BAB2
LANDASAN
TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1
Sistem
Menurut McLeod
(2001, pll}, sistem adalah
seke1ompok e1emen yang
terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut
Turban
(2001,
p34),
sistem
adalah
sekumpulan
obyek
seperti
manusia,
sumber
daya,
konsep, dan
prosedur
yang
bertujuan
untuk
menampilkan fungsi
yang dapat diidentifikasikan atau
untuk
mendukung
keputusan.
2.1.2
Sistem
Informasi
Menurut 
O'Brien  
(2003, 
p7},  sistem 
informasi 
dapat 
berupa
penggabungan
terorganisasi
dari
manusia,
hardware,
software,
jaringan
komputer,
dan
sumber data
yang
mengumpulkan, mentransformasikan,
dan menyebarkan informasi di dalam suatu perusahaan.
  
9
2.1.3
Sistem Informasi Rumah Sakit
Sebuah Sistem Informasi Rumah Sakit merupakan sistem
informasi yang
menyeluruh
dan
terintegrasi
yang
dirancang
untuk
mengatur aspek
administrasi, keuangan, dan klinis dari suatu rumah sakit. Hal ini meliputi
pengolahan informasi paper-based seperti halnya mesin pengolahan data.
Sistem
ini
dapat
terdiri
atas
satu
atau
beberapa komponen
software
dengan
perluasan
speciality-specific
seperti
halnya
suatu
variasi 
yang
besar
dari
bervariasinya sub
sistem
dalam
bidang
medis.
(Sumber:
2.1.4
Manajemen
Manajemen dalam aktivitas bisnis dan organisasi manusia sederhananya
merupakan
tindakan
untuk
mengumpulkan orang-orang secara bersama­
sama
mencapai
tujuan
yang
diinginkan.
Manajemen terdiri
dari
perencanaan,
pengaturan,
susunan
kepegawaian,
kepemimpinan, dan
pengontrolan
sebuah
organisasi atau
usaha
dengan
maksud
untuk
mencapai
suatu
tujuan.
(Sumber:
Management)
2.1.5
Proses Bisnis
Proses bisnis adalah suatu kumpulan pekerjaan yang saling terkait untuk
menyelesaikan suatu
masalah tertentu. Suatu proses bisnis dapat dipecah
menjadi beberapa subproses yang masing-masing memiliki atribut sendiri
tapi  juga 
berkontribusi 
untuk  mencapai  tujuan  dari  superprosesnya.
  
10
Analisa 
proses 
bisnis  umumnya 
melibatkan 
pemetaan 
proses 
dan
subproses
di
dalamnya
hingga
tingkatan
aktivitas
atau
kegiatan.
(Sumber:
http:/
lid.
wikipedia.org!wiki/Proses 
bisnis)
Beberapa
karakteristik
umum
yang dianggap
harus
dirniliki
suatu
proses
bisnis adalah:
1. 
Definitif:
2.  
Urutan:
3.   Pelanggan:
4.   Nilai
tambah:
5.   Keterkaitan:
Suatu  
proses 
bisnis 
harus 
memiliki 
batasan,
masukan,
serta
keluaran
yang
jelas.
Suatu
proses
bisnis
harus terdiri
dari aktivitas
yang
berurut sesuai
waktu
dan
ruang.
Suatu 
proses 
bisnis 
harus 
mempunyai 
penerima
hasil
proses.
Transformasi  
yang   te!jadi  
dalarn  
proses  
harus
·
memberikan
nilai tambah
pada penerima.
Suatu
proses
tidak
dapat
berdiri
sendiri,
melaiukan
harus terkait
dalarn suatu
struktur
organisasi.
6. 
Fungsi silang: 
Suatu  
proses   umumnya,  
walaupun  
tidak  
harus,
mencakup 
beberapa 
fungsi. 
(Sumber:
bisnis)
2.1.6 
Logistik.
Logistik
merupakan
seni
dan
ilmu
mengatur
dan
mengontrol
arus
barang,
energi, 
informasi, 
dan  sumber 
daya  lainnya,  seperti  produk, 
jasa, 
dan
  
11
manusia, dari
sumber produksi ke pasar. Manufak:tur
dan
marketing
akan
sulit dilakukan tanpa dukungan logistik.
Logistik juga mencakup integrasi
iuformasi, transportasi,
inventori, pergudangan, dan
pemaketan.
(Sumber:
Menurut Haag,
Cummings
dan
McCubbrey
(2005,
p7),
logistik
adalah
sekumpulan
proses
yang
merencanakan untuk
dan
mengendalikan
transportasi
dan
penyimpanan
persediaan
yang
efisien
dan
efektif
dari
supplier
ke pelanggan.
Logistik adalah proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang
efisien
dan
efektif
biaya
dari
alur
penyimpanan
bahan
baku,
material
dalam
proses,
barang jadi
dan
iuformasi
yang
terkait
dimulai
dari
sumbemya
sampai
pada
tempat
pemakaian dengan
tujuan
pemenuhan
kebutuhan
konsumen.
aktivitas-logistic-dalam-perusahaan.htrul)
  
12
2.2 Teori Khusus
2.2.1 
Enterprise Resource Planning (ERP)
Perencanaan
sumber
daya perusahaan,
atau
sering
disingkat
ERP
dari
istilah
bahasa Inggrisnya,
enterprise
resource
planning, adalah
sistem
informasi
yang
diperuntukkan
bagi
perusahan
manufaktur
maupun
jasa
yang
berperan
mengintegrasikan
dan
mengotomatisasikan
proses
bisnis
yang
berhubungan dengan aspek
operasi, produksi
maupun
distribusi di
perusahaan bersangkutan. (Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/ERP)
Menurut
Brady
(2001, p2),
Enterprise Resource
Planning
(ERP)
membantu
untuk
mengelola proses
bisnis
perusahaan,
dengan
menggunakan
database
terpusat.
Software ERP
mendukung
kegiatan
proses
bisnis
menjadi efisien
dengan mengintegrasikan kegiatan
bisnis,
termasuk penjualan, marketing, produksi, finansial dan staffing.
Menurut
Haag,
Cummings
dan
McCubbrey (2005,
p203),
Enterprise
Resource Planning (ERP) adalah metode untuk memperoleh dan menjaga
gambaran
yang
luas
pada
tiap
bagian
bisnis,
sehingga produksi,
pengembangan, penjualan, dan pelayanan jasa atas barang dan jasa akan
dikoordinasi untuk mendukung tujuan dan sasaran perusahaan.
  
13
Menurut
McLeod,
Jr
dan
Schell
(2004, p328),
Enterprise
Resource
Planning
(ERP)
adalah
suatu
sistem
yang
memungkinkan
man
emen
atas seluruh perusahaan secara keseluruhan sumber daya
Menurut
Anderegg
(2002,
p2),
Enterprise
Resource
Planning (ERP)
adalah sebuah solusi
software untuk bisnis
yang lengkap untuk berbagai
organisasi
atau
perusahaan.
ERP
mempunyai
modul-modul
pendukung,
seperti:
modul penjualan,
modul pengembangan produk,
modul produksi
dan
pengontrolan
terhadap
persediaan,
modul
pengadaan barang,
modul
sumber 
daya 
manusia, 
modul 
mauajemen 
fasilitas 
industri, 
modul
akuntasi
dan keuangan, dan
modul
tentang pelayanan
informasi kepada
konsumen.
Menurut  O'Leary   (2004,  p2),  Enterprise Resource Planning (ERP)
adalah sistem yang
berbasiskan komputer
untuk memproses transaksi di
dalam suatu perusahaan,
mempunyai fasilitas integrasi and perencanaan,
produksi,
dan respon dari konsumen secara real-time.
Menurut
Davenport
(1998,
p3),
Enterprise
Resource Planning
(ERP)
terdiri atas paket software komersial yang menjamin integrasi yang mulus
atas semua aliran informasi di perusahaan,
meliputi: keuangan, akuntansi,
sumber daya manusia, rantai pasok, dan informasi konsumen.
  
14
Menurut Kumar dan Hillsgerberg (2000, p3), sistem Enterprise Resource
Planning (ERP) adalah paket sistem informasi
yang dapat dikonfigurasi,
yang mengintegrasikan informasi
dan proses
yang
berbasis
informasi di
dalam, dan melintasi area fungsional dalam sebuah organisasi.
Menurut Wawan dan
Falahah
(2007, p2), Enterprise Resource
Planning
(ERP) dideskripsikan sebagai konsep untuk merencanakan dan mengelola
sumber
daya
organisasi
agar
dapat
dimanfaatkan secara
optimal
untuk
menghasilkan
nilai
tambah
bagi seluruh
pihak
yang
berkepentingan
(stakeholder) atas organisasi tersebut.
Menurut
O'Brien
(2005,
p320),
Enterprise
Resource
Planning (ERP)
adalah
sistem
lintas
fungsi
perusahaan
yang digerakkan oleh
modul
software
suite terintegrasi
yang
mendukung
proses
bisnis
dasar
internal
perusahaan.
Menurut 
O'Leary   (2004, 
p4) 
terdapat 
beberapa 
karakteristik 
yang
idealnya ada pada sistem ERP, yaitu:
Paket   perangkat  
lunak   yang  
dirancang  
untuk  
lingkungan
pelanggan
pengguna
server, apakah
itu
secara
tradisional
atau
berbasis jaringan.
Memadukan sebagian besar dari proses bisnis.
Memproses sebagian besar dari transaksi perusahaan.
  
15
Menggunakan 
database
perusahaan 
yang 
secara 
tipikal
menyimpan
data
sekali
saja.
Memungkinkan  akses data secara
real-time.
Memungkinkan
perpaduan 
proses
transaksi
dan 
kegiatan
perencanaan.
Menunjang  
sistem   multimata  
uang 
dan   bahasa,   yang 
sangat
diperlukan
oleh perusahaan
multinasional.
Memungkinkan 
penyesuaian 
untuk
kebutuhan  khusus
perusahaan
tanpa
melakukan
pemograman
kernbali.
2.2.2 
Business
Process Management
(BPM)
Menurut
Footen
dan
Faust
(2008,
p498),
BPM
adalah
sebuah
metolodogi
yang
berorientasi
pada
proses
bisnis
untuk
memaharni
dan
mengorganisir
pekeljaan 
pada
satu
perusahaan.
Ini
difokuskan
pada
ketangkasan 
proses
(process agility)
danjarak penglihatan
bisnis
(business visibility).
Menurut  
Lawler   dan   Howell-Barber  
(2008,   p5), 
BPM  
adalah  
satu
pendekatan 
untuk
mencapai
tujuan
bisnis,
mengkoordinasi 
proses-proses
akhir
dari
perusahaan, 
menciptakan 
best
practices,
dan
perangkat 
lunak
pelengkap,
seperti
di
dalam
suatu
sistem
manajemen 
proses
bisnis,
untuk
mendeskripsikan,  
meneliti,  
dan 
menambahkan    
efisiensi 
dari 
proses­
proses terhadap
goal
bisnis.
  
