BAB 2
LANDASAN
TEORI
2.1 Internet
Secara
harafiah,
internet
(kependekan
dari
interconnected-networking) ialah
rangkaian
computer
yang
terhubung
di
dalam
beberapa
rangkaian.
Manakala
Internet (huruf 'I' besar) ialah sistem
komputer umum, yang berhubung secara
global
dan
menggunakan TCP/IP sebagai protokol pertukaran paket
(packet
switching
communication
protocol).
Rangkaian
internet
yang terbesar
dinamakan
Internet.
Cara
menghubungkan
rangkaian
dengan
kaedah
ini dinamakan
internetworking.
Internet
dijaga
oleh
perjanjian
bi-
atau
multilateral
dan
spesifikasi
teknikal
(protokol
yang
menerangkan
tentang
perpindahan
data
antara
rangkaian).
Protokol-
protokol
ini dibentuk
berdasarkan
perbincangan
Internet
Engineering
Task
Force
(IETF),
yang
terbuka
kepada
umum.
Badan
ini
mengeluarkan
dokumen
yang
dikenali
sebagai
RFC(Request
for
Comments). Sebagian
dari
RFC
dijadikan
Standar
Internet
(Internet
Standard),
oleh Badan
Arsitektur
Internet
(Internet
Architecture
Board
-
IAB).
Protokol-protokol
internet
yang
sering
digunakan
adalah
seperti,
IP, TCP, UDP, DNS, PPP, SLIP, ICMP, POP3, IMAP, SMTP, HTTP,
HTTPS, SSH,
Telnet, FTP,
LDAP, dan
SSL.
Beberapa
layanan
populer
di
internet
yang
menggunakan
protokol
di
atas,
ialah
email/surat
elektronik,
Usenet,
Newsgroup,
berbagi berkas
(File Sharing),
WWW
(World
Wide
Web),
Gopher,
akses
sesi
(Session
Access), WAIS,
finger,
6
|
7
IRC,
MUD,
dan
MUSH. Di
antara semua
ini,
email/surat
elektronik
dan
World
Wide
Web
lebih
kerap
digunakan,
dan lebih
banyak
servis
yang
dibangun
berdasarkannya,
seperti
milis(Mailing
List)
dan Weblog.
Internet
memungkinkan
adanya servis terkini (Real-time
service),
seperti web radio, dan webcast, yang
dapat
diakses
di seluruh
dunia.
Selain
itu
melalui
internet
dimungkinkan
untuk
berkomunikasi
secara
langsung
antara
dua pengguna
atau
lebih
melalui
program
pengirim
pesan singkat
sepertiCamfrog,
Pidgin (Gaim),
Trilian,
Kopete,
Yahoo!
Messenger,
MSN
Messenger
dan Windows Live Messenger.
Beberapa
servis
Internet
populer
yang
berdasarkan
sistem
tertutup
(Proprietary
System), adalah seperti
IRC, ICQ, AIM, CDDB,
danGnutella.
2.2 ASP.NET
2.2.1
ASP.NET Web Controls
Pemakaian
jenis
kendali
/
kontrol
yang
berbeda
adalah
cara
terbaik
untuk mengetahui fungsi-fungsi
daripada kontrol tersebut, karena
apabila
kita
menambahkan
suatu
kontrol
yang
sederhana
saja
ke
dalam
suatu
baris
pada
suatu halaman
ASP.NET,
kita sebenarnya
sudah
menambahkan
banyak
fungsi-fungsi
yang
tersembunyi
didalamnya.
ASP.NET
mengkategorikan
Web
control menjadi empat
kategori
:
-
Basic controls:
Kelompok
ini
berisi
kontrol-kontrol
yang
dasar
sekali
karena
mempunyai
unsur-unsur
HTML,
tetapi
tetap
diproses
di
server.
Contohnya
kontrol
Button,
CheckBox,
dan
TextBox,
dimana
|
8
didalamnya
terdapat
Text,
Font,
ForeColor,
and
Visible
properties,
dan lain
sebagainya.
-
Data-list
controls
: Kontrol-kontrol ini
digunakan
untuk
menampilkan
data
dari suatu
sumber
data,
sebagai
contoh,
DataGrid dan DataList control.
-
Rich
control
:
Kontrol-kontrol
ini
tidak
memiliki
langsung bagian
daripada
komponen
HTML.
seperti
Kontrol
pada
penanggalan
yang
terdiri
dari komponen-komponen
ganda.
-
Validation
control
:
Kontrol-kontrol
ini
digunakan
untuk
memastikan bahwa suatu kata
sandi dimasukkan
secara benar
kedalam
textboxes,
karena
hanya
data
yang
valid
yang
dapat
masuk
kedalam database server
.
2.2.2
HTML
Server Controls
HTML
server
kontrol
adalah
tag atau
bahasa
HTML
yang
sederhana
dengan
suatu
atribut
runat="server",
yang
memungkinkan
para
pemrogram
untuk
mengakses
mereka secara programmatically
seperti
pada Web
control.
HTML server kontrol memiliki keuntungan dibandingkan
dengan
Web control diantaranya :
-
Para
perancang
web
yang
berasal
dari
ASP3
atau
berlatar
belakang
yang sama
dapat menggunakan
style atau bentuk
HTML .
|
9
-
Para
perancang
web
juga
dapat
mengkonversi
tag-tag
HTML
yang
ada menjadi HTML server kontrol
dengan
mudah.
