4
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1
Produk
Novel Lupus, telah dikenal banyak orang pada sekitar tahun 80an hingga
sekarang dengan
cerita-cerita
baru maupun
lamanya. Sang
pengarang,
Hilman
mengangkat
cerita
Lupus
ini
berdasarkan kehidupan sehari-harinya dan
pengalamannya
selama
bekerja
sambilan
sebagai
wartawan
di
majalah Hai!.
Teman-temannya
juga
turut
ditampilkan dalam novelnya
sebagai
para
sahabat
Lupus,
seperti
Boim,
Gusur,
Anto
dan lainnya. Kisah yang menceritakan
kehidupan sehari-hari seorang remaja sebagai pelajar, wartawan majalah, juga
seorang
anak
laki-laki
tertua
yang
bertanggung
jawab
dirumah,
membantu
ibu
dan adik perempuannya tanpa ayah lagi. Meski sangat bandel, susah diatur, usil,
dan
suka
melanggar
peraturan
sekolah
(seperti rambut
gondrong,
seragam
tak
rapi, dan hobinya membuang ampas permen karet sembarangan hingga sering
mendapat teguran dari kepala sekolah dan guru bahasa Indonesianya yang selalu
menjadi
korban
permen
karetnya), tokoh
utama
ini sangat
menghormati
guru-
guru-nya,
yang
paling
galak sekalipun,
juga
memiliki
prinsip, dan
menghargai
apa
arti
dari
kesetiaan
dalam bersahabat.
Banyak
hal-hal
yang
dapat
mendidik
para remaja dimasa kini, meski banyak yang menganggap, novel ini terlalu lawas
untuk dibaca anak
remaja era millenium ini. Dibanding
Lupus Millenium yang
lebih
banyak
menceritakan
kisah
romantis, Lupus era 80an ini lebih banyak
menunjukkan kelebihannya. Ini yang membuatnya memiliki nilai banding
tersendiri bagi saya untuk mengangkatnya menjadi sebuah komik.
|
5
2.2
Karakteristik Produk
Lupus banyak dikenal oleh para remaja. Para orang dewasa yang mengenalnya
banyak yang menjalani masa remajanya di tahun 80an dimana Lupus sangat
terkenal pada masa itu. Hal ini yang membuat target dari komik ini adalah remaja
15 tahun keatas (remaja SMA), hingga umur 20-30an dengan pertimbangan,
penggemar
Lupus
pada
tahun
80an
yang sudah
dewasa,
tetapi
juga
masih
menikmati dan
menggemari
ceritanya,
atau sebut saja
nostalgia
akan
kenangan
lama.
2.3
Resume Cerita
Lupus seri Bangun dong Lupus!
Menceritakan, pengalaman Lupus dengan teman-temannya yang ketika liburan.
Pagi hari Minggu, Boim membangunkan Lupus yang masih ternyenyak dalam
tidurnya. Padahal mereka telah berjanji dengan teman-teman mereka untuk
mencari uang demi menambah uang saku mereka dengan cara bekerja mengecat
sekolah mereka pagi itu. Setelah berkumpul dengan Gusur, Anto, Meta, Ita, Fifi,
dan Nyit-Nyit, mereka-pun pergi ke sekolah mereka bersama-sama. Kepala
sekolah sangat mendukung dengan menggaji mereka. Tentu saja para remaja itu
menikmati pekerjaan mereka sambil bersenang-senang, biar begitu sang kepala
sekolah
takjub
juga
melihat
niat
mereka untuk
belajar
bekerja
keras
mengisi
liburan. Karena nama sekolah Lupus dan teman-teman adalah SMA Merah Putih,
maka
gedung sekolah
mereka berwarna merah dan putih. Banyak kejadian lucu
selama mereka menge-cat sekolah mereka.