-
16
Menurut 
Garimella,  Lees,
dan
Williams 
(2008,
pS),
BPM
adalah
seperangkat
cara,
alat,
dan
teknologi
yang digunakan
untuk
merancang,
menetapkan,
meneliti,
dan
mengontrol
proses
bisnis
operasional.
BPM, 
"Business
Process
Management"
("manajemen  
proses 
bisnis"),
adalah
suatu
metode
penyelarasan
secara
efisien
suatu
perusahaan
dengan
keinginan
dan kebutuhan
perusahaan
tersebut.
BPM
merupakan
suatu
pendekatan  
manajemen  
holistik  
untuk 
meningkatkan  
efektivitas  
dan
efisiensi
bisnis seiring
upaya
untuk
mencapai
inovasi,
fleksibilitas
dan
integrasi
dengan
teknologi.
BPM berupaya
untuk
melakukan
perbaikan
proses
secara
berkelanjutan  atau
bisa
juga
disebut  sebagai  suatu
proses
'optimalisasi
Menurut
Jeston
dan
Nelis
(2006,
p9),
BPM
tidak
bisa
disamakan
dengan
tool 
teknologi 
atau 
inisiatif 
proses 
bisnis, 
karena 
terdapat 
perbaikan
proses
bisnis signifikan
yang
dapat
dicapai
tanpa
memerlukan
teknologi.
Menurut  
Jeston  
dan  
Nelis   (2006,   p9),  
sekarang  
ini   BPM  
sedang
digunakan
oleh:
Beberapa 
penjual!vendor
yang
hanya
fokus
pada
solusi
teknologi
atas pengembangan
proses.
Penjuallvendor
lainnya   yang   berpikir   tentang   BPM  
business
process modelling
atau
business performance management.
  
17
Beberapa 
konsultan
yang
menggunakan 
BPM
untuk
melanjutkan
pesan
mereka
atas
pembangunan
kembali
proses
bisnis.
Beberapa  
manajer  
yang  
mau 
teJjun 
ke 
BPM, 
dengan  
tanpa
mempunyai
ide
kemana
arahnya.
Beberapa     proses     analis   
yang   
mengunakan    
BPM   
untuk
meningkatkan/melambungkan aspirasi
pemodelan
proses
mereka.
Menurut  Jeston
dan
Nelis
(2006, 
pll),
banyak
komentator 
industri 
dan
vendor 
memberikan 
definisi 
yang  menetapkan 
teknologi 
sebagai
komponen 
esensial 
dalam 
BPM 
dan
pada 
kenyataannya 
mereka
mengatakan  
BPM 
adalah 
suatu 
teknologi.   Bagaimanapun,  
jika 
BPM
dilihat
secara
urnurn, sudah
pasti
mengenai
manajemen
proses
bisnis.
Menurut
Jeston
dan
Nelis
(2006,
pll), BPM adalah:
Pencapaian 
dari  sasaranltujuan 
perusahaan 
melalui 
peningkatan,
manajemen,
dan
kontrol
atas bisnis
proses
yang
perlu.
Lebih
dari sebuah
software.
Lebih 
dari 
pengembangan  
atau 
pembangunan  
kembali 
proses,
tetapi
juga
berhubungan
dengan
persoalan
manajemen.
Merupakan
bagian
dari
manajemen.
Lebih 
dari  sebuah 
pemodelan, 
tetapi 
juga 
mengenai 
penerapan
(implementasi)   dan 
bagaimana  
menjalankan   proses-proses  
ini,
yang
diminta
oleh seorang
analis.
  
18
Menurut
Jeston
dan
Nelis
(2006,
p17),
penggerak
dan
pemicu
yang
dapat
menyebabkan
organisasi
mempertimbangkan
BPM:
Organisasi
Pertumbuhan
tinggi, 
kesulitan 
dalam 
menghadapi 
pertumbuhan
yang 
tinggi 
atau 
secara  proaktif 
merencanakan 
untuk
pertumbuhan
tinggi.
Mergers
dan 
acquisitions,
menyebabkan   perusahaan 
mendapat
tambahan   kompleksitas  
atau 
memerlukan   rasionalisasi   proses.
Proyek 
BPM 
memungkinkan 
suatu 
lapisan 
proses 
untuk
ditempatkan   ke 
sistem 
yang 
diwarisinya,   menyediakan  
waktu
untuk
mempertimbangkan
strategi
konversi
yang sesuai.
Reorganization,
mengganti
peran
dan tanggungjawab.
Mengganti    strategi,  
memutuskan    untuk  
mengganti  
arah  
ke
operational
excellence,
product   leadership, 
atau   
customer
imtimacy.
Tujuan
atau sasaran
perusahaan
tidak
ditemukan,
mengenalkan
manajemen
proses, menghubungkan
dengan
strategi
organisasi,
pengukuran
kineija
dan manajemen
orang.
Pelaksanaan
atau
peraturan.
Kebutuhan 
akan  ketangkasan 
bisnis 
untuk 
memungkinkan
organisasi
dalam
merespon
kesempatan
ketika
ada.
Kebutuhan 
untuk
menyediakan 
bisnis
dengan
kontrol
yang
lebih
atas
tujuannya
sendiri.
  
19
Manajemen
Kurangnya
kepercayaan
atau
informasi
atas
manajemen
konflik,
manajemen proses dan pengukuran kinelja
serta
manajemen yang
dapat membantu.
Kebutuban 
untuk 
menyediakan  manajer  dengan  kontrol 
yang
lebib atas proses mereka.
Kebutuban
untuk
mengenalkan
lingkungan
kinelja 
yang
mendukung.
Kebutuban untuk menciptakan budaya kinelja yang tinggi.
Kebutuban
untuk
memaksimumkan
pengembalian
investasi!return on investment dari sistem yang diwariskan.
Pemangkasan budget.
Kebutuban
atas
kemampuan
untuk
memperoleh
kapasitas lebib
dari stafyang
ada untuk dikembangkan.
Emplovees/Karyawan
Pergantian
karyawan
yang
tinggi,
yang
mungkin
dalam kaitan
dengan dunia pekeljaan atau derajat tingkat
harapan dan tekanan
atas orang-orang tanpa dukungan.
Pemberian pelatihan dengan karyawan baru.
Rendahnya tingkat kepuasan karyawan.
Harapan atas peningkatan yang besar dari sejurnlah karyawan.
Harapan untuk meningkatkan penguasaan terhadap karyawan.
  
20
Karyawan-karyawan
mengalami
kesulitan
untuk
bertahan
dengan
perubahan
yang
berkelanjutan
dan
pertumbuban
yang kompleks.
Pelanggan/Supplier/Partner
Rendahnya
tingkat
kepuasan
atas suatu
servis.
Peningkatan  jumlah
pelanggan,
supplier
atau
rekanan
yang
tidak
diperkirakan.
Waktu yang
panjang
untuk
menemukan
permintaan.
Sebuah   organisasi  
menginginkan  
untuk   fokus  
pada  
intimasi
pelanggan.
Segmentasi  
terhadap  
pelanggan    atau  
tingkatan    servis  
yang
dibutuhkan.
Pengenalan
dan
penyelenggaraan
yang
tegas
atas level
servis.
Pelanggan
utama,
supplier
danlatau
partner
membutuhkan 
proses
yang
lain/unik.
Kebutuhan 
atas 
perspektif 
end-to-end 
untuk 
menyediakan
visibility
atau
integrasinya.
Produk
dan Jasa
Lead time
pada pasar
yang
tidak
dapat
diterima.
Kurangnya
level servis
pada
stakeholder.
Setiap  
produk   dan  
jasa   memiliki  
prosesnya  
sendiri,   dengan
kebanyakan
proses
menjadi
umum
dan
serupa.
  
21
Produk
baru atau
jasa meliputi
elemen
produk/jasa
yang ada.
Produk
dan
jasa
kompleks.
Proses
Kebutuhan  akan 
visibility
yang
tepat  atas  proses
dari  perspektif
end-to-end.
Terlalu  
banyak  
hand-offi  
atau  
gap  
di  
dalam  
proses,  
atau
ketidakjelasan
sama sekali atas proses.
Peran
dan
tanggung
jawab
yang
tidak
jelas
dari
perspektif
proses.
Kurangnya
kualitas
dan
jumlah
pengerjaan
kembali
yang
penting.
Penggantian 
proses
yang
keseringan  atau
tidak
terjadi
perubahan
sama sekali.
Hambatan
atas
standarisasi
proses.
Hambatan
akan
kejelasan
tujuan
dan
sasaran
proses.
Hambatan 
akan
komunikasi 
dan
pemahaman 
atas
proses
end-to­
end
dengan
melakukan
bagian
dari suatu proses.
Teknologi lnfonnasi
Pengenalan 
atas
sistem 
baru,
sebagai  contoh  CRM,
ERP
billing
system.
Pembelian 
atas 
BPM 
automation tools  (worliflow,
manajemen
dokumen, 
business 
intelligence), 
dan 
perusahaan 
tidak
  
22
mengetahui cara terbaik
tentang bagaimana dalam
memanfaatkan
sektor yang sinergi.
Menghapus aplikasi pada sistem lama.
Sistem aplikasi yang
overlaps
dan tidak dimengerti.
Pengenalan atas arsitektur TI yang baru.
Suatu 
pandangan 
bahwa 
TI 
tidak 
menyampaikan 
apa 
yang
diharapkan dari suatu bisnis.
Suatu pandangan bahwa biaya TI yang diluar kontrol atau terlalu
mahal.
Pengenalan akan
web service.
Menurut Jeston
dan
Nelis (2006, p26), strategi organisasi terkadang tidak
dipertimbangkan pada
proses bisnis. Alasan
mengapa strategi
organisasi
penting bagi proses bisnis:
1. 
Tidak adanya strategi jelas yang tersedia
Hampir
semua
kasus
organisasi
atau
strategi
bisnis yang
ada,
dan
memiliki potensi untuk
menyebabkan konflik dengan informasi yang
ada. Jalan
lain
atas
pendekatan
ini
adalah
melihat
tujuan
dari
organisasi
dan
bagaimana
mencapainya. Dalam
rangka
memastikan
bahwa proses bisnis
memberikan kontribusi yang efektif dan
efisien
pada strategi
organisasi,
merupakan
hal
yang
penting bahwa tujuan
dan
garis besar strategi ditetapkan secara eksplisit. Tanpa persetujuan
terlebih dahulu atas
proses tujuan
yang diinginkan,
merupakan
hal
yang tidak mungkin untuk mengembangkan proses sambil mengukur
  
23
apakah mereka memberi nilai tambah dan kontribusi pada tujuan dan
strategi
organisasi.
Cara
terbaik
pada situasi
ini
adalah
menunda
pengembangan proyek sampai tujuan
utama dan strategi terpilih telah
dibuat.
2.   Mendapatkan informasi strategi akan lebih lama
Pada
kasus
ini,
strategi
informasi juga
tidak
berkomunikasi
dengan
baik 
pada 
keseluruhan  organisasi.  Penting  untuk 
menghabiskan
waktu secukupnya
dalam mengerti
informasi pada awalnya daripada
memulai
untuk
melihat proses
dalam
rangka
menemukan
di
akhir
proyek  bahwa  asumsi  yang  dibuat  ketika  akan  memulai  proyek
adalah tidak benar.
3.   Orang yang terlibat tidak mampu berpikir strategis
Ada
yang
percaya
bahwa
operasional
personil
seharusnya tidak
diganggu
atau
dikacaukan
oleh
permasalahaan
strategis, dengan
landasan
bahwa personil
seharusnya hanya
fokus
pada permasalahan
operasional,
seperti  pentingnya  operasional  personil  dan  manajer
untuk
mengerti strategi
yang
dipilih
dan
konsekuensinya.
Jika
tidak
jelas, maka
workshop
merupakan
metode
yang
berguna
untuk
menanarnkan
informasi
ini
dan
mendemonstrasikan
bagaimana
efek
dari strategi terhadap kerja dan bagaimana supaya dapat memberikan
kontribusi dalam pembuatan strategi yang berhasil.
4.   Mempersiapkan daftar
yang hendak dicapai;
tidak perlu melibatkan
strategi.
  