Seperti Web control,
HTML server kontrol
juga mempunyai
bermacam-macam
fitur
di dalamnya :
-
Programmatic Object Model: HTML server kontrol dapat
diakses
secara
programmatically di
server.
setiap
HTML
server
kontrol
adalah
suatu
obyek
dan
anda
dapat
mengakses
berbagai
propertinya
serta dapat
menetapkan
mereka didalam
metode anda.
-
Event
Processing:
HTML
server
kontrol
menyediakan
suatu
mekanisme
untuk
menulis
event
handlers
di
dalamnya
seperti
client-
based
form. Satu-satunya
perbedaannya
adalah
bahwa
karena
pengkodingan
event itu ditulis di dalam
server.
-
Automatic
Value
Caching: Ketika
data
form
ditempatkan/diposkan
ke
server,
nilai-nilai
yang
si pengguna
masukkan
ke
HTML
server
kontrol
secara
otomatis
akan
disimpan
/dipertahankan
ketika
halaman
itu
dikembalikan
kepada
browser.
Sihir
di balik
kemampuan
ini
adalah hasil dari
suatu properti yang disebut
ViewState
-
Custom Attributes: Anda dapat
menambahkan setiap
atribut yang
anda perlukan
pada HTML
server
kontrol.
-
Validation:
Anda
dapat
memberikan
suatu
kontrol
validasi/pengesahan
ASP.NET
didalam
HTML server
kontrol.
|
![]() ![]() ![]() ![]() 10
2.2.3
HTML Server Controls
dengan
Web
Controls
Microsoft
sudah
menyediakan
dua
kategori
yang
berbeda
dari
server
control
yaitu
HTML
dan Web
control,
dimana
kedua-duanya
mempunyai
kemampuan
yang
hampir
sama.
Anda
mungkin
agak
sedikit
bingung
untuk
memilih
salah
satu
kontrol
yang
akan
anda
gunakan
dalam
pembuatan
web
anda.
Jawabannya sangatlah
mudah
;
anda
pakai
saja
kedua-duanya
agar
hasil
dari penggabungan
kontrol
tersebut
menjadi
lebih
sempurna,
karena
didalam
pembuatan
web
pada
ASP.Net
tidak
harus
menggunakan
satu
jenis
kontrol
saja.
Tetapi
tetap
saja
ada
beberapa
perbedaan-perbedaan
yang
jelas
antara
kontrol-kontrol
ini yang
anda
harus
tahu
ketika
anda
akan
membuat/mengembangkan
halaman-halaman
ASP.NET anda
:
Jenis
Kontrol
HTML
Server Control
ASPNET Web
Control
KETERANGAN
Control
Abtractions
Html server
control
menyediakan
maping
satu-satu
sesuai dengan
bahasa Html.
ASP.Net Web
Control tidak
memerlukan
maping secara
langsung terhadap
kontrol
html yang
sudah
ada.
Object Model
Html server
control
menggunakan
objek
model Html-centric.
Sebagai
tambahan
atribut dari
html
disarankan
tidak
diketik,
jadi
anda dapat
menset<div
width=huge
>.
Ini akan
dikirim
ke browser,
tapi
browser
akan
membaca lebar yang
standar.
ASP.Net
Web
Control
menyediakan
model
pemrograman yang
konsisten
dan
aman.
Jadi
apabila
anda
bekerja
didalam
Web
Matrix
atau
visual
studio
dan
anda
ingin
merubah
propertisnya maka
akan error.
|
![]() 11
Target
Browser
Html server
control
tidak
bisa
secara otomatis
mendeteksi
kemampuan
browser sewaktu
meloading
halaman.
Jadi anda
harus
memastikan
sendiri
browser
apa
yang
cocok
dengan
control
html
anda
gunakan.
ASP.Net
Web
Control
secara
otomatis
dapat
mendeteksi
kemampuan
browser
sewaktu
meloading
halaman.
How the
Control
Renders
Html server
control
menyediakan
anda control
lengkap
melebihi
apa
yang anda butuhkan
dan dikirim
ke browser client.
ASP.Net
Web
kontrol
menyediakan
terminologi
pemisahan
tentang
bagaimana
kontrol
dapat merubah atau
mengedit.
Tabel 2.1 ASP.NET
2.3 Eight Golden Rules
(Delapan
Aturan
Emas)
Untuk
meningkatkan
kegunaan
dari
sebuah
aplikasi
yang
penting
untuk
memiliki
antarmuka
yang dirancang
dengan
baik.
"Eight
Golden
Rules
of
Interface
Design"
adalah
panduan
untuk
desain
interaksi
yang baik
(Shneiderman's,
1998).
1.
Berusahalah
untuk konsistensi.
Konsisten
urutan
tindakan
harus
diminta
dalam situasi yang
mirip;
identik
terminologi
yang
harus digunakan
untuk prompt,
menu,
dan
membantu
layar; dan perintah
konsisten
harus
diterapkan di seluruh.
2. Aktifkan
pengguna yang sering menggunakan
cara pintas.
Sebagai
frekuensi
penggunaan
meningkat,
begitu
juga keinginan
pengguna
untuk
mengurangi
jumlah
interaksi
dan
untuk
meningkatkan
kecepatan
|
12
interaksi.
Singkatan,
tombol
fungsi,
perintah
tersembunyi,
dan
fasilitas
makro sangat
membantu untuk pengguna ahli.
3. Penawaran informatif
umpan
balik.
Untuk
setiap
tindakan
operator,
harus
ada sistem
umpan
balik.
Untuk
sering
dan tindakan
kecil,
dapat
respons
sederhana,
sedangkan
untuk
jarang
dan
tindakan-tindakan
besar, respons harus lebih besar.