|
6
2.4
Sejarah Pengarang
Novel Lupus dikarang oleh Hilman Hariwijaya, yang lahir di Bengkulu 25
Agustus 1964. Ia pernah bekerja sebagai wartawan magang majalah Hai! Ketika
majalah tersebut mengadakan sayembara mengarang, Hilman mendapatkan
penghargaan juara dua pada tahun 1979, dengan karyanya Bian Adikku yang Tak
Pernah Ada, yang mengisahkan kehidupan nyatanya. Sang adik yang wafat
bertepatan dengan saat kelahirannya. Pada saat itu ia masih SMP. Ia tak lahir di
lingkungan seniman. Dari pandangan Gusur, sahabatnya, ketika SMA, Hilman
adalah orang yang sangat cuek, pendiam, malu-malu, suka menyendiri, dan
selalu gagap kalau harus berbicara di depan orang banyak. Tak ada yang
menyangka kalau ia seorang penulis. Berawal dari sebuah karya puisinya yang
dimuat Hai!, Hilman lalu bergabung dengan Koma, Koran Remaja yang jadi
sisipan majalah Hai! sekali sebulan. Di sanalah ia kenal Arswendo Atmowiloto.
Di sana
ia mengasah bakat
yang tak pernah disadari oleh keluarganya. Novelet
perdananya,
Rhapsody Buat Irvan, lahir ketika ia duduk di kelas tiga SMP.
Kemudian, Bulan di Atas Rawa lalu Nyanyian Bisu. Itu dibuat ketika ia masih
SMA di SMA Negeri 16.
Diantara
anak-anaknya,
justru
sang
ayah paling khawatir pada Hilman. Sifat
Hilman yang sangat pasif, seperti setelah pulang sekolah ia selalu mengunci diri
dikamar,
membaca.
Sang ayah
bertanya-tanya, akan
jadi
apa
dia
nanti?
Justru
Hilman-lah yang paling mencolok diantara kelima saudaranya. Ayahnya seorang
kolonel.
Dari
ayahnya
ia
mendapat
ketegaran
dalam bersikap
dengan
dididik
secara militer, meski bukan dari segi fisik. Ketika sang bapak wafat pada tahun
1985, Hilman tidak menangis. Meski kelima saudaranya tahu,
ia remuk-redam.
|
![]() 7
Mungkin inilah yang membuat kisah Lupus ketika remaja yang memiliki bapak
lagi, meski tak diceritakan detail dalam novelnya.
2.5
Visual Existing
(kiri-kanan):
Gambar 2.5a Lupus karya Pak Wedha
Gambar 2.5b Lupus dan Boim di Bangun dong Lupus! Gambar 2.5c
Lupus dan teman-teman di Bangun dong Lupus! Gambar 2.5d Poster
Lupus karya Pak Wedha yang tak pernah beredar
Ilustrasi pada novel Lupus generasi lama digambar oleh Mas Wedha. Hingga kini
beliau masih aktif menyalurkan bakatnya.
Ilustrasi-ilustrasi pada novel Lupus yang digambar oleh sang ilustrator ini
membantu
memperjelas
karakter-karakter
dalam cerita.
Meski
demikian,
ada
beberapa karakter yang tak digambarnya, sehingga gambaran karakter dari para
pembaca kurang jelas.
|
8
2.6
Target (psikografi, demografi)
Psikografi :
Aktif, suka berkumpul dengan teman-temannya, senang bergaul dan mencari hal-
hal baru, suka membaca.
Geografi :
Kota-kota besar (terutama Jakarta)
Demografi :
Umur berkisar antara 12-17 tahun
Pendidikan setingkat SMP-SMA
Status ekonomi B+
Untuk
komik
ini,
target
terbagi
menjadi
dua.
Yaitu
target
muda
dan
tua.
Target muda merupakan target utama sebagai regenerasi cerita Lupus yang
sangat terkenal pada era 80an itu. Dan target tua memiliki peran sebagai target
sekunder, yang memperkenalkan kepada target muda.
