9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1
Pengertian Sistem Informasi
Sistem menurut
OBrien
(2003,
p8)
adalah sekumpulan elemen-elemen
terkait
yang
saling
berinteraksi
membentuk
satu kesatuan.
Sistem terdiri
dari
tiga
komponen dasar, yaitu:
a) Input,
merupakan komponen yang menerima elemen-elemen yang masuk ke dalam
sistem untuk diproses. Data merupakan salah satu bentuk input sistem.
b) Proses,
merupakan komponen yang mengolah input, kemudian mengubahnya menjadi
output. Kalkulasi data numerik merupakan salah satu bentuk proses sistem.
c) Output,
merupakan komponen yang menyebarkan elemen-elemen yang sudah diproses
ke
tujuan
yang
sudah
ditentukan.
Informasi
merupakan
salah
satu bentuk
output yang kemudian akan disampaikan kepada pengguna sistem.
Sistem juga
memiliki
dua
komponen
tambahan,
yaitu
umpan
balik
(feedback) dan pengendalian (control). Umpan balik merupakan komponen yang
terdiri
atas
data
mengenai
kinerja dari sebuah
sistem,
sedangkan pengendalian
merupakan komponen yang mengawasi dan mengevaluasi umpan balik untuk
menentukan apakah sebuah sistem telah mendukung pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
|
10
Informasi menurut OBrien (2003, p13) adalah data yang telah diolah
menjadi sesuatu yang memiliki arti dan kegunaan bagi pengguna sistem tertentu.
Sistem informasi adalah kumpulan sumber daya manusia, perangkat keras
(hardware), perangkat lunak (software),
jaringan
komunikasi
(communication
network), dan data yang mengumpulkan, mengolah, dan
menyebarkan
informasi
dalam sebuah
organisasi.
Atau
dapat dikatakan sebagai
sistem yang
menerima
data sebagai input dan mengolahnya menjadi informasi sebagai outputnya
(OBrien, 2003, p7).
Sedangkan
menurut
Turban
et
al.
(2003,
p15)
sistem informasi
adalah
sistem yang mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyebarkan
informasi untuk tujuan-tujuan tertentu.
Dari kedua penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
adalah
sistem yang
terdiri
dari
komponen-komponen
seperti
sumber
daya
manusia, perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan komunikasi, yang
mengumpulkan dan mengolah data sebagai input sistem, kemudian menganalisis
dan
menyebarkan
informasi
sebagai
output
sistem kepada
elemen-elemen
organisasi dengan tujuan tertentu.
2.1.2
Pengertian Akuntansi
Akuntansi
adalah
sistem informasi
yang
mengukur
aktivitas-aktivitas
bisnis,
memproses informasi tersebut menjadi laporan, dan mengkomunikasikan
hasilnya kepada para penggambil keputusan. Produk utama dari akuntansi adalah
laporan keuangan (Horngren et al., 2002, p5).
|
11
Sedangkan menurut Skousen et al. (2000, p5) akuntansi adalah aktivitas
pelayanan. Fungsinya adalah menyediakan
informasi
kuantitatif,
utamanya
informasi
keuangan,
mengenai
entitas ekonomi
yang
akan
berguna
dalam
membuat keputusan.
Dari kedua penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah
aktivitas
untuk
mencatat,
mengolah, dan menyajikan informasi yang berkaitan
dengan aktivitas-aktivitas bisnis suatu perusahaan, dimana informasi tersebut
dibutuhkan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2.1.3
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Rama dan Jones (2006, p13), Sistem Informasi Akuntansi adalah
sebuah subsistem dari sistem informasi manajemen yang menyediakan informasi
akuntansi
dan
keuangan,
serta
informasi lain
yang
didapatkan dari
pengolahan
rutin transaksi akuntansi.
Sedangkan
menurut
Moscove
et
al.
(2001,
p7),
Sistem Informasi
Akuntansi
adalah
subsistem informasi
dalam sebuah
organisasi
yang
mengumpulkan
informasi
dari
berbagai
subsistem suatu
organisasi
dan
mengkomunikasikannya kepada subsistem pengolah informasi organisasi.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi
Akuntansi adalah sebuah subsistem organisasi yang mengolah informasi yang
berkaitan dengan transaksi akuntansi dan
menyajikan
informasi tersebut kepada
pihak manajemen organisasi.
|
12
2.1.4
Kegunaan dan Tujuan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Rama dan Jones (2006, p6), kegunaan Sistem
Informasi Akuntansi
adalah:
Menghasilkan laporan eksternal
Para
pelaku bisnis
menggunakan sistem
informasi akuntansi
untuk
menghasilkan laporan khusus demi
memenuhi kebutuhan informasi pihak-
pihak yang berkepentingan, antara lain investor dan kreditor.
Mendukung aktivitas rutin
Para
manajer
membutuhkan
sebuah
sistem informasi
akuntansi
untuk
menangani aktivitas operasi rutin selama siklus operasi perusahaan berjalan,
misalnya menerima pesanan pelanggan, mengantar barang dan jasa, menagih
pelanggan, dan menerima kas.
Mendukung pengambilan keputusan
Informasi juga dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan
nonrutin pada semua tingkatan organisasi, seperti informasi mengenai produk
apa
yang paling
banyak
terjual dalam
satu semester
atau
pelanggan
mana
yang membeli dengan kuantitas terbanyak.
Mendukung perencanaan dan pengendalian
Informasi yang berkenaan dengan anggaran dan biaya standar disimpan
dalam sistem informasi, kemudian
laporan dirancang
untuk membandingkan
anggaran
dengan
aktual.
Disinilah
peran
sistem informasi
untuk
aktivitas
perencanaan dan pengendalian.
|
13
Menerapkan pengendalian internal
Pengendalian internal termasuk kebijakan perusahaan, prosedur, dan sistem
informasi
yang
digunakan
untuk
melindungi aset-aset perusahaan dari
kerugian atau kehilangan, dan untuk memelihara keakuratan data finansial.
Tujuan
ini
dapat
dicapai
dengan
membangun
sebuah
sistem informasi
akuntansi yang terkomputerisasi.
Sedangkan tujuan Sistem Informasi Akuntansi menurut Hall (2001, p44) meliputi:
Mendukung fungsi kepengurusan (stewardship) manajemen
Kepengurusan merujuk ke tanggung jawab manajemen untuk mengatur
sumber
daya
perusahaan
secara
benar.
Sistem informasi
menyediakan
informasi tentang kegunaan sumber daya ke pemakai eksternal melalui
laporan keuangan tradisional dan laporan-laporan
yang
diminta
lainnya.
Secara internal, pihak manajemen menerima informasi tersebut dari berbagai
laporan pertanggungjawaban.
Mendukung proses pengambilan keputusan manajemen
Sistem informasi memberikan informasi yang diperlukan para manajer untuk
melakukan tanggung jawab pengambilan keputusan.
Mendukung operasional harian perusahaan
Sistem informasi
menyediakan informasi
bagi
personel
operasi
untuk
membantu mereka
melakukan tugas
mereka setiap hari dengan efisien dan
efektif.
|
14
2.2
Sistem Informasi Akuntansi Siklus Pendapatan
2.2.1
Pengertian Proses Bisnis dan Siklus Transaksi
Proses bisnis menurut Rama dan Jones (2006, p18) pada
hakekatnya
adalah
satu rangkaian aktivitas yang dilakukan sebuah bisnis untuk mendapatkan,
menghasilkan, serta menjual barang dan jasa. Proses bisnis suatu perusahaan
dapat dipahami dengan berfokus pada siklus transaksinya, di mana sebuah siklus
transaksi mengelompokkan kejadian (event) yang saling berkaitan satu sama lain
dan umumnya terjadi dalam urutan tertentu.
Proses bisnis menurut Romney dan Steinbart (2005, p2) dapat dibedakan
menjadi empat siklus transaksi utama, yaitu:
Siklus Pengeluaran (Acquisition Cycle)
Siklus ini terdiri dari semua
aktivitas yang berhubungan dengan pembelian
barang atau jasa, dan pengeluaran kas untuk membayar barang atau jasa
tersebut.
Siklus Produksi (Conversion Cycle)
Siklus ini terdiri dari berbagai aktivitas yang berhubungan dengan
penggunaan berbagai sumber daya perusahaan untuk mengubah bahan baku
menjadi barang jadi.
Siklus Pendapatan (Revenue Cycle)
Siklus ini terdiri dari semua aktivitas yang berhubungan dengan penjualan
barang atau
jasa, dan penagihan kas dari pelanggan
untuk barang atau jasa
tersebut.
|
15
Siklus Penggajian (Payroll Cycle)
Siklus
ini
terdiri
dari
semua
aktivitas
yang
berhubungan
dengan
pengembangan dan pengelolaan yang efektif atas karyawan perusahaan.
2.2.2
Pengertian Siklus Pendapatan
Siklus
pendapatan
menurut
Hall
(2001, p58)
merupakan
aktivitas
penjualan
barang
jadi
yang
dilakukan
oleh
perusahaan
kepada pelanggannya, yang
melibatkan pemrosesan penjualan tunai, penjualan kredit, dan penerimaan kas.
Sedangkan menurut Romney dan Steinbart (2005, p5) siklus pendapatan
adalah rangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan pemrosesan informasi terkait yang
terus berulang dengan menyediakan barang dan jasa ke para pelanggan dan
menagih kas sebagai pembayaran dari penjualan-penjualan tersebut.
Pertukaran
informasi
eksternal
yang
paling
utama
dalam siklus
pendapatan adalah dengan pelanggan. Informasi mengenai berbagai aktivitas
siklus
pendapatan
juga
mengalir
ke
siklus akuntansi lainnya,
seperti
siklus
pengeluaran dan produksi, melalui database terpusat. Fungsi akuntansi
menggunakan
informasi
yang
dihasilkan oleh
siklus
pendapatan
untuk
mempersiapkan laporan keuangan dan kinerja perusahaan.
2.2.3
Tujuan Siklus Pendapatan
Tujuan utama siklus pendapatan menurut Romney dan Steinbart (2005, p5)
adalah untuk menyediakan produk yang tepat di tempat dan waktu yang tepat
dengan
harga
yang
sesuai
dan
menambah
nilai
kompetitif perusahaan dimata
pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders), seperti pelanggan, pesaing,
|
16
investor, dan kreditor. Agar
tercapai
tujuan
tersebut,
pihak
manajemen
harus
mengawasi dan
mengevaluasi efisiensi dan efektivitas proses siklus pendapatan.
Hal ini membutuhkan akses yang mudah ke data terinci
mengenai sumber daya
yang digunakan dalam siklus pendapatan, berbagai kegiatan yang mempengaruhi
sumber daya tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam berbagai kegiatan
tersebut.
Data
harus
aktual, andal,
dan
akurat
agar
dapat
berguna
bagi
pengambilan keputusan
2.2.4
Fungsi-Fungsi yang Terkait dengan Siklus Pendapatan
Berikut ini adalah fungsi-fungsi yang terkait dengan siklus pendapatan menurut
Bodnar dan Hopwood (2004, pp265-268):
Fungsi Penjualan
Fungsi
ini
antara
lain bertugas
menerima
pesanan
pelanggan,
meminta
otorisasi kredit, mengisi faktur penjualan tunai, serta menentukan tanggal dan
tujuan pengiriman.
Fungsi Kredit
Fungsi ini antara lain bertugas memberikan kredit kepada pelanggan dan
memeriksa status kredit pelanggan.
Fungsi Gudang
Fungsi ini antara lain bertugas menyimpan dan menyiapkan barang yang
dipesan pelanggan.
|
17
Fungsi Pengiriman
Fungsi ini antara lain bertugas menyerahkan barang atas dasar surat pesanan
penjualan yang diterimanya dari fungsi penjualan.