4. Desain
dialog
untuk
menghasilkan
penutupan.
Urutan tindakan
harus
diatur
dalam kelompok-kelompok
yang
memiliki
awal,
tengah,
dan akhir.
Umpan
balik yang informatif
pada penyelesaian
tindakan sekelompok
operator
memberikan
kepuasan
prestasi,
rasa lega,
sinyal
untuk
menurunkan
rencana
kontingensi
dan
pilihan
dari
pikiran
mereka,
dan suatu
indikasi
bahwa
cara yang
jelas
untuk
mempersiapkan
kelompok
berikutnya tindakan.
5. Tawarkan
penanganan kesalahan yang
sederhana.
Sebanyak
mungkin,
desain
sistem
sehingga
pengguna
tidak
dapat
membuat
kesalahan
yang serius.
Jika
melakukan
kesalahan,
sistem
harus
mampu
mendeteksi
kesalahan
dan menawarkan
sederhana,
dapat dipahami
mekanisme
untuk menangani
kesalahan.
6.
Izin tindakan
pembalikan
mudah.
Fitur
ini
mengurangi
kecemasan,
karena
pengguna tahu
bahwa
kesalahan
dapat
dibatalkan
atau
dikembalikan
ke posisi
sebelum
melakukan
tindakan
tersebut.
|
13
7. Support
lokus
kontrol
internal.
Operator
berpengalaman
keinginan kuat
arti
bahwa mereka
bertanggung
jawab
atas sistem
dan bahwa
sistem
menanggapi
tindakan
mereka.
Desain
sistem untuk membuat pengguna pemrakarsa
tindakan bukan penanggap.
8. Mengurangi
memori
jangka pendek beban.
Keterbatasan
pemrosesan
informasi
manusia
dalam jangka
pendek
memerlukan
memori
yang
menampilkan
tetap sederhana,
menampilkan
beberapa
halaman
dapat dikonsolidasikan,
jendela-gerak
frekuensi
dikurangi,
dan waktu
pelatihan
yang memadai
akan dialokasikan
untuk
kode,
mnemonic,
dan urutan
tindakan.
2.4 Rekayasa
Piranti Lunak
Rekayasa
piranti
lunak
adalah
pengembangan
dan penggunaan
prinsip
pengembangan
software
yang
dapat
diterapkan
sesuai
kebutuhan
dalam
sebuah
mesin
(Pressman,
2001, pp 28-30).
Rekayasa
piranti
lunak
adalah
sebuah
proses
yang dapat
memecahkan
masalah-
masalah
dari pengguna
dengan
cara
sistematis
yang
berkembang
dan evolusi yang
luas,
kualitas
sistem software
yang
tinggi
sampai
dengan
harga,
waktu
dan
batasan
lainnya
(Timothy
Lethbridge,
2001,
p5).
|
![]() 14
Rekayasa
piranti
lunak dalam
paradigma
yang
sering
digunakan
adalah
Classic
Life Cycle atau
sering
disebut
Waterfall
Model.
System
Engineering
Analysis
Design
Code
Testing
Maintenance
Gambar
2.1.
The classic
life cicyle water fall model (Presman,
1992, p25)
Waterfall
model
ini merupakan
sebuah
pendekatan
yang terdiri
dari
bagian-bagian
proses
yang
meliputi
satu
kesatuan
untuk
melakukan
pendekatan
kepada
perangkat
lunak.
Meliputi aktivitas-aktivitas
sebagai berikut:
1. Rekayasa dan Pemodelan
Sistem (System
Engineering)
Adalah
sebuah
tahapan
persiapan
elemen-elemen yang
penting
seperti
elemen
manusia,
perangkat
keras
dan database.
2. Analysis
Proses
pengumpulan
data
yang
berhubungan
dengan
berfokuskan
pada
perangkat
lunak yang diperlukan dari fitur-fitur yang dibutuhkan.
|
15
3. Design
Proses
design
sebenarnya
suatu
proses
yang
melakukan
struktur
data,
arsitektur
perangkat
lunak.
Representasi,
interface
dan detail
(algoritma)
prosedural.
4. Coding
Design
yang
telah
dibuat
harus
diterjemahkan
lagi
ke
dalam
bahasa
mesin
agar dapat
diproses.
5. Testing
Setelah
coding
dibuat
dan
digabungkan
dengan
design
dan
dilakukan
tahapan
uji
coba
untuk
melihat
bagaimana
proses
yang
dirancang
apakah
sesuai
dengan
hasil
yang
dibutuhkan.Apabila
tidak
sesuai
dengan
apa
yang
dibutuhkan
maka
kembali
ke tahapan-tahapan
sebelumnya
yang
perlu
diperbaiki.
6. Maintenance
(Pemeliharaan)
Perangkat
lunak yang telah ada akan mengalami
perubahan setelah
digunakan.
Perubahan
ini akan terjadi
karena
kesalahan-kesalahan
yang
terjadi
untuk
itu
perangkat
lunak
disesuaikan
dengan
perubahan
lingkungan
sampai
dengan
pembuatan perangkat
lunak
yang
baru.
2.5 UML
UML
menyediakan
beberapa
notasi
dan artifact
standar
yang
bisa
digunakan
sebagai
alat komunikasi
bagi
para pelaku dalam proses analisis dan
|
![]() 16
design.
Artifact
didalam
UML
didefinisikan
sebagai
informasi
dalam
bentuk
yang
digunakan atau dihasilkan
dalam
proses pengembangan
perangkat.