24
Banyak
proyek
dimulai
dengan
mendefinisikan "Wish
lisf' 
pada
pengembangannya. Kebanyakan
dari
proposal
sangatlah
operasional
dan
sebenarnya
membawa
proses-proses sekarang
dan
pengaturan
untuk
dicapai. Seringkali
dampak
terbesar
dan
kesuksesan
datang
ketika
pertimbangan
strategi
dilibatkan dalam
analisa.
Hal
ini
menyediakan kesempatan untuk bertanya dan mengubah asumsi yang
keras kepala.
"Wish lisf'
lebih operasional dan berfokus dalam jangka
waktu
dekat,
banyak
organisasi
menghadapi perubahan
dasar
yang
memiliki dampak yang besar pada level strategis.
Menurut Jeston dan Nelis (2006, p26), beberapa alasan kegagalan dalam
menggunakan arsitektur proses:
1.  Telah mempunyai model proses.
2. 
Membuat  arsitektur  proses  yang  membutuhkan  usaha  yang  lebih
dibanding manfaat yang diperolelmya dengan pantas.
3. 
Mempunyai proses arsitektur, tetapi tidak ada yang menggunakannya.
4.   Setuju
dengan arsitektur proses
yang umum, tapi
tidak
seorangpun
yang bertahan.
Menurut Jeston dan Nelis (2006, p34), ketika proyek akan
menjadi
unik
dan
memiliki
karakteristik
faktor
suksesnya
sendiri,
terdapat 10
faktor
sukses yang dasar dan kritis yang berlaku pada seluruh proyek BPM:
  
25
1. 
Leadership
Leadership di
sini
memiliki
arti
attention
(perhatian),
support
(duk.ungan), funding   (pendanaan), 
komitmen   dan   waktu   pada
kepemimpinan yang dilibatkan dalam Proyek BPM.
2. 
BPM dengan manajer proyek yang berpengalaman
Manajer
proyek
harus
memiliki
kemampuan
yang  signifikan
mengenai
manajemen perubahan orang dan
manajemen stakeholder.
Aspek  signifikan  lain  untuk  faktor  sukses  yang  diperlukan  oleh
proyek
manajer
adalah
datang
dari
bisnis,
bukanlah teknologi
informasi.
3. 
Hubungan pada strategi organisasi
Proyek
diadakan
untuk
menambah
nilai
dalam
menjalankan strategi
organisasi
dan  tujuan  yang
hendak
dicapainya.
Jika  tidak  begitu,
maka
proyek
tidak
akan
ada,
kecuali secara
spesifik
direncanakan
sebagai
taktik
jangka
pendek. Strategi
organisasi
merupakan
cara
umum
untuk
memastikan bahwa semua
orang
yang terlibat bekelja
dalam tujuan yang sama.
4. 
Arsitektur proses
Ketika
organisasi
menerapkan
BPM
sebagai
pengarah
strategi atau
mempunyai beberapa
proyek
BPM
yang
telah
diimplementasikan,
sangatlah penting
terdapat
pendekatan
yang
sinergi
dan
konsistensi
dalam
organisasi
untuk memastikan
keuntungan
maksimal
yang
mungkin  didapat. 
Ini
memerlukan  pengarahan  persetujuan 
dan
pengarahan  proses  di  dalam  organisasi,  sebaliknya  bagian  yang
  
26
berbeda
pada organisasi
akan
tertekan
ke
dalam
berbagai
arah dan
tidak akan menjadi pendekatan yang konsisten.
5. 
Pendekatan yang terstruktur untuk penerapan BPM
Tanpa stuktur
yang disetujui
dan pendekatan
yang
sistematik
untuk
mengimplementasikan  proyek 
BPM 
yang 
mempertimbangkan
strategi organisasi, bagaimana ini bisa dieksekusi dan aspek perilaku
yang
signifikan
dalam
pengimplementasiannya,
proyek
akan
kacau
balau dan sangat beresiko tinggi.
6.
People change management
Proses
dieksekusi
baik
oleh
orang,
atau oleh
orang
yang
didukung
dengan  teknologi. 
Orang 
yang 
bisa 
membuat 
maupun
menghancurkan
pengimplementasian
BPM
itu
sendiri.
Seperti
mana
sering
didengar
bahwa "orang/manusia
adalah
aset
terbesar".
Tim
proyek
perlu
bisa
mengatur waktu
dan
usaha
pada
manajemen
penggantian/perubahan orang.
7. 
Orang dan penguasaannya (empowerment)
Seperti
yang
diidentifikasikan
pada
faktor
kritis
(6),
orang sangat
berdampak pada
proyek
BPM.
Peran
mereka
akan
berubah
dengan
dramatis
dengan
perubahan tugas
dan
aktivitasnya
yang
dibebankan
kepadadia.
8. 
Permulaan dan penyelesaian proyek
Semua permulaan BPM pada organisasi harus disejajarkan satu sama
lain,
sekali
mereka
selesai,
peninjauan ulang
terhadap
post­
implementation harus
dilakukan
untuk
memastikan pelajaran
yang
  
27
telah
didapat
dari suatu
proyek
dan
akan
diberikan
pada
proyek
berikutuya.
9. 
Kinerja yang berkelanjutan
Proyek
telah didefinisikan
sepanjang
waktu,
sedangkan
proses, jika
dirawat, didukung, diukur dan diatur, akan
melanjutkan suatu
bisnis
sebagai
lingkungan yang
biasa
selama
proyek
itu
berlangsung.
Organisasi
harus
membangun
struktur proses bisnis
yang
mengatur
efisiensi dan efektifitas dari proses-prosesnya.
10. Menyadari nilailvalue
Mauajer proyek dan sponsor proyek harus memastikan bahwa adanya
manfaat
struktur
manajemen
untuk
memantau
dan
menyadari
nilai
yang didapat
dari sebuah proyek.
Menurut
Jeston
dan
Nelis
(2006,
p38),
pengirnplementasian adalah
mengenai
keseirnbangan
dan
perpaduan
antara
organisasi
(bisnis)
dan
aspek
TI. Mendapatkan
keseirnbangan
yang benar akan
memungkinkan
proyek BPM untuk selesai dengan cara yang paling efektif dan efisien.
Menurut Jeston
dan
Nelis (2006, p39), Slogan
yang digunakan adalah
'Speed (effictiveness) dan efficiency sampai balance dan cohesion'.
Metaforanya sebagai berikut:
Speed (effectiveness) adalah penting untuk mendapatkan kemenangan
dan menjadi yang pertama (tercepat) untuk mencapai penyelesaian. Di
  
28
dalam proyek/organisasi
BPM,
tujuannya
adalah
untuk
fokus
dalam
menyadari manfaat dalam proses bisnis.
Efficiency berhubungan dengan pemastian bahwa semua energi yang
ada
dan
semangat
yang
digunakan
secara
optimal
untuk
menyadari
dan
mengetahui
hasilnya,
untuk
mendapatkan
keseluruhan
tim
yang
terbaik.
Balance
dibutuhkan
untuk
memastikan perahu
menyamping
ataupun
tumpah,
dimana tidak
bagus
di
kecepatan
dan
efisiensinya.
Keseimbangan dicapai dengan berhati-hati menggabungkan kekuatan,
berat dan
pengalaman
pada
semua
partisipan
di
perahu
tersebut.
Di
proyek
BPM, untuk
memastikan semua
elemen
implementasi
(manajemen,
proses,
orang, proyek
manajer,
sumber
daya
dan
informasi)
untuk  dipertimbangkan
ketika
mengimplementasikan
sebuah solusi.
Cohesion dibutuhkan untuk memastikan barisan tim dalam satu baris,
satu
ritme dan teknik
yang sama
yang
memberikan kecepatan
yang
luar   biasa. 
Pada   proyek
BPM,   penting 
bagi
semua   elemen
pengimplementasiannya tetap pada jalumya dan tidak terpisah-pisah.
Process adalah hal utama, merupakan pihak yang mendikte kecepatan
bagi
pengayuh
lainnya.
Pada proyek
BPM,
proses
bisnis harusnya
dapat dipimpin dan teknologi serta orang mengikutinya.
Management 
(Manajer 
Proyek,   Chief  Process
Officer, 
Sponsor
Proyek)
mengemudi di
kapal, memastikan tidak berhenti dan
sampai
ke tepi pantai. Jika proyek BPM terlalu banyak tekanan pada sumber
  
29
daya
dan
infonnasi 
(aspek
TI),
kemudian
proyek
akan
didorong,
dan
akan
terhambat,
sebagai
contoh,
orang
yang tidak
berkomitmen.
Jika
proyek
BPM
terlalu
banyak
tekanan
pada
orang
dan
proses,
proyek
itu
akan
terhambat.    Sebagai  
contoh,  
sumber  
daya   (hardware
dan
software)
yang
tidak
sesuai
dengan
basil yang
diinginkan.
Gambar
2.1BPM
Project Success Stool
(Jeston
dan
Nelis,
2006,
p47)
Menurut 
Jeston
dan
Nelis
(2006,
p47),
menurut
sejarah, 
literatur
proses
yang
diusulkan
ada
3
aspek
penting
untuk
proses
pengembangan 
proyek:
orang,
proses
dan
teknologi.
1.  
Process.
Pada
aspek
ini
sebaiknya
terdapat
inovasi
atau
perancangan
kembali 
proses 
bisnis 
yang 
tepat 
yang 
terhubung 
dengan 
proses
  
-----
30
tujuan
dan
strategi
organisasi,
dan
penerimaan
mengenai
pentingnya
proses dalam organisasi.
2. 
People.
Sebagai organisasi yang sedang dalam pertumbuban menuju
pendewasaan dalam
manajemen
prosesnya,
orang
adalah
kunci
pengimplementasian untuk menuju proses baru.
3.  
Technology. Mengacu pada
alat
pendukung bagi proses
dan
orang.
Komponen
ke empat
yang menahan ketiga komponen di atas
adalah
BPM project
management,
tanpa adanya proyek yang beijalan dengan
baik maka implementasi sudah dipersiapkan menuju kegagalan.
Menurut Jeston
dan
Nelis
(2006,
p50),
pembuatan
proyek
BPM
dan
proyek 
pengimplementasian 
framework dengan
tepat 
pada 
semua
organisasi-organisasi,
hal
itu
akan menyesuaikan
semua keadaan, hal ini
menantang, 
dan khususnya
ketika 
organisasi
berbeda. 
Walaupun
organisasi sama,
pendekatan
dalam pengimplementasian
BPM
sangatlah
beragam baik
antar
organisasi
dan organisasi
dan
dalam
organisasi
itu
sendiri.
  
