BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pemeliharaan (Maintenance)
Definisi
pemeliharaan
menurut
OConnor
(2001,p407)
adalah suatu kegiatan
untuk memelihara dan menjaga fasilitas yang ada serta meperbaiki. Melakukan
penyesuaian atau pengantian yang diperlukan untuk mendapatkan suatu kondisi operasi
produksi agar sesuai dengan perencanaan yang ada.
Perawatan adalah sebuah operasi atau aktivitas yang harus dilakukan secara
berkala dengan tujuan untuk
mempercepat pergantian kerusakan peralatan dengan
resources yang ada. Perawatan juga ditujukan untuk mengembalikan suatu sistem pada
kondisinya agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, memperpanjang usia kegunaan
mesin, dan menekan failure sekecil mungkin.(sumber: http://www.ittelkom.ac.id/library)
Menurut
Jr.Patton(1995,p23)
Pengertian
maintanace
secara
umum
yaitu
serangkaian aktivitas
(baik
bersifat
teknis
dan
administrative)
yang
di
perlukan
mempertahankan dan menjaga suatu produk atau system tetap berada pada dalam
kondisi aman, ekonomis, efisien dan pengoperasian optimal. Aktivitas perawatan sangat
diperlukan karena :
Setiap
peralatan punya
umur
pengunaan
(useful
life).
Suatu
saat
dapat
mengalami kegagalan dan kerusakan.
Kita
dapat
mengetahui
dengan
tepat
kapan
peralatan
akan
mengalami
kerusakan
Manusia selalu berusaha
untuk
meningkatkan
umur penggunaan dengan
melakukan perawatan (maintenance).
|
9
Yang
menjadi
musuh
utama
bagian
perawatan adalah breakdown,
deterioration,
dan
konsekuensi dari semua tipe kejadian yang tidak terencana.
Maintenance
sangat
berperan
penting
dalam kegiatan
produksi
dari
suatu
perusahaan
yang
menyangkut
kelancaran
dan
kemacetan
produksi,
volume
produksi
serta agar produk dapat diproduksi dan di terima konsumen tepat pada waktunya dan
menjaga agar tidak ada sumber daya yang menganggur karena kerusakan (downtime)
pada
mesin
sewaktu
proses
produksi
sehingga dapt
meminimalkan
biaya
kehilangan
produksi.
2.2 Jenis pemeliharaan
Kegiatan
pemeliharaan
dapat
dibedakan
menjadi
3
jenis
yaitu corrective
maintenance ( breakdown maintenance), preventive
maintenance dan total
productive
maintenance (perawatan keseluruhan).
2.2.1 Corrective maintenance
Menurut
pendapat
Oconnor
(2001,p401) Corective
maintenance
merupakan
kegiatan perawatan yang dilakukan setelah
mesin
atau
fasilitas
produksi
mengalami
gangguan
atau
kerusakan sehingga
tidak
dapat
berfungsi
dengan
baik.
Aktivita
Corrective
maintenance sering
disebut
aktivitas
perbaikan.
Corrective
maintenance
biasanya tidak dapat kita rencanakan telebih dahulu karena kita hanya bisa
memperbaikinya
setelah
terjadi
kerusakan, bahkan
terkadang
perbaikan
tersebut
bisa
tertunda dan terlambat.
Perbaikan yang dilakukan akibat terjadinya kerusakan dapat terjadi akibat tidak
dilakukannya preventive maintenance maupun telah diterapkan preventive maintenance,
akan tetapi sampai pada suatu waktu tertentu fasilitas produksi atau peralatan
yang ada
tetap rusak. Dalam hal ini, corrective maintenance bresifat perbaikan menunggu sampai
|
10
kerusakan terjadi dahulu, kemudian baru diperbaiki agar fasilitas produksi maupun
peralatan yang ada dapat dipergunakan kembali dalam proses produksi sehingga operasi
dalam proses produksi dapat berjalan lancer dan kembali normal.
Apabila perushaan hanya mengambil tindakan corrective maintenance saja,
maka
terdapat
factor
ketidakpastian
akan
lancarnya
fasilitas
dalam proses
produksi
maupun
peralatannya
sehingga
menimbulkan
efek-efek
yang
dapat
menghambat
kegiatan produksi jikalau terjadi gangguan kerusakan
tiba-tiba pada
fasilitas produksi
perushaan.
Tindakan
corrective maintenance ini
keliatannya
lebih
murah
biayanya
dibandingkan tindakan preventive maintenance. Tentu saja pernyataan ini benar selama
gangguan kerusakan belum terjadi pada
fasilitas
maupun peralatan ketika proses
produksi berlangsug. Namun, saat kerusakan terjadi selama proses produksi maka biaya
perawatan
akan
mengalami
peningkatan
akibat terhentinya
proses
produksi.
Selain
itu
biaya-biaya
perawatan dan
pemeliharaan
akan
membengkak
pada
saat
terjadinya
kerusakan tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tindakan corrective
maintenance lebih
memusatkan
permasalahan
setelah
permasalahan
itu terjadi,
bukan
menganalisa masalah untuk mencegah agar tidak terjadi.
Menurut Pendapat Oconnor (2001,p401) Corrective maintenance dapat dihitung
dengan
MTTR
(
mean
time
to repair)
dimana time
to
repair
memiliki
aktivitas
yang
biasanya dibagi menjadi 3 group:
Preparation
time:
Waktu
yang
dibutuhkan
untuk
persiapan
seperti
mencari orang
untuk perkerjaan , travel,
peralatan sudah dipenuhi atau
belum dan tes perlengkapannya.
|
11
Active Maintenance Time: Waktu yang di perlukan untuk melakukan
pekerjaan tersebut. Meliputi waktu mempelajari repair chart sebelum
actual
repair
dimulai dan
waktu
yang
dihabiskan
menverifikasi bahwa
kerusakan
tersebut di perbaiki.
Delay Time: Waktu yang dibutuhkan untuk menunggu komponen dalam
mesin unutk diperbaiki.
Corrective
maintenance merupakan
studi
dalam menentukan
tindakan
yang
diperlukan untuk mengatasi kerusakan-kerusakan atau kemacetan yang terjadi
berulang
kali.
Tindakan
perawatan
ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
kerusakana
yang
sama. Prosedur ini ditetapkan pada peralatan atau mesin yang
sewaktu waktu dapat terjadi kerusakannya.
Pada
umumnya
usaha
untuk
mengatasi
kerusakan
itu
dapat
dilakuakn
dengan cara sebagai berikut:
1.
Mencatat
data
trouble/kerusakan,
kemudian
melakukan
peningkatan
peralatan sehingga kerusakan yang sama tidak terjadi lagi.
2. Meng-improve peralatan sehingga mejadi lebih mudah.
3. Merubah proses.
4. Merancang kembali komponen yang gagal.
5. Mengganti dengan komponen yang baru
6. Meningkatakan prosedur perawatan preventif.
7. Meninjau kembali dan merubah sistem pengoperasian.
Dengan demikian, didapatkan kesimpulan bahwa pemeliharaan korektif
memusatkan permasalahan setelah permasalahan itu terjadi, bukan menganalisa
masalah untuk mencegahnya agar tidak terjadi.
|
12
2.2.2 Perventive Maintenance
Menurut pendapat Ebelling(1997,189), Pervetive maintence adalah pemeliharaan
yang dilakukan tejadwal, umunya secara periodik, dimana sejumlah tugas pemeliharaan
seperti
inspeksi,
perbaikan,
penggantian, pembersihan,
pelumasan
dan
penyesuaian
dilaksanakan.
Dengan adanya preventive Maintenance diharapkan semua mesin yang ada akan
terjamin
kelancaran
proses
kerjanya
shingga
tidak
ada
yang
terhambat
dalm proses
kerjanya sehingga
tidak ada yang
terhambat dalam proses produksinya dan bisa selalu
dalam keadaan optimal.
2.2.3
Total productive maintenance
Secara teoritis, total biaya pemeliharaan dapat digambarkan bahwa biaya
pemeliharaan korektif akan berbanding terbalik dengan pemeliharaan. Pemeliharaan
secara produktivitas dapat dilakukan dengan jalan berikut (Tampubolon, 2004, p253):
1.
Mendesain
mesin
atau peralatan
yang
memiliki
reabilitas tinggi,
mudah
di
operasikan
dan mudah dipelihara.
2.
Analisa biaya investasi untuk mesin atau peralatan dengan pelayanan (service) dari
pemasok dan biaya-biaya pemeliharaannya.
3.
Mengembangkan
perencanaan pemeliharaan
perventif
yang dapat
dimanfaatkan
secara praktis oleh operator, bagian pemeliharaan, dan teknisi.
4.
Melatih pekerja
untuk mengoperasikan
mesin atau peralatan,
termasuk
cara
memeliharanya.
|
13
2.3
Konsep-Konsep Pemeliharaan
2.3.1 Konsep Hubungan Waktu dalam Maintenance
Keterangan istilah dalam maintenance :
1.
Up time
Waktu ( period of time) dimana mesin/peralatan ada dalam kondisi baik sehingga
dapat melakukan fungsi seperti seharusnya ( melakukan fungsi dalam kondisi yang
ditetapkan dan dengan maintenance yang ditetapkan pula)
2.
Down Time
Waktu ( period of time) diamana mesin/peralatan tidak berada dalam kondisi untuk
dapat melakukan fungsinya. Downtime dihitung mulai saat mesin tidak berfungsi
sampai
mesin kembali dalam keadaan dapat berfungsi seperti seharusnya,
setelah
dilakukan perbaikan.
3.
Operating Time
Waktu ( period of time) dimana mesin melakukan fungsi seperti seharusnya
OPERATING TIME < UP TIME
4.
Standby Time
Waktu ( period of time) dimana mesin berada dalam kondisi untuk dapat berfungsi
seperti seharusnya, tetapi mesin tidak dioperasikan.
Up time = Operating Time + Standby Time
5.
Maintenance Time
Waktu dimana kegiatan
maintenance dilakukan termasuk delay-delay yang terjadi
selama pelaksanaan kegiatan.
6.
Active Maintenance Time
|
14
Bagian dari maintenance time, dimana kegiatan/pekerjaan maintenance benar-
benar dilakukan
7.
Logistic Time
Waktu dalam downtime, dimana kegiatan maintenance belum dapat dimulai karena
alasan logistik.
8.
Adminstrative Time
Waktu dalam downtime, dimana kegiatan maintenance belum dapat dimulai karena
alasan administrative.
9.
Corrective Maintenance Time
Waktu dalam active maintenance time, dimana dilakukan kegiatan corrective
maintenance.
10.
Perventive Maintenance Time
Waktu dalam active maintenance time, dimana dilakukan kegiatan preventive
maintenance.
(sumber: Jr.Patton(1995,p124-125))
2.3.2 Konsep Breakdown Time
Menurut Pendapat
Jr.Patton(1995,p130),Breakdown dapat
didefinisikan
sebagai
berhentinya
mesin
pada
saat
produksi
yang melibatkan
engineering
dalam perbaikan,
biasanya mengganti sparepart yang rusak, dan lamanya waktu lebih dari 5 menit (
berdasarkan OPI-Overall Performance Index).
Downtime mesin merupakan waktu menganggur atau lama waktu dimana unit
tidak dapat lagi menjalankan fungsinya sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terjadi
apabila suatu unit mengalami masalah seperti kerusakan mesin yang dapat mengganggu
kinerja
mesin secara keseluruhan termasuk kualitas produk
yang dihasilkan atau
|
15
kecepatan produksinya
sehingga
membutuhkan
waktu
tertentu
untuk
mengembalikan
fungsi unit-unit tersebut pada konsis semula,
Unsur-Unsur dalam Downtime :
1. Maintenance Delay
Waktu yang dibutuhkan untuk menunggu
ketersediaan sumber daya maintenance
untuk melakukan proses perbaikan. Sumber daya maintenance dapat berupa alat
bantu, teknisi, alat tes, komponen pengganti, dan lain-lain.
2. Supply delay
Waktu
yang dibutuhkan
untuk personel maintenance untuk
memperoleh komponen
yang dibutuhkan dalam proses perbaikan. Terdiri dari lead time administrative, lead
time produksi, dan waktu transportasi komponen pada lokasi perbaikan.
3. Acces time
Waktu untuk mendapatkan akses ke komponen yang mengalami kerusakan.
4. Diagnoses time
Waktu yang dibutuhkan untuk menentukan penyebab kerusakan dan langkah
perbaikan yang harus ditempuh untuk memperbaiki kerusakan.
5. Repaire or replacement unit
Waktu aktual yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses pemulihan setelah
permasalahan dapat diidentifikasikan dan akses ke komponen rusak dapat dicapai.
6. Verification and alignment
Waktu untuk memastikan bahwa fungsi daripada suatu unit telah kembali pada
kondisi operasi semula.
|
16
2.3.3 Konsep Reliability(Kehandalan)
Yang dimaksud dengan kehandalan adalah:
1.
Peluang
sebuah
komponen
atau
sistem akan
dapat
beroperasi sesuai
fungsi
yang
diinginkan untuk suatu periode waktu tertentu ketika digunakan dibawah kondisi
operasi yang telah di tetapkan. Ebeling, (1997, p5)
2. Peluang sebuah komponen, sub-sistem atau sistem melakukan fungsinya dengan baik, seperti
yang dipersyaratkan,
dalam kurun
waktu
tertentu dan dalam
kondisi operasi
Ahmad
Taufik)
2.3.4 Konsep Availability
Menurut Ebeling(1997,p5),
Availability adalah probabilitas komponen atau
sistem dapat beroperasi sesuai dengan fungsinya pada kondisi operasi normalnnya
apabila
tindakan
perawatan
pencegahan
dan pemeriksaan
dalam arti
availability
merupakan proporsi
waktu teoritis
yang tersedia
untuk komponen dalam system dapat
beroperasi dengan baik.
2.3.5 Konsep Maintainability
Menurut Ebeling (1997, p6) definisi maintainability adalh probalitas bahwa suatu
kompone
yang
rusak
akan
diperbaiki
dalam jangka
waktu
(T),
dimana pemeliharaan
(maintanability) dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ada.
Menurut
pendapat
OConnor
(2001,
p401)
kebanyakan
sistem engineered
itu
dipelihara
(dimaintain), sistem akan diperbaiki kalau terjadi kerusakan dan pemeliharaan akan dibentuk
pada sistem
tersebut
untuk
menjaga pengoperasian
yang ada dalam sistem pemeliharaan
ini
(system maintainability).
|
17
2.4 Fungsi Distribusi Kerusakan
Menurut Ebeling (1997,12), Distribusi kerusakan merupakan ekspresi matematis
usia dan pola kerusakan mesin atau peralatan. Kerusakn setiap mesin akan
mempengaruhi kedekatan yang digunakan dalm
menguji
kesesuaian
dan
menghitung
parameter fungsi distribusi kerusakan.
Pada umunya, karakteristik dari kerusakan setiap mesin
tidaklah sama terutama
jika dioperasikan dalam kondisi lingkungan yang berbeda. Suatu peralatan atau mesin
yang
memiliki karakteristik
dan
dioperasikan
dalam kondisi
yang
sama
juga
mungkin
akan memberikan nilai selang waktu antar kerusakan yang berbeda.
2.5 Fungsi Distribusi Kumulatif
Fungsi distributisi
kumulatif merupakan
fungsi
yang
menggambarkan
probabilitas
sebelum waktu
t. Probabilitas
suatu
system
atau
peralatan
mengalami
kegagalan dalam beroperasi sebelum waktu t,
yang
merupakan
fungsi dari waktu
yang
secara matematis dapat dinyatakan sebagai:
F(t) =
?
f(t)dt
untuk
t
=
0
Keterangan
F(t): Fungsi distributive kumulatif
F(t): Fungsi Kepadatan Peluang
Jika t =
8
maka F(t) =1
2.6 Fungsi Kehandalan
Berdasarkan
pendapat
dari
Ebeling
(1997,
p23)
kehandalan
merupakan
probabilitas sistem atau komponen akan berfungsi hingga waktu tertentu (t). Pengertian
|
18
fungsi
kehandalan
adalah
probabilitas
suatu
sistem atau
komponen
akan
beroperasi
dengan
baik
tanpa
mengalami
kerusakan
pada
suatu
periode
waktu
t
dalam kondisi
operasional yang telah ditetapkan. Probabilitas kerusakan dari suatu fungsi waktu dapat
dinyatakan sebagai berikut:
F (t) = P (T
=
t), dimana:
T = variable acak continiu yang menyatakan saat terjadinya kegagalan
F(t)
= probabilitas bahwa kerusakan terjadi sebelum waktu T = t (fungsi distribusi).
Reliability diuraikan sebagai berikut:
R (t) = P( T>t), dimana:
R (t)
=
distribusi kehandalan, probabilitas bahwa kegagalan tidak akan terjadi sebelum
t, atau probabilitas bahwa waktu kerusakan lebih besar atau sama dengan t.
2.7 Laju kerusakan
Laju kerusakan (failure rate) dari suatu peralatan atau mesin pada waktu t adalah
probabilitas dimana peralatan mengalami kegagalan atau kerusakan dalam suatu interval
waktu
berikutnya
yang
diberikan
dan
diketahui
kondisinya
baik
pada
awal
interval,
sehingga dianggap sebagai suatu probabilitas konsional. Notasinya adalah
?
(
t
)
atau R(t)
2.8 Distribusi Kerusakan
Pendekatan yang digunakan untuk mencari kecocokan antara distribusi
keandalan dengan data kerusakan terbagi 2 cara yaitu:
1. Menurunkan distribusi kehandalan secara empiris langsung dari data kerusakan.
Dengan kata lain kita menemukan model matematis untuk kehandalan, laju
kerusakan, dan rata-rata waktu kerusakan secara langsung berdasarkan pada data
kerusakan. Cara ini disebut
nonparametic
method. Hal
ini di karenakan
metode
|
19
ini tidak dibutuhkan spesifikasi dari distribusi
secara teoritis tertentu dan selain
itu juga tidak membutuhkan penaksiran dari parameter untuk distribusi.
2.
Mengidentifikasi
sebuah
distribusi
kehandalan
secara
teoritis, menarik
parameter, dan kemudian melakukan
uji kesesuaian distribusi. Metode ini akan
menggunakan distribusi teoritis dengan tingkat kecocokan tertinggi dan data
kerusakan
sebagai
model distribusi
reliabilitas
yang digunakan
untuk
menghitung kehandalan, laju kerusakan dan rata-rata waktu kerusakan.
Berdasarkan kenyataan bahwa hampir semua data kerusakan umum memiliki kecocokan
yang tinggi terhadap suatu distribusi tertentu, maka cara kedua umumnya lebih disukai
dari pada cara pertama.Cara kedua juga memiliki bebrapa keunggulan Ebeling,
(1997,p358), yaitu:
1.
Model
Empiris
tidak
menyediakan
informasi
di
luar
range
dari
data
sampel,
sedangkan
dalam model
distribusi
teoritis,
ekstrapolasi
melebihi
range
data
sampel adalah mungkin untuk dilakukan.
2.
Yang
ingin
diprediksi
adalah
data
secara
keseluruhan,
bukan
hanya
terbatas
pada sampel saja karena sampel hanya merupakan sebagian kecil dari
populasiyang diambil secara acak, sehingga model kerusakan tidak cukup, bila
hanya dibentuk berdasarkan data sampel saja.
3.
Distribusi
teoritis
dapat
juga
digunakan
untuk
menggambarkan
berbagai
laju
kerusakan.
4.
Ukuran sampel yang kecil menyediakan informasi yang sedikit mengenai proses
kegagalan. Akan tetapi jika sampel konsisten terhadap distribusi teoritis, maka
hasil prediksi yang lebih kuat dapat diperoleh.
|
20
5.
Distribusi teoritis lebih mudah untuk digunakan dalam menganalisa proses
kegagalan kompleks.
Terdapat 4
macam distribusi
yang
digunakan
agar dapat
mengetahui
pola data
yang terbentuk. Distribusi tersebut antara lain : distribusi Weibull, Exponential, normal
dan lognormal.
Distribusi
kerusakan merupakan
ekspresi
matematis
usia
dan
pola
kerusakan
mesin atau peralatan. Karakteristik kerusakan setiap peralatan/mesin akan
mempengaruhi
kedekatan
yang
digunakan dalam
menguji
kesesuaian dan
menghitung
parameter fungsi distribusi kerusakan. Pada umumnya, karakteristik dari kerusakan stiap
mesin tidaklah sama terutama jika dioperasikan dalam kondisi lingkungan yang berbeda.
Suatu peralatan maupun mesin yang memiliki karakteristik dan diperasikan dalam
kondisi
yang sama juga
mungkin akan
memberikan nilai selang waktu antar kerusakan
yang berlainan. Suatu kondisi yang berhubungan dengan kebijakan perawatan seperti
kebijakan perawatan pencegahan (preventive) memerlukan informasi tentang selang
waktu
suatu
mesin
akan
mengalami
kerusakan
lagi.
Biasanya
saat terjadi
perubahan
kondisi mesin dari kondisi bagus menjadi rusak lagi, tidak dapat diketahui dengan pasti.
Akan tetapi, dapat diketahui probabilitas terjadinya perubahan tersebut.
2.8.1 Distribusi Weibull
Menurut Ebeling(1997,p59), Distribusi Weibull merupakan distribusi yang paling
banyak
digunakan
untuk waktu
kerusakan karena distribusi
ini baik
digunakan
unutk
laju kerusakan yang meningkat maupun laju kerusakan yang menurun.
|
![]() 21
Nilai
Laju Kerusakan
0<
ß
<1
Laju kerusakan menurun (decreasing failure rate) DFR
ß
=1
Laju kerusakan konstan (constant failure rate) CFR
Distribusi Exponential
1<
ß
<2
Laju kerusakan meningkat (increasing failure rate) IFR
kurva berbentuk konkaf
ß
=2
laju kerusakan linier (linier failure rate) LFR
distribusi Rayleigh
ß
>2
Laju kerusakan meningkat (incrkaeasing failure rate) IFR
kurva berbentuk konveks
3
=
ß
=
4
Laju kerusakan meningkat (incrkaeasing failure rate) IFR
kurva berbentuk simetris
Distribusi normal
Terdapat dua parameter yang digunakan dalam distribusi ini yaitu ?
yang
disebut parameter skala (scale parameter) dan
ß
yang disebut dengan parameter bentuk
(shape parameter).
Menurut
Ebeling(1997,p59),
Fungsi
reliability
yang
terdapat
dalam
distribusi
Weibull yaitu :
?
t ?
p
?
?
Reability function: R(t) = e
?
?
?
Dimana
?
>0,
ß
>0, dant>0
Menurut Ebeling, dalam distribusi weibull yang menetukan tingkat kerusakan
dan pola data yang terbentuk adalah parameter
ß
. Nilai-nilai
ß
yang menunjukkan laju
kerusakan terdapat pada table berikut:
Tabel 2.1 Nilai parameter bentuk (
ß
) Distirbusi weibull
|
22
Jika parameter ß
mempengaruhi laju kerusakan maka parameter
?
mempengaruhi nilai tengah dari pola data.
2.8.2 Distribusi Exponensial
Distibusi eksponential digunakan untuk menghitung keandalan dari distribusi
kerusakan yang
memiliki
laju
kerusakan
konstan.
Distribusi
ini
mempunyai
laju
kerusakan yang tetap terhadap waktu, dengan
kata
lian
probabilitas
terjadinya
kerusakan tidak tergantung pada umur alat. Distribusi ini merupakan distribusi yang
paling mudah untuk dianalisa.
Parameter yang digunakan dalam distribusi Exponential adalah
?
, yang
menunjukkan rata-rata kedatangan kerusakan yang terjadi.
Fungsi reliability yang terdapat dalam distribusi eksponential yaitu ( Ebeling,
1997, p41):
Reliability Function: R(t) = e
-
?t
Dimana t > 0,
?
> 0
2.8.3
Distribusi Normal
Distribusi
Normal
cocok
untuk
digunakan
dalam memodelkan
fenomena
keausan
(kelelahan)
atau
kondisi wear
out
dari
suatu
item. Sebenarnya
distribusi
ini
bukanlah
distribusi
reliabilitas murni
karena
variable
acaknya
memiliki
range
antara
minus tak hingga sampai plus tak hingga. Akan tetapi, karena hampir untuk semua nilai
µ
dan
s
,
peluang untuk
variabel acak
yang
memiliki
nilai
negative dapat diabaikan,
maka distribusi
normal dapat
digunakan
sebagai
pendekatan
yang baik
untuk proses
kegagalan.
|
![]() 23
f
?
?
?
?
2
?
?
?
Parameter
yang digunakan adalah
µ
(nilai tengah) dan
s
(standar deviasi). Karena
hubungannya
dengan
distribusi
lognormal, distribusi
ini
dapat
juga digunakan
untuk
menganalisa probabilitas lognormal.
Fungsi reliability yang terdapat dalam distribusi Normal yaitu (Ebeling,
1997,p69):
?
t
-
µ
?
Reliability
R(t) = f?
?
?
s
?
Dimana µ
>
0,
s
>
0
dan t>0
2.8.4
Distribusi Lognormal
Menurut pendapat Ebeling (1997,p74),Distribusi
lognormal
memiliki parameter
bentuk (shape pharameter= s), dan Parameter
lokasi (location parameter =
t
med
)
yang
merupakan nilai tengah dari waktu kerusakan. Distribusi ini dimengerti hanya untuk t
positif dan
lebih sesuai daripada distribusi
normal dalam hal kerusakan. Seperti
halnya
distribusi weibull, lognormal ini dapat mempunyai berbagai bentuk. Seringkali dijumpai
bahwa data yang sesuai dengan distribusi Weibull sesuai pula dengan distribusi
Lognormal.
Fungsi reliability yang terdapat pada distribusi lognormal yaitu:
Reliability function : R(t)=1-
?
1
ln
?
s
t
?
?
t
med
?
Dimana s > 0,t
med
>0 dan t > 0
Fungsi distribusi Lognormal dinyatakan dengan:
1
?
1
?
t
?
2
f(t) =
2pst
exp
?
-
?
?
?
ln
2s
?
?
?
t
med
?
?
dengan t
=
0
|
![]() 24
2
i
i
2.9 Indetifikasi Kerusakan Distribusi
Menurut
Ebeling
(1997,p367),Pengidentifikasian distribusi dapat dilakukan dalam 2 tahap,
yaitu Index Of Fit (r) dan Goodness of Fit Test.
2.9.1 Index Of Fit
Dengan
metode
Least
Square
Curve
Fitting, dicari
nilai index
of
fit
(r) atau
korelasi
antara t; (atau ln t;) sebagai x dengan y yang merupakan fungsi dari distribusi teoritis terhadap x.
Kemudian distribusi yang terpilih adalah distribusi yang nilai index of fit (r) terbesar distribusi
dengan nilai r yang terbesar akan dipilih untuk diuji dengan menggunakan Goodness of Fit Test.
Rumus umum yang terdapat dalam metode Least Square Curve Fitting adalah:
F(t )
i
=
i
-
0.3
n
+
0.4
Dimana: i = data waktu ke-t
n = jumlah data kerusakan
?
n
??
n
?
n
?
x y
i
i
-
?
?
x
i
??
?
y
i
?
Index of Fit (r)
=
? =
i
1
?? =
i
1
?
?
n
?
n
?
?
?
n
?
n
?
?
?n
?
x
2
-
?
?
x
i
?
?
?n
?
y
2
-
?
?
y
i
?
?
?
?
i
=1
?
i
=1
?
?
? ?
?
i 1
=1
?
i=1
?
?
?
Dimana n = Jumlah kerusakan yang terjadi
Gradien:
1. Untuk Distribusi Weibull, Normal, Lognormal
|
![]() 25
n
?
?
2
n
?
n
??
n
?
n
?
x
i
y
i
-
?
?
x
i
??
?
y
i
?
b
=
i
=1
?
i=1
n
2
?
n
??
i
=1
?
?
n
?
x
i
?
?
x
i
?
i
=
1
?
i
=1
?
2. Untuk Distribusi Exponential
n
?
x y
i
i
b
=
=1
i =1
?
x
2
i=1
Intersep: a
=
y
-
bx
Dalam menetukan distribusi yang hendak digunakan untuk menghitung MTTF,
MTTR dan Reliability, proses yang harus dilakukan adalah mencari nilai r untuk
masing-masing distribusi sehingga didapatkan nilai r terbesar yang kemudian akan diuji
lagi menurut hipotesa distribusinya.
sumber: Ebeling (1997, p367).
Dibawah ini adalah rumus-rumus mencari nilai r, yaitu:
1. Distribusi Weibull
n
?
n
??
n
?
n
?
x
i
y
i
-
?
?
x
i
??
?
y
i
?
r
weibull
=
?
n
i
=1
?
n
?
? 1=1
2
?
?
??
?
?? i
=1
?
n
?
n
?
2
?
n
?
x
2
-
?
?
x
?
?
?
n
?
y
i
-
?
?
y
i
?
?
?
i
?
i 1
=1
?
?
i 1
=1
i
?
?
?
?
?
?
i
=
n
?
?
?
?
i
=1
?
?
Keterangan:
x
i
=
ln
(
t
i
)
?
?
1
?
?
y
i
=
ln
?
ln
?
?
?
?
?
?
1
-
F(t )
i )
?
?
?
t
i
adalah data ke-i
|
![]() 26
?
?
?
?
2
-1
?
a
?
-
?
?
Parameter :
ß
=
b
dan
?
=
e
?
b
?
2. Distribusi Eksponential
n
?
n
??
n
?
n
?
x y
i y
i
-
?
?
x
i
??
?
y
i
?
r
eksponential
=
?
n
i
=1
?
n
?
?
i =1
2
?
?
??
?
??
i
=1
?
2
n
?
n
?
?
n
?
x
2
-
?
?
x
?
?
?
n
?
y
2
-
?
?
y
i
?
?
?
i
?
i 1
=1
?
?
i
=1
i
?
?
?
?
?
?
i
i
=1
?
?
?
?
i
=1
?
?
Keterangan:
x
i
= t
i
?
?
1
?
?
y
i
= ln
?
ln
?
?
?
?
?
?
1
-
F(t )
i )
?
?
?
ti adalah data ke-i
parameter:
?
=
b
3. Distribusi normal
n
?
n
??
n
?
n
?
x
i
z
i
-
?
?
x
i
??
?
z
i
?
r
normal
=
?
n
i
=1
?
n
?
?
i
=1
2
?
?
??
?
?? i
=1
?
2
n
?
n
?
?
n
?
x
2
-
?
?
x
?
?
?
n
?
z
i
-
?
?
z
i
?
?
?
1
?
i
=
1
?
?
i
=
1
i
?
?
?
?
?
?
i
=
1
?
?
?
?
i
=1
?
?
Keterangan:
x
i
= t
i
z
i
=
f
[F(t
i
)
]
(diperoleh dari tabel
f(z)
dilampiri
ti adalah data ke-i
?
a
?
parameter :
s
=
1
dan
µ
=
-
?
?
b
?
b
?
4. Distribusi Lognormal
|
![]() 27
?
?
-
n
?
n
??
n
?
n
?
x
i
z
i
-
?
?
x
i
??
?
z
i
?
r
lognormal
=
?
n
i
=1
?
n
?
?
i
=1
2
?
?
??
?
??
i
=1
?
n
?
n
?
2
?
n
?
x
2
-
?
?
x
?
?
?
n
?
z
2
-
?
?
z
i
?
?
?
i
?
i 1
=1
?
?
i
=1
i
?
?
?
?
?
?
i
i
=1
?
?
?
?
i
=1
?
?
Keterangan:
x
i
= ln(ti)
z
i
=
F
1
[F(
t
i
)]
diporelah dari tabel
f(z)
dilampiri
t
i
adalah data ke-i
Parameter : s =
1
dan t
med
= e
-sa
b
2.9.2 Uji kebaikan suai (goodness of Fit)
Menurut Ebeling (1997,399), Tahap selanjutnya setelah dilakukan perhitungan
index of
fit
adalah pengujian goodness of fit
untuk
nilai index
of
fit
yang
terbesar.
Dilakukan dengan membandingkan antara hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternative
(H1
). Ho menyatakan bahwa waktu kerusakan tidak berasal dari distribusi tertentu.
Pengujian ini merupakan perhitungan statistik yang didasarkan pada sampel
waktu kerusakan. Statistik ini kemudian dibandingkan dengan nilai kritik yang diperoleh
dari table. Secara umum, apabila pengujian statistik ini berada di luar nilai kritik, maka
Ho diterima. Sebaliknya, maka H1 yang diterima. Ada 2 jenis goodness-of-fit test, yaitu:
1. Uji umum (general tests)
Digunakan untuk menguji beberapa distribusi.
Terdiri dari: uji Chi-Square.
2. Uji khusus (spesific tests)
|
![]() 28
k1
?
?
?
?
Digunakan hanya untuk menguji 1 jenis distribusi. Nilai kritis tergantung dari derajat
kepercayaan (
a)
pengujian sampel yang ada. Terdiri dari :
a. Manns Test untuk distribusi Weibull
b. Barletts Test untuk distribusi Exponential,
c. Kolmogorov-Smirnov Test untuk Distribusi Normal dan Lognormal.
Ketika suatu distribusi data waktu kerusakan
telah diasumsikan sebelumnya,
dimana asumsi tersebut bisa ditentukan melalui bentuk umum atau bentuk dari plot
data dalam suatu grafik (bisa dalam bentuk minitab). Validasi dari asumsi distribusi
dapat
diketahui
melalui
suatu
pengujian. Hasil
pengujian
tersebut
mempunyai
dua
kemungkinan, yaitu asumsi bahwa distribusi bisa diterima atau ditolak.
2.9.2.1 Manns Test untuk pengujian Distribusi weibull
Menurut Ebeling (1997,p400-401) hipotesa untuk melakukan uji ini adalah:
H
0
: Data kerusakan berdistribusi Weibull
H1 : Data kerusakan tidak berdistribusi Weibull
Uji statistikanya adalah:
r
-1
k
1
?
?
(
ln t
i
+1
-
?
ln t
i
)
?
?
?
M
i
?
M =
i = k1+1
k
?
?
(ln t
i
+1
-
ln t
i
)
?
?
i
=1
?
M
i
?
M
i
= Z
i+1
-Z
i
?
?
ln
-
ln
1
-
i
-
0.5 ?
?
Z
i
=
?
?
?
n
+
0.25
?
?
Keterangan:
t
i
=
data waktu kerusakan yang ke-i
X
i
= ln(ti)
|
![]() 29
a
n
= banyaknya data
M
i
= nilai pendekatan Mann untuk data ke-i
M
a,k1,k2
= nilai Mtabel untuk distribusi weibull (lihat distirbusi F),
dengan v1
=
k1
dan v2
=k
2
k1
= r/2
k2
=
(r-1)/2 (bilangan bulat terbesar yang lebih kecil dari (r/2)
H
0
diterima jika M
hitung
jatuh dibawah wilayah kritis:
M
hitung
<
M
tabel(a,k1,k2)
2.9.2.2 Barletts Test untuk pengujian Distribusi Exponential
Menurut Ebeling (1997, p399) hipotesa untuk melakukan uji ini adalah:
H0 : Data kerusakan distribusi Eksponential
H1 : Data kerusakan tidak berdistribusi Eksponential
Uji statistiknya adalah:
?
?
?
r
?
?
r
?
2r
?
ln
?
1
?
?
t
-
?
1
?
?
ln t
i
?
?
?
?
R
?
i
=1
?
R
?
i
=1
?
?
B
=
(
r
+
1
)
1
+
6r
Keterangan:
t
i
= data waktu kerusakan ke-i
r = jumlah kerusakan
B
= nilai uji statistik untuk uji Barletts Test
Jika X
2
1-a
,r
-
1
2
<
B
<
X
2
,r 1
-
2
maka H
0
diterima
|
![]() 30
n
2.9.2.3 Kolmogorov-Smirnov untuk pengujian Distribusi Normal maupun
lognormal
Menurut Ebeling 1997,(p402-404) Hipotesa untuk melakukan uji ini adalah:
H
0
: Data kerusakan berdistribusi Normal atau lognormal
H1: Data kerusakan tidak berdistribusi Normal dan lognormal
Uji statistiknya adalah : Dn = max {D1,D2
}
Dimana,
?
D
=
?
i
?
-
-
?
D =
-
F
?
i
?
max
F
?
t
-
t
?
i
1
max
?
i
?
t - t
?
?
1
1<i < n
?
?
?
?
?
?
s
?
n
?
2
1<i< n
?
?
?
?
s
?
?
n
ln t
n
?
(
ln t
i
-
t ²
)
t
=
?
i
dan s
2
=
i
=1
i
=1
n
n
-
1
Keterangan:
ti= data waktu kerusakan ke-i
t
=
rata-rata data waktu kerusakan
s = standar deviasi
n = banyaknya kerusakan
jika , D
n
<D
kritis
maka terima h
0
|
![]() 32
b.
Distibusi Eksponensial
MTTF =
1
?
c. Distibusi Normal
MTTF =
µ
d. Distribusi Lognormal
s
2
MTTF = t
med
.
e
2
2.11 Nilai tengah dari Distribusi Perbaikan (Mean time to Repaire)
Dalam menghitung rata-rata atau penentuan nilai tengah dari fungsi probabilitas
untuk waktu perbaikkan, sangatlah perlu diperhatikan distribusi data perbaikkannya.
Penentuan untuk menguji ini dilakukan dengan cara yang sama dengan yang sudah
dijelskan sebelumnya. Menurut Ebeling (1997,p192), MTTR diperoleh dengan rumus:
8
8
MTTR =
?
th(t)dt
=
?
(
1
-
H(t)
)
dt
dimana,
0
0
h(t) = fungsi kepadatan peluang untuk data waktu perbaikan (TTR)
H(t) = fungsi distribusi kumulatif untuk data waktu perbaikan (TTR)
Perhitungan nilai MTTR unuk masing-masing distribusi, yaitu
a. Distribusi Weibull (Ebeling (1997,p59)
|
![]() 33
?
?
?
?
MTTF =
?
·
G
?
1
+
1
?
?
ß
?
Nilai
G
?
1
+
1
?
?
ß
?
didapat dari:
G
(x) = tabel fungsi gamma (lihat lampiran)
b.
Distibusi Eksponensial
MTTF =
1
?
c. Distibusi Normal
MTTF =
µ
d. Distribusi Lognormal
s
2
MTTF = t
med
.
e
2
2.12 Reliabilitas dengan Preventive Maintenance dan Tanpa Preventive
Maintenance
Peningkatan kehandalan dapat ditempuh dengan cara perawatan pencegahan.
Menurut Ebeling (1997, p204),Perawatan pencegahan dapat mengurangi pengaruh wear
out dan menunjukkan hasil yang signifikan terhadap umur mesin. Model kehandalan
berikut ini mengasumsikan sistem kembali ke kondisi baru setelah mengalami perawatan
pencegahan. Keandalan pada saat t dinyatakan sebagai berikut :
|
34
R
m
(t) = R (t)
untuk 0 = t < T
R
m
(t) = R(T)
n
.R(t-T)
untuk T
=
t < 2T
Secara umum persamaanya adalah :
R
m
(t) = R(T)
n
.R(t-nT)
untuk nT = t < (n+1)T dan n=1,2,3,..dst
Dimana :
T adalah selang waktu preventive maintenance
T adalah waktu operasional mesin
n merupakan jumlah perawatan
Rm(t) adalah reliability
dengan Preventive Maintenance
R(T)n adalah probabilitas kehandalan hingga n selang waktu perawatan
R(t-nT) adalah probabilitas kehandalan untukwaktu t-nTdari tindakan
preventive yang terakhir.
Untuk komponen yang memiliki laju kerusakan yang konstan : R(t) = e
-
?
t
maka
dapat menggunakan persamaan dibawah ini :
R
m
(t) = (e
-
?t
)
n
e
-
?t
(t-nT)
R
m
(t) = e
-
?nt
.e
-
?t
.e
?nt
R
m
(t) = e
-
?t
|
![]() 35
?
s
?
?
?
?
n
R
m
(t) = R(t)
Berdasarkan rumus
di
atas,
ini
membuktikan
bahwa
jika
pola
kerusakan
berdistribusi
eksponensial
atau
memiliki
laju kerusakan konstan,
bila
dilakukan
preventive
maintenance tidak
akan
memberikan
dampak
apapun.
Hal
ini
disebabkan
karena tidak terjadinya peningkatan reliability seperti yang diharapkan, karena R
m
(t) =
R(t).
Untuk komponen yang memiliki distribusi lognormal maka dapat menggunakan
persamaan dibawah ini :
R(T) = 1- F
?
1
ln
t
?
?
s
t
med
?
n
?
?
?
?
R(T)
n
=
?
1
-
F
?
1
ln
t
?
?
?
?
t
med
?
?
R(t-nT) = 1-
F
?
1
ln
t
-
nt
?
?
?
s
t
med
?
Untuk
komponen
yang
memiliki
distribusi
normal
maka
dapat
menggunakan
persamaan dibawah ini:
?
t
-
µ
?
R (T) = 1-
F
?
?
?
s
?
?
-
µ
?
R (T)
n
= 1- F
?
t
?
?
s
?
|
![]() 36
ß
ß
?
(t
-
nT)
-
µ
?
R(t-nT) = 1-
F
?
?
?
s
?
Sedangkan untuk komponen yang memiliki distribusi weibull maka dapat
menggunakan persamaan dibawah ini :
?
?
T
?
?
?
?
t
-
nT
?
?
Rm(t) = exp
?
-
n
?
?
?
exp
?
-
?
?
?
untuk nT = t<(n+1)T
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
Untuk masing-masing distribusi yang ingin diukur peningkatan reliability-nya,
dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:
Peningkatan Reliability =
Rm(t) - R
(t)
x100%
R t)
(t)
2.13 Sistem Informasi
2.13.1 Pengertian Sistem
Sistem Menurut
Mathiasen
et
al.
(2000,
p9),
sistem adalah
kumpulan
dari
komponen yang mengimplemntasikan persyaratan model, function, interface. Sedangkan
McLeod (2001,p11) definisi sistem adalah sekelompok elemen yang salaing terintegrasi
dengan maksud yang sama
untuk mencapai suatu tujuan. Menurut OBrien (2004,p8)
adalah suatu kelompok dari elemen-elemen
yang
saling berhubungan dan berinteraksi
satu sama lain dan menciptakan suatu keutuhan yang utuh. Elemen-elemen ini bekerja
sama
untuk
mencapai suatu tujuan bersama dengan menerima input dan memproduksi
output dalam proses yang terorganisir.
|
37
Sistem
memiliki tiga komponen dasar dan 2 komponen
tambahan
yang saling
berinterkasi, yaitu:
Input (masukan)
Merupakan sekumpulan data baik dari dalam organisasi maupun dari luar organisasi
yang akan digunakan dalam proses sistem informasi.
Process (Proses)
Merupakan
proses transformasi
yang
mengubah input
menjadi
output.
Contohnya
mencakup proses manufaktur, perhitungan matematis dan lain sebagainya..
Output (keluaran)
Merupakan
elemen
yang
telah
melalui
proses
transformasi.
Contohnya
mencakup
jasa, produk dan informasi.
Feedback (Umpan balik):
Merupakan output yang di kembalikan kepada orang-orang dalam organisasi
untuk
membantu mengevaluasi input.
Subsistem :
Merupakan
sebagian
dari
sistem
yang
mempunyai
fungsi
khusus.
Masing-masing
subsistem ini memiliki komponen input, proses, output, dan feedback.
2.13.2 Pengertian Data dan Informasi
Data terdiri dari fakta-fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi
pemakai. Saat data diproses, ia dapat diubah menjadi informasi. Sedangkan pengertian
infomasi
menurut McLeod (2001, p15) adalah data yang telah diproses, atau data yang
memiliki arti dan siap
untuk dipakai. Informasi juga bisa dapat diartikan sebagai data
|
38
yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang
menerimanya.
Informasi
sangat dibutuhkan
karena informasi
merupakan
dasar
dalam
mengambil keputusan dalam perusahaan. Pengolahan
informasi adalah salah
satu
elemen
kunci
dalam sistem konseptual. Pengolahan
informasi dapat
meliputi
elemen-
elemen komputer, elemen-elemen non-komputer, atau kombiansi keduanya.
2.13.3 Pengertian Sistem Informasi
Berdasarkan pengertian
yang
diberikan
Whitten et
al
(2004,p12),
Sistem
informasi adalah susunan dari manusia, data, berbagai proses, dan teknologi informasi
yang saling berinteraksi untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan,
dan
menyediakan output informasi yang dibutuhkan untuk mendukung sebuah oraganisasi.
Menurut OBrien (2004, p8), mengungkapkan bahwa sistem informasi bergantung pada
kerangka
kerjanya
yang
terdiri
dari
manusia,
software, data, jaringan dan hardware.
Sedangkan
Pengertian
Sistem Informasi
Menurut
McLeod
(2001,p4),
adalah
suatu
kombinasi yang terorganisasi dari manusia, peranti lunak, perangkata keras, jaringan
komunikasi, dan sumber daya data yang
mengumpulkan, mentransformasikan, serta
menyebarkan informasi di dalam sebuah organisasi.
Menurut pendapat ahli lainnya,
infomasi adalah data yang
telah diproses
menjadi
bentuk
yang
memiliki arti bagi
penerima dan dapat
berupa
fakta,
suatu
nilai
yang bermanfaat atau prospek keputusan. Jadi ada suatu proses transformasi data
menjadi suatu
informasi (input-proses-output). Dari definisi yang disebutkan,
informasi
dapat disimpulkan sebagai data yang telah diolah yang mempunyai arti dalam
pengambilan keputusan bagi pihak yang bersangkutan..
|
39
Adapun komponen-komponen dari sistem informasi adalah
metode kerja (work
practices), informasi (information), manusia (people), teknologi informasi (information
technologies).
Alasan
diperlukannya
sistem informasi
dalam
suatu
organisasi
ialah
sebagai
berikut:
1. Untuk
mensinkronisasi
aktivitas-aktivitas
dalm
organisasi
sehingga
semua
sumber daya dapat dimanfaatkan seefektif mungkin.
2. Perkembangan teknologi yang semakin kompleks.
3. Semakin pendeknya waktu untuk pengambilan keputusan.
4. Lingkungan bisnis yang semakin kompetitif.
5. Pengaruh kondisi ekonomi internasional.
6. Meningkatnya kompleksitas dari aktivitas bisnis / organisasi.
2.13.4 Sistem Informasi Manajemen
McLeod (2001,p239),
mendefinisikan Sistem Manajemen Informasi sebagai
sistem berbasis
komputer
yang
menyediakan
infrmasi
bagi pengguna
yang
memiliki
kepentingan yang sama yaitu pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi oleh organisasi / Perusahaan. Output dari SIM adalah berupa laporan
periodik, laporan khusus, dan perhitungan matematis.
Model SIM menjelaskan bahwa data dan informasi didapat dari lingkungan.
Database digunakan oleh software untuk menghasilkan
laporan
dan
model
matematis
juga digunakan untuk menghasilkan perhitungan yang akan digunakan oleh pengambil
keputusan dalam organisasi baik berupa manager maupun non manager. Aliran data dan
informasi dibedakan untuk menunjukkan
yang mana
yang merupakan
input dan output
dari komponen sistem.
|
![]() 40
x
Environment
Organizational
Problem
Solvers
Data
Information
Report
Writing
Software
Mathematical
Models
Management
Information
System
Data Base
Environment
Sumber: Mcleod(2001,p240)
:Gambar 2.1 Model SIM
2.14
Analisis Perancangan sistem informasi Berorientasi Objek
Menurut
Whitten
et.
Al.
(2004,
p31),
Object Oriented Analysis and Design
(OOAD)
merupakan
suatu
kumpulan
alat
dan
teknik
untuk
membangun
suatu
teknik
yang
menggunakan
teknologi
objek
untuk
membangun
sebuah
sistem dan
perangkat
lunaknya.
Sedangkan
yang dimaksud
dengan
teknologi
objek
itu
sendiri adalah
teknologi perangkat lunak yang mendefinisikan sebuah sistem dalam istilah objek yang
menggabungkan data dan perilakunya.