2.7
Karakteristik Buku Komik Lupus
Komik Lupus ini memiliki gaya gambar yang merupakan campuran antara komik
Jepang dan Amerika. Atas riset yang dilakukan, bahwa selera anak remaja masa
kini adalah komik dengan gaya gambar manga (komik Jepang), kalaupun mereka
menyukai komik Amerika, jarang dari target yang menyukai gaya gambar komik
Marvel
atau DC
Comics.
Mereka
lebih
merasa
dekat
dengan
gaya
gambar
(komik) Walt Disney.
Ukuran buku
: 16 x 23 cm
Jumlah halaman : 34 halaman (termasuk pin up dan 6 halaman bonus)
|
9
Mandatoris
:
-
PT Gramedia Pustaka Utama sebagai penerbit
-
Judul buku
-
Nama pengarang
-
Ilustrator
-
Nomor ISBN
-
Barcode.
Harga buku : Rp 35.000
2.8
Kompetitor
Kompetitor dari komik
Lupus ini adalah komik-komik
luar
negeri yang beredar
bebas di Indonesia. Untuk menunjukkan bahwa komik lokal juga tidak kalah
kualitas dengan produk
luar
negeri dan
masih
memiliki kedudukan dalam dunia
komik.
Seperti
Amerika,
Eropa,
Jepang, dan Korea. Seiring bermunculannya
komik-komik asing tersebut, juga semakin didukung dengan keluarnya film-film
yang mendukung promosi komik-komik tersebut. Dan ini juga membuat
keberadaan komik Indonesia semakin merosot. Bahkan semakin menghilang dan
semakin dilupakan oleh masyarakat Indonesia sendiri.
2.9
Preposisi (keunggulan)
Keunggulan Lupus dari segi cerita adalah mengenai norma-norma yang berlaku
dalam dunia remaja dengan menunjukkanya melalui kesederhanaan dan
pergaulan sang tokoh utama bersama teman-temannya kepada pembaca tanpa
membuat merasa digurui, yang akan dikemas kembali dengan melalui segi visual
|
10
yang
merupakan
hasil riset
kepada
para pembaca
muda baik
pembaca
manga,
komik Amerika, maupun keduanya.
Berbeda
dengan
cerita
dari
luar
negeri
yang
kebanyakan
menceritakan
super
hero, magis, ataupun petualangan di dunia lain. Lupus hanya menceritakan kisah
kesehariannya bersama teman-temannya yang sungguh unik. Para remaja normal
yang menjalani hidup mereka dengan seru.
2.10
SWOT
S
:
-
Dapat diterima oleh remaja manapun.
-
Tokoh Lupus sudah dikenal banyak orang.
-
Cerita yang ringan tapi sangat dalam dengan menunjukkan keseharian
remaja pada umumnya. Sehingga dari segi cerita, Lupus sudah
menunjukkan
kelebihannya
dan
dapat
diterima oleh semua remaja di
Indonesia karena terasa lebih dekat dengan target.
-
Pengarang sudah sangat dikenal di masyarakat.
W
:
-
Beberapa tokoh kurang mendapat peran dalam ceritanya, sehingga
karakter-karakter tersebut kurang dapat dimengerti perannya oleh pembaca.
-
Beberapa tokoh tak bisa dibayangkan secara visual oleh pembaca.
|
11
O
:
-
Banyak mendapat dukungan / permintaan dari para pembacanya agar
ceritanya
terus
dilanjutkan
(dalam bentuk
apapun,
misal:
sinetron,
komik,
).
-
Masih banyaknya para pembaca setia yang menyukai Lupus (versi lama)
-
Tingginya peran pembaca remaja di negeri ini, sehingga komik lokal masih
memiliki kesempatan untuk lebih maju.
T
:
-
Lebih banyak remaja dalam
negeri yang
lebih suka membaca cerita-cerita
dari luar negeri, karena dirasa lebih menarik.
-
Susahnya ditemukan komikus
lokal
yang
mau
membantu membuat komik
dengan gaya gambar lokal.
|