  
31
Gambar
2.2
BPM
Framework (Jeston dan Nelis, 2006, p53)
Menurut Jeston
dan Nelis (2006, p53-p244), 10 Fase
BPM
Framework
adalah:
1.   Organizationfoundation
Fase ini
meliputi pemastian atas strategi, visi, tujuan strategik, bisnis
dan executive driver dengan jelas untuk dimengerti oleh anggota tim
proyek. Perlu
untuk
dimengerti
bahwa
strategi
bukanlah
rencana,
strategi adalah proses yang penuh
arti
dalam melibatkan orang dalam
maupun
orang
luar
organisasi
untuk mendapatkan
jalur/jalan
yang
baru.  
Strategi  
harus  
dikomunikasikan   dan  
dijual   ke  
semua
  
32
stakeholder
yang   bersangk:utan 
(terutama  
manajemen  
dan  
stat)
sampai 
strategi 
tersebut 
menjadi 
k:uk:ub 
dalam 
budaya 
organisasi.
Strategi 
perlu 
diketabui 
dan 
dimengerti 
oleh  tim 
proyek, 
dimana
dipastikan
bahwa
cak:upan dan arah
proyeknya
memberikan
nilai.
Organization foundation
akan
menyediakan
tiga atribut
berik:ut:
o
Direction
Sebuah
pengertian
mengenai
arah organisasi
secara
keseluruhan
sehinggajalan dari
proyek
dapat
beriringan
dengarmya.
o
Discovery
Dorongan
motivasional
dalam
menemukan
proses
yang
lebih
baik
dan
lebih
efisien dimasa
mendatang.
o
Destiny
Memberikan
sisi emosional
pada strategi.
Langkah-langkah
dalam
fase
organization foundation:
Analisa aspek
internal
dan eksternal dari
organisasi.
Aspek 
internal 
organisasi 
mencak:up
pengertian 
atas 
kek:uatan,
kelemahan, 
kompetensi, 
dan 
constraints
organisasi, 
sedangkan
aspek 
eksternal 
organisasi 
mencak:up
pengertian 
atas  kompetisi
dan
pengaruh terhadap
lingkungan
pada
organisasi.
Membuat sasaran strategik.
Setelah
langkah
analisa,
sasaran
strategik
harus dibuat
dan
didokumentasikan 
berupa 
visi,
rnisi,
tujuan, 
sasaran 
organisasi,
kebijakan
strategik,
dan
strategi
implementasi.
  
 Staff
33
Menentukan pengaruh terhadap proses.
Pada
langkah
ini,
ditinjau
pengaruh dari
strategi
organisasi
terhadap proses bisnis. Pilihan strategi
harus
dianalisa
dari sudut
pandang proses
bisnis,
beberapa
pilihan
strategik
meliputi,
operational excellence, customer 
intimacy,
dan
product
leader.
Tabel2.1Pengaruh
Pemilihan
Strategi  Pada
Proses
Bisnis
(Jeston dan Nelis, 2006, o73)
Operation
Excellence
Customer
Intimacy
Product
Leader
Key
Processes
Order
fullfillment
Acquisitions
Product
develovment
Process
engineering
Delivery
Technical
services
Marketing
communications
Marketing
manaf!ement
Organization
and Skills
Centralized
decision
making
Shared trust
between sales
team and back
office operational
staff
High level of
product
innovation
(patent) and
product
development
Supply chain
partnerinf{
Increased
partnerinf{ skills
Intelligence
at local level
Key Process
Variable
Low cost
Flexibility
Flexibility
Low lead time
empowerment
Product
Management
Systems
Key client
relationship
Customer equity
measures (e.g.
lifetime value)
Focus on
growth in
sales and
profitability
Cost
improvement
Activity-based
costinf{
Customer
satisfaction
Specialized
schedule
targets
Real-time costs
Share
manaf{ement
Meng1dentifikas1 diferens1as1 orgamsas1.
Pada
langkah
ini
akan
dilakukan
identifikasi pada
keunggulan/diferensiasi
organisasi
dibandingkan
organisasi
yang
lainnya.
  
34
2. 
Process foundation
Pada fase ini arsitektur proses dirancang. Arsitektur proses memiliki
arti
dimana organisasi membangun peraturan, prinsip, panduan dan
model
untuk
mengimplementasikan
BPM
dalam
organisasi.
Arsitektur 
proses 
menyediakan
dasar
untuk
merancang
dan
mewujudkan
inisiatif proses BPM, dimana teknologi
informasi dan
arsitektur bisnis dibawa sejajar ke dalam suatu strategi organisasi.
Process foundation memastikan proses-proses sejalan dengan:
o
Sasaran atau tujuan organisasi dan strategi organisasi.
o
Cara  bisnis  dijalankan  dalam  menyediakan  produk/jasa  untuk
pelanggan.
o
Arsitektur dan aplikasi teknologi informasi.
o
Proses pendukung yang berhubungan.
o
Semua  informasi 
yang  bersangkutan  dikelompokkan  bersama.
Jika
informasi
terpencar
diseluruh
organisasi, hal
ini
dapat
menyebabkan duplikasi, kekacauan, dan ketidakkonsistenan.
o
Keputusan
dan 
proses
tingkat
tinggi 
yang 
bersangkutan
diperkenalkan dengan cara yang mudah dipahami.
Langkah-langkah dalam fase process foundation:
Memperoleh informasi strategi
dan
bisnis
Pada
langkah
ini
akan dilihat kembali tujuan, strategi, dan
bisnis
yang didapatkan di
fase
organization foundation
yang
kemudian
dilanjutkan 
pada 
langkah 
berikutnya.  Pada 
tahap 
ini
sangat
penting
untuk memperoleh
persetujuan secara
eksplisit
terhadap
  
35
infonnasi   yang 
ditangkap. 
A  documented and  agreed
process
architecture
bennanfaat 
untuk
memastikan 
bahwa
infonnasi 
yang
ditangkap 
telah 
sesuai 
dengan 
kondisi 
yang 
berjalan 
di 
dalam
organisasi.
Memperoleh
pedoman
dan
model
proses.
Organization process
view
menggambarkan  
pandangan 
tingkat
teratas
pada
suatu
organisasi
dari
sudut
pandang
proses, biasanya
terdiri 
atas 
tiga 
tingkat,
yaitu:
tingkat 
strategic process
yang
menggambarkan 
proses
strategik, 
tingkat 
core
process
yang
menggambarkan   
aktivitas  
bisnis  
utama  
dari   organisasi,  
dan
tingkat
support process
menggambarkan 
proses
yang
mendukung
proses
utama
dari
organisasi.
Dari
proses-proses
yang telah
diidentifikasi  
di 
organization
process
view,
harus 
dilanjutkan
dengan 
list
of
end-to-end processes
yang 
berisi 
daftar 
proses­
proses
pada
organisasi.
Konsolidasi
dan
validasi.
Pada   
langkah   
ini,    semua    infonnasi   
dikonsolidasikan   
dan
divalidasi 
konsistensinya.  
Organization relationship
map
memperlihatkan
hubungan
tingkat
tinggi
dan
alur
proses antara
beragam
divisi
atau
departemen
dalam
suatu
organisasi.
3. 
Technology foundation
Fase  ini 
memastikan 
bahwa 
teknologi 
infonnasi   siap 
dan 
mampu
mendukung
inisiatif-inisiatif
proses
bisnis.
  
36
Langkah-langkah
dalam
fase
technology foundation:
-
Architectural  view and blue print.
Pada
langkah
ini
akan
dibuat
IT
architectural 
and
blue
print
dan
user
architecture. IT
architectural
and
blue
print
memperlihatkan
arsitektur
teknologi
informasi
organisasi
baik
yang sudah
ada
sekarang 
maupun 
yang 
dibutuhkan 
di  masa 
mendatang.
Sedangkan
user
architecture
memperlihatkan 
arsitektur
pengguna
di
dalam
organisasi.
Tool and technology
establishment.
Melakukan 
identifikasi
tools
dan
teknologi
yang
digunakan  yang
meliputi
hardware
dan software.
Legacy
system
identification
and analysis.
Identifikasi
atas
legacy
system
yang telah
ada
di organisasi.
Canonical
data
model
and data
source
dictionary.
Identifikasi
canonical
data
model
dan
data
source
yang
berisikan
data-data
yang
seharusnya
ada/dibutuhkan.
Initial business
fimctionality
(service)
portfolio.
Mengidentifikasi  
business 
fimctionality   (service) 
dari 
berbagai
segi
dan
juga
mengidentifikasi  tim
proyek.
4.  
BPMfoundation
Fase 
ini 
adalah 
fase 
dimana 
proyek 
BPM 
dibuat 
ruang 
lingkup,
dibangun,
dan
dimulai.
Langkah-langkah
dalam
fase
BPMfoundation:
Stakeholder
  
37
Mendefinisikan stakeholder
yang
terlibat
dalam
proyek dan
kebutuhan user.
Proses bisnis
Process
selection
matrix
merupakan cara
untuk
memperlihatkan
semua
proses
bisnis
dalam
unit
bisnis. Process
worth
matrix
berguna
untuk
menentukan proses
bisnis
mana
untuk
diinvestasikan. Pada
process
worth
matrix
akan
dilakukan
pengelompokan proses mana saja yang termasuk harta (asset) dan
kewajiban (liability).
Menentukan prioritas proses
Setelah
process
selection
matrix telah
dibuat, maka
Iangkah
selanjutnya
adalah
menentukan prioritas
terhadap
proses
bisnis
untuk
dilakukan
pengembangan
Iebih
Ianjut. Proses
yang
dipilih/diprioritaskan harus dapat menghasilkan
nilai tambah bagi
organisasi.
Melakukan manajemen proyek
Pada tahap ini akan ditetapkan batasan/ruang Iingkup proyek, cara
mengkomunikasikan
kepada
stakeholder
mengenai hal-hal
yang
terkait
dengan
proyek,
serta
menganalisa resiko-resiko
yang
mungkin
teljadi
sehingga
menyebabkan
proyek ini
tidak
dapat
mencapai hasil yang maksimal.
  