Fungsi Penagihan
Fungsi ini antara lain bertugas melakukan verifikasi pesanan berdasarkan
dokumen-dokumen pesanan yang diterimanya, kemudian membuat
dan
mengirimkan faktur kepada pelanggan.
Fungsi Akuntansi
Fungsi ini antara lain bertugas membuat pencatatan transaksi penjualan,
piutang dagang, serta penerimaan kas secara periodik.
Fungsi Kas
Fungsi
ini antara lain bertugas
sebagai penerimaan kas dari
hasil penjualan
untuk diteruskan ke bank.
Fungsi Pemeriksa atau Audit Internal
Fungsi ini antara lain bertanggung jawab dalam melaksanakan penghitungan
kas yang ada di tangan fungsi kas secara periodik, serta bertanggung jawab
dalam melakukan
rekonsiliasi
bank
untuk
mengecek
ketelitian
catatan
kas
terhadap fungsi akuntansi.
2.2.5
Dokumen yang Terkait dengan Siklus Pendapatan
Berikut
ini
adalah
dokumen-dokumen
yang
terkait
dengan
siklus
pendapatan
menurut Wilkinson et al. (2000, p419):
|
18
Customer order
Dokumen
ini
merupakan
pesanan
pembelian
dari
pelanggan;
dapat
dibuat
oleh pelanggan atau disiapkan oleh salesperson.
Sales order
Dokumen ini memiliki banyak lembar duplikat dan isinya pesanan pembelian
pelanggan.
Order acknowledgment
Dokumen ini merupakan duplikat dari sales order yang dikirimkan kepada
pelanggan untuk memberitahukan bahwa pesanan telah diterima.
Picking slip
Dokumen
ini
merupakan
duplikat
dari
sales
order
atau
dokumen
terpisah
yang dikirimkan ke fungsi gudang untuk mengambil barang yang dipesan.
Packing slip
Dokumen
ini
merupakan
duplikat
dari
sales
arder
atau picking
slip
yang
disertakan bersama barang pesanan ketika barang tersebut hendak
dikirimkan.
Billing of lading
Dokumen
ini
merupakan
dokumen pengiriman yang diperuntukkan kepada
agen jasa kurir yang mengirimkan barang pesanan.
Shipping notice
Dokumen ini merupakan duplikat dari sales order atau dokumen pengiriman
terpisah yang dibuat sebagai bukti bahwa barang telah dikirimkan.
|
19
Sales invoice
Dokumen ini dikirimkan kepada pelanggan untuk memberitahukan jumlah
tagihan atas pembelian yang dilakukan.
Remittance advice
Dokumen ini menunjukkan jumlah kas yang diterima dari seorang pelanggan.
Deposit slip
Dokumen ini digunakan untuk menyetor kas ke bank.
Credit memo
Dokumen ini menunjukkan jumlah kredit seorang pelanggan atas retur
penjualan yang dilakukannya atau penghapusan penjualan.
Credit application
Dokumen ini disiapkan ketika pelanggan baru mengajukan pembelian kredit,
berisi rincian data yang berkaitan
dengan kondisi keuangan terkini dari
pemohon dan tingkat pendapatannya.
Delinquent notice
Dokumen ini merupakan pemberitahuan yang dikirimkan kepada pelanggan
yang utangnya jatuh tempo.
Write-off notice
Dokumen ini disiapkan oleh manajer kredit ketika rekening piutang usaha
tertentu dianggap tidak tertagih.
Cash register receipts
Dokumen
ini
digunakan
oleh
retailer untuk
menunjukkan
jumlah
kas
yang
diterima.
|
20
2.2.6
Laporan-Laporan yang Terkait dengan Siklus Pendapatan
Laporan dari siklus pendapatan dibutuhkan untuk menganalisis operasional
perusahaan dan membantu keputusan perencanaan dan pengendalian perusahaan.
Laporan tersebut dijabarkan oleh Wilkinson et al. (2000, pp436-442) berikut ini:
Laporan operasional, terdiri dari:
-
Monthly statement
Berisi
daftar
transaksi
penjualan untuk
setiap
pelanggan.
Laporan
ini
dibuat berdasarkan informasi piutang dagang, tagihan penjualan, dan
penerimaan kas dari pelanggan.
-
Open orders report
Berisi pesanan penjualan yang belum dikirimkan seluruhnya dan ditagih.
-
Sales invoice register
Berisi daftar seluruh tagihan penjualan, diurutkan berdasarkan nomor
dokumen sales invoice.
-
Shipping register
Berisi daftar seluruh pengiriman, diurutkan berdasarkan tanggal
pengiriman.
-
Cash receipt journal
Berisi daftar jumlah yang diterima, diurutkan berdasarkan kronologis.
-
Credit memo register
Berisi daftar seluruh retur penjualan, diurutkan berdasarkan nomor credit
memo.
|
21
Laporan manajerial periodik, terdiri dari:
-
Account receivable aging schedule
Laporan ini dibuat berdasarkan informasi yang dipakai untuk membuat
monthly statement, dan berisi data mengenai saldo piutang setiap
pelanggan.
-
Reports on critical factors
Berisi informasi
mengenai kinerja perusahaan, seperti
rata-rata
jumlah
pemesanan pelanggan dan persentase pengiriman barang tepat waktu.
-
Sales analysis
Berisi kinerja keuangan relatif untuk setiap salesperson, daerah
penjualan, lini produk, dan pelanggan.
-
Cash-flow statements
Berisi sumber penerimaan kas, penggunaan kas untuk operasional, dan
penggunaan khusus lainnya selama periode akuntansi. Informasi dalam
laporan ini digunakan sebagai dasar untuk membuat perencanaan kas
(cash forecasting) dan penganggaran (budgeting).
2.2.7
Catatan yang Digunakan dalam Siklus Pendapatan
Berikut
ini
adalah
catatan (file)
yang digunakan dalam siklus pendapatan
menurut Wilkinson et al. (2000, p444):
Master Files, terdiri dari customer master file, account receivable master file,
dan merchandise inventory master file.
|
22
Transaction Files, terdiri dari sales order file, open sales order file (shipping
and billing), sales invoice transaction file, dan cash receipt transaction file.
Other Files, terdiri dari shipping and price data reference file, credit
reference file, salesperson file, sales history file, cash receipts history file,
dan account receivable report file.
2.2.8
Aktivitas Bisnis dalam Siklus Pendapatan
Empat
aktivitas
dasar
bisnis
yang
dilakukan
dalam siklus
pendapatan,
masih
menurut Romney dan Steinbart (2005, pp7-27) terdiri dari pencatatan pesanan
penjualan, pengiriman barang atau
jasa
pesanan
pelanggan,
penagihan piutang
pelanggan, dan penerimaan kas.
2.2.8.1 Pencatatan Pesanan Penjualan
Pencatatan pesanan penjualan terdiri dari tiga tahap:
Menerima pesanan pelanggan
Pesanan pelanggan dapat diterima
melalui berbagai
media komunikasi,
seperti telepon dan fax, atau melalui tenaga penjualan (salesperson) yang ada
di
lapangan. Saat
pesanan pelanggan
diterima,
bagian
penjualan
melakukan
uji validitas seperti nama dan alamat pelanggan yang membuat pesanan, serta
jenis dan jumlah barang atau jasa yang dipesan.
Menyetujui kredit pelanggan
Penjualan kredit kebanyakan dilakukan oleh pelaku antarbisnis (business-to-
business). Penjualan kredit
harus disetujui oleh
manajer penjualan sebelum
|
23
diproses,
dengan
memperhatikan
batas kredit untuk setiap pelanggan
berdasarkan histori catatan kredit pelanggan dan kemampuan untuk melunasi
utang tepat waktu. Otorisasi khusus untuk menyetujui kredit diperlukan bagi
pelanggan baru, pelanggan yang pesanannya yang melebihi batas kredit, atau
pelanggan yang belum membayar saldo lewat jatuh tempo.
Memeriksa ketersediaan persediaan
Setelah kredit yang diajukan dapat diproses lebih lanjut, bagian gudang akan
mengecek
jumlah
persediaan
untuk
memenuhi
pesanan
tersebut.
Gunanya
agar pelanggan dapat diinformasikan mengenai
perkiraan tanggal
pengiriman.
2.2.8.2 Pengiriman Barang atau Jasa Pesanan Pelanggan
Pengiriman barang atau jasa pesanan pelanggan terdiri dari dua tahap:
Mengambil pesanan pelanggan
Kartu
pengambilan
barang
yang
dicetak sesuai dengan pencatatan pesanan
penjualan akan memicu proses pengambilan atau pengepakan barang. Bagian
gudang akan mengidentifikasi jenis produk dan jumlahnya untuk
mengeluarkan barang tersebut dari persediaan. Kemudian akan dicatat jumlah
barang yang diambil dalam kartu stok internal gudang.
Mengirim pesanan
Bagian pengiriman kemudian akan membandingkan jumlah fisik barang yang
akan dikirimkan dengan
jumlah yang ditunjukkan dalam kartu
pengambilan
barang dan salinan pesanan penjualan. Tahap ini biasanya menghasilkan slip
|
24
pengepakan
barang
dan
dokumen pengiriman.
Salinan dari kedua
dokumen
ini akan dikirimkan ke bagian penagihan untuk
menunjukkan bahwa barang
tersebut telah dikirim dan selanjutnya faktur penjualan juga harus dibuat.
2.2.8.3 Penagihan dan Piutang Usaha
Penagihan dan piutang usaha terdiri dari dua tahap:
Menagih pelanggan
Merupakan aktivitas pemrosesan informasi yang meringkas informasi dari
pencatatan pesanan penjualan dan pengiriman barang atau jasa pesanan
pelanggan. Penagihan membutuhkan informasi
dari
bagian
pengiriman
mengenai jenis barang dan jumlah yang dikirimkan, serta informasi dari
bagian penjualan mengenai harga dan syarat-syarat penjualan. Bagian
penjualan akan membuat faktur penjualan yang memberitahukan pelanggan
mengenai jumlah yang harus dibayar dan kemana mengirimkan pembayaran.
Memelihara data piutang usaha
Bagian
akuntansi
yang
bertanggung
jawab atas pemeliharaan data piutang
usaha, selanjutnya akan menggunakan informasi dalam faktur penjualan
untuk mendebit rekening piutang pelanggan dan mengkreditnya saat
pembayaran piutang tersebut diterima. Penyesuaian rekening dapat dilakukan
bila ada pengembalian barang. Penghapusan rekening dengan
mengeluarkan
nota
kredit
juga
dapat
dilakukan
bila terjadi
upaya
menagih
pembayaran
sampai beberapa kali namun gagal.
|
25
2.2.8.4 Penerimaan Kas
Penerimaan kas dikelola oleh kasir, dengan menangani kiriman pembayaran dari
pelanggan dan menyimpannya ke bank. Sering pula terjadi pembayaran faktur
penjualan oleh konsumen diterima kasir dalam bentuk kas elektronis atau digital.
Kasir bertanggung jawab untuk menurunkan risiko pencurian kas dan
cek.
Fungsi
piutang
usaha
hanya
bertanggung
jawab
atas
pencatatan
kiriman
uang
pelanggan;
fungsi
ini
tidak memiliki
akses fisik
ke
kas
atau cek, namun
harus mampu mengidentifikasi sumber kiriman uang dari manapun dan faktur
penjualan yang dibayarkan harus dikredit.
2.3
Sistem Pengendalian Internal
2.3.1
Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Menurut Hall (2001, p150), sistem pengendalian internal (SPI) merangkum
kebijakan, praktek, dan prosedur yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai
empat
tujuan
utama,
yaitu
untuk menjaga
aktiva
perusahaan,
memastikan
keakuratan dan keandalan catatan dan informasi akuntansi,
mendorong efisiensi
dan efektivitas operasi perusahaan, dan mengukur kesesuaian dengan kebijakan
dan prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.
