6
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1.   Pengenalan Pola
Pengenalan Pola dapat dikatakan sebagai kemampuan manusia mengenali obyek-
obyek berdasarkan ciri-ciri dan pengetahuan yang pernah diamatinya dari obyek-obyek
tersebut. Tujuan
dari
Pengenalan Pola
ini
adalah mengklasifikasi dan
mendeskripsikan
pola
atau
obyek
kompleks melalui
pengetahuan sifat-sifat atau
ciri-ciri obyek
tersebut.
Pola
adalah
entitas
yang
terdefinisi
dan
dapat
diberikan
suatu
identifikasi atau
nama
misalkan mobil.
Pendekatan pengenalan pola ada tiga, yaitu secara sintaks, statistik, serta melalui
jaringan saraf tiruan. Pendekatan secara sintaks adalah pendekatan dengan menggunakan
aturan-aturan tertentu, misalnya baju
si
mamat
mempunyai rule sebagai berikut, selalu
berwarna biru, bahannya kaos, bermerek adidas, lengannya lengan panjang dan memiliki
kerah.
Jika
ada
sebuah
baju
dengan
ciri-ciri 90%
lebih
dari
ciri-ciri tersebut dapat
dikatakan bajunya mamat dengan toleransi sekitar 10%.
Pendekatan
metoda statistik adalah pendekatan dengan menggunakan data-data
yang berasal dari statisik
misalnya dalam sebuah pasar saham terlihat kurva penjualan
tertinggi adalah saham
A,
kemudian disusul
saham
B
dan saham C, apabila seseorang
datang ke pasar saham tersebut maka orang tersebut dapat dikatakan sekitar 95% orang
membeli saham A, karena berdasarkan kurva saham A memiliki harga tertinggi.
Pendekatan dengan
pola
jaringan
saraf
tiruan
adalah
pendekatan dengan
menggabungkan
pendekatan  sintaks  dan  statistik.  Pendekatan  melalui  pola-pola  ini
  
7
meniru cara kerja otak manusia, pada pola ini sistem membuat rule-rule tertentu disertai
dengan menggunakan data statistik sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Suatu
sistem
pengenalan pola
pada
dasarnya
terdiri
atas
tiga
tahap,
yaitu
penerimaan data, pengenalan data
dan
pengenalan obyek
atau
pembuatan
keputusan.
Adapun
pengenalan utama
dalam
pengenalan pola adalah pendekatan geometrik
dan
pendekatan struktural.
Pendekatan
struktural
dilakukan
dengan penentuan
dasar
yang
mendeskripsikan obyek yang akan dikenali.
Untuk
pengenalan
pola
dengan
pendekatan
Jaringan
Saraf
Tiruan
kita
seolah-
olah
membuat
sebuah
sistem
yang
kinerjanya sama
dengan
otak
kita.
Agar
sistem
tersebut bisa
menjadi cerdas, kita
harus
memberikan pelatihan terhadap sistem tersebut
selama rentang waktu yang kita tentukan. Karena dengan
melatih
sistem tersebut
maka
akan
menambah rule-rule
serta
data
statistik
yang
di
gunakan
oleh
sistem
untuk
mengambil keputusan.
2.2.   Pengenalan Suara
Pengenalan suara
adalah
proses
yang
dilakukan
oleh
komputer
untuk
mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan kepadanya. Penelitian pengenalan suara oleh
mesin
telah dilakukan hampir selama
lima dekade, dimana percobaan awal oleh mesin
dibuat tahun 1950-an, yaitu pada saat berbagai penelitian mencoba untuk mengekploitasi
ide fundamental dari acoustic-phonetic.
Sejarah penelitian dibidang pengenalan suara antara lain:
a.   Tahun 1952 di
laboratorium, Bell, Davis, Bidullph, Balashek membuat suatu sistem
pengenalan digit
terisolali
untuk
seorang
pembicara.
Sistem
tersebut
sangat
tergantung kepada pengukuran resonasi spectral di daerah vokal dari setiap digit.
  
8
b.   Tahun 1956,
sebuah usaha
independen
pada
laboratorium RCA,
Olson dan
Belar
berusaha
untuk
mengenali
sepuluh
suku
kata
yang
berbeda dari
setiap pembicara
yang juga bergantung pada pengukuran spectral pada area vokal.
c.   Tahun 1959, Universitas Collage di Inggris, Fry dan Denes mencoba untuk membuat
suatu
pengenalan fenom
untuk
mengenali
empat
vokal
dan
sembilan
konsonan.
Mereka mengunakan keputusan dari pengenalan.
d. 
Usaha
lain
pada
periode
ini
adalah
mengenalkan vokal
oleh
Forgie
dan
Forgi,
dikonstruksikan di laboratorium Lincon MIT pada tahun 1959, dimana sepuluh vokal
disisipkan dalam format a/b/-vokal-/t dapat dikenali.
e. 
Penelitian
speech
pada
tahun
1980an
bercirikan
pada
pergeseran teknologi
dari
pendekatan berbasis template menjadi statistik modeling, terutama pendekatan model
Hidden  Markov  Model.     Ide
lain  di  perkenalkan  pada  akhir  1980-an  adalah
penerapan
Neural
network
pada
Speech
Recognition.
Neural
network
pertama
kali
dikenalkan
pada
tahun
1950,
tetapi
tidak
terbukti
berguna
pada
awalnya
karena
terlalu banyak masalah praktikal.
2.3.   Sinyal Percakapan
Sinyal dapat didefinisikan sebagai kuantitas
fisik yang bervariasi seiring waktu
atau
variabel
bebas
lainnya
yang
menyimpan
suatu
informasi.
Contoh
sinyal
adalah:
suara manusia, kode morse, tegangan listrik di kabel telepon,
variasi
intensitas cahaya
pada sebuah serat optik yang digunakan pada telepon atau jaringan komputer, dan lain-
lainnya.
Sinyal dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu: sinyal waktu kontinu,
sinyal waktu diskrit, sinyal nilai kontinu, sinyal nilai diskrit, sinyal random, dan sinyal
  
9
nonrandom.
Sinyal waktu
kontinu
dengan
nama
lain
sinyal
analog adalah sinyal
yang
belum
melalui proses
apapun. Sedangkan sinyal
nilai diskrit atau
sinyal
digital
adalah
sinyal analog yang telah melalui proses sampling, quantization, dan encoding.
Sampling adalah proses mengambil nilai-nilai sinyal pada titik-titik diskrit sepanjang
variabel waktu dari sinyal waktu kontinu, sehingga didapatkan sinyal waktu diskrit.
Jumlah titik-titik yang diambil setiap detik dinamakan sebagai sampling rate. Dalam
melakukan
sampling,
perlu diperhatikan kriteria
Nyquist
yang
menyatakan bahwa
sebuah
sinyal
harus
memiliki sampling
rate
yang
lebih
besar
dari
2f
m
,
dengan
f
m
adalah frekuensi paling tinggi yang muncul di sebuah sinyal.
o
Proses sampeling perhatikan sinyal sinus berikut ini:
..........................................................................(1)
Sinyal 
tersebut   merupakan   contoh 
sinyal 
waktu 
kontinyu.  Kita  juga
seringkali
menggunakan
terminologi
sinyal
analog
untuk
menyebutnya.
Untuk
proses
komputasi,
sinyal
waktu
kontinyu
harus
dirubah
menjadi
bentuk
waktu
diskrit
dan
dilanjutkan dengan
proses
digitalisasi.
Untuk
memperoleh bentuk
sinyal waktu diskrit, sinyal waktu kontinyu harus di-sampel.
  
10
Gambar 2.1 Blok Diagram Konversi Sinyal Kontinyu Menjadi Sinyal
Diskrit.
Sekuen x[n] di dapatkan setelah proses perubahan dari continues to discrete (C-
to-D). Kondisi realnya secara hardware adalah menggunakan rangkaian sampling
seperti Gambar 2.2 berikut ini.
Gambar 2.2 Rangkaian Sampling.
Rangkaian sampling diatas merupakan sebuah ujung tombak dari sebuah analog
to digital conversion (ADC).
  
11
Gambar 2.3 Block Diagram Rangakaian ADC.
Persyaratan frekuensi sampling menurut teorema Shannon
harus
sama
dengan
atau melebihi 2 kali frekuensi sinyal yang di sample.
.......................................................................................................(2)
Jika
sinyal
informasi
yang
kita
sample
memiliki
komponen frekuensi
beragam, 
misalnya 
untuk   sinyal   wiacara 
memungkinkan 
untuk   memiliki
frekuensi dari 20 sampai 4000 Hz, maka sinyal informasi tersebut bisa dituliskan
sebagai:
.................................................................................(3)
Dan persyaratan untuk frekuensi smpling menjadi:
..................................................................................................(4)
Frekuensi  sampling  seringkali  dikatakan  dengan  terminology  sampling rate,
yaitu jumlah sample yang diambil setiap detik, fs=1/Ts yang juga dikenal sebagai
Nyquist rate.
Quantization adalah proses
memetakan nilai-nilai dari sinyal nilai kontinu menjadi
nilai-nilai yang diskrit, sehingga didapatkan sinyal nilai diskrit.
Encoding adalah proses mengubah nilai-nilai sinyal ke menjadi bilangan biner. Pada
gambar 2.4 dapat dilihat perbedaan antara sinyal analog dengan sinyal digital.
  
12
Gambar 2.4 Diagram Sinyal Analog dan Sinyal Digital.
Sinyal
yang
berbentuk
digital
dapat
disimpan
dalam
media
penyimpanan di
komputer.
WAV
file
(berasal
dari
kata
wave)
merupakan format
umum
yang
paling
sederhana
untuk
menyimpan data
sinyal
audio.
WAV
file
terdiri
dari
3
potongan
informasi
yaitu: RIFF chunk, FORMAT chunk, dan
DATA chunk.
RIFF chunk berisi
informasi
yang
menandakan bahwa
file
berbentuk
WAV.
FORMAT
chunk
berisi
parameter-parameter seperti
jumlah
channel, sample rate,
resolusi.
DATA chunk
yang
berisi data aktual sinyal digital.
Sinyal  yang  dihasilkan  dari  suara  manusia  sewaktu  melakukan  percakapan
disebut sebagai
sinyal percakapan. Sinyal percakapan
merupakan kombinasi kompleks
dari variasi tekanan udara yang melewati pita suara dan vocal tract, yaitu mulut, lidah,
gigi,
bibir,
dan
langit-langit. 
Sistem
produksi
sinyal
percakapan dapat
dilihat
pada
gambar 2.5.
  
13
Gambar 2.5 Diagram Model Sistem Produksi Suara.
Sinyal 
percakapan  terdiri 
dari 
serangkaian 
suara 
yang 
masing-masing
menyimpan
sepotong
informasi.
Berdasarkan
cara
menghasilkannya, suara
tersebut
terbagi
menjadi
voiced
dan
unvoiced.
Suara voiced dihasilkan dari
getaran
pita
suara,
sedangkan suara unvoiced dihasilkan dari gesekan antara udara dengan vocal tract.
Sinyal percakapan memiliki beberapa karakteristik, misalnya: formant, pitch, dan
intensitas.
Formant
adalah
variasi
resonansi
yang
dihasilkan oleh
vocal
tract.
Pitch
adalah
frekuensi dari
sinyal
atau
yang
sering
disebut
sebagai
intonasi.
Sedangkan
intensitas
adalah
kekuatan
suara.
Karakteristik-karakteristik tersebut
berguna
dalam
melakukan analisis sinyal.
2.4.   Transformasi Fourier
Transformasi  fourier 
(dinamakan 
atas 
Joseph 
Fourier) 
adalah 
sebuah
transformasi
integral
yang
menyatakan-kembali sebuah
fungsi
dalam
fungsi
basis
sinusioidal(fungsi  trigonometri), 
yaitu  sebuah 
fungsi 
sinusoidal  penjumlahan  atau
integral dikalikan oleh beberapa koefisien ("amplitudo").
Cara kerja transformasi fourier adalah dengan mendekomposisi sinyal ke bentuk
fungsi
eksponensial
dari
frekuensi
yang
berbeda-beda. Caranya
adalah
dengan
didefinisikan ke dalam dua persamaan berikut:
  
14
........................................................................................(5)
........................................................................................(6)
Dalam persamaan tersebut, t adalah waktu dan f adalah frekuensi. x merupakan
notasi  sinyal  dalam  ruang  waktu  dan  X  adalah  notasi  untuk  sinyal  dalam  domain
frekuensi. Persamaan (1) disebut Transformasi Fourier dari
x(t)
sedangkan persamaan
(2) disebut Invers Transformasi Fourier dari X(f), yakni x(t). Persamaan (1) dapat juga
ditulis sebagai :
Cos(2
?
ft)+jSin(2
?
ft)
..................................................................................................(7)
2.4.1.   Transformasi Fourier Diskrit
Transformasi fourier diskrit adalah metoda untuk mengubah gelombang seismik
dalam
domain
waktu
menjadi
domain
frekuensi. Proses
perubahan dari
domain
waktu
menjadi domain frekuensi dapat dilihat pada gambar 2.6
Gambar 2.6 Cara Kerja Transformasi Fourier.
  
15
Salah
satu
cara
mentransformasi sinyal
dari
domain
waktu
ke
dalam
domain
frekuensi adalah dengan menggunakan discrete fourier transform (DFT).
........................................................................................(8)
Persamaan (1) diatas menyatakan bahwa sinyal akan periodic pada setiap nilai N.
Implementasi DFT dapat diwujudkan dengan sebuah
Bank Filter seperti Gambar 2.8
berikut ini.
Gambar 2.7 Bank Filter.
Untuk
mengoptimalkan proses
komputasi,
DFT
bisa
dimodifikasi
dengan satu
algorithma yang seringkali kita kenal sebagai fast fourier transform (FFT). Dengan FFT
proses   komputasi 
bias   direduksi 
dari   N²  
menjadi 
N   log2N.   Misalnya 
dengan
  
16
menggunakan DFT kita akan melakukan transformasi sebanyak N=1024 titik, maka kita
memerlukan perkalian sebanyak N²
=
1.048.567. Sedangkan dengan menggunakan FFT
perkalian
yang
diperlukan sebanyak
N
log2N
=
5120
perkalian. Sebuah
contoh
hasil
menggunakan algorithma FFT untuk system yang lebih komplek adalah untuk mengolah
sinyal wicara. Pada gambar 2.8 ditunjukkan sebuah hasil proses FFT untuk kalimat “a-
i-u-e-o”.
Gambar 2.8 Grafik Hasil Proses FFT.
2.5.   Jaringan Saraf Tiruan (Neural Network)
2.5.1.   Inspirasi Biologi
Jaringan Saraf
Tiruan
(JST)
terinspirasi
dari
penelitian
kecerdasan buatan,
terutama percobaan untuk menirukan fault-tolerence dan kemampuan untuk belajar dari
sistem saraf biologi dengan model struktur low-level otak.
  
17
Otak
manusia memiliki sekitar   
10.000.000.000
sel
saraf
yang
saling
berhubungan. Sel saraf
mempunyai cabang struktur
input
(dendrites),
yaitu sebuah
inti
sel dan percabangan struktur output  (axon). Axon dari sebuah sel
terhubung dengan
dendrites yang
lain
melalui sebuah
synapse.
Ketika
sebuah
sel
saraf
aktif,
kemudian
menimbulkan suatu
signal
electrochemical
pada
axon.
Signal
ini
melewati
synapses
menuju ke sel saraf yang lain. Sebuah sel saraf yang
lain akan
mendapatkan signal jika
memenuhi biasan tertentu yang sering disebut dengan nilai ambang (threshold).
Bila dibandingkan dengan
komputer
modern,
kecepatan
dari
neuron pada
otak
manusia jauh lebih lambat, namun karena jumlah neuron yang sangat banyak pada otak
manusia membuat otak manusia dapat melakukan banyak pekerjaan
yang sangat cepat
serta
menggunakan energi atau tenaga yang sangat sedikit dan efisien. Menurut Faggin
(1991) sebagai contoh, pengenalan obyek seperti wajah seseorang dapat dilakukan hanya
dalam
waktu
sepersepuluh detik,
sementara
dengan
database
yang
sama
dengan
komputer
modern saat ini dibutuhkan waktu yang jauh lebih lama setidaknya beberapa
menit lebih lama dari otak manusia.
2.5.2.   Pengertian Jaringan Saraf Tiruan (Neural Network)
Neural network merupakan suatu metode Artificial Intelligence yang konsepnya
meniru sistem jaringan saraf yang ada pada tubuh manusia, dimana dibangun node-node
yang
saling
berhubungan satu
dengan
yang
lainnya.
Node-node
tersebut
terhubung
melalui
suatu
link
yang
biasa
disebut
dengan
istilah
weight.
Ide
dasarnya adalah
mengadopsi cara
kerja
otak
manusia
yang
memiliki
ciri-ciri
paralel
processing,
processing element dalam jumlah besar dan fault tolerance.
  
18
Suatu jaringan saraf
tiruan
memproses sejumlah
besar
informasi secara
paralel
dan
terdistribusi,
hal
ini
terinspirasi
oleh
model
kerja
otak
biologis. Beberapa
definisi
tentang jaringan saraf tiruan adalah sebagai berikut di bawah ini.
Hecht-Nielsend (1988) mendefinisikan sistem saraf buatan sebagai berikut:
"Suatu neural network (NN), adalah suatu struktur pemroses informasi yang
terdistribusi
dan bekerja
secara
paralel, yang terdiri atas elemen pemroses (yang
memiliki memori lokal dan beroperasi dengan
informasi lokal) yang diinterkoneksi
bersama dengan alur sinyal searah yang disebut koneksi. Setiap elemen pemroses
memiliki
koneksi keluaran
tunggal
yang bercabang
(fan
out) ke
sejumlah koneksi
kolateral yang diinginkan (setiap koneksi membawa sinyal yang sama dari keluaran
elemen pemroses tersebut). Keluaran dari elemen pemroses tersebut dapat
merupakan sebarang jenis persamaan matematis yang diinginkan. Seluruh proses
yang berlangsung pada setiap elemen pemroses harus benar-benar dilakukan secara
lokal, yaitu keluaran hanya bergantung pada nilai masukan pada saat itu yang
diperoleh melalui koneksi dan nilai yang tersimpan dalam memori lokal".
Menurut Haykin, S. (1994), Neural Networks:
A
Comprehensive Foundation, NY,
Macmillan, mendefinisikan jaringan saraf sebagai berikut:
“Sebuah jaringan saraf adalah sebuah prosesor yang terdistribusi paralel dan
mempunyai kecenderungan untuk menyimpan pengetahuan yang didapatkannya dari
pengalaman dan membuatnya tetap tersedia untuk digunakan. Hal ini menyerupai
kerja otak dalam dua hal yaitu: 1. Pengetahuan diperoleh oleh jaringan melalui
suatu proses belajar. 2. Kekuatan hubungan antar sel saraf yang dikenal dengan
bobot sinapsis digunakan untuk menyimpan pengetahuan”.
  
19
Dan  menurut  Zurada,  J.M.  (1992),  Introduction  To  Artificial  Neural  Systems,
Boston: PWS Publishing Company, mendefinisikan sebagai berikut:
“Sistem
saraf
tiruan atau
jaringan saraf tiruan
adalah sistem
selular fisik
yang
dapat
memperoleh,
menyimpan
dan
menggunakan
pengetahuan
yang
didapatkan
dari pengalaman”.
•   DARPA   Neural 
Network   Study 
(1988,   AFCEA   International 
Press,   p.   60)
mendefinisikan jaringan syaraf buatan sebagai berikut :
Sebuah
jaringan
syaraf
adalah sebuah
sistem
yang dibentuk
dari
sejumlah elemen
pemroses sederhana yang bekerja secara paralel dimana
fungsinya ditentukan oleh
stuktur
jaringan,
kekuatan
hubungan,
dan
pengolahan dilakukan
pada
komputasi
elemen atau nodes.
Jaringan saraf tiruan menyerupai otak manusia dengan dua cara :
a.
Pengetahuan
yang
diperoleh
jaringan
dari
lingkungannya
melalui
proses
pembelajaran.
b.
Kekuatan  hubungan  antar  neuron,  dikenal  dengan  istilah  synaptic weight,  dan
digunakan untuk menyimpan pengetahuan yang diperoleh.
Neural
network
sendiri pun
dibagi-bagi kembali
menjadi beberapa
bagian
yang
lebih
kecil,
dimana
masing-masing metode
mempunyai
karakteristik
sendiri-sendiri,
serta
memiliki
keunggulan dan
kelemahan
dalam
mengenali
suatu
pola.
Metode-metode
tersebut
diantaranya adalah
Bidirectional
associate
memory
atau
lebih
dikenal dengan
istilah
BAM,
Hopfield
Network, Counter Propagation
Network, Backpropagation 
dan
masih
banyak
metode-metode
lainnya
yang
sudah
atau
sedang
dikembangkan dengan
para ahli.
  
20
Pada umumnya neural network dibagi berdasarkan layer-layer yaitu input layer,
hidden layer, output layer. Setiap node pada masing-masing layer memiliki suatu error
rate, yang akan digunakan untuk proses training.
Pada
kenyataannya
(kebiasaannya), kebanyakan
neural
system
harus
diajari
(training)
terlebih dahulu. Mereka akan mempelajari asosiasi, pattern, dan fungsi
yang
baru. Pemakai-pemakai neural network tidak menspesifikasikan sebuah algoritma untuk
dieksekusi
dalam setiap
perhitungan. Mereka
akan
memilih
arsitektur
tertentu dengan
pandangan
mereka,
dengan
karakteristik neuron,
weight,
dan
memilih
model
training
sendiri. Sehingga dari hasil tersebut, informasi network dapat diubah oleh para pemakai.
Arfiticial
neural
system
juga
dapat
mengkalkulasi teknik
matematik,
seperti
meminimalisasi kesalahan suatu perhitungan.
Neural
network
sangat
berperan
dalam
teknologi
dan
beberapa
disiplin
ilmu,
yang membantu dalam menentukan model-model neural network dan system non linear
dynamic. Salah satunya adalah matematika.
Matematika
adalah  model  neural  yang
paling
berpotensi
karena
kekompleksannya. Elektronika
dan
ilmu
komputer
juga
menggunakan metode ini, karena berperan dalam pengiriman sinyal data.
2.5.3.   Sejarah Perkembangan Jaringan Saraf Tiruan
Sejarah Perkembangan Jaringan Saraf
Tiruan
dimulai pada
tahun
1949, Donald
Hebb
melakukan algoritma
Learning
atau
training
yang
mengatakan bahwa
jika
dua
neuron
aktif
secara
simultan,
maka kekuatan
hubungan
antar
neuron
akan
meningkat.
Kemudian pada tahun 1950an dan 1960an, sebuah perkumpulan yang bernama Group of
Researchers  berhasil  menemukan  konsep  perceptrons. Pada  tahun  berikutnya  yaitu
tahun 1969,
Marvin
Minsky
secara
matematis
menunjukkan kelemahan
perceptrons.
  
21
Penelitian Jaringan Saraf Tiruan pada tahun 1970an. Tahun 1987, Group of Researchers
menggelar International Conference on Neural network, San Diego, AS.
2.5.4.   Sistem Neural
a.   Node
Neuron
adalah unit
pemprosesan
informasi
yang
merupakan dasar
dari operasi
jaringan saraf tiruan. Sel-sel saraf tiruan ini dirancang berdasarkan sifat-sifat dari neuron
biologis. Sel saraf tiruan ini biasa disebut sebagai processing elements, unit atau node.
Node adalah sebuah sel neuron
yang disetiap node-nya
memiliki output, error,
dan weight.
Jadi
di
setiap
node,
dimanapun itu
pasti
memiliki ketiga
unsur
tersebut.
Hubungan antar node diasosiasikan dengan suatu nilai
yang disebut dengan bobot atau
weight. Setiap node pasti memiliki output, error dan bobotnya masing-masing.
Output merupakan keluaran dari suatu node. Error
merupakan tingkat kesalahan
yang
terdapat
dalam suatu node dari proses
yang
dilakukan. Weight
merupakan bobot
dari node
tersebut
ke node
yang
lain
pada
layer
yang
berbeda. Nilai
weight
berkisar
antara -1 dan 1.
Bobot-bobot  atau  weight yang  tersimpan  di  dalam  jaringan  saraf  tiruan  ini
disebut
sebagai
bobot
interkoneksi. Nilai bobot
yang baik
akan
memberikan keluaran
yang sesuai, dalam arti mendekati keluaran yang diharapkan (target output) untuk suatu
input yang diberikan.
Menurut Mitchell (1997) bobot awal dalam suatu jaringan saraf
tiruan biasanya
diperoleh
secara
random dan sebaiknya
diinisialisasi
dengan
nilai
yang
relative kecil,
yaitu berkisar antara -0,1 sampai 0,1.
Memasuki tahap pelatihan, bobot tersebut akan
  
22
mengalami penyesuaian melalui suatu proses perhitungan matematik agar tercapai nilai
bobot yang sesuai.
b. 
Input, Hidden, dan Output Layer
Input layer merupakan layer tempat sebuah input dimasukkan (inisialisasi input),
dan layer ini dilakukan proses-proses selanjutnya. Menurut Michell
(1997) hidden layer
berfungsi untuk membantu proses. Semakin banyak hidden layer yang digunakan, maka
semakin
bagus
dan
semakin
cepat
pula
output
yang
diinginkan
didapat.
Akan
tetapi
waktu training  akan berlangsung semakin lama.
Output
layer
adalah
layer
yang
menampung hasil
proses
dari
suatu
neural
network.
Forward
propagation
bertujuan
untuk
menentukan output
dari
suatu
node.
output
yang
dimaksud
disini
adalah
output
dari
output
layer.
Karena
masing-masing
node tersebut memiliki output.
c.   Training
Proses belajar suatu neural network terdiri dari proses Forward, Backward, dan
Update
Weight, sekali
melewati 3
tahap
itu disebut
dengan
1
kali
training
(1
cycle).
Semakin banyak training
yang dilakukan
maka akan semakin kecil pula tingkat error
yang
dihasilkan di
output
layer-nya.
Dengan
demikian semakin kecil
juga
error
suatu
sistem.
Menurut Rao (1995), ada dua metode Learning dalam neural network, yaitu :
1.   Supervised Learning adalah  suatu  metode  dimana  neural network belajar  dari
pasangan data input dan target, pasangan ini disebut training pair. Biasanya jaringan
dilatih
dengan
sejumlah training
pair,
dimana
suatu
input
vektor
di
aplikasikan,
menghasilkan
nilai
di
output,
lalu
hasil
pada
output
tersebut
akan
dibandingkan
  