38
5. 
Elaboration
Pada fase ini, anggota tim proyek memperoleh pengertian yang cukup
dan
perluasan
dari
proses
yang
ada
dapat
di-improve di
fase
improvement.
Langkah-langkah dalam fase elaboration:
Metric analysis
Metric
analysis
bertujuan
untuk membantu dalam
pemahaman
proses
dan
dampak
pada
organisasi, menyediakan
pembuatan
prioritas 
untuk 
berikutnya, 
dan 
menyediakan 
suatu 
baseline
dengan   tujuan   yang   komparatif   dengan   fase   improvement.
Baseline terdiri
dari
target awal
proyek
yang
ingin
dicapai,
cara
mengukurnya,
serta
sumber
informasinya. Activity based
costing
berisi  hasil  perhitungan · pengukuran
proses
yang
ada  terhadap
biaya
yang harus
dikeluarkan
untuk
menjalankan
proses-proses
tersebut.
Root cause analysis
Tujuan
dari
root
cause
analysis adalah
untuk
mencari
akar
penyebab masalah dan proses yang ada tidak dapat dikembangkan
tanpa menentukan akar penyebab masalah terlebih dahulu.
People capability matrix
Tujuan
dari people capability
matrix
adalah
untuk
menyediakan
informasi
yang
bermanfaat bagi
lingkungan
sekarang
dan
masa
mendatang,
dan  bagi  kemampuan staf.
Kemampuan
staf  pada
people  capability  matrix  berkisar
antara  1-4  dimana  angka 
I
  
39
menandakan 
beginner,
angka
2
menandakan 
individual
contribution,
angka
3
menandakan 
mentor/coach,
dan
angka
4
menandakan
role model.
Identifikasi
informasi
yang tersedia
Identifikasi
informasi
yang tersedia
dengan
menggunakan
matrik
knowledge
and
information need
map.
Tujnan 
dari 
langkah 
ini
adalah 
untuk 
mendapatkan 
pengertian 
(dalam 
lingkup 
proyek)
atas informasi
yang sedang
tersedia
pada
organisasi.
Prioritas
pengembangan
Bertujuan 
untuk
mempeijelas
area
bisnis
dan
proses
mana
yang
dapat
dikembangkan.
6. 
Improvement
Tujuan
dari
fase
ini
adalah
untuk
membuat
proses
di dalanmya
dan
cakupan 
dari 
proyek 
seefektif 
dan 
seefisien 
mungkin, 
memenuhi
harapan
stakeholder
sekarang
dan
nantinya
Langkah-langkah  dalam
fase
improvement:
Future metric projection
Pada
langkah
ini, dilihat
kembali
proses
yang
beijalan
beserta
lamanya, 
membandingkan  
proses 
baru 
dan 
menentukan  
waktu
proses 
yang  diinginkan, 
memperhitungkan 
transaksi 
yang
diharapkan 
di  masa 
mendatang, 
menentukan 
total 
waktu
pemrosesan,
dan
melihat
kembali
anggaran
per
departemen 
untuk
menghitung
biaya.
  
40
Simulasi
Simulasi merupakan metode untuk menentukan kemungkinan dan
efisiensi dari pilihan proses
yang telah dirancang kembali 
yang
diajukan. Simulasi
juga dapat
digunakan
untuk
menguji
logika
dan konsistensi dari proses-proses sebelum diimplementasikan.
People capability matrix dan capacity planning
People
capability
matrix
yang
telah
diperbaharui untuk
mencerminkan
proses baru.
Pada
capacity planning
dipastikan
jumlah
orang
dengan
keahlian
yang
tepat
tersedia 
pada
waktu
yang
tepat
untuk
memenuhi kebutuban pelanggan dan
organisasi.
Capacity
planning
juga
bermanfaat sebagai
masukan
di
dalam
pengukuran performa pada fase people development.
Feasibility validation dan gap analysis
Feasibility
validation  penting untuk
memastikan  pilihan  yang
telah
dirancang kembali
secara
operasional
aktif.
Gap
analysis
menyediakan
perbandingan antara
proses
baru
dan
lama
pada
bisnis,
departemen
teknologi
informasi, dan
pengembang
dari
material pelatihan.
Business case and approval
Memperbaharui dan menyelesaikan business case.
7.  
People and technology development
Fase
ini
merupakan
fase
kritis
pada framework
dan
dapat
menempatkan proyek dalam resiko jika tidak diatasi dengan baik dan
standar 
terlalu  tinggi. 
Tujuan  dari  fase 
ini 
adalah 
memastikan
  
-----------------------------------------
41
aktivitas,
peran
dan
pengukuran kinelja
sesuai
dengan
strategi
organisasi dan proses penyampaian tujuan. Fase people development,
pada
akhirnya
orang
yang
akan
membuat
proses
berfungsi secara
efektif
dan
efisien
tidak
peduli
seberapa
otomatis
proses
tersebut.
Jika
kita
tidak
melibatkan orang-orang
tersebut
dapat
proyek
dan
proses
baru,
mereka akan
mencari
cara  untuk
memastikan
bahwa
proses
tersebut
tidak
jalan
atau
tidak
beljalan
dengan efisien.
Fase
technology
development bertujuan untuk
membangun
dan
mengimplementasikan Automated
BPM
Solution
yang
menyediakan
fleksibilitas
yang
cukup
untuk
memenuhi
perubahan bisnis dan
perubahan  yang 
sering
dari
proses 
bisnis. 
Organisasi
perlu
melakukan program pengembangan orang dalam urutan berikut:
o
Proses,   mendapatkan   proses   yang   efisien   dan   efektif   dan
menambahkan nilai pada strategi organisasi.
o
Struktur, 
mendapatkan  peran  dan  struktur 
yang  benar 
untuk
mendukung proses baru.
o   People, setelah  tahap  proses  dan  struktur 
selesai,  kita  dapat
mengevaluasi kineljanya.
Langkah-langkah dalam fase people and technology development:
Dissection and Amalgamation of New Process Into Activities
Langkah  ini  terdiri  dari  tiga 
hal  yakni:  proses,  struktur,  dan
people. 
Proses
berbicara
tentang
proses 
mana 
yang
dihilangkan/digabungkan
sehingga  dapat 
menjadi  proses  yang
efisien,   efektif,   dan 
dapat   memberikan   nilai   tambah   bagi
  
42
organisasi.
Struktur berbicara
mengenai
hak
aksestabilitas
pengguna  Sedangkan   people
menjelaskan cara
yang diusulkan
untuk    mengatasi  
gap  
yang    terjadi    setelah    dilakukannya
pengembangan.
Redesigned
Role Descriptions and Goals
RASCI
model
merupakan
suatu
metode
yang
sangat
membantu
untuk
mengidentifikasi
aktivitas,
aturan dan
tanggung
jawab
pengguna
di
dalam tahap
pengembangan Sumber
Daya
Manusia.
Model 
ini
membantu
untuk  mendeskripsikan
secara
jelas
mengenai hal apa yang harus dilakukan oleh pengguna yang akan
menjalankan proses bisnis yang baru nantinya.
RASCI terdiri dari lima komponen, yakni:
• 
Responsible -
pihak yang menjalankan suatu aktivitas.
Accountable -
pihak  yang  menyetujui  dilakukannya
suatu
aktivitas.
Support  - pihak  yang  menyediakan  sumber
daya   dan
informasi untuk mendukung aktivitas yang dilakukan.
Consult -
pihak
yang
memiliki
informasi
yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan suatu aktivitas.
Inform -
pihak yang harus diberitahukan/diinformasikan atas
suatu aktivitas yang dilakukan.
  
43
Performance Management and Measurements
Sebelum
memulai tahap
ini,
capacity
planning
pada
tahap
improvement 
harus   sudah   jelas   agar   target   performa   yang
dibangun
oleh
manajemen realistis dan
tidak
melebihi
kapasitas
kemampuan stafyang  ada. Performa manajemen dilihat dari target
yang
ingin
diraih
oleh
berbagai
level
manajemen, mulai
dari
executive, manajer,
team
leader,
dan
staf
beserta
dengan
cara
mengukur keberhasilan mereka.
People Core Capability Gap Analysis
Pada
tahap
ini
akan
dilakukan perbandingan
antara
jumlah
transaksi
sebelum
improvement dengan
sesudah
improvement,
jumlah
transaksi
minimal
yang
harus
dicapai, toleransi
jumlah
transaksi 
dan 
waktu
keterlambatan
dari 
waktu yang
telah
ditetapkan pada saat improvement.
-
A
New Purpose Process-Based Organization Structure
Pada tahap
ini
akan dilihat akan perlu/tidaknya penambahan pada
struktur organisasi akibat perubahan yang terjadi.
Business Process Orchestration
Pada
tahap
ini
akan ditetapkan
standar
dan
model
bisnis proses
dengan
menggunakan
metode
yang
ada
di
dalam
BPM
Solution.
Caranya
dapat
menggunakan
Business
Process Management
Notation
(BPMN)
atau
Business Process
Execution
Language
(BPEL).
  
--  
-
44
Develop Presentation Layer of the Solution
Pada tahap ini
akan dibuat
usulan rancangan user inteiface
yang
nantinya
akan
digunakan sebagai
acuan
oleh
developer
untuk
membangun aplikasi.
Solution Testing
Setelah
aplikasinya selesai
dibangun
akan
dilakukan
pengujian
terhadap aplikasi dimana pengujian tersebut terdiri dari: unit test,
integration  test,  system  test,  fUnctional acceptance  test, 
User
Acceptance Test (UAT), dan regression test.
8.  Deployment
Fase ini adalah fase dimana semua proses pengembangan yang telah
dirancang 
dan 
dibangun 
akan  direalisasikan.  Banyak 
organisasi
percaya bahwa proyek berhasil setelah
implementasi sukses. Akan
tetapi, 2 fase berikutnya adalah yang terpenting pada proyek BPM.
Langkah-langkah dalam fase deployment:
Menentukan strategi implementasi
Pada  langkah  ini
akan 
ditentukan  strategi  implementasi  mana
yang akan digunakan. Strategi implementasi yang ada terdiri dari:
strategi
big
bang
yang
langsung
mengganti sistem
yang
lama
dengan  yang  baru,  paralel  yang
memperkenalkan
sistem  yang
baru tahap
demi
tahap, relay
yang
memperkenalkan sistem
yang
baru tahap derni tahap setiap kali tahap sebelunmya telah
selesai,
dan   kombinasi  
yang  
mengkombinasikan   beberapa  
strategi
implementasi secara bersamaan.
  
45
Pelatihan
staf
Menentukan
pelatihan-pelatihan
yang dibutuhkan
sesuai
dengan
usulan
pengembangan
pada
tahap
people
and
technology
development phase.
9. 
Monitor and benefit realization
Tujuan
dari
fase
ini
adalah
memastikan
manfaat
yang
didapat
dari
proyek  
bisnis 
ini 
dicapai.  
Fase  
ini   pada   dasamya  
terdiri  
dari
pencapaian 
realisasi 
manajemen 
proses, 
dan
manfaat  realisasi
pelaporan 
kecuali 
jika 
manfaat 
disadari. 
Ini 
merupakan 
peran 
tim
proyek, 
pernilik  proyek, 
sponsor 
proyek, 
dan 
bisnis 
untuk
memastikan
manfaat
ini
disadari.
Langkah-langkah
dalam fase
monitor and benefit realization:
Benefit summary plan
Benefit
yang 
potensial 
dapat 
diringkas 
dalam 
benefit
summary
plan.
Rencana 
ini 
mencakup 
benefit,
orang 
yang 
bertanggung
jawab,
nilai
yang
diharapkan,
kapan
keuntungan
akan
bertumbuh
dan
berhenti,
dependencies,
dan resiko.
Benefit milestone matrix
Benefit milestone matrix
memperlihatkan
hubungan
antara
proses
yang
mengalarni
improvement
dengan
keuntungan
yang
diperoleh.
Benefit delivery matrix
Benefit
delivery matrix
akan
mengestimasi
toleransi
waktu
keterlambatan  
setiap 
transaksi 
pada 
saat 
kegiatan   operasional
berlangsung.
  
46
Benefit realization register
Pada
tahap
ini
akan
dilakukan
definisi
pada
keuntungan/manfaat
yang 
akan 
diperoleh 
serta 
dampak 
dari 
manfaat 
tersebut 
bagi
pihak
lain.
10. Continuous improvement
Sangat
penting
bahwa
tim proyek
bekerja
dengan
bisnis
untuk
membangun
struktur
proses untuk
memastikan
peningkatan
proses
berkelanjutan
dan
perkembangan
dapat
ditopang.
Investasi
yang
telah
dilakukan 
dalam 
proyek 
harus
dapat 
dipelihara 
dan
meningkat 
dari
waktu
ke
waktu. Organisasi
harus
mengerti
bahwa
proses-proses
memiliki
siklus
hidup, dan
akan
membutuhkan
perkembangan   yang
berkelanjutan
setelah 
perkembangan
yang telah
ditargetkan
dalam
proyek
tercapai.
Setelah  10
fase
BPM
.framework,
akan
dilakukan  proses
embedding
sebagai
berikut:
  
47
d
Enterprise Ecosy
Integrate 
.
tem Portal
Gambar 2.2
Integrated
Enterprise Ecosystem Portal   (Jeston dan
Nelis, 2006, p238)
Integrated
Enterprise
Ecosystem merupakan
suatu
portal
yang
mengintegrasikan seluruh aplikasi yang ada. Corporate info berisikan
sebuah
aplikasi yang
memberikan
informasi mengenai
gambaran
umum
organisasi.
Business
application
merupakan
aplikasi-aplikasi
yang
digunakan
di
dalam
organisasi tersebut
dan
user
centric
information  merupakan media  pendukung untuk membantu user
dalam
memperoleh
informasi.
Worklist!workspace merupakan
layar
ke!ja
user. Sedangkan
process
outline
berfungsi
untuk
memonitor
kegiatan  yang
be!jalan  agar
be!jalan
sesuai
dengan  rencana  yang
telah dibuat.
  
 -
tf.oity
·
GbJf
.
48
Menurut
Jeston
dan
Nelis (2006,
p301-p303),
kedewasaan
model
BPM
mengadopsi  
tingkat  
kedewasaan  
atas  
CMM  
(Capability  Maturity
Model)
pada
tingkat
yang
berbeda,
yaitu:
Lw1matur
Highmoll>ity
Urt-OOOfldin.atoxl,
Co-onlmto<l BPM
iookttd 
projqcts
•LON BPM llkilll
Key p; rsomol
d  
High BPM e
rtise
irnWefMnt
.,;
Orgonis.:lticoolw
Manual
•Prooctf.'O
v
fM.:iningftjl Automation
{fM.:iningftjl Automation
•lmemaBy b::u&&d
Exlqnded org:u'li$\lllon
LON mourcW!g
EffiCIGnt reSOU"clng
Ntlve
.
•C
St:ltic
1. 
underotanding
Initial cbtel
•lonctr at;..e
Gambar
2.3
Perbandingan Tingkat Kedewasaan Rendah
dan
Tinggi
dan
Lima
Tingkat
Kedewasaan
(Jeston 
dan
Nelis, 
2006,
p301)
Tingkat
1:
Initial state
Sebuah 
organisasi 
dengan 
BPM
maturity
pada
tingkat
1
akan
membuat
usaha
yang
tidak
terkoordinasi 
dan
tidak
terstruktur
menuju
BPM.
Secara
khusus, sebuah
organisasi
dapat
menperlihatkan
beberapa
kombinasi
dari
karakteristik:
Pendekatan
ad hoc.
Usaha
individual
(TI
atau
bisnis).
Variasi  dan
pendekatan 
non-konsolidasi 
ke
metodologi,  alat-alat
dan
teknik.
Cakupan
inisiatif
BPM
yang terbatas.
Keterlibatan
karyawan
yang sangat
minimal.
  
49
Rendahnya
kepercayaan
akan
para ahli ekstemal
BPM.
Level
tinggi
atas
intervensi
manual
dan
work around.
Tingkat
2:
Repeatable
Sebuah 
organisasi 
dengan 
BPM 
maturity
pada 
tingkat 
akan 
sudah
berkembang
pada
pengalaman
pertama
BPM
dan
akan
mulai
membangun
kemampuan 
BPM 
dan
meningkatkan 
jumlah 
orang 
yang  melihat
organisasi
dari
perspektif
proses.
Karakteristik:
Proses
yang
didokumentasikan 
pertama.
Menyadari
pentingnya
BPM.
Meningkatkan
keterlibatan
eksekutif
dan top
manajer
.
Satu
tujuan
utama
untuk
menjelajah
BPM.
Percobaan
pertama
dengan
metodologi
terstuktur
dan standar
yang
umum.
Meningkatkan
kepercayaan
atas
para ahli ekstemal
BPM.
Tingkat
3:
Defined
Sebuah 
organisasi 
dengan 
BPM 
maturity
pada 
tingkat 
3
akan
meningkatkan
pengalaman
dalam
mengembangkan
kemampuan
BPM
dan
memperluas
jumlah
orang
dalam organisasi
dari
perspektif
proses.
Karakteristik:
Fokus pada
manajemen
pada
fase
yang
lebih
awal pada
process lifestyle.
  
50
Menggunakan
peralatan
yang rumit.
Kombinasi
metode
proses
manajemen
yang
berbeda.
Penggunaan 
teknologi 
yang 
lebih 
luas 
untuk 
penyampaian 
dan
komunikasi
BPM.
Sesi
pelatihan
BPM
yang
formal
dan
menyeluruh.
Kepercayaan
yang kurang
atas
tenaga ahli.
Tingkat4:Afanaged
Sebuah
organisasi
dengan
BPM
maturity
pada
tingkat
4
akan
menikmati
manfaat  
memiliki  
BPM  
dengan   kuat  
pada  
strategi  
make-up
pada
organisasi.
Karakteristik:
Pembangunan 
Pusat 
Manajemen 
Proses
Atas 
Keunggulan 
menjaga
standar
Eksplorasi   
proses
bisnis
yang
mengendalikan  
metode    dan
teknologi
Menggabungkan
TI
dan
perspektifbisnis pada
proses
manajemen
Formal,
proses manajemen
posisi
yang
telah direncanakan
Penerimaan
secara
luas atas
metode dan
teknologi
Proses manajemen
yang terintegrasi
Orientasi
proses
seperti
komponen
proyek
yang
bersifat
perintah
Pengembangan 
dan 
konsolidasi 
berkelanjutan 
atas 
inisiatif
manajemen
proses
  
----------------------
51
Kurangnya kepercayaan terhadap tenaga ahli ekstemal
Tingkat 5:
Optimized
Sebuah organisasi dengan
BPM maturity
pada tingkat 5
akan menikmati
manfaat
mempunyai
BPM
dengan
kuat
sebagai
inti
bagian
dari kedua,
manajemen strategis dan manajemen operasional
Karakteristiknya:
Manajemen   proses  
adalah   bagian  
dari  
aktivitas   manajer,
pengukuran tanggungjawab dan kinerja
Penerimaan yang luas dan penggunaan metode dan teknologi yang
standar
Satu
organisasi
dengan
pendekatan
yang
luas
untuk  manajemen
proses
bisnis    yang    menggabungkan  
pelanggan,   
supplier,
distributor dan
stakeholder yang lain
Membangun manajemen siklus hidup proses bisnis
Pusat  Manajemen
Proses  Bisnis  Atas  Keunggulan
mengurangi
uknran manajemen
proses 
menjadi 
cara 
sederhana
untuk
menyelesaikan bisnis
2.2.3
Business Process Modeling Notation
(BPMN)
Business Process Modeling (BPMN)
merupakan gambaran
grafis
untuk
menentukan
proses
bisnis
dalam
workflow. (Sumber:
  
52
Menurut
White
(2004,
p17),
Business Process
Management
Initiative
(BPMI)
telah 
mengembangkan  sebuah 
standar
Business
Process
Modeling
Notation
(BPMN). Tujuan
utama
dari
BPMN
adalah
untuk
menyediakan
notasi
yang dapat dimengerti oleh
semua user
bisnis, dari
analis bisnis yang membuat initial draft dari proses, pengembang teknikal
yang
bertanggung
jawab
atas
implementasi teknologi
yang
akan
menjalankan
proses
tersebut, hingga
orang
bisnis
yang
mengatur
dan
memonitor proses-proses tersebut.
BPMN
menciptakan sebuah jembatan
yang
terstandarisasi
bagi
celah
antara
perancangan proses
bisnis
dan
implementasi proses.
Menurut White (2004, p22), Business Process Modeling digunakan untuk
mengkomunikasikan variasi informasi yang luas ke variasi audience yang
luas.
BPMN
dirancang
untuk
mencakup
banyaknya
tipe
modeling
dan
mengizinkan
ciptaan
end-to-end
business
processes.
Elemen
struktural
dari
BPMN akan
membuat
menjadi
lebih
gampang
untuk
membedakan
bagian-bagian dari diagram BPMN.
Menurut
White
(2004,
p23),
Ada
tiga
tipe
dasar dari
sub-model
dalam
model end-to-end BPMN:
Private (internal) business
processes, adalah
proses
internal
bagi suatu organisasi yang spesifik.
  
