6
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Jaringan Komputer
Jaringan  komputer  adalah  sekumpulan  komputer  yang  saling
berhubungan dengan menggunakan suatu protokol komunikasi sehingga antara
satu  komputer  dengan  komputer  yang  lain  dapat  berbagi  data  atau  berbagi
sumber daya (sharing resources).
Manfaat yang didapat dari jaringan komputer ialah :
1.   Berbagi sumber daya
Jaringan
komputer
memungkinkan
komputer-komputer
dalam satu
jaringan untuk saling berbagi sumber daya.
2.   Media Komunikasi
Jaringan  komputer  memungkinkan  terjadinya  komunikasi  antar
pengguna,
baik
untuk teleconference
maupun
untuk
mengirim pesan
atau
informasi yang penting lainnya.
3.   Integrasi Data
Jaringan komputer dapat mencegah ketergantungan pada komputer pusat
karena
setiap
proses
data tidak harus dilakukan pada
satu
komputer
saja,
melainkan dapat didistribusikan ke tempat lainnya. Oleh sebab inilah maka
dapat terbentuk data yang terintegrasi yang memudahkan pemakai untuk
memperoleh dan mengolah informasi setiap saat.
  
7
4.   Keamanan Data
Sistem jaringan komputer dapat
memberikan perlindungan terhadap data
karena  dapat  mengatur  pemberian  hak  akses  kepada  para  pemakai,  serta
teknik perlindungan terhadap sumber data sehingga data mendapatkan
perlindungan.
2.1.1
Konsep Network Models
Pada   
saat   
pertama kali munculnya jaringan komputer,
kebanyakan 
komputer 
hanya  dapat berkomunikasi 
dengan 
komputer
yang 
dibuat 
oleh 
perusahaan 
yang 
sama. 
Pada akhir 
tahun 
1970,
International
Organization for
Standarization (IOS)
membuat   model
referensi 
Open System Interconnection (OSI)
sebagai 
solusi 
untuk
mengatasi masalah  kompabilitas tersebut.
2.1.2
Konsep Layer dan  Protokol Jaringan
Konsep  
layer digunakan 
untuk  
menjelaskan  
bagaimana
komputer berkomunikasi satu sama lain. Konsep layer menjelaskan
bagaimana jaringan komputer 
mendistribusikan informasi 
dari  sumber
ke 
tujuan.  Ketika 
komputer mengirimkan informasi melalui jaringan,
semua komunikasi diatur
di sumber dan kemudian 
dikirim 
ke 
tempat
tujuan.
  
8
Berikut 
ini 
menggambarkan  aliran  data dikirim dari sumber ke
tujuan :
Gambar 2.1 Gambar Aliran Data Dikirim dari Sumber ke Tujuan
Informasi
yang ada dalam jaringan
secara
umum disebut sebagai
data atau paket.  Sebuah  paket 
secara
logika 
merupakan 
sekumpulan
unit  informasi  yang bergerak  di  antara  sistem  komputer.  Setiap  kali
data  melewati  layer,  informasi ditambahkan dari setiap layer pengirim
sampai layer penerima pada komputer tujuan.
Protokol jaringan adalah suatu standar yang harus saling
dimengerti oleh komputer agar dapat saling berkomunikasi. Model yang
umum
di
gunakan
dalam protokol
jaringan
adalah
Open
System
Interconnection (OSI) layer dan Transmission Control Protocol/Internet
Protocol (TCP/IP).
2.1.3
Model Open System Interconnection (OSI) Layer
Pada   awal   tahun   1980an   terjadi   peningkatan   pesat   jumlah
dan  
ukuran jaringan komputer. Setelah  
terjadi peningkatan  
dan
perkembangan jaringan tersebut, disadari akan sulit sekali berkomunikasi
dalam
jaringan dengan
bahasa
yang
berbeda
karena
alat-alat   jaringan
  
9
komputer 
yang dikembangkan  tidak 
memiliki  standarisasi yang sama,
sehingga alat-alat  jaringan 
mengalami 
masalah  dalam  berkomunikasi
antar  alat  jaringan karena memiliki standar  yang berbeda.
Untuk 
mengatasi 
masalah 
komunikasi 
ini, maka International
Organization for Standardization (ISO)
mengembangkan model
jaringan
seperti
Digital
Equipment
Corporation
net (DECnet),
System
Network
Architecture(SNA), dan TCP/IP untuk menetapkan
standarisasi 
yang
dapat 
diimplementasikan 
ke 
semua 
jaringan. Dengan 
model 
yang
dikembangkan   oleh   ISO,   perusahaan dapat   membuat   jaringan
yang
sesuai   dengan standarisasi   sehingga   mampu   berkomunikasi   dengan
alat  jaringan  yang berbeda.
Open
System
Interconnection
(OSI)
yang
dikeluarkan
tahun
1984  merupakan
model
jaringan
yang
dibuat
oleh
ISO.
OSI
menyediakan standarisasi
yang dapat digunakan oleh 
perusahaan
untuk
menjamin kesamaan kinerja  dengan teknologi jaringan lainnya.
Keuntungan dari model OSI layer adalah :
1.   Mengurangi kerumitan.
2.   Standarisasi interface.
3.   Mempermudah perancangan secara modular.
4.   Menjamin interoperabilitas teknologi yang berbeda.
5.   Perkembangan yang sangat cepat.
6.   Mempermudah pembelajaran dan pengajaran.
  
10
OSI
merupakan
sebuah framework yang digunakan untuk
menjelaskan
bagaimana
informasi
berjalan
dalam jaringan.
Model
OSI
menjelaskan
bagaimana
paket
berjalan
melalui
berbagai
macam layer
mulai dari hardware dalam sebuah jaringan,
bahkan
bila
pengirim dan
penerima memiliki tipe media jaringan yang berbeda.
Model 
referensi 
OSI 
memiliki 
tujuh 
layer dengan
fungsinya
masing-masing.  Sebuah  data 
yang 
melewati layer OSI akan 
melalui
tujuh layer secara berurutan tergantung dari arah data tersebut. Ketujuh
layer OSI tersebut
ialah :
1.   Application
Layer ini menyediakan jasa untuk aplikasi pengguna dan
bertanggung jawab atas pertukaran informasi antara program
komputer, seperti program e-mail, dan service
lain yang berjalan
di
jaringan, seperti server, printer atau aplikasi komputer lainnya.
2.   Presentation
Layer ini bertanggung jawab bagaimana data dikonversi dan
diformat  untuk  transfer  data.  Contoh  konversi  format  text  ASCII
untuk dokumen, .gif dan JPG untuk gambar. Layer ini membentuk
kode, translasi data, enkripsi dan konversi.
3.   Session
Layer ini
menentukan
bagaimana
dua
terminal
menjaga,
memelihara dan mengatur koneksi serta bagaimana mereka saling
berhubungan satu sama lain.
  
11
4.   Transport
Layer 
ini 
bertanggung 
jawab 
untuk 
membagi  data 
menjadi
segmen,
menjaga
koneksi
logika
end-to-end” antar terminal, dan
menyediakan penanganan error (error handling).
5.   Network
Layer
ini bertanggung jawab untuk menentukan alamat jaringan,
menentukan rute yang harus diambil selama perjalanan, dan menjaga
antrian trafik di jaringan. Data pada layer ini berbentuk paket.
6.   Data Link
Layer ini
menyediakan
link
untuk
data
dan
memaketkannya
menjadi
frame
yang
berhubungan
dengan
hardware, kemudian
diangkut melalui media komunikasi dengan kartu jaringan serta
mengatur
komunikasi
layer
physical
antara
sistem koneksi
dan
penanganan error.
7.   Physical
Layer ini bertanggung jawab atas proses konversi data menjadi bit
kemudian mentransfernya melalui media seperti kabel dan menjaga
koneksi fisik antar sistem.
  
12
Gambar 2.2 Gambaran Model OSI Layer
2.1.3
Model Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP)
Layer
Model TCP/IP dikembangkan oleh ARPANET. ARPANET
(Advanced Research Project Agency Network) adalah
jaringan komputer
yang
dibuat
oleh
ARPA
(Advanced
Research
Project
Agency) dari
Departemen Pertahanan
Amerika Serikat
pada
tahun
1969.
ARPANET
difungsikan 
sebagai 
sarana 
percobaan 
teknologi 
jaringan 
komputer
  
13
terbaru pada
zamannya, seperti teknologi packet switching dan menjadi
permulaan berdirinya Internet yang ada sekarang.
Saat ini TCP/IP digunakan sebagai sebuah protokol standar untuk
menghubungkan   komputer   dan   jaringan   untuk   membentuk   sebuah
jaringan yang luas (WAN).
TCP/IP merupakan sebuah standar jaringan
terbuka yang bersifat independent terhadap mekanisme transport jaringan
fisik yang digunakan, sehingga dapat digunakan di
mana saja. Protokol
ini menggunakan skema pengalamatan yang sederhana yang disebut
sebagai alamat
IP (IP Address) yang
memungkinkan beberapa ratus juta
komputer untuk dapat saling berhubungan satu sama lain di internet.
Protokol ini juga bersifat routable yang berarti protokol ini cocok untuk
menghubungkan sistem-sistem berbeda
(seperti
Microsoft
Windows
dan
keluarga UNIX ) untuk membentuk jaringan yang heterogen.
Sebagai 
sebuah 
protocol, 
TCP/IP  juga  memiliki  model
referensi  sendiri yang  terdiri  dari empat layer, yaitu:
1.   Application Layer
Layer ini  berfungsi 
untuk  
menangani   high-level protocol,
masalah
representasi   data,   proses   encoding  dan   dialog control
yang 
memungkinkan 
terjadinya komunikasi antar aplikasi jaringan.
Layer
ini berisi spesifikasi protokol-protokol   
khusus   
yang
menangani  aplikasi 
umum 
seperti 
Telnet,
File Transfer Protocol
(FTP), Domain Name System (DNS), dan lain-lain.
  
14
2.   Transport Layer
Layer ini
menyediakan 
layanan  pengiriman  dari  sumber  data
menuju  ke  tujuan  dengan  cara  membuat logical connection antara
keduanya.     Layer
ini 
bertugas     untuk     memecah     data     dan
membangun  kembali 
data 
yang diterima dari application layer ke
dalam  aliran 
data 
yang 
sama 
antara sumber dan 
pengirim data.
Transport layer juga menangani masalah reliability, flow control dan
error correction.
Layer ini
terdiri
dari
dua
protokol
yaitu
TCP
dan
UDP.
Transmission Control Protocol (TCP)
TCP adalah suatu protokol yang berada di lapisan transport
(baik
itu
dalam tujuh
lapis
model
referensi
OSI
atau
model
DARPA) yang berorientasi sambungan (connection-oriented) dan
dapat diandalkan (reliable).
User Datagram Protocol (UDP)
UDP   adalah   protokol   yang   bersifat   connectionless,   dan
bersifat
kebalikan
dari
TCP yang berorientasi
connection. UDP
merujuk kepada paket data yang tidak menyediakan keterangan
mengenai
alamat
asalnya
saat
paket data tersebut diterima.
Protokol
UDP
ini cukup
simpel
sehingga
untuk
tujuan tertentu,
bisa membantu penyelesain tumpukan protokol TCP/IP.
  
15
3.   Internet Layer
Layer ini
memiliki  tugas  utama  untuk 
memilih  jalur 
terbaik
yang  akan dilewati  oleh paket  data dalam  sebuah  jaringan.  Selain
itu,
layer
ini  
juga
bertugas  
untuk  
melakukan   packet switching
untuk 
mendukung 
tugas utama tersebut. 
Layer ini
terdiri 
dari
Internet Protocol (IP),   Internet Control Message Protocol (ICMP),
Address
Resolution
Protocol
(ARP),   
dan   
Reverse Address
Resolution Protocol (RARP).
4.   Network Access Layer
Layer ini
bertugas untuk mengatur semua hal yang diperlukan
sebuah paket IP agar dapat dikirimkan
melalui sebuah medium fisik
jaringan. Termasuk di dalamnya adalah teknologi LAN dan WAN.
Gambar 2.3 Gambaran Model TCP/IP Layer
  
16
2.2
Internet Protocol (IP)
Internet Protocol adalah protokol lapisan jaringan (network layer dalam
OSI
Reference
Model)
atau
protokol
lapisan
internetwork (internetwork
layer
dalam DARPA Reference
Model)
yang
digunakan
oleh
protokol
TCP/IP
untuk
melakukan pengalamatan dan routing paket data antar host di jaringan komputer
berbasis TCP/IP. Versi IP yang banyak digunakan adalah IP versi 4 (IPv4).
2.2.1
Pengalamatan IP
Alamat 
IP
terdiri 
dari  32  bit  dimana dalam penulisannya 
IP
dibagi 
menjadi  4  bagian.  Masing-masing  bagian 
terdiri 
dari 
8  bit
dan  dibatasi dengan  titik. Contoh:  “192.10.101.3”.  Pengalamatan  IPv4
terdiri 
dari 
bagian yaitu 
bagian  network number dan host number.
Bit-bit  network ditandai  dengan angka binary 1 dan bit-bit host ditandai
dengan 
angka 
binary 
0.  Pembagian 
bit-bit 
network  dan    host  ini
ditentukan
dengan  Subnet  Mask.
Contoh:   “192.10.101.3   / 255.255.255.0”,   menyatakan   bahwa
24
bit
pertama
adalah  network dari  Alamat  IP  dan  sisanya  8  bit
merupakan bit-bit host bagi IP.
Pengalamatan IPv4 terdiri dari 5 kelas :
1.   Kelas A
Kelas  A  merupakan  kelas  yang  memiliki  jumlah  host number
yang terbanyak, 
karena 
hanya 
bit 
pertama 
digunakan 
sebagai
  
17
bit-bit  network dan sisanya  24  bit  digunakan  sebagai  bit-bit  host.
Kelas 
ini  biasa  digunakan  oleh perusahaan yang memiliki jaringan
dalam skala yang besar. Alamat IP pada kelas A dimulai dari 1.0.0.0
sampai dengan 126.255.255.255.
2.   Kelas B
Kelas
B
memiliki 16 bit pertama
sebagai bit-bit network dan 16
bit sisanya digunakan 
sebagai 
bit-bit 
host.
Alamat 
IP  kelas 
B
digunakan 
untuk 
jaringan dengan skala menengah. Alamat IP pada
kelas B berkisar antara 128.0.0.0 sampai dengan 192.167.255.255.
3.   Kelas C
Kelas C memiliki 24 bit pertama sebagai bit-bit network dan 8 bit
sisanya digunakan sebagai bit-bit host. Kelas ini memiliki jumlah host
address yang paling sedikit dan digunakan untuk jaringan dengan
skala   kecil.   Alamat  
pada  
kelas   C berkisar
antara
192.168.0.0
sampai dengan 223.255.255.255.
4.   Kelas D
Kelas 
merupakan 
kelas 
khusus  yang  tidak 
dapat 
dipakai
oleh   publik karena   satu   blok   kelas   ini   khusus   dipakai   untuk
keperluan 
multicast.
Multicast adalah
jenis 
transmisi 
layaknya
broadcast,  namun  dalam  skala  yang  lebih  kecil.
  
18
5.   Kelas E
Kelas  E  adalah  kelas  IP 
yang  tidak  digunakan  dan  khusus
disimpan dengan tujuan sebagai kelas cadangan untuk keperluan di
masa mendatang.
2.2.2
Routing pada IP
Routing pada IP adalah suatu proses penentuan jalur untuk
melewatkan
datagram
IP
dari
alamat
pengirim
ke
alamat
tujuan.
Alat
yang
berfungsi
melakukan
routing
IP
disebut router. Proses
routing
dilakukan pada setiap hop. Hop adalah
perjalanan paket data dari satu
router atau host ke router atau host lainnya.
Proses routing ini menjadi sangat penting dalam jaringan Internet
yang
menghubungkan
berbagai
jenis jaringan seperti LAN, MAN atau
WAN. Pada TCP/IP terdapat pula protokol routing yang bertugas
melakukan proses pemilihan jalur data dari pengirim ke tujuannya.
Protokol
routing
tersebut
diantaranya: Routing
Information
Protocol
(RIP), Open Shortest Path Protocol
(OSPF), Border Gateway Protocol
(BGP)  dan 
lain-lain.  Protokol-protokol  routing tersebut  dimasukkan
dalam dua kategori
yang berbeda. RIP dan OSPF masuk dalam ketegori
Interior
Gateway
Protocol
(IGP),
sedang
BGP
berada
dalam kategori
Exterior
Gateway
Protocol
(EGP).
IGP
adalah
protokol routing
yang
menangani routing jaringan Internet pada sebuah autonomous system
sementara 
EGP 
menangani  routing
antar 
autonomous 
system.
Autonomous
system
(AS)
secara
umum
didefinisikan
sebagai
jaringan
  
19
internet yang berada dalam satu kendali administrasi dan teknis. Internet
merupakan kumpulan dari ribuan autonomous system.
2.3
Arsitektur MPLS
2.3.1
Jaringan MPLS
Multi
Protocol
Label
Switching (MPLS) 
adalah  
arsitektur
jaringan  
yang
didefinisikan   oleh   Internet
Engineering Task Force
(IETF)
untuk   memadukan  
mekanisme   label swapping
di   layer
dua
dengan routing di layer tiga untuk mempercepat pengiriman paket.
Arsitektur MPLS  dirancang 
guna 
memenuhi karakteristik-karakteristik
wajib  dari  sebuah jaringan kelas carrier (pembawa) berskala besar.
Jaringan  MPLS 
menggunakan  protokol routing layer tiga  serta
protokol dan
mekanisme transport layer dua yang bisa diperoleh secara
luas. IETF membentuk  kelompok  kerja  MPLS  pada  tahun  1997  guna
mengembangkan metode  umum  yang  telah distandarisasi.  Tujuan  dari
kelompok  kerja  MPLS  ini adalah  untuk  menstandarisasikan  protokol-
protokol  
yang  
menggunakan  
teknik
pengiriman label
swapping
(pertukaran label).
Penggunaan 
label swapping
ini 
memiliki 
banyak 
keuntungan
antara lain dapat mengurangi banyaknya proses yang terjadi dalam
pengolahan
paket
data
yang
terjadi
di
IP router.  
Router
switch
mengambil   keputusannya   sendiri   tentang   jalur  
mana  
yang   akan
  
20
diambil. MPLS juga
memiliki kelebihan yang
mampu
memperkenalkan
kembali connection stack ke dalam dataflow IP.
Gambar 2.4 Arsitektur MPLS
Keunggulan teknologi MPLS ialah :
MPLS  memiliki  efisiensi  yang  lebih  baik,  karena  dalam  MPLS,
routing jaringan akan ditangani dengan baik dan sederhana, sehingga
proses-proses pengiriman sebuah paket menjadi baik dan efisien.
MPLS
mengurangi banyaknya proses pengolahan
yang terjadi di
IP
router.
MPLS   menyediakan   Quality  of  Servic (QoS)   dalam   jaringan
backbone dan menghitung parameter QoS menggunakan teknik
Differentiated  Services  (DiffServ), sehingga setiap layanan paket
yang  dikirimkan  akan 
mendapat  perlakuan 
yang  berbeda  sesuai
dengan skala prioritasnya.
  
21
Komponen-komponen MPLS terdiri dari:
Label Switched Path (LSP)
Merupakan jalur yang melalui satu atau serangkaian LSR dimana
paket diteruskan oleh label swapping dari satu MPLS node ke MPLS
node yang lain.
Label Switching Router (LSR)
Merupakan router dalam MPLS yang berperan dalam menetapkan
LSP dengan           menggunakan   teknik   label  
swapping   dengan
kecepatan yang telah ditetapkan.
MPLS Edge Node atau Label Edge Router (LER)
Merupakan
router
MPLS
yang
menghubungkan
sebuah
MPLS
domain dengan node yang berada di luar MPLS domain.
MPLS Ingress Node
MPLS  node yang  mengatur  trafik  saat  akan  memasuki  MPLS
domain.
MPLS Egress Node
MPLS node yang mengatur trafik saat akan meninggalkan MPLS
domain.
MPLS Label
Merupakan deretan bit informasi
yang ditambahkan pada header
suatu paket data dalam MPLS.
Label
MPLS atau
yang disebut juga
MPLS header ini terletak di antara header layer 2 dan header layer 3.
  
22
MPLS Node
Node
yang
menjalankan MPLS.
MPLS node
ini
sebagai control
protocol yang
akan
meneruskan paket berdasarkan
label.
Dalam
hal
ini MPLS node merupakan sebuah router.
Forward Equivalance Class (FEC)
Merupakan representasi dari
beberapa paket data yang
diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan resource yang sama di dalam
proses pertukaran data.
Label Distribution Path (LDP)
Merupakan protokol yang berfungsi untuk mendistribusikan
informasi yang ada pada label ke setiap LSR pada MPLS. Protokol ini
digunakan
untuk
memetakan
FEC
ke
dalam label
untuk
selanjutnya
akan dipakai untuk menentukan LSP.
Jaringan
MPLS
terdiri
atas
sirkuit
yang
disebut
label-switched
path (LSP), yang
menghubungkan 
titik-titik 
yang 
disebut 
label-
switched router (LSR). LSR pertama dan terakhir disebut ingress dan
egress. Setiap
LSR  dikaitkan  dengan sebuah  forwarding equivalence
class (FEC), 
yang  
merupakan  
kumpulan   paket
yang
menerima
perlakukan  
forwarding yang 
sama  
di  
sebuah  
LSR.  
FEC
diidentifikasikan
dengan
pemasangan label. Untuk membentuk LSP,
diperlukan  suatu  protokol  untuk  menentukan  forwarding berdasarkan
  
23
label pada  
paket.  
Label  
yang   pendek  
dan   berukuran  
tetap
mempercepat   
proses forwarding
dan
mempertinggi   
fleksibilitas
pemilihan  path.  Hasilnya  adalah jaringan yang bersifat lebih connection
oriented.
2.3.2
Sistem Kerja MPLS
Jaringan MPLS terdiri dari rangkaian
node-node yang bisa
melakukan
switching
dan
routing
berdasarkan  
label  
yang  
dipasang
pada   setiap   paket.   Domain   MPLS
terdiri   dari   serangkaian   node
MPLS    yang    saling    berhubungan.    Node-node  ini  disebut    Label
Switched Router (LSR). 
Label-labelnya   menentukan   aliran   paket
diantara  kedua  end point (titik  akhir).  Jalur  khusus 
melalui  jaringan
LSR   untuk
setiap   alirannya   yang   disebut   Forwarding Equivalence
Class  (FEC)   telah  
ditentukan.   
MPLS   
adalah    teknologi    yang
connection
oriented.
Setiap 
FEC
memiliki
karakterisasi 
lalu
lintasnya
yang 
menentukan  persyaratan  QoS  untuk aliran tersebut. Karena LSR
mengirim paket
yang
berdasarkan
pada
nilai
labelnya,
maka
proses
pengirimannya lebih
sederhana dari
pada dengan router IP.
  
24
Gambaran Cara kerja MPLS:
Gambar 2.5 Cara kerja MPLS
Sebelum paket
dikirim,
untuk
paket-paket
dalam
FEC
tertentu
harus ditentukan terlebih dahulu  jalurnya  melalui  jaringan  yang disebut
Label Switched Path (LSP).   Selain
itu   yang 
harus   ditentukan   pula
adalah   
parameter     QoS-nya.  Parameter  QoS  menentukan  seberapa
banyak sumber daya yang diberikan kepada jalur 
tersebut 
dan 
apa
kebijakan   queuing (mengantri)   dan   discard
(membuang) pada setiap
LSR untuk FEC-nya tadi. Untuk melakukan hal di atas itu dibutuhkan
protokol 
gateway interior seperti OSPF
untuk
informasi  routing dan
reachability. Setiap paket dalam FEC diberikan label yang hanya berlaku
untuk lokal saja. Protokol seperti Label Distribution Protocol (LDP) atau
RSVP  dengan 
versi 
yang  telah  ditingkatkan  dan   
digunakan 
untuk
  
25
menentukan route dan nilai
(angka)
label. Protokol
tersebut bisa
juga
ditentukan secara manual oleh operator.
Paket masuk ke dalam domain MPLS melalui Label Edge Router
(LER) untuk diberikan label. Disinilah paket  
itu  
diolah  
untuk
menentukan  
kebutuhannya  
akan  
layanan  
layer  
jaringan, yang
mendefinisikan  QoS-nya.  LSR  memberikannya  kepada  FEC  tertentu
dan
LSP,   lalu   setelah 
itu   paketnya   dikirimkan.   Setiap   LSR   yang
menerima  
paket berlabel  
mengambil  
label  
yang  
masuk dan
memasangkan  label  yang  keluar  pada paket  tersebut,  dan  kemudian
mengirimkan  paket  itu  ke  LSR  berikutnya  dalam LSP.
Jalan 
keluar 
(egress edge
LSR 
mengambil label 
tersebut,
membaca header paket IP-nya, dan mengirimkan paket itu ke tujuan
akhirnya.
Salah   satu   fitur   MPLS   yang   paling   penting   adalah   label
stacking
(penumpukan   label).   Paket   yang   telah   diberi   label   bisa
membawa  banyak  label yang  disusun  berdasarkan  urutan  last-in-first-
out  (yang terakhir  
masuk   
yang  pertama   
keluar).  Pengolahannya
menurut 
label 
yang 
paling 
atas.  Dalam 
setiap LSR-nya, 
label 
bisa
ditambahkan  pada  tumpukannya  (stack)  atau  diambil  dari
tumpukannya. Jadi dengan cara ini, kumpulan LSP bisa dibuat ke dalam
satu LSP untuk bagian rute yang membentuk tunnel.
FEC
untuk
sebuah
paket
bisa
ditentukan oleh satu atau lebih
parameter, seperti sumbernya
atau
alamat
tujuan IP,
sumber atau point
tujuan,
IP
protokol ID,
code
point
layanan   yang   berbeda-beda   atau
  
26
label 
aliran 
IPv6. 
per-hop behavior (PHB) bisa ditentukan pada LSR
untuk FEC. PHB menentukan prioritas queuing (antri  atau  urutan)  paket
untuk 
FEC 
ini 
serta 
kebijakan discard-nya.  Paket 
yang dikirim  ke
end-point yang sama masuk kedalam FEC yang lain dan akan diberi
label   yang   berbeda   dengan   PHB   yang 
berbeda   pula 
pada 
setiap
LSR-nya  dan bergerak  di dalam  jalur  yang  lain  melalui  jaringannya.
Esensi 
dari 
fungsionalitas MPLS ini 
adalah 
bahwa 
lalu lintas 
itu
dikelompokkan ke dalam FEC-FEC. Lalu lintas 
dalam 
sebuah 
FEC
membawa domain MPLS sepanjang 
LSP. Setiap  paket didalam 
FEC
secara sendiri-sendiri merupakan bagian dari FEC tertentu dengan
memiliki label lokalnya masing-masing.
Pemilihan rute mengacu kepada pemilihan LSP untuk FEC
tertentu. MPLS mendukung  routing  hop-by-hop serta  routing eksplisit.
Dengan  routing hop-by-hop ini, masing-masing LSP bebas memilih hop
berikutnya untuk setiap FEC-nya. Pilihan 
ini 
menggunakan 
protokol
routing biasa  seperti  OSPF.  Ini  memiliki beberapa  kelebihan,  tapi
karena  penggunaan 
metrik 
kinerjanya 
yang 
terbatas, routing hop-by-
hop tidak bisa langsung
mendukung  traffic engineering atau kebijakan
yang 
berkaitan dengan QoS dan keamanan. Pada routing eksplisit  satu
LSR 
bisa 
menentukan 
beberapa 
atau 
seluruh 
LSR 
di 
dalam 
LSP
untuk
sebuah FEC. 
Routing eksplisit
memberikan  semua 
keuntungan
MPLS,  
termasuk kemampuan  
melakukan  
traffic engineering dan
routing
Routing
eksplisit
yang
dinamis  
memberikan  
skop  
terbaik
untuk 
traffic engineering. Didalam mode
ini 
LSR 
yang 
menentukan
  
27
LSP membutuhkan  informasi  tentang  topologi-nya serta informasi yang
berkaitan dengan QoS untuk domain MPLS. Versi OSPF yang 
telah
ditingkatkan  untuk  MPLS  memiliki  sejumlah  metrik  yang  lebih  baru
yang  bisa  digunakan  dalam  routing dengan  hambatan  termasuk  link
data rates maksimum,  reservasi  kapasitas  saat  itu,  packet loss rate
serta
link propagation delay (keterlambatan penyebaran hubungan).
Dalam   memilih   rute ditentukan   LSP-nya   untuk   FEC.   Ada
sebuah  fungsi yang terpisah,  yakni menentukan LSP yang sesungguhnya
dan untuk  ini masing- masing. LSR pada LSP harus :
Memberikan
label pada LSP
yang akan digunakan
untuk
mengenali
paket-paket yang masuk termasuk kedalam FEC-nya yang sesuai.
Memberitahukan node-node upstream (aliran 
hulu) 
yang 
potensial
dari label yang diberikan oleh LSR ini kepada FEC-nya.
Mempelajari  hop berikut 
untuk 
LSP 
ini 
serta 
label 
yang 
telah
diberikan node down stream (aliran hilir) kepada FEC tersebut.
2.4
Quality of Service (QoS)
QoS
merupakan
kemampuan
untuk
menyediakan
jaminan
performansi
dan
diferensiasi
layanan
dalam jaringan.
Performansi
merupakan
tingkat
kecepatan dan keandalan penyampaian berbagai jenis beban data di dalam suatu
sistem komunikasi. Beberapa parameter yang dijadikan acuan dalam pengukuran
QoS ialah :
  
28
Utilization
Utilization
adalah
kemampuan
jaringan
dalam menangani
trafik
dalam
jaringan sesuai dengan besarnya kapasitas bandwidth yang tersedia. Idealnya,
utilization
diatas
70%. Penghitungan
utilization
dalam jaringan
dinyatakan
dalam rumus berikut :
Packet Loss
Packet loss didefinisikan sebagai kegagalan transmisi paket IP
mencapai
tujuannya. Kegagalan paket tersebut mencapai tujuan, dapat disebabkan oleh
beberapa kemungkinkan, diantaranya yaitu:
Terjadinya overload trafik didalam jaringan.
Tabrakan (congestion) dalam jaringan.
Error yang terjadi pada media fisik.
Kegagalan
yang
terjadi
pada
sisi
penerima
antara
lain
bisa
disebabkankarena overflow yang terjadi pada buffer.
Di
dalam implementasi
jaringan
IP,
nilai
packet
loss
ini
diharapkan
mempunyai
nilai
yang
minimum.Secara
umum terdapat
empat
kategori
penurunan
performansi
jaringan berdasarkan
nilai packet
loss yaitu
seperti
tampak pada tabel berikut :
  
29
Kategori Degradasi
Packet Loss
Sangat Bagus
0 %
Bagus
3 %
Sedang
15 %
Jelek
25 %
Tabel 2.1 Tabel Performansi berdasarkan Packet Loss
Delay
Delay adalah waktu
tunda suatu paket yang diakibatkan oleh proses
transmisi dari satu titik ke titik lain yang menjadi tujuannya. Delay di dalam
jaringan dapat digolongkan sebagai berikut:
Packetization delay
Delay
yang disebabkan oleh waktu yang diperlukan untuk proses
pembentukan paket IP dari informasi user.
Delay
ini
hanya
terjadi
sekali saja, yaitu di sumber informasi.
Queuing delay
Delay ini disebabkan oleh waktu proses yang diperlukan oleh
router dalam menangani transmisi paket di jaringan. Umumnya delay
ini sangat kecil, kurang lebih sekitar 100 micro second.
Delay propagasi
Proses perjalanan informasi selama di dalam media transmisi,
misalnya kabel SDH, coax atau tembaga, menyebabkan delay
yang
disebut dengan delay propagasi.
  
30
Jitter
Jitter merupakan variasi delay antar paket yang terjadi pada jaringan IP.
Besarnya
nilai jitter
akan
sangat
dipengaruhi oleh variasi
beban trafik
dan
besarnya
tumbukan
antar
paket
(congestion)
yang
ada
dalam jaringan
IP.
Semakin besar beban trafik di dalam jaringan akan menyebabkan semakin
besar
pula
peluang
terjadinya
congestion
dengan
demikian
nilai jitter-nya
akan semakin besar. Semakin besar nilai jitter akan mengakibatkan nilai QoS
akan semakin turun. Untuk mendapatkan nilai QoS jaringan yang baik, nilai
jitter harus dijaga seminimum mungkin.
Kategori Degradasi
Peak Jitter
Sangat Bagus
0
ms
Bagus
75 ms
Sedang
125 ms
Jelek
225 ms
Tabel 2.2 Tabel Performansi berdasarkan Packet Loss
  
31
Diferensiasi Jaringan merupakan tingkat kepekaan performansi yang
berbeda untuk jenis layanan jaringan yang berlainan.
Tabel 2.3 Tabel diferensiasi dalam jaringan
2.4.1
QoS dalam IP
IP tidak memiliki mekanisme pemeliharaan QoS. Protokol seperti TCP
memang memungkinkan data
yang dikirim dan diterima sampai, sehingga suite
TCP/IP selama ini dianggap cukup ideal bagi transfer data. Tetapi verifikasi data
mengakibatkan  delay  paket.  Lagipula  mekanisme  ini  tidak  dapat  digunakan
untuk paket dengan protokol UDP, seperti suara dan gambar. 3 teknik/metode
QoS
yang
umum
dipakai,
yaitu: best-effort
service,
integrated
service,
dan
differentiated service. Ketiga
level tersebut akan diuraikan lebih detail dibawah
ini :
Best-Effort Service
Best-effort service digunakan untuk melakukan semua usaha agar dapat
mengirimkan sebuah paket ke suatu tujuan. Penggunaan best-effort
service
tidak
akan
memberikan
jaminan
agar
paket
dapat
sampai
ke
tujuan
yang
  
32
dikehendaki. Untuk aplikasi
yang sensitif terhadap
network delay, fluktuasi
bandwidth, dan perubahan kondisi jaringan,
penerapan best-effort
service
tidak dapat dilakukan. Sebagai contohnya aplikasi telepon pada jaringan yang
membutuhkan bandwidth yang tetap, agar dapat berfungsi dengan baik dalam
hal
ini
penerapan
best-effort
akan
mengakibatkan
panggilan
telepon
gagal
atau terputus.
IntServ (Integrated Service)
IntServ adalah implementasi QoS pada Internet Protocol, yang ditujukan
untuk
aplikasi
yang
sensitif terhadap delay
dan
keterbatasan
bandwidth,
seperti
video
conference dan
VoIP.
Arsitekturnya
berdasar
sistem
pencadangan sumber daya aliran trafik. Setiap aplikasi harus mengajukan
permintaan bandwidth,
baru
kemudian
melakukan
transmisi
data.
Sistem
pemesanan sumber daya memerlukan protokol tersendiri. Salah satu protokol
yang sering digunakan adalah RSVP. RSVP merupakan protokol pemesanan
resource yang dipakai untuk integrated service.
Tiga model layanan IntServ adalah:
Guaranteed-service, layanan dengan batas bandwidth  dan delay  yang
jelas.
Controlled-load
service, yaitu layanan dengan persentase delay statistik
yang terjaga.
Best-effort, yaitu layanan yang memberikan routing terbaik, tetapi tanpa
jaminan sama sekali.
  
33
DiffServ (Differentiated Services)
DiffServ adalah skema implementasi QoS untuk IP yang menyediakan
layanan
yang
berbeda
dengan
membagi
trafik
dan
memperlakukan
setiap
kelas   secara   berbeda.   Identifikasi   kelas   dilakukan   dengan   memasang
semacam kode DiffServ, disebut DiffServ code point (DSCP), ke dalam paket
IP. Ini dilakukan tidak dengan header baru, tetapi dengan menggantikan field
TOS
(type
of
service) di
header
IP dengan DS
field.
Dengan
cara
ini,
klasifikasi paket
melekat pada paket,
dan bisa diakses tanpa perlu protokol
tambahan.
Jumlah
kelas
tergantung
pada perusahaan
dan
bukan
merupakan
standarisasi. Pada trafik lintas batas perusahaan, diperlukan kontrak trafik
yang  menyebutkan  pembagian  kelas  dan  perlakuan  yang  diterima  untuk
setiap kelas. Jika suatu perusahaan tidak
mampu menangani
DiffServ,
maka
paket akan dikirim apa adanya sebagai paket IP biasa, namun di perusahaan
berikutnya, DiffServ
field kembali diakui
oleh perusahaan. Jadi secara
keseluruhan, paket-paket DiffServ tetap akan menerima perlakuan lebih baik.
DiffServ tidak memiliki masalah skalabilitas. Informasi DiffServ hanya
sebatas   jumlah   kelas,   tidak   tergantung   besarnya   trafik   (dibandingkan
IntServ). Skema ini juga dapat diterapkan bertahap, tidak perlu sekaligus ke
seluruh jaringan.
  
34
Keuntungan Diffserv adalah sebagai berikut :
Scalability
Scalability sebagai sebuah jaringan inti dapat mempunyai jumlah
flow yang besar dan beberapa protokol
yang
memerlukannya
untuk
mengurus
per
flow state
atau
perhitungan
kompleksitas
yang
tidak
diskalakan  dengan  baik.  Diffserv  mengumpulkan  banyak  flow,  oleh
karena
itu dapat
menangani jumlah flow yang besar. Bahkan sejak PHB
secara  esensial  menjadi  sederhana.  Diffserv  meminjamkannya  dengan
baik untuk digunakan pada kecepatan yang tinggi sehingga membuatnya
scalable dalam kecepatan.
Ease of administering
Dalam DiffServ
framework,
domain
yang
berbeda
dapat
menerapkan PHB, sejauh terdapat persetujuan terlebih dahulu dengan
domain   lainnya   yang   ditemui.   Hal   ini   memberi   layanan   kepada
perusahaan sebuah
kebebasan
untuk
memilih
penerapannya
sebagai
konsekuensi mereka menyediakan Diffserv dengan perubahan yang
minimal pada infrastruktur tersebut.
Simplicity
Penerapan Diffserv tidak
menyimpang/berbeda banyak dari dasar
IP. Maka Diffserv membentuk kesederhanaan dan kemudahan penerapan
di dalamnya.
  