23
dengan target output. Selisihnya akan dikembalikan ke jaringan, kemudian dihitung
error-nya,
melalui error ini akan didapatkan selisih yang terdapat di dalam weight.
Oleh
karena
itu
terdapat
weight
baru
yang
cenderung
memiliki
error
yang
lebih
kecil,
sehingga akan
didapat error
yang
lebih
minimum
dari
error
yang pertama.
Vektor-vektor 
dalam 
training   set   diaplikasikan
seluruhnya 
secara 
berurutan.
Pertama-tama error dihitung, kemudian weight disesuaikan sampai seluruh training
set menghasilkan error yang sekecil-kecilnya. Pada dasarnya konsep ini berawal dari
konsep human brain.
Model Neural network yang menggunakan metode Supervised Learning diantaranya
adalah sebagai berikut :
a.   Model Backpropagation
b.   Model Biderectional Associative Memory
c.   Hopfield Network
2.   Non-Supervised (Unsupervised) Learning
Unsupervised Learning dianggap sebagai model dalam konsep sistem biologis. Teori
ini
dikembangkan oleh
Kohonen
(1984)
dan
beberapa
ilmuan
lainnya.
Dalam
Unsupervised
Learning
tidak
diperlukan target
output.
Training
hanya
terdiri dari
vektor-vektor input, tanpa
memiliki pasangan
target. Algoritma training
mengubah
weight
jaringan
untuk
menghasilkan output
yang
konsisten.
Aplikasi
dari
vektor-
vektor yang
cukup serupa
menghasilkan pola
output yang
sama. Dengan demikian
proses training akan
menghasilkan sifat-sifat statistik dalam bentuk pengelompokan
vektor-vektor
dalam
beberapa
kelas.  Dengan  mengaplikasikan
suatu  vektor  dari
suatu kelas sebagai input, maka akan menghasilkan vektor output  yang spesifik.
  
24
Model Neural
network
yang
menggunakan metode Non-Supervised
(Unsupervised)
Learning diantaranya adalah sebagai berikut :
a.   Adaptive Resonance Theory (ART)
b.   Compotitive Learning
c.   Kohonen’s self organizing maps.
2.5.5.   Arsitektur Jaringan Saraf Tiruan
Arsitektur
jaringan
adalah
lapisan
yang
menggambarkan pola
keterhubungan
antara
neuron,
baik
didalam
lapisan
yang
sama
maupun
antara
lapisan
yang berbeda.
Menurut Kusumadewi (2003) ada beberapa arsitektur jaringan saraf, antara lain :
1.   Single Layer Neural Network
Single
Layer
Neural
Network
adalah
Neural
network
yang
hanya
memiliki satu
lapisan dengan bobot terhubung. Jaringan ini hanya menerima input kemudian secara
langsung
mengolahnya menjadi
output
tanpa
harus
melalui
lapisan
tersembunyi.
Neuron-neuron
pada
lapisan
ini
saling
berhubungan. Semua
unit
input
akan
dihubungkan dengan setiap unit output.
2.   Multi Layer Neural Network
Multi  Layer
Neural  Network
adalah
neural  network  yang
memiliki karakteristik
multi layer dimana setiap node pada suatu layer terhubung dengan setiap node pada
layer didepannya. Berasitektur umpan maju atau lebih dikenal dengan feed forward
network yang menggunakan metode supervised Learning.
Model
ini
merupakan
model
yang
paling
sering
dipakai
dalam pengembangan
sistem
neural dan
memiliki kinerja
yang sangat baik dalam sisi keakuratan. Model
ini
mempunyai dua fase dalam pelatihannya yaitu fase forward dan backward. Cara kerja
  
25
jaringan
ini
adalah
setelah
input  masuk
ke
input  layer  maka
data
akan
diolah
dan
diteruskan ke masing-masing bagian di depannya sampai pada output layer. Nilai di
Output layer akan dibandingkan dengan nilai target, lalu akan dihasilkan sinyal
error
bagi
masing
node
di
output
layer.
Kemudian
sinyal
ini
ditransmisikan
kembali
atau  lebih  dikenal  dengan  Backpropagation yang  berasal  dari  lapisan  keluaran  ke
masing-masing sel pada lapisan sebelumnya.
Gambar 2.9 Konsep Backpropagation.
Umumnya operasi model jaringan ini terdapat dua mekanisme kerja yaitu :
1.   Mekanisme latihan atau belajar ( Training mode / Learning mode ). Pada mekanisme
ini, jaringan akan
dilatih
untuk
dapat
menghasilkan data
seusai dengan
target
yang
diharapkan
melalui
satu
atau
lebih
pasangan-pasangan data
(data
input
dan
data
target).
Semakin lama
waktu
latihan
maka
kinerja
jaringan
akan
semakin baik.
Demikian
juga
dengan
semakin
banyak
pasangan
data
yang
digunakan dalam
pelatihan maka kinerja akan semakin baik.
2.
Mekanisme produksi
(Production
Mode)
atau
biasa
disebut
dengan
mekanisme
pengujian
(Try Out Mode),  pada  mekanisme  ini,  jaringan  diuji  apakah  dapat
  