Sedangkan menurut Boockholdt (1999, p398), pengendalian internal
adalah sebuah proses (process) yang dilakukan oleh sumber daya manusia
organisasi (people)
untuk
mendapatkan
keyakinan
yang
memadai
(reasonable
assurance) atas tercapainya tujuan-tujuan perusahaan (objectives).
|
26
Dari kedua penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa SPI merupakan
sebuah proses
yang mencakup kebijakan, praktek dan prosedur
yang digunakan
sumber daya perusahaan untuk menjamin tercapainya tujuan-tujuan perusahaan.
2.3.2
Keterbatasan Sistem Pengendalian Internal
Dalam mengimplementasikan
kebijakan
dan
prosedur
SPI,
pihak
manajemen
perusahaan
berusaha
untuk
mencegah
terjadinya
tiga
keterbatasan utama
SPI,
yaitu kesalahan (errors), kolusi (collusion), dan wewenang manajemen yang
tumpang tindih (management override). Berikut ini penjelasan dari ketiga
keterbatasan tersebut menurut Boockholdt (1999, pp399-400):
Kesalahan (errors)
Kesalahan timbul saat karyawan
memberikan penilaian buruk atau perhatian
yang
minim terhadap
pekerjaan
yang
mereka
lakukan.
Penilaian
buruk
menghasilkan
keputusan
yang tidak
tepat akibat minimnya
pelatihan, serta
kurangnya pengalaman dan pengetahuan. Perhatian
yang
minim timbul dari
kepenatan, interupsi dari luar, atau kelelahan bekerja. SPI
yang efektif
akan
meminimalisir terjadinya kesalahan ini, meskipun perusahaan
telah berusaha
untuk merekrut sumber daya manusia terbaik.
Kolusi (collusion)
Kolusi terjadi ketika dua atau lebih karyawan berkonspirasi untuk melakukan
pencurian terhadap aset perusahaan. Kolusi tidak dapat diberantas begitu saja
dengan SPI, namun integritas dan kepuasan karyawan harus menjadi prioritas
pihak manajemen.
|
27
Wewenang manajemen yang tumpang tindih (management override)
Pihak
manajer
level atas memiliki otoritas yang
lebih banyak dibandingkan
karyawan yang berada pada level bawah,
sehingga
proses pengendalian
di
level atas menjadi tidak efektif. Wewenang manajemen yang tumpang tindih
itu tidak dapat dicegah dengan SPI pada umumnya, namun perusahaan dapat
berusaha maksimal dengan merekrut manajer loyal dan memberikan mereka
kompensasi yang sepadan untuk performa unggul mereka.
2.3.3
Komponen Sistem Pengendalian Internal
Menurut Wilkinson et al. (2000, pp234-237), terdapat lima komponen SPI yang
dikembangkan
oleh
Committee
of
Sponsoring Organization
of
The
Tradeway
Commission
(COSO)
dalam studi
yang
berjudul
Internal
Control
Integrated
Framework
yaitu: Lingkungan Pengendalian (Control Environment),
Penilaian
Risiko (Risk Assessment), Aktivitas Pengendalian (Control Activities), Informasi
dan Komunikasi (Information and Communication),
dan
Pengawasan
(Monitoring).
Organisasi memerlukan kelima komponen diatas untuk memastikan
pengendalian yang kuat atas aktivitas perusahaan. Kuat atau lemahnya
implementasi
masing-masing
komponen dipengaruhi oleh ukuran dan
kompleksitas perusahaan, jenis industri,
filosofi
manajemen,
dan
budaya
organisasi.
Berikut penjelasan dari kelima komponen pengendalian internal tersebut
(Wilkinson et al., 2000, pp237-241):
|
28
Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Merupakan komponen yang menentukan sifat (tone) dari sebuah organisasi
dan
berpengaruh
besar
dalam pencapaian
tujuan
organisasi.
Lemahnya
lingkungan pengendalian akan menghasilkan kelemahan pada komponen
lainnya, sehingga dianggap sebagai fondasi dari SPI.
Komponen lingkungan pengendalian terdiri atas tujuh subkomponen,
yaitu filosofi
manajemen dan gaya kepemimpinan, nilai integritas dan etika,
komitmen
terhadap
kompetensi,
dewan direksi dan komite audit, struktur
organisasi, pendelegasian otoritas dan tanggung jawab,
serta
kebijakan
dan
praktek menyangkut sumber daya manusia.
Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Merupakan komponen
yang
mengidentifikasi dan
menganalisis risiko
yang
mungkin menghalangi organisasi dalam mencapai tujuannya. Risiko tersebut
dapat diminimalisir dengan mengenali perubahan kondisi yang berdampak
secara
signifikan
terhadap
kinerja
perusahaan, melakukan
analisis
risiko,
mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi risiko, dan
mengelola risiko yang relevan.
Risiko
ini
timbul
dari
lingkungan
internal
dan
eksternal
organisasi.
Dari lingkungan eksternal, risiko dapat timbul dari kompetisi dengan pesaing,
perubahan ekonomi
atau teknologi, peraturan pemerintah, dan faktor alam.
Sedangkan risiko internal ditimbulkan dari
aktivitas spesifik organisasi,
antara
lain
gangguan
pada
sistem
informasi,
kesalahan
yang
timbul
akibat
|
29
karyawan yang tidak terlatih atau tidak termotivasi, perubahan pada tanggung
jawab dewan direksi atau komite audit.
Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Merupakan komponen yang berisi kebijakan, praktek, dan prosedur yang
diadopsi
manajemen
untuk
menghasilkan keyakinan
yang
memadai
atas
kinerja karyawan, apakah sudah sesuai atau belum dengan arahan
manajemen. Untuk mencapai tujuan ini, aktivitas pengendalian
diimplementasikan dengan mengacu kepada risiko-risiko tertentu yang telah
diidentifikasi saat menilai risiko.
Komponen
aktivitas
pengendalian terdiri
atas
dua
macam,
yaitu
pengendalian
umum dan
pengendalian
aplikasi.
Tujuan
dari
diterapkannya
kedua pengendalian ini adalah untuk memastikan keandalan dan integritas
sistem informasi yang memroses informasi finansial maupun nonfinansial.
a)
Pengendalian Umum (General Controls)
Pengendalian
umum terkait
dengan
semua
aktivitas
yang
terlibat
dalam
sistem informasi
akuntansi
perusahaan
dan
sumber
daya
(resources).
Pengendalian ini dipicu oleh lingkungan pengendalian internal dan
komponen-komponen pengendalian internal lainnya dalam sistem manual
maupun terkomputerisasi. Berikut ini adalah kategori utama pengendalian
umum untuk sistem pemrosesan informasi:
-
Organizational controls
Tujuan utama pengendalian ini adalah membentuk independensi
organisasi, antara lain dengan
melakukan pemisahan tugas atau
tanggung jawab (segregation of duties).
|
30
-
Documentation controls
Tujuan utama pengendalian ini adalah membantu karyawan
memahami
dan
mengintepretasi
prosedur dan kebijakan perusahaan,
dengan
membuat dan
memelihara dokumentasi
yang dibutuhkan
dalam kegiatan operasional perusahaan.
-
Asset accountability controls
Tujuan utama pengendalian ini adalah meminimalisasi kerugian
perusahaan akibat pencurian, kerusakan, atau kehilangan aset-aset
perusahaan yang produktif.
-
Management practice controls
Tujuan utama pengendalian ini adalah meniadakan risiko akibat
kurang cakapnya
manajemen dalam
mengelola perusahaan, termasuk
untuk prosedur penggantian sistem maupun pengembangan sistem
yang baru.
-
Information center operations controls
Tujuan
utama
pengendalian ini
adalah
memberikan keamanan
lebih
untuk sistem berbasiskan komputer,
meliputi prosedur pengoperasian
komputer dan pemeriksaan perangkat keras dan lunak dalam
komputer.
b) Pengendalian Aplikasi (Application Controls)
Pengendalian
aplikasi
terkait
dengan pemrosesan
tugas
atau
transaksi
akuntansi
tertentu.
Pengendalian ini
menyediakan
keamanan
yang
memadai atas pengaksesan dan penggunaan aset dan data-data akuntansi
lainnya. Pengendalian aplikasi secara umum dibagi menjadi:
|
31
-
Input controls
Tujuan utama pengendalian ini adalah mendeteksi dan mengoreksi
kesalahan sedini
mungkin saat transaksi hendak diproses.
Transaksi
harus dicatat dengan akurat, lengkap, dan cepat, sehingga jumlah
yang
sesuai
dapat
terlihat pada
rekening
yang
benar dalam periode
akuntansi dimana transaksi terjadi. Input controls ini diterapkan
dalam beberapa aktivitas,
yaitu pencatatan transaksi, pengelompokan
data transaksi, perubahan data transaksi, dan pengiriman data
transaksi.
-
Processing controls
Tujuan utama pengendalian ini adalah menjamin data diproses secara
akurat dan
lengkap,
transaksi
yang sah
telah
diikutsertakan, file dan
program yang sesuai telah diikutsertakan, dan seluruh transaksi dapat
dengan
mudah
dilacak. Processing
controls ini
diterapkan
dalam
beberapa
aktivitas,
yaitu
pemeriksanaan
manual,
pemeriksanaan
logika pemrosesan, pengendalian proses, pengubahan file dan
program, dan pelaksanaan audit atas bukti transaksi.
-
Output controls
Tujuan utama pengendalian ini adalah
menjamin
bahwa
informasi
yang dihasilkan harus lengkap dan dapat dipercaya, serta harus
didistribusikan kepada penerima yang berwenang. Output controls ini
diterapkan
dalam aktivitas review atas
hasil
yang
diproses
dan
penyebaran yang terkendali atas informasi yang dimiliki perusahaan.
|
32
Selain ketiga hal diatas, pengendalian aplikasi juga termasuk
authorization
controls.
Tujuan
utama pengendalian jenis ini adalah
memberikan
otorisasi
standar terhadap
pihak
yang
berwenang
untuk
menyetujui dan melaksanakan suatu transaksi. Transaksi yang dibuat oleh
pihak yang tidak
berwenang dapat mengakibatkan kerugian aset
perusahaan. Otorisasi tersebut berbentuk antara lain tanda tangan, inisial,
atau
cap
pihak
berwenang
pada
sistem manual.
Namun
pada
sistem
terkomputerisasi,
otorisasi
tampak sebagai verifikasi
transaksi
oleh
komputer.
Ketiga komponen yang telah disebutkan sebelumnya, bersama
dengan
authorization controls, harus dapat melakukan tindakan
pencegahan (preventive),
penemuan
(detective),
dan
perbaikan
(corrective) atas risiko kesalahan dan kehilangan aset perusahaan.
Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Merupakan komponen yang mengidentifikasi, memroses, dan
mengomunikasikan informasi sehingga fungsi yang terkait dapat
melaksanakan tanggung jawab mereka. Sistem informasi yang berfungsi
sebagaimana mestinya dapat menghasilkan laporan keuangan yang andal dan
tepat waktu.
Informasi harus dikomunikasikan secara efektif kepada semua personil
di organisasi secara keseluruhan. SIA
mengkomunikasikan informasi dalam
bentuk laporan tertulis standar, kebijakan perusahaan, laporan akuntansi dan
keuangan, serta memorandum.
|
33
Pengawasan (Monitoring)
Merupakan komponen akhir dari struktur pengendalian internal (SPI) yang
penerapannya bertujuan untuk menilai kualitas SPI pada suatu periode,
dengan melaksanakan aktivitas pengawasan rutin (ongoing) dan evaluasi
yang terpisah. Aktivitas pengawasan rutin, seperti pengawasan terhadap
kinerja karyawan yang dilakukan setiap hari, dan aktivitas pengawasan
terpisah, seperti pemeriksaan atas struktur pengendalian internal dan
transaksi akuntansi, dilaksanakan secara periodik.
2.4
Tujuan, Ancaman, dan Prosedur Pengendalian dalam Siklus Pendapatan
Di
dalam siklus
pendapatan,
Sistem Informasi
Akuntansi
(SIA)
yang
didesain
dengan baik harus menyediakan pengendalian yang memadai untuk memastikan
bahwa tujuan-tujuan berikut ini tercapai (Romney dan Steinbart, 2005, pp30-37):
Semua transaksi telah diotorisasikan dengan benar.
Semua transaksi yang dicatat valid (benar-benar terjadi).
Semua transaksi yang valid dan disahkan, telah dicatat.
Semua transaksi dicatat dengan akurat.
Aset (kas, persediaan, dan data) dijaga dari kehilangan ataupun pencurian.
Aktivitas bisnis dilaksanakan secara efisien dan efektif.
Tujuan-tujuan diatas dapat tercapai dengan dukungan dokumen yang
sederhana
dan
mudah
digunakan
oleh
fungsi-fungsi yang terkait dengan siklus
pendapatan.
Pemeriksaan
terhadap
validitas
transaksi,
baik terhadap
pencatatan
manual maupun elektronik, akan menciptakan pengendalian internal yang
|
![]() 34
memadai bagi perusahaan. Dokumen harus dilengkapi dengan catatan mengenai
siapa
yang
membuat
dokumen tersebut
dan
siapa
yang
memeriksa,
untuk
menjamin bahwa transaksi tersebut telah disahkan secara benar. Penggunaan
nomor
urut
tercetak
pada
dokumen
juga menambah
pengendalian
internal
atas
sistem yang berjalan di perusahaan.
Ancaman dan pengendalian dalam siklus pendapatan dapat dilihat dalam
Tabel 2.1. Dalam tabel tersebut, dibedakan ancaman dan pengendalian berdasarkan
keempat aktivitas dalam siklus pendapatan.
Tabel 2.1 Ancaman dan Pengendalian dalam Siklus Pendapatan
Aktivitas
Ancaman
Prosedur Pengembalian yang
Dapat Diterapkan
(1) Pencatatan
pesanan penjualan
1. Pesanan pelanggan yang
tidak
lengkap
atau
tidak
akurat
2. Penjualan secara
kredit
ke
pelanggan
yang
memiliki catatan
kredit
buruk
3. Keabsahan pesanan
4. Habisnya
persediaan,
biaya penggudangan,
dan pengurangan harga
Pemeriksaan
terhadap
pencatatan
(entry)
data
pesanan
Persetujuan
kredit oleh
manajer
bagian
kredit,
bukan
oleh
fungsi
penjualan, catatan
yang
akurat atas
saldo
rekening
pelanggan
Tanda
tangan di atas
dokumen
kertas
Sistem
pengendalian
persediaan
(2) Pengiriman
barang
atau
jasa
pesanan
pelanggan
5. Kesalahan
pengiriman:
barang
dagangan yang
salah,
jumlah yang
salah,
atau
alamat yang
salah
6. Pencurian persediaan
Rekonsiliasi
pesanan
penjualan dengan
kartu
pengambilan barang;
pengendalian aplikasi
saat
pencatatan (entry)
transaksi
Batasi
akses
fisik
ke
persediaan;
Dokumentasi
semua
transfer internal
persediaan;
Perhitungan
fisik
persediaan
secara
periodik dan
rekonsiliasi
perhitungan
dengan
jumlah
yang dicatat;
|
![]() 35
(3) Penagihan
piutang pelanggan
7. Kegagalan
untuk
menagih pelanggan
8. Kesalahan
dalam
penagihan
9. Kesalahan
dalam
memasukkan
data
ketika
memperbaharui
(update) piutang usaha
Pemisahan
fungsi
pengiriman
dan
penagihan;
Pemberian
nomor
terlebih dahulu
ke
semua dokumen
pengiriman dan
rekonsiliasi faktur
secara
periodik;
Rekonsiliasi
kartu pengambilan barang
dan
dokumen
pengiriman
dengan pesanan pelanggan;
Pengendalian
dalam
pengubahan (edit) catatan
pesanan pelanggan;
Rekonsiliasi
buku
pembantu
piutang usaha
dengan buku
besar;
Laporan
bulanan
ke
pelanggan;
(4)
Penerimaan kas
10. Pencurian kas
Pemisahan
tugas
sebagai
kasir; Konfirmasikan
pengesahan dan
penyimpanan semua
penerimaan kas;
Rekonsiliasi periodik
antara
laporan
bank
dengan
catatan
seseorang yang
tidak
terlibat dalam
pemrosesan penerimaan
kas;
(5) Masalah-masalah
Pengendalian
Umum
11. Kehilangan data
12. Kinerja yang Buruk
Prosedur
cadangan
dan
pemulihan dari
bencana
(disaster recovery);
Pengendalian akses
(secara
fisik dan logis);
Persiapan
dan tinjauan
atas
laporan kinerja;
Sumber: Romney dan Steinbart (2005)
2.4.1 Pengendalian dalam Aktivitas Pencatatan Pesanan Penjualan
Tujuan utama aktivitas pencatatan pesanan penjualan adalah
untuk secara akurat
dan efisien memproses pesanan pelanggan, memastikan bahwa perusahaan
menerima
pelunasan
untuk
semua
penjualan secara kredit, memastikan bahwa
semua penjualan sah, serta untuk meminimalkan hilangnya pendapatan akibat dari
|
36
manajemen
persediaan
yang kurang
baik.
Ancaman
nomor 1
sampai dengan
4
pada tabel 2.1 menghubungkan tujuan-tujuan ini.
Ancaman
pertama
adalah
pesanan pelanggan
yang tidak lengkap atau
tidak
akurat,
yang
mana
merupakan
ancaman
dasar
untuk aktivitas
pencatatan
pesanan
penjualan.
Apabila
data
pesanan
hilang
atau tidak
akurat,
akan
menimbulkan inefisiensi karena perlunya menghubungi kembali pelanggan. Selain
itu juga akan menimbulkan persepsi negatif di mata pelanggan dan berpengaruh
terhadap penjualan di masa yang akan datang.
Ancaman kedua adalah penjualan secara kredit ke pelanggan yang
memiliki catatan kredit buruk, karena kemungkinan piutang menjadi tidak tertagih.
Mensyaratkan otorisasi yang benar untuk setiap penjualan kredit akan mengurangi
ancaman ini, antara lain dengan menetapkan batas kredit untuk setiap pelanggan.
Otorisasi diberikan oleh manajer penjualan kredit (terpisah dari fungsi pemasaran),
yang menetapkan kebijakan kredit, menyetujui
pemberian
kredit
ke
pelanggan
baru dan kenaikan batas kredit bagi pelanggan lama.
Ancaman ketiga adalah keabsahan pesanan. Pada perusahaan yang masih
menggunakan
sistem manual
atau
nonkomputerisasi,
keabsahan pesanan didapat
dengan menerima pesanan pembelian yang telah ditandatangani dari pelanggan.
Seiring berkembangnya
teknologi, perusahaan yang sudah memanfaatkan sistem
terkomputerisasi online, keabsahan pesanan tersebut dapat dilihat dari penggunaan
tanda tangan digital dan sertifikat digital.
Ancaman keempat adalah habisnya persediaan, biaya penggudangan, dan
pengurangan
harga.
Penjualan
akan
hilang apabila perusahaan kehabisan
persediaan, namun apabila kelebihan persediaan akan meningkatkan biaya
|
37
penggudangan dan memerlukan pengurangan harga. Diperlukan sistem
pengendalian
persediaan
dan
perkiraan penjualan yang akurat.
SIA
yang
sudah
online
memfasilitasi penggunaan metode persediaan perpetual, sehingga jumlah
persediaan yang tersedia untuk dijual adalah akurat.
2.4.2 Pengendalian dalam Aktivitas Pengiriman Barang atau Jasa Pesanan
Pelanggan
Tujuan utama dari fungsi pengiriman adalah untuk memenuhi pesanan pelanggan
secara
efisien
dan
akurat,
serta
untuk menjaga persediaan barang perusahaan.
Ancaman nomor 5 dan 6 pada tabel 2.1 menghubungkan tujuan-tujuan ini.
Ancaman kelima adalah kesalahan pengiriman, di mana dapat terjadi
kesalahan terkait dengan barang yang salah, jumlah barang yang salah, atau alamat
pengiriman yang salah. Kesalahan-kesalahan ini harus dapat diatasi oleh
perusahaan, karena dapat mengurangi kepuasan pelanggan dan
memberi dampak
pada
penjualan
di
masa
yang akan
datang. Selain
itu juga dapat
mengakibatkan
potensi kehilangan aset apabila pelanggan tidak membayar barang yang salah
kirim. SIA online dapat diterapkan untuk mendeteksi atau memperbaiki kesalahan
apapun sebelum barang dagangan
meninggalkan
gudang,
membandingkan antara
data pesanan penjualan dan surat jalan.
Ancaman
keenam adalah pencurian persediaan, dan ancaman
ini dapat
mengakibatkan perusahaan rugi besar. Selain kerugian aset, pencurian juga
membuat
catatan
persediaan
menjadi
tidak akurat.
Prosedur
pengendalian
yang
dapat diterapkan perusahaan antara lain menyimpan persediaan dalam lokasi yang
aman dengan pembatasan akses secara
fisik,
mendokumentasikan semua transfer
|
38
persediaan
di
dalam perusahaan,
dan
secara
periodik
merekonsiliasi
jumlah
persediaan
yang
dicatat
dengan jumlah
persediaan
secara
fisik
yang
dimiliki
perusahaan.
2.4.3 Pengendalian dalam Aktivitas Penagihan Piutang Pelanggan
Tujuan
utama dari
fungsi penagihan dan piutang usaha adalah untuk memastikan
bahwa para pelanggan ditagih untuk semua penjualan, bahwa faktur penjualan
akurat, dan bahwa catatan rekening pelanggan dipelihara secara akurat. Ancaman
nomor 7 sampai 9 pada tabel 2.1 menghubungkan tujuan-tujuan ini.
Ancaman ketujuh adalah kegagalan untuk menagih pelanggan, dimana
ancaman
ini
dapat
mengakibatkan
kerugian aset
perusahaan
dan
kesalahan
data
penjualan, persediaan, serta piutang usaha. Perusahaan dapat mengatasinya dengan
melakukan pemisahan atas fungsi pengiriman dan penagihan. Pesanan penjualan,
dokumen pengiriman, dan faktur penjualan harus diberi nomor urut tercetak.
Ancaman kedelapan adalah kesalahan dalam penagihan. Kesalahan
yang
dapat terjadi yaitu kesalahan dalam mencantumkan harga barang dan menagih
pelanggan atas barang yang tidak dikirim. Kelebihan penagihan dapat
mengakibatkan ketidakpuasan pelanggan, dan kekurangan penagihan
mengakibatkan
kerugian
aset.
Kesalahan
dalam mencantumkan
harga
dapat
dihindari
dengan
melihat file persediaan. Kesalahan atas jumlah barang yang
dikirim dapat
diketahui
dengan
merekonsiliasi
jumlah
yang
tercantum
dalam
dokumen pengiriman dengan jumlah dalam pesanan penjualan.