35
Measurable
Semenjak masing-masing hop berada dalam sebuah domain
diffserv,
traffic
conditioner
dan shapers
secara
konstan
mengukur
kecepatan, kedatangan dan link schedulers
untuk melakukan
monitoring
paket
yang
dikirim,
tidak
banyak usaha yang diperlukan untuk
mendapatkan informasi penting dari tingkah laku jaringan. Layanan
perusahaan dapat
menggunakan informasi
untuk alokasi bandwidth yang
terbaik dan membuat SLA dengan pengguna.
Arsitektur Diffserv
Arsitektur Diffserv memiliki tiga komponen, yaitu:
1.   Policy dan resource manager
Policy dan resource manager bertugas membuat berbagai
kebijakan-kebijakan dan mendistribusikannya kepada Diffserv
router.  Sebuah  kebijakan  menentukan  tingkatan  layanan  yang
akan diberikan untuk suatu paket dalam jaringan. Proses ini akan
bergantung pada kelakuan dari flow sumber tersebut.
2.   Edge routers
Edge  Router  bertanggung  jawab  untuk  memberi  tanda
pada paket dengan sebuah
code
point
sesuai dengan kebijakan
yang telah dispesifikasikan sebelumnya oleh
administrator
jaringan  yang  merefleksikan  tingkat  layanan  yang  diinginkan.
  
36
Dalam
prosesnya
edge
router
mengukur
parameter
input
trafik
dari setiap flow.
3.   Core routers
Core routers bertugas memeriksa paket datang yang
sebelumnya  telah  diberi  tanda  dengan  code point oleh  edge
router. Core router melakukan proses forwarding terhadap paket
yang datang sesuai dengan tanda yang telah diberikan
(menyediakan reaksi atas
tanda
yang diberikan edge router pada
paket).
2.4.2
Teknik Queue QoS
Tanpa penggunaan QoS, antrian pada jaringan dilakukan
menggunakan disiplin antraian FIFO (First in First Out), yaitu tiap paket
yang datang lebih dulu pada suatu interface jaringan akan ditransmisikan
lebih
dulu.
Dalam hal
ini
memungkinkan
trafik
suara
untuk
menunggu
sederetan  paket  data  yang  panjang  dan  membuat  delay  antrian  yang
sangat besar. Untuk menyediakan QoS di jaringan ada beberapa disiplin
antrian yang dapat digunakan.
Priority Queuing (PQ)
PQ
memungkinkan administrator jaringan
untuk
menentukan
empat prioritas
trafik - high, normal, medium, dan low. Trafik
yang
datang di-set ke salah satu dari empat antrian keluaran tersebut sesuai
dengan prioritas
yang ditentukan.
Trafik pada prioritas high
(tinggi)
  
37
dilayani
sampai
antriannya
kosong,
kemudian
paket
dalam
antrian
prioritas berikutnya dilayanan.
Costum Queuing (CQ)
CQ didesain untuk memungkinkan berbagai aplikasi untuk
membagi jaringan diantara aplikasi-aplikasi yang ada dengan
kebutuhan
bandwidth minimum atau
latency
yang
ditentukan.
Pada
antrian ini bandwidth harus dibagi secara proporsional antar aplikasi
dan pengguna.
CQ  bekerja  dengan  memberikan  sejumlah  ruang  antrian  yang
telah ditentukan kepada tiap kelas paket dan melayani antrian dengan
disiplin round robin.
Weighted fair Queuing (WFQ)
WFQ bekerja dengan cara mengklasifikasikan trafik yang datang
berdasarkan flow-nya, membuat antrian yang terpisah untuk masing-
masing flow, dan memberikan sejumlah bandwidth yang sama untuk
masing-msing
flow.
Pengklasifikasian
flow dilakukan
dengan
menggunakan alamat sumber dan tujuan, tipe protokol, soket atau
nomor port.
Fair queue
memungkinkan aplikasi dengan bandwidth rendah
(low-bandwidth application), yang mendominasi trafik, untuk
memperoleh servis yang lebih baik, dengan cara mentransmisikan
jumlah   bit   yang   sama   dengan   trafik   bandwidth   yang   tinggi.
Weighting pada WFQ umunya menggunakan enam mekanisme, yaitu:
  
38
IP  presedenceFrame Relay FECN  dan  BECN,  RSVP,  IP  RTP
Priority, dan IP RTP Reserve.
Low Latency Queue (LLQ)
LLQ bekerja dengan cara mengklasifikasikan trafik-trafik yang
datang menjadi kelas-kelas untuk memberikan prioritas kepada kelas
tertentu
dan
menyediakan
bandwidth minimum yang terjamin untuk
kelas lainnya. Selama periode kongesti antrian prioritas (kelas
prioritas)
dijaga agar
trafik tersebut
tidak
melebihi bandwidth yang
telah
ditentukan,
sehingga
trafik prioritas
ini
tidak
memonopoli
bandwidth keseluruhan.
Pada LLQ, scheduler bertugas untuk memberikan layanan kepada
antrian sehingga trafik pada antrian prioritas (priority queue)
dikeluarkan terlebih dahulu kecuali jika trafik ini melebihi bandwidth
yang telah ditetapkan dan bandwidth tersebut juga dibutuhkan
oleh
reserved
queue
(yaitu,
pada
periode
kongseti).
Reserved queue
di
layani   sesuai   dengan   bandwidth   yang   telah   disediakan,   yang
digunakan
scheduler
untuk
menghitung
weight. Weight
digunakan
untuk 
menentukan  seberapa 
sering  reserved queue dilayani  dan
berapa banyak byte yang dilayani pada suatu waktu.
Fragmentasi
Fragmentasi adalah pemecahan paket-paket besar menjadi paket
yang lebih kecil. Ini dilakukan
untuk
meminimalkan delay
yang
berlebih. Pada kondisi terburuk antrian serialisasi paket ke link WAN,
  
39
paket voice harus menunggu di belakang paket data, semakin panjang
paket data maka waktu tunggu paket VoIP semakin besar. Kondisi ini
disebut
dengan blocking. Untuk mencegah terjadinya kondisi ini
dilakukan  pemotongan  paket-paket  data  yang  panjang
(fragmentation)
dan
paket
VoIP diselipkan
diantara
potongan-
potongan/fragmen paket data tersebut (interleaving).