Yang
harus
diperhatikan
untuk
menjaga
konsistensi
antar artifact
selama
proses
analisis
dan design
adalah
bahwa
setiap
perubahan
yang
terjadi
pada
satu
artifact harus
juga
dilakukan
pada artifact
sebelumnya.
Diagram-diagram
pada UML:
-
Use Case Diagram
Use Case menunjukan hubungan interaksi dari actors dan use
cases di
dalam
suatu
sistem
(Mathiassen,
2000,
p343).
Bertujuan
untuk
menentukan
bagaimana
actors
berinteraksi
dengan
sebuah
sistem.
Actor
merupakan
orang atau sistem lain
yang berhubungan
dengan suatu
sistem. Ada 3 simbol
yang
mewakili
komponen sistem,
yaitu
System Boundary
Actor
Use Case
Gambar 2.2 Simbol Use
Case
Ada 5 hal yang harus diperhatikan
dalam
pembuatan use case diagram
(Schneider dan Winter, 1997, p26):
|
17
1. Actor
Merupakan
pengguna
yang
berhubungan
dengan
sistem
dan
melaksanakan
use
case
yang terkait.
2. Precondition
Merupakan
kondisi awal
yang
harus
dimiliki actor untuk masuk ke
sistem
untuk terlibat dalam suatu
use case.
3. Postcondition
Merupakan
kondisi
akhir
atau
hasil
apa
yang
akan
diterima
oleh
actor
setelah menjalankan
suatu
use case.
4. Flow of events
Merupakan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan
pada
sebuah proses use
case.
5. Alternative
path
Merupakan
kegiatan
yang
memberikan
serangkaian
kejadian
berbeda
yang
digunakan dalam flow of events.
-
Sequence Diagram
Menurut
Whitten
(2004,
p418), sequence
diagram
secara grafis
menggambarkan
bagaimana
objek
berinteraksi
satu
sama
lain
melalui
pesan
pada
eksekusi
sebuah
use case atau
operasi.
Diagram
ini mengilustrasikan
bagaimana pesan
terkirim dan diterima diantara objek
dan dalam
urutan
apa.
|
![]() 18
Sequence
Diagram
biasa
digunakan
untuk
menggambarkan
skenario
atau
rangkaian
langkah-langkah
yang
dilakukan
sebagai
respons
dari
sebuah
event
untuk
menghasilkan
output
tertentu.
Masing-masing
objek, termasuk
aktor, memiliki
lifetime
vertikal.
Message
digambarkan
sebagai
garis berpanah
dari
satu objek
ke
objek
lainnya.
Simbol
simbol yang digunakan dalam suatu
sequence
diagram yaitu:
Actor
Object lifetime
Activation
Message
Return
Stop
Gambar
2.3 Simbol-simbol
pada Sequence Diagram
-
Entity Relationship
Diagram
Entity
Relationship
Diagram (ERD) mengilustrasikan
struktur
logika
dari
basis
data
ERD.
ERD
menggunakan
sejumlah
notasi
dan simbol
untuk
menggambarkan
struktur
dan
hubungan
antar
data,
pada
dasarnya
ada
3
macam
simbol yang
digunakan,
yaitu:
1. Entity
|
![]() 19
Adalah
suatu
objek
yang dapat
diidentifikasi
dalam
lingkungan
pemakai,
sesuatu yang penting bagi pemakai dalam konteks sistem
yang akan
dibuat.
Entity
digambarkan
dalam bentuk
persegi empat.
2. Atribut
Entiti
mempunyai
elemen
yang
disebut
atribut,
dan berfungsi
mendeskripsikan
karakter entiti. Setiap ERD
bisa
terdapat
lebih dari
satu
atribut. Atribut
digambarkan
dalam bentuk elips.
Atribut 1
Item
Atribut
2
Gambar
2.4
ERD Atribut
3. Relationship
(Hubungan)
Sebagaimana
halnya
entiti
maka dalam hubunganpun
harus dibedakan
antara
hubungan
atau
bentuk
hubungan
antar
entiti
dengan
isi dari
hubungan
itu sendiri.
Jenis-jenis hubungan:
|
20
-
one to one (satu
ke satu)
-
one to many
(satu ke banyak)
2.6 Man Hour Control
2.6.1
Pengukuran
Kerja (Work
Measurement)
Yang
dimaksud
dengan
pengukuran
kerja di
sini
adalah
pengukuran
waktu
kerja
(time
study)
suatu
aktivitas
untuk
menentukan
waktu
yang
dibutuhkan
oleh
seorang
operator
(yang
memiliki
skill
rata-rata
dan
terlatih
baik)
dalam
melaksanakan
sebauh
kegiatan
kerja
dalam
kondisi
dan tempo
normal.
(Wignjosoebroto,
2003,
p130).
Tujuan
dari sistem
pengukuran
kerja
adalah
untuk
menentukan
waktu
rata-rata
yang dibutuhkan
untuk
melakukan
sebuah
pekerjaan
oleh
operator
terlatih
untuk
melakukan
suatu
pekerjaan
jika
ia harus
melakukannya
selama
8
jam
dalam
sehari,
pada
kondisi
kerja
yang
biasa,
dan bekerja
dalam kecepatan
normal.
Waktu
ini
disebut
dengan
waktu
standar.
Penelitian
kerja dan analisis
metode
kerja
pada dasarnya
akan
memusatkan
perhatian
pada bagaimana
suatu
macam
pekerjaan
akan
diselesaikan.
Dengan menerapkan
prinsip
dan
teknik
pengaturan tata
cara
kerja
yang
optimal
dalam
sistem
kerja
tersebut,
maka
akan
diperoleh
alternatif
pelaksanaan
kerja yang
dapat memberikan
hasil yang terbaik.