Ancaman
kesembilan
adalah
kesalahan
dalam memasukkan
data
ketika
memperbaharui (update) piutang usaha pelanggan. Kesalahan ini berdampak pada
|
39
hilangnya penjualan di masa mendatang dan menunjukkan kemungkinan
pencurian kas. Untuk
menghindari ancaman ini, perusahaan dapat
melakukan uji
validitas atas data pelanggan dan nomor faktur penjualan. Selain itu juga dilakukan
verifikasi transaksi untuk memastikan bahwa rekening yang dikredit sudah benar.
Secara periodik dibutuhkan rekonsiliasi antara buku pembantu piutang usaha
dengan akun utang usaha pada buku besar. Solusi lainnya adalah mengirimkan
melalui surat laporan rekening bulanan ke setiap pelanggan atas piutang mereka,
sehingga perusahaan dapat mengetahui apabila rekening pelanggan belum dikredit
dengan benar untuk pembayaran yang telah mereka kirimkan.
2.4.4 Pengendalian dalam Aktivitas Penerimaan Kas
Tujuan utama
dari fungsi penerimaan kas adalah untuk menjaga kiriman uang
pelanggan. Ancaman nomor 10 pada tabel 2.1 berhubungan dengan tujuan ini.
Ancaman
kesepuluh
adalah
pencurian kas.
Prosedur pengendalian
yang
efektif adalah pemisahan tugas, dimana karyawan yang memiliki akses secara fisik
terhadap kas tidak memiliki tanggung jawab untuk mengotorisasi apa pun yang
melibatkan penerimaan kas. Melakukan dokumentasi yang baik atas kiriman uang
sebagai pelunasan piutang pelanggan perlu
untuk dilakukan. Kredit total piutang
usaha yang dicatat oleh fungsi akuntansi
harus sama dengan debit total kas
yang
menyajikan jumlah uang pada kasir. Sebaiknya semua uang kiriman pelanggan
disetorkan ke bank setiap hari untuk mengurangi jumlah kas dan cek yang beresiko
untuk dicuri, kemudian melakukan rekonsiliasi laporan bank dengan catatan
penjualan, piutang usaha, dan penerimaan kas. Karyawan yang merekonsiliasi
|
40
laporan bank harus independen dari aktivitas yang melibatkan pencatatan kas
karena menghindari manipulasi laporan bank untuk menutupi pencurian kas.
2.4.5 Masalah-masalah Pengendalian Umum
Dua
tujuan
umum yang
berhubungan
dengan
semua
aktivitas
dalam siklus
pendapatan adalah bahwa data tersedia
ketika
dibutuhkan
dan
bahwa
semua
aktivitas dilakukan secara efisien dan efektif.
Ancaman
nomor 11 dan 12 dalam
Tabel 2.1 adalah ancaman-ancaman umum yang mempengaruhi semua tahap
siklus pendapatan.
Ancaman kesebelas adalah kehilangan data mengenai rekening
pelanggan. Rekening pelanggan dan catatan persediaan harus akurat, tidak hanya
untuk tujuan pelaporan internal dan eksternal
saja,
tapi
juga
untuk
merespons
pertanyaan pelanggan dan menjamin kelangsungan perusahaan. Catatan-catatan
tersebut harus dilindungi dari kehilangan atau kerusakan, sehingga diperlukan file
cadangan dan pemulihan dari bencana. Pengendalian akses atas informasi yang
penting juga mutlak diperlukan; informasi pelanggan tidak boleh bocor ke tangan
pesaing karena dapat menurunkan penjualan dan membuat perusahaan
menghadapi tuntutan hukum
Ancaman keduabelas adalah kinerja perusahaan yang buruk.
Pengendalian internal dilaksanakan
untuk memastikan akurasi transaksi, menjaga
aset perusahaan, dan mendorong dilaksanakannya tugas karyawan secara efektif
dan efisien. Mempersiapkan dan meninjau laporan memberikan dasar untuk
menilai
efisiensi
dan
efektivitas
berbagai
aktivitas dari
siklus pendapatan dan
mengurangi ancaman atas kinerja karyawan
yang dibawah standar.
Laporan
|
41
analisis penjualan dan laporan analisis profitabilitas dapat menjadi salah satu
acuan untuk menilai aktivitas penjualan perusahaan. Sedangkan laporan umur
piutang usaha per pelanggan dapat dipakai untuk mengevaluasi kebijakan kredit
perusahaan saat itu dan memutuskan kenaikan batas kredit seorang pelanggan.
2.5
Pengertian Bisnis Ritel
2.5.1 Pengertian Umum Ritel
Menurut Sopiah dan Syihabudhin (2008, pp2-7), ritel (retailing)
merupakan
sebutan untuk perdagangan eceran (retailing business), yang diartikan sebagai
suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir. Perdagangan
eceran
adalah
mata
rantai
terakhir
dalam pendistribusian
barang
dan
jasa
dari
produsen ke konsumen dan pelaku bisnis ini dinamakan pedagang eceran atau
peritel.
Peritel, sebagai salah satu pelaku kegiatan pemasaran, berperan penting
dalam proses penyaluran barang dan
jasa. Dari sudut produsen, peritel dipandang
sebagai
pihak
yang
ahli
dalam bidang penjualan
produk
yang
diproduksinya.
Sedangkan dari sudut
konsumen, peritel dipandang sebagai agen yang membeli,
mengumpulkan, dan menyediakan produk untuk
memenuhi kebutuhan konsumen
Dengan adanya peritel, produsen dapat menyalurkan produknya kepada konsumen
dengan efisien dan dapat diandalkan.
2.5.2 Konsep Dasar Bisnis Ritel
Setiap bisnis, baik bisnis yang menjual barang maupun jasa, pada dasarnya
menyediakan jasa kepada konsumen (Kotler, 2002, p5). Bisnis ritel yang utamanya
|
42
berperan
sebagai
penyalur
barang
dan jasa
dari
produsen,
juga
tidak
dapat
dipisahkan
dari
aspek jasa atau pelayanan (service).
Secara
umum,
pelayanan
tersebut
antara
lain
kecepatan
dalam melayani
pelanggan,
kemudahan
dalam
mendapatkan produk, dan harga yang kompetitif. Di tengah persaingan antarperitel
yang semakin ketat, setiap peritel dituntut
untuk memiliki perbedaan dalam aspek
pelayanannya dan mengedepankan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan.
Peritel yang berhasil adalah peritel yang dapat menyesuaikan produk
yang dijualnya dengan permintaan pelanggan (Sopiah dan Syihabudhin, 2008, p9).
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai perdagangan eceran (disebut 7T), terdiri
atas:
1.
Tersedianya barang yang tepat
2.
Pada waktu yang tepat
3.
Di tempat yang tepat
4.
Dalam kuantitas yang tepat
5.
Dengan harga yang tepat
6.
Dengan cara penjualan yang tepat
7.
Dalam kualitas yang tepat
2.5.3 Konsep Distribusi dalam Bisnis Ritel
Distribusi secara
harafiah
artinya
cara
dimana
produk
hasil
industri bisa
disebarkan di antara banyak orang. Namun, arti distribusi ini berkembang menjadi
keseluruhan proses penyimpanan, penanganan, pendistribusian, dan pengendalian
barang
konsumsi
dari
tempat
dibuat
atau
tempat asalnya,
sampai
ke
titik
akhir
|
43
penjualan atau pemakaian (Sopiah dan Syihabudhin, 2008, p128). Ada tiga istilah
pada konsep distribusi, yaitu:
a)
Distribusi
langsung,
artinya
barang
dipindahkan
langsung
dari
produsen
ke
toko pelanggan. Produsen harus memiliki kemampuan logistik yang kuat untuk
mendukung distribusi jenis ini.
b) Distribusi
primer,
artinya barang
dipindahkan
dari
produsen
ke
gudang
perantara.
c)
Distribusi sekunder, artinya barang dipindahkan dari gudang perantara ke toko
pelanggan. Perdagangan eceran masuk dalam distribusi jenis ini, termasuk
agen (distributor) resmi penjualan produk tertentu.
2.5.4 Klasifikasi Bisnis Ritel
Bisnis
ritel
secara
umum
dapat
dibedakan
menjadi
dua
kelompok
besar,
yaitu
perdagangan eceran besar dan perdagangan eceran kecil.
a)
Perdagangan eceran besar (wholesaler)
Meliputi toko satu lini
produk (specialty store), toko diskon, toko serba ada
(department store), supermarket, hypermarket, dan agen.
b) Perdagangan eceran kecil
Meliputi pedagang eceran kecil berpangkalan dan tidak berpangkalan.
Pedagang eceran kecil berpangkalan memiliki tempat penjualan permanen,
misalnya toko kelontong dan warung. Pedagang eceran kecil tidak
berpangkalan memiliki tempat penjualan yang berpindah-pindah, misalnya
pedagang kaki lima.
|
44
2.6
Evaluasi Pemberian Kredit Konsumen
Secara
umum,
konsumen
yang
mengajukan
kredit
(pemohon
kredit)
dievaluasi
berdasarkan 5C (Munawir, 2004, pp235-237), yaitu:
a) Character
Character
merujuk
kepada
sifat-sifat pribadi,
watak,
dan
kejujuran
dari
pemohon kredit. Faktor-faktor utama yang menunjukkan karakter pemohon
adalah tingkah laku, catatan kredit yang lampau, dan opini orang lain.
b) Capacity
Capacity merujuk kepada kemampuan pemohon kredit untuk membayar setiap
tagihan
yang
timbul.
Faktor
obyektif yang
dapat
digunakan
untuk
menilai
kapasitas adalah jumlah pendapatan pemohon.
c) Collateral
Collateral
merujuk kepada sumber daya yang dimiliki pemohon kredit. Dapat
disebut juga jaminan yang dikaitkan dengan besarnya aktiva yang dapat
dijaminkan.
Faktor-faktor
obyektif
yang
dapat
digunakan
untuk
menilai
jaminan antara lain aset apa saja yang dimiliki pemohon kredit dan aset apa saja
yang sifatnya produktif untuk pemohon.
d) Capital
Capital
merujuk
kepada
posisi
finansial
pemohon
kredit,
apakah
sehat
atau
tidak jika ditelusur dengan pendekatan rasio finansial sederhana. Rasio yang
dapat
digunakan antara
lain
likuiditas,
solvabilitas,
dan rentabilitas
dari
pemohon kredit.
|
45
e) Conditions
Conditions merujuk kepada kondisi makro dan
mikro ekonomi
dari
pemohon
kredit. Faktor-faktor obyektif yang dapat digunakan untuk menilai kondisi
antara lain keadaan ekonomi yang dapat mempengaruhi perkembangan usaha
pemohon kredit dan kondisi usaha pemohon kredit.
2.7
Pengertian Konsep Object-Oriented Analysis and Design
Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian
object-oriented analysis and
design (OOA&D), system definition, rich picture, FACTOR, problem-domain
analysis, application-domain analysis, dan architecture design.
2.7.1 Pengertian Object
Menurut Mathiassen et al. (2000, p4), object adalah suatu entitas yang memiliki
identitas (identity), daur hidup (state), dan tingkah laku (behaviour). Setiap objek
digambarkan
secara berkelompok dalam sebuah class, karena ada beberapa objek
yang menggunakan struktur, tingkah laku, dan atribut secara bersama-sama.
Sedangkan menurut Whitten et al. (2004, p190), object adalah
enkapsulasi dari data (yang disebut properties), yang mendeskripsikan orang,
tempat, kejadian, atau benda tertentu dengan semua prosesnya (yang disebut
method), untuk digunakan dalam mengubah data dan propertiesnya.