26
mengenali
sesuai
dengan
apa  yang
diharapkan,
setelah
melalui
proses  pelatihan
terlebih dahulu.
2.6.   Metode Backpropagation
Backpropagation merupakan algoritma pembelajaran yang terawasi dan biasanya
digunakan
oleh
perceptron
dengan
banyak
lapisan
untuk
mengubah bobot-bobot
yang
terhubung
dengan
neuron-neuron
yang
ada
pada
lapisan
tersembunyinya. Algoritma
backpropagation
menggunakan error
output
untuk
mengubah
nilai
bobot-bobotnya
dalam arah mundur (backward). Untuk
mendapatkan error
ini, tahap perambatan maju
(feedfoward) harus dikerjakan terlebih dahulu.
Inti
dari
Backpropagation
adalah
untuk
mencari error
suatu
node.
Dari
hasil
forward phase
akan dihasilkan suatu output,
dari output
tersebut, pastilah tidak
sesuai
dengan
target
yang
diinginkan.
Perbandingan kesalahan
dari
target
yang
diinginkan
dengan output yang dihasilkan disebut dengan error.
Menurut
Haykin
(1999)
Backpropagation
merupakan suatu
teknik
untuk
meminimalisasi gradient pada dimensi weight dalam jaringan saraf tiruan
lapis banyak
(multi
layer
neural
network),
proses
pelatihan
akan
dilakukan
berulang-ulang
sampai
nilai error lebih kecil dari yang ditentukan.
Dalam
proses
pelatihan
jaringan
Backpropagation
ini,
digunakan fungsi
nilai
ambang
batas
binary
sigmoid.
Menurut
Fausett
(1994)
sebelum
melakukan proses
pelatihan, terdapat beberapa parameter jaringan yang harus ditentukan dahulu, yaitu :
1.
Tingkat
pelatihan
(Learning
rate)
yang
dilambangkan dengan
parameter,
harus
diberikan dan
mempunyai nilai positif
kurang dari
satu. Semakin
tinggi
nilainya,
maka semakin cepat kemampuan jaringan untuk belajar. Akan tetapi hal ini kurang
  
27
baik.
Karena error
yang
dihasilkan tidak
merata, tidak
merata
disini
maksutnyua
adalah error untuk pembelajarannya tidak tentu, bisa lebih banyak di sisi tertentu.
2.   Toleransi kesalahan (error tolerance), semakin kecil kesalahan, maka jaringan akan
memiliki nilai bobot yang lebih akurat, tetapi akan memperpanjang waktu pelatihan.
3.   Jumlah  maksimal  proses  pelatihan  yang  dilakukan  (maximum epoch),  biasanya
bernilai besar dan diberikan untuk mencegah terjadi perulangan tanpa akhir.
4.   Nilai ambang batas atau bias  (threshold value), dilambangkan ?. Parameter ini tidak
harus diberikan (optional). Apabila tidak diberikan, maka nilainya sama dengan nol.
2.6.1.   Penjelasan Backpropagation
Inti
dari
Backpropagation
adalah
untuk
mencari error
suatu
node.
Dari
hasil
forward phase
akan dihasilkan suatu output,
dari output
tersebut, pastilah tidak
sesuai
target
yang
diinginkan.
Perbandingan kesalahan
dari
target
yang
diinginkan
dengan
output yang dihasilkan disebut dengan error.
Dalam
Backpropagation
juga
dikenal
istilah
yang
disebut
inisialisasi output.
Inisialisasi output pada dasarnya adalah menentukan error di suatu node dengan sebuah
target yang diinginkan. Karakteristik Backpropagation dapat diuraikan sebagai berikut:
1.   Node / processing element dan fungsi aktivasi
a) 
Kontinu.
b) 
Dapat dideferensiasikan /
diteruskan.
c) 
Turunan fungsi mudah dihitung.
d) 
Fungsi aktivasi yang biasa digunakan adalah fungsi sigmoid.
  
28
2.   Topology
Terdiri dari satu
lapisan
masukan (input layer), satu atau
lebih
lapisan tersembunyi
(hidden layer), dan satu lapisan keluaran (output layer). Setiap neuron / processing
element
pada
suatu
lapisan
mendapat sinyal
masukkan
dari
semua
neuron
pada
lapisan sebelumnya (beserta sinyal bias).
3.   Learning Rule
Menggunakan delta rule atau error connection Learning rule.