Pendekatan yang berorientasi objek ini menggunakan objek dan class sebagai
konsepnya
. Pengertian objek
yaitu suatu
entitas
yang
memiliki
indetitas,
status,
dan
perilaku ( Mathiassen et al., 2000,p4). Dengan menggunakan objek maka sistem dapat
|
41
mengatur apa saja yang dapat dilakukan terhadap entitas tersebut. Sedangkan pengertian
class adalah deskripsi dari kumpulan objek yang memiliki struktur , pola perilaku,atribut
yang sama. Contoh dari class misalnya sekumpulan entitas pelanggan yang berbeda
menjadi sebuah class pembeli, masing-masing objek didalamnya memiliki identitas
nama dan alamat yang pastinya bisa berbeda.
OOAD dibangun dari empat prinsip umum untuk analisis dan desain, yaitu :
a. Desain isi sebuah sistem;
b. Memperjelas pertimbangan arsitektur;
c. Menggunakan kembali pola yang menjelaskan ide-ide desain yang baik;
d. Mengadaptasikan metode ke setiap pengembangan.
Pembuatan skripsi ini menggunakan Unified Modelling Languange (UML) yang
merupakan salah satu konsep Object Oriented Analysis and Design.
2.15 Unified Modelling Language (UML)
Menurut Booch
(1999,p1)
Unified
Modeling
Language
(UML) adalah
penerus
dari object-oriented analysis and design
(OOA&D) methods yang
muncul pada akhir
80
an
dan awal
90
an. UML
secara
langsung menggabungkan
methods dari Booch,
Rumbaugh (OMT), dan Jacobson, tetapi menjadi lebih berkembang daripada itu semua.
UML berkembang melalui sebuah proses standarisasi yang dilakukan oleh OMG (Object
Management Group) dan sekarang memakai standar dari OMG.
UML disebut sebagai bahasa
untuk permodelan, bukan sebuah method. Hampir
semua
methods
mengandung,
paling
tidak
dalam beberapa
prinsip,
dua
dari
sebuah
bahasa permodelan dan sebuah proses. Bahasa permodelan tersebut (terutama yang
|
42
berbasis grafis) adalah sebuah notasi yang menggunakan methods untuk
mengekspresikan sebuah rancangan. Proses tersebut adalah tuntunan yang mereka
lakukan dalam setiap langkah untuk merancang sesuatu.
2.15.1 Pengertian UML
Unified
Modelling
Language
(UML) adalah
sebuah
bahasa
yg
telah
menjadi
standar dalam industri untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem
2.15.2 Sejarah UML
UML
adalah
sebuah
bahasa
yag
berdasrkan grafik/gambar untuk
menvisualisasikan,
menspesifikasikan,
membangun
dan
pendokumentasian dari sebuah
sistem pengembangan
software
berbasis
OO(Object-Oriented).
UML
sendiri
juga
memberikan
standar penulisan
sebuah sistem blue
print,
yang
meliputi
konsep
bisnis
proses, penulisan kelas-kelas dalam bahasa program yang spesifik, skema database, dan
komponen-komponen yang diperlukan dalam sistem software(http://omg.org).
Pendekatan analisa dan perancangan
dengan
menggunakan
model
OO
mulai
diperkenalkan
sekitar pertengahan 1970 hingga akhir 1980 di karenakan pada
saat
itu
aplikasi software sudah meningkat dan mulai komplek. Jumlah yang menggunakan
metoda OO mulai diujicobakan diaplikasikan antara 1989 hingga 1994, seperti halnya
oleh Grady Booch dari Rational Software Co., dikenal dengan OOSE (Object-Oriented
Software
Engineering), serta
James
Rumbaugh
dari
general
Electric,
dikenal
dengan
OMT (Object Modelling Technique).
|
43
Kelemahan saat itu disadari oleh Booch maupun Rumbaugh adalah tidak adanya
standar penggunaan model yang berbasis OO, ketika mereka bertemu ditemani rekan
lainnya Ivar Jacobson dari Objectory mulai mendiskusikan untuk mengadopsi masing-
masing
pendekatan
metoda
OO
untuk membuat
suatu
model
bahasa
yang
uniform/seragam yang disebut UML (Unified Modeling
Language) dan dapat diguakan
seluruh dunia.
Secara resmi bahasa
UML dimulai pada bulan oktober 1994, ketika Rumbaugh
bergabung booch untuk membuat sebuah project pendekatan metoda yang
uniform/seragam dari masing-masing metoda mereka. Saat itu baru dikembangkan draft
metoda
UML
version 0.8
dan
diselesaikan serta di release
pada bulan
oktober 1995.
Bersamaan dengan saat itu, Jacobson bergabung dan UML tersebut diperkaya ruang
lingkupnya dengan metoda OOSE sehingga muncul
release 0.9 pada buan juni 1996.
Hingga
saat
ini
sejak
juni 1998
UML
version
1.3
telah diperkaya dan direspons
oleh
OMG ( Object Management Group), Anderson Consulting, Ericson, Platinum
technology, Object Time Limited, dll serta dipelihara oleh OMG yang dipimpin Cris
Kobryn.
UML adalah standar dunia yang dibuat oleh Object Management Group (OMG),
sebuah badan yang bertugas mengeluarkan standar-standar teknologi object-oriented dan
software component. (sumber: http://www.scribd.com/doc/2584053/Pengenalan-UML)
|
44
2.15.3 Konsepsi Dasar UML
UML menawarkan sebuah standar untuk
merancang
model
sebuah
sistem.
Dengan menggunakan UML kita dapat membuat model untuk semua jenis aplikasi
piranti
lunak, dimana aplikasi tersebut dapat berjalan pada piranti keras, sistem operasi
dan
jaringan apapun,
serta
ditulis
dalam bahasa pemrograman
apapun.
Tetapi
karena
UML juga
menggunakan
class
dan
operation dalam konsep
dasarnya,
maka
ia
lebih
cocok untuk
penulisan piranti lunak dalam
bahasa-bahasa berorientasi objek seperti
Abstraksi konsep dasar UML yang terdiri dari structural classification, dynamic
behavior, dan model management, bisa dipahami
dengan mudah apabila kita melihat
gambar
diatas
dari
Diagrams.
Main
concepts bisa kita pandang
sebagai
jangka
waktu
yang
akan
muncul
pada
saat
kita
membuat
diagram.
Dan view
adalah
kategori
dari
diagaram tersebut.
Untuk menguasai UML, ada dua hal yang harus kita perhatikan:
1. Menguasai pembuatan diagram UML
2. Menguasai langkah-langkah dalam analisa dan pengembangan dengan UML
2.15.4 Diagram UML
Menurut
Whitten
(2004,p441-442),
UML
menawarkan
9
diagram yang
di
kelompokkan menjadi lima perspektif
yang berbeda untuk memodelkan
system
informasi.
Kelompok 1: Use-case Model Diagram
|
45
Diagram use-case
secara
grafis
menggambarkan
interaksi
antara
sistem,
sistem
eksternal
dan
pengguna.
Dengan
kata
lain,
secara
grafis
mendeskripsikan
siapa
yang
akan menggunakan dan dalam cara apa pengguna mengharapkan interaksi dengan sistem
itu
Kelompok 2: Diagram Struktur Statis
UML memberikan dua diagram untuk struktur static model dari sistem informasi.
Dua diagram yaitu
1.
Class Diagrams
2.
Object Diagram
Kelompok 3: Diagram interaksi
Model
diagram interaksi
terdiri
dari
suatu
set dari
objek, hubungan dan pesan
yang dikirimkan antara mereka. Terdiri dari diagram:
1.
Sequence diagrams
2.
Collaboration diagrams
Kelompok 4: State Diagrams
State diagram juga merupakan model dynamic behaviour dari suatu system.
UML
memiliki suatu diagram
untuk memodelkan behaviour yang kompleks dari suatu
particulary objek dan suatu diagram untuk memodelkan tingkah laku dari suatu use-case
atau methods. Diagram terdiri dari:
1.
Statechart diagrams
2.
Activity diagrams
Kelompok 5 : Implementation Diagrams
Implementation diagram juga memberikan contoh struktur dari sistem informasi.
Pada implementation diagram terdiri dari:
|
46
1.
Component Diagrams
2.
Deployment Diagrams
2.15.4.1 Use Case Diagram
Menurut schmuller(1999,p10) Use case diagram
mendeskripsikan suatu tingkah
laku sistem dari suatu
sudut pandang pengguna. Sedangkan menurut Whitten
(2004,p441),
Diagram use-case
secara
grafis
menggambarkan
interaksi
antara sistem,
sistem
eksternal dan pengguna. Dengan kata
lain, secara
grafis
mendeskripsikan siapa
yang akan menggunakan dan dalam cara apa pengguna mengharapkan interaksi dengan
sistem itu.
Use case diagram dapat sangat membantu bila kita sedang menyusun
requirement sebuah sistem,
mengkomunikasikan rancangan dengan klien, dan
merancang test case untuk semua feature yang ada pada sistem.
Sebuah use case dapat meng-include fungsionalitas use case lain sebagai bagian
dari proses dalam dirinya. Secara
umum diasumsikan bahwa use case
yang di-include
akan dipanggil setiap kali use case yang meng-include dieksekusi secara normal. Sebuah
use
case dapat
di-include oleh lebih dari satu use case lain, sehingga duplikasi
fungsionalitas dapat dihindari dengan cara menarik keluar fungsionalitas yang common.
Sebuah use case
juga dapat meng-extend use case
lain
dengan
behaviour-nya
sendiri. Sementara
hubungan
generalisasi antar use
case menunjukkan bahwa use case
yang satu merupakan spesialisasi dari yang lain.
Suatu use case diagram memberikan gambaran dari sebuah sistem, seperti yang
terlihat pada Gambar. Bagi para pembangun sistem, use case diagram merupakan teknik
sekaligus
alat
yang
berguna
dalam
menentukan
kebutuhan
sebuah
sistem agar
dapat
digunakan oleh semua orang, bukan hanya oleh mereka yang mengerti bidang komputer.
|
47
Tugas use case adalah memodelkan sebuah sistem dari sudut pandang para
penggunanya.