Dengan
demikian dapat
disimpulkan
bahwa
object
adalah suatu
entitas
yang dapat
berupa orang,
tempat,
kejadian,
atau benda tertentu,
kemudian
memiliki data (properties) yang akan berubah oleh tingkah laku (behaviour) yang
dijalankannya.
|
46
2.7.2 Pengertian Object-Oriented Analysis and Design
Object
merupakan
dasar
dalam konsep
object-oriented
analysis
and
design (OO&AD). Whitten et al. (2001, p97) berpendapat bahwa OOA&D
adalah aktivitas menggabungkan data dan proses menjadi suatu entitas tunggal
yang disebut objects. OOA&D memperkenalkan object diagrams
yang
mendokumentasikan
sebuah
sistem,
dilihat
dari
objek-objek
yang
ada
di
dalamnya dan interaksi antarobjek tersebut.
Mathiassen et al. (2000, pp12-15) menyatakan bahwa OOA&D adalah
panduan
umum untuk
melaksanakan
analisis
dan
perancangan
suatu
sistem,
namun harus disesuaikan dengan proyek dan organisasi yang menjalankannya.
Object-oriented analysis menekankan pada penemuan dan pendeskripsian objek
atau
konsep
pada
problem
domain. Sedangkan
object-oriented
design
menekankan
pada
pendefinisian software
object
di
application
domain
dan
diimplementasikan pada bahasa pemrograman
yang
logis
sebagai
solusi
permasalahan.
Dapat
disimpulkan
bahwa
OOA&D
adalah aktivitas
analisis
dan
perancangan sistem, dengan menentukan
problem-domain dan
mencari
solusi
yang logis berbasis objek atas permasalahan yang dihadapi.
OOA&D
merefleksikan
empat
perspektif
utama
perihal
sistem dan
konteksnya, yaitu
isi informasi sistem tersebut, bagaimana sistem tersebut akan
digunakan, sistem tersebut secara keseluruhan, dan komponen-komponen sistem
tersebut.
Keempat
perspektif
ini
terkait
dengan
keempat
aktivitas
utama
dari
|
![]() 47
OOA&D,
yaitu:
problem-domain
analysis,
application-domain
analysis,
architecture design, dan component design.
Problem-
domain
analysis
Requirements
for use
Application-
domain
analysis
Model
Component
design
Specifications
of architecture
Specifications
of components
Architectural
design
Gambar 2.1 Aktivitas Utama OOA&D dan Hasil-hasilnya
Sumber: Mathiassen et al. (2000)
2.7.3 Pengertian Rich Picture
Menurut Mathiassen et al. (2000, p26), rich picture adalah gambar informal yang
digunakan
untuk
menjelaskan
pemahaman
terhadap
situasi
tertentu
dari
sistem
yang sedang berlangsung, secara cepat dan tepat kepada penggunanya. Rich
picture dapat memfasilitasi komunikasi yang baik antarpengguna sistem.
Untuk
menggambarkan
sistem dengan
baik,
pengembang
sistem harus
memahami
budaya
organisasi
dan
masalah
yang
dihadapi
sistem dengan
mengunjungi organisasi dan
melihat bagaimana organisasi beroperasi. Selain itu,
pengembang sistem juga dapat berbicara dengan banyak orang
untuk mengetahui
apa yang terjadi atau seharusnya terjadi, dan melakukan wawancara formal dengan
anggota organisasi.
|
48
2.7.4 Pengertian System Definition
Mathiassen et
al.
(2000,
p24)
menyatakan
bahwa
system definition adalah
deskripsi singkat atas sebuah sistem yang terkomputerisasi, yang dinyatakan dalam
bahasa
alamiah.
System
definition mengekspresikan
properti
fundamental
untuk
pengembangan dan penggunaan
suatu
sistem. Deskripsi yang diberikan meliputi
sistem dalam konteks, informasi apa yang harus terkandung, fungsi apa yang harus
tersedia, dimana sistem tersebut digunakan, dan kondisi pengembangan sistem
seperti apa yang berlaku.
System
definition bertujuan
untuk
menjelaskan
berbagai
interpretasi
sistem
dan
kemungkinan
yang
ada.
Selain
itu,
system
definition
juga membantu
pengembang
sistem dalam menjaga
suatu pandangan
umum
atas pilihan-pilihan
yang
berbeda
dan
membandingkan
berbagai
alternatif. System
definition
yang
dipilih
harus
menjadi
dasar
yang kokoh,
yang
diperlukan
untuk
melanjutkan
aktivitas analisis dan perancangan sistem.
2.7.5 Kriteria FACTOR
Kriteria FACTOR digunakan sebagai alat bantu dalam membuat system definition
yang
singkat
dan
padat,
sehingga
menghasilkan
deskripsi
sistem
secara
umum
yang mudah untuk dipahami
dan dibandingkan berbagai alternatifnya. FACTOR
merupakan
elemen
kunci
dalam
system
definition
di
mana
keenam huruf
penyusunnya mewakili arti masing-masing, yaitu:
Functionality
Fungsi sistem yang mendukung tugas-tugas utama application-domain.
|
49
Application-domain
Bagian
organisasi
yang
mengatur,
mengawasi,
atau
mengendalikan
suatu
problem-domain.
Conditions
Kondisi di mana sistem akan dikembangkan dan digunakan.
Technology
Teknologi yang digunakan untuk mengembangkan dan menjalankan sistem.
Objects
Objek-objek utama dalam problem-domain.
Responsibility
Tanggung jawab sistem secara keseluruhan dalam hubungannya dengan konteks
sistem.
2.7.6 Pengertian Problem-Domain Analysis
Mathiassen et
al.
(2000,
p45)
mengemukakan
bahwa problem-domain
adalah
bagian
dari
konteks
yang diatur, diawasi, atau
dikendalikan
oleh sebuah sistem.
Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk mengidentifikasi dan membangun sebuah
model
yang
dapat
digunakan
oleh
pengembang
sistem untuk
merancang
dan
mengimplementasikan sebuah sistem yang dapat memproses, mengkomunikasikan,
dan
menyajikan
informasi
yang
berguna
mengenai problem-domain. Prinsip dari
problem-domain analysis yaitu:
-
Membuat model dari keadaan sebenarnya, seperti yang dilihat pengguna sistem
-
Membuat gambaran umumnya terlebih dahulu, dilanjutkan gambaran detilnya
|
![]() 50
Problem-domain
analysis
terbagi
dalam tiga
subaktivitas, yaitu
aktivitas
membuat
classes, kemudian
dilanjutkan
dengan structure
dan
behaviour.
Ketiga
aktivitas
ini dapat
dilihat dalam
gambar
2.2.
Pertama,
memilih objects,
classes,
dan
events yang
bakal
menjadi
elemen
dari
model problem-domain.
Kedua,
mengembangkan
model dengan berfokus pada hubungan struktural antara classes
dan
objects
yang
dipilih.
Ketiga,
menambahkan
properties
yang
dinamis
pada
classes. Hasil dari problem-domain analysis adalah class diagram.
System definition
Classes
Behaviour
Structure
Model
Gambar 2.2 Aktivitas dalam Pemodelan Problem-Domain
Sumber: Mathiassen et al. (2000)
2.7.6.1 Classes
Menurut Mathiassen et al. (2000, p50), class adalah gambaran dari kumpulan
objek-objek
yang
saling berbagi
(sharing) dalam hal structure, behaviour
pattern, dan attributes. Selain classes dan objects, konsep lainnya adalah events,
yang dinyatakan sebagai kejadian seketika yang melibatkan satu
object atau
lebih. Tujuan dari aktivitas class adalah memilih elemen-elemen dari
model
problem-domain.
Aktivitas ini memiliki beberapa kegiatan
utama:
Pertama,
melakukan
abstraksi pada problem-domain
dengan
melihatnya
sebagai objects
dan
events.
Kedua, mengklasifikasikan objects dan events tersebut dan
memilih
mana saja
|
![]() 51
dari
classes
dan
events yang
informasinya
akan
dipertahankan
oleh
sistem.
Pemilihan
classes
bertujuan
untuk
mendefinisikan
dan
membatasi problem-
domain,
sedangkan pemilihan events bertujuan
untuk
memberi ciri khas
pada
setiap class.
Hasil
dari
aktivitas
pertama problem-domain
analysis
ini
adalah
suatu
event table dengan classes dan events yang terkait, dapat dilihat pada tabel 2.2.
Dimensi
horizontal
menunjukkan classes
yang
dipilih,
dan
dimensi
vertikal
menunjukkan events yang dipilih. Sebuah tanda centang mengindikasikan bahwa
objek dari class tersebut terlibat dalam event tertentu.
Tabel 2.2 Contoh Event Table untuk Kasus Hair Salon
Events
Classes
Customer
Assistant
Apprentice
Appointment
Plan
Reserved
9
9
9
9
Cancelled
9
9
9
Treated
9
9
Employed
9
9
Resigned
9
9
Graduated
9
Agreed
9
9
9
Sumber: Mathiassen et al. (2000)
2.7.6.2 Structure
Menurut Mathiassen et al. (2000, p69), structure adalah hubungan antara classes
dan
objects.
Tujuan
dari
aktivitas structure
adalah
menjelaskan
hubungan
structural antara classes dan objects dalam sebuah problem-domain. Dua konsep
utama dalam aktivitas structure, yaitu:
|
![]() 52
a)
Class structures,
menyatakan hubungan statis dan konseptual antar classes.
Structure ini tidak akan berubah kecuali deskripsinya diubah.
Ada dua
tipe
class structures: generalization dan cluster.
Generalization structure, merupakan
hubungan antara dua class khusus
atau lebih dengan class yang lebih umum. Class yang umum (superclass)
mendeskripsikan properti yang umum kepada sekelompok class yang
terspesialisasi (subclasses), dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Notasi Generalization Structure
Sumber: Mathiassen et al. (2000)
Cluster structure, merupakan kumpulan dari classes yang berkaitan, yang
membantu
pengembang
sistem dalam mencapai
dan
menyediakan
gambaran tentang problem-domain. Notasi cluster berupa sebuah file
folder
berisi classes
yang
saling
berhubungan
di
dalamnya
dan
dapat
dilihat pada gambar 2.4 berikut ini.
Gambar 2.4 Notasi Cluster Structure
Sumber: Mathiassen et al. (2000)
|
![]() 53
b) Object structures, menyatakan
hubungan dinamis dan konkrit antar objects.
Object
structures
dideskripsikan
dalam class
diagram
seperti
hubungan
structural
antara dua
classes
atau lebih.
Structures
tersebut
dideskripsikan
pada
tingkat
class, dengan
ditambahkan
properti
multiplicity
yang
menspesifikasikan jumlah
objects dari
classes yang
berhubungan.
Ada
dua
tipe object structures: aggregation dan association.
Aggregation structure, merupakan hubungan antara dua objects atau lebih.
Agregation menyatakan bahwa sebuah superior object (the whole) terdiri
atas beberapa inferior objects (the parts). Notasi aggregation digambarkan
sebagai
garis
antara
classes
yang
berperan
sebagai
whole
dan
parts,
di
mana
garis
tersebut
ditambahkan
bentuk
belah
ketupat
pada
class yang
mewakili whole, dapat
dilihat
pada gambar
2.5.
Aggregation
dinyatakan
dalam rumusan kata-kata: has-a, is-part-of, atau is-owned-by.
Gambar 2.5 Notasi Aggregation Structure
Sumber: Mathiassen et al. (2000)
Association
structure,
merupakan
hubungan
antara
dua
objects
atau
lebih,tapi
berbeda dengan
aggregation structure.
Association dipakai
ketika aggregation menyatakan hubungan yang terlalu kuat atas suatu
relasi objects. Notasi association digambarkan sebagai garis sederhana
yang
menghubungkan
class
yang
relevan, dapat
dilihat pada gambar
2.6.
Association dinyatakan dalam kata-kata: knows atau associated-with.
|
![]() 54
Gambar 2.6 Notasi Association Structure
Sumber: Mathiassen et al. (2000)
Hasil dari kegiatan
ini adalah class diagram
yang
terdiri atas classes
beserta structures,
dapat
dilihat
pada
gambar
2.7.