Suatu pekerjaan
yang diselesaikan
secara
efisien
apabila
waktu
penyelesaiannya
berlangsung
paling singkat.
Untuk
menghitung
waktu
baku
|
21
(standard
time)
penyelesaian
pekerjaan
guna
memilih
alternatif
metode
kerja
yang
terbaik,
maka
perlu
menerapkan
prinsip-prinsip
dan
teknik-
teknik pengukuran
kerja (work measurement
atau time study).
Pengukuran
waktu kerja ini akan berhubungan
dengan usaha-
usaha
untuk
menetapkan
waktu
baku yang dibutuhkan
dalam
penyelesaian
suatu
pekerjaan.
Secara
singkat
pengukuran
kerja
adalah
metode
penetapan
keseimbangan
antara aktivitas
manusia yang
disumbangkan
dengan
unit
yang
dihasilkan.
Waktu
baku
ini sangat diperlukan
terutama
untuk
:
Man power planning
(perencanaan
kebutuhan tenaga
kerja)
Estimasi
biaya-biaya upah
karywan/pekerja
Penjadwalan
produksi dan
pembuatan
anggaran
Perencanaan
sistem
pemberian
bonus
dan
insentif
bagi
karyawan
/
pekerja yang
berprestasi
Indikasi keluaran (output) yang
mampu
dihasilkan
oleh
seorang pekerja.
(Wingjosoebroto,
2003, p170).
Waktu
baku
ini
merupakan
waktu
yang
dibutuhkan
oleh
seorang
pekerja
yang
memiliki tingkat
kemampuan
rata-rata
untuk
menyelesaikan
suatu
pekerjaan.
Di sini
sudah
meliputi
kelonggaran
waktu
yang
diberikan
dengan
memperhatikan
situasi
dan kondisi
pekerjaan
yang
harus
diselesaikan
tersebut.
Waktu
baku
merupakan
waktu
yang
dibutuhkan
oleh seorang
operator
yang
memiliki
tingkat
kemampuan
rata-rata
untuk
menyelesaikan
|
22
pekerjaan.
Waktu
baku
di
sini
sudah
memperhitungkan
adanya
kelonggaran
waktu
yang
diberikan
dengan
memperhatikan
situasi
kondisi
pekerjaan
yang
harus
diselesaikan
tersebut. (Sritomo
Wingjosoebroto,
2003,
p170).
Waktu
baku
yang
dihasilkan
dalam
aktivitas pengukuran
kerja
ini
digunakan
sebagai
alat
untuk
membuat
rencana
penjadwalan
kerja
yang
menyatakan
berapa
lama
suatu
kegiatan
itu harus
berlangsung
dan berapa
output yang akan dihasilkan
serta berapa jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan
untuk menyelesaikan
pekerjaan
tersebut.
Teknik-teknik
pengukuran
waktu
dapat dikelompokkan
menjadi
dua kelompok besar
yaitu :
1. Pengukuran
kerja secara
langsung
Pengukuran dilakukan secara
langsung
pada
tempat
dimana
pekerjaan
yang
diukur
dijalankan.
Dua
cara
yang
digunakan
di dalamnya
adalah
dengan
menggunakan
jam henti
(stopwatch time-study)
dan
sampling
kerja
(work
sampling).
2. Pengukuran
kerja secara
tidak langsung.
Pengukuran
dilakukan
secara
tidak
langsung
oleh pengamat.
Pengamat
melakukan
pengukuran
dengan
membagi
elemen-elemen
kerja
yang
ada
kemudian
membaca
waktu berdasarkan
tabel
waktu.
Pengukuran
waktu
kerja dilakukan
dengan
melakukan
analisis
berdasarkan
perumusan
serta
berdasarkan
data-data
waktu
yang tersedia.
Pengukuran
waktu
secara
tidak
langsung
dapat dilakukan
dengan
menggunakan
data
waktu
baku
dan
dengan
menggunakan
data
waktu
|
![]() 23
gerakan seperti
The
Work Factor System,
Method
Time Measurement,
Basic
Motion Time Study dan
sebagainya.
Pemilihan
pengukuran
waktu
kerja
ini
harus
disesuaikan
dengan
kebutuhan
dan kondisi
yang
berjalan,
karena
masing-masing
pengukuran
waktu
kerja
ini memiliki
tujuan
dan
karakteristik
yang
harus
dimengerti.
Pemilihan
metode
yang
kurang
tepat
dapat
menyebabkan
kehilangan
waktu,
sehingga
diperlukan
pengukuran
tambahan
atau pengukuran
ulang
dengan
metode yang lebih
tepat.
Secara
garis
besar
urutan
pengukuran
waktu
kerja
dapat
digambarkan
sebagai berikut
:
Gambar 2.5.
Urutan pengukuran
waktu
kerja
2.6.2
Pengukuran
Kerja Langsung
Pengukuran
waktu
kerja
dengan
stopwatch
ini diperkenalkan
pertama
kali
oleh
Frederick
W.
Taylor
sekitar
abad
19.
Metode
sangat
baik
untuk
diaplikasikan
pada
pekerjaan
yang
berlangsung
singkat
dan
berulang-
ulang.
Dari hasil
pengukuran
akan
didapatkan
waktu
baku untuk
menyelesaikan
suatu
siklus
pekerjaan,
dimana
waktu
ini
dipergunakan
sebagai standar
bagi
semua pekerja
dalam
melaksanakan
pekerjaan.
|
24
Langkah-langkah
sistematis
dalam
melakukan
aktivitas
pengukuran
waktu
baku adalah sebagai berikut
:
Definisi pekerjaan
yang
akan
diteliti
untuk diukur
waktunya dan
beritahukan maksud
dan
tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang
dipilih
untuk diamati dan supervisor
yang ada.
Catat semua
informasi
yang berkaitan
erat
dengan
penyelesaian
pekerjaan
seperti
layout, karakteristik/spesifikasi
mesin atau
peralatan
kerja
lain yang
digunakan.
Bagi operasi kerja dalam
elemen-elemen
kerja sedetail-detailnya
tapi
masih dalam batas-batas
kemudahan
untuk
pengukuran
waktunya.
Amati,ukur,
dan
catat
waktu
yang
dibutuhkan
oleh
operator
untuk
menyelesaikan
elemen-elemen
kerja
tersebut.
Tetapkan
jumlah
siklus kerja yang
diukur dan
dicatat.
Teliti
apakah
jumlah
siklus
kerja
yang
dilaksanakan
ini sudah
memenuhi
syarat
atau
tidak?
Test
pula keseragaman
data yang
diperoleh.
Tetapkan
rate
of performance
dari
operator
saat
melaksanakan
aktivitas
kerja
yang
diukur
dan
dicatat
waktunya
tersebut.
Rate
of
performance
ini ditetapkan
untuk
setiap
elemen
kerja
yang
ada
dan
hanya
ditujukan
untuk
performance
operator.
Untuk
elemen
kerja yang
secara
penuh
dilakukan
oleh
mesin
maka performance
dianggap normal
(100%).
Sesuaikan waktu
pengamatan
berdasarkan performance
kerja
yang
ditujukan
oleh
operator
tersebut
sehingga
akhirnya
diperoleh
waktu
kerja
normal.
|
25
Tetapkan
kelonggaran
waktu (allowance
time) guna
memberikan
fleksibilitas.
Waktu
longgar
yang
akan
diberikan
ini guna
menghadapi
kondisi-kondisi
seperti
kebutuhan
personil
yang bersifat
pribadi,
faktor
kelelahan,
keterlambatan
material, dan lain-lainnya.
Tetapkan
waktu kerja baku (standard time) yaitu
jumlah
total antara
waktu
normal dan waktu
kelonggaran.
Berdasarkan
langkah-langkah
di
atas
terlihat
bahwa
pengukuran
kerja dengan stopwatch ini merupakan cara pengukuran obyektif karena
waktu
yang
ditetapkan
berdasarkan
fakta yang
terjadi
dan tidak
hanya
berdasarkan
estimasi
yang bersifat
subyektif.
Asumsi-asumsi
yang
digunakan
dalam
pengukuran waktu kerja
:
Metode
dan fasilitas untuk
menyelesaikan
pekerjaan
harus sama dan
distandarisasi
terlebih
dahulu
sebelum
kita
mengaplikasikan
waktu
baku
untuk pekerjaan yang
serupa.
Operator
harus
memahami
prosedur
dan
metode
pelaksanaan
kerja
sebelum
dilakukan
pengukuran
kerja.
Operator
yang
akan
diamati
untuk
pengukuran
waktu
baku
diasumsikan
memiliki
tingkat
keterampilan
dan
kemampuan
yang sama
untuk
pekerjaan
tersebut.
Kondisi
lingkungan
fisik
pekerjaan
juga
relatif
tidak
jauh
berbeda
dengan kondisi
fisik
pada saat pengukuran kerja
dilakukan.
Performance
kerja
mampu
dikendalikan
pada
tingkat
yang
sesuai
untuk
seluruh periode kerja yang
ada.
Prosedur
pelaksanaan
dan peralatan
yang
digunakan
dalam
pengukuran
waktu
kerja berdasarkan
stopwatch adalah
:
|
26
1. Penetapan tujuan pengukuran
Dalam pengukuran
kerja,
hal-hal
penting
yang
harus
diketahui
dan
ditetapkan
adalah
untuk
apa hasil
pengukuran
tersebut
akan
dimanfaatkan
dalam kaitannya dengan
proses produksi.
2. Persiapan
awal
pengukuran waktu kerja
Persiapan
awal
pengukuran
waktu
kerja adalah
mempelajari
kondisi
kerja dan
metode
kerja
kemudian
memperbaikinya
dan
melakukan
standarisasi.
Setelah
itu
langkah berikutnya
adalah memilih operator
yang
memiliki
kemampuan
rata-rata
dan
mau
diajak
bekerja
sama
dalam
pengukuran
waktu
ini.
Pemilihan
operator
dengan
kemampuan
rata-rata
dimaksudkan agar
waktu
baku
yang
dihasilkan
nantinya
dapat
dicapai
oleh semua
operator yang ada.
3. Pengadaan kebutuhan
alat-alat pengukuran
kerja
Peralatan
yang dibutuhkan
untuk
aktivitas
pengukuran
kerja
dengan
stopwatch
adalah
stopwatch,
lembar
pengamatan
(time
study form),
papan pengamatan
(time
study board), alat-alat
tulis,
dan alat penghitung
(calculator).
Pengadaan
alat-alat
ini dibutuhkan
untuk
pengamatan
dan
pencatatan
waktu
pengamatan
untuk
setiap
elemen
kerja
dalam sebuah
siklus
proses
operasi.
Jumlah
waktu
tiap elemen kerja
adalah waktu total
yang
dibutuhkan
dalam
sebuah
siklus kerja.
2.6.3
Pembagian
Operasi Menjadi Elemen-Elemen
Kerja
Pembagian
operasi
menjadi
elemen-elemen
kerja
dilakukan
agar
setiap
elemen
kerja
yang
ada
dapat
dengan
mudah
diukur.
Pembagian ini
|
27
tidak
hanya
pada
elemen
saja
namun
juga
memisahkan
antara
elemen
kerja
yang
bersifat
berulang
dan tidak
berulang
dalam
suatu
siklus
operasi.
Pemisahan
ini
bertujuan
untuk
menganalisa
apakah
waktu
tiap
elemen
kerja
yang
ada
berlebihan
atau
tidak.
Dengan
demikian
analisa
yang
dihasilkan
lebih
tepat
dan adanya varian dalam pengukuran
dalam
diketahui.
Aturan
dalam pembagian
operasi
kerja
ke
dalam elemen-elemen
kerja
adalah
sebagai
berikut
:
Elemen-elemen
kerja
yang ada
dibuat
sedetail
mungkin
dan
sependek
mungkin
akan
tetapi
masih
mudah
untuk
diukur
waktunya
dengan teliti.
Handling
time
seperti
loading
dan
unloading
harus
dipisahkan
dari
machining
time.
Handling
ini
merupakan aktivitas
pekerjaan-
pekerjaan
yang
dilakukan
secara
manual
oleh
operator
dan
aktivitas
pengukuran
kerja
harus
dalam
kondisi
berkonsentrasi.
Karena
hal
ini
nantinya berhubungan
dengan performance
rating.
Elemen-elemen
kerja
yang
konstan
harus
dipisahkan
dengan
elemen
kerja
yang
variabel. Elemen
kerja
yang
konstan disini
adalah
elemen-elemen
yang
bebas
dari pengaruh
ukuran,
berat,
panjang,
ataupun
bentuk dari
benda kerja yang
dibuat.
2.6.4 Melakukan
Pengukuran
Waktu
Pengukuran
waktu
adalah
aktivitas
mengamati
dan
mencatat
waktu-waktu
kerja
baik
setiap
elemen
maupun
siklus
dengan
menggunakan
|
28
alat-alat
yang
telah
disiapkan.
Pengukuran pendahuluan dilakukan
dengan
mengukur
waktu-waktu
dengan
jumlah yang ditentukan oleh pengukur.
2.6.5
Cara
Pengukuran
dan
Pencatatan Waktu Kerja
Beberapa
metode
umum
yang
digunakan
untuk
mengukur
waktu
pada
elemen-elemen
kerja dengan menggunakan
stopwatch yaitu
:
Pengukuran waktu secara
terus
menerus (continious timing)
Pengukuran waktu ini
dilakukan ketika elemen
kerja pertama
dimulai
dan dan berakhir ketika suatu
siklus
kerja berakhir.
Pengukuran waktu secara
berulang-ulang
(repetitive timing)
Pengukuran waktu
ini
dilakukan dengan
secara
berulang-ulang
dimana
setelah
setiap
elemen
kerja
selesai
diamati
maka
jarum
penunjuk
stopwatch dikembalikan
ke angka
nol.
Pengukuran waktu secara
penjumlahan
(accumulative
timing)
Pengukuran
waktu
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
dua atau
lebih
stopwatch yang
akan
bekerja
secara
bergantian. Waktu
yang
dihasilkan
dari
pengukuran
ini
lebih
dari
satu
sehingga setiap elemen
kerja yang berurutan
dapat diukur sekaligus.
2.6.6
Menentukan
Jumlah
Pengukuran
dan
Waktunya
Menentukan
jumlah
pengukuran
waktu
awal. Pada umumnya
untuk
pengukuran
awala
adalah
10-30
pengukuran.
Hasil pengukuran
yang
didapatkan
dapat
dibagi
ke
dalam
sub
grup,
setelah
itu
menghitung
rata-rata
sub
grup
dengan
rumus
:
|
![]() 29
?
2
n
?
Xi
X
X
=
i
=1
atau
X
=
k
k
Dimana
:
?
X
=
Jumlah semua nilai X1, X2
,
X3,...,
X
n
(detik)
k
=
Jumlah data
2.6.7
Menentukan
Standar
Deviasi
Setelah harga rata-rata sub grup
diketahui, kemudian mencari
nilai
standar
deviasi.
Dengan
demikian,
standar
deviasi
dirumuskan
sebagai
berikut
:
S
=
?=
(
X
-
X
)
n
-
1
Dimana :
S
=
Standar
deviasi
n
=
jumlah sub
grup
X
=
waktu
rata-rata sub
grup
(detik)
X
=
Waktu
rata-rata dari waktu rata-rata
sub grup (detik)
Konsep:
Man
hours
total jam
yang
digunakan
untuk
bekerja
dalam
satu
hari. Man
hours
production
adalah jam yang
digunakan
secara efektif dalam kegiatan produksi.
|
30
Man
hours
total
=
8
jam
Man
hours
production =
7, 35 (455 minutes)--- 25 minutes for HALO times.
Efisiensi
Man
Hours
Production
dilihat
dari
man
hours
production
diluar
jam
man
hours non production/unit
---- dibandingkan
dengan
Standard Man Hours
per
unit.
Untuk
memperoleh
data
mengenai
kinerja
Man
Hours
produksi
untuk
menganalisa
MH/Unit,
maka
diperlukan Man Hours
daily control.
Metode daily control:
Daily
control
dilaksanakan setiap
hari
oleh
PIC
di
jalur
produksi
(dalam
hal
ini
yang bertanggung
jawab
terhadap data adalah
foreman).