Use
case
diagram sangat
penting
untuk
memodelkan
perilaku
dari
sistem,
subsistem atau kelas. Setiap use case menunjukkan satu set use case, actor dan
hubungan diantaranya.
Actor
:
merupakan
representasi
dari
siapa
saja
yang
berinteraksi dengan use
case dalam sebuah sistem.
Use case
: merupakan deskripsi suatu set aksi yang dikerjakan oleh sistem.
Transition
: merupakan penghubung actor dan use case.
2.15.4.2 Class Diagram
Menurut Schmuller(1999,p63), Class diagram
menjelaskan suatu kumpulan
dari class dan hubungan stuktural mereka. UML memiliki class diagram;
yang
merupakan
pusat
penjelasan
dalam
OOAD.
adalah sebuah
spesifikasi yang jika
diinstansiasi akan menghasilkan sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan
dan desain berorientasi objek. Class menggambarkan keadaan
(atribut/properti) suatu
sistem, sekaligus menawarkan layanan untuk
memanipulasi
keadaan
tersebut
(metoda/fungsi). Class diagram menggambarkan struktur dan deskripsi kelas, package
dan objek beserta hubungan satu sama lain seperti containment, pewarisan, asosiasi,
dan lain-lain.
Class memiliki tiga area pokok :
1. Nama (dan stereotype)
2. Atribut
3. Metoda
|
48
Atribut dan metoda dapat memiliki salah satu sifat berikut :
1. Private, tidak dapat dipanggil dari luar class yang bersangkutan
2. Protected, hanya dapat dipanggil oleh class yang bersangkutan dan anak-anak
yang mewarisinya
3. Public, dapat dipanggil oleh siapa saja
Class
dapat
merupakan
implementasi
dari
sebuah
interface,
yaitu class
abstrak yang
hanya memiliki
metoda.
Interface
tidak
dapat
langsung
diinstansiasikan, tetapi harus diimplementasikan dahulu menjadi sebuah
class.
Dengan demikian interface mendukung resolusi metoda pada saat run-time.
Sesuai dengan perkembangan class model, class dapat dikelompokkan
menjadi paket. Kita juga dapat membuat diagram yang terdiri atas paket.
Hubungan Antar Class
1.
Asosiasi, yaitu hubungan statis antar class. Umumnya menggambarkan
class
yang memiliki
atribut
berupa
class
lain,
atau
class
yang
harus
mengetahui
keberadaan
class lain.
Panah
navigasi(navigability)
menunjukkan arah query antar class.
2.
Agregasi, yaitu hubungan yang menyatakan bagian (terdiri atas..).
3.
Pewarisan, yaitu hubungan hirarkis antar class. Class dapat diturunkan dari
class
lain dan
mewarisi
semua
atribut
dan
metoda
class
asalnya
dan
menambahkan fungsionalitas baru, sehingga ia disebut anak dari class yang
diwarisinya. Kebalikan dari pewarisan adalah generalisasi.
4.
Hubungan
dinamis,
yaitu
rangkaian
pesan
(message) yang
di-passing dari
satu class kepada class lain. Hubungan dinamis dapat digambarkan dengan
menggunakan sequence diagram yang akan dijelaskan kemudian.
|
![]() 49
Gambar2.3: Contoh Class Diagram
ti/pengantar_uml.pdf)
Suatu
class
diagram
menggambarkan
struktur
dari
objek
sistem,
seperti
yang terlihat pada Gambar. Hubungan antar class ada tiga yaitu :
(a)
Dependency
Dependency merupakan hubungan yang menyatakan ketergantungan antara
satu
objek dengan
objek
yang
lain.
Apabila
sebuah
perubahan dilakukan
|
50
maka
akan
mengakibatkan
perubahan bagi objek lain yang
menggunakannya
(b)
Association
Association adalah
hubungan
terstruktur
antara
objek
yang
satu
dengan
objek yang lain. Aggregation merupakan association antara dua class yang
menunjukkan bahwa dua class tersebut berada pada level yang setara.
(c)
Generalization
Generalization merupakan hubungan antara benda yang bersifat umum
(yang
disebut
dengan
superclass
atau parent)
dengan
benda
yang
lebih
spesifik (yang disebut dengan subclass atau child).
2.15.4.3 Object Diagram
Menurut Whitten et. al.
(2004, p673), Object diagram merupakan
suatu
diagram yang
menyerupai class diagram. Diagram ini
menggambarkan contoh objek
yang
nyata
dan
memperlihatkan
nilai
atribut-atributnya
saat
ini.
Diagram
ini
membantu pengembang
sistem dengan
memberi
gambaran keadaan objek pada suatu
saat. Diagram ini tidak digunakan sesering class diagram, tetapi jika object diagram ini
digunakan, akan sangat membantu pengembang dalam memahami struktur dari sistem
2.15.4.4 Sequence Diagram
Menurut
Booch(1999,245),Sequence diagram menggambarkan
interaksi
antar
objek
di
dalam dan
di
sekitar
sistem (termasuk
pengguna,
display,
dan
sebagainya)
berupa
message
yang
digambarkan
terhadap
waktu.
Sequence
diagram terdiri
atas
dimensi
vertikal
(waktu)
dan
dimensi
horizontal
(objek-objek
yang
terkait). Sequence
|
![]() 51
diagram biasa
digunakan
untuk
menggambarkan
skenario
atau rangkaian langkah-
langkah
yang dilakukan sebagai
respons dari sebuah event untuk menghasilkan output
tertentu. Diawali dari apa yang men-trigger aktivitas tersebut, proses dan perubahan apa
saja yang terjadi secara internal dan output apa yang dihasilkan. Masing-masing objek,
termasuk aktor, memiliki lifeline vertikal.
Message digambarkan sebagai garis berpanah dari satu objek ke objek lainnya.
Pada fase desain berikutnya, message akan dipetakan menjadi operasi/metoda dari class.
Activation bar menunjukkan lamanya eksekusi sebuah proses, biasanya diawali dengan
diterimanya sebuah message.
Untuk objek-objek yang
memiliki sifat khusus, standar UML
mendefinisikan
icon khusus untuk objek boundary, controller dan persistent entity.
Simbol-simbol
yang
digunakan
dalam sequence
diagram
yaitu
(Booch,
1999,
p247) :
Object
Message()
Object Lifeline
Activation
Message
Gambar 2.4 Simbol-simbol Sequence Diagram
(Sumber: Booch , 1999,p247)
(a)
Object Lifeline : Objek yang terlibat dalam operasi
(b)
Activation
: Lama waktu sebuah objek bekerja
(c)
Message
: Pengiriman pesan dari satu objek ke objek lain
|
![]() 52
2.15.4.5 Statechart Diagram
Menurut
Booch
(1999,p331)Statechart
diagram menggambarkan transisi
dan perubahan keadaan (dari satu state ke state lainnya) suatu objek pada sistem
sebagai akibat dari stimuli yang diterima. Pada umumnya statechart diagram
menggambarkan
class tertentu
(satu
class dapat memiliki lebih dari satu
statechart diagram).
Dalam UML, state digambarkan berbentuk segiempat dengan sudut
membulat
dan
memiliki
nama
sesuai
kondisinya
saat
itu. Transisi
antar
state
umumnya memiliki kondisi guard yang merupakan syarat terjadinya transisi
yang bersangkutan, dituliskan dalam kurung siku. Action yang dilakukan sebagai
akibat dari event tertentu dituliskan dengan diawali garis miring.
Titik awal dan akhir digambarkan berbentuk lingkaran berwarna penuh dan
berwarna setengah.
Simbol-simbol yang digunakan dalam membuat sebuah statechart
diagram yaitu:
State
Initial state
Final state
State
Transition
Gambar 2.5 Simbol-simbol Statechart Diagram
(sumber: Booch , 1999, p333)
(a)
Initial state
: titik awal proses
(b)
final state
: kondisi yang sedang terjadi
(c)
state
: state aksi yang mengeksekusi sebuah aksi
|
53
(d)
transition
: atribut yang sedang dijalankan sebuah kelas
2.15.4.6
Collaboration Diagram
Elemen-elemen dari sebuah sistem yang bekerja sama untuk memenuhi
tujuan
sistem,
dan
setiap
bahasa perancangan
harus
mempunyai
cara
untuk
mewujudkan
hal
tersebut.
Collaboration
diagram dirancang
untuk
memenuhi
syarat tersebut (Schmuller, 1999, p13).
Menurut
Schmuller(1999,p120)
Suatu
Colaboration
diagram adalah
perpanjangan dari objek diagram.
Sedangkan suatu objek diagram
memperlihatkan
objek
dan
hubungan
mereka
dengan
yang
lain.
Sebagai
tambahan
untuk assosiasi antara objek, diagram kolaborasi menunjukkan pesan
bahwa objek mengirim satu dengan yang lain.
2.15.4.7 Component Diagram
Component diagram dapat
menggambarkan
hubungan organisasi di antara
kumpulan komponen dan menunjukkan sudut pandang implementasi dari sistem.
Component
diagram adalah
class
diagram yang
lebih
menekankan
terhadap
komponen sistem. Schmuller( 1999, p13).
Menurut Whitten et. al.
(2004, p673), component diagram adalah diagram
yang
menggambarkan
hubungan organisasi di antara kumpulan komponen dan
ketergantungan
di
antara
komponen software yang
digunakan
di
dalam sistem.
Component diagram ini dapat digunakan untuk menunjukkan coding yang dibuat
didalam sistem dibagi
ke
dalam
modul-modul
atau
ke
dalam komponen-
komponen.
|
![]() 54
2.15.4.8 Deployment Diagram
Deployment
diagram
menggambarkan
arsitektur
dari
sistem komputer,
komputer
dan
alat-alatnya,
menunjukkan
koneksi
yang
terjadi
didalam sistem
komputer tersebut antara satu dengan
yang
lainnya
dan
menunjukkan software
yang digunakan didalam mesin komputer. Setiap komputer akan digambarkan
sebagai sebuah kotak, hubungan antara komputer yang satu dengan yang lainnya
di gambarkan dengan garis, seperti yang terlihat pada Gambar 2.7.
(Schmuller,1999,p13).
Gambar 2.6 Deployment diagram
(sumber gambar: Schmuller (1999,14))
2.15.5 Langkah-Langkah Penggunaan UML
Berikut ini adalah tips pengembangan piranti lunak dengan menggunakan
UML:
1.
Buatlah daftar business process dari level
tertinggi untuk
mendefinisikan
aktivitas dan proses yang mungkin muncul.
|
55
2.
Petakan use case untuk tiap business process untuk mendefinisikan dengan
tepat fungsionalitas yang harus disediakan oleh sistem. Kemudian perhalus
use case diagram dan
lengkapi dengan requirement, constraints dan
catatan-catatan lain.
3.
Buatlah deployment diagram secara
kasar
untuk
mendefinisikan
arsitektur
fisik sistem.
4.
Definisikan requirement lain (non-fungsional, security dan sebagainya)
yang juga harus disediakan oleh sistem.
5.
Berdasarkan use case diagram, mulailah membuat activity diagram.
6.
Definisikan objek-objek level atas (package atau domain) dan buatlah
sequence
dan/atau collaboration
diagram untuk
tiap
alir
pekerjaan.
Jika
sebuah use case memiliki kemungkinan alir normal dan error, buatlah satu
diagram untuk masing-masing alir.
7.
Buarlah rancangan user interface model yang menyediakan antarmuka bagi
pengguna untuk menjalankan skenario use case.
8.
Berdasarkan
model-model
yang
sudah
ada,
buatlah
class
diagram.
Setiap
package atau domain dipecah menjadi hirarki class lengkap dengan atribut
dan
metodanya.
Akan
lebih baik
jika
untuk setiap
class
dibuat
unit
tes
untuk menguji fungsionalitas class dan interaksi dengan class lain.
9.
Setelah class diagram dibuat, kita dapat melihat kemungkinan
pengelompokan
class
menjadi
komponen-komponen. Karena
itu
buatlah
komponen
diagram pada
tahap
ini.
Juga,
definisikan
tes
integrasi
untuk
setiap komponen meyakinkan ia berinteraksi dengan baik.
|
56
10.
Perhalus deployment diagram yang sudah dibuat. Detilkan kemampuan dan
requirement
piranti
lunak,
sistem
operasi,
jaringan,
dan
sebagainya.
Petakan komponen ke dalam node.
11.
Mulailah membangun sistem. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan :
Pendekatan use case, dengan
meng-assign setiap use case kepada tim
pengembang tertentu
untuk
mengembangkan unit code yang
lengkap
dengan tes.
Pendekatan
komponen,
yaitu
meng-assign
setiap
komponen
kepada
tim pengembang tertentu.
12.
Lakukan uji modul dan uji integrasi serta perbaiki model berserta code-nya.
Model harus selalu sesuai dengan code yang aktual.
13.
Piranti lunak siap dirilis.
2.16 nteraksi Manusia dan Komputer
Interaksi Manusia dan Komputer atau dalam istilah bahasa inggris Human
Computer Interaction (HCI) juga dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang
mempelajari
tentang bagaimana
mendesain,
mengevaluasi,
dan
mengimplementasikan sistem komputer
yang interaktif sehingga dapat digunakan
oleh manusia dengan mudah. Interaksi adalah komunikasi 2 arah antara manusia
(user)
dan
sistem komputer.
terbaru/interaksi-manusia-dan-komputer.html)
Menurut Shneiderman (1998, p18), ada lima kriteria yang harus dipenuhi
dalam interaksi antara manusia dan komputer, yaitu :
|
57
a. Time to Learn
Lamanya waktu yang diperlukan bagi pengguna untuk dapat mempelajari
serta bagaiman menggunakan command yang berhubungan dengan tugas.
b. Speed of Performance
Lamanya waktu yang dibutuhkan hingga tugas diselesaikan.
c. Rate of Errors by Users
Banyaknya
jumlah dan jenis dari kesalahan
yang dibuat pengguna
sewaktu melaksanakan tugas.
d. Retention Overtime
Seberapa baik
pengguna
memelihara
pengetahuan
masalah
setelah
satu
jam, satu hari, atau satu minggu.
e. Subjective Satisfication
Seberapa banyak pengguna
(users)
menyukai penggunaan aspek sistem
yang berbeda.
Shneiderman (1998, pp74-75), juga menyatakan bahwa dalam merancang
suatu sistem interaksi manusia dengan komputer haruslah memperhatikan delapan
aturan umum yang disebut Eight Golden Rules of Interactive Design :
a. Berusaha keras untuk konsisten
Urutan aksi harus konsisten dalam situasi yang sama, seperti penggunaan
istilah, warna, tampilan dan jenis huruf yang sama.
b. Memungkinkan pengguna yang sering menggunakan shortcuts
Penggunaan
shortcuts untuk
mengurangi
jumlah
interaksi dan
meningkatkan
kecepatan tampilan.
c. Memberikan umpan balik yang informatif
|
58
Respon balik harus diberikan untuk memberikan informasi kepada konsumen
sesuai dengan aksi
yang dilakukannya. Konsumen akan
mengetahui aksi
yang
telah dan akan dilakukan dari respon balik ini. Respon bisa berupa konfirmasi
atau informasi atas dasar suatu aksi.
d. Merancang dialog untuk menghasilkan keadaan akhir
Urutan aksi harus diatur dalam grup dimana ada awal, tengah, dan akhir
dengan adanya umpan balik yang dapat memberikan pilihan untuk melanjutkan
grup aksi berikutnya.
e. Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana
Sistem
harus
dirancang
agar
pemakai
tidak
membuat
kesalahan
yang
serius.
Jika
pemakai
melakukan
kesalahan,
sistem
harus
bisa
mendeteksi
kesalahan
dan memberikan instruksi yang sederhana, membangun dan khusus untuk
melakukan perbaikan.
f.
Mengijinkan pembalikan aksi (undo) dengan mudah
Aksi harus dapat dibalik jika memungkinkan. Ciri ini mengurangi kegelisahan,
karena pemakai tahu
bahwa
kesalahan dapat
diperbaiki
sehingga
mendorong
penjelajahan pilihan yang tidak biasa dipakai.
g. Mendukung internal focus of control
Pengguna berinisiatif
dalam melakukan aksi
daripada
menunggu respon dari
sistem untuk beraksi.
h. Mengurangi beban ingatan jangka pendek
Keterbatasan ingatan pada manusia harus ditanggulangi oleh program dengan
tidak banyak membuat pengguna untuk melakukan proses penyimpanan
memori.
|
![]() 59
2.17 Kerangka Pikir
Mulai
Penelitian Pendahuluan
Studi pustaka
1
.Observasi langsung mengenai
aktivitas dan tugas Maintenanace.
2.Wawancara langsung dengan pihak
Maintenance
1. Literatur
2. Jurnal
3. Laporan penelitian
4. Internet
Identifikasi masalah
Mencari penyebab timbulnya Masalah
Pengumpulan data
1. Data Umum Perusahaan :
-Sejarah Perusahaan
-Sistem Organisasi dan keternagakerjaan
-Sistem kerja bagian perawatan
-Proses produksi dan bahan baku
2. Data khusus
-Data mesin yang ditangani bagian maintenance
-Waktu kerusakan mesin (Tanggal, jam kejadian, waktu
diperbaiki, deskripsi permasalahan).
i
i
Penentuan Mesin dan komponen kritis.
Perhitungan TTF (Time to Failure) dan TTR (
Time to repaire)
1
Gambar 2.1 Diagram Alir Model Metodologi Pemecahan Masalah
|
![]() 1
60
Identifikasi disribusi pada TTF dan TTR
Uji Kesesuaian distribusi Data kerusakan
Tidak
Sesuai
Ya
Perhitungan Parameter dari masing-masing distribusi
Perhitungan MTTF (Mean Time to Failure) dan MTTR
( Mean Time to repaire)
Perhitungan dan perbandingan realibility dengan target
Perusahaan
Perhitungan dan perbandingan downtime sekarang dengan
preventive maintenance usulan
2
Gambar 2.2 Diagram Alir Model Metodologi Pemecahan Masalah (Lanjutan)
|
![]() 61
2
Analisa Perventive Maintenance yang diusulkan
Analisa Sistem Informasi berjalan
1. Analisa TTF dan TTR
2. Analisa Distribusi Data
3. Analisa Parameter, MTTF, dan MTTR
4. Analisa Interval waktu pemeiharaan
5. Analisa Reliability
6. Analisa Downtime
Membuat Sistem Definition dan
Menentukan Kriteria FACTOR
5
Problem Domain Analysis
3. Menetukan Classes
4. Menetukan Structure
3
-Class Diagram
3. Menetukan Behaviour
-
Statechart Diagram
Application
Domain Analysis
1. Ussage
-Use Case Diagram
-Sequence Diagram
2. Menetukan Function
-Function List
3. Menetukan Interface
-
Navigation Diagram
Architecture Design
1. Menentukan Kriteria
2. Componen Architecture
-Component Diagram
3. Process Architecture
-Deployment Diagram
4
Gambar 2.3 Diagram Alir Model Metodologi Pemecahan Masalah (Lanjutan)
|
![]() 62
4
Component Design
Design of Component
-Revised Class
-Revised Class dengan Function Component
Pembuatan Program
Pengujian Program
Sistem
5
3
Memenuhi
kebutuhan?
Kesimpulan Dan Saran
Gambar 2.3 Diagram Alir Model Metodologi Pemecahan Masalah (Lanjutan)
|