Class
diagram
menyediakan gambaran problem-domain yang
logis
dengan
menjabarkan
hubungan structural antara classes dan objects.
Customer
1
Employee
1
0..*
0..*
Appointment
1
Day Schedule
1
1..*
1
1..*
Apprentice
Assistant
Time Period
1
Work
Free
Other
Gambar 2.7 Contoh Class Diagram untuk Kasus Hair Salon
Sumber: Mathiassen et al. (2000)
2.7.6.3 Behaviour
Menurut Mathiassen et al. (2000,
p89), aktivitas behaviour bertujuan untuk
memodelkan keadaan yang dinamis dari problem-domain.
Tiga
konsep
utama
dalam aktivitas behaviour, yaitu:
|
![]() 55
a)
Event trace, merupakan
urutan events yang
melibatkan object tertentu,
selama satu interval waktu.
b)
Behavioural
pattern,
merupakan
deskripsi
atas event traces
yang
mungkin
didapat untuk semua objects dalam sebuah class.
c)
Attribute, merupakan properti deskriptif atas sebuah class atau event.
Hasil
dari
kegiatan
ini
adalah
sebuah behavioural pattern,
yang
sering
digambarkan
juga
dengan
statechart
diagram (dapat
dilihat
pada
gambar
2.8),
dilengkapi dengan attributes untuk setiap class dalam sebuah class diagram.
Gambar 2.8 Contoh Statechart Diagram untuk Class Customer di Sebuah Bank
Sumber: Mathiassen et al. (2000)
2.7.7
Pengertian Application-Domain Analysis
Mathiassen et al. (2000, p117) mengemukakan bahwa application-domain adalah
suatu
organisasi
yang
mengatur,
mengawasi,
atau
mengendalikan problem-
domain. Tujuan dari aktivitas
ini adalah mendefinisikan kebutuhan sistem, yang
dilakukan dengan
menentukan kebutuhan function dan interface sistem tersebut.
Prinsip dari application-domain analysis yaitu:
Menentukan application-domain
dengan
menggunakan
use cases. Use cases
membantu untuk memusatkan analisis pada interaksi antara pengguna dan
target sistem.
|
![]() 56
Berkolaborasi
dengan
pengguna
sistem.
Pengembang
sistem
dapat
mengevaluasi kebutuhan untuk usage, functions, dan interfaces pada
pengguna sistem.
Application-domain analysis terbagi dalam tiga subaktivitas, yaitu
aktivitas usage, functions, dan interfaces. Pertama, menentukan penggunaan
target
sistem pada
application-domain
dengan
mengidentifikasi
dan
menghubungkan
actor
dan
use
cases
dalam aktivitas
usage.
Kedua,
memformulasikan kebutuhan fungsionalitas sistem dalam aktivitas functions.
Terakhir, memenuhi kebutuhan tampilan sistem dalam aktivitas interfaces.
Gambar 2.9 Application Domain
Sumber: Mathiassen et al. (2000)
2.7.7.1 Usage
Menurut Mathiassen et al. (2000, p118), aktivitas usage melihat bagaimana
sistem menjadi berguna dan sesuai dengan application-domain. Tujuannya
adalah
untuk
menentukan aktor (pengguna sistem) berinteraksi dengan sebuah
sistem. Ada dua konsep penting dalam aktivitas ini:
|
![]() 57
|
58
Actor: abstraksi dari pengguna atau sistem lain yang melakukan interaksi dan
mengaktifkan
functions pada
target
sistem.
Actor
dapat
berupa
mesin
atau
manusia.
Use
Case: pola
interaksi antara
sistem
dengan aktor di dalam application-
domain.
Use
cases
memberikan
gambaran
kebutuhan
sistem dari
perspektif
pengguna
sistem dan
memberikan
dasar
dalam mendefinisikan
dan
mengevaluasi kebutuhan function dan interface yang lebih mendasar.
Hasil dari kegiatan ini
adalah deskripsi dari
semua use
cases dan actors,
yang
digambarkan
dalam actor
table
dan
use-case
diagram.
Use
case
dapat
digambarkan
dengan
menggunakan
use-case specification,
di
mana
use
case
dijelaskan secara singkat namun jelas dan dapat disertai dengan keterangan objek
sistem yang
terlibat
dan
function
dari use case
tersebut
atau dengan
diagram
statechart, karena use case adalah sebuah fenomena dinamik.
2.7.7.2 Sequence
Sebuah sequence diagram merupakan interaksi antar objects yang disusun dalam
urutan
waktu
(Bennett et
al.,
2006,
pp252-253). Sequence
diagram dapat
digambarkan pada tingkatan rincian yang berbeda dan untuk mencapai tujuan-
tujuan
yang
berbeda
pada
beberapa
tahap
dalam siklus
hidup
pengembangan
sistem. Penerapan yang paling umum dari sebuah sequence diagram adalah
untuk menggambarkan secara rinci
interaksi object
yang terjadi untuk satu use
case atau satu operation.
|
![]() 59
Dimensi
vertikal
pada sequence
diagram
memperlihatkan
waktu
dan
semua objects yang terlibat dalam interaksi tersebut diletakkan secara horizontal
pada diagram tersebut. Setiap
object pada sequence diagram
tersebut
ditunjukkan dengan sebuah lifeline. Sebuah message ditunjukkan dengan panah
horizontal
dari
satu lifeline ke
yang
lainnya
dan
dilabeli
dengan
nama
dari
message tersebut. Ketika sebuah message
dikirimkan ke sebuah object, akan
membutuhkan operation.
Dalam sequence
diagram
terdapat
notasi
yang
dinamakan fragment.
Fragment digunakan
untuk menunjukkan bagaimana sequence diagram
dikombinasikan. Terdapat beberapa jenis interaction operator yang menjelaskan
jenis-jenis kombinasi fragment. Tabel 2.3 berikut ini memperlihatkan interaction
operator yang dapat digunakan dengan kombinasi fragment
Tabel 2.3 Interaction Operator yang Digunakan dalam Kombinasi Fragment
Interaction
Operator
Penjelasan dan penggunaan
alt
Alternatives menggambarkan alternatif behaviours, setiap pilihan
behaviour ditampilkan dalam operasi terpisah
opt
Option menjelaskan pilihan tunggal atas operasi yang hanya akan
dijalankan bila batasan interaksi dinilai true
break
Break mengindikasikan bahwa kombinasi fragment dilakukan
sebagai pengganti sisa interaksi fragment yang terlampir
par
Parallel
mengindikasikan
bahwa
eksekusi
operasi
dalam
kombinasi fragment bisa digabungkan dalam sequence manapun
seq
Weak Sequencing menghasilkan urutan dari tiap operasi yang
telah dijaga,
tetapi
suatu
event
dari
operasi
yang berbeda pada
lifeline yang berbeda dapat terjadi dalam urutan apapun
strict
Strict Sequencing membuat sebuah strict sequence saat eksekusi
sebuah operasi, tapi tidak dilaksanakan pada nested fragments
neg
Negative menjelaskan sebuah operasi yang sifatnya invalid
critical
Critical Region membuat sebuah batasan dari operasi yang event-
nya tidak satupun terjadi dalam lifeline
|
![]() 60
ignore
Ignore
mengindikasikan
tipe
message,
dispesifikasikan
sebagai
parameter, yang harus diabaikan dalam sebuah interaksi
consider
Consider menyatakan message mana yang harus dipertimbangkan
dalam sebuah interaksi
assert
Assertion
menyatakan
bahwa
urutan
pesan
dalam
operasi
hanyalah lanjutan yang sifatnya valid
loop
Loop digunakan
untuk mengindikasikan sebuah operasi yang
diulang berkali-kali sampai batasan
interaksi
untuk pengulangan
tersebut bernilai true
Sumber: Bennett et al. (2006, p270)
2.7.7.3 Functions
Menurut Mathiassen et
al. (2000, p138),
aktivitas functions
melihat apa
yang
dapat
dilakukan
sistem untuk
membantu
aktor
(pengguna
sistem)
dalam
melaksanakan pekerjaan
mereka. Tujuan aktivitas
ini adalah
untuk menentukan
kemampuan sistem dalam memproses informasi.
Konsep
function didefinisikan
sebagai
sebuah
fasilitas
untuk
membuat
model yang berguna bagi aktor. Sebuah function diaktivasi, dieksekusi, dan dapat
mengubah
sebuah model component atau menghasilkan reaksi lain pada
application-domain atau problem-domain. Ada empat tipe function yang masing-
masing menyatakan hubungan antara model dengan konteks sistem, yaitu:
a)
Update,
diaktivasi
oleh
sebuah
event
dalam problem-domain
dan
akan
mengubah state model sistem.
b)
Signal,
diaktivasi
oleh
perubahan
state
model
sistem dan
sistem akan
menampilkan
sesuatu
untuk
aktor
pada application-domain, atau intervensi
langsung pada problem-domain.
|
61
c)
Read, diaktivasi oleh adanya kebutuhan informasi yang berkaitan dengan
pekerjaan
aktor
dan
sistem akan
menampilkan
bagian-bagian
model
yang
relevan.
d)
Compute, diaktivasi oleh adanya kebutuhan informasi yang berkaitan dengan
pekerjaan aktor dan sistem akan
melakukan komputasi atas
informasi
yang
disediakan oleh aktor atau model sistem.
Cara untuk mengidentifikasikan function adalah dengan melihat deskripsi
problem
domain
ditampilkan
oleh class
dan
event,
dan
melihat
deskripsi
application domain yang ditampilkan dalam use case. Class dapat menyebabkan
munculnya
function baca dan update.
Event
memungkinkan
munculnya
kebutuhan
terhadap
function
update.
Sementara use
case
dapat
menyebabkan
munculnya semua jenis function. Hasil dari aktivitas functions adalah daftar yang
lengkap
dari
functions
sistem (function
list),
ditambah
dengan
spesifikasi
functions yang kompleks.
2.7.7.4 Interfaces
Menurut Mathiassen et al. (2000, p151), interfaces memfasilitasi aktor
(pengguna
sistem)
untuk
berinteraksi
dengan
model
dan functions
sistem.
Interfaces menghubungkan
sistem
dengan
semua
aktor
yang
relevan
dalam
konteks.
Tujuan aktivitas
ini
adalah
untuk
menentukan interfaces
sistem yang
dikembangkan. Ada dua jenis interface, yaitu:
User interface: sebuah interface kepada pengguna sistem
System interface: sebuah interface kepada sistem lain
|
62
User-interface disesuaikan
dengan
pekerjaan
yang
dilakukan
pengguna
sistem dan
gambaran
mereka
terhadap
sistem.
Prinsip untuk
menghasilkan
interface
yang
baik
adalah
menyesuaikan user-interface
quality
(usability)
dengan application-domain,
menguji rancangan elemen interface dan
mengulanginya, kemudian mengidentifikasi semua elemen interface.
Terdapat empat jenis pola dialog yang penting dalam menentukan user
interface yaitu:
Menu-selection
yang
menampilkan
pilihan-pilihan
menu
dalam
user
interface.
Form fill in yang merupakan pola klasik untuk memasukkan data
berdasarkan terminal karakter.
Command-language yang
berguna
bagi pengguna
untuk
memasukkan
dan
mengaktifkan format perintah sendiri.
Direct
manipulation
di
mana
pengguna
memilih
objek
dan
melaksanakan
fungsi-fungsi atas objek dan melihat hasil dari interaksi diri.