53
Abstract (public) processes,
mewakili
interaksi antara
private
business  process  dan proses lain. Hanya
ak:tivitas yang
digunakan untuk komunikasi di luar private business process.
Collaboration
(global)
processes,
menggambarkan
interaksi
antara dua atau lebih obyek bisnis.
o
Sequence Flow Rules
Gambar di
bawah
memperlihatkan
BPMN Flow Object dan
bagaimana
obyek-obyek
ini  dapat
dihubungkan
satu
sama  lain
melalui
Sequence
Flow.
From\To
0
GiJ
C::
J
(>
0
0
0
/1
/1
/1
/1
/1
l_a·J
/1
/1
/1
/1
/1
c:::::J
/1
/1
/1
/1
/1
(>
/1
/1
/1
/1
/1
0
/1
/1
/1
/1
/1
0
Gambar
2.5
Aturan
Hubungan
Sequence Flow (White, 2004, p40)
Menurut White
(2004, p40), simbol
panah
menunjukkan bahwa obyek
yang ada di baris dapat dihubungkan pada obyek yang ada di kolom.
  
l
.B.
0
0
54
o
Message Flow Rules
Gambar
eli
bawah
memperlihatkan BPMN
modeling
object
dan
bagaimana
obyek-obyek
ini
dapat
dihubungkan
satu
sama
lain
melalui
Message Flow.
Fl'om\To
0
I! 
(Pool) 
I
:J 
c::J
0
0
II
(Pool) 
I
.. 
"
"
..
..
[iJ
..
"
"
..
..
G
..
"
"
.. 
..
0
..
"
"
..
..
Gambar
2.6 Aturan Hubungan
Message
Flow (White, 2004 p41)
Menurut White
(2004,
p41),
simbol
panah
menunjukkan
bahwa
obyek
yang ada di baris dapat dihubungkan pada obyek yang ada eli kolom.
Menurut
White
(2004,
p42),
process
(proses)
adalah
sebuah
aktivitas
yang  teijadi  eli 
dalam  sebuah  perusahaan
atau  organisasi.
Di  dalam
BPMN,  sebuah  proses
eligambarkan sebagai  sebuah  grafik  dari  flow
object, yang merupakan sebuah kumpulan dari aktivitas
lain
dan control
yang merangkaikan atau mengurutkan semuanya.
Menurut White (2004, p46), events (kejaelian) adalah sesuatu yang teijadi
selama
teijadinya
suatu proses
bisuis. Event ini mempengaruhi aliran
  
55
proses 
dan 
biasanya 
memiliki 
penyebab 
dan 
dampak. 
Permulaan 
dari
suatu 
ak:tivitas, akhir 
dari
aktivitas, 
perubahan 
status 
sebuah 
dokumen,
pesan
yang
datang,
dan
sebagainya
dapat
dianggap
Event.
Bagaimanapun,
BPMN
telah
membatasi
penggunaan
event hanya
meliputi
tipe
event yang
akan
mernpengaruhi 
urutan
atau
waktu
dari
ak:tivitas
pada
proses.
BPMN
rnengkategorikan
Event
menjadi
dua tipe
utama:
Start dan End
Menurut 
White 
(2004,  p46), 
start
event
rnemiliki 
pemicu 
yang 
dapat
didefinisikan  sebagai
penyebab
dari
event, end event
dapat
didefinisikan
sebagai
basil
yang merupakan
akibat
dari
berakhirnya
sequence flow.
Menurut 
White 
(2004, 
p47), 
start
event
memiliki 
pemicu 
yang  dapat
didefinisikan  
sebagai 
penyebab 
dari 
event.  Start  event 
rnenunjukkan
dirnana sebuah
proses
akan
mulai.
Gambar 2.7
Start Event
Menurut 
White 
(2004, 
p52), 
end  event
rnenunjukkan 
dirnana 
sebuah
proses akan
berakhir.
0
Gambar 2.8
End Event
  
--
56
Menurut
White (2004, p75),
task
adalah
sebuah
aktivitas
atomic
yang
dimasukkan
dalam
sebuah proses.
Sebuah
task
digunakan ketika
pengeljaan pada proses tidak pecah ke
level detail
process model
yang
Iebib kecil.
[
l
Gambar
2.9
Task Object
Menurut White (2004, p82), gateways merupakan elemen modeling
yang
digunakan
untuk
mengatur
bagaimana sequence
flow
berinteraksi
sebagaimana mereka berkumpul dan bercabang di dalam suatu proses.
Gambar
2.10
Gateway
Menurut White (2004, p85),
exclusive gateways
(keputusan) merupakan
Iokasi dalam suatu proses bisnis dimana sequence flow dapat mengambil
dua
atau
Iebib
jalan
alternatif. Sebuah
keputusan
bukan
merupakan
aktivitas
dari
perspektif
proses
bisnis, tetapi
tipe
dari
gateway
yang
mengatur
sequence flow
antar
aktivitas
yang
dapat
dianggap
sebagai
sebuah  pertanyaan  yang  ditanyakan  di  setiap  titik  di  dalam  proses.
  
57
Pertanyaan tersebut
memiliki
kumpulan
altematif
jawaban
yang
telah
ditentukan.
Menurut
White (2004, pl03),
sebuah
pool
mewakili
participant dalam
proses.  Participant bisa  merupak:an objek  bisnis 
spesifik  (misalnya
perusahaan)
atau
bisa
merupak:an
peran
bisnis
yang
lebih
umum.
Pool
merupak:an kotak: untuk memisahkan sebuah proses dari poo/lainnya.
Gambar 2.11
Pool
Menurut 
White
(2004,
p108),
data 
objects
menyediak:an informasi
mengenai
apa
yang
proses
lak:ukan,
adalah
bagaimana
dokumen,
data,
dan
objek
lainnya
digunak:an
atau diperbaharui
selama proses
berjalan.
Data objects dapat digunak:an
untuk
mewakili berbagai tipe objek
yang
berbeda, baik elektronik maupun fisik
i
f
,,
l
"
i1
f'
D
Name
[State]
Gambar 2.12
Data Object
  
58
Menurut  White  (2004,  plll),
group  menyediakan
mekanisme  visual
untuk mengkategorikan elemen dari sebuah proses secara informal.
I
I
I
Gambar 2.13 Group
Menurut
White
(2004,
pl14), 
sequence flow 
digunakan
untuk
menunjukkan  urutan  aktivitas  yang  akan  dilakukan  di  dalam  proses.
Setiap
flow
hanya
memiliki
satu
sumber
dan
satu
target.
Sumber
dan
target
tersebut
harus
merupakan salah
satu
dari
flow
objects:
events,
activities, dan gateways.
Gambar 2.14 Sequence
Flow
Menurut
White
(2004,
pl16),
message
flow
digunakan untuk
me­
nunjukkan
aliran
pesan (message)
antara
dua
objek
yang dipersiapkan
untuk mengirirn dan menerimanya.
Gambar 2.15 Message Flow
  
59
Menurut
White
(2004,
p121)
Normal
sequence
flow
mengarah
pada
aliran
yang
berawal
dari
start
event
dan
berlanjut
melalui
aktivitas
dengan
jalur
alternatif
dan
parallel
sampai
berakhir
di
end
event.
Tipe
paling
sederhana
dari alur
dalam
proses
adalah
sequence,
yang
menggambarkan
ketergantungan
dari
urutan
aktivitas.
Gambar 2.16
Contoh Pola
Sequence
Menurut
White
(2004,
p128),
splitting
flow,
istilah
pemisahan
digunakan
untuk
menunjuk
pada
pembagian
suatu
alur
menjadi
dua
atau
lebih alur.
Merupakan  
tempat 
di 
dalam 
proses 
dimana   pertanyaan  
ditanya 
dan
jawaban  
menentukan  
alur 
mana 
yang 
akan 
diambil.   Konsep  
umum
mengenai
pemisahan
alur
biasanya
mengarah
pada
keputusan.
Ccndi:OO'>
Gambar 2.17
Contoh
Data-Based
Decision
  
60
2.2.4 
Service
Oriented
Architecture
(SOA)
Menurut
Footen
dan
Faust
(2008,
p73), SOA
adalah
suatu
arsitektur
independen, membungkus
jasa
komunikasi
lewat
antarmuka
terbuka
melalui sebuah lapisan middleware urnurn.
Menurut
Lawler
dan
Howell-Barber (2008,
p8),
SOA
didefmisikan
sebagai
sebuah
kerangka
yang
memungkinkan
untuk
mengintegrasikan
proses bisnis dan
mendukung infrastruktur teknologi inforrnasi yang bisa
dipasangkan 
secara 
bebas 
dan 
aman,  menstandarisasikan
komponen/servis yang dapat dipakai berulang dan dikombinasikan untuk
menyesuaikan terhadap prioritas bisnis yang berubah.
SOA
(Service
Oriented
Architecture, arsitektur
berorientasi
layanan)
adalah
suatu
gaya
arsitektur
sistem
yang membuat
dan
menggunakan
proses
bisnis
dalam  bentuk
paket
layanan
sepanjang
siklus  hidupnya.
SOA juga mendefinisikan dan menentukan arsitektur teknologi inforrnasi
(TI)
yang dapat
menunjang berbagai aplikasi
untuk saling
bertukar
data
dan  berpartisipasi
dalam  proses
bisnis.
Fungsi-fungsi
ini  tidak
terikat
dengan sistem operasi dan bahasa pemrograman yang mendasari aplikasi­
aplikasi tersebut. (Surnber: http://id.wikipedia.org/wiki/SOA)
SOA
membagi
fungsi-fungsi
menjadi
unit-unit
yang berbeda
(layanan),
yang
dapat
didistribusikan
melalui
suatu
jaringan
dan
dikombinasikan
serta digunakan ulang untuk membentuk aplikasi bisnis. Layanan-layanan
  
61
ini salirig berkomunikasi
dengan
mempertukarkan data antar mereka atau
dengan
mengkoordinasikan aktivitas
antara
dua
atau
lebih
layanan.
Konsep
SOA
sering
dianggap
didasari
atau
berkembang dari
konsep­
konsep
yang
lebih
lama
dari komputasi terdistribnsi dan
pemrograman
2.2.5 
Web
Services
Web
Service
merupakan
fenomena
yang
sangat
panas
saat
ini
karena,
banyak
kelebihan
yang
ditawarkan
oleh 
Web Service
terutama
interoperabilitas tinggi dan penggunaannya yang dapat diakses kapanpun
dan dimanapun selama mesin kita terhubung oleh jaringan internet salah
satunya. (Sumber: http://id.wikipediaorg/wiki!Web service)
Menurut
Footen
dan
Faust
(2008,
pl81), 
web
service
adalah
suatu
teknologi
yang
berbasis
XML
untuk
menghubungkan antara
sistem­
sistem yang dipasangkan secara bebas.
Menurut Lawler dan Howell-Barber (2008, p8),
web service didefinisikan
sebagai sekeluarga
teknologi
yang terdiri dari
spesifikasi, protokol, dan
standar berbasis industri yang dipergunakan oleh beraneka ragam aplikasi
untuk berkomunikasi,
bekerjasama,
dan saling menukar informasi dengan
sebuah cara yang aman, yang dapat dipercaya, dan saling terhubung.
  
