan
input
Vin. Ketika saklar tertutup, tegangan input Vin akan melewati induktor dan arus
mengalir langsung ke ground, sedangkan diode akan mencegah kapasitor discharging ke
|
![]() 38
ground. karena tegangan input berupa tegangan DC, maka arus yang melewati induktor
akan naik secara linear dengan nilai waktu proposional antara tegangan masukan dibagi
dengan induktansi.
Gambar 2.16 Phase charge, ketika saklar terhubung maka arus akan naik
melewati induktor.
Discharging
phase
terjadi
ketika
saklar
terbuka dan
arus
pada
induktor akan
mengalir
melewati
dioda
dan
mencharge output.
Tegangan
output
akan
naik
dan
kemiringan dari arus di/dt akan menurun, Output tegangan akan naik sampai mencapai
titik equilibrium yaitu pada tegangan
di
V
L
= L
dt
............................................
(2.2)
Dimana : V= tegangan yang dihasilkan pada induktor (Volt)
L
=
induktansi (H)
di
=
perubahan arus (A/s)
dt
dengan kata lain semakin besar tegangan maka semakin besar cepat pula arus turun. dt
semakin kecil dapat dilihat pada gambar 2.17.
|
![]() 39
Gambar 2.17 Phase Discharge : ketika saklar terbuka, arus mengalir ke beban melewati
diode dari input.
Dalam kondisi steady
state
rata-rata tegangan pada
induktor selama satu siklus
switching
adalah
nol.
Hal
ini
mengimplikasikan rata
rata arus
yang
mengalir
melalui
induktor
juga
selalu dalam
keadaan
steady
dengan
demikian dapat
dibuat
hubungan
antara Vinput ,Voutput , waktu charge, dan waktu discharge
Vin x t
ON
karena
=
t
OFF
xV
L
.............................................................................................(2.3)
V
OUT
=
V
IN
+
V
L
........................ ...........................................................................(2.4)
Hubungan dari persamaan 2.3dan 2.4
V
OUT
=
V
IN
x 1 + t
(1 + t
ON
/
t
OFF
)
.................................................................................(2.5)
Menggunakan hubungan duty cycle ( D)
t
ON
(
t
ON
+
t
OFF
)
= D ................................................................................................(2.6)
Rumus rangkaian Boost :
V
IN
V
OUT
=
(1 - D)
.....................................................................................................(2.7)
|