Metode
pengumpulan
data adalah
dengan
melalui pengisian
form MH
Control
yang
dilaksanakan
oleh
masih
masing foreman).
Di dalam form tersebut,
Foreman
melakukan
klasifikasi
data man hours
yang
terjadi
pada hari
tersebut.
Kode job Item
A1. Prod. Di Cost
Center sendiri
jam kerja
normal
A2. Prod. Di Cost
Center sendiri
jam kerja
overtime
B1. Prod. Di Cost
Center lain
jam kerja
normal
B2. Prod. Di Cost
Center lain
jam kerja
normal
CI. Repair production jam kerja normal C2.
Repair production jam kerja overtime
D1.
Logistic production
jam kerja
normal
D2.
Logistic production
jam kerja
overtime
E1.
Inspection production jam kerja normal
|
31
E2. Inspection
production
jam kerja
overtime
F1.
Pengawasan
(Supervising)
jam kerja
normal
F2.
Pengawasan
(Supervising)
jam kerja
overtime
G.
Project
H. Training / Skill Up
I. QCC
&
Idle
J. Repair & Maintence
K. 5R % lain - lain
LT. Late
KS. Line
Stop
LV.
Leaving
Keterangan :
B1
= Produksi
di
jalur
produksi
dibantu
selama
jam
kerja overtime
B2
= Produksi
di
jalur
produksi
dibantu
selama
jam
kerja overtime
C1 = Repair
produk di
jam kerja
normal
C2 = Repair
produk di
jam kerja
overtime
D1 = Logistic yang direct support
di jalur produksi
di jam
kerja normal
D2 = Logistic yang direct support
di jalur produksi
di jam
kerja overtime
F1 = Pengawasan
oleh
group
leader
dan Foreman di jam kerja
normal
F2 = Pengawasan
oleh
group
leader
dan Foreman di
jam kerja
overtime
G
=
Semua
jam kerja
untuk
project normal/overtime
H
=
Semua
jam kerja
untuk
training/skill
up baik
normal/overtime
I
=
Semua jam
kerja untuk qcc/ide
baik
jam normal/overtime
J
=
Semua jam kerja untuk maintence
jalur
baik
jam normal/overtime
|
32
K
=
Semua
jam kerja
untuk
5R & kain jalur baik jam normal/overtime
L
=
Untuk mencatat jam
kerja karyawan
yang
terlambat
LS
=
Untuk mencatat jam
jalur
produksi berhenti
LV = Untuk
mencatat jam
karyawan yang
meninggalkan
tempat
kerja
Notes
:
A
=
Diisi
tanggal,
bulan,
dan
tahun kondisi man Hour
tercatat
B
=
Diisi
kode
cost
centre
(
7digit)
C
=
Diisi
kode
unit
(11
unit)
Kode cost centre
=
kode
yang
mengkarateristikan
jalur
produksi
dimana
man
hour
tercatat. Kode
ini untuk memudahkan
pengisian
oleh
operasional.
Kode
Unit
=
kode
yang
mengkarateristikan
jalur
produksi
dimana
man hour
tercatat.
Kode
ini
untuk
keperluan
di
dalam
sistem.
1
kode
cost
centre
=
1
kode
unit.
D
=
Diisi
jumlah man power terdaftar
pada hari
itu
E
=
Diisi
jumlah man power yang
hadir pada hari
itu
F
=
Diisi jumlah
man power sesuai dengan
klasifikasi
man hour/job item
G
=
Diisi
kode klasifikasi
man hours/job
item
H
=
Diisi
kode cost
centre yang dibantu oleh cost centre/
jalur
terkait
I
=
Diisi kode project/nama
project
J
=
Diisi durasi man hour
dalam
satuan
jam (misalnya
:
7
jam)
K
=
Diisi
durasi
Man
Hours dalam satuan menit(misalnya
:
0.35
menit)
L
=
Diisi
jika ada keterangan
tambahan
mengenai
jam kerja terkait
M
=
Diisi
jika terjadi
line stop.
Berdasarkan
kode line stop
dan jam line stop
N
=
Diisi
keterangan
line stop
O
=
Diisi
jumlah rencana produksi
|
![]() 33
Keterangan:
P
=
Diisi jumlah
actual
produksi
Q
=
Keterangan
klasifikasi man hour/job
item
R
=
Keterangan
kode line
stop
USER REQUIREMENT
MH CONTROL
Tujuan:
Menganalisa effisiensi man
hour produksi,
melalui
pengumpulan
data
kinerja man hours
produksi.
Metoda:
a. Pengumpulan
data melalui MH
Form dari setiap jalur
produksi setiap hari.
b. Data
di rekap
oleh
administrasi
dan dimasukkan
ke dalam sistem.
c. Laporan
yang
dihasilkan setiap minggu (weekly)
Untuk
working flow-nya
dapat dilihat
dibawah ini:
Data responsibility
Data Input
Data Processing
Data Analysis
(Daily input)
(Daily input)
(Weekly)
Foreman
Administrator
Cost Control
GL
GL
Process
Responsible
to filling MH
MH
System
Gambar 2.6
Working Flow
Data di
input oleh Foreman ke dalam MH Form mengenai
performa MH Line
dibawahnya setiap hari
(Daily input).
MH
Form terdiri dari
2
lembar:
|
34
1. Lembar pertama untuk
production
side (disimpan
di masing
2x
jalur).
2. Lembar kedua untuk
administrasi.
Rekapitulasi dilakukan
ke
dalam
sistem
oleh
administrator setiap
hari
dan
untuk
laporan
dilakukan
setiap
minggu.
|