62
Menurut
Hurwitz,
Bloor,
Baroudi, dan
Kaufman
(2007,
p341),
web
service adalah
suatu
sistem
perangkat
lunak
yang
mendukung interaksi
mesin ke mesin melalui satu jaringan.
2.2.6 
Enterprise Service Bus (ESB)
Menurut
Khoshafian
(2007,
p202),
Enterprise Service
Bus
(ESB)
merupakan
standar yang
berdasarkan
pada
integration
bus
yang
mendukung
sinkronisasi
dan
pertukaran
ketidaksinkronisasian antar
aplikasi
yang berbeda.
ESB
diharapkan dapat
menjadi
tulang punggung
arsitektur
perusahaan, sistem
yang
menghubungkan
seluruh
aplikasi,
sumber daya, dan komponen yang berbeda.
2.2.7 
Business
Rules
Business rule
merupakan pemyataan
yang
menegaskan atau
membatasi
aspek
tertentu
dalam
bisnis.
Hal
ini
dimaksudkan untuk
menegaskan
struktur bisnis atau untuk mengatur atau mempengaruhi tingkah laku dari
bisnis. Business rules
mendeskripsikan operasi, definisi, dan batasan yang
dipergunakan pada
organisasi
untuk
mencapai
tujuannya.
(Sumber:
Menurut
Khoshafian (2007,
p245),
Business
rules
diperlukan
untuk
mengetahni
kebijakan,
batasan, dan
peraturan
yang
harus
dipenuhi
di
dalam    seluruh    aplikasi    end-to-end.   Konsep    utama    di    dalam
mendefnisikan
business
rules
adalah
dinyatakan
dengan
jelas,
artinya
  
63
bahwa
peraturan
dapat
ditulis
tanpa
merasa khawatir
mengenai
kapan,
bagaimana, atau dalarn kondisi seperti apa hal tersebut dijalankan. Dalarn
hal
ini,
business
rules
dapat
ditentukan untuk
kontrak
yang
beresiko.
Contoh
mengenai business rules:
setiap
pembelian
yang
melebihi
5000
dollar membutuhkan persetujuan dua kali.
Menurut
Khoshafian (2007,
p245),
Rules
merupakan
hal
yang
paling
kritikal
di
dalarn
proses
bisnis.
Jika
flow
hanya
dimodelkan dan
diotomatisasi, tanpa
adanya
business rules
yang
mengatur
prosesnya
maka hal tersebut tidak akan terhubung dengan baik.
2.2.8
Business Activity Monitoring
(BAM)
Business
Activity
Monitoring
(BAM)
mengarah pada
agregasi,
analisa,
dan
presentasi atas
informasi
real-time
mengenai
aktivitas
di
dalarn
organsasi
dan
melibatkan
pelanggan
dan
partner. Business Activity
Monitoring
(BAM)
merupakan
solusi perusahaan
yang
terutama
diharapkan untuk
menyediakan ringkasan aktivitas bisnis yang real-time
bagi
manajer
operasi
dan
manajemen bagian
atas.
(Sumber:
activitv
monitoring)
2.2.9
Activity Based Costing (ABC)
Activity
Based
Costing
(ABC) adalah
model
penetapan
biaya
yang
mengidentifikasi aktivitas dalarn sebuah organisasi dan menetapkan biaya
dari setiap
sumber daya
yang digunakan pada setiap aktivitas, menjadi
  
64
produk
dan
jasa
menurut penggunaan
yang
sebenarnya.
(Sumber:
based
costing)
Menurut Khoshafian (2007, p384),
Activity
Based
Costing
(ABC) melihat
organisasi sebagai bagian dari proses, dimana
masing-masing terdiri dari
aktivitas-aktivitas.
Aktivitas
ini 
memiki
ketergantungan
dan
dilakukan
oleh
unit,
individu, atau
sistem,
termasuk
pelayanan
permintaan
secara
lokal ataupun sedikit.
Hal
yang
lebih
penting
menghubungkan
aktivitas
menjadi nilai
yang disediakan bagi pelanggan. Hal ini
menarik. Artinya
perusahaan, dan terutama para pemimpin, perlu untuk menganalisa secara
cermat  proses-proses
dan  aktivitas
dari
proses
yang  berpotensi
untuk
dihubungkan dengan
key performance
value
bagi pelanggan.
2.2.10 
Supply
Chain
Management
Pengertian
Supply
Menurut
Indrajit
(2002, p4),
supply
adalah
sejumlah
material
yang
disimpan
dan
dirawat
menurut
aturan
tertentu
dalam
tempat
persediaan
agar
selalu
dalam
keadaan
siap
pakai
dan
ditatausahakan dalam
buku
perusahaan.
Pengertian
Supply
Chain
Menurut
Pujawan
(2005,
p5),
supply
chain
adalah
jaringan
perusahaan­
perusahaan
yang
secara
bersama-sama
bekerja
untuk
menciptakan
dan
menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai
akhir.
Pada suatu
Supply
  
65
Chain
biasanya ada
3
macam aliran
yang
harus
dikelola
yaitu
barang,
uang, dan informasi.
Menurut
Indr!Yit
(2002,
p5),
supply chain
adalah
suatu
tempat
sistem
organisasi menyalurkan
barang
produksi
dan
jasanya
kepada
para
pelanggannya.   Rantai   ini  juga   merupakan 
jaringan   dari   berbagai
organisasi
yang saling
berhubungan
dan
mempunyai
tujuan
yang
sama,
yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyalur barang
tersebut.
Pengertian
Supply
Chain
Management
Menurut
Pujawan
(2005,
p22),
SCM
adalah
metode
pengadaan atau
pendekatan
integrative  untuk
mengelola
aliran  produk,
informasi  dan
uang
secara terintegrasi
yang
melibatkan
pihak-pihak
dari
hulu
ke
hilir
yang terdiri dari pemasok, pabrik, jaringan distribusi maupun jasa.
Menurut
Chan
(2004,
p4). Supply
Chain
Management
(SCM)
adalah
manajemen
dan
sinkronisasi
dari
entitas,
proses, dan
aktivitas
untuk
memproduksi barang dan jasa bagi pelanggan. Contoh dari entitas adalah
pemasok, pabrik,
service
provider,
retailer, distributor,
carrier
dan
palanggan.
Menurut  Kalakota  (2001,  p275),  Supply Chain Management (SCM)
adalah koordinasi aliran dari material, uang dan informasi antara semua
  
66
pihak  dalam
perusahaan
dalam
transaksi
bisnis.
Aliran
material
melibatkan
produk
fisik
yang mengalir dari pemasok hingga pelanggan
melalni
rantai
pasokan, dan
juga
aliran
sebaliknya
(contohnya
adalah
pengembalian
barang).
Aliran
informasi
melibatkan
transaksi
pesanan,
dan
laporan
status
pengiriman. Aliran
keuangan
melibatkan
informasi
kartu kredit, cara pembayaran, jadwal pembayaran, dan perjanjian.
Menurut
Handfield dan
Nichols
(Ross, 2003,
pl4),
Supply
Chain
Management
(SCM)
merupakan integrasi
dari
seluruh
aktivitas
yang
diasosiasikan  dengan  alur  dan  transformasi
barang-barang
dari bahan
baku
sampai
barang ke
tangan
end
user,
dan
juga
arus
informasinya,
melalui
hubungan
supply
chain
yang
erat
untuk
mencapai
keuntungan
yang kompetitif.
Menurut
Haag,
Cummings dan
McCubbrey
(2005,
p20),
Supply
Chain
Management  (SCM) melacak inventory  dan
informasi  dalam  proses
bisnis dan melintasi perusahaan-perusahaan.
Tujuan
Supply
Chain
Management
Menurut
Pujawan
(2005,
p29),
Supply
Chain
bertujuan untuk
menyediakan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu dan bervariasi.
Menurut
Chaudhury
(2002,
p417),
Supply
Chain Management (SCM)
bertujuan untuk menekan biaya pengiriman, produksi dan penyimpanan.
  
67
Tujuan   kedua   adalah 
untuk   memaksimalkan  
nilai 
bisnis 
perusahaan
dengan
cara
merespon
perubahan
pasar
dan
lingkungan
kompetitif
secara
cepat
dan
fleksibel
sehingga
dapat
menyampaikan
produk
yang
tepat
ke
pelanggan
yang tepat
dan
pada waktu
yang
tepat.
Keuntungan
Penerapan
Supply
Chain
Management
Keuntungan  
menerapkan  
supply  chain 
menurut   Indrajit   (2002,  
p4)
adalah:
• 
Mengurangi
inventori
barang.
Inventori
merupakan
aset perusahaan
yang
berkisar
antara
30%-40%
sedangkan 
biaya 
penyimpanan 
barang 
berkisar 
20%-40% 
dari 
nilai
barang
yang
disimpan.
• 
Menjamin
kelancaran
arus
barang
Rangkaian 
perjalanan 
dari 
bahan 
baku 
sampai 
menjadi 
barang
jadi
dan
diterima 
oleh 
pemakai!pelanggan 
merupakan 
suatu 
mata 
rantai
yang
panjang
(chain)
yang
perlu
dikelola
dengan
baik.
• 
Menjamin
mutu
Jaminan
mutu
juga
merupakan
serangkaian 
mata
rantai
panjang
yang
harus
dikelola
dengan
baik
karena
mutu
barang jadi
ditentukan
tidak
hanya
oleh
proses
produksi
tetapi
juga
dari
mutu
bahan
bakunya
dan
mutu
keamanan
dalam
pengirimannya.
  
68
2.2.11 
Electronic
Supply Chain
Management
(e-SCM)
Menurut
Ross  (2003,
piS), 
e-SCM
merupakan
sebuah
filosofi
manajemen taktis dan strategis yang
menghubungkan kapasitas produktif
secara
kolektif dan
sumber daya
yang saling
bersilangan dalam
supply
channel
melalui
internet
dalam
mencari solusi
inovatif dan sinkronisasi
dari kemampuan
channel
untuk menciptakan nilai bagi pelanggan secara
unik.
2.2.12 
Delapan Atnran Emas
Perancangan
Antarmuka
Pemakai
Menurut Scheiderman
(2005,
p74),
delapan
aturan
emas
di
bawah
ini
adalah prinsip- prinsip mendasar untuk merancang
interface
Berikut ini adalah deIapan aturan emas tersebut:
1.  Berusaha untuk konsisten. Konsisten yang dimaksud adalah konsisten
dalam
aksi-aksi
dalam
situasi
tertentu, konsistensi
menu,
wama,
layout, font,
dan sebagainya.
2.   Memungkinkan adanya
shortcut.
Bagi
user
yang
sudah
ahli
dalam
menggunakan sistem, dia
membutuhkan suatu jumlah interaksi yang
lebih singkat ini dapat diperoleh dengan
shortcut.
3.  
Feedback 
yang
informatif. Untuk setiap
aksi
yang dilakukan
user
terhadap
sistem,
sistem
harus
memiliki
feedback.
Respon
sistem
terhadap
user
harus sopan danjelas.
4.   Membuat dialog
yang
menghasilkan keadaan akhir. Urutan-urutan
aksi diatur kedalam grup-grup aksi tersebut harus dapat
memuaskan
user.
  
69
5. 
Menyediakan   pencegahan   error  dan   penanganan   error  yang
sederhana.
Sedapat
mungkin, sistem
dibuat
agar
user
tidak
dapat
membuat kesalahan. Jika user membuat kesalahan, sistem harus dapat
mendeteksinya dan
memberikan instruksi sederhana dan membangun
untuk recovery.
6. 
Mengizinkan pembalikan aksi.
Sedapat
mungkin
semua
aksi
dapat
dibalik. Fitur ini
mengurangi
kekhawatiran
karena
user
mengetahui
bahwa
error
dapat
diabaikan.
Bagian
pembalikan
ini
dapat
berupa
aksi tunggal, data entry, atau suatu grup aksi yang lengkap.
7. 
Support Internal Focus of Control. User yang sudah berpengalaman
menginginkan suatu perasaan
bahwa
mereka menguasai
sistem
dan
sistem harus merespon semua keinginan mereka.
8. 
Mengurangi beban
ingatan
jangka pendek. Terbatasnya kemampnan
manusia
untuk
ingatan jangka pendek membutuhkan perhatian
yang
cukup. Untuk mengatasi hal ini
dapat dilakukan dengan mengurangi
frekuensi dan pergerakan window dan dengan
waktu pelatihan
yang
cukup.