Home Start Back Next End
  
2.3.2 
Festival  dan
Beberapa  Dampaknya
Seperti 
telah 
disinggung
di  depan, 
hasil 
kerja 
tim 
perumus  
juga 
diwujudkan
dalam 
bentuk 
format 
pementasan
Reyog 
Ponorogo.
Format  
pertunjukan 
inilah 
yang
kemudian
dipergunakan sebagai
pedoman
pelaksanaan
festival
Reyog
Nasional
yang
dilaksanakan
setiap 
tahun 
sekali. 
Uraian 
berikut 
akan 
mengulas   perihal 
penggunaan
festival
sebagai
sebuah
cara
sosialisasi
pertunjukan
rakyat
dan
dampak-dampak yang
menyertainya.
2.3.2.1
Format
"Massa)
93":
awal
pembakuan dan
dampaknya
Pementasan
perdana 
format 
pertunjukan 
hasil 
kerja 
tim 
perumus 
dilaksanakan
dengan 
melibatkan
sejumlah 
besar 
kelompok 
reog 
yang 
ada 
di 
desa-desa 
di  seluruh
wilayah
Kabupaten
Ponorogo. 
Dalam
persiapannya,
anggota 
kelompok-kelompok
reyog
desa
tersebut  dilatih 
oleh
sejumlah 
anggota
tim
untuk
memeragakan
format  pertunjukan
yang 
disusun. 
Latihan 
diselenggarakan
secara 
terpisah 
antara 
jenis 
peran 
satu  dengan
peran 
yang
lain.
Masing-masing
kelompok 
pemeran, 
seperti 
Kelana 
Sewandana,
jathil,
Bujang
Ganong,
Dhadhak 
Merak
dan
warok,
dilatih
oleh
instruktur
yang
berbeda.
Selain
itu
juga
dilakukan pelatihan 
bagi
para
pemain
musik.
Format 
baru
tersebut
kemudian
digunakan 
sebagai 
format  baku
festival  reyog
se-kabupaten
Ponorogo
sejak
tahun
1993.
Untuk  
menandai  
sifat   massive   dan 
saat 
sosialisasi  
format   pertunjukan 
reyog 
baru
tersebut,
sejumlah  praktisi
reyog
menyebutnya 'massal
93.'
Strategi 
yang
ditempuh 
untuk
mempromosikan
format
pertunjukan reyog
baru
tersebut  menyebabkan
tersebar 
luasnya  format  'massal
93'  di
hampir  seluruh  kelompok
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter