BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Informasi Geografis (SIG)
2.1.1
Pengertian Sistem
Sistem adalah
sekelompok
elemen
yang
terintegrasi
dengan
maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
(Raymond Mcleod, 2001, p9)
Sistem adalah
sekelompok
komponen
yang
saling
berhubungan
dan bekerja sama untuk menghasilkan tujuan bersama dengan menerima
input
dan
menghasilkan
output
dalam sebuah
transformasi
yang
terorganisir.
(O’Brien, 2003, p8)
Dari definisi
teori diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sistem
terdiri dari komponen yang saling berinteraksi satu sama lain dengan
menerima  input,  memprosesnya  lalu  mengeluarkan  output  untuk
mencapai suatu tujuan.
2.1.2
Pengertian Informasi
Informasi 
adalah 
data 
yang 
sudah 
diproses  atau  data 
yang
memiliki arti.
(Raymond Mcleod, 2001, p12)
7
  
8
Informasi adalah data yang sudah dibentuk menjadi bentuk yang
berarti dan berguna bagi manusia.
(Laudon, 2004, p8)
Dari definisi teori diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
informasi  adalah  kumpulan  data  yang  telah  diproses  menjadi  sesuatu
yang berguna dan memiliki arti.
2.1.3
Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi
dapat
diartikan
sebagai
sekumpulan
komponen
yang saling berhubungan dalam mengumpulkan (atau menerima), proses,
menyimpan,
dan
mendistribusikan informasi untuk mendukung
pengambilan
keputusan,
koordinasi
dan
pengaturan
dalam sebuah
organisasi.
(Laudon, 2004, p8)
Sistem informasi
adalah
penggabungan
dari
manusia,
hardware,
software, dan jaringan komunikasi dan sumber daya data yang mampu
mengumpulkan,
mengubah,
dan
membagikan
informasi
dalam sebuah
organisasi.
(O’brien, 2005, p6)
Jadi   dapat   diambil   kesimpulan   bahwa   definisi   dari   sistem
informasi
adalah
sekumpulan komponen
yang
melakukan pengumpulan
data dan analisa data yang ada untuk menghasilkan suatu informasi yang
dapat digunakan oleh penerima dalam pengambilan keputusan.
  
9
2.1.4
Pengertian Geografi
Secara
leksikal,
geografi berasal dari kata Geos (bahasa Yunani)
artinya bumi dan Grafien artinya mencitra, menguraikan.
Geografi adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji bumi dan
segala sesuatu yang ada diatasnya, seperti penduduk, fauna, flora, iklim,
udara, dan segala interaksinya.
(Wardiyatmoko, 1996, p3)
Menurut Richthoffen, geografi adalah ilmu yang mempelajari
permukaan bumi sesuai dengan referensinya, atau studi mengenai area-
area yang berbeda di permukaan bumi.
(Prahasta, 2002, p12)
Geografi adalah
ilmu tentang permukaan bumi,
iklim, penduduk,
flora, fauna, serta hasil yang diperoleh dari bumi.
(Paryono, 1994, p1)
Dari 
teori-teori 
ditas  dapat 
disimpulkan 
bahwa 
geografi
merupakan
ilmu
yang
mempelajari permukaan bumi, iklim, penduduk,
flora, fauna, serta sumber daya alam yang ada di bumi.
2.1.5
Pengertian Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi
Geografis
(SIG)
pada
dasarnya
merupakan
gabungan  tiga 
unsur  pokok 
yaitu  sistem, 
informasi,  dan 
geografis.
Dengan 
melihat 
unsur-unsur  pokoknya, 
maka  jelas  sistem  informasi
  
10
geografis merupakan salah satu sistem informasi dengan tambahan unsur
“geografis”.
Sistem Informasi Geografis adalah sistem berbasis komputer yang
digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, dan menganalisis informasi
geografi.
(Paryono, 1994, p1)
Sistem  Informasi  Geografis  merupakan  suatu  kesatuan  formal
yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik dan logika yang berkenaan
dengan objek-objek yang terdapat di permukaan bumi.
(Prahasta, 2002, p49)
Dengan kata
lain
SIG secara
umum dapat
didefinisikan
sebagai
suatu
sistem yang
berbasis
komputer
yang
dapat
memanajemen,
memanipulasi, dan menganalisis informasi-informasi kebumian.
Komponen-komponen
SIG
sebagai
suatu
sistem berbasis
komputer
termasuk perangkat keras, perangkat lunak, data atau informasi dan juga
operator yang mengoperasikan serangkaian proses manipulasi.
Kecanggihan teknologi SIG yang sering dimanfaatkan untuk
berinteraksi adalah kemampuannya
yang
memungkinkan
melakukan
manipulasi data spasial sekaligus dengan database yang ada di dalamnya
(biasanya disebut query).
Beberapa keuntungan yang didapat dalam menggunakan SIG :
-
Data dapat dikelola dalam format yang kompak dan jelas
  
11
-
Data  dapat  dikelola  dengan  biaya  yang  murah  dibanding  dengan
survei lapangan.
-
Data dapat dipanggil kembali dan dapat diulang dengan cepat.
-
Komputer dapat mengubah data secara tepat dan cepat.
-
Data spasial dan non-spasial dapat dikelola secara bersama.
-
Analisis data dan perubahan  dapat dilakukan secara efisien.
-
Data
yang sulit ditampilkan secara
manual, dapat diperbesar bahkan
dapat ditampilkan secara tiga dimensi.
-
Berdasarkan  data 
yang  terkumpul 
dapat 
dilakukan 
pengambilan
keputusan dengan cepat dan tepat.
Jadi kesimpulan yang didapat Sistem Informasi Geografis merupakan
sekumpulan komponen yang memiliki kemampuan untuk mengambil,
mengolah, dan menyimpan data, baik data spasial maupun data tekstual dan
juga menampilkan hasil dengan cepat, akurat, dan tepat waktu.
  
12
2.1.6
Subsistem Sistem Informasi Geografis
Data Input
Data Output
SIG
Data Manajemen
Manipulasi dan
Analisa Data
Gambar 2.1 Subsistem SIG
Untuk
membangun
suatu
Sistem
Informasi
Geografis
ada
beberapa
subsistem. Subsistem tersebut antara lain :
1.   Data input
Subsistem ini
bertugas
untuk
mengumpulkan
dan
mempersiapkan
data
spasial dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini juga bertanggung
jawab dalam mengkonversi atau mentransformasikan format-format data-
data 
aslinya 
ke  dalam 
format 
yang  dapat 
digunakan 
oleh 
Sistem
Informasi Geografis.
2.   Data output
Subsistem ini
menampilkan
atau
menghasilkan
keluaran
seluruh
atau
sebagian
basis
data
dalam bentuk
softcopy
maupun
dalam
bentuk
hardcopy seperti tabel, grafik, peta, dan lain-lain.
  
13
3.   Data manajemen
Subsistem
ini
mengkoordinasikan
data
spasial
maupun
atribut
ke
dalam
sebuah basis data sedemikian rupa
sehingga
mudah
dipanggil,
diperbaharui, maupun diperbaiki.
4.   Manipulasi dan Analisa Data
Subsistem ini
menghasilkan
informasi-informasi
yang
dapat
dihasilkan
oleh sistem informasi geografis. Selain itu, subsistem ini juga melakukan
manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang
diharapkan.
2.1.7
Komponen Sistem Informasi Geografis
Ada lima komponen untuk melakukan proyek agar saling
bekerjasama, yaitu: hardware, software, data, sumber daya manusia, dan
prosedur.
Perangkat Keras/ Hardware
Perangkat keras yang biasanya digunakan dalam aplikasi SIG:
1.   CPU
Merupakan pusat proses data
yang terhubung dengan media
penyimpanan dengan ruang yang cukup besar dengan sejumlah
perangkat lainnya.
2.   Disk Drive
  
14
Menyediakan
tempat
untuk
membantu
jalanya
penginputan,
membaca, pemrosesan, dan penyimpanan data.
3.   Digitizer
Digunakan untuk mengkonversi data dari peta ke dalam bentuk digital
dan memasukannya ke dalam komputer.
4.   Plotter / Printer
Digunakan untuk mencetak hasil dari data yang sudah diolah.
5.   Tape Drive
Digunakan
untuk
menyimpan
data/program ke
dalam pita
magnetic
atau untuk berkomunikasi dengan sistem lainnya.
6.   VDU
Digunakan
untuk
memudahkan
pengguna
untuk
mengontrol
komputer dan perangkat-perangkat lainnya.
Perangkat Lunak / Software
Software SIG berfungsi untuk memasukkan, menganalisis dan
menampilkan
informasi
SIG. Software
SIG
memiliki
beberapa
kemampuan utama, antara lain :
-
Memanipulasi atau menyajikan data geografis atau peta berupa layer.
-
Berfungsi untuk analisis, query, visualisasi geografis.
-
Penyimpanan data dan manajemen database (DBMS).
-
Graphical user interface (GUI).
  
15
Data dan Informasi Geografi
SIG  dapat  mengumpulkan  dan  menyimpan  data  dan  informasi
yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara mengimport dari
perangkat lunak SIG yang lain maupun secara langsung dengan cara
medigitasi data spasial dan memasukkannya ke tabel-tabel.
2.1.8
Manfaat Sistem Informasi Geografis
Menurut
Eko
Budiyanto
(2004,
p3)
ada beberapa
manfaat
dari
SIG adalah sebagai berikut :
1.   Menjelaskan tentang lokasi atau letak
Lokasi
atau
tempat
dapat
dikelaskan dengan memberi keterangan
tentang nama tempat tersebut, kode pos, kode wilayah, atau atribut
lainnya. SIG menyimpan informasi ini sebagai data atribut yang
digambarkannya secara spasial.
2.   Menjelaskan kondisi ruang
Ruang tang dimaksud adalah tempat tertentu dengan satu atau
beberapa syarat tertentu pula. Dengan menggunakan SIG dapat
dijelaskan secara keseluruhan kondisi suatu kawasan dalam kaitannya
dengan tujuan tertentu.
3.   Menjelaskan suatu kecenderungan (trend)
  
16
Analisis
spasial
dalam SIG
dapat
dilakukan
secara
multi
temporal
dengan menggunakan data multi waktu. Perkembangan antar waktu
dari beberapa data tersebut menjadi dasar analisis kemungkinan yang
akan  terjadi  pada 
masa  depan.  Analisis 
ini 
memberi  penjelasan
tentang sesuatu yang akan terjadi di masa mendatang dengan
penggambaran lokasi di mana fenomena tersebut akan terjadi.
4.   Menjelaskan tentang pola spasial (spatial pattern)
Pola sebuah fenomena dapat dilihat dari sebarannya secara spasial.
Dengan mengetahui pola-pola secara spasial, dapat dicari korelasinya
dengan fenomena lain.
5.   Pemodelan
Pemodelan mengaitkan berbagai informasi tentang letak, kondisi
lokasi, pola, dan kecenderungannya yang akan terjadi di masa
mendatang secara bersama-sama
atau sebagian. Dalam sebuah
pemodelan dibentuk suatu formulasi yang memungkinkan dilakukan
beberapa manipulasi data input. Hasil keluaran dari suatu pemodelan
merupakan gambaran fenomena yang akan terjadi. SIG didukung oleh
kemampuan beberapa software dapat melakukan pemodelan
spasial
secara dua dimensi ataupun tiga dimensi.
Selain  itu,  kemampuan  SIG  juga  dikenali  dari  fungsi  analisis
spasial yang dapat dilakukan oleh kemampuan SIG terdiri dari :
  
17
1.   Klasifikasi (reclassify)
Fungsi ini mengklasifikasikan suatu data spasial
menjadi data
spasial baru dengan menggunakan kriteria tertentu, misalnya
dengan menggunakan data spasial ketinggian permukaan bumi
(topografi),  akan  dapat  diturunkan  data  spasial  kemiringan
atau gradien permukaan bumi yang dinyatakan dalam
presentase nilai-nilai kemiringan. Nilai-nilai presentase
kemiringan ini dapat diklasifikasikan hingga menjadi data
spasial baru yang dapat digunakan
untuk
merancang
perencanaan pengembangan suatu wilayah. Contohnya adalah
untuk
mendapatkan
data
spasial kesuburan
tanah
dari
data
spasial kadar air atau kedalaman air tanah, dan sebagainya.
2.   Jaringan (network)
Fungsi
ini
merujuk
data
spasial
titik (point) atau garis (line)
sebagai suatu jaringan yang tak terpisahkan. Fungsi ini sering
digunakan di bidang-bidang transportasi dan
utility, seperti
misalnya aplikasi jaringan kabel listrik, komunikasi, pipa
minyak dan gas, air minum, dan saluran pembuangan. Sebagai
contoh,
dengan
fungsi
analisis
spasial network,
cari
seluruh
kombinasi  jalan-jalan  yang  menghubungkan  titik  awal  dan
titik akhir. Pada setiap kombinasi, hitung jarak titik awal dan
akhir
dengan
mengakumulasikan
jarak
dari
jalan-jalan
yang
  
18
membentuknya. Kemudian pilih jarak terpendek dari
kombinasi-kombinasi yang ada.
3.   Overlay
Fungsi ini menghasilkan data spasial
baru dari
minimal
dua
data spasial yang menjadi masukannya. Sebagai contoh, bila
untuk mengasilkan wilayah-wilayah yang sesuai untuk
budidaya tanaman tertentu, misalnya padi, dimana data-data
yang diperlukan adalah ketinggian permukaan bumi, kadar air
tanah,
dan
jenis
tanah,
maka
fungsi
analisis spasial overlay
akan dikenakan terhadap data-data spasial tersebut.
4.   Buffering
Fungsi   ini   akan   menghasilkan   data   spasial   baru   yang
berbentuk
polygon atau zone dengan jarak tertentu dari data
spasial
yang menjadi
masukannya.
Data
spasial
titik
akan
menghasilkan data spasial baru yang berupa lingkaran-
lingkaran yang mengelilingi titik pusatnya. Untuk data spasial
grafis
akan
menghasilkan
data spasial
baru
yang
berupa
polygon  yang  melingkupi  garis-garis.  Demikian  pula  untuk
data  spasial  polygon,  akan  menghasilkan  data  spasial  baru
yang berupa polygon yang lebih besar dan konsentris.
5.   3D analysis
Fungsi ini terdiri dari beberapa subfungsi yang berhubungan
dengan presentasi data spasial dalam ruang 3 dimensi. Fungsi
  
19
analisis spasial ini banyak menggunakan fungsi interpolasi.
Sebagai contoh adalah untuk menampilkan data spasial
ketinggian, tataguna tanah,
jaringan
jalan
dan utility dalam
bentuk model 3 dimensi.
6.   Digital image processing
Fungsi  ini  dimiliki  oleh  perangkat  SIG  yang  berbasiskan
raster.
Karena
data
spasial
permukaan
bumi
(citra digital)
banyak didapat dari perekaman data satelit yang berformat
raster, maka banyak SIG raster yang juga dilengkapi dengan
fungsi analisis ini.
2.1.9
Jenis-jenis Data Pada Sistem Informasi Geografis
Jenis
data
yang
digunakan
dalam
Sistem Informasi
Geografis
adalah data spasial (peta atau geografis) dan data atribut (keterangan atau
non-spasial).
Perbedaan
antara
dua
jenis data tersebut adalah sebagai
berikut :
a.   Data atribut / non spasial
Data atribut adalah data yang mendeskripsikan karakteristik atau
fenomena
yang
dikandung pada
suatu
objek data
dalam peta
dan
tidak
mempunyai  hubungan  posisi  geografis.  Contoh  :  data  atribut  sungai
berupa
kedalaman,
kualitas
air,
habitat, komposisi kimia, konfigurasi
biologis dan lain sebagainya.
  
20
Atribut dapat dideskripsikan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada
pendeskripsian
secara
kualitatif,
kita
mendeskripsikan
tipe, klasifikasi,
label suatu objek agar dapat dikenal dan dapat dibedakan dengan objek
yang lain, misalnya : rumah sakit, hotel, dan sebagainya. Bila dilakukan
secara kuantitatif, data objek dapat diukur atau dinilai secara skala ordinat
atau
tingkatan,
interval
atau
selang
rasio
atau
perbandingan dari
suatu
titik tertentu. Contohnya : populasi sungai 10 sampai 15 ekor ikan, kadar
kimia air pada sungai tersebut buruk, dan sebagainya.
b.  Data spasial
Data
spasial
adalah
data
sistem informasi
yang
terpaut
pada
dimensi ruang, dapat digambarkan dengan berbagai komponen data
spasial.
Komponen tersebut adalah :
1.   Titik
Titik  merupakan  referensi  grafis  yang  paling  sederhana  untuk  suatu
objek. Representasi ini tidak memiliki dimensi tetapi dapat
diidentifikasikan diatas peta dan dapat
ditampilkan
pada
layer
monitor
menggunakan simbol-simbol.
2.   Garis
Garis adalah bentuk linear yang akan menghubungkan paling sedikit dua
titik dan digunakan untuk merepresentasikan objek satu dimensi. Batas-
batas
poligon
merupakan
garis-garis, demikian
pula
jaringan
listrik,
komunikasi pipa air minum, saluran pembuangan, dan keperluan lainnya.
  
21
3.   Poligon
Poligon digunakan untuk merepresentasikan objek-objek dua dimensi.
Sungai,
danau,
batas
propinsi,
batas
kota,
adalah
tipe-tipe
entity
yang
pada umumnya direpresentasikan sebagai poligon. Suatu poligon paling
sedikit dibatasi oleh tiga garis yang saling terhubung diantara ketiga titik
tersebut.
titik
garis
polygon
Gambar 2.2 Komponen Data Spasial
Terdapat 2 konsep representasi entity spasial, yaitu :
1.   Raster (Model data Raster)
Menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial
dengan menggunakan struktur matriks atau pixel-pixel yang
membentuk grids. Akurasi model data ini sangat tergantung pada
resolusi atau ukuran pixelnya di permukaan bumi.
  
22
Entity 
spasial 
raster 
disimpan 
dalam  layer 
secara
fungsionalitas   direlasikan   dengan   unsur-unsur   petanya.   Contoh
sumber entity spatial raster adalah citra satelit, citra radar, dan model
ketinggian.
(Prahasta, 2005, p146)
Kelebihan format raster adalah :
Data dalam bentuk raster lebih mudah.
Metode untuk
mendapatkan 
citra 
raster 
lebih 
mudah 
melalui
scanning.
Gambar didapat lebih detail dari radar atau satelit.
Kekurangan format raster adalah :
Membutuhkan memory yang besar.
Akurasi posisinya bergantung dari ukuran pixelnya.
Penggunaan   sel   atau   ukuran   grid  yang   lebih   besar   untuk
menghemat
ruang penyimpanan akan menyebabkan kehilangan
informasi atau ketelitian.
2.   Vektor (Model data Vektor)
Menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial
dengan
menggunakan titik-titik,
garis-garis
atau kurva atau polygon
beserta atribut-atributnya.
  
23
Bentuk-bentuk dasar
representasi
data
spasial
dalam
format
vektor didefinisikan oleh sistem koordinat kartesius dua dimensi.
(Prahasta, 2005, p158)
Dalam format
vektor, garis
merupakan
sekumpulan titik-titik
terurut yang dihubungkan. Sedangkan polygon disimpan sebagai
sekumpulan  titik-titik  tetapi 
titik 
awal 
dan 
titik 
akhir 
polygon
memiliki koordinat yang sama.
Format vektor memiliki kelebihan :
Memerlukan tempat penyimpanan yang sedikit.
Memiliki resolusi spasial yang tinggi.
Memiliki batas-batas yang teliti, tegas, dan jelas.
Format vektor memiliki kekurangan :
Memiliki struktur data yang kompleks.
Tidak kompatibel dengan citra satelit penginderaan jauh.
Memerlukan hardware dan software yang mahal.
2.2
Peta Sistem Informasi Geografis
2.2.1
Pengertian Peta dan Bagiannya
Peta
merupakan
gambaran
wilayah geografis, biasanya bagian
permukaan 
bumi. 
Peta 
dapat 
disajikan 
dengan 
berbagai  cara 
yang
berbeda. Dari peta konvensional yang tercetak sampai peta digital yang
tampil  di  layar  komputer.  Peta  dapat  menunjukkan  banyak  informasi
  
24
penting, misalnya sungai, gunung, hutan, daerah perbukitan, laut, danau,
batas-batas kota, dan lain-lain.
Menurut
Rockville, peta
adalah suatu
representasi konvensional
(miniatur) dari unsur-unsur fisik
(alamiah
dan
buatan
manusia)
dari
sebagian atau keseluruhan permukaan bumi diatas media bidang datar
dengan skala tertentu.
(Prahasta, 2002, p129)
Bagian-bagian pokok peta antara lain:
a.   Judul peta
Setiap peta harus diberi
judul
untuk mencerminkan
isi dan
tipe peta.
Judul suatu peta dapat diletakkan pada bagian atas tengah layar peta
utama,   bagian   atas   kiri   atau   kanan   diluar   peta   utama,   atau
disembarang tempat diluar peta utama, dan jangan sampai
mengganggu peta utama.
b.   Garis Astronomis
Garis
astronomis
berfungsi
untuk menentukan
lokasi
suatu
tempat.
Umumnya, garis astronomis dibuat dengan memberi tanda di tepi atau
garis  tepi  dengan  menunjukan  angka  derajat,  menit,  dan  detiknya
tanpa membuat garis bujur atau lintang.
c.   Inset
Inset menunjukan lokasi daerah
yang dipetakan pada kedudukannya
dengan daerah sekitar yang lebih luas.
  
25
d.   Garis Tepi Peta
Garis tepi
peta
sebaiknya
dibuat rangkap. Garis tepi
peta
ini dapat
membantu
dalam membuat
peta
pulau, kota,
ataupun
wilayah
yang
tepat ditengah-tengahnya.
e.   Skala Peta
Skala peta merupakan angka yang menunjukkan perbandingan jarak
pada peta dengan jarak sesungguhnya. Penulisan skala diletakkan
dibawah
judul
peta.
Skala
merupakan
hal
penting
sebab
pengguna
peta dapat mengetahui jarak sebenarnya dari perbandingan skala
tersebut.
f.
Sumber Peta dan Tahun Pembuatan Peta
Sumber peta digunakan
sebagai informasi dari mana sumber peta
diperoleh. Tahun pembuatan peta sangat diperlukan terutama peta-
peta dengan data yang mudah berubah,
misalnya
peta
penyebaran
penduduk, peta hasil perkebunan, dan lain-lain.
g.   Penunjuk Arah / Mata Angin / Tanda Arah
Untuk membantu pembaca mengetahui arah mata angin : utara,
selatan,
timur, dan barat.
Penunjuk arah diletakkan di
kiri
atas atau
bagian bawah peta.
h.   Simbol Peta
Simbol
peta
merupakan
tanda-tanda
yang
umum digunakan
untuk
mewakili keadaan yang sebenarnya. Simbol peta dapat dibagi sebagai
berikut,
simbol
titik
melambangkan
ketinggian,
tanaman,
monumen
  
26
(candi);  simbol  garis  melambangkan  sungai,  jalan,  rel  kereta  api,
batas wilayah administrasi; dan simbol area melambangkan
pemukiman, area pertanian dan perkebunan.
i.
Warna Peta
Warna peta digunakan untuk menggambarkan keadaan objek tertentu,
misalnya : warna biru digunakan untuk melambangkan lautan /
perairan,
warna
hijau digunakan untuk dataran rendah, warna kuning
digunakan untuk dataran tinggi, warna
coklat
digunakan
untuk
pegunungan, warna merah digunakan untuk bentang hasil budi daya
manusia, dan warna putih digunakan untuk puncak pegunungan salju.
Perubahan warna sewaktu-waktu gradual,
artinya
warnanya
sama
tetapi tua mudanya warna berbeda.
j.
Legenda
Legenda  merupakan  informasi  atau  keterangan  dari  simbol-simbol
agar lebih mudah dibaca. Pada umumnya legenda diletakkan dibagian
kiri atau kanan bawah suatu peta dan sebaliknya dalam garis peta.
k.   Lettering
Merupakan semua tulisan atau angka-angka untuk mempertegas arti
dari
simbol-simbol   yang   ada.   Lettering  jangan   terlalu   sering
digunakan dan biasanya ditulis dengan huruf cetak kecil.
l.
Penggunaan Tulisan Pada Peta
  
27
Judul peta harus ditulis dengan huruf cetak besar yang tegak. Tinggi
huruf harus disesuaikan dengan besar peta dan kenampakan di air
menggunakan huruf miring, besar kecilnya berdasarkan strategisnya.
2.2.2
Jenis-jenis Peta
Peta pada umumnya dapat dibagi berdasarkan skala dan data yang
disediakan oleh peta tersebut. Berdasarkan skalanya peta dapat
diklasifikasikan menjadi lima, yaitu:
1. 
Peta kadaster, berskala 1:100 sampai 1:5000, menggambarkan peta-
peta tanah dan peta sertifikat tanah.
2.   Peta skala besar, berskala 1:5000 sampai 1:250000, menggambarkan
wilayah-wilayah
yang    relatif    sempit,    seperti    kelurahan    dan
kecamatan.
3. Peta 
skala 
sedang, 
berskala 
1:250000 
sampai 
1:500000,
menggambarkan
wilayah-wilayah
yang
agak
luas,
seperti propinsi,
daerah regional, dan pulau.
4. Peta  
skala  
kecil,  
berskala  
1:500000  
sampai  
1:1000000,
menggambarkan wilayah-wilayah yang cukup luas, misalnya negara.
5.   Peta skala geografis, berskala lebih dari 1:1000000, menggambarkan
sekumpulan negara, benua, atau dunia.
Berdasarkan data yang disediakan, terdapat dua macam bentuk peta:
1.   Peta umum /  peta ikhtisiar
  
28
Peta
umum merupakan peta
yang
menggambarkan
topografi
daerah
ataupun batas-batas administrasi suatu wilayah / Negara yang biasa
digunakan untuk bermacam-macam tujuan.
2.   Peta khusus / peta tematik
Peta  tematik  merupakan  peta  yang  menampilkan  hubungan
keruangan,
kenampakan
tertentu
di
permukaan
bumi
dalam bentuk
atribut
tunggal
ataupun hubungan
atribut
seperti
geologi,
geografis,
pertanahan dan sebagainya. Contohnya :
Peta Geologi
Peta yang menggambarkan struktur batuan dan sifat-sifatnya yang
mempengaruhi bentuk-bentuk permukaan tanah.
Peta Air Tanah
Peta yang menggambarkan lokasi atau sebaran air tanah di suatu
tempat / daerah.
Peta Irigasi
Peta  yang  menggambarkan  aliran  sungai,  bendungan  air,  dan
saluran irigasi.
Peta Transportasi
Peta  yang  menggambarkan  peta  lalu
lintas  baik  di  darat,  laut,
maupun udara.
Peta Lokasi
Peta yang menggambarkan tinggi rendahnya permukaan bumi.
  
29
Peta Arkeologi
Peta  yang  menggambarkan  penyebaran  letak  benda-benda  atau
peninggalan purba.
2.2.3
Penggunaan Peta
Pada umumnya peta dapat digunakan untuk mengetahui berbagai
kenampakan pada suatu wilayah yang dipetakan, yakni :
1.   Memperlihatkan posisi suatu tempat di permukaan bumi.
2.   Mengukur
luas
dan
jarak
suatu
daerah
di
permukaan
bumi
berdasarkan skala dan ukuran peta.
3.   Memperlihatkan  bentuk  suatu  daerah  yang  sesungguhnya  dengan
skala tertentu.
4.   Menghimpun data suatu daerah yang disajikan dalam bentuk peta.
Adapun peta khusus digunakan untuk tujuan tertentu yang
menonjolkan satu jenis data saja. Misalnya pada iklim, peta curah hujan,
peta penyebaran penduduk, dan sebagainya.
2.2.4
Persyaratan Peta
Tiga persyaratan pokok yang harus dipenuhi agar
peta dapat
berfungsi dengan baik, antara lain :
  
30
Conform : bentuk-bentuk bidang daerah, pulau, benua yang digambar
harus sesuai dengan bentuk aslinya di alam.
Equivalent  :  daerah-daerah atau bidang-bidang yang digambarkan
harus proporsional luas dengan apa yang terdapat di alam.
Equidistant
:
jarak-jarak
yang
digambar
peta
harus
tepat
perbandingannya dengan keadaan jarak yang sebenarnya.
2.3
Metode Pengembangan Sistem
Pada pengembangan sistem penulis menggunakan metode pengembangan
sistem tradisional. Di mana tahap-tahapnya dapat dilihat pada gambar :
: Pengulangan Kembali (Feed Back Loop)
Gambar 2.3 Pengembangan Sistem Tradisional
Metode ini terdiri dari 5 tahap, yaitu :
Tahap Preliminary Investigasi
Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian terhadap objek, memperkirakan
biaya
dan
keuntungan,
mengevaluasi kemungkinan
yang
akan
terjadi,
mendapatkan persetujuan untuk memulai analisis sistem.
  
31
Analisis Sistem
Pada tahap ini dilakukan penganalisaan tehadap keadaan dan keperluan
perusahaan,
menganalisis
sistem yang ada, menganalisis keadaan fungsional
area dan keperluannya dan
memutuskan
fungsi-fungsi dari sistem yang baru
seperti : karakteristik pengguna, tampilan pengguna, dan lain-lain.
Desain Sistem
Pada tahap ini dilakukan pembuatan sistem seperti mendesain user interface,
database, mendesain aplikasi, mendesain panduan mengenai aplikasi.
Implementasi Sistem
Pada tahap implementasi dilakukan persiapan fasilitas untuk perangkat keras,
membangun
komponen,
melatih
pengguna, melakukan testing, melakukan
penulisan manual untuk pengguna dan administrator, dan lain-lain, apabila
pada tahap implementasi ini aplikasi belum berjalan dengan baik maka dalam
pengembangan sistem harus dikembalikan ke tahap analisis dan desain.
Sistem Operasional
Pada tahap ini sistem sudah dapat berjalan dengan baik dan sistem sudah bisa
dipakai dengan baik oleh pengguna.
(Dewits, 1996, p96)
2.4
Data Flow Diagram (DFD)
Diagram  alir  data  atau  data flow diagram adalah  teknik  grafis  yang
menggambarkan aliran informasi dan transformasi yang diaplikasikan pada saat
  
32
data bergerak dari input menjadi output. DFD tingkat 0 atau biasa juga disebut
juga dengan model konteks, merupakan DFD yang merepresentasikan seluruh
elemen sistem sebagai
sebuah
proses
tambahan
dengan data
input
dan
output
yang ditunjukkan oleh anak panah yang masuk dan keluar secara berurutan.
Proses tambahan dan jalur aliran informasi direpresentasikan pada saat DFD
tingkat 0 dipartisi untuk mengungkap detail yang lebih. (Pressman, 2001, p311)
Berikut adalah notasi-notasi dasar yang digunakan dalam DFD :
Entity eksternal
Informasi yang ada diluar sistem yang dimodelkan
Proses
Transfer Informasi yang ada didalam sistem untuk
dimodelkan
Objek data
Anak panah menunjukkan arah aliran data
Penyimpanan data
Repositori  data  yang  disimpan  untuk  digunakan
oleh satu proses atau lebih
Gambar 2.4 Model Aliran Informasi
  
33
Data
Flow
Diagram
dapat
menginformasikan
kepada user
sistem yang
berlaku
dan
sebagai
alat
untuk
berinteraksi dengan user dalam bentuk
representasi.
Tingkatan-tingkatan dalam DFD :
1.   Diagram Konteks
Merupakan level tertinggi yang menggambarkan masukkan dan keluaran
dari sistem. Pada diagram konteks
hanya terdapat satu proses dan tidak ada
data store.
2.   Diagram Nol
Pada diagram nol terdapat data store. Diagram yang tidak rinci pada akhir
nomor diberi tanda *.
3.   Diagram Rinci
Merupakan rincian dari diagram nol atau diagram level diatasnya. Proses-
proses pada diagram ini sebaikknya tidak lebih dari 7 atau maksimum 9.
2.5
Entity Relationship Diagram (ERD)
Model Entity Relationship berisi komponen-komponen himpunan entitas
dan himpunan relasi yang masing-masing dilengkapi dengan atribut-atribut yang
merepresentasikan  seluruh  fakta  dari  ‘dunia  nyata’  yang
telah  ditinjau,  yang
dapat digambarkan dengan lebih sistematis (Fathansyah, 1999, p79)
Contoh-contoh penggambaran relasi antar hubungan entitas yang ada adalah :
a.   One-to-one
  
34
Sebuah entitas di A hanya dapat diasosiasikan dengan paling banyak satu
entitas di B, dan begitupun sebaliknya.
b.   One-to-many
Sebuah entitas di A hanya dapat diasosiasikan dengan paling banyak satu
entitas di
B,
namun sebuah entitas di B dapat diasosiasikan dengan
nol
atau lebih entitas di A.
c.   Many-to-many
Sebuah entitas di A dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih entitas di B
dan sebuah entitas di B dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih entitas
di A.
2.6
State Transition Diagram (STD)
STD dibuat dengan tujuan untuk mewakili sistem dengan sejumlah state
dan serangkaian aktivitas yang berhubungan, menggambarkan hubungan antara
state, menunjukkan bagaimana sistem bergerak dari satu state ke state yang lain
dan
mendokumentasikan
urutan
dan
prioritas
dari
state. STD pertama kali
dikembangkan untuk membantu merancang kompiler.
(William S. Davis and David C. Yen, 2000, p235)
  
35
2.7
Basis Data
2.7.1
Pengertian Data
Data adalah aliran dari
fakta-fakta kasar yang merepresentasikan
kejadian-kejadian
yang
terjadi
dalam organisasi
atau
lingkungan
fisik
sebelum disusun
dalam sebuah
bentuk
yang
dapat
dimengerti
dan
digunakan oleh manusia.
(Laudon, 2004, p8)
Data terdiri dari fakta-fakta dan angka-angka yang relatif tidak
berarti bagi pemakai. Dua sifat data, antara lain:
a.   Shared : data dapat digunakan bersama-sama dengan pengguna.
b.   Integrated
:
data
merupakan
kesatuan, sebisa
mungkin
menghindari
pengulangan, sehingga data menjadi lebih valid dan benar.
2.7.2
Pengertian Basis Data
Basis data atau database merupakan koleksi bersama dari data
logikal yang saling berhubungan, dan deskripsi dari data tersebut didesain
untuk menemui kebutuhan informasi suatu organisasi.
(Connoly, 2002, p14)
Database adalah kumpulan terintegrasi dari occurances file atau
tabel yang merupakan representasi data dari suatu model enterprise.
(Mohammad Subekti, 1997, p8)
  
36
Suatu
database
merepresentasikan entity,
attribut,
dan
hubungan
logical
antar
entity.
Entity
adalah
distinct
object
pada
organisasi
yang
akan
dipresentasikan pada
database.
Entity dapat berupa orang,
tempat,
barang, 
konsep, 
atau 
eventAttribut  adalah
properti 
yang
mendeskripsikan beberapa
aspek dari objek
yang
ingin
kita record
dan
relationship adalah asosiasi antar entity.
Adapun tujuan utama konsep database adalah :
Mengurangi redundancy data
Independensi data
2.8
Lamun
2.8.1
Pengertian Lamun
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga yang sudah
sepenuhnya
menyesuaikan
diri
untuk hidup
tergenang
di
air
laut.
Tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal hingga pada
kedalaman kira-kira
30
meter di
lautan tropis sampai
lautan
sub-tropis.
Lamun dapat tumbuh pada kisaran yang sangat luas, di pasir karang atau
puing-puing karang atau lumpur halus dasar laut daerah tropis yang
terlindung, di tempat ini lamun dapat membentuk padang  yang padat dan
produktif.
Lamun
dapat tumbuh
mulai dari batas
teratas daerah pasang
surut, dibatasi oleh kondisi yang terbuka terhadap kekeringan dan energi
gelombang sampai di batas terendah daerah subtidal, dibatasi oleh tingkat
  
37
intensitas 
cahaya 
masuk 
sehingga 
memungkinkan 
fotosintesis 
yang
melebihi respirasi.
Habitat
lamun
dapat
dipandang
sebagai
suatu
komunitas,
dalam
hal
ini
padang
lamun
merupakan
suatu kerangka struktural dengan
tumbuhan  dan  binatang 
yang  berhubungan  dalam  proses 
fisik  atau
kimiawi membentuk suatu ekosistem.
Untuk tumbuh
dan
berkembang
dengan
baik,
padang
lamun
ini
memerlukan  kondisi  perairan  dangkal 
yang  jernih  dimana 
intensitas
cahaya
matahari dapat menembus dasar perairan dan sirkulasi air yang
baik agar oksigen dan unsur hara dapat dialirkan dalam hamparan lamun.
(Anonymous, 2007, p3)
2.8.2
Klasifikasi Lamun
Lamun
terdiri atas 2 suku, 12 marga dan 50
jenis. Di Indonesia
hanya dijumpai sebanyak 12 jenis yang termasuk dalam 7 marga.
Klasifikasi
tumbuhan
lamun
yang
terdapat
di
Indonesia
(Yulianda, 1996) adalah sebagai berikut:
Divisi : Anthopyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
  
38
Spesies : Enhalus acoroides
Genus : Halophila
Spesies : Halophila decipiens
Spesies : Halophila minor
Spesies : Halophila ovalis
Spesies : Halophila spinulosa
Genus : Thalassia
Spesies : Thalassia hemprichii
Famili : Potamogetonaceae
Genus : Cymodocea
Spesies : Cymodocea rotundata
Spesies : Cymodocea serrulata
Genus : Halodule
Spesies : Halodule pinifolia
Spesies : Halodule uninervis
Genus : Syringodium
Spesies : Syringodium isoetifolium
Genus : Thalassodendron
Spesies : Thalassodendron ciliatum
Kedua belas jenis
lamun
ini
tergolong pada tujuh
genus. Ketujuh
genus ini terdiri dari tiga genus dari famili Hydrocharitaceae yaitu
Enhalus,  
Halophila   
dan   
Thalassia;  
dan   
empat   
genus   
dari
  
39
Potamogetonaceae   yaitu   Cymodocea,   Halodule,
Syringodium   dan
Thalassodendron (Nontji, 1987).
Dalam 
skala 
luas 
lamun 
dapat 
mengokupansi 
wilayah  baru
melalui penyebaran biji. Begitu biji tumbuh, lamun menyebar secara
vegetatif melalui tunas batangnya
yang tumbuh secara mendatar dan
terbenam di
dasar
perairan
serta
ditumbuhi
akar,
sehingga
dapat
membentuk
lapisan yang padat pada substrat di
mana
ia tumbuh. Semua
tipe
substrat
dapat
ditumbuhi
lamun,
mulai
dari
lumpur
lunak
sampai
batu-batuan, tetapi padang lamun yang luas ditemukan pada substrat yang
lunak.
2.8.3
Fungsi Ekologi Lamun
Fungsi
ekosistem padang
lamun
dalam suatu
tempat
secara
ekologis adalah:
1.   Sumber makanan bagi organisme air seperti duyung penyu hijau, bulu
babi dan beberapa jenis ikan laut.
2.   Habitat dan tempat pembesaran bagi beberapa jenis ikan dan udang.
3.   Sistem perakaran lamun yang saling menyilang sebagai penjebak atau
penangkap sedimen sehingga dasar perairan menjadi padat dan stabil.
(Anonymous, 2007, p3)
  
40
2.9
Mangrove
2.9.1
Pengertian Mangrove
Mangrove  adalah  pohon,  semak,  tumbuhan  merambat,
paku/palem
atau
rumput-rumputan/herba
yang
tingginya
1,5
m dan
normalnya tumbuh di atas batas air laut di daerah intertidal atau estuaria.
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh pada tanah alluvial di
daerah pantai dan muara sungai
yang dipengaruhi pasang surut air
laut
dan
dicirikan
oleh jenis-jenis
pohon
Avicennia
sp.,
Sonneratia
sp.,
Rhizophora 
sp.,
Bruguiera 
sp.Lumnitzera 
sp.,
Excoecaria 
sp.,
Xylocarpus sp., dan Nipah.
(Anonymous, 2007, p2)
2.9.2
Habitat Mangrove
Hutan  mangrove  terdapat  pada  daerah  pasang  surut  sepanjang
garis pantai daerah tropis, termasuk di muara sungai, laguna, delta, delta
muara dan laguna muara. Hutan mangrove yang luas dapat ditemui di
daeah tepian pantai berlumpur yang terlindung dari angin dan arus air laut
yang kuat. Hutan mangrove dapat tumbuh subur bila terdapat tambahan
sedimen halus dan air tawar sementara keberadaan air payau tidak terlalu
penting walaupun air payau membuat
pertumbuhan
mangrove
menjadi
lebih baik. Mangrove juga dapat tumbuh di daerah berpasir atau di pantai
karang, terumbu karang dan pulau oseanik.
  
41
Vegetasi mangrove dipengaruhi oleh keadaan air, pada beberapa
tempat, keberadaan mangrove dapat menunjukkan zonasi. Jenis yang
menghuni mangrove cenderung untuk berubah dari tepian air hingga
menuju daratan, meskipun hal ini terkadang tergantung pada ketinggian
lantai hutan atau anak sungai di daerah tersebut.
(Anonymous, 2007, p3)
2.9.3
Tipe Hutan Mangrove
Hutan
mangrove
merupakan ekosistem pesisir
yang
mempunyai
produktivitas hayati cukup tinggi. Faktor
penting
yang
menentukan
produktivitas mangrove dibagi dalam 2 kelompok yaitu: a) fluktuasi
perubahan salinitas oleh pasang surut, dan b) kimia air. Periode pasang
surut yang cukup lama memberikan kesempatan transport oksigen ke
dalam  sistem  perakaran  mangrove  serta  menambah  keberadaan  unsur
hara ke daerah hutan mangrove.
Hutan
mangrove
menjadi
daerah penyangga
sepanjang
pantai,
pulau,
delta,
estuaria
dan
laguna. Topografi,
interaksi
biologis
serta
karakteristik
tanah/substrat
dan
kondisi
hidrologi
(pasang surut,
curah
hujan dan suplai air tawar) pada masing-masing daerah membentuk suatu
tipe ekosistem mangrove yang berbeda. Ada lima tipe hutan mangrove,
yaitu:
1.   Hutan Mangrove Tepi (Fringe)
  
42
Hutan
mangrove
tepi
tumbuh
melingkari daerah sepanjang pantai
(pada 
pulau 
kecil), 
kearah 
lautan 
di 
teluk 
dan 
laguna. 
Hutan
mangrove ini mempunyai tipe profil vertikal dengan ketinggian
maksimal 10 meter dan mendapat sinar matahari secara langsung.
Pasang air laut merupakan faktor fisik utama yang mempengaruhi
fringing  mangrove,  dimana  pasang  surut  harian  akan
menggenanginya dan membawa material seperti daun, ranting dan
propagul/buah mangrove ke tempat lain sehingga terjadi penyebaran
vegetasi mangrove dan distribusi bahan-bahan organik.
2.   Hutan Mangrove Terkikis (Overwash)
Hampir sama dengan hutan mangrove tepi, mangrove tepi overwash
juga terkena pasang surut. Perbedaannya adalah hutan mangrove ini
secara keseluruhan terletak (tumbuh) pada bagian belakang, sudah
masuk ke arah daratan pulau dan khas seperti rawa yang terpengaruh
oleh pasang air laut. Seringnya
tipe
hutan
ini
akan
menjerat
endapan/sedimen sehingga cukup untuk tanaman pantai lainnya agar
bisa tumbuh.
3.   Hutan Mangrove Sungai (Riverine)
Hutan mangrove sungai berada di daerah esturia yang secara periodik
tergenang air pasang, namun masih ada sisa genangan airnya. Daerah
ini merupakan hutan mangrove yang paling produktif.
4.   Hutan Mangrove Basin
  
43
Hutan
ini
berada
pada
daerah dangkal
yang
terhubung
menuju
ke
lautan. Hutan mangrove basin dapat berkembang di sepanjang
pengerukan terusan yang
menjadi saluran
masuknya/intrusi
air
laut
diatas
sungai
dan
terusan.
Hutan mangrove basin merupakan tipe
komunitas mangrove yang umum dijumpai, dan menjadi daerah yang
sering mengalami perubahan. Karena hutan ini tumuh di daerah basin
yang
secara
tidak
teratur
terkena pasang
air
laut
sehingga
terjadi
perubahan salinitas yang fluktuatif
yang
membatasi
pertumbuhan
mangrove dan dapat menyebabkan kematiannya.
5.   Hutan Mangrove Kerdil (Dwarf)
Hutan
mangrove
tumbuh
di daerah dimana
nutrisi,
suplai
air
tawar
dan 
air  laut  sangat 
terbatas,  sehingga  beberapa  jenis 
mangrove
menjadi
kerdil
dengan
ketinggian 1
m
atau
kurang.
Pada
hutan
ini
pertumbuhan mangrove kurang optimal terutama di areal yang kering.
Di samping itu hutan ini akan sering menggugurkan daunnya.
(Anonymous, 2007, p3)
2.9.4
Klasifikasi Vegetasi Mangrove
Vegetasi
mangrove
dapat diklasifikasikan dalam
tiga
kelompok
besar, yaitu: mangrove mayor, mangrove minor dan tumbuhan asosiasi.
mangrove)
  
44
2.9.4.1 Mangrove Mayor
Mangrove 
mayor  (true
mangrove) 
memiliki  sifat-sifat
berikut:
Sepenuhnya 
hidup  pada  ekosistem 
mangrove  di  kawasan
pasang surut, di antara rata ketinggian pasang perbani (pasang
rata-rata) dan pasang purnama (pasang tertinggi), serta tidak
tumbuh di ekosistem lain;
Memiliki  
peranan  
penting  
dalam  
membentuk  
struktur
komunitas mangrove dan dapat membentuk tegakan murni;
Secara
morfologi
beradaptasi
dengan
lingkungan
mangrove,
misalnya memiliki akar aerial dan embryo vivipar;
Secara  fisiologi  beradaptasi  dengan  kondisi  salin,  sehingga
dapat
tumbuh
di
laut, karena
memiliki
mekanisme
untuk
menyaring dan mengeluarkan garam, misalnya melalui alat
ekskresi;
Secara taksonomi berbeda dengan kerabatnya
yang tumbuh di
darat, setidak-tidaknya terpisah hingga tingkat genus.
Klasifikasi 
suku 
dan 
genus 
mangrove 
mayor 
adalah
sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
  
45
Ordo : Lamiales
Famili : Acanthaceae
Genus : Avicennia
Ordo : Myrtales
Famili : Combretaceae
Genus : Laguncularia
Genus : Lumnitzera
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Nypa
Divisi : Angiosperms
Ordo : Malpighiales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Bruguiera
Genus : Ceriops
Genus : Kandelia
Genus : Rhizophora
  
46
2.9.4.2 Mangrove Minor
Dibedakan oleh ketidakmampuannya
untuk
membentuk
komponen utama vegetasi yang menyolok, jarang membentuk
tegakan murni dan hanya menempati tepian habitat.
Klasifikasi   suku   dan   genus   mangrove   minor   adalah
sebagai berikut :
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Lamiales
Famili: Acanthaceae
Genus: Achantus
Genus: Bravaisia
Famili:  Malvaceae
Genus: Camptostemon
Ordo: Poales
Famili: Cyperaceae
Genus: Fimbristylis
Ordo: Myrtales
Famili: Lythraceae
Genus: Pemphis
Famili: Myrtaceae
Genus: Osbornia
  
47
Ordo: Caryophyllales
Famili: Plumbaginaceae
Genus: Aegialitis
Ordo: Gentianales
Famili: Rubiaceae
Genus: Scyphiphora
Ordo: Malvales
Famili: Malvaceae
Genus: Heritiera
Divisi: Angiosperms
Ordo: Malpighiales
Famili: Euphorbiaceae
Genus: Excoecaria
Ordo: Sapindales
Famili: Meliaceae
Genus: Xylocarpus
Divisi: Pteridophyta
Kelas: pteridopsida
Ordo: Polypodiales
Famili: Pteridaceae
Genus: Acrostichum
  
48
2.9.4.3 Tumbuhan Asosiasi
Tumbuhan 
asosiasi 
adalah  tumbuhan 
yang 
toleran
terhadap salinitas, yang tidak ditemukan secara eksklusif di hutan
mangrove dan hanya merupakan vegetasi transisi ke daratan atau
lautan,
namun
mereka
berinteraksi dengan true mangrove.
Tumbuhan asosiasi adalah spesies yang berasosiasi dengan hutan
pantai atau komunitas pantai dan disebarkan oleh arus laut.
Tumbuhan ini tahan terhadap salinitas, seperti Terminalia,
Hibiscus, Thespesia, Calophyllum,
Ficus, Casuarina, beberapa
polong,
serta
semak
Aslepiadaceae
dan
Apocynaceae.
Ke
arah
tepi
laut
tumbuh
Ipomoea
pes-caprae, Sesuvium portucalastrum
dan
Salicornia
arthrocnemum
mengikat pasir pantai. Spesies
seperti Porteresia (=Oryza) coarctata toleran terhadap berbagai
tingkat salinitas. Ke arah darat
terdapat kelapa (Cocos nucifera),
sagu (Metroxylon
sagu), Dalbergia,
Pandanus, Hibiscus
tiliaceus
dan
lain-lain.
Komposisi
dan
struktur vegetasi hutan mangrove
beragam,  tergantung  kondisi  geofisik,  geografi,  geologi,
hidrografi, biogeografi, iklim, tanah, dan kondisi lingkungan
lainnya.
2.9.5
Peranan Hutan Mangrove
Secara
langsung
atau
tidak
langsung
hutan
mangrove
memiliki
manfaat ekologi, sosial dan ekonomi, antara lain:
  
49
a.   Hutan   mangrove   merupaka   pelindung   dan   menstabilkan
pantai.
Hutan   mangrove   mengurangi   erosi,  
menangkap
sedimen,
menstabilkan substrat/tanah serta
menahan
pukulan
ombak dan angin kencang.
b.   Penghasil bahan-bahan organik bagi perairan sekitarnya.
c.   Hutan 
mangrove 
merupakan 
habitat 
dan 
tempat 
mencari
makan,
daerah
asuhan
(nursery ground)
serta
pemijahan
(spawning  ground)  bagi  berbagai  jenis  biota  laut,  seperti
udang, kepiting, ikan dan jenis-jenis moluska.
d. 
Menjadi
sumber
bahan-bahan
produksi
dalam industri
yang
bernilai tinggi, seperti obat anti malaria, obat anti tumor, obat
nyamuk,
bahan
penyamak
kulit, produksi
tannin,
bahan
konstruksi bangunan.
e.   Keunikan dan kekhasan ekosistem mangrove menjadi potensi
yang tinggi untuk penelitian, pendidikan, perikanan dan
pariwisata.
(Anonymous, 2007, p6)