Hasil umum dari aktivitas ini adalah deskripsi atas elemen-elemen user
interface maupun system interface yang
lengkap. Untuk user interface, hasilnya
dialogue
style
dan
presentation forms,
daftar
elemen-elemen
user-interface
lengkap, diagram window yang dipilih, dan navigation diagram. Sedangkan
untuk
system
interface, hasilnya class
diagrams
untuk
external
devices
dan
protokol untuk berinteraksi dengan sistem lain.
|
63
2.7.8
Pengertian Architecture Design
Mathiassen
et
al. (2000,
p175)
menyatakan
bahwa
rancangan
arsitektur
sistem
yang kuat adalah kunci keberhasilan suatu sistem. Tujuan aktivitas ini adalah
untuk membuat struktur suatu sistem terkomputerisasi. Ada tiga konsep penting
dalam aktivitas ini, yaitu:
Criterion: properti arsitektur yang diinginkan
Component architecture: struktur sistem yang terdiri dari komponen-
komponen yang saling berhubungan (interconnected)
Process architecture: struktur eksekusi sistem yang terdiri dari proses-proses
yang saling tergantung (interdependent)
Arsitektur
membangun
sistem sesuai
dengan
bagian-bagiannya
dan
memenuhi kriteria tertentu. Arsitektur juga berperan sebagai kerangka kerja
untuk aktivitas pengembangan sistem selanjutnya. Prinsip
yang pertama adalah
menentukan criteria dan memberikan prioritas, kemudian menjembatani criteria
dengan platform teknis. Terakhir mengevaluasi rancangan lebih awal. Hasil dari
aktivitas architecture design adalah struktur untuk komponen dan proses sistem.
2.7.8.1 Criteria
Mathiassen
et
al. (2000,
p177)
menyatakan
bahwa
aktivitas criteria bertujuan
untuk
menetapkan
prioritas-prioritas
rancangan. Prioritas
tersebut
dapat
dilihat
dari derajat penting atau tidaknya suatu kriteria rancangan sistem harus dipenuhi,
dan
prioritas
ini
berbeda
untuk setiap sistem
karena
disesuaikan
dengan
kebutuhan organisasi. Dua konsep yang penting dalam aktivitas criteria yaitu:
|
![]() 64
Criterion: properti arsitektur yang diinginkan
Conditions: faktor teknis, organisasi, peluang dan keterbatasan manusia yang
muncul ketika sistem melakukan pekerjaan
Aktivitas
ini
membantu
pengembang
sistem untuk
mengintegrasikan
standar dan prosedur kualitas
untuk proyek-proyek
tertentu, sehingga diperoleh
rancangan yang baik. Kriteria klasik yang
dijadikan
acuan
untuk
mengukur
kualitas perangkat lunak (software), dapat dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Kriteria Klasik Kualitas Perangkat Lunak
Kriteria
Pengukuran dari
Usable
Kemampuan
adaptasi
sistem dalam
konteks
organisasi,
hal
yang berhubungan dengan kerja, dan teknis
Secure
Tindakan
pencegahan
atas
akses
yang
tidak diinginkan
terhadap data dan fasilitas sistem
Efficient
Eksploitasi ekonomi atas fasilitas technical platform
Correct
Pemenuhan kebutuhan sistem
Reliable
Pemenuhan presisi yang diinginkan dalam eksekusi function
Maintanable
Biaya untuk mengalokasikan dan memperbaiki kerusakan
sistem
Testable
Biaya
untuk
menjamin
bahwa
performa
sistem
yang
dikembangkan menjalankan functions yang dimaksudkan
Flexible
Biaya untuk memodifikasi sistem yang dikembangkan
Comprehensible
Usaha
yang dibutuhkan untuk
mendapatkan pemahaman
yang logis dengan sistem
Reusable
Potensi
untuk
menggunakan
bagian-bagian
sistem
pada
sistem lain yang berhubungan
Portable
Biaya
untuk memindahkan sistem ke technical platform
yang lain
Interoperable
Biaya untuk menggabungkan sistem ke sistem yang lain
Sumber: Mathiassen et al. (2000)
|
65
Prinsip rancangan yang baik pada umumnya bersifat dapat digunakan
(usable),
fleksibel,
dan
mudah
dipahami
(comprehensible).
Hasil dari
aktivitas
ini adalah tabel criteria yang telah diberi prioritas.
2.7.8.2 Components
Mathiassen et
al.,
(2000,
p191)
menyatakan
bahwa
component
architecture adalah struktur
sistem yang terdiri dari komponen-komponen
yang
saling berhubungan (interconnected). Konsep lain dari aktivitas ini adalah
component,
yaitu
kumpulan
bagian-bagian
program yang
merupakan
satu
kesatuan dan
memiliki
tanggung
jawab
yang
telah
didefinisikan dengan
jelas.
Tujuan
dari
aktivitas
ini
adalah
untuk
membuat
struktur
sistem yang
mudah
dipahami dan fleksibel.
Prinsip perancangan
component architecture, yaitu mengurangi
kompleksitas dengan membagi menjadi beberapa fungsi, menggambarkan
struktur
konteks
sistem yang
stabil,
dan
memungkinkan
penggunaan
kembali
komponen
pada
aktivitas
lain.
Hasil
dari
aktivitas components
adalah sebuah
component diagram yang menunjukkan hubungan antara komponen sistem.
Ada beberapa pola
umum yang dapat digunakan
untuk menggambarkan
pola component architecture menurut Mathiassen et al. (2000, pp193-198):
The Layered Architecture Pattern
Layered architecture adalah pola yang sangat berguna untuk
menguraikan
sistem
menjadi
komponen-komponennya.
Dalam bentuk
yang paling sederhana, sebuah layered architecture terdiri dari beberapa
komponen yang menunjuk pada layers. Rancangan setiap komponen
|
![]() 66
menjelaskan
tanggung
jawabnya
masing-masing
serta interface-nya
ke
arah atas (upward) maupun ke arah bawah (downward). Pola ini dapat
dilihat pada gambar 2.10.
Gambar 2.10 Layered Architecture Pattern
Sumber: Mathiassen et al. (2000)
The Generic Architecture Pattern
Generic architecture menggambarkan
model komponen
yang
berisi
model sistem objek pada layer
yang paling bawah, diikuti dengan layer
fungsi sistem, dan
yang paling atas adalah komponen interface. Pola ini
dapat dilihat pada gambar 2.11.
Gambar 2.11 Generic Architecture Pattern
Sumber: Mathiassen et al. (2000)
|
![]() 67
The Client-Server Architecture Pattern
Client-server
architecture merupakan
pola
yang
umum dipakai
untuk
rancangan arsitektur komponen. Pola ini dikembangkan untuk menangani
distribusi
sistem diantara
beberapa
processors
yang
tersebar
secara
geografis. Komponen dalam pola
ini adalah sebuah server dan beberapa
clients. Server memiliki sekumpulan operations
yang dapat diakses
clients melalui jaringan dan bertanggung jawab
untuk menyediakan
hal-
hal yang umum untuk clients-nya, seperti database atau sumber daya lain
yang
digunakan
bersama
oleh clients. Sedangkan
setiap
client
bertanggung
jawab
dalam menyediakan
local
interface untuk
pengguna
sistem. Pola ini dapat dilihat pada gambar 2.12.
Gambar 2.12 Client-Server Architecture Pattern
Sumber: Mathiassen et al. (2000)
Pada dasarnya ada dua metode berbeda yang digunakan untuk
memisahkan
komponen server
dan
client.
Client
dan
server
dapat
dipandang sebagai subsistem individual dengan model (M), functions (F),
dan user-interface (U) atau sebagai layer yang berbeda dalam satu sistem
tunggal. Tabel
2.5 berikut
ini
menyebutkan
beberapa
bentuk
yang
berbeda untuk arsitektur client-server:
|
![]() 68
Tabel 2.5 Bentuk Distribusi yang Berbeda untuk Arsitektur Client-Server
Client
Server
Architecture
U
U + F + M
Distributed presentation
U
F + M
Local presentation
U + F
F + M
Distributed functionality
U + F
M
Centralized data
U + F + M
M
Distributed data
Sumber: Mathiassen et al. (2000)
2.7.8.3 Process Architecture
Process
architecture
adalah
struktur
eksekusi
sistem
yang
terdiri
dari
proses
yang saling bergantungan (Mathiassen et al., 2000, p209). Tujuan dari aktivitas
ini adalah mendefinisikan struktur fisik sebuah sistem.
Hasilnya berupa sebuah
deployment diagram.
Terdapat tiga jenis pola distribusi sistem, yaitu:
1. Centralized Pattern
Pola ini menyimpan semua data pada server pusat dan user hanya bisa melihat
user interface saja. Keuntungannya adalah dapat diimplementasikan pada
client secara murah, semua data konsisten karena hanya berada di satu tempat,
strukturnya mudah dimengerti dan diimplementasikan, dan kemacetan jaringan
moderat.
2. Distributed Pattern
Semua
data
terdistribusi
ke user
atau client
dan server
hanya
menyebarkan
model yang telah di update di antara client. Keuntungannya adalah waktu akses
yang rendah kenerja lebih maksimal, dan
back-up
data
banyak.
Kerugiannya
adalah redundansi data sehingga konsistensi data terancam, kemacetan jaringan
tinggi, arsitektur sulit dipahami dan diimplementasikan.
|
69
3. Decentralized Pattern
Pola
ini
berada
di
antara
kedua
pola
di
atas. Di
sini
client
memiliki
data
tersendiri
sehingga data
umum
hanya
berada
pada server.
Komputer
Server
menyimpan
data
umum dan
fungsi
atas
data
tersebut,
sedangkan
client
menyimpan
data
milik application
domain
client.
Keuntungannya
adalah
konsistensi data, tidak ada duplikasi data, lalu lintas jaringan jarang karena
jaringan
hanya
digunakan
data
umum di
server
di
update.
Kekurangannya
adalah semua prosesor harus mampu melakukan fungsi yang kompleks dan
memelihara model dalam jumlah besar, sehingga meningkatkan biaya
hardware.
2.7.9
Component Design
Menurut Mathiassen et al. (2000, p231), tujuan dari component design
adalah
untuk menentukan implementasi kebutuhan dalam kerangka arsitektural.
Kegiatan component design bermula dari
spesifikasi arsitektural dan kebutuhan
sistem, sedangkan hasil dari kegiatan ini adalah spesifikasi dari komponen yang
saling berhubungan.
2.7.9.1 Model Component
Menurut Mathiassen et al.
(2000, p236), model component adalah bagian dari
sistem
yang mengimplementasikan model problem domain dengan
menggunakan class-class, objek-objek, structure, dan behavior. Perancangan
model
component didasarkan pada model berorientasi objek
yang didapatkan
dari aktivitas analisis. Tugas utama dalam perancangan model component
|
70
adalah
merepresentasikan event-event
dengan
menggunakan
mekanisme
yang
tersedia
dalam bahasa
pemrograman
berorientasi
objek.Hasil
dari
kegiatan
komponen model adalah revised class diagram dari kegiatan analisis yang
terdiri atas kegiatan penambahan class, atribut ataupun struktur baru yang
mewakili event.
2.7.9.2 Function Component
Menurut Mathiassen et al. (2000, p252), function component adalah bagian dari
sistem yang mengimplementasikan kebutuhan
fungsional. Tujuan dari function
component adalah untuk
memberikan akses bagi user interface dan komponen
sistem lainnya
ke
model
sehingga
menunjukkan
pengimplementasian
dari
function. Hasil utama dari kegiatan ini adalah class diagram dengan operation
dan spesification dari operation yang kompleks.
Sub kegiatan ini menghasilkan kumpulan operasi di mana dapat
mengimplementasikan
fungsi
sistem
seperti
yang
ditentukan
dalam analysis
problem domain dan function list.
1.
Merancang function sebagai operation.
2.
Menelusuri pola yang dapat membantu dalam implementasi function sebagai
operation.
3.
Spesifikasi operasi yang